PERSEPSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TENTANG PELAKSANAAN SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN (Studi Kasus di SMA 1 Pabelan Kabupaten Semarang dan SMK Muhammadiyah Kota Salatiga Tahun 2008) SKRIPSI

  

PERSEPSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TENTANG

PELAKSANAAN SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN

(Studi Kasus di SMA 1 Pabelan Kabupaten Semarang dan

SMK Muhammadiyah Kota Salatiga Tahun 2008)

  

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I

  

Dalam Ilmu Tarbiyah

Disusun Oleh:

  

M U H A M M A D R O F I O

N I M : 111 04 063

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

  

2 0 0 8 Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Fax 323433 Salatiga 50721 Website : e-m ail: administrasi@stainsalatiga..ac.id

  

DEKLARASI

Bis s millah irrah mart irrahim,

  Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

  Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain diluar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggungjawabkan kembali keaslian skripsi ini dihadapan sidang munaqosyah skripsi.

  Demikian deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi.

  Salatiga, Februari 2009 Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Fax 323433 Salatiga 50721 Website : e-mail : administrasi@stainsalatiaa..ac.id

  SUWARDI, M.Pd DOSEN STAIN SALATIGA NOTA PEMBIMBING

  Lamp : 3 Ekslembar Hal : Naskah Skripsi

  Saudara Muhammad Rofiq Kepada

  Yth. Ketua STAIN Salatiga Di Salatiga

  Assalamu’alaikum Wr. Wb Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara : Nama Muhammad Rofiq NIM 111 04 063 Jurusan/ Progdi Tarbiyah/PAI Judul PERSEPSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TENTANG

  PELAKSANAAN SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN DI S MA NEGERI 1 PABELAN KABUPATEN SEMARANG DAN SMK MUHAMMADIYAH KOTA SALATIGA TAHUN 2008

  Dengan demikian kami mohon skripsi saaudara tersebut diatas supaya segera dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian. Wassalamu’alaikum Wr. Wb

  Salatiga, 11 Februari 2009 Pembimbing

   SUWARDI. M.Pd

  NIP. 150295657

  DEPARTEMEN AGAMA R.I SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Fax 323433 Salatiga 50721 ___ Website : e-mail : administrasi@stainsalatiga..ac.id

PENGESAHAN

  

Skripsi Saudara : MUHAMMAD ROFIQ dengan Nomor Induk Mahasiswa : 111 04 063

yang berjudul PERSEPSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TENTANG

PELAKSANAAN SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN (Studi Kasus di SMA

Negeri 1 Pabelan dan SMK Muhammadiyah Salatiga Tahun 2008) telah

dimunaqosahkan dalam sidang Panitia Ujian, Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama

Islam Negeri Salatiga, Pada Hari Sabtu, 14 Maret 2009 yang bertepatan dengan tanggal

  Salatiga, 17 Rabiul Awwal 1430 H

  14 Maret 2009 M

Panitia Ujian

Sekretaris i • % *

  

>r. IMAM SUTOMO. M. r. MUH. SAEROZI. M.Ag

NIP. 150 216 814 NIP. 150 247 014

Penguji II Penguji I Prof. Dr.H/TACHRUDIN. M.A Drs. KASTOLANI. M.Ag

  

NIP. 150 057 781 NIP. 150 267 026

Pembimbing

SUWARDI. M. Pd

NIP. 150 295 657

  

M o t t o

Good Education Requires Good Teachers

  

“ Pendidikan Yang Baik, Membutuhkan Guru Yang Baik ”

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini kupersembahkan untuk :

  1. Allah Subhanahu Wata'ala

  atas Rahmad serta karunia-Nya

  2. Nabi Muhammad SAW Pejuang Pena

  3. Orang tuaku Bapak M. Moehri dan Ibu Hj. Jumyati, Menghantarkanku untuk belajar

  mengerti akan ilmu pendidikan, agar masa depanku tercapai. To be a Great Leader 4. Untukku, Semoga mendapatkan Taufiq dan Hasanah-Nya...

  5. Mas Rokhim, Mas Rokhan, Mbak Ni', Teteh, Keponakanku Ella dan Putra, Mahkota dalam mengisi ruang gerak disetiap kelelahanku memuncak)

  6. Rekan-rekan Guru MTs dan MI AL-Ittihad Semowo, yang sedang melaksanakan tugas mulia mencerdaskan anak bangsa, semoga perjuangan kalian mendapatkan tempat yang mulia.

  berjuang mencetak guru professional yang amanah dan tanggung jawab dalam profesi keguruan.

  8. Teman-Teman HMI Cabang Salatiga, Mas Bebeng, Mas Agus, Lutfi, Wahyu, Mas Ari, M u'ah, Mujib, Torik, Zaky, Ana, Arum) lanjutkan misi ijo-ireng kepermukaan...jangan

  Komisariat

  pernah menyerah....supermen+superteam. HMI Cabang Salatiga

  Walisongo

  : Ilman, Cipto, Badrus, Khafid, Effendi, Aliyah, Reza, dkk) dan HMI Cabang Salatiga Komisarit Ganesha (Fuad, Ibnu Sina, Umma, Yunita, Arini, Wahyu Amanah, Indah,Yuli dkk, Mengisi dengan arti dan berjuang untuk menang.

  9. Just For My Dearest "Nining Hasanah" Mazdaelrafhiq, Thanks for images and Support

  10. Para pakar, praktisi dan pelaku pendidikan dimanapun berada, Semoga perjuangannya untuk memajukan pendidikan segera terealisasi dan sinergi dengan perkembangan zaman.

  Mari terus menerus bersama memikirkan pendidikan bangsa, pendidikan anak cucu kita generasi penerus bangsa Indonesia).

  

KATA PENGANTAR

Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang

  Segala puji bagi Allah, Tuhan pemelihara alam semesta. Dia yang memenuhi segala kebutuhan semua makhluk. Dia pula yang mengaruniai perangkat akal kepada manusia. Dengan akalnya manusia bisa menyikap segala yang tidak diketahuinya. Dengan akal pula berbagai misteri alam menjadi terang. Dengan akalah pengetahuan tentang penciptaan alam dan zat yang menjadi muara segala entitas menjadi jelas.

  Salawat dan salam semoga tercurahkan kepada Rasul yang diutus sebagai rahmat bagi alam semesta. Dia adalah Muhammad, petunjuk bagi umat manusia, pembawa risalah Al-Quran, serta teladan abagi pecinta kebenaran dan pemburu keyakinan.

  Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala atas segala Rahmad dan Taufiq-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi “Pelaksanaan Sertifikasi Guru Dalam Jabatan (Persepsi Guru Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Pabelan dan SMK Muhammadiyah Kota Salatiga Tahun 2008)” dengan lancar. Sebagaimana dimaksudkan untuk memenuhi tugas serta syarat guna memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama

  Islam di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga.

  Dengan penuh rasa hormat, perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada :

  1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M. Ag Selaku Ketua STAIN Salatiga

  2. Bapak Drs. Sa’adi selaku Ketua Jurusan Tarbiyah

  3. Bapak Fatkhurahman, M.Pd Selaku Kepala Program Studi PAI

  4. Bapak Suwardi, M.Pd selaku pembimbing skripsi yang dengan iklas dan tulus hati memberikan bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

  5. Segenap Dosen beserta Karyawan STAIN Salatiga yang telah memberikan bimbingan dan

  6. Kedua Orang-tuaku, beserta keluarga yang selalu memberikan dorongan moral dan doanya

  7. Rekan-rekan Guru MI dan MTS AL-ITTIHAD

  8. Teman-temanku PAI Angkatan 2004 yang selalu membantu, mendorong, mengisi dalam ruang dan waktu kepada penulis hingga terselesaikanya skripsi ini. Serta sahabat-sahabatku yang tidak bisa kami cantumkan diselembar kertas terbatas ini, sehingga perjalanan menuntut ilmu ini menjadi nikmat dan bermakna.

  Semoga amal serta kebaikan yang telah dicurahkan kepada penulis diterima oleh Allah Subhanahu Wata’ala dan mendapatkan balasan pahala yang berlipat ganda. Amin.

  Mudah-mudahan skripsi ini dapat menjadi rujukan bagi perkembangan dunia pendidikan selanjutnya. Kita tidak pernah mengetahui kekurangan sebelum melakukan pekerjaan yang nyata, sehingga luput, kalaf dan khilaf mohon dimaafkan.

  Salatiga, 13 Februari 2008

  DAFTAR ISI Halaman

  

  

  BAB I PENDAHULUAN

  

  

  

  

  

  

  

   B A B U KAJIAN PUSTAKA

  A. Persepsi Guru Pendidikan Agama Islam

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  2. SMA Negeri 1 Pabelan

  

  

  

  B. Persepsi Guru Pendidikan Agama Islam SMA Negeri 1 Pabelan Kabupaten Semarang Tentang Pelaksanaan Sertifikasi Guru dalam Jabatan Tahun 2008

  

  

  

  

  

  

   'v

  

  1. SMK Muhammadiyah Kota Salatiga

  A. Gambaran Umum SMK Muhammadiyah Kota Salatiga dan SMA Negeri 1 Pabelan Tentang Pelaksanaan Sertifikasi Guru dalam Jabatan Tahun 2008

   BAB III HASIL PENELITIAN

  

  

  C. Persepsi Guru Pendidikan Agama Islam SMK Muhammadiyah Kota Salatiga Tentang Pelaksanaan Sertifikasi Guru dalam Jabatan Tahun 2008

  

  

  

  

  BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Persepsi Guru Pendidikan Agama Islam SMA Negeri 1 Pabelan Kabupaten Semarang Tentang Pelaksanaan Sertifikasi Guru dalam Jabatan Tahun 2008

  

  

  

  

  B. Persepsi Guru Pendidikan Agama Islam SMK Muhammadiyah Kota Salatiga Tentang Pelaksanaan Sertifikasi Guru dalam Jabatan Tahun 2009

  

  

  

  

  BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN

  • Pedoman Wawancara • Transkip Wawancara, Reduksi data dan Triangulasi data
  • Surat Keterangan Penelitian di SMA Negeri 1 Pabelan • Surat Keterangan Penelitian di SMK Muhammadiyah Kota Salatiga • Foto SMA Negeri 1 Pabelan dan SMK Muhammadiyah Kota Salatiga Tahun 2008
  • Profil peneliti

  

DAFTAR TABEL

  

  

  

  

  

  

  Pendidikan merupakan satu kesatuan sistem yang di dalamnya terdiri dari berbagai sub sistem yang saling berintegral. Masing-masing tidak dapat berdiri sendiri dan saling berhubungan. Maka, penting untuk memahami keterakaitan tersebut, supaya proses pendidikan dapat berjalan seimbang.

  Mengingat, Pendidikan merupakan alat yang menentukan sekali untuk mencapai kemajuan dalam segala bidang penghidupan, dalam memilih dan membina hidup yang baik, yang sesuai dengan martabat manusia.7 Dari situ mutlak, hasil pendidikan yang dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan dalam membentuk peradaban, budaya dan derajat suatu bangsa. Tentunya dengan out put Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas merupakan tuntutan yang harus dicapai.

  Untuk itu, perlu diusahakan peningkatan mutu pendidikan, melalui berbagai piranti yang ada dalam sistem pendidikan tersebut. Salah satunya adalah guru yang professional. Variabel antara guru dan professional isme adalah satu keterkaitan yang tidak bisa diindahkan guna terwujudnya hasil pendidikan yang maksimal.

  Pentingnya keberadaan guru ini yang membuat sebuh pertanyaan terlontar dari Kaisar Jepang sesaat negaranya dihancurkan. Dia tidak bertanya tentang jumlah panglima perang atau amunisi yang tersisa. Namun, yang ditanyakannya adalah jumlah guru yang meninggal akibat serangan itu. 1

  2 Mengingat jika sejarah Negara Jepang di bidang pendidikan, revolusi yang

  ditempuh tidak lain melalui g u ru .2 Guru tentu menjadi salah satu perangkat yang dapat dijadikan salah satu pendukung terlaksana pendidikan untuk mencapai hasil yang optimal.

  Karena, keberadaannya menjadi komponen paling urgen dalam mengerakan proses pendidikan. Hampir sama dengan komponen strategis lain dalam proses pendidikan, seperti peserta didik dan kurikulum. Sehingga, prasyarat utama yang harus dipenuhi demi keberlangsungan proses belajar mengajar adalah kompetensi guru.

  Proses pendidikan masih dapat berjalan dengan baik meskipun tanpa sarana dan prasaran yang memadai. Karena bukan merupakan komponen inti dalam sebauh sistem pendidikan. Namun, tanpa keberadaan menjadi hal yang wajib ada. Karena, keterbatasan sarana dan prasarana dapat ditekan profesionalisme guru dalam merancang proses pembelajaran di kelasnya.

  Seperti yang tergambar dalam buku laskar pelangi masterpiece Andrea Hirata yang mengambarkan kehidupan adalah pendidikan {life is education, and education is life).

  Di mana, sebuah SD dan SMP Muhammadiyah di Belitong dengan kondisi fisik mengenaskan namun masih dapat menghasilkan produk lulusan yang memuaskan. Hal ini tidak lain sebagai bukti dan indikasi bahwa guru memang memegang peran yang penting terhadap terjaminnya mutu pendidikan dan kemajuan manusia.

  Terlebih lagi, sebagai agent social o f change, perubahan sosial pada

  3

  masyarakat serta pembaharuan terhadap pendidikan manusia. Guru terlalu penting untuk diabaikan begitu saja dalam pendidikan oleh pemerintah.

  Sebuah kenyataan lain jika seorang guru yang ikut berperan menghasilkan banyak kalangan profesi maupun pekerja. Sebut saja dokter, insinyur, birokrat negara bahkan presiden. Maka, sebutan guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa adalah sebutan luhur yang patut disandangnya.

  Mengingat guru adalah sebagai profesi bukan pekerjaan. Berprofesi mencerdaskan kehidupan bangsa tanpa ada dengan tulus tanpa tendensi.

  Predikat tersebut semakin melekat kalau mayoritas guru belum mendapatkan kesejahteraan hidup yang memuaskan. Pada realitasnya banyak guru ini yang bergaji Rp. 60.000,-per bulan bahkan, di bawah buruh pabrik.

  Gaji tersebut juga tidak mengikuti standar UMK, karena kebanyakan dibayar berdasarkan jumlah jam mengajar. Apalagi, guru tidak memiliki serikat pekerja, sehingga tidak bisa menuntut hak-haknya. Lebih dari itu mencukupi hidup harus membanting tulang di luar profesi keguruan seperti mengojek atau berjualan. Padahal, mereka dituntut untuk mencerdaskan anak bangsa, sebuah tuntutan yang amat berat.

  Bagaimana mungkin seorang guru bisa menjalankan tugas dan fungsinya secara profesional padahal dia harus mencari kebutuhan ekonomi untuk mencukupi kebutuhannya. Tanda gelar pahlawan tanpa tanda jasa itupun malah menjadi bumerang, karena nasib guru malah diabaikan.

  Kesejahteraan guru belum sepadan dengan gelar luhur yang disandangnya.

  Sudah Sejak lama guru menginginkan kepastian yuridis hukum pekerjaan

  4

  yang mereka jalani mumi sebagai sebuah profesi. Jaminan atas perlindungan, penghargaan dan kesejahteraan pun muncul di kukuhkanya pekerjaan guru sebagai profesi.

  Untuk menghadapi permasalahan tersebut, maka sangat dibutuhkan guru professional dalam kompetensinya. Guru yang profesional akan menghasilkan proses dan hasil pendidikan yang bermutu, sehingga terwujud pendidik yang mampu dan pro-aktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah, dalam rangka mewujudkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas.

  Sehingga, mampu menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Kualitas itu antara lain di indikasikan dengan keimanan, ketaqwaan, akhlak mulia, kesehatan, kecerdasan, kreativitas, kemandirian, kecakapan dan daya saing.

  Tanpa meningkatkan profesionalisasi guru, semua upaya untuk membenahi pendidikan akan kandas. Peryataan tersebut berarti bahwa guru mempunyai peranan penting dalam menciptakan pendidikan yang berkualitas. Dalam konteks yang lebih khusus guru harus memiliki kompetensi yang hebat, wawasan yang luas, menguasai ilmu yang akan diajarkan sekaligus memiliki ketrampilan untuk mengajar. Hal tersebut dapat dicapai jika guru terus menerus meningkatkan kualitas dirinya.

  Upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan nasional dan memperbaiki kesejahteraan hidup guru ditempuh melalui sertifikasi guru dalam jabatan melalui portofolio sesuai dengan (Peraturan Pemerintah Nomor

  18 Tahun 2007). Program ini akan berdampak sangat baik dalam rangka meningkatkan profesionalisme pendidik serta kesejahteraanya.

  5 Program sertifikasi sebenarnya sudah dilakukan sejak zaman Hindia

  Belanda. Waktu itu program sertifikasi tidak hanya bertujuan untuk menetapkan standar guru, tatapi juga untuk menjaga agar pendidikan tidak digunakan sebagai sarana untuk pemberontakan . Hal ini disebabkan guru yang tidak tersertifikasi punya kecenderungan untuk membuat sekolah yang disebut Hindia Belanda sebagai sekolah liar. Sekolah yang menyemaikan

  3 benih nasionalisme dan pemberontakan pada pemerintah Hindia Belanda.

  Di beberapa Negara, sertifikat guru telah diberlakukan secara ketat, misalnya di Amerika Serikat, Inggris dan Australia. Sementara itu, di Denmark baru mulai dirintis dengan sungguh-sungguh sejak 2003. Di samping itu, ada beberapa negara yang tidak melakukan sertifikasi guru, tetapi melakukan kendali mutu dengan mengontrol secara ketat terhadap proses pendidikan dan kelulusan di lembaga penghasil guru, misalnya di Korea Selatan dan Singapura. Namun, semua itu mengarah pada tujuan yang sama, yaitu berupa agar dihasilkan guru yang bermutu3

  4. Di Indonesia program sertifikasi guru pertama kali digalakan pada 12 Agustus 2007, maka semua Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) induk maupun mitra melaksanakan sosialisasi pada lembaga pendidikan sekitarnya. Serta dituntut untuk memenuhi berbagai hal persyaratan yang ditetapkan, maka diperlukan Pedoman Sertifikasi bagi Guru dalam jabatan.

  3Koran Seputar Indonesia, Minggu 3 Agustus 2008.

  3/0/

  6 Sertifikat pendidik ini merupakan prasyarat untuk memperoleh

  tunjangan profesi dan pengakuan sebagai tenaga profesional. Kemudian dalam

  Pasal 16 disebutkan bahwa pemerintah memberikan tunjangan profesi kepada guru yang telah memiliki sertifikat pendidik yang besarnya setara dengan satu kali gaji pokok. Dengan demikian seorang guru atau dosen yang telah memperoleh sertifikat pendidik, akan mendapatkan penghasilan yang terdiri dari : (1) gaji pokok dan tunjangan yang melekat pada gaji, (2) tunjangan fungsional, dan (3) tunjangan profesi. Disamping itu, guru akan menerima tambahan penghasilan lain dalam bentuk tunjangan khusus bagi mereka yang bertugas di daerah khusus.5

  Sertifikat dimaksudkan berfungsi sebagai jaminan formal terhadap eksistensi pekerjaan mendidik. Di samping itu, sertifikat pendidik juga diharapkan melindungi kegiatan pendidikan dari tindakan yang tidak bertanggung jawab, karena pemegang sertifikat pendidik terikat oleh kode etik. Dengan demikian, pada akhirnya secara berangsur-angsur diharapkan tidak ada satu pun guru Indonesia yang tidak memagang sertifikasi pendidik.

  Sertifikasi guru pada dasarnya diorientasikan kepada guru pra jabatan dan guru dalam jabatan mengingat kondisi dan tuntunan. Maka, program sertifikasi guru diprioritaskan bagi guru dalam jabatan. Hal ini berdasarkan pada Keputusan Mendiknas Nomor 18 Tahun 2007, sertifikasi guru dalam jabatan dilakukan dalam bentuk portofolio. Dimana didalamnya terdapat 10 komponen portofolio yang akan dinilai, yakni kualifikasi akademik,

  7

  pendidikan dan pelatihan, pengalaman mengajar, perencanaan dan pelaksanaan pemberlajaran, penilaian dari atasan dan pengawas, prestasi akademik, karya pengembangan profesi, keikutsertaan dalam forum ilmiah, pengalaman organisasi dibidang kependidikan dan sosial, dan penghargaan yang relevan dengan bidang kependidikan. Masing-masing komponen dibuktikan dengan dokumen/bukti fisik, misalnya ijazah, sertifikat, piagam, surat keputusan atau karya cipta. Adapun Standar yang dipakai didalam ketuntasan kelulusan sertifikasi adalah mencapai 850 point.

  Ketentuan yang paling mendasar dalam persyaratan mutlak dalam portofolio sebagaimana menyebut guru sebagai pendidik professional, diantarantanya mereka memiliki kualifikasi akademik minimal Sarjana atau Diploma IV (Sl/D -IV ) yang relevan dan menguasai kompetensi sebagai agen pembelajaran. Serta sekurang-kurangnya 24 tatap muka dan sebanyak- banyaknya 40 jam tatap muka dalam seminggu. Sehingga guru benar-benar menjalankan profesinya dengan sunguh-sunguh. Persyaratan kualifikasi akademik minimal Sl/D -IV dibuktikan dengan ijazah dan pemenuhan persyaratan relevansi mengacu pada jenjang pendidikan yang dimiliki dan mata pelajaran yang dibina. Misalnya, di dalam sertifikasi guru SD dipersyaratkan kualifikasi akademik Sl/D-IV sesuai jurusan/program studi

  PGSD/Psikologi/Pendidikan lainnya, sedangkan guru Matematika di SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, dan SMK/MAK dipersyaratkan lulusan S1/S-IV jurusan/program Pendidikan Matematika yang memiliki Akta

  IV.

  8 Gambaran diatas memberikan rambu terhadap Guru Pendidikan

  Agama Islam di seluruh Indonesia terhadap fenomena terbaru sertifikasi guru dalam jabatan dengan segala tuntutannya. Terutama dalam pelaksanaan sertifikasi guru di SMA Negeri 1 Pabelan yang terletak di daerah pedesaan Kabupaten Semarang dengan segala instrumentnya. Karena patut dilihat dan dibaca dengan jelas dan terlaksana sebagaimana tuntutan di dalam pedoman sertifikasi guru dalam jabatan.

  Respon segenap guru Pendidikan Agama Islam SMK Muhammadiyah, dengan model pendidikan yang berbeda dengan SMA baik metode maupun kurikulumnya. Sehingga, sangat tepat jika penulis menarik menjadi fokus pembahasan dalam skripsi ini. Kehadiran sertifikasi dalam kancah perubahan model pendidikan diera modem. Faktor yang menentukan dalam meningkatkan mutu pendidikan dalam skala besar ini, tidak lain dengan keberhasilan pelaksanaan sertifikasi atau malah sebaliknya. Sertifikasi menjadi garapan proyek para birokrasi yang pada akhirnya terwujudnya komersialisasi pendidikan serta liberalisasi dalam pendidikan.

  Berdasarkan analisis tersebut, penulis berkeinginan untuk mengangkatnya menjadi sebuah bahasan dengan judul Persepsi Guru

  

Pendidikan Agama Islam Tentang Pelaksanaan Sertifikasi Guru Dalam

Jabatan. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui sudut pandang Guru

  Pendidikan Agama Islam di SMA N 1 Pabelan Kab. Semarang dan SMK Muhammadiyah Kota Salatiga dalam memahami sertifikasi guru dalam jabatan.

  9 B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan pada latar belakang diatas, maka penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini, yaitu: Bagaimanakah Persepsi Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) SMA Negeri 1 Pabelan Kabupaten Semarang dan SMK Muhammadiyah Kota Salatiga tentang pelaksanaan sertifikasi guru dalam jabatan tahun 2008 ?

  Dari rumusan permasalahan tersebut, dapat dirumuskan tujuan penelitian yaitu : Untuk mengetahui persepsi Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) SMA Negeri

  1 Pabelan Kabupaten Semarang dan SMK Muhammadiyah Kota Salatiga tentang pelaksanaan sertifikasi guru dalam jabatan tahun 2008.

  Hasil penelitian ini diharapakan memiliki manfaat secara praktis dan teo ritis:

  1. Secara praktis

  a. Bagi penulis, dapat menambah wawasan pemahaman yang lebih komprehensif tentang pelaksanaan sertifikasi guru dalam jabatan di SMA Negeri

  1 Pabelan Kabupaten Semarang dan SMK Muhammadiyah Kota Salatiga

  10

  b. Bagi Program studi PAI STAIN Salatiga, diharapkan dapat dijadikan pertimbangan dalam memperbaiki kurikulum dan sistem pembelajaran yang efektif.

  c. Bagi Departemen Agama (Depag), dapat dijadikan pertimbangan dalam memperbaiki sistem pelaksanaan sertifikasi guru Pendidikan Agama Islam.

  d. Bagi guru, dapat dijadikan dasar pertimbangan dalam mempersiapkan diri dalam mengikuti sertifikasi guru PAI

  2. Secara teoritis Secara teoritis, diharapkan dapat mengembangkan teori

  contingency

  yaitu menempatkan hubungan guru dengan murid sebagai

  partnership

  (teman) yang didalamnya terinternalisasi berupa rangsangan informasi positif (stimulus) maupun tanggapan (respon) secara edukatif dan berkesinambungan. Hubungan timbal balik diperlukan didalam mengembangkan serta mengelola sumber daya manusia (SDM) dalam bidang kependidikan.

  Untuk menghindari adanya salah pengertian dalam memahami judul penelitian di atas, perlu ditegaskan beberapa istilah dalam judul diatas, yaitu:

  1. Persepsi Guru Agama Islam Pengertian Persepsi menurut beberapa sumber, yaitu:

  11

  a. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, persepsi dalam tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu, atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indera/' Sedangkan menurut Irwanto bahwa proses diterimanya rangsangan (obyek kualitas, hubungan antara gejala maupun peristiwa) sampai rangsangan itu disadari dan dimengerti.6

  7

  b. Menurut Kamus Sosiolagi, perception sosial adalah kondisi-kondisi yang mempengaruhi persepsi terhadap orang lain (persepsi sosial).8 c. Menurut Stephen P Robbins persepsi adalah suatu proses dengan mana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera mereka agar memberikan makna bagi lingkungan mereka9. Sedangkan guru menurut beberapa sumber, yaitu :

  a. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga 2001, Guru diartikan sebagai orang yang pekerjaanya mengajar. 10 b. Menurut Madyo Ekosusilo, yang dimaksud guru adalah seorang yang bertanggung jaw ab untuk memberikan bimbingan secara sadar terhadap perkembangan kepribadian dan kemampuan peserta didik

  7Irwanto, Psikologi Umum, Buku Panduan Mahasiswa, Gramedia Cipta, Jakarta, 1997, hlm.71.

  

8 Soejono Soekanto, Kamus Sosiologi, RajaGrafindo Persada, Jakarta, him. 36.

  9 Stehen P Robbins, Perilaku Organisasi, Edisi Bahasa Indonesia, Prenhallindo, Jakarta, 1996. him. 124.

  

10 Em Zul Fajri dan Ratu Aprilia Senja, Kamus Bahasa Indonesia, Diva Publiser,

  12

  baik itu dari aspek jasmani maupun rokhaninya agar dia mampu hidup mandiri dan dapat memenuhi tugasnya sebagai makhluk tuhan sebagai individu dan juga sebagai makhluk sosial.11

  c. Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen (UUGD ) bab I pasal 1 menyebutkan guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur

  I 9 pendidika formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

  d. Menurut Syaiful Bahri Djamarah, menyebutkan bahwa guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jaw ab untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara individual maupun klasikal, disekolah maupun diluar sekolah.1

  1

  1

  2

  13 Sedangkan pengertian agama menurut beberapa tokoh14, yaitu :

  a. Menurut Frazer agama adalah mencari keredaan atau kekuatan yan lebih tinggi dari pada manusia, yaitu kekuasaan yang disangka oleh manusia dapat mengendalikan, menahan/menekan kelancaran dan kehidupan manusia.

  11 Ramayulis, M etodologi Pendidikan Agama Islam, Kalam Mulia, Jakarta, 2005, him. 50.

  12 Undang-Undang Guru dan Dosen (UUGD) No. 14 Tahun 2005, Sinar Grafika, Jakarta, 2006, him. 1.

  13 Syaiful bahri djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi kUJukotif Fdisi Revisi, Rineka Cipta, 2005, hlm.32.

  13

  b. Menurut James Martineau, agama adalah kepercayaan kepada yang hidup abadi, dimana diakui bahwa dengan pikiran dan kemauan Tuhan, alam ini diatur dan kelakuan manusia diperbuat.

  c. Menurut Mattegart, agama adalah suatu keadaan jiw a atau lebih tepat keadaan emosi yang berdasarkan kepercayaan akan keserasian diri kita dengan alam semesta.

  Sehingga dapat kita simpulkan agama merupakan proses hubungan manusia yang dirasakan terhadap sesuatu yang diyakininya, bahwa sesuatu itu lebih tinggi dari pada manusia.

  Persepsi Guru Agama Islam dapat diartikan sebagai cara pandang secara sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, menemani, bertakwa, berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama islam dari sumber utamanya kitab suci Al Quran dan Hadist, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran latihan, serta penggunaan pengalaman.15 1

  6

  2. Pelaksanaan Sertifikasi guru dalam jabatan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pelaksana berarti orang atau pihak yang melaksanakan, sedangkan pelaksanaan berarti proses dan cara melaksanakanya. 16 Proses merupakan tindakan perbuatan atau pengolahan yang menghasilkan produk, urutan suatu peristiwa yang semakin lama semakin meningkat atau semakin menurun. Sedangkan cara 15 Op.cid.hlm 32.

  14

  merupakan aturan melakukan sesuatu perbuatan untuk mengerjakan sesuatu, cara atau jalan untuk menyelesaikan pekerjaan.

  Sertifikasi berasal dari bahasa inggris “ Certificate” 17 yang berarti

  “Sertifikat

  ” merupakan proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen. Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen (UUGD) sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen. Sedang sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga professional. Guru orang dewasa yang secara sadar bertanggung jaw ab dalam mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didik18. Selain itu guru merupakan pendidik professional dengan tugas utama mendidik , mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur non formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah..

  Sertifikat guru dapat diartikan sebagai proses pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga

  17 John M. Echols dan Hassan Shadily. Kamus Indonesia Inggris. PT. Gramedia, Jakarta, Cet. Ketiga, him. 508.

  18 Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, PT Bumi Aksara, Jakarta, September 2007, him. 21.

  15

  sertifikasi. Sertifikasi guru merupakan pemenuhan kebutuhan untuk meningkatkan kompetensi professional19.

  Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No.

  18 Tahun 2007 Pasal 1 menyebutkan sertifikasi guru dalam jabatan adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dalam jabatan yang telah memiliki kualifikasi akademik sarjana (SI) atau diploma empat (D-IV)20

  Adapun indikator masing-masing variabel sebagai b erik u t:

  a. Sertifikasi guru dalam jabatan Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas)

  No. 18 Tahun 2007 Pasal 2 indikator sertifikasi guru dalam jabatan, diantaranya : 1) Memenuhi Standar kualifikasi akademik sebagai pendidik (D-IV atau S.l)

  2) Pendidikan dan pelatihan 3) Pengalaman dalam mengajar 4) Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran

  5) Penilaian dari atasan dan pengawas 6) Prestasi akademik 7) Karya pengembangan profesi

  8) Kekikutsertaan dalam forum ilmiah 19 E. Mulyasa. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, PT Remaja Rosdakarya.

  Bandung. Februari 2008, him. 34.

  16

  9) Pengalaman organisasi dibidang kependidikan dan sosial 10) Pengargaan yang relevan dengan bidang pendidikan

  Sedangkan indikator yang mempengaruhi persepsi Guru Pendidikan Agama Islam dalam sertifikasi guru dalam jabatan yaitu:

  a. Cara pandang guru terhadap Konsep sertifikasi guru dalam jabatan

  b. Cara pandang guru mengenai prosedur dan pelaksanaan sertifikasi guru dalam jabatan c. Cara pandang guru mengenai Tujuan dan manfaat dari pelaksanaan sertifikasi guru dalam jabatan d. Cara pandang guru mengenai dampak yang ditimbulkan dari pelaksanaan sertifikasi guru dalam jabatan

  1. Lokasi penelitian Pelaksanaan penelitian ini dibagi menjadi dua di wilayah. Pertama di Kota Salatiga tepatnya di Lembaga Pendidikan Islam yaitu SMK

  Muhammadiyah. Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan pada pertimbangan bahwa letak yang strategis, pusat kota dan modem, sehingga dapat diduga guru sangat mudah mengakses informasi yang berhubungan dengan sertifikasi guru dalam jabatan. Serta sampel dari model pendidikan

  Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang berlatar belakang spesialisasi keija dalam mempersiapkan calon pekerja yang siap pakai. Serta bentuk lembaga pendidikan yang berada dinaungan yayasan Muhammadiyah,

  17

  sebuah yayasan yang concern dalam bidang pendidikan dikota Salatiga meskipun masih berstatus swasta. Hal ini dimungkinkan akan munculnya persepsi yang berfariatif terhadap kebijakan sertifikasi guru dalam jabatan dalam era sekarang ini. Kemudian Kedua penelitian ini dilakukan di wilayah Kabupaten Semarang tepatnya di SMA N 1 Pabelan Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang. Salah satu sekolah yang berdiri dan satunya di Kecamatan Pabelan. Pemilihan lokasi penelitian ini tak lain sebagai bentuk perbandingan dengan model sekolah yang berada di daerah pinggiran kota dengan letak yang cukup jauh dengan jantung kota semarang dengan sekolah yang berada dilingkungan perkotaan. Meski tidak menafikan dalam mengakses informasi di bilang telat, namun dalam penelitian ini peneliti berusaha lebih demokratis terhadap persepsi guru dimasing-masing sekolah. Sehingga sangat memungkinkan peneliti mengangkat terhadap pelaksanaan sertifikasi guru dalam jabatan. Serta, corak yang dibangun dalam memahami sertifikasi guru nantinya akan memberi gambaran yang dapat kami ambil sampelnya.

  2. Pendekatan penelitian Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Metode kualitatif ini dipilih dikarenakan untuk mengidentifikasi persepsi guru Pendidikan Agama Islam dalam memahami pelaksanaan sertifikasi guru dalam jabatan. Sehingga data yang diambil pun berupa pernyataan maupun statemen bukan data angka sebagaimana pendekatan kuantitatif. Disamping itu metode kualitatif ini

  18

  dipandang sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku terhadap fakta-fakta yang ada saat sekarang. Pendekatan kualitatif ini berkaitan erat dengan sifat unik dari realitas sosial dan dunia tingkah laku manusia itu sendiri, terlebih objek penelitianya adalah cara pandang guru terhadap kebijakan sertifikasi guru dalam jabatan yang sangat bervariatif22. Menurut Rusdian Pohan data kualitatif, yaitu semua bahan, keterangan dan fakta- fakta yang tidak dapat dihitung dan diukur secara matematis karena berwujud keterangan verbal (kalimat dan kata). Serta lebih bersifat proses (sedangkan data kuantitatif bersifat hasil atau produk)23 2 4 . Data kualitatif hanya dapat digolongkan dalam wujud kategori-kategori. Misalnya dapat kita beri contoh pernyataan orang tentang suatu keadaan bagus, buruk, mencekam, menarik, membosankan, sangat istimewa dan sebagainya'4.

  Hakikatnya adalah manusia sebagai makluk sosial, psikis, dan budaya yang mengaitkan makna dan interpretasi dalam bersikap dan bertingkah laku. Makna interpretasi itu sendiri dipengaruhi oleh lingkungan pendidikan sekitar.

  Dalam proses penelitian ini, ada beberapa karakteristik yang dapat dirangkum kedalam beberapa hal berikut i n i :

  22 Cik Hasan Bisri dan Eva Rufaidah, M odel Penelitian Agama dan Dinamika Sosial, PT. Rajawali Grafindo Persada, Jakarta, him. 102.

  23 Rusdin Pohan, M etodologi Penelitian Pendidikan, Lanarka Publiser, Yogyakarta, 2007. him. 93.

  19 Dalam penelitian ini, peneliti sendiri telah mengadakan wawancara

  tidak berstruktur. Peneliti memungkinkan melakukan hal tersebut. Dengan latar belakang pendidikan, artinya dia mempunyai pengetahuan dasar tentang masalah sertifikasi guru dalam jabatan sehingga memungkinkan untuk mengembangkan pertanyaan untuk wawancara mendalam ketika dilapangan. Oleh karena itu, paling tepat sebagai instrumen yang dapat memahami pelaksanaan sertifikasi guru dalam jabatan dari interaksi antar objek peneliti, menyelami cara pandang dan perasaan serta nilai yang terkandung dalam persepsi responden.

  Peneliti mengadakan komunikasi dengan objek memakai bahasa Indonesia yang memungkinkan komunikasi lebih akrab dan mudah dipahami sehingga akan terjalin baik antara peneliti dengan responden.

  Peneliti berusaha mengumpulkan dan mencatat data secara terperinci mengenai hal-hal yang bertalian dengan permasalahan yang sedang diteliti, misalnya mengenai keadaan lingkungan dimana guru mengajar, kondisi lembaga kependidikan baik itu swasta maupun negeri, serta cara pendang guru tersendiri. Data tidak dipandang terpisah sendiri- sendiri akan tetapi saling berkaitan dan merupakan satu keseluruhan atau terstruktur.

  Data atau informasi dari satu pihak dicek kebenaranya dengan cara menguji keakuratan data tersebut dengan yang lainya, misalnya dari pihak kedua, ketiga dan seterusnya mengunakan metode yang berbeda. Tujuannya membandingkan informasi tentang hal yang sama yang

  20

  diperoleh dari berbagai pihak, agar ada jaminan tingkat kepercayaan terhadap data yang diajukan. Pengunaan metode ini memungkinkan terhindarnya aspek subjektivitas.

  Peneliti mementingkan pandangan responden, bagaimana dia memandang dan menafsirkan dunia dari segi pendiriannya. Peneliti tidak memaksakan pandanganya sendiri. Dengan kata lain, peneliti memasuki wilayah penelitian tanpa generalisasi, seakan akan tidak mengetahui sedikit pun, sehingga dapat menaruh perhatian penuh pada konsep-konsep yang dianut partisipan.

  Peneliti mengadakan verifikasi, terutama jika peneliti berhadapan dengan kasus-kasus yang dipandang bertentangan atau negatif. Untuk memperoleh hasil yang maksimal dilihat dari validitas dan tingkat akurasinya, peneliti mencari kasus-kasus yang bebeda atau bertentangan dengan yang telah ditemukan. Maksudnya, untuk memperoleh hasil yang lebih tinggi tingkat kepercayaanya yang mencangkup situasi yang lebih luas, sehingga apa yang semula tampak berlawanan akhirnya dapat meliputi dan tidak lagi mengandung aspek-aspek yang tidak sesuai.

  3. Sumber informasi Informasi dalam penelitian ini diperoleh melalui sumber lapangan.

  Sumber informasi lapangan ialah Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah urusan.kurikulum serta Guru Pendidikan Agama Islam. Sedangkan sumber sekunder yaitu dokumen-dokumen yang merupakan hasil laporan, hasil

  21

  penelitian, serta buku-buku yang ditulis orang lain tentang sertifikasi guru dalam jabatan.

  4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam dan pengamatan. Pengamatan dilakukan untuk mengumpulkan data atau informasi berkenaan dengan model/cara guru Pendidikan Agama Islam mengajar didaalam kelas pada SMA Negeri 1 Pabelan maupun SMK Muhammadiyah Salatiga.

  Wawancara mendalam untuk mengali informasi lebih dalam mengenai pikiran serta perasaan responden, dan untuk mengetahui lebih jauh bagaimana responden memandang dunia berdasarkan perspektifnya, pencarian informasi secara emic. Informasi emic ini diolah, ditafsirkan dan dianalisis oleh peneliti sehingga melahirkan etic pandangan peneliti tentang data.

  Wawancara dilakukan dalam bentuk percakapan informal dengan menggunakan lembaran berisi garis besar tentang apa-apa yang akan ditanyakan, y a itu :

  1. Konsep “Sertifikasi guru dalam jabatan

  2. Manfaat sertifikasi guru dalam jabatan

  3. Prosedur dan persyaratan mengikuti sertifikasi guru dalam jabatan

  4. Pelaksanaan sertifikasi guru dalam jabatan

  5. Dampak positif dan negatif guru dari pelaksanaan sertifikasi guru dalam jabatan

  22

  5. Analisis data Dalam menganalisis data persepsi guru Pendidikan Agama Islam tentang sertifikasi guru dalam jabatan menggunakan analisis kualitatif.

  Data dalam penelitian kuantitatif sangat beragam bentuknya, ada berupa catatan wawancara, rekaman pita kaset, gambar, foto, peta, dokumen, bahkan rekaman pada shoting lapangan25.

  Namun didalam penelitian Persepsi Guru Pendidikan Agama Islam tentang pelaksanaan sertifikasi guru dalam jabatan peneliti menggunakan teknik wawancara mendalam serta rekaman, hal ini untuk keakuratan data tentang proses pelaksanaan sertifikasi di SMA N 1 Pabelan dengan SMK Muhammadiyah Salatiga.

  Analisis data adalah proses menyusun data agar dapat ditafsirkan, menyusun data berarti menggolongkan kedalam pola, tema, atau ketegori tafsiran atau interpretasi artinya memberikan makna kepada analisis, menjelaskan pola atau ketegori, mencari hubungan antara berbagai konsep26. Analisis data ini sendiri akan dilakukan dalam tiga cara, yaitu :

  a. Reduksi data Data yang diperoleh di lapangan ditulis dalam bentuk uraian yang sangat lengkap dan banyak. Data tersebut direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal pokok, difokuskan kepada hal-hal yang penting dan berkaitan dengan masalah persepsi guru Pendidikan Agama Islam serta pelaksanaanya. Sehingga memberi gambaran yang lebih tajam tentang 25 Ibid., him. 94.

  23

  hasil wawancara. Reduksi dapat membantu dalam memberikan kode kepada responden serta aspek-aspek yang dibutuhkan dalam wawancara.

  b. Display data Analisis ini dilakukan mengingat data yang terkumpul demikian banyak. Data yang tertumpuk menimbulkan kesulitan dalam mengambarkan detail secara keseluruhan dan sulit pula untuk mengambil kesimpulan. Kesukaran dapat diatasi dengan cara membuat bagan triangulasi data. Sehingga keseluruhan data dan bagian-bagian hasil wawancara dapat dipetakan dengan jelas.

  c. Kesimpulan dan verifikasi Data yang sudah dipolakan, difokuskan dan disusun secara sistematis baik memalui penentuan tema maupun model bagan.