PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DALAM MEMBINA KECERDASAN SPIRITUAL PADA SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 1 BRINGIN TAHUN PELAJARAN 20172018 SKRIPSI DiajukanUntukMemperolehGelar SarjanaPendidikan (S.Pd.)

  

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

DALAM MEMBINA KECERDASAN SPIRITUAL

PADA SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 1 BRINGIN

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

  

SKRIPSI

DiajukanUntukMemperolehGelar

SarjanaPendidikan (S.Pd.)

  

Oleh:

  

INGGI PUTRI PRADANA

NIM 111-13-028

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2017 ii

  

MOTTO

“Waktu itu bagikan pedang, jika kamu tidak

memanfaatkannya atau menggunakan untuk memotong, ia

akanmemotongmu (menggilasmu)”

(H.R. Muslim)

  PERSEMBAHAN 1. Untuk kedua orangtuaku tercinta, Bapak Sutikno dan Ibu Siti Rohmah.

  Yang rela banting tulang demi membiayai kuliah saya. Yang selalu memberikan doa, dukungan dan semangat selama saya masuk kuliah sampai sekarang.

  2. Untuk adikku tersayang, Azahrilla Syifaania Bintang. Yang selalu menghibur dan mendoakan saya.

  3. Untuk sahabat-sahabat tersayang (Dian Vera Rahmawati, Alifatul Latifah, Siti Zuliyanah, Siti Nafsatul Rohmah, Rina Anggraini, dan Sri Lestari), yang tidak pernah berhenti memberikan support dan dorongan kepada saya sampai pada titik ini.

  4. Untuk dosen pembimbing skripsiku Drs. Bahroni, M.Pd., terimakasih untuk bimbingan dan saran-sarannya hingga terselesaikannya skripsi ini.

  5. Untuk keluarga besar SMA N 1 Bringin yang telah berpartisipasi dalam penyelesaian skripsi ini.

  6. Seluruh Dosen IAIN Salatiga beserta staffnya. Terimakasih untuk ilmu, pengalaman dan bantuannya.

KATA PENGANTAR

  Assalamu’alaikum Wr.Wb Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

  Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah- Nya. Sholawat dan salam semoga tercurah kepada khotamul anbiya Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya.

  Skripsi yang berjudul “PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA

  ISLAM (PAI) DALAM MEMBINA KECERDASAN SPIRITUAL PADA SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 1 BRINGIN TAHUN

PELAJARAN 2017/2018” ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat

  memperoleh gelar Sarjana Stara Satu (S.1) pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam.

  Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan juga arahan serta saran dari berbagai pihak, sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karna itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:

  1. Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd. Selaku Rektor IAIN Salatiga 2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

  3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan PAI

  4. Bapak Drs. Bahroni, M.Pd. selaku dosen pempimbing skripsi yang dengan tulus, ikhlas membimbing penulis dalam menyelesaikan tulisan ini.

  5. Almarhum Bapak Prof.Dr. M. Zulfa, M.Ag. selaku pembimbing akademik.

  6. Segenap dosen dan karyawan IAIN Salatiga.

  

ABSTRAK

Inggi Putri Pradana. 2017. Peran Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam

Membina Kecerdasan Spiritual Siswa Kelas XI IPS Di SMA Negeri 1 Bringin Tahun Pelajaran 2017/2018. Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan

  Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Bahroni, M.Pd.

  Kata Kunci : Kecerdasan Spiritual, peran guru PAI.

  Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui pengaruh guru PAI terhadap kecerdasan spiritual siswa. Pertanyaan yang ingin di jawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana peran guru PAI dalam membina kecerdasan spiritual pada siswa kelas XI IPS di SMA N 1 Bringin? (2) Apa faktor pendukung dan penghambat dalam membina kecerdasan spiritual siswa kelas XI IPS di SMA N 1 Bringin?. Dengan demikian, tujuan yang hendak di capai dalam penenlitian ini adalah untuk mengetahui peran guru PAI dalam membina kecerdasan spiritual siswa kelas XI IPS di SMA N 1 Bringin, serta untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam membina kecerdasan spiritual siswa kelas XI

  IPS di SMA N 1 Bringin.

  Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan (field research) dan bersifat deskriptif kualitatif. Sumber data dan penelitian ini meliputi sumber primer dan sumber sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Keabsahan data diperoleh melalui triangulasi sumber. Data yang terkumpul dianalisis dengan cara display data, reduksi data dan verifikasi.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) peran guru PAI sebagai motivator dan fasilitator sangat berpengaruh dalam membina kecerdasan spiritual siswa kelas XI IPS, sehingga anak-anak secara bertahap berubah menjadi lebih baik dan memiliki kesadaran diri untuk melaksanakan kewajibannya. (2) Faktor penghambat dan pendukung dalam membina kecerdasan spiritual siswa kelas XI

  IPS beraneka ragam. Faktor pendukung berasal dari sesama guru dan lingkungan sekolah. Sedangkan faktor penghambatnya yaitu kurangnya sarana prasarana yang mendukung, kurangnya dorongan/motivasi dari orang tua tentang keagamaan, kurangnya kesadaran diri, dan kurangnya kemampuan siswa dalam membagi waktu.

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL...................................................................................... i HALAMAN BERLOGO ............................................................................... ii NOTA DINAS PEMBIMBING .................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................................... v MOTTO ......................................................................................................... vi PERSEMBAHAN.......................................................................................... vii KATA PENGANTAR………………………………………….................... viii ABSTRAK…………………………………………..................................... x DAFTAR ISI………………………………………….................................. xi DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………...……………. xiii

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..............................................................

  1 B. Fokus Penelitian...........................................................................

  5 C. Tujuan Penelitian .........................................................................

  5 D. Kegunaan Penelitian ....................................................................

  6 E. Telaah Pustaka …………………………………………………. 7 F. Penegasan Istilah .........................................................................

  8 G. Metode Penelitian ……………………………………………… 15 H. Sistematika Penulisan ………………………………………......

  16 BAB II Kajian Pustaka

  A. Guru Pendidikan Agama Islam....................................................

  17 B. Kecerdasan Spiritual.....................................................................

  24 C. Meningkatkan Kecerdasan Spiritual............................................ 30

  BAB III Paparan Data dan Hasil Temuan A. Paparan Data ……………............................................................

  36 1. Letak Geografis…....................................................................

  36 2. Profil SMA N 1 Bringin...............................………………….

  36 3. Visi dan Misi ...........................................................................

  38 4. Data Siswa dan Guru................................................................

  40 B. Temuan Penelitian........................................................................

  41 1. Profil Responden .....………………………...........................

  41 2. Hasil Wawancara dengan Guru PAI dan Siswa ......................

  41 BAB IV PEMBAHASAN A. Peran Guru PAI dalam Membina Kecerdasan Spiritual...............

  49 B. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Membina Kecerdasan Spiritual .......................................................................................

  52 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan...................................................................................

  57 B. Saran ............................................................................................

  58 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 59 LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................ 62

  DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Pedoman Wawancara Lampiran 2 Dokumentasi Kegiatan Lampiran 3 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 4 Surat Tugas Pembimbing Skripsi Lampiran 5 Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 6 Surat Rekomendasi Penelitian dari KESBANGPOL Lampiran 7 Surat Keterangan Melakukan Penelitian Lampiran 8 Surat Keterangan Lulus Ujian Komprehensif Lampiran 9 Daftar Satuan Kredit Kegiatan (SKK) Lampiran 10 Lembar Konsultasi Skripsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan proses pendewasaan dan mengembangkan

  aspek-aspek manusia baik fisik, biologis maupun psikologis. Aspek fisik biologis manusia dengan sendirinya akan mengalami proses perkembangan, pertumbuhan dan penuaan. Sedangkan aspek psikologis manusia melalui pendidikan yang didewasakan, dikembangkan dan disadarkan. Proses penyadaran dan pendewasaan dalam konteks pendidikan ini mengandung makna yang mendasar karena bersentuhan dengan aspek yang paling dalam dari diri manusia, yaitu kejiwaan dan kerohanian. Dua elemen ini sangat penting dalam membina moralitas pada pendidikan sehingga menghasilkan lulusan pendidikan yang berwawasan luas dalam bidang ilmu pengetahuan dan memiliki kecerdasan spiritual yang mencakup aspek kehormatan.

  Pada saat ini krisis moral yang menimpa Indonesia berawal dari lemahnya penanaman nilai terhadap anak-anak. Pada zaman sekarang banyak anak-anak yang menggunakan narkoba, bolos sekolah, tawuran, dan berandal bermotor bahkan banyak anak pada zaman sekarang ini yang melawan orang tua dan menganiaya orang tuanya. Untuk membentuk akhlak seseorang itu terkait erat dengan kecerdasan emosi, sementara itu kecedasan itu tidak berarti tanpa ditopangi oleh kecerdasan spiritual.

  Anak perlu diajarkan pendidikan yang berlandaskan pada nilai- nilai agama sebagai alat pengontrol dan pengendali hidup anak, yakni agama yang menjadi pedoman dan petunjuk mengenai apa yang harus dilaksanakan didalam menciptakan sikap dan perilaku yang baik sesuai ajaran agama islam serta membimbing anak mempunyai akhlak yang mulia.

  Sesuai dengan Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang pendidikan nasional menyebutkan:“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara” (Undang-Undang System Pendidikan, 2008: 3). Oleh karena itu orang tua tidak seharusnya hanya mengutamakan kecerdasan intelektual saja, tetapi kecerdasan spiritual juga sangat penting ditananamkan pada anak sejak dini, agar anak-anak dapat menjadi penerus bangsa yang memiliki moral tinggi.

  Dalam pendidikan di sekolah guru-guru terutama guru PAI berperan dalam mendidik anak tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan saja melainkan juga menanamkan nilai keimanan dalam jiwa anak, mendidik anak agar menjalankan nilai-nilai agama didalam kehidupannya serta mendidik anak agar anak berbudi pekerti luhur.Jadi guru memiliki peranan yang sangat penting dalam membina peserta didik, karena guru merupakan orang tua kedua bagi peserta didik di sekolahyang mendidik, membimbing, mengajar dan melatih peserta didik.

  Guru harus menjadi tauladan, membentuk kepribadian anak harus dilakukan secara terus-menerus karena secara tidak langsung anak- anak akan meniru apa yang dilakukan oleh guru melalui pembiasaan, pada diri anak itu harus ditanamkan bukan diajarkan, karena akan berbeda ketika anak hanya diajarkan dengan anak-anak harus ditanamkan moral dan nilai-nilai yang berlandaskan pada pendidikan agama (kecerdasan spiritual).

  Setelah anak mendapatkan pendidikan yang berlandaskan pada nilai agama diharapkan tingkat kecerdasan spiritual yang ada dalam diri anak meningkat.

  Menurut Asmoro (2008: 64) bahwa kecerdasan spiritual didasarkan atas nilai-nilai agama, sebuah kecerdasan yang bepusat pada nilai keagamaan. Apapun langkah yang dijalankan terarah pada kecintaannya pada Allah. Selanjutnya, kecerdasan spiritual bagi siswa diartikan sebagai kemampuan untuk menyadari makna dirinya dalam berhubungan dengan Tuhan. Membangun kecerdasan spiritual berarti membangun kesadaran sebagai upaya mengembangkan kemampuan spiritual. Kemampuan mengatasi beban hidup baik dari yang ringan hingga yang berat. Dengan demikian kecerdasan spiritual menciptakan motivasi diri untuk menjalani aktivitas. Kecerdasan spiritual harus lebih diutamakan daripada kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional. Hal ini dikarenakan kecerdasan spiritual selalu didasarkan pada nurani dan ketuhanan (agama) sebagai orientasi segala tindakan.

  Kecerdasan spiritual diperlukan bagi seorang siswa sebagai jalan memahami kegiatan belajar yang dilakukan. Tugas belajar bukanlah sesuatu yang berat untuk dilaksanakan, tetapi tugas mulia Tuhan yang dipercayakan. Dalam lingkup Islam, belajar merupakan aktivitas wajib yang harus dilakukan sepanjang hayat. Seperti yang dijelaskan dalam hadits nabi, tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang lahat.

  Siswa yang cerdas secara spiritual memahami bahwa belajar merupakan salah satu cara menjalin hubungan dengan Allah SWT. Melalui aktivitas belajar, siswa memahami bahwa belajar merupakan sebuah kewajiban yang ditempuh sebagai langkah menjalankan perintahnya.

  Bukan semata-mata hanya ingin mendapatkan nilai tinggi melainkan mampu mendekatkan diri menjadi manusia bertaqwa dihadapan Allah.

  Potensi spiritual manusia merupakan kekuatan pengendali serangkaian tindakan instingtif manusia dalam memenuhi kebutuhan fisik dan psikisnya. Kekuatan spiritual memerlukan penajaman sehingga secara naluri manusia bertindak cerdas dalam menggapai hidup bahagia dan bermakna. Potensi ini harus dimulai diasah dan dikembangkan sejak anak sebelum masuk sekolah sekalipun. Sehingga kecerdasan ini dapat berkembang secara optimal. Kecerdasan spiritual memiliki kekuatan untuk mentranformasi kehidupanbahkan dapat mengubah realitas dan dapat membimbing manusia untuk meraih kebahagian hidup yang hakiki.

  Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan karena semakin menurunnya nilai moral masyarakat saat ini yang disebabkan kurangnya menanamkan nilai-nilai yang berhubungan dengan agama yang sering disebut kecerdasan spiritual maka penulis memandang perlu untuk mengadakan suatu penelitian mengenai “PERAN GURU PAI

  DALAM MEMBINA KECERDASAN SPIRITUAL SISWA KELAS

XI IPS DI SMA N 1 BRINGIN TAHUN PELAJARAN 2017/2018”.

  B. Fokus Penelitian

  Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

  1. Bagaimana peran guru PAI dalam membina kecerdasan spiritual pada siswa kelas X IPS di SMA N 1 Bringin?

  2. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam membina kecerdasan spiritual siswa kelas XI IPS di SMA N 1 Bringin?

  C. Tujuan Penelitian

  Adapun yang menjadi tujuan penulis mengacu pada permasalahan diatas adalah sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui peran guru PAI dalam membina kecerdasan spiritual pada siswa kelas XI IPS di SMA N 1 Bringin.

  2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam membina kecerdasan spiritual siswa kelas XI IPS di SMA N 1 Bringin.

D. Kegunaan Penelitian

  Adapun manfaat dari hasil penelitian ini sebagai berikut:

  1. Manfaat Praktis

  a. Sekolah: hasil penelitian ini dapat memberikan masukan yang positif bagi lembaga pendidikan terutama guru Pendidikan Agama Islam (PAI) sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan kualitas siswa secara spiritual, juga sebagai referensi bagi kepala sekolah maupun guru dalam mengevaluasi proses pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan spiritual siswa.

  b. Penulis: menambah dan memperkaya pengetahuan penulis dalam bidang pendidikan, serta memberikan wawasan baru mengenai pentingnya pengembangan kecerdasan spiritual bagi siswa.

  c. Mahasiswa: diharapkan bermanfaat sebagai referensi baru dalam memperkaya wawasan dan pengetahuan mengenai kecerdasan spiritual siswa.

  2. Manfaat Teoritis

  a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan di dunia pendidikan dan disiplin ilmu lain khususnya dalam pengembangan kecerdasan spiritual.

  b. Memberi sumbangan ilmiah bagi kalangan akademis yang mengadakan penelitian berikutnya maupun riset baru tentang kecerdasan spiritual di SMA N 1 Bringin.

E. Telaah Pustaka

  Dasar atau acuan berupa teori-teori atau temuan-temuan daeri berbagai hasil penelitian sebelumnya merupakan hal yang kiranya perlu untuk dijadikan sebagai data acuan atau pendukung bagi penelitian ini. Hasil penelitian terdahulu yang hampir memiliki kesamaan topic dengan penelitian yang dilakukan peneliti di antaranya yaitu:

  

1. Penelitian yang dilakukan Ahmad Jamhari (2011) yang berjudul

“Peran Guru dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional dan Spiritual (ESQ) Siswa Di MA Al Hidayah Candi Kecamatan Bandungan”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

  bagaimana peran guru PAI dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual siswa di MA Al Bidayah Bandungan. Kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual dalam penelitian ini adalah bagaimana mengatur tiga komponen yaitu iman, Islam dan ihsan dalam keselarasan dan kesatuan tauhid. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran guru PAI dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual sangat tinggi.

  Penelitian Ahmad Jamhari mempunyai kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yakni sama-sama meneliti tentang kecerdasan spiritual dan meggunakan jenis penelitian kualitatif. Untuk perbedaan dalam penelitian ini sudah jelas, peneliti melakukan penelitian di SMA N 1 Bringin sedangkan peneliti Ahmad Jamhari melakukan penelitian di MA Al Hidayah Bandungan.

  2. Penelitian yang dilakukan oleh Dita Indi Nur Otapiyani (2012) yang berjudul “Nilai-Nilai Spiritual dalam Novel Syahadat Cinta Karya

  Taufiqurrahman Al-Azizy”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

  mengetahui nilai-nilai spiritual apa saja dalam novel Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy. Nilai-nilai spiritual dalam penelitian ini adalah nilai yang terdapat dalam kejiwaan manusia yang mencakup nilai estetika, nilai moral, nilai religious dan nilai kebenaran. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam novel Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy ini memiliki nilai-nilai spiritual yang sangat berpengaruh pada kejiwaan manusia.

  Penelitian Dita Indi Nur Otapiyani memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu sama-sama meneliti tentang nilai spiritual. Untuk perbedaannya yaitu peneliti menggunakan penelitian kualitatif sedangkan peneliti Dita Indi Nur Otapiyani menggunakan penelitian literature.

F. Penegasan Istilah

1. Peran Guru

  Guru menurut UU No. 14 tahun 2005 adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

  Peran guru dalam penelitian ini yaitu peran guru dalam membina atau membimbing kecerdasan spiritual pada siswa kelas XI IPS di SMA N 1 Bringin.

2. Kecerdasan Spiritual

  Kecerdasan spiritual atau Spiritual Quotient (SQ) adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna kehidupan, nilai-nilai, dan keutuhan diri yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.

  Seseorang dapat menemukan makna hidup dari bekerja, belajar dan bertanya, bahkan saat menghadapi masalah atau penderitaan.

  Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan jiwa yang membantu menyembuhkan dan membangun diri manusia secara utuh. Kecerdasan spiritual adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Bahkan, SQ merupakan kecerdasan tertinggi (Zohar dan Marshall, 2001: 12-13) menyatakan bahwa kecerdasan spiritual memungkinkan seseorang untuk mengenali nilai sifat-sifat pada orang lain serta dalam dirinya sendiri.

  Kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberikan makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan, melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia yang seutuhnya dan memiliki pola pemikiran tauhid (integralistik), serta berprinsip “hanya karena Allah” (Agustian, 2001: 57).

G. Metode Penelitian

  1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

  Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian skripsi ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif dan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field research) yakni metode yang digunakan untuk memperoleh data-data melalui penyelidikan berdasarkan objek lapangan, daerah atau lokasi guna memperoleh data yang valid dan dapat dipertanggung jawabkan (Sukmadinata, 2013: 60).

  Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah

  (natural setting), disebut sebagai metode kualitatif karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif (Sugiyono, 2011: 8).

  2. Kehadiran Peneliti

  Kehadiran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pengumpul data mengenai peran guru PAI dalam membina kecerdasan spiritual siswa kelas XI IPS di SMA N 1 Bringin. Peneliti harus mengamati, mendampingi dan terlibat dalam kegiatan yang bertujuan untuk membina kecerdasan spiritual siswa.

  3. Lokasi Penelitian

  Penelitian ini akan dilakukan di SMA N 1 Bringin, tepatnya di Jalan Wibisono Gg. II, Bringin, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

  4. Sumber Data

  Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

  a. Data Primer Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh secara langsung (Arikunto, 2006: 145). Digunakan untuk mendapatkan data tentang peran guru PAI dalam membina kecerdasan spiritual pada siswa kelas XI IPS di SMA N 1 Bringin.

  Adapun untuk memperoleh data dengan melakukan wawancara dengan para informan yang telah ditentukan meliputi berbagai hal yang kaitannya dengan kecerdasan spiritual pada siswa kelas XI

  IPS di SMA N 1 Bringin. Adapun sumber data dalam penelitian ini yaitu guru PAI kelas XI dan siswa kelas XI IPS..

  b. Data Sekunder Sumber data sekunder adalah sumber data pendukung atau penunjang penelitian ini (Arikunto, 2006: 145). Sumbernya berupa dokumen, arsip, buku, karya ilmiah lainnya serta foto yang berkaitan dengan kegiatan di SMA N 1 Bringin.

5. Metode Pengumpulan Data

  Adapun metode pengumpulan data yang digunakan yaitu meliputi:

  a. Metode Wawancara/Interview Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui dialog dan tatap muka langsung dengan orang yang dapat memberikan informasi kepada peneliti (Moleong, 2008: 153).

  b. Metode Observasi Observasi atau pengamatan merupakan salah satu teknik atau cara menampilkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung (J.R. Raco, 2010: 115).

  Dalam observasi ini peneliti melakukan pengamatan langsung kepada guru PAI yang berada di lokasi penelitian kegiatan tersebut berlangsung serta mencari data-data yang mendukung dalam penelitian.

  c. Metode Dokumentasi Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung pada subjek penelitian namun melalui dokumentasi- dokumentasi (Nasution, 2003: 143). Dalam metode dokumentasi, peneliti mencari dokumen-dokumen penting yang mendukung data berkaitan dengan penelitian dan untuk memperkuat data-data yang didapat.

  6. Analisis Data

  Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi (Sugiyono, 2006: 244).

  Adapun yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini yaitu analisis kualitatif, dengan langkah-langkah berikut: a. Display data, peneliti menyajikan semua data yang diperolehnya dalam bentuk uraian atau laporan terperinci.

  b. Reduksi data, yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya (Sugiyono, 2006: 247). Dengan memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitian, maka akan memberikan gambaran yang lebih tajam.

  c. Verivikasi data, peneliti berusaha untuk mencari data yang dikumpulkannya untuk menjawab tujuan penelitian.

  7. Pengecekan Keabsahan Data

  Dalam hal ini peneliti berusaha memperoleh keabsahan data temuan. Teknik yang dipakai untuk menguji keabsahan temuan tersebut yaitu teknik triangulasi.

  Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu sebagai pembanding terhadap data-data itu (Moleong, 2011: 332). Triangulasi yang digunakan peneliti dalam penelitian ini ada dua macam yaitu: a. Triangulasi Sumber Data Triagulasi sumber data berarti untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber (Sugiyono, 2006: 274).

  Triagulasi sumber data berarti membandingkan data-data yang diperoleh dari informasi satu dengan yang lainnya dan mengejek kebenaran dan kepercayaan suatu informasi.

  b. Triangulasi Metode Triagulasi metode dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda

  (Sugiyono, 2006: 247). Dalam metode ini pengecekan keabsahan data untuk mengetahui hasil temuan ini benar-benar hasil temuan sendiri, tidak hasil penelitian orang lain ataupun tidak plagiat dari penelitian sebelumnya.

8. Tahap-tahap Penelitian

  Adapun tahapan penelitian bertajuk peran guru PAI dalam membina kecerdasan spiritual pada siswa kelas XI IPS di SMA N 1 Bringin sebagai berikut:

  a. Kegiatan administrasi yang meliputi mengajukan proposal untuk melaksanakan penelitian dari ketua IAIN Salatiga kepada Kepala Sekolah atau Waka Humas di SMA N 1 Bringin guna menyusun pedoman wawancara dan kegiatan administrasi lainnya. b. Kegiatan lapangan yang meliputi: 1) Survei awal untuk mengetahui gambaran umum tentang pembinaan kecerdasan spiritual di SMA N 1 Bringin dan menemui pihak penanggung kegiatan tersebut yang akan dijadikan subyek penelitian serta meminta ijin untuk melakukan penelitian. 2) Memasukkan sejumlah orang yang terkait sebagai informan yang akan dilakukan dengan respondensi penelitian.

  3) Melakukan penelitian secara langsung ke SMA N 1 Bringin untuk memperoleh data dengan cara melakukan interview atau wawancara kepada responden sebagai langkah awal pengumpulan data.

  4) Menyajikan data dengan susunan dan urutan yang memungkinkan dan memudahkan untuk melakukan pemaknaan. 5) Melakukan verifikasi untuk membuat kumpulan-kumpulan temuan penelitian.

  6) Penyusunan laporan untuk dijilid dan dilaporkan.

H. Sistematika Penulisan

  Untuk mempermudah penulisan skripsi agar sistematis dan konsisten serta memberikan gambaran umum mengenai penulisan skripsi ini, maka penulis menyajikan sistematika pembahasan yang terdiri lima bab yaitu: Bab I : Dalam bab pendahuluan terdiri dari latar belakang, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, telaah pustaka, penegasan istilah, metode penelitian dan sistematika penulisan.

  Bab II : Kajian pustaka yang berkenaan dengan peran guru PAI dan teori-teori kecerdasan spiritual. Bab III : Paparan data dan temuan penelitian tentang peran guru PAI dalam membina kecerdasan spiritual, serta faktor pendukung dan penghambat dalam membina kecerdasan spiritual pada siswa kelas XI IPS di SMA N 1 Bringin.

  Bab IV : Analisis data penelitian tentang peran guru agama dalam membina kecerdasan spiritual pada siswa kelas XI IPS di SMA N 1 Bringin.

  Bab V : Penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Guru Pendidikan Agama Islam Umat Islam dianjurkan untuk mengajarkan ilmu pengetahuan dan

  agama kepada orang lain atau siswa, mendidiknya dengan akhlaq Islam dan membentuknya menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, seperti yang diisyaratkat Al-Qur’an mengenai peran para nabi dan pengikutnya dalam pendidikan serta fungsi fundamental mereka untuk mengkaji ilmu-ilmu Illahi serta aplikasinya yaitu dalam QS. Al-Baqarah ayat 129 yang berbunyi :

  ۡم ۡت ۡم ۡن ۡث ۡب ُمُهُمّلَعُي َو َكِت اَء ِه َل َع ْاوُل َي ُه ّم َلو ُس َر ِهيِف َع ٱ َو اَنّب َر َٰي ۡم ۡي

  ١٢٩ ۡل ۡل ۖۡم ۡك ۡل َٰت ۡل ُميِك َح ٱ ُزي ِزَع ٱ َتنَأ َكّنِإ ِهيّك َزُي َو َةَم ِح ٱ َو َب ِك ٱ

  Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As- Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana

  Semula orang yang bertugas mendidik adalah para Nabi dan Rasul, selanjutnya para ulama dan orang yang cerdas atau yang berkompeten dalam bidangnyalah sebagai penerus tugas dan kewajiban mereka. Pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah SWT, khalifah dipermukaan bumi, sebagai makhluk sosial, dan sebagai makhluk individu yang sanggup berdiri sendiri (Syaebani, 2010: 93)

  Istilah lain yang biasa digunakan untuk pendidik adalah guru. Menurut Surayin (2011: 168) guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar. Sedangkan guru agama adalah guru yang mengajarkan agama.

  Guru adalah seseorang yang memiliki kemampuan dan pengalaman yang dapat memudahkan dalam melaksanakan perannya dalam membimbing siswanya, ia harus sanggup menilai diri sendiri tanpa berlebih-lebihan, sanggup berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain, selain itu perlu diperhatikan pula bahwa ia memiliki kemampuan dan kelemahan (Daradjat, 2006: 266).

  Adapun menurut Akhyak (2007: 2), guru adalah orang dewasa yang menjadi tenaga kependidikan untuk membimbing dan mendidik peserta didik menuju kedewasaan, agar memiliki kemandirian dan kemampuan dalam menghadapi kehidupan dunia dan akhirat.

  Guru juga didefinisikan sebagai orang yang membimbing, mengarahkan, dan membina anak didik menjadi manusia yang matang atau dewasa dalam sikap dan kepribadiannya, sehingga tergambarlah dalam tingkah lakunya nilai-nilai Agama Islam (Arifin, 2009: 98).

  Dari berbagai pandangan tersebut dapat disimpulkan bahwa guru adalah orang dewasa yang bekerja dalam bidang pendidikan, yang memiliki tanggung jawab untuk mendidik anak didiknya menuju kedewasaan sehingga tergambarlah dalam tingkah lakunya sehari-hari memiliki kemampuan dalam menghadapai kehidupan dunia dan memiliki bekal untuk akhiratnya kelak.

  Guru dalam Islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan seluruh potensinya, baik potensi afektif, potensi kognitif, maupun potensi psikomotoriknya. Guru juga berarti orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan pada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai tingkat kedewasaan, serta mampu berdiri sendiri dalam memenuhi tugasnya sebagai makhluk Allah. Disamping itu, ia mampu sebagai makhluk sosial dan makhluk individu yang mandiri.

  Dalam konsep pendidikan tradisional Islam, posisi guru begitu terhormat. Guru diposisikan sebagai orang yang ‘alim, wara’, shalih, dan sebagai uswah sehingga guru dituntut juga sebagai aktualisasi dari keilmuan yang dimilikinya. Sebagai guru, ia juga dianggap bertanggung jawab kepada para siswanya, tidak saja ketika dalam proses pembelajaran berlangsung, tetapi juga ketika proses pembelajaran berakhir, bahkan sampai di akhirat.

  Oleh karena itu, wajar jika mereka diposisikan sebagai orang-orang penting dan mempunyai pengaruh besar pada masanya, dan seolah-olah memegang kunci keselamatan rohani dalam masyarakat.

  Guru agama bukan sekedar sebagai “penyampai” materi pelajaran, tetapi lebih dari itu, ia adalah sumber inspirasi “spiritual” dan sekaligus sebagai pembimbing sehingga terjalin hubungan pribadi antara guru dengan anak didik yang cukup dekat dan mampu melahirkan keterpaduan bimbingan rohani dan akhlak dengan materi pengajarannya. Dari berbagai pendapat diatas penulis menyimpulkan guru agama adalah orang dewasa yang bekerja dalam bidang pendidikan, yang memiliki tanggung jawab untuk mendidik anak didiknya menuju kedewasaan dalam perkembangan jasmani dan rohaninya sehingga tergambarlah dalam tingkah lakunya sehari-hari nilai agama dan memiliki kemampuan dalam menghadapai kehidupan dunia dan memiliki bekal untuk akhiratnya kelak.

  Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potesi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Ati, 2008: 54).

  Adapun pendidikan agama Islam menurut Nazarudin (2009: 48), pendidikan Islam adalah sebagai usaha sadar dan terencana untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan.

  Menurut Daradjad (2006: 28) pendidikan agama Islam ialah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikan agama Islam serta menjadikannya sebagai pendangan hidup (way of life).

  Berdasarkan beberapa pengertian mengenai pendidikan agama Islam di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha yang dilakukan dengan sadar dan terencana yang diberikan untuk peserta didik dalam menumbuhkan jasmani dan rohaninya secara optimal demi menjadi manusia yang berkualitas menurut agama Islam, yaitu menjadi orang yang bertakwa kepada Allah SWT.

  Pendidikan Agama Islam pada hakikatnya adalah sebuah proses dalam pengembangannya juga dimaksud sebagai rumpun mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Pendidikan Islam bila diterapkan dalam lembaga pendidikan dan masuk pada kurikulum menjadi sebuah bidang studi.

  Dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam secara keseluruhan mencakup bidang studi Al-Qur’an Hadits, keimanan, akhlaq, fiqih dan sejarah. Hal tersebut membuktikan bahwa ruang lingkup Pendidikan Agama Islam sangat luas dan mencakup perwujudan keserasian, keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan manusia yang lain serta hubungan manusia dengan makhluk lainnya maupun lingkungannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran.

  Berdasarkan penjelasan tentang guru dan Pendidikan Agama Islam dapat disimpulkan bahwa, guru Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar orang dewasa yang bertanggung jawab dalam membina, membimbing, mengarahkan, melatih, menumbuhkan dan mengembangkan jasmani dan rohani anak didik kearah yang lebih baik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah SWT khalifah di muka bumi, sebagai makhluk sosial dan sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri.

  Guru sangat berperan dalam membantu peserta didik dalam mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Minat, bakat, kemampuan dan potensi-potensi lain yang dimiliki peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan pendidik atau guru. Seperti yang kita ketahui dari paparan beberapa ahli seorang guru memiliki banyak peran yang harus dilaksanakan.

  Peran guru dalam proses belajar mengajar mencakup banyak hal. Yang akan dibahas disini adalah peran guru sebagai motivator, khususnya untuk guru Pendidikan Agama Islam. Proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai motivasi dalam belajar. Oleh sebab itu guru perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa. Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa, yaitu dengan cara:

  1. Memperjelas tujuan yang ingin dicapai

  2. Membangkitkan minat siswa

  3. Menciptakan suasananya yang menyenangkan dalam belajar

  4. Berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa

  5. Berikan penilaian

  6. Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa

  7. Ciptakan persaingan dan kerjasama. (Wina, 2010: 14) Guru sebagai penggerak pembelajaran hendaknya mampu menggerakkan siswa-siswinya untuk selalu memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar. Motivasi belajar adalah kekuatan (power motivation), daya pendorong (driving force), atau alat pembangunan kesediaan dan keinginan yang kuat dalam diri peserta didik untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan dalam rangka perubahan perilaku, baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.

  Dalam proses pembelajaran motivasi sangat penting, siswa yang dalam proses belajar mempunyai motivasi yang kuat dan jelas pasti akan tekun dan berhasil belajarnya. Makin tepat motivasi yang diberikan, makin berhasil

  pelajaran itu. Sering terjadi siswa yang berprestasi rendah bukan berarti disebabkan oleh kemampuannya yang rendah, tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi untuk belajar sehingga ia tidak berusaha untuk mengerahkan segala kemampuannya.

  Sebagai motivator guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang dapat merangsang siswa untuk tetap bersemangat dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan sekolah dan dapat meningkatkan kecerdasan siswa. Guru sebagai motivator hendaknya guru bertanggung jawab mengarahkan pada yang baik, harus menjadi contoh, sabar, dan penuh pengertian. Guru harus mampu menumbuhkan disiplin dalam diri (self dicipline). Untuk kepentingan tersebut, guru harus mampu melakukan tiga hal sebagai berikut:

  1. Membantu peserta didik mengembangkan pola perilaku untuk dirinya

  2. Membantu peserta didik meningkatkan standarprilakunya 3.

  Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat untuk menegakkan disiplin.” (Mulyasa, 2012: 56) Apalagi seorang guru Pendidikan Agama Islam, dituntut tidak hanya menyampaikan materi pelajaran saja namun juga sebagai teladan utuk siswanya, sebagai motivator hendaknya juga mampu membantu peserta didik dalam meningkatkan disiplin dan standar perilakunya, mengembangkan kecerdasan, serta selalu memberi dorongan dalam meningkatkan pribadi siswanya menjadi orang yang bertakwa kepada Allah SWT.

B. Kecerdasan Spiritual

1. Pengertian Kecerdasan

  Kecerdasan dalam bahasa Inggris adalah intelligence dan bahasa Arab disebut al-dzaka. Menurut arti bahasa adalah pemahaman, kecepatan, dan kesempurnaan sesuatu dalam arti, kemampuan (al-

  qudrah) dalam memahami sesuatu secara tepat dan sempurna. Kecedasan

  berasal dari kata cerdas yang secara harfiah berarti sempurna perkembangan akal budinya, pandai dan tajam pikirannya. Selain itu cerdas dapat pula berarti sempurna pertumbuhan tubuhnya seperti sehat dan kuat fisiknya. Jadi kecerdasan merupakan kemampuan tertinggi dari jiwa yang ada pada makhluk hidup yang hanya dimiliki oleh manusia yang diperolehnya sejak lahir dan dalam perkembangannya mempengaruhi kualitas hidup manusia (Syaebani, 2009: 78).

  Beberapa para ahli mencoba merumuskan definisi kecerdasan: Suharsono menyebutkan bahwa “kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan masalah secara benar, yang secara relatif lebih cepat dibandingkan dengan usia biologisnya.”David Wechsler, seorang penguji kecerdasan. Menurutnya, kecerdasan adalah; “Kemampuan sempurna (komprehensif) seseorang untuk berperilaku terarah, berpikir logis, dan berinteraksi secara baik dengan lingkungannya”. Berdasarkan hasil penelitiannya, J.P. Chaplin dalam Suharsono (2003: 33) merumuskan tiga definisi kecerdasan, yaitu: a. Kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif.

  b. Kemampuan menggunakan konsep abstrak secara efektif, yang meliputi empat unsur, seperti memahami, berpendapat, mengontrol dan mengkritik.

  c.

  Kemampuan memahami pertalian-pertalian dan belajar dengan cepat sekali. Pada mulanya, para ahli beranggapan bahwa kecerdasan hanya berkaitan dengan kemampuan struktur akal (intellect) dalam menangkap gejala sesuatu, sehingga kecerdasan hanya bersentuhan dengan aspek- aspek kognitif (al-majal alma’rifi). Namun pada perkembangan selanjutnya, disadari bahwa kehidupan manusia bukan semata-mata memenuhi struktur akal, melainkan terdapat struktur kalbu yang perlu mendapat tempat tersendiri untuk menumbuhkan aspek-aspek afektif (al-

  

majal al-infi’ali) seperti kehidupan emosional, moral, spiritual dan

Dokumen yang terkait

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN SPIRITUAL SISWA DI SMP MUHAMMADIYAH 06 DAU MALANG

10 54 25

PERAN GURU DALAM MEMBINA PERILAKU HIDUP SEHAT SISWA MELALUI USAHA KESEHATAN SEKOLAH DI SMA NEGERI 1 BANDA ACEH

0 3 1

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENCEGAH RADIKALISME ISLAM DI SMA SEJAHTERA 0I DEPOK

1 1 36

BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian - PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN SPIRITUAL SISWA DI SMK ISLAM 2 DURENAN TRENGGALEK - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 1 12

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN SPIRITUAL SISWA DI SMK ISLAM 2 DURENAN TRENGGALEK - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 1 41

91 BAB V PEMBAHASAN - PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN SPIRITUAL SISWA DI SMK ISLAM 2 DURENAN TRENGGALEK - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 11

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERIBADAH SISWA TAHUN PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERILAKU SISWADI SD NEGERI KALIBENING SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 PERILAKU KALIBENING SALATIGA - Test Repository

0 2 118

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENUMBUHKAN KARAKTER ANTI KORUPSI PESERTA DIDIK SMK NEGERI 1 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 - Test Repository

0 2 145

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA DI SMP ISLAM NGADIREJO TAHUN PELAJARAN 20142015 SKRIPSI

0 0 116

HUBUNGAN INTENSITAS PEMANFAATAN SITUS KEAGAMAAN DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 BRINGIN TAHUN AJARAN 20142015

0 0 109