BAB IV - DOCRPIJM 1501229667Bab 4 Profil Kabupaten Kab Gkidul

BAB IV PROFIL KABUPATEN GUNUNGKIDUL

  4.1 Gambaran Geografi dan Administratif Wilayah

  Luas wilayah Kabupaten Gunungkidul 1.485,36 km2 atau sekitar 46,63 % dari luas wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Kabupaten Gunungkidul terletak antara 007°46’00”-008°09’00” Lintang Selatan dan 110°21’00”- 110°50’00” Bujur Timur, yang berbatasan dengan :

  • Sebelah Utara : Kabupaten Klaten, Kabupaten Sukoharjo Provinsi.Jawa Tengah - Sebelah Timur : Kabupaten Wonogiri Prop. Jawa Tengah - Sebelah Selatan : Samudera Indonesia - Sebelah Barat : Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman Pemerintah Daerah DIY

  Gambar 4. 1 Posisi Kabupaten Gunungkidul Wilayah admnistratif Kabupaten Gunungkidul dibagi menjadi 18 Kecamatan dan 144 desa. Kecamatan yang ada di Gunungkidul antara lain : Kecamatan Panggang, Purwosari, Paliyan, Saptosari, Tepus, Tanjungsari, Rongkop, Girisubo, Semanu, Ponjong, KarangMojo, Wonosari, Playen, Patuk, Gedangsari, Nglipar, Ngawen, dan Semin. Dari 144 desa, 16 desa masuk klasifikasi Swasembada dan 128 desa masih Swadaya.

  Tabel 4. 1 Pembagian Administratif Wilayah Kabupaten Gunungkidul

  Luas Wilayah No Kecamatan Jumlah Desa Jumlah Dusun 2 (Km )

  1. Panggang 99,80

  6

  44

  2. Paliyan 58,07

  7

  50

  3. Tepus 104,91

  5

  85

  4. Rongkop 83,46 8 101

RPI2-JM KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2015-2019

  No Kecamatan Luas Wilayah (Km 2 ) Jumlah Desa Jumlah Dusun

  7

  Gambar 4. 2 Peta Administratif Kabupaten Gunungkidul

  32 1.485,36 144 1.431

  5

  18. Purwosari 71,76

  71

  5

  17. Tanjungsari 71,63

  82

  8

  16. Girisubo 94,57

  67

  7

  15. Saptosari 87,83

  60

  14. Gedangsari 68,14

  5. Semanu 108,39 5 106

  13. Semin 78,92 10 116

  66

  6

  12. Ngawen 46,59

  53

  7

  11. Nglipar 73,87

  72

  11

  10. Patuk 72,04

  9. Playen 105,26 13 101

  8. Wonosari 75,51 14 104

  7. Karangmojo 80,12 9 104

  6. Ponjong 104,49 11 119

RPI2-JM KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2015-2019

  Wilayah perkotaan di kabupaten Gunungkidul disajikan dalam gambar berikut ini.

  Gambar 4. 3 Peta Wilayah Perkotaan Kabupaten Gunungkidul

  4.2 Gambaran Demografi

  Jumlah penduduk Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013 berjumlah 683.735 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 330.461 jiwa dan perempuan sebanyak 353.274 jiwa. Hampir separuh penduduk Kabupaten Gunungkidul berada di 6 Kecamatan yaitu Wonosari (11,66 %), Playen (8,07 %), Semanu (7,66 %), Ponjong (7,37 %), Semin (7,25 %) dan Karangmojo (7,22 %).

  

Sex Rasio penduduk Kabupaten Gunungkidul adalah sebesar 93,54 yang berarti jumlah

penduduk laki-laki 6,56 persen lebih sedikit di bandingkan jumlah penduduk perempuan.

  Kecamatan dengan sex ratio paling tinggi adalah kecamatan Gedangsari yaitu sebesar 95,97 sedangkan yang paling rendah adalah kecamatan Girisuboyaitu sebesar 90,40.

RPI2-JM KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2015-2019

  • 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 35.000 40.000 45.000 50.000 55.000 0 - 4 5 -9 10 -14 15 - 19 20 - 24 25 - 29 30 - 34 35 - 39 40 - 44 45 - 49 50 - 54 55 - 59 60 - 64 65 +

  Sumber: BPS Kabupaten Gunungkidul Gambar 4. 4 Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Per Kelompok Umur, 2014

  (BPS, 2014) Sumber: BPS Kabupaten Gunungkidul, 2013

  Gambar 4. 5 Sex Ratio Penduduk Menurut Kecamatan

  24.242 24.960 27.138

23.071

  16.667 21.274

21.662

23.445

  24.489 23.830

22.442

21.708

  17.671 37.862

22.857

23.631

  25.511 21.139 17.938

22.515

  

22.646

25.553 26.647 26.747

  25.842

22.850

19.312 50.096

  Jiwa K e lo m p o k Us ia Perem puan Laki- laki

RPI2-JM KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2015-2019

  Laki-laki; 330.461 ; Perempuan 48%

  ; 353.284 ; 52%

  Sumber: BPS Kabupaten Gunungkidul, 2014 Gambar 4. 6 Struktur Penduduk Kabupaten Gunungkidul Berdasarkan Jenis Kelamin, 2014

  Laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Gunungkidul rata-rata sebesar 0,69 persen per tahun. Jika dilihat laju pertumbuhan penduduk per kecamatan yang tertinggi adalah Kecamatan Patuk yaitu sebesar 0,75 persen per tahun sedangkan yang terendah adalah Kecamatan Rongkop yaitu sebesar -0,51 persen per tahun. Tingginya laju pertumbuhan penduduk di Kecamatan Patuk dikarenakan kecamatan Patuk berbatasan dengan Kabupaten Bantul dan wilayah tersebut paling dekat dengan Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta, sedangkan Kecamatan Rongkop yang laju pertumbuhannya -0,51 persen per tahun dikarenakan banyaknya penduduk yang keluar dari Kecamatan Rongkop untuk bekerja maupun melanjutkan pendidikan di daerah lain.

  Sumber: BPS Kabupaten Gunungkidul, 2013 Gambar 4. 7 Laju Pertumbuhan Penduduk Kecamatan

RPI2-JM KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2015-2019

  Proyeksi penduduk Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013-2019 disajikan dalam tabel di bawah ini.

  Gambar 4. 8 Proyeksi Penduduk Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013-2019 Dengan luas wilayah 1.485,36 kilometer persegi yang didiami 683.735 jiwa maka rata-rata kepadatan penduduk Gunungkidul adalah sebesar 460 jiwa/km2. Kecamatan yang paling tinggi kepadatannya adalah Kecamatan Wonosari sebesar 1.056 jiwa/km2 sedangkan Kecamatan yang paling rendah kepadatannya adalah Kecamatan Girisubo sebesar 238 jiwa/km2.

  Sumber: BPS Kabupaten Gunungkidul, 2013 Gambar 4. 9 Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Kabupaten Gunungkidul, 2013

  683.735 688.453 693.203 697.986

  702.802 707.652 712.534

  665.000 670.000 675.000 680.000 685.000 690.000 695.000 700.000 705.000 710.000 715.000 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

  Ji wa Tahun r=0,69%

RPI2-JM KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2015-2019

  Jumlah penduduk berdasarkan kecamatan Kab. Gunungkidul tahun 2013 disajikan dalam gambar dibawah ini.

  90.000 79.730 80.000 70.000

  55.169 60.000 52.375 50.417

  49.630

49.368

50.000 35.699

  34.693 40.000 32.282 32.013 30.716

  30.054 29.442 26.839

  27.232 wa 26.014

  30.000 Ji

  22.461 19.601 20.000 10.000

  • Kecamatan

  Gambar 4. 10 Jumlah penduduk Kab. Gunungkidul Tahun 2014 per kecamatan (BPS, 2014) Sumber: BPS Kabupaten Gunungkidul, 2013

  Gambar 4. 11 Distribusi Persentase Penduduk Kecamatan Kabupaten Gunungkidul Tabel 4. 2 Jumlah penduduk miskin Kabupaten Gunungkidul 2006-2012

  No. Tahun Garis Kemiskinan Penduduk Miskin (Rp/Kapita/Bulan) (Jiwa)

  1. 2006 147.995,00 194.400 2. 2007 158.152,00 192.100

RPI2-JM KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2015-2019

  No. Tahun Garis Kemiskinan Penduduk Miskin (Rp/Kapita/Bulan) (Jiwa)

  3. 2008 157.071,00 173.520 4. 2009 186.232,00 163.670 5. 2010 203.873,00 148.700 6. 2011 220.479,00 157.100 7. 2012 238.438,00 156.500

  Sumber : BPS Kabupaten Gunungkidul 2013

  4.3 Gambaran Topografi

  Topografi Kabupaten Gunungkidul memiliki kemiringan yang bervariasi. 18,19% merupakan daerah datar dengan slope 0%-2%. Area dengan slope 15%-40% sebesar 39,54%, dan untuk tingkat kemiringan > 40% sebesar 15,95%.Berdasarkan kondisi topografi diatas, Kabupaten GunungKidul dibagi atas tiga zona pengembangan wilayah yaitu :

  a. Zona utara yang disebut wilayah Batur Agung dengan ketinggian 200m

  • – 700m di atas permukaan laut. Kondisinya berbukit-bukit dengan jenis tanah yang didominasi latosol, batuan induk vulkanik, sedimen taufan. Kondisi air tanah berada di kedalaman 6m - 12 m dari permukaan tanah. Wilayah ini meliputi Kecamatan Patuk, GedangSari, Nglipar, Ngawen, Semin dan Ponjong Utara.

  b. Zona tengah merupakan pengembangan wilayah ledok Wonosari dengan elevasi 150m -200m diatas permukaan laut. Jenis tanah didominasi asosiasi mediteran merah, grumosol hitam dengan bahan induk batu kapur, hal ini memberikan pengaruh terhadap kondisi air tanah di daerah tersebut. Meskipun terjadi kemarau panjang, partikel-partikel air masih dapat ditemui walaupun sungai-sungai mengalami kekeringan. Kedalaman air tanah berkisar 60m – 120m dibawah permukaan tanah. Zona ini meliputi Kecamatan Playen, Wonosari, KarangMojo, Ponjong Tengah dan Semanu Utara.

  c. Zona selatan yang disebut wilayah Pengembangan Gunung Seribu, dengan elevasi antara 0m-300m diatas permukaan laut. Batuan dasar pembentuknya batu kapur yang berbentuk konikal dan terdapat di kawasan karst. Pada area ini banyak ditemui sungai-sungai bawah tanah. Zona ini terdiri atas Kecamatan Saptosari, Girisubo, Paliyan, Tanjungsari, Tepus, Rongkop, Purwosari, Panjang, Ponjong Selatan, Semanu Selatan

RPI2-JM KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2015-2019

  Gambar 4. 12 Kondisi Ketinggian Tanah Kabupaten Gunungkidul Gambar 4. 13 Kondisi Kemiringan Tanah Kabupaten Gunungkidul

RPI2-JM KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2015-2019

  4.4 Gambaran Geohidrologi

  Daerah Kabupaten Gunungkidul pada umumnya tersusun atas litologi berupa batuan vulkanik tersier, batu gamping berlapis, dan batu gamping terumbu yang membentuk lapisan karst. Keberadaan air tanah dipengaruhi oleh porositas batuan dan rekahan-rekahan batuan, dimana proses pembentukan tersebut disebabkan proses pelarutan dan tektonik. Berdasarkan hasil tinjauan topografi di atas, maka di daerah Kabupaten Gunungkidul dapat dibagi menjadi 3 satuan geohidrologi yaitu : a. Satuan geohidrologi Batur Agung yang tersusun atas endapan vulkanik, berupa breksi vulkanik, batupasir, sepih, tuf, aglomerat, andesit balsatic, batu lempung dan aliran lava yang bersifat kompak. Karakteristik batuan tersebut terhadap air adalah tingkat kelulusan air yang kecil, aliran permukaan lebih dominan daripada resapan ke dalam tanah. Potensi air tanah sangat kecil (Akuifer minor).

  b. Satuan geohidrologi Dataran Wonosari, penyebarannya memanjang dari timur ke barat dengan susunan sedimen-sedimen laut berupa batu gamping berlapis (kalkenit), lensa-lensa batupasir gampingan, dan batu gamping lempungan. Batu gamping pada satuan ini memiliki tingkat kelulusan air dari kecil sampai dengan sedang. Apabila terdapat rekahan-rekahan, maka tingkat kelulusannya akan makin bertambah besar. Kondisi muka air tanah bervariasi, sehingga potensi air tanahnya cukup besar. (Akuifer mayor).

  c. Satuan Geohidrologi Karst Gunungsewu memiliki fisiografi yang khusus, yaitu topografi karst yang tersusun oleh batugamping tufan dan terumbu. Aliran air permukaan jarang dijumpai dikarenakan air hujan langsung masuk ke dalam pori-pori batugamping terumbu dan menyebabkan pelarutan pada batugamping melalui rekahan-rekahan yang akan membentuk dolin, goa, sungai bawah tanah dan lain- lain. Limpasan air permukaan akan segera masuk ke dalam system luweng (inflow).

  Di wilayah Kabupaten GunungKidul terdapat 14 buah sungai, dimana sebagian besar terdapat di wilayah utara, dengan sungai terbesarnya adalah sungai oyo yang bermata air di Kabupaten Wonogiri (Provinsi Jawa Tengah). Selain terdapat 14 sungai di Kabupaten GunungKidul juga terdapat 215 mata air dan 252 telaga, 55 buah deep well (sumur bor). Sumur-sumur ini difungsikan sebagai saluran irigasi dan air minum untuk penduduk setempat. Beberapa sungai bawah tanah setempat (Ngobaran, Seropan, Bribin, Baron) dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air baku/air bersih bagi rumah tangga.

RPI2-JM KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2015-2019

  Gambar 4. 14 Daerah Aliran Sungai Kabupaten Gunungkidul Gambar 4. 15 Kedalaman Air Tanah Kabupaten Gunungkidul

RPI2-JM KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2015-2019

  4.5 Gambaran Geologi

  Geologi wilayah Kabupaten Gunungkidul merupakan bagian dari zona fisiografi pegunungan selatan Jawa bagian Timur. Bagian ini merupakan irisan dari sayap geantiklin Jawa dengan ciri khas bebatuannya miring ke selatan. Dalam zona fisiografis ini batuannya terdiri atas batuan vulkanik tersier dan batuan karbonat. Untuk wilayah utara Kabupaten Gunungkidul tersusun oleh kumpulan batuan produk aktivitas vulkanisme zaman tersier. Wilayah ini meliputi Kecamatan Patuk, Gedangsari, Nglipar, Ngawen, Semin, Ponjong. Wilayah tengah yang meliputi Kecamatan Wonosari, Playen, Karangmojo, Semanu, Paliyan, sebagian Kecamatan Ponjong, batuannya tersusun atas batugamping berlapis dan napal. Batuan ini memiliki potensi sebagai bahan bangunan dan ornamen. Wilayah selatan atau lebih dikenal wilayah Karst meliputi Kecamatan Purwosari, Panggang, Saptosari, Tanjungsari, Tepus, Rongkop dan Girisubo. Melihat tipologi Karst di Kabupaten GunungKidul, maka dapat dapat dikategorikan tipe Holokarst.

  Gambar 4. 16 Kondisi Geologi Kabupaten Gunungkidul

RPI2-JM KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2015-2019

  Gambar 4. 17 Kondisi Jenis Tanah Kabupaten Gunungkidul Gambar 4. 18 Kondisi Fisiografi Kabupaten Gunungkidul

  4.6 Gambaran Klimatologi

  Curah hujan rata-rata Kabupaten Gunungkidul sebesar 2012 mm/tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata 100 hari per tahun. Curah hujan tertinggi tercatat 500 mm pada bulan Januari dengan rata-rata hari hujan 18 hari. Curah hujan terendah tercatat 0,06mm pada bulan Agustus dan September dengan hari hujan rata-rata 0,06 hari. Wilayah utara merupakan wilayah dengan curah hujan paling tinggi dibandingkan wilayah tengah dan selatan.

RPI2-JM KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2015-2019

  Gambar 4. 19 Sebaran Curah Hujan Kabupaten Gunungkidul Iklim Suhu udara Kabupaten Gunungkidul untuk suhu rata-rata harian 27,7° C, Suhu minimum 23,2°C dan suhu maksimum 32,4° C. Kelembaban nisbi di Kabupaten Gunungkidul berkisar antara 80 % - 85 %. Kelembaban nisbi ini bagi wilayah Kabupaten Gunungkidul tidak terlalu dipengaruhi oleh tinggi tempat, tetapi lebih dipengaruhi oleh musim. Kelembaban tertinggi terjadi pada bulan Januari

  • – Maret, sedangkan terendah pada bulan September.

  Tabel 4. 3 Rata-Rata Hari Hujan, Curah Hujan Menurut Bulan di Kabupaten Gunungkidul 2011-2013

  Bulan Tahun 2011 2012 2013 Hari Hujan Curah Hujan (mm)

Hari

Hujan

  Curah Hujan (mm) Hari Hujan Curah Hujan (mm)

  Januari 19 357,06 20 442,78 18 499,78 Februari 18 408,33 12 332,39 13 296,11 Maret 19 325,81 13 397,50 8 168,83 April 14 241,24 7 158,50 10 198,78 Mei 8 134,20 4 73,11 7 172,78 Juni

  0,92 13 334,17 Juli

  0,00 7 131,67 Agustus

  0,00 0,06

RPI2-JM KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2015-2019

  Tahun 2011 2012 2013 Bulan Hari Curah Hari Curah Hari Curah Hujan Hujan (mm) Hujan Hujan (mm) Hujan Hujan (mm)

  September 0,00 0,06 Oktober 2 43,17 4 78,44 3 68,22 Nopember 13 256,78 13 227,25 12 245,28 Desember 16 389,39 17 399,25 12 374,17

  

Total 109 2.155,98 89 2.110,14 104 2.489,91

  Sumber : BPS Kabupaten Gunungkidul 2014

4.7 Kondisi Sosial dan Ekonomi

  Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah dapat dicerminkan dari beberapa indikator makro. Salah satu indikator makro yang dipakai untuk melihat keberhasilan pembangunan adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Angka PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2010 Kabupaten Gunungkidul tercatat sebesar Rp. 6,62 triliun atau mengalami peningkatan 10,63 persen dibanding tahun sebelumnya. Sedangkan tahun 2011, angka PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Gunungkidul tercatat sebesar Rp. 7,25 triliun. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, angka PDRB tersebut mengalami peningkatan sebesar 9,45 persen (Sumber : BPS Kab. Gunungkidul). Berdasarkan angka PDRB atas dasar harga konstan 2000, perekonomian Kabupaten Gunungkidul juga mengalami pertumbuhan positif, yakni 3,19 triliun pada tahun 2009 dan 3,33 triliun pada tahun 2010.

  Tabel 4. 4 PDRB Kabupaten Gunungkidul Tahun 2009-2013 Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000 (Rp. Jutaan) Menurut Lapangan Usaha

  Lapangan Usaha Tahun (Harga Konstan) 2009 2010 2011 2012* 2013** (1) (2) (3) (4) (5) (6)

  

1 Pertanian 1.272.291,00 1.268.079,00 1.275.104,00 1.329.212,00 1.349.287,00

  

2 Pertambangan dan Penggalian 55.939,00 58.472,00 64.730,00 65.277,00 70.440,00

  

3 Industri Pengolahan 341.216,00 368.423,00 398.588,00 401.011,00 432.034,00

  

4 Listrik Gas dan Air Bersih 17.760,00 18.999,00 19.777,00 21.207,00 22.610,00

  

5 Bangunan 261.856,00 279.518,00 299.722,00 318.995,00 343.653,00

  

6 Perdagangan, Hotel dan 467.680,00 496.688,00 518.641,00 543.361,00 578.962,00

Restoran

  

7 Pengangkutan dan Komunikasi 220.126,00 234.644,00 246.973,00 260.967,00 273.266,00

  

8 Keuangan, Persewaan dan 145.599,00 159.911,00 176.431,00 190.701,00 210.039,00

Jasa Perusahaan

  

9 Jasa-Jasa 414.900,00 445.345,00 474.321,00 511.830,00 550.109,00

Sumber : BPS Kabupaten Gunungkidul 2014(data diolah).

RPI2-JM KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2015-2019

  • *)Angka sementara; **)Angka sangat sementara

  Gambar 4. 20 Laju PDRB berdasar harga konstan Kabupaten Gunungkidul 2009-2013 Dilihat dari struktur ekonomi, menunjukkan bahwa penyumbang utama perekonomian Kabupaten Gunungkidul selama kurun waktu 2009

  • – 2013 mengalami perubahan walaupun masih didominasi oleh sektor pertanian, diikuti sektor perdagangan, sektor jasa-jasa, dan sektor industri pengolahan. Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur kualitas sumber manusia adalah pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat diasumsikan secara umum akan semakin tinggi tingkat kesejahteraannya. Untuk Kabupaten Gunungkidul secara detil dijelaskan dalam tabel di bawah ini.

  Tabel 4. 5 Persentase Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kabupaten Gunungkidul 2008-2012

  No. Jenjang Pendidikan Tahun (%) 2008 2009 2010 2011 2012

  1. Tidak Punya 27,51 18,99 30,34 21,63 20,04

  2. SD 35,68 62,97 31,12 32,67 33,89

  3. SMP 17,94 8,03 20,21 27,00 27,64

  4. SMA 15,43 9,69 14,92 15,15 15,58

  5. Diploma dan Perguruan 3,44 0,32 3,41 3,55 2,85 Tinggi

  Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul 2008-2012 Kondisi kehidupan dan aktivitas budaya dan kesenian di Kabupaten Gunungkidul secara umum masih berjalan baik, terlihat dari upaya dan kegiatan masyarakat untuk

RPI2-JM KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2015-2019

  mempertahankan dan mengembangkan budaya dan kesenian yang ada. Bahkan juga tampak adanya upaya untuk menggali kembali budaya dan kesenian yang hampir punah, serta upaya kaderisasi kepada generasi muda Perkembangan pembangunan di bidang spiritual dapat dilihat dari banyaknya sarana peribadatan masing-masing agama. Tempat peribadatan umat Islam, Kristen, Khatolik, Hindu dan Budha pada tahun 2013 masing-masing 2.933 unit, 106 unit, 25 unit, 16 unit dan 8 unit. Ditinjau dari jumlah pemeluk agama, pada tahun 2013 di Kabupaten Gunungkidul tercatat 757.536umat Islam, 15.728 umat Kristen, 16.263 umat Katholik, 1.123 umat Hindu, dan 466 umat Budha.

  Tata nilai masyarakat di kawasan APW tidak berbeda jauh dengan karakteristik masyarakat di Gunungkidul yang terkenal guyub rukun. Beberapa potensi dan kendala dalam hal budaya adalah sbb: Ciri sikap hidup masyarakat agraris tradisional masih kuat, hal ini tidak mesti menjadi kendala pengembangan, namun dalam beberapa hal mengurangi tingkat motivasi untuk pengembangan. Perhatian pada pengembangan potensi budaya masih kurang, karena homogenitas budaya yang ada kurang bisa melihat keunikan atau kekhasan budaya yang dijalani sebagai potensi yang dapat ‘dijual’ untuk event budaya dan pariwisata. Beberapa potensi tersebut adalah: Aset budaya fisik yang ada belum dimanfaatkan optimal, seperti situs Sokoliman, Munggur, Gunung Abang, Gedangan, Ngasinan, Ngawis, Singkar, Wareng, Candi Ngawis, Kepil, Plembutan, Bleberan, Beji dan rumah tradisional asli. Aset budaya non- fisik khas: gejog lesung, campursari, shalawatan, reog, dan jathilan sebagian besar masih hidup di masyarakat, walaupun dalam kondisi yang statis

RPI2-JM KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2015-2019

  Contents

  

  

  

  

  

  

  

  RPI2-JM KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2015-2019