BAB VII - DOCRPIJM 1503117479BAB VII Rencana Pembangunan

BAB VII RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA

7.1 Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman

7.1.1 Kondisi Eksisting

  Peraturan dan regulasi yang terkait dengan pengembangan permukiman di Kota Depok masih sangat terbatas yaitu sebagaimana disajikan pada tabel 7.1

Tabel 7.1 Peraturan Daerah / Peraturan Bupati / Keputusan Bupati terkait Pengembangan Permukiman

  

Perda / Perbup / Peraturan lainnya Keterangan

No

  No Peraturan Prihal Tahun

  1 Keputusan Bupati Muara Lokasi Lingkungan 2013 Mengatur tentang Lokasi Enim No : 348 / KPTS . Perumahan dan Perumahan dan Permukiman CKTR – IV / 2013 Permukiman Kumuh Kumuh di Kabupaten Muara

  Enim

  Permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni karena

ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas

bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat. Beberapa ciri-ciri

daerah kumuh ini antara lain :

  

1. Dihuni oleh penduduk yang padat dan berjubel, baik karena pertumbuhan penduduk

akibat kelahiran maupun karena adanya urbanisasi

  

2. Dihuni oleh warga yang berpenghasilan rendah dan tidak tetap, atau berproduksi

subsisten yang hidup di bawah garis kemiskinan

  3. Rumah

  • – rumah yang ada di daerah ini merupakan rumah darurat yang terbuat dari bahan-bahan berkas dan tidak layak

  

4. Kondisi kesehatan dan sanitasi yang rendah, biasnya ditandai oleh lingkungan fisik

yang jorok dan mudah tersebar penyakit menular

  5. Langkanya pelayanan kota seperti air bersih, failitas MCK, listrik, dan sebagainya

  

6. Pertumbuhannya yang tidak terencana sehingga penampilan fisiknya pun tidak teratur

dan tidak terurus, jalan sempit, halaman tidak ada

  7. Kuatnya gaya hidup “pedesaan” yang masih tradisional. Secara sosial terisolasi dari permukiman lapisan masyarakat lainnya

8. Ditempati secara ilegal atau status hukum tanah yang tidak jelas (bermasalah)

  9. Biasanya ditandai olah banyaknya perilaku menyimpang dan tindak kriminal Untuk menetapkan lokasi kawasan permukiman kumuh digunakan kriteria

  • – kriteria yang di dikelompokan kedalam kriteria :

  Kriteria Vitalitas Non Ekonomi Kriteria Vitalitas Non Ekonomi dipertimbangkan sebagai penentuan penilaian

kawasan kumuh dengan indikasi terhadap penanganan peremajaan kawasan kumuh yang

dapat memberikan tingkat kelyakan kawasan permukiman tersebut apakah masih layak

sebagai kawasan permukiman atau sudah tidak sesuai lagi. Krtieria ini terdiri atas variabel

sebagai berikut :

  

a. Kesesuaian pemanfaatan ruang kawasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

atau RDTK, dipandang perlu sebagai legalitas kawasan dalam ruang kota

b. Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kawasan kumuh memiliki indikasi

terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh dalam hal kelayakan suatu hunian berdasarkan intensitas bangunan yang terdapat didalamnya

  

c. Kondisi Kependudukan dalam kawasan permukiman kumuh yang dinilai, mempunyai

indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh berdasarkan kerapatan dan kepadatan penduduk

  Kriteria Vitalitas Ekonomi Kriteria Vitalitas Ekonomi dinilai mempunyai kepentingan atas dasar sasaran

program penanganan kawasan permukiman kumuh sesuai gerakan city without slum

sebagaimana menjadi komitmen dalam Hari Habitat Internasional. Oleh karena kriteria ini

akan dalam kaitannya dengan indikasi pengelolaan kawasan sehingga peubah penilai

untuk kriteria meliputi :

  

a. Tingkat kepentingan kawasan dalam letak kedudukannya pada wilayah kota, apakah

kawasan itu strategis atau kurang strategis

b. Fungsi kawasan dalam peruntukan ruang kota, dimana keterkaitan dengan faktor

ekonomi memberikan keterkaitan pada investor untuk dapat menangani kawasan kumuh yanga ada. Kawasan yang termasuk dalam kelompok ini adalah pusat-pusat aktivitas bisnis dan perdagangan seperti pasar, terminal/stasiun, pertokoan, atau fungsi lainnya.

  

c. Jarak jangkau kawasan terhadap tempat mata pencaharian penduduk kawasan

permukiman kumuh Kriteria Status Tanah

  Kriteria status tanah sebagai mana tertuang dalam Inpres No. 5 tahun 1990 tentang

Peremajaan Permukiman Kumuh adalah merupakan hal penting untuk kelancaran dan

kemudahan pengelolaannya. Kemudahan pengurusan masalah status tanah menjadikan

jaminan terhadap ketertarikan investasi dalam suatu kawasan perkotaan. Perubahan

penilaian dari kriteria ini meliputi :

  a. Status pemilikan lahan kawasan perumahan permukiman

  b. Status sertifikat tanah yang ada

  Kriteria Kondisi Prasarana dan Sarana Kriteria Kondisi Prasarana dan Sarana yang mempengaruhi suatu kawasan permukiman menjadi kumuh, paling tidak terdiri atas : a. Kondisi Jalan

  b. Drainase

  c. Air Bersih

  d. Air Limbah Kriteria Komitmen Pemerintah Setempat

  Komitmen pemerintah daerah (kabupaten/kota/provinsi) dinilai mempunyai andil

sangat besar untuk terselenggaranya penanganan kawasan permukiman kumuh ini

mempunyai indikasi bahwa pemerintah daerah menginginkan adanya keteraturan

pembangunan khususnya kawasan yang ada di daerahnya.

  Perubah penilai dari kriteria ini akan meliputi :

  

a. Keinginan pemerintah untuk penyelenggaraan penanganan kawasan kumuh dengan

indikasi penyediaan dana dan mekanisme kelembagaan penanganannya

b. Ketersediaan perangkat dalam penanganan, seperti halnya rencana penanganan

(grand scenario) kawasan, rencana induk (master plan) kawasan dan lainnya Kriteria Prioritas Penanganan

  Untuk menentukan lokasi prioritas penanganan, selanjutnya digunakan kriteria lokasi

kawasan permukiman kumuh yang diindikasikan memiliki pengaruh terhadap (bagian)

kawasan perkotaan metropolitan sekaligus sebagai kawasan permukiman penyangga.

Kriteria ini akan menghasilkan lokasi kawasan permukiman kumuh yang prioritas ditangani

  

karena letaknya yang berdekatan dengan kawasan perkotaan. Penentuan kriteria ini

menggunakan variabel berikunya : a. Kedekatan lokasi kawasan permukiman kumuh dengan pusat kota metropolitan

  

b. Kedekatan lokasi kawasan permukiman kumuh dengan kawasan pusat pertumbuhan

bagian kota metropolitan

c. Kedekatan lokasi kawasan permukiman kumuh dengan kawasan lain (perbatasan)

bagian kota metropolitan d. Kedekatan lokasi kawasan kumuh dengan letak ibukota daerah yang besangkutan Permukiman Tradisional

  Permukiman tradisional merupakan manifestasi dari nilai sosial budaya masyarakat

yang erat kaitannya dengan nilai sosial budaya penghuninya, yang dalam prosesnya

penyusunannya menggunakan dasar norma-norma tradisi (Rapoport). Permukiman

tradisional sering direpresentasikan sebagai tempat yang masih memegang nilai-nilai adat

dan budaya yang berhubungan dengan nilai kepercayaan atau agama yang bersifat

khusus atau unik pada suatu masyarakat tertentu yang berakar dari tempat tertentu pula di

luar determinasi sejarah (Sasongko 2005).

  Yang dimaksud dengan kawasan permukiman tradisional adalah kawasan yang mempunyai kriteria sebagai berikut :

a. Lingkungan permukiman yang memiliki/terdiri dari bangunan-bangunan tradisional

(kedaerahan), bersejarah, perdagangan, kelompok industri rumah tanggayang mempunyai ciri khas tertentu

  b. Secara sosial budaya perlu untuk revive (pernah hidup dan dikenal)

  c. Secara ekonomi, pernah dan punya potensi untuk dikembangkan

  d. Lingkungan permukiman dan bangunan yang bercirikan heritage (pusaka)

  Manfaat pengaturan Rencana Tindak Penanganan Kawasan Permukiman

Tradisional dalam rangka penyelenggaraan pelestarian, penegndalian, pengembangan dan

pembangunan daerah perencanaan untuk memberikan informasi kepada generasi penerus

bahwa para pendahulu anak bangsa telah membangunperadaban yang maju dan

memberikan informasi sejarah masa lampau untuk memberikan arah masa yang akan

datang.

  Di Kabupaten Muara Enim, terdapat beberapa lokasi yang termasuk kategori

kawasan permukiman tradisonal. Salah satunya adalah di desa Pulau Panggung

Kecamatan Semendo Darat Laut. Desa itu masih menunjukkan karakter permukiman

tradisional dengan masih banyaknya rumah tradisional, selain itu pola permukimannya juga

masih menunjukkan karakter pola permukiman tradisional. Beberapa desa di sekitarnya

juga bisa dikategorikan sebagai identifikasi dan pendataan, supaya perkampungan

tradisional ini bisa tetap dilestarikan.

7.1.2 Sasaran Program

II PENGEMBANGAN PERMUKIMAN FORMAL

  RPIJM Bidang Cipta Karya Kab. Muara Enim 2017 – 2021

  

5 Penyediaan ruang terbuka dan ruang bermain anak √ √ √ √

  2 Pembentukan Badan Pengelola Kasiba

  1 Perencanaan Kasiba √ √

  5 Penyediaan ruang terbuka dan ruang bermain anak √ √ √

  4 Pembangunan fasiltas penunjang √ √ √ √ √

  3 Pembangunan PSU √ √ √ √ √

  2 Kerjasama dengan Bank untuk akses kredit bagi MBR √ √ √

  1 Peningkatan kerjasama dengan pihak swasta untuk pengembangan rumah murah bagi MBR √ √ √

  4 Pembangunan fasiltas penunjang √ √ √ √ √

  VII-7

  3 Peningkatan dan pembangunan PSU √ √ √ √ √

  2 Peningkatan fasiltas kepemilikan rumah √ √ √

  1 Peningkatan kerjasama dengan pihak swasta untuk pengembangan rumah √ √ √

  4 Peningkatan kapasitas kelembagaan dalam pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman √ √ √ √ √

  3 Sosialisasi RP3KP √ √

  2 Penyusunan RP3KP

  1 Pebentukan POKJA RP3KP

  I PROGRAM UMUM

  No Uraian Sasaran Program Total Luas Kawasan Sasaran Program Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun V

Tabel 7.2 Matriks Sasaran Program Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman

III PENGEMBANGAN PERMUKIMAN UNTUK MBR

IV PENGEMBANGAN KASIBA LISIBA

  3 Perencanaan PSU Kasiba √ √

  4 Perencanaan Lisiba √ √

  5 Perencanaan Lisiba berdiri sendiri √ √

  6 Pemilihan pengelola Lisiba

  7 Pebangunan PSU √ √

  8 Pembangunan rumah √ √

  V PENATAAN PERMUKIMAN KUMUH

  1 Identifikasi kawasan permukiman kumuh

  2 Penyusunan Profil Kawasan Kumuh

  3 Penyusunan DED Kawasan Kumuh √ √ √

  4 Pembangunan PSU √ √ √ √ √

  5 Peningkatan PSU di kawasan kumuh √ √ √ √ √

  6 Perbaikan rumah tidak layak huni √ √ √ √ √

  7 Penyusunan Rencana Relokasi (new site development) √ √ atau urban renewal

  8 Pembangunan PSU lokasi baru √ √ √

  9 Pembangunan rumah/rusunawa √ √ √

  10 Pembangunan fasilitas penunjang √ √ √

  11 Penyediaan ruang terbuka dan ruang bermain anak √ √ √

VI PENATAAN PERMUKIMAN TRADISONAL

  1 Identifikasi kawasan permukiman tradisional √ √

  2 Penyusunan RTBL kawasan permukiman tradisonal √ √

  3 Penyusunan DED kawasan permukiman tradisonal

  4 Pembangunan PSU √ √ √

  5 Perbaikan bangunan rumah tradisional √ √

VII PENGEMBANGAN JARINGAN PRASARANA

1 Jaringan jalan

   Peningkatan jalan kolektor √ √

   Peningkatan jalan lokal √ √

   Pembangunan jalan lingkungan √ √

  RPIJM Bidang Cipta Karya Kab. Muara Enim 2017 – 2021

  VII-8

   Pembangunan halte

  2 Jaringan drainase  Pemeliharaan sungai

  √ √ √ √ √  Peningkatan dan pembangunan saluran drainase

  √ √ √ sekunder

   Pembangunan saluran drainase tersier √ √ √

  3 Penyediaan air bersih / air minum  Peningkatan kapasitas WTP di kawasan permukiman √ √ √ perkotaan (SPAM IKK)  Pengembangan jaringan distribusi air bersih

  √ √ √  Pembuatan WTP skala lingkungan pada permukiman

  √ √ √ perdesaan

  

 Peningkatan pengelolaan air bersih untuk mengurangi √ √ √ √ √

tingkat kebocoran

  4 Pengolahan air limbah  Pembuatan bangunan pengolahan limbah komunal di √ √ √ kawasan padat

 Pengembangan program sanitasi masyarakat √ √ √ √ √

 Pemberian bantuan jamban keluarga

  √ √ √ √

  5 Pengelolaan persampahan  Pembuatan TPS  Penyediaan gerobag sampah  Penyediaan tempat sampah  Penyediaan truk angkutan sampah

  6 Jaringan listrik  Pengembangan jaringan listrik tegangan tinggi

  √ √

 Pengembangan jaringan listrik tegangan menengah √ √ √ √

 Pengembangan jaringan litrik tegangan rendah

  √ √ √

  7 Prasarana Telekomunikasi RPIJM Bidang Cipta Karya Kab. Muara Enim 2017 – 2021

  VII-9

  RPIJM Bidang Cipta Karya Kab. Muara Enim 2017 – 2021

  3 Peribadatan  Peningkatan dan pembangunan masjid dan mushola

  6 Ruang Terbuka  Peningkatan taman skala kota

  √ √ √  Pembangunan sarana dan olah raga skala kecamatan

  5 Olahraga dan Rekreasi  Peningkatan dan pembangunan gedung olah raga (GOR)

  √ √

  √ √  Peningkatan pasar inpres

  √ √  Pembangunan pertokoan

  √ √  Pembangunan pasar lingkungan

  4 Perdagangan  Perencanaan pusat perdagangan skala lingkungan di kawasan permukiman

  √ √ √

  √ √ √  Peningkatan sarana peribadatan lainnya

  √ √ √

  VII-10  Pengembangan jaringan kabel

  √ √ √  Peningkatan Puskesmas

  √ √ √  Peningkatan Puskesmas rawat inap

  2 Kesehatan  Peningkatan dan pembangunan Puskesmas pembantu

  √ √ √

  √ √ √  Peningkatan sarana pendidikan tinggi

  √ √ √  Peningkatan dan pembangunan sarana pendidikan SMU/SMK

  √ √ √  Peningkatan dan pembangunan sarana pendidikan SMP

  1 Pendidikan  Peningkatan dan pembangunan sarana pendidikan TK

  VIII PENGEMBANGAN FASILTAS UMUM DAN FASILITAS PENUNJANG

  √ √ √

  √ √ √  Penataan dan pengembangan BTS

  √ √ √

  

 Pembangunan taman dan ruang terbuka skala √ √ √ √

kecamatan  Pembangunan ruang/taman bermain anak

  √ √

 Mewajibkan tiap pengambang menyediakan taman dan √ √ √ √ √

ruang bermain anak

7.1.3 Usulan Kebutuhan Program

Tabel 7.3 Matriks Usulan Program Pengembangan Kawasan Permukiman Kabupaten Muara Enim

  Rencana Program

No Kegiatan Pengembangan Kawasan Permukiman Sasaran Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Ket

  I II

  III

  IV V

  1 Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan

  Pembangunan PSD Permukiman Perdesaan Potensial Ds. Pulau Panggung √

  Kec. SDL RP3KP-KP Kab. Muara Enim Kel. Muara Enim √

  Kec. Muara Enim Kegiatan Penataan Kawasan Kumuh Kel. Tungkal Kec.

  √ Muara Enim

  Kegiatan Penataan Kawasan Kumuh Ds. Tanjung Jati Kec. √ Muara Enim

  Kegiatan Penataan Kawasan Kumuh Kel. Muara Enim √

  Kec. Muara Enim Kegiatan Penataan Kawasan Kumuh Ds. Kota Padang

  Kec. SDL

  2 Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan RPIJM Bidang Cipta Karya Kab. Muara Enim 2017 – 2021

  VII-11

28 HA 17.500.000 2010 2014 2014 2017

  Muara Enim Kel. Muara Enim Kec.

  1 HA 5.000.000 50.000 200.000 2010 2011 2016 2016 2017

  Tungkal Kec. Muara

  Kawasan Kumuh Kel.

  2 HA 3.000.000 750.000 500.000 2010 2011 2016 2016 2017 Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Kegiatan Penataan

  2 HA 3.000.000 750.000 500.000 2010 2011 2016 2016 2017 Ds. Segamit Kec. SDU

  Swarna Dwipa Kec. SDT

  Pengembangan Sarana dan Prasarana KWS Agropolitan Ds.

  Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan

  1 Kab / Kota

800.000

Pembangunan dan

  Muara Enim

  RPIJM Bidang Cipta Karya Kab. Muara Enim 2017 – 2021

  VII-12

  Tahun 2017 17.500.000

  Permukiman Perdesaan Potensial Ds. Pulau Panggung Kec. SDL

  1 Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan Kawasan Permukiman Pembangunan PSD

  No Out Put Uraian Paket Lokasi Vol Satuan Sumber Pendanaan x Rp. 1.000 APBN APBD Prov. APBD Kab./Kota SPPIP RPKPP Kesiapan Lahan DED Dhana Sharing RPM PHLN

Tabel 7.4 Matriks Usulan Pembiayaan Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman Kabupaten Muara Enim

  Rambang Dangku √

  Mas √ Pengembangan Sarana & Prasarana KWS Agropolitan Ds. Aur Duri Kec.

  √ Pengembangan Sarana & Prasarana KWS Agropolitan Ds. Guci Kec. Ujan

  √ Pengembangan Sarana dan Prasarana KWS Agropolitan Ds. Segamit Kec. SDU

  Pengembangan Sarana dan Prasarana KWS Agropolitan Ds. Swarna Dwipa Kec. SDT

  2 Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan Kawasan Permukiman RP3KP-KP Kab.

  RPIJM Bidang Cipta Karya Kab. Muara Enim 2017 – 2021

  1 HA 2.000.000 300.000 300.000 2010 2011 2018 2018 2020 Tahun 2020 2.000.000 300.000 300.000

  Duri Kec. Rambang Dangku

  Pengembangan Sarana & Prasarana KWS Agropolitan Ds. Aur

  1 HA 2.650.000 500.000 Pengembangan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan

  Padang Kec. SDT

  Muara Enim 124 HA 5.000.000 500.000 200.000 Ds. Kota

  Kawasan Kumuh Kel. Muara Enim Kec.

  5 Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Pekotaan Kegiatan Penataan

  Muara Enim

  VII-13 Perkotaan Enim

  Sarana & Prasarana KWS Agropolitan Ds. Guci Kec.

  4 Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan Pengembangan

  1 HA 5.500.000 250.000 200.000 2010 2011 2018 2018 2019 Tahun 2019 5.500.000 250.000 200.000

  Tanjung Jati Kec. Muara Enim

  Kawasan Kumuh Ds.

  3 Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan Kegiatan Penataan

  Tahun 2018 11.800.000 1.550.000 1.200.000

  1 HA 3.000.000 500.000 400.000 Tahun 2021 10.650.000 1.000.000 1.100.000

7.2 Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

7.2.1 Kondisi Eksisting

Tabel 7.5 Pengaturan IMB

  Pasal dan Ayat Norma Pengaturan Penjelasan Dalam Ranperda

  Pasal 92 Pengaturan Retribusi IMB Pengaturan retribusi IMB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88 ayat (6) meliputi:

  a. jenis kegiatan dan obyek yang dikenakan retribusi;

  b. penghitungan besarnya retribusi IMB;

  c. indeks penghitungan besarnya retribusi IMB; d. harga satuan (tarif) retribusi IMB.

  Pasal 101 ayat 2 Penundaan IMB Penundaan penerbitan IMB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali untuk jangka waktu tidak lebih dari 2 (dua) bulan terhitung sejak penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

  Pasal 102 Ayat Penolakan IMB

  1. Surat penolakan permohonan IMB sebagaimana 1,2,3,4,5,6 dimaksud dalam Pasal 98 ayat (2) harus sudah diterima pemohon dalam waktu paling lambat 7 (tujuh) hari setelah surat penolakan dikeluarkan bupati.

  2. Pemohon dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari setelah menerima surat penolakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat mengajukan keberatan kepada bupati.

  3. Bupati dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari setelah menerima keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib memberikan jawaban tertulis terhadap keberatan pemohon.

  4. Jika pemohon tidak melakukan hak sebagaimana maksud pada ayat (2) pemohon dianggap menerima surat penolakan tersebut.

  5. Jika bupati tidak melakukan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bupati dianggap menerima alasan keberatan pemohon sehingga bupati harus menerbitkan IMB. Pemohon dapat melakukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara apabila bupati tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (5).

  Pasal 103 Pencabutan IMB Proses pencabutan IMB

Tabel 7.6 Pengaturan Pendataan BG

  Pasal dan Ayat Norma Pengaturan Penjelasan Dalam Ranperda

  Pasal 117 Ayat Pendataan BG

  1. Bupati wajib melakukan pendataan Bangunan Gedung 1,2,3,4,5 untuk keperluan tertib administrasi pembangunan dan tertib administrasi Pemanfaatan Bangunan Gedung.

  2. Pendataan Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi Bangunan Gedung baru dan Bangunan Gedung yang telah ada.

  3. Khusus pendataan Bangunan Gedung baru, dilakukan bersamaan dengan proses IMB, proses SLF dan proses sertifikasi kepemilikan Bangunan Gedung.

  4. Bupati wajib menyimpan secara tertib data Bangunan Gedung sebagai arsip Pemerintah Daerah.

  5. Pendataan Bangunan Gedung fungsi khusus dilakukan oleh Pemerintah Daerah dengan berkoordinasi dengan Pemerintah.

Tabel 7.7 Pengaturan SLF

  Pasal dan Ayat Norma Pengaturan Penjelasan Dalam Ranperda

  Pasal 116 ayat Tata Cara Penerbitan 1) Penerbitan SLF Bangunan Gedung dilakukan atas dasar 1- ayat 6 SLF permintaan pemilik/Pengguna Bangunan Gedung untuk

  Bangunan Gedung yang telah selesai pelaksanaan konstruksinya atau untuk perpanjangan SLF Bangunan Gedung yang telah pernah memperoleh SLF. 2) SLF Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud pada ayat

  (1) diberikan dengan mengikuti prinsip pelayanan prima dan tanpa pungutan biaya. 3) SLF Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud pada ayat

  (1) diberikan setelah terpenuhinya persyaratan administratif dan persyaratan teknis sesuai dengan fungsi dan Klasifikasi Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, dan Pasal 9. 4) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1): 5) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut: 6) Data hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat

  (4) dicatat dalam daftar simak, disimpulkan dalam surat pernyataan pemeriksaan kelaikan fungsi Bangunan Gedung atau rekomendasi pada pemeriksaan pertama dan Pemeriksaan Berkala.

  Pasal 123 Tata Perpanjangan SLF 1) Perpanjangan SLF Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 124 diberlakukan untuk Bangunan Gedung yang telah dimanfaatkan dan masa berlaku SLF- nya telah habis. 2) Ketentuan masa berlaku SLF sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yaitu: 3) Pengurusan perpanjangan SLF Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lambat 60 (enam puluh) hari kalender sebelum berkhirnya masa berlaku SLF dengan memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

  4) Pengurusan perpanjangan SLF dilakukan setelah pemilik/ pengguna/pengelola Bangunan Gedung memiliki hasil pemeriksaan/kelaikan fungsi Bangunan Gedung berupa:

  5) Permohonan perpanjangan SLF diajukan oleh pemilik/ pengguna/pengelola Bangunan Gedung dengan dilampiri dokumen:

  6) Pemerintah Daerah menerbitkan SLF paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah diterimanya permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (5). 7) SLF disampaikan kepada pemohon selambat-lambatnya 7

  (tujuh) hari kerja sejak tanggal penerbitan perpanjang

  Pasal 124 Tata Cara Tata cara perpanjangan SLF diatur lebih lanjut dalam Perpanjangan peraturan bupati.

Tabel 7.8

Pengaturan TABG

Pasal dan Ayat Norma Pengaturan Penjelasan Dalam Ranperda Pasal 139 Ayat Pembentukan TABG 1. TABG dibentuk dan ditetapkan oleh Bupati Muara Enim.

  1,2

  2. TABG sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sudah ditetapkan oleh Bupati selambatlambatnya 6 (enam) bulan setelah peraturan daerah ini dinyatakan berlaku efektif.

  Pasal 140 Ayat Keanggotaan TABG

  1. Susunan keanggotaan TABG 1 sd 6

  2. Unsur keanggotaan

  3. Keterwakilan unsur-unsur asosiasi profesi, perguruan tinggi, dan masyarakat ahli termasuk masyarakat adat, minimum sama dengan keterwakilan unsur-unsur instansi Pemerintah Kab. Muara Enim 4. Keanggotaan TABG tidak bersifat tetap.

  5. Setiap unsur diwakili oleh 1 (satu) orang sebagai anggota.

  6. Nama-nama anggota TABG diusulkan oleh asosiasi profesi, perguruan tinggi dan masyarakat ahli termasuk masyarakat adat yang disimpan dalam database daftar anggota TABG

  Pasal 141 Ayat Tugas dan Fungsi

  1. Tugas TABG 1 sd 3

  2. Fungsi TABG

  3. Tugas selain tugas pokok

  Pasal 142 Ayat Masa Kerja 1. Masa kerja TABG ditetapkan 1 (satu) tahun anggaran. 1,2

  2. Masa kerja TABG dapat diperpanjang sebanyak- banyaknya 2 (dua) kali masa kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

  Pasal 143 Ayat Pembiayaan TABG

  1. Biaya pengelolaan database dan operasional anggota 1,2,3,4 TABG dibebankan pada APBD Pemerintah Kab. Muara

  Enim

  2. Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: b. Biaya pengelolaan database.

  c. Biaya operasional TABG

  3. Pelaksanaan pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengikuti peraturan perundang-undangan.

  4. Ketentuan lebih lanjut mengenai pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dalam Peraturan Bupati Muara Enim.

Tabel 7.9 Kajian penyelenggaraan, Kondisi Eksisting dan Permasalahan

  KONDISI KEGIATAN KAJIAN BERDASAR UU, PP, Permen PERMASALAHAN EKSISITING PEMBANGUNAN: Proses Perencanaan

   Persyaratan Tata bangunan  Peruntukan dan intensitas

  Belum mempunyai  Arsitektur Bangunan gedung perda menyangkut  Pengendalian dampak Lingkungan proses perencanaan  RTBL

  Belum ada shg pelaksanaan di  Persyaratan Keandalan bangunan

  Perda lapangan memiliki gedung kendala dalam hal

   Keselamatan + Kebakaran pemantauan thd  kesehatan proses perencanaan  kenyamanan  Kemudahan (fasilitas dan aksesibilitas)

  Proses Perencanaan Bangunan gedung Adat

   Kearifan Lokal Belum mempunyai  Kaidah tradisional perda menyangkut  keahlian bidang bangunan gedung/ proses perencanaan

  Belum ada rumah adat menyangkut

  Perda  pemanfaatan bangunan adatdan unsur/idiom tradisional bangunan gedung baru bagaimana penetapan rumah adat

   Persyaratan  administratif  teknis

  Proses Perencanaan Bangunan PROSES Gedung Semi Permanen dan

  Belum mempunyai

  PERENCANAAN TEKNIS Bangunan Gedung Darurat

  perda menyangkut

DAN PROSES

   Bangunan gedung semi permanen Belum ada proses perencanaan

  PELAKSANAAN

   Bangunan gedung darurat Perda mengenai BG semi

  KONSTRUKSI

   Persyaratan permanen dan bg darurat

  Proses Perencanaan Bangunan Gedung di Lokasi Berpotensi Bencana

  Belum mempunyai

  Alam

  perda menyangkut  di Lokasi Pantai Belum ada proses perencanaan  di Lokasi jalur Gempa bumi

  Perda BG di lokasi  di Lokasi sekitar gunung berapi berpotensi bencana  di Lokasi banjir alam

   di Lokasi tanah Longsor

  Proses Pelaksanaan konstruksi

  Belum mempunyai  Pemeriksaan oleh Pemda Belum ada perda menyangkut  Pengawasan Pelaksanaan konstruksi Perda proses pelaksanaan konstruksi  Penyedia jasa pengawasan/MK

  Penyelesaian Konstruksi Bangunan Gedung

   Pemeriksaan kelaikan fungsi Belum mempunyai bangunan gedung perda menyangkut  Proses tata cara penerbitan SLF Belum ada proses SLF sehingga bangunan gedung (tidak ada retribusi Perda tidak melalulan proses dalam pemberian SLF) pemeriksaan kelaikan fungsi secara khusus  Penggolongan bangunan gedung tatacara penerbitan SLF bangunan gedung

  KONDISI KEGIATAN KAJIAN BERDASAR UU, PP, Permen PERMASALAHAN EKSISITING PEMANFAATAN:

   Pemeliharaan  Pemeliharaan bangunan gedung Belum banyak harus dilakukan oleh pemilik dan/ pengalaman pengguna bangunan gedung dan mengingat usia dapat menggunakan penyedia jasa otonami daerah pemeliharaan bangunan gedungyang yang relatif belum genap Belum mempunyai memiliki sertifikat sesuai dengan peraturan yang berlaku. dua tahun. perda menyangkut Pelaksanaan di proses pemeliharaan lapangan, gedung

   Dlm hal pemeliharaan menggunakan pemeliharaan penyedia jasa pemeliharaan, BG merupakan pengadaan jasa pemeliharaaan tanggung jawab dilakukan melalui pelelangan, pemilik dan pemilihan langsung atau pengguna BG penunjukkan langsung

   Perawatan  Perawatan bangunan gedung dapat dilakukan oleh pemilik dan / pengguna bangunan gedung dan dapat menggunakan penyedia jasa perawatan bangunan gedung yang memiliki sertifikat sesuai dengan

  PEMELIHARAAN, peraturan perundang-undangan. PERAWATAN,  Dalam hal perawatan menggunakan PEMERIKSAAN

  penyedia jasa pemeliharaan, maka

SECARA BERKALA,

  pengadaan jasa pemeliharaaan PERPANJANGAN

  dilakukan melalui pelelangan,

SERTIFIKAT LAIK

  pemilihan langsung atau

FUNGSI, DAN

  penunjukkan langsung. Belum banyak

  PENGAWASAN

   Hubungan kerja antar antara pengalaman

  PEMANFAATAN

  penyedia jasa perawatan bangunan mengingat usia BANGUNAN GEDUNG. gd dan pemilik /pengguna bangunan otonami daerah yang relatif gedung harus dilaksanakan berdasarkan ikatan kerja tertentu belum genap Belum mempunyai yang dituangkan dalam perjanjian dua tahun. perda menyangkut

  Pelaksanaan di proses perawatan tertulis sesuai dengan perundangan yang berlaku. lapangan, gedung perawatan BG

   Perbaikan dan atau pergantian merupakan dalam kegiatan perawatan bangunan tanggung jawab gedung dalam tingkat kerusakan pemilik dan sedang dan berat dilakukan setelah pengguna BG dokumen rencana teknis perawatan bangunan disetujui oleh pemerintah pusat.

   Persetujuan rencana teknis perawatan bangunan gedung tertentu dan memiliki kompleksitas teknis tinggi dilakukan setelah mendapat pertimbangan TABG.

   Hasil kegiatan perawatan bangunan gedung dituangkan dlm laporan perawatan yang digunakan untuk pertimbangan penetapan SLF yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.

  KONDISI KEGIATAN KAJIAN BERDASAR UU, PP, Permen PERMASALAHAN EKSISITING

   Pemeriksaan secara berkala  Pemeriksaan berkala bangunan gedung dilakukan oleh pemilikdan / pengguna bangunan gedung dan dpt menggunakan penyedia jasa pengkajian teknis bangunan gedung yang memiliki sertifikat yang sesuai dg peraturan perundang-undangan  Pemeriksaan secara berkala bangunan gedung dilakukan untuk seluruh atau sebagian bangunan bangunan gedung, komponen bahan bangunan, dan / atau prasarana dan

  Belum banyak sarana dalam rangka pemeliharaan pengalaman dan perawatan bangunan gedung mengingat usia guna memperoleh perpanjangan SLF otonami daerah

   Dalam hal pemeriksaan secara yang relatif berkala menggunakan penyedia jasa belum genap Belum mempunyai pengkajian teknis bangunan gedung, dua tahun. perda menyangkut maka pengadaan jasa pengkajian Pelaksanaan di proses pemeriksaan teknis bangunan gedung dilakukan lapangan, berkala bangunan melalui pelelangan pemilihan pemeriksaan gedung langsung atau penunjukkan berkala BG langsung. merupakan

   Hubungan kerja antar antara tanggung jawab penyedia jasa pengkajian teknis pemilik dan bangunan gd dan pemilik /pengguna pengguna BG. bangunan gedung harus dilaksanakan berdasarkan ikatan kerja tertentu yang dituangkan dalam perjanjian tertulis sesuai dengan perundangan yang berlaku.  Pengkajian teknis bangunan gedung dilakukan berdasarkanh Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan dokumen ikatan kerja  Dalam hal belum terdapat penyedia jasa pengkajian teknis, maka pengkajian teknis dilakukan oleh pemerintah.

   Proses tata cara perpanjangan SLF bangunan gedung.

   Perpanjangan SLF bangunan gedung pada masa pemanfaatan diterbitkan oleh pemerintah pusat  Perpanjangan SLF pada masa pemanfaatan diterbitkan berdasarkan hasil pemeriksaan kelaikan fungsi bangunan gedung terhadap Belum banyak pemenuhan persyaratan teknis dan pengalaman fungsi bangunan sesuai dengan IMB mengingat usia

  Masih merupakan hal  Masa berlaku perpanjangan SLF otonami daerah baru bagi daerah yang relatif untuk rumah tinggal tunggal dan rumah tinggal deret jangka waktu 20 belum genap dua tahun. tahun, dan jangka waktu 5 tahun untuk bangunan gedung lainnya.

   Pemilik dan / atau pengguna bangunan gedung wajib mengajukan permohonan perpanjangan SLF kepada pemerintah pusat paling lambat 60 hari kalender sebelum masa berlaku SLF berakhir  SLF bangunan gedung diberikan

  KONDISI KEGIATAN KAJIAN BERDASAR UU, PP, Permen PERMASALAHAN EKSISITING

  atas dasar permintaan pemilik bangunan untuk seluruh atau sebagian bangunan gedung sesuai dengan hasil pemeriksaan kelaikan fungsi bangunan gedung.  Pemeriksaan kelaikan fungsi bangunan gedung dilakuikan oleh penyedia jasa pengkajian teknis bangunan gedung.

   Pengawasan dan Pemanfaatan Belum banyak

  bangunan gedung

  pengalaman Pengawasan terhadap pemanfaatan Belum mempunyai mengingat usia bangunan gedung dilakukan oleh perda menyangkut otonami daerah proses pengawasan pemerintah dan / atau pemerintah yang relatif daerah pada saat pengajuan dan pemanfaatan BG belum genap perpanjangan SLF dan / atau adanya dua tahun. laporan dari masyarakat

  PELESTARIAN:

   pendaftaran bangunan gedung yang dilindungi dan dilestarikan

  MELIPUTI KEGIATAN

   penetapan sebagai sebagai bangunan Belum banyak

  PENETAPAN DAN

  pengalaman yang dilindungi dan dilestarikan

  PEMANFAATAN

   pemanfaatan mengingat usia Belum mempunyai

  TERMASUK

  otonami daerah perda terkait proses Pemanfaatan bangunan gedung yang

  PERAWATAN DAN

  yang relatif pelestarian BG dilindungi dan dilestarikan harus

  PEMUGARAN SERTA

  belum genap sesuai dengan kaidah pelestarian dan

  KEGIATAN dua tahun.

  klasifikasi bangunan gedung yang

  PENGAWASANNYA

  dilindungi. (Peraturan Pemerintah R.I No.36/2005 : pasal 87)

  PEMBONGKARAN: Perencanaan pembongkaran

  . Kegiatan  Proses tata cara pembongkaran perencanaan pembongkaran Belum mempunyai  Rencana teknis pembongkaran belum ada perda menyangkut  penyedia jasa pembongkaran pedomannya proses perencanaan sehingga belum pembongkaran dan pernah teknis nya dilakukan secara terstruktur

  Penetapan Pembongkaran

   Bangunan gedung dapat dibongkar apabila tidak laik fungsi dan tidak dapat diperbaiki  Bangunan gedung dapat dibongkar

  MELIPUTI PENETAPAN PEMBONGKARAN DAN apabila dapat menimbulkan bahaya PELAKSANAAN dalam pemanfaatan bangunan gedung PEMBONGKARAN dan / atau lingkungannya Kegiatan SERTA PENGAWASAN  Bangunan gedung dapat dibongkar penetapan PEMBONGKARAN

  apabila : tidak memiliki izin mendirikan pembongkaran Belum mempunyai bangunan dan Pemerintah belum ada perda menyangkut menetapkan bangunan tersebut untuk pedomannya proses penetapan dibongkar dengan surat penetapan sehingga belum pembongkaran dan pernah teknis nya pembongkaran

   Pemerintah dan / atau pemda dilakukan secara terstrukt ur mengidentifikasi bangunan gedung yang akan ditetapkan untuk dibongkar berdasarkan hasil pemeriksaan dan /atau laporan dari masyarakat  Berdasarkan hasil identifikasi seperti tersebut di atas, pemilik dan/atau pengguna bangunan gedung wajib melakukan pengkajian teknis

  KONDISI KEGIATAN KAJIAN BERDASAR UU, PP, Permen PERMASALAHAN EKSISITING

  bangunan gedung dan menyampaikan hasilnya kepada Pemerintah daerah, kecuali bangunan fungsi khusus kepada Pemerintah

   Apabila hasil pengkajian teknis bangunan gedung memenuhi kriteria sebagaimana yang dimaksud di atas, maka pemerintah menetapkan bangunan gedung tersebut untuk dibongkar dengan surat penetapan  Isi surat penetapan pembongkaran memuat batas waktu pembongkaran, prosedur pembongkaran dan ancaman sanksi.

  Pelaksanaan Pembongkaran

   Dalam hal pemilik dan / atau pengguna bangunan gedung tidak melaksanakan pembongkaran dalam batas waktu yang ditentukan, maka pembongkaran dilakukan oleh Pemerintah yang dapat menunjuk penyedia jasa pembongkaran bangunan gedung atas biaya pemilik Kegiatan

   Pemilik bangunan dapat mengajukan pelaksanaan pembongkaran Belum mempunyai pembongkaran bangunan gedung dengan memberikan pemberitahuan belum ada perda menyangkut pedomannya proses pelaksanaan tertulis kepada pemerintah daerah, kecuali bangunan gedung fungsi sehingga belum pembongkaran dan khusus kepada pemerintah, disertai pernah teknis nya dilakukan secara laporan terakhir hasil pemeriksaan berkala terstruktur  Dalam hal pemilik bangunan gedung bukan pemilik tanah, maka usulan pembongkaran harus mendapat persetujuan pemilik tanah Pelaksanaan pembongkaran bangunan gedung harus memenuhi prinsip keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

  Pengawasan

   Pengawasan pelaksanaan pembongkaran bangunan gedung dilakukan oleh penyedia jasa . Kegiatan pengawasan yang memiliki sertifikat pengawasan sesuai dengan peraturan perundang- pembongkaran Belum mempunyai undangan belum ada perda menyangkut  Hasil pedomannya proses pengawasan pengawasan pelaksanaan pembongkaran bangunan gedung sehingga belum pembongkaran dan dilaporkan secara berkala kepada pernah teknis nya pemerintah dilakukan secara  Pemerintah melakukan pengawasan terstruktur secara berkala atas kesesuaian laporan pelaksanaan pembongkaran dengan rencana teknis pembongkaran

PENYELENGGARAAN BANGUNAN GEDUNG PASCABENCANA

   Dokumen Rencana Teknis Perda hanya membahas  Proses tata cara penerbitan IMB mengenai Belum mempunyai

   Penggolongan bangunan gedung Pembentukan perda menyangkut

   tata cara penerbitan IMB Perencanaan Teknis Organisasi dan proses perencanaan

   Dokumen IMB tata kerja badan dan teknis nya penanggulangan bencana

  KONDISI KEGIATAN KAJIAN BERDASAR UU, PP, Permen PERMASALAHAN EKSISITING REHABILITASI PASCABENCANA

  Perda hanya  alternatif konstruksi membahas  persyaratan pokok mengenai Belum mempunyai  dokumen rencana teknis

   Rumah tinggal satu Pembentukan perda menyangkut

   proses tata cara penerbitan IMB

  lantai tahan gempa

  Organisasi dan proses perencanaan  proses tata cara penerbitan SLF tata kerja badan dan teknis nya bangunan gedung penanggulangan bencana

7.2.2 Sasaran Program

  No Uraian Sasaran Program Sasaran Penanganan Sasaran Program 2017 2018 2019 2020 2021

  1 Penataan Orientasi Kawasan