Hubungan antara dukungan sosial yang dipersepsikan dan harga diri remaja - USD Repository

  

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL YANG DIPERSEPSIKAN

DAN HARGA DIRI REMAJA

  Skripsi Diajukan untuk Menenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

  Disusun oleh: Hermin Kali Ada’

  069114070

  

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL YANG DIPERSEPSIKAN

DAN HARGA DIRI REMAJA

  Disusun oleh: Hermin Kali Ada’

  069114070 Telah Disetujui oleh:

  Dosen Pembimbing Dr. A. Priyono Marwan, S. J. Tanggal…………………

WITH GOD ALL THINGS ARE POSSIBLE

  

Karya ini saya persembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus, Bunda Maria dan

keluargaku yang tercinta

  

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL YANG DIPERSEPSIKAN

DAN HARGA DIRI REMAJA

Hermin Kali Ada’

  

ABSTRAK

Penelitian kuantitatif korelasional ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

dukungan sosial yang dipersepsikan dan harga diri remaja. Hipotesis yang diajukan adalah ada

hubungan positif dan signifikan antara dukungan sosial yang dipersepsikan dan harga diri remaja.

Subyek penelitian terdiri dari 97 siswa SMA BOPKRI 2 Kelas 2 yang dipilih secara purposive.

Data dikumpulkan dengan Skala Dukungan sosial yang dipersepsikan dan Skala Harga Diri. Uji

validitas Skala Dukungan sosial yang dipersepsikan menunjukkan 69 item valid dengan koefisien

reliabilitas sebesar 0,964. Uji validitas Skala Harga Diri menunjukkan 97 item valid dengan

koefisien reliabilitas sebesar 0,971. Data dianalisis dengan analisis korelasi pearson product

moment. Hasil analisis memperlihatkan koefisien korelasi (r) = 0,604 dengan p = 0,000 (p < 0,01).

Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis diterima, artinya ada hubungan positif dan signifikan

antara dukungan sosial yang dipersepsikan dan harga diri remaja.

  Kata Kunci: dukungan sosial yang dipersepsikan, harga diri, remaja

  

THE CORRELATION BETWEEN PERCEIVED SOCIAL SUPPORT AND

ADOLESCENT’S SELF ESTEEM

Hermin Kali Ada'

ABSTRACT

  This quantitative correlational research aims to investigate the correlation between

perceived social support and adolescent’s self-esteem. The hypothesis was there is a significant

positive correlation between perceived social support and adolescent’s self-esteem. The

purposively selected subjects of this research were 97 second year students of BOPKRI 2 High

School. Data were collected with the Perceived Social Support Scale and Self-Esteem Scale.

Perceived Social Support Scale validity test showed there were 69 valid items with reliability

coefficient of 0.964. Self Esteem Scale validity test showed there were 97 valid items with

reliability coefficient of 0.971. Data were analyzed using pearson product moment correlation

analysis. Results of analysis show correlation coefficient (r) = 0.604 and p = 0.000 (p < 0.01).

These results showed that hypothesis was accepted. It meaned that there is a a significant positive

correlation between perceived social support and adolescent’s self-esteem.

  Keyword: perceived social support, self esteem, adolescence

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama: Hermin Kali Ada’ Nomor Mahasiswa: 069114070

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

  

Hubungan Antara Dukungan Sosial yang Dipersepsikan dan Harga Diri

Remaja

  beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 22 September 2010 Yang menyatakan, (Hermin Kali Ada’)

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria atas berkat dan pendampinganNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Hubungan antara Dukungan Sosial yang Dipersepsikan dan Harga Diri Remaja”. Skripsi ini selesai berkat perhatian dan dukungan dari banyak pihak. Penulis ingin mengucapkan limpah terima kasih pada beberapa orang tersebut, yakni:

  1. Romo Dr. Priyono Marwan, S. J. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang begitu sabar membimbing dan menyemangati penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

  2. Ibu Dra. Lusia Pratidarmanastiti, M. S. dan ibu M. L. Anantasari, S.Psi., M.Si. selaku Dosen Penguji yang telah memberikan banyak masukan dan saran.

  3. Ibu Dr. Ch. Siwi Handayani, S.Psi., M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

  4. Bapak Minta Istono, S.Psi., M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik selama semester I-V dan Bapak Drs. H. Wahyudi, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik semester VI-VIII.

  5. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi atas kesabaran dalam mendidik dan membimbing selama penulis menjalankan masa studi.

  6. Karyawan Fakultas Psikologi dan Pengurus Perpustakaan Universitas Sanata

  7. Kepala Sekolah, Guru dan Siswa/i SMA BOPKRI 2 Yogyakarta yang telah membantu penulis dalam pengumpulan data.

  8. Seluruh keluargaku..khususnya untuk alm Kakek tercinta, Nenek, Papa, Mama, Uncle John yang telah menjadi motivatorku selama ini. K’Evi, K’Asih, K’Polle, K’Ria, Om dan Tante…terima kasih atas doa, kasih sayang dan kiriman makanannya.

  9. Heri yang selalu memotivasi dengan caranya sendiri.

  10. K2KAMSY yang menjadi keluarga keduaku di Jogja. Terima kasih atas pengalaman berorganisasi yang kita lalui bersama.

  11. Teman- teman kampusku….Mami, Tante, Jessy, Memed, Oq, Yupa, Chris, Fery, dll. Terima kasih atas kenangan suka maupun duka bersama kalian.

  12. Teman- teman kosku…Ribud, Linda, Ajenk, Luci, Gety, dll. Kenangan bersama kalian ga akan terlupakan.

  Penulis berharap kiranya karya yang masih jauh dari sempurna ini mendapat kritikan dan saran dari pembaca guna hasil yang lebih baik.

  Yogyakarta, ……………….

  Penulis Hermin Kali Ada’

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ……………………………………………………..... i HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………………………... ii HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………... iii HALAMAN MOTTO ……………………………………………………… iv HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………… v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………………………… vi ABSTRAK …………………………………………………………………. vii ABSTRACT ………………………………………………………………... viii LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH …………….. ix KATA PENGANTAR ……………………………………………………... x DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. xii DAFTAR TABEL ………………………………………………………….. xv DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….. xvi BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………………….

  1 A. Latar Belakang Masalah …………………………………...

  1 B. Rumusan Masalah…………………………………………...

  5 C. Tujuan Penelitian ………………………………………….

  5 D. Manfaat Penelitian …………………………………………

  5 BAB II. LANDASAN TEORI ……………………………………………...

  6 A. Remaja ………………………………………..…………...

  6 B. Dukungan Sosial yang Dipersepsikan ……………………..

  7

  2. Aspek-aspek Dukungan Sosial yang Dipersepsikan ……

  8 3. Bentuk-bentuk Dukungan Sosial yang Dipersepsikan….

  9 C. Harga Diri...…………………………………………………

  10 1. Pengertian Harga Diri ………………………………….

  10

  2. Aspek-aspek Harga diri …………………………………

  11

  3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Diri …………

  12

  4. Perkembangan Harga Diri ………………………………

  13 5. Tingkat Harga Diri ……………………………………...

  14 D. Hubungan Antara Dukungan Sosial yang Dipersepsikan dan Harga Diri Remaja ………………………………………..

  17 E. Hipotesis Penelitian ………………………………………...

  19 BAB III. METODE PENELITIAN ………………………………………...

  20 A. Jenis Penelitian …………………………………………….

  20 B. Identifikasi Variabel Penelitian ……………………………

  20 C. Definisi Operasional Variabel Penelitian……………………

  20 D. Subyek Penelitian …………………………………………

  21 E. Alat Pengumpulan Data …………………………………….

  21

  1. Skala Dukungan Sosial yang Dipersepsikan ……………

  23 2. Skala Harga Diri ……………………………………….

  24 F. Validitas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data …………

  25 1. Validitas ………………………………………………….

  25 2. Reliabilitas ……………………………………………...

  29 G. Analisis Data ……………………………………………….

  31

  BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………………….

  32 A. Persiapan Penelitian ………………………………………..

  32 B. Pelaksanaan Penelitian ………………………………………..

  33 C. Hasil Penelitian ……………………………………………….

  33

  1. Deskripsi Statistik Data Subyek …………………………

  33

  2. Uji Asumsi Penelitian ……………………………………

  34 3. Uji Hipotesis Penelitian ………………………………….

  36 D. Pembahasan………………………………………………….

  37 BABV. PENUTUP ………………………………………………………..

  40 A. Kesimpulan …………………………………………………...

  40 B. Keterbatasan Penelitian ………………………………………

  40 C. Saran …………………………………………………………

  40 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………

  42 LAMPIRAN ………………………………………………………………

  46

  

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Skor Penilaian ………………………….........................................

  29

  36 Tabel 13 Hasil Uji Hipotesis ………………………………………………...

  35 Tabel 12 Hasil Uji Linearitas ……………………………………………......

  33

  Deskripsi Statistik Data Subyek ………………………………… Hasil Uji Normalitas .........................................................................

  30 Tabel 10 Tabel 11

  30 Tabel 9 Koefisien Reliabilitas Skala Harga Diri……………………………

  Distribusi Item Skala Harga Diri Setelah Seleksi Item ………… Koefisien Reliabilitas Skala Dukungan Sosial yang Dipersepsikan……………………………………………………..

  22 Tabel 2 Distribusi Item Skala Dukungan Sosial yang Dipersepsikan ……...

  28 Tabel 7 Tabel 8

  27

  Seleksi Item Skala Harga Diri ……………..................................

  Distribusi Item Skala Dukungan Sosial yang Dipersepsikan Setelah Seleksi Item ……………………………………………….

  26 Tabel 5 Tabel 6

  24 Tabel 4 Seleksi Item Skala Dukungan Sosial yang Dipersepsikan ………..

  23 Tabel 3 Distribusi Item Skala Harga Diri…………………………………...

  36

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 Skala Dukungan Sosial yang Dipersepsikan dan Skala Harga Diri ...............………………………………………………...

  48 Lampiran 2 Skala Dukungan Sosial yang Dipersepsikan Setelah Seleksi Item ………………………………………………………...

  58 Lampiran 3 Skala Harga Diri Setelah Seleksi Item …………………….

  60 Lampiran 4 Hasil Uji Analisis Data……………………………………..

  63 Lampiran 5 Surat-surat Perijinan……………………………………….

  65

BAB I PENDAHULUAN Bab ini memaparkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian. A. LATAR BELAKANG MASALAH Salah satu periode dalam perkembangan manusia adalah masa remaja. Santrock (2007) mendefinisikan masa remaja sebagai periode transisi

  perkembangan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Transisi ini melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional.

  Perubahan biologis ditandai dengan pertambahan tinggi badan yang pesat, perubahan hormonal dan kematangan seksual. Perubahan kognitif yang terjadi antara lain adalah peningkatan kemampuan berpikir abstrak dan logis. Perubahan sosio-emosional meliputi tuntutan untuk mencapai kemandirian, peningkatan kemampuan otonomi dan keinginan untuk meluangkan waktu lebih banyak bersama teman-teman sebaya.

  Dalam menghadapi perubahan-perubahan tersebut orang-orang di sekitar remaja diharapkan bersikap bijaksana dan memberikan dukungan kepada remaja agar remaja dapat menghadapi transisi tersebut dengan baik. Remaja yang menerima perubahan-perubahan yang dialaminya diharapkan memberikan penguatan positif pada dirinya supaya harga dirinya menigkat (Avin dan Nella, 1992).

  Monks, Knoers dan Haditono (2002) menjelaskan bahwa reaksi individu dalam menghadapi perubahan-perubahan dipengaruhi oleh Lingkungan sosial menyediakan dukungan sosial bagi remaja (Coopersmith, 1976; Harter, 1990, 1999). Dukungan sosial adalah sumber daya yang diperoleh individu melalui interaksinya dengan orang lain (Sheridan dan Radmacher, 1992). Dukungan sosial tersebut berupa uang, peralatan, informasi, saran, semangat, penerimaan, atau perhatian yang membuat individu merasa diterima, dihargai, dicintai dan dipedulikan (House, 1981).

  Dukungan sosial terdiri dari dukungan sosial yang nyata dan dukungan sosial yang dipersepsikan (Barrera, 1986 dan Jou, 1994). Dukungan sosial yang nyata adalah dukungan yang secara nyata telah diterima oleh seorang individu. Dukungan yang dipersepsikan adalah dukungan yang dipahami atau dianggap sebagai sesuatu yang menguntungkan atau tidak menguntungkan oleh individu yang menerimanya.

  Dukungan sosial yang dipersepsikan oleh remaja sebagai sesuatu yang menguntungkan bagi dirinya dapat meningkatkan harga dirinya (Sarason, Sarason dan gurung, 1997). Sebaliknya, dukungan sosial yang dipersepsikan sebagai sesuatu yang tidak menguntungkan bagi diri remaja tidak dapat meningkatkan harga dirinya.

  Dukungan sosial yang dipersepsikan oleh remaja sebagai sesuatu yang menguntungkan baginya menumbuhkan pandangan positif terhadap dirinya sendiri (Gunarsa dan Gunarsa, 2006). Pandangan positif remaja tersebut turut menumbuhkan harga diri yang dimilikinya (Berne dan Savary, 1988). Remaja merasa dirinya diperhatikan dan dicintai oleh orang lain. Semakin banyak orang menyukai dan menerima remaja, semakin kuat pula remaja tersebut menerima dirinya sendiri (Hurlock, 1992; Klass dan Hodge, 1978). Hal ini berarti harga dirinya juga semakin tinggi (Bee, 2000; Smet, 1994).

  Harga diri adalah penilaian pribadi atau penilaian yang diberikan individu terhadap dirinya sendiri. Harga diri diperoleh individu dari interaksinya dengan lingkungan, dari penerimaan dan perlakuan orang lain terhadap dirinya (Coopersmith, 1967). Remaja yang merasa diterima dan diperlakukan dengan baik mampu menerima dan menghargai dirinya sendiri. Hal ini berarti remaja tersebut memiliki harga diri yang tinggi. Remaja yang memiliki harga diri yang tinggi menunjukkan perilaku yang lebih aktif, lebih percaya diri, tampak puas serta menghargai dirinya sendiri. Sebaliknya, remaja yang memiliki harga diri yang rendah bersikap pasif, kurang percaya diri, pesimis, rendah diri, pemalu dan kurang puas pada dirinya sendiri.

  Harga diri yang rendah pada remaja seringkali dihubungkan dengan perbuatan yang tidak terpuji. Remaja yang memiliki harga diri yang rendah cenderung berperilaku menyimpang seperti bunuh diri, mengkonsumsi narkoba dan mengalami anoreksia (Mappiare, 1982).

  Salah satu kasus bunuh diri yang dipublikasikan media yakni Vivi yang berusia 15 tahun nekat bunuh diri dengan minum racun serangga.

  Subyek malu dengan keadaan keluarganya. Ayahnya adalah seorang penjual bubur ayam dan memiliki penghasilan yang tidak tetap. Ayahnya hanya mampu memberikan seragam sekolah bekas yang diperolehnya dari pemberian tetangganya. Hal ini membuat subyek sering diejek oleh teman- temannya. Tak tahan menanggung malu karena sering diejek memakai pakaian bekas, subyek memilih untuk mengakhiri hidupnya (Ranggamukti, 2005).

  Sebagai contoh kasus narkoba, Rian (16 tahun) ditangkap oleh aparat berwenang saat tengah berpesta shabu-shabu dengan 3 orang temannya di sebuah apartemen. Saat diinterogasi, subyek mengaku bahwa ia depresi dan merasa tertekan dengan kondisi keluarganya. Kedua orang tuanya sibuk bekerja bahkan hingga larut malam. Ryan mengatakan bahwa orang tuanya melimpahi ia dengan materi tapi tidak dengan kasih sayang. Ryan juga menuturkan bahwa ia sering menyaksikan kedua orang tuanya bertengkar (Sihombing, 2010).

  Salah satu contoh kasus anoreksia dialami oleh Ayunda Gusti (16 tahun). Di sekolah teman-temannya terutama teman-teman pria sering mengejek dan meledek dia. Ayunda bahkan dijuluki karung beras oleh teman- temannya. Tak tahan dengan perlakuan yang diterima, Ayunda melakukan diet ketat. Dalam sehari ia hanya makan satu kali bahkan tak jarang pula dia tidak makan sama sekali (Gunawan, 2007).

  Dari beberapa kasus di atas terlihat bahwa dukungan sosial dari orang- orang di sekitar yang dirasa remaja tidak menguntungkan dapat berakibat negatif terhadap perkembangan remaja tersebut. Remaja membutuhkan dukungan dari orang-orang di sekitarnya agar dapat membentuk harga diri yang tinggi. Akan tetapi dukungan tersebut menjadi sia-sia bila tidak dianggap sebagai sesuatu yang menguntungkan bagi diri remaja. Peneliti melihat bahwa terdapat hubungan antara dukungan sosial yang dipersepsikan dan harga diri

  B. RUMUSAN MASALAH

  Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka rumusan penelitian ini adalah: apakah ada hubungan antara dukungan sosial yang dipersepsikan dan harga diri remaja?

  C. TUJUAN PENELITIAN

  Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris hubungan antara dukungan sosial yang dipersepsikan dan harga diri remaja.

  D. MANFAAT PENELITIAN

  1. Manfaat Teoritis

  Secara teoritik penelitian ini bertujuan untuk menambah wawasan khususnya mengenai dukungan sosial yang dipersepsikan dan harga diri.

  2. Manfaat Praktis

  Penelitian ini dapat memberi masukan pengetahuan bagi pengembangan harga diri remaja melalui dukungan sosial yang dipersepsikannya. Penelitian ini juga dapat menjadi bahan refleksi bagi orang-orang di sekitar remaja untuk lebih memperhatikan dukungan sosial yang diberikan sehingga dapat diterima baik dan memberi keuntungan bagi diri remaja.

BAB II LANDASAN TEORI Landasan teori ini membahas remaja, dukungan sosial yang dipersepsikan,

  harga diri, hubungan antara dukungan sosial yang dipersepsikan dan harga diri remaja, serta hipotesis penelitian.

A. REMAJA

  Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang diikuti dengan berbagai masalah yang timbul karena perubahan fisik, psikis dan sosial. Masa peralihan tersebut banyak menimbulkan kesulitan-kesulitan dalam penyesuaian terhadap diri maupun terhadap lingkungan sosialnya. Hal ini dikarenakan remaja bukan lagi kanak-kanak tetapi juga belum dewasa (Hurlock, 1994; Monks, Knoers dan Haditono, 1999). Hal ini didukung oleh Santrock (2002) yang mendefinisikan masa remaja sebagai suatu periode di mana kematangan kerangka dan seksual terjadi secara pesat, terutama pada masa awal remaja.

  Monks, Knoers dan Haditono (2002) membagi remaja atas 3 kelompok usia tahap perkembangan, yakni: a. Remaja awal. Remaja awal berada pada rentang usia 12-15 tahun. Masa ini merupakan masa negatif karena pada masa ini terdapat sikap dan sifat negatif yang belum terlihat dalam masa kanak-kanak (Buhler, 1979). Individu sering merasa bingung, cemas, takut dan gelisah.

  b. Remaja pertengahan. Remaja pertengahan berada pada rentang usia 15-18 tahun. Pada masa ini individu menginginkan dan mencari-cari sesuatu. harga diri remaja. Remaja pertengahan sering mengalami keprihatinan terhadap perubahan fisik karena tidak puas pada bentuk fisiknya. Pada rentangan usia ini, remaja mulai mengembangkan kepercayaan diri dan membuat penilaian terhadap dirinya sendiri (Burn, 1993).

  c. Remaja akhir. Remaja akhir berada pada rentang usia 18-21 tahun. Pada masa ini individu mulai merasa stabil. Individu mulai mengenal dirinya, memahami dan menyadari tujuan hidupnya.

  Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa masa remaja merupakan masa penting bagi pembentukan dan perkembangan harga diri. Hal ini didukung oleh pendapat Goebel dan Brown (1981) yang menegaskan bahwa harga diri mencapai puncaknya pada masa remaja.

B. DUKUNGAN SOSIAL YANG DIPERSEPSIKAN

  Bagian ini berisi penjelasan mengenai pengertian, aspek-aspek dan bentuk-bentuk dukungan sosial yang dipersepsikan.

1. Pengertian Dukungan Sosial yang Dipersepsikan

  Barrera (1986) dan Jou (1994) mengemukakan bahwa dukungan sosial terdiri dari dukungan sosial yang nyata dan dukungan sosial yang dipersepsikan. Dukungan sosial yang nyata adalah dukungan yang secara nyata telah diterima oleh individu. Dukungan yang dipersepsikan adalah dukungan yang dipahami atau dianggap sebagai sesuatu yang menguntungkan atau tidak menguntungkan oleh individu yang menerimanya.

  Dukungan sosial yang dipersepsikan dipahami sebagai sesuatu yang menguntungkan bagi diri individu apabila ia mempunyai persepsi yang positif terhadap dukungan tersebut (Sarason, Sarason dan Gurung, 1997). Sebaliknya, dukungan yang dipersepsikan menjadi tidak menguntungkan bagi individu jika dukungan tersebut tidak dipersepsikan atau dipahami oleh individu sebagai sebuah dukungan untuk dirinya (dipersepsikan negatif).

  Dukungan sosial yang dipersepsikan muncul dari pengalaman masa kanak-kanak yang dianggap mendukung dan berkembang ke dalam perasaan bahwa dirinya dihargai dan dirawat oleh orang lain (Bowlby, 1980; Lakey dkk, 1996; Pierce, Sarason dan Sarason, 1990; Sarason, Sarason dan Gurung, 1997). Individu yang menganggap dukungan yang diterimanya sebagai sesuatu yang positif menimbulkan perasaan dicintai, dihargai dan berharga pada dirinya (Sarafino, 1998).

  Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dukungan yang dipersepsikan adalah dukungan yang dipahami atau dianggap sebagai sesuatu yang menguntungkan atau tidak menguntungkan oleh individu yang menerimanya.

2. Aspek-aspek Dukungan Sosial yang Dipersepsikan

  Walgito (2003) menyatakan bahwa persepsi terdiri dari tiga aspek yakni aspek kognitif (menyangkut pengalaman atau pengetahuan), aspek konatif (menyangkut motif atau kemauan) dan aspek afektif (menyangkut emosi atau perasaan). Berdasarkan pendapat tersebut, aspek-aspek dukungan sosial yang dipersepsikan dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Aspek kognitif menyangkut pandangan individu terhadap dukungan yang diterima berdasarkan pengalaman atau pengetahuan yang dimilikinya.

  b. Aspek konatif menyangkut motif individu dalam mempersepsikan dukungan yang diperolehnya.

  c. Aspek afektif menyangkut perasaan atau emosi individu dalam mempersepsikan dukungan yang diperolehnya.

3. Bentuk-bentuk Dukungan Sosial yang Dipersepsikan

  Bentuk-bentuk dukungan sosial yang dipersepsikan mengacu pada bentuk-bentuk dukungan sosial yang nyata. House (1981) dan Sarafino (1998) membagi dukungan sosial yang nyata ke dalam empat bentuk, yaitu: a. Dukungan instrumental. Dukungan ini berupa pinjaman uang, barang dan penyediaan sarana dan prasarana.

  b. Dukungan informasional. Dukungan ini mencakup pemberian informasi, saran, nasehat, petunjuk atau umpan balik tentang situasi dan kondisi individu.

  c. Dukungan emosional. Dukungan ini meliputi perhatian, empati dan kesediaan mendengarkan keluh kesah orang lain. d.

  Dukungan evaluasi. Dukungan ini berupa pemberian semangat, dorongan untuk maju, persetujuan pendapat individu dan perbandingan positif individu dengan individu lainnya.

C. HARGA DIRI

  Harga diri merupakan salah satu faktor penting dalam perkembangan kepribadian remaja dan berpengaruh terhadap sikap dan perilakunya. Bab ini membahas pengertian, aspek-aspek, faktor-faktor yang mempengaruhi, perkembangan dan tingkat harga diri.

1. Pengertian Harga Diri

  Coopersmith (1967), Sanektekin dan Sunar (2008) mendefinisikan harga diri sebagai penilaian pribadi (personal judgement) atau penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai orang yang berharga atau tidak berharga. Hurlock (1999); Klass dan Hodge (1978), melengkapi pernyataan tersebut dengan menyatakan bahwa harga diri merupakan evaluasi diri yang dibuat dan dipertahankan oleh seorang individu yang berasal dari interaksi sosial dalam keluarga serta penghargaan, perlakuan dan penerimaan dari orang lain.

  Rossenberg (1979) menambahkan bahwa harga diri adalah perasaan individu bahwa dirinya berharga, menerima diri apa adanya, puas dengan yang dimilikinya dan tidak merasa kecewa terhadap keterbatasannya. Hal yang senada diungkapkan oleh Baumeister (1998), Beane dan Lipka (1986) dan Harter (1999) yang menerangkan harga diri dengan menghargai diri, estimasi diri dan nilai diri. Baron dan Byrne (1994) juga mendefinisikan harga diri sebagai cara untuk mengevaluasi diri.

  Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa harga diri adalah penilaian yang dibuat individu atas dirinya sendiri sebagai orang yang berharga (harga diri tinggi) atau sebagai orang yang kurang atau tidak berharga (harga diri rendah).

2. Aspek-aspek Harga Diri

  Coopersmith (1967) membagi harga diri kedalam empat aspek, yaitu: a. Aspek kekuatan. Kekuatan dikaitkan dengan kemampuan individu dalam mempengaruhi dan mengendalikan diri sendiri ataupun individu lainnya. Pengaruh dan wibawa juga merupakan hal-hal yang menunjukkan kekuatan pada diri individu.

  b. Aspek kebajikan. Kebajikan ditandai oleh kesesuaian diri individu dengan moral dan standar etika yang berlaku di masyarakat.

  c. Aspek kebermaknaan. Kebermaknaan berkaitan dengan kepedulian dan afeksi yang diperoleh individu dalam lingkungan pergaulannya.

  d. Aspek kompetensi. Kompetensi berkaitan dengan performansi atau penampilan yang prima dalam upaya meraih kesuksesan dan keberhasilan. Individu berusaha mewujudkan harapan-harapan yang dimilikinya dan menghindari hal-hal yang dapat menghambat

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Diri

  Coopersmith (1967) dan Harter (1990 dan 1999) menyatakan bahwa harga diri dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu: a. Faktor internal atau faktor yang berada di dalam diri individu itu sendiri. Faktor internal meliputi keadaan psikologis individu menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan keberhasilan atau kegagalan yang dialaminya. Coopersmith mengungkapkan bahwa harga diri terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang menyenangkan maupun kurang menyenangkan. Pengalaman tersebut menimbulkan perasaan positif maupun perasaan negatif terhadap diri individu.

  b. Faktor eksternal atau faktor yang berada di luar diri individu. Faktor eksternal meliputi lingkungan di sekitar individu. Lingkungan memberikan dampak yang besar kepada remaja melalui hubungan yang terjalin antara remaja dengan orangtua, teman sebaya dan dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini menumbuhkan rasa aman dan nyaman dalam penerimaan sosial dan harga dirinya. Internalisasi persetujuan atau penolakan orangtua sangat penting selama masa kanak-kanak dan remaja. Hubungan dengan orangtua dan teman merupakan dua sumber penting dukungan sosial yang berpengaruh terhadap harga diri remaja (Harter, 1990; Savin-Williams dan Demo, 1983 dan Shadmon, 1998).

  Dukungan orangtua dan teman sebaya yang mendukung dan merupakan penentu penting harga diri pada anak diantaranya adalah

  Dari antara faktor internal dan faktor eksternal di atas, faktor internal merupakan faktor yang memberikan kontribusi besar pada harga diri. Meskipun orang lain turut melakukan penilaian pada diri individu namun penilaian individu pada dirinya sendiri tetap menjadi yang paling penting karena penilaian tersebutlah yang menentukan tingkat harga diri yang dimilikinya.

4. Perkembangan Harga Diri

  Harga diri bukan faktor yang dibawa sejak lahir tapi diperoleh melalui proses pembelajaran. Harga diri berkembang secara bertahap sepanjang pengalaman hidup individu. Goebel dan Brown (1981) berpendapat harga diri mencapai puncaknya pada masa remaja. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa selama pertengahan masa remaja hingga memasuki masa dewasa awal, harga diri tersebut mengalami peningkatan (Harter, 1990; Savin-Williams dan Demo, 1983).

  Seiring dengan bertambahnya usia, anak mulai mengadakan kontak sosial dengan lingkungan yang lebih luas. Pengalaman berinteraksi membantu anak untuk mengembangkan gambaran diri berdasarkan sikap dan respon orang lain terhadap dirinya (Koentjoro, 1989). Selain itu, dengan bertambahnya usia anak mulai dapat mengembangkan sistem kognitifnya. Harga diri pada masa remaja tidak hanya dipengaruhi oleh faktor afektif tapi juga oleh faktor kognitif (Lestari, 1995). Remaja mulai mengembangkan kepercayaan terhadap dirinya dan membuat penilaian

  Kernis (1995) menyatakan bahwa perasaan berharga pada anak menjadi dasar untuk mengembangkan harga dirinya. Hurlock (1996) menambahkan bahwa harga diri terbentuk pada masa kanak-kanak dan mengalami peningkatan di masa remaja. Hal ini didukung oleh Baldwin dan Hoofman (2002) yang mengemukakan bahwa harga diri pada remaja meningkat seiring pertambahan usianya.

  Dari antara uraian di atas dapat disimpulkan bahwa harga diri bukanlah faktor yang dibawa sejak lahir melainkan terbentuk dan berkembang seiring dengan bertambahnya usia individu.

5. Tingkat Harga Diri

  Harter (1999) dan Nasional Assosiation For Self-Esteem (2000) membagi tingkat harga diri individu ke dalam dua tingkatan yaitu tinggi dan rendah. Setiap tingkat harga diri mempunyai ciri-ciri tertentu.

  a. Individu dengan harga diri tinggi mempunyai ciri-ciri : 1) Secara umum merasa puas pada dirinya dan dapat menerima keadaan dirinya.

  2) Selalu merasa baik dan dapat menghadapi keadaan. Ketika keadaan memburuk mereka berfikir bahwa hal tersebut tidak akan berlangsung lama. Mereka dapat menerima dan menghadapi perubahan.

  3) Mudah dan senang tersenyum. Memiliki keyakinan positif pada diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sebagai suatu kesatuan.

  4) Selalu bersemangat, sehingga mereka mampu menetapkan dan mencapai tujuan yang diharapkan.

  5) Ramah, menikmati bertemu dan berbaur dengan orang-orang baru. 6) Menarik bagi orang lain, sehingga mereka mampu menjalin dan mempertahankan suatu hubungan persahabatan.

  7) Selalu menatap mata lawan bicara, sehingga menunjukkan bahwa mereka dapat dipercaya dan mampu dalam menjalin hubungan dekat atau hubungan kasih sayang. 8) Berani mengambil resiko, mandiri dan dapat mengurus kepentingan dirinya sendiri.

  9) Memiliki hal-hal positif, seperti memiliki tingkah laku yang baik dan prestasi yang memuaskan.

  10) Hal-hal yang tidak dapat diobservasi orang lain, di antaranya berbicara positif tentang diri sendiri, selalu berbicara jujur, bersyukur terhadap kehidupannya, dapat memaafkan diri sendiri dan orang lain, penuh perhatian pada orang lain dan memiliki hati nurani.

  b. Individu dengan harga diri rendah mempunyai ciri-ciri : 1) Sering memikirkan keadaan diri sendiri dan merasa tidak puas terhadap keadaan dirinya.

  2) Merasa tertekan dan takut dalam menghadapi keadaan yang tidak menyenangkan. Mereka biasanya senang membantah dan lebih suka mengasingkan diri dari orang tua atau figur yang dianggap

  3) Susah untuk tersenyum karena memiliki keyakinan negatif terhadap dirinya, sehingga merasa tidak banyak yang bisa diharapkan dari diri sendiri, keluarga, dan lingkungan. 4) Tidak bersemangat, tidak memiliki keinginan dan kemampuan dalam menetapkan dan mencapai tujuan.

  5) Senang menyendiri. Lebih memilih menyendiri daripada bertemu dan berbaur dengan orang-orang baru.

  6) Mempunyai kesulitan dalam menjalin dan mempertahankan suatu hubungan persahabatan.

  7) Menghindari bertatap mata dengan orang lain. Sulit untuk percaya pada orang lain sehingga memiliki kesulitan untuk berhubungan dekat dan menjalin hubungan kasih sayang dengan orang lain. 8) Menolak menghadapi resiko. Mereka kurang bisa mencurahkan kasih sayang dan cenderung berpura-pura dalam berhubungan dengan orang lain. 9) Memiliki hal-hal negatif. Pada kasus yang ekstrim mereka dapat menjadi antisosial dan melakukan tindak kekerasan.

  10) Hal-hal yang tidak dapat diobservasi orang lain, di antaranya sering berbicara negatif tentang diri sendiri, tidak berbicara jujur, tidak bisa memaafkan kesalahan diri sendiri dan orang lain, dan kurang memiliki rasa empati terhadap orang lain.

  Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa harga diri terbagi dua berdasarkan tingkatannya yakni harga diri tinggi dan harga diri keadaan dirinya, berani, dan bersemangat. Sedangkan, individu dengan harga diri rendah dicirikan merasa tidak puas terhadap keadaan dirinya, takut mengambil resiko dan tidak bersemangat.

  

D. HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL YANG

DIPERSEPSIKAN DAN HARGA DIRI REMAJA

  Masa remaja dirasakan sebagai masa sulit karena pada periode ini berbagai perubahan terjadi dengan pesat. Sebagian besar remaja menganggap perubahan-perubahan tersebut sebagai masalah (Pudigjogyanti, 1995). Remaja sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendirian tanpa bantuan orang lain. Remaja membutuhkan dukungan dari orang-orang yang berada di sekitarnya agar ia dapat menghadapi perubahan-perubahan tersebut. Pernyataan tersebut didukung oleh Gelman dan Gallistel (1978) yang menerangkan bahwa individu membutuhkan penerimaan dan dukungan sosial dari orang-orang yang berarti dalam hidupnya, terutama saat individu tersebut sedang menghadapi situasi yang sulit.

  Dukungan sosial tidak serta merta berdampak positif terhadap individu yang menerimanya. Cooper, Holman dan Braithwaite (1983) mengemukakan bahwa dukungan dalam keluarga yang tidak dianggap atau dipersepsi sebagai suatu dukungan oleh individu yang menerimanya menimbulkan efek negatif terhadap harga dirinya. Individu merasa tidak diperhatikan, tidak dicintai dan tidak dihargai. Hal ini membuat individu tersebut memiliki harga diri rendah.

  Pendapat lain diterangkan oleh Berne dan Savary (1988) bahwa harga diri mendengarkannya dipersepsikan sebagai suatu bentuk perhatian dan dukungan bagi dirinya.

  Dukungan sosial yang dipersepsikan sebagai sesuatu yang positif membuat remaja merasa diterima, dicintai, diperhatikan, dan dihargai (Coopersmith, 1976, Tjahjaningsih dan Nuryoto, 1994). Peneliti lain (Hurlock, 1992; Klass dan Hodge, 1978) melengkapi pernyataan tersebut dengan menyatakan bahwa semakin kuat perasaan remaja bahwa dirinya diterima, dicintai, dan dihargai, semakin kuat pula remaja tersebut menerima dirinya. Hal ini berarti harga dirinya juga semakin tinggi (Bee, 2000; Smet, 1994).

  Sarason, Sarason dan Gurung (1997) menambahkan bahwa dukungan sosial yang meningkatkan harga diri adalah dukungan sosial yang dipersepsi remaja sebagai sesuatu yang menguntungkan bagi dirinya. Atau dengan kata lain, dukungan tersebut dipersepsikan positif. Sebaliknya, dukungan tersebut tidak dapat meningkatkan harga diri remaja bila dipersepsikan sebagai sesuatu yang tidak menguntungkan bagi dirinya.

  Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial yang dipersepsikan berhubungan positif dan signifikan dengan harga diri remaja. Hal ini berarti, semakin positif dukungan sosial yang dipersepsikan, semakin tinggi harga diri remaja. Sebaliknya, semakin negatif dukungan sosial yang dipersepsikan, semakin rendah harga diri remaja.

  Dukungan sosial ↓ dipersepsikan positif dipersepsikan negatif

  (aspek kognitif, konatif, afektif) (aspek kognitif, konatif, afektif) ↓

  ↓ dicintai, diperhatikan tidak dicintai, tidak diperhatikan ↓

  ↓ merasa berharga merasa tidak berharga ↓

  ↓ harga diri tinggi harga diri rendah

E. HIPOTESIS PENELITIAN

  Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan positif dan signifikan antara dukungan sosial yang dipersepsikan dan harga diri remaja.

BAB III METODE PENELITIAN Bab ini membahas mengenai jenis penelitian, identifikasi variabel

  penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subyek penelitian, alat pengumpulan data, validitas dan reliabilitas alat pengumpulan data serta analisis data.

  A. JENIS PENELITIAN

  Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional dengan tujuan untuk membuktikan hubungan antara dukungan sosial yang dipersepsikan dan harga diri remaja.

  B. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN

  Variabel dalam penelitian ini terdiri dari: Variabel bebas : dukungan sosial yang dipersepsikan Variabel tergantung : harga diri

  C. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN

  Definisi operasional dalam penelitian ini yang terdiri dari dukungan sosial yang dipersepsikan dan harga diri dirumuskan sebagai berikut:

  1. Dukungan sosial yang dipersepsikan. Tingkat dukungan sosial yang dipersepsikan diukur dengan skala dukungan sosial yang dipersepsikan.

  Skala ini disusun oleh peneliti berdasarkan aspek kognitif, aspek konatif dan aspek afektif dari dukungan sosial yang nyata. Semakin tinggi skor dipersepsikan subyek dan semakin rendah skor yang diperoleh menunjukkan semakin negatif dukungan sosial yang dipersepsikan subyek.

  2. Harga diri. Tingkat harga diri diukur dengan skala harga diri. Skala ini disusun oleh peneliti berdasarkan aspek kekuatan, aspek kebajikan, aspek kebermakanaan dan aspek kompetensi. Semakin tinggi skor yang diperoleh menunjukkan semakin tinggi harga diri subyek dan semakin rendah skor yang diperoleh menunjukkan semakin rendah harga diri subyek.

  D. SUBYEK PENELITIAN

  Subyek penelitian ini adalah 97 siswa-siswi kelas II SMA BOPKRI 2, Yogyakarta. Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik purposive

  sampling yaitu pemilihan sekelompok subyek didasarkan atas ciri atau sifat

  tertentu yang dipandang punya sangkut paut erat dengan ciri yang sudah diketahui sebelumnya (Hadi, 1989). Sampel penelitian diambil dari kelompok yang memiliki ciri-ciri yang sama dengan kriteria penelitian, yaitu remaja pertengahan yang berada pada rentang usia 15-18 tahun.