PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN berbasis MULTIMED

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN MULTIMEDIA
DENGAN CD INTERAKTIF UNTUK MENUMBUHKAN
BUDAYA KEWIRAUSAHAAN PARA MAHASISWA
Oleh
Naswan Suharsono
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk menghasilkan produk teknologi pembelajaran
dalam bentuk tiga paket Program Kuliah Kewirausahaan Pola-8 jam (P8), Pola-16 jam
(P16), dan Pola-48 jam (P48). Kompetensi yang ingin dicapai dengan penerapan ketiga
pola itu adalah terbentuknya kemampuan melakukan tindakan ekonomi (TEkonomi) sesuai
dengan latar belakang bidang keahlian mahasiswa. Untuk mencapai tujuan itu, maka
dibuatkan prototipa program dengan lima komponen program sebagai satu kesatuan yang
didasarkan pada model teoretik PATRIOT baik dari segi standar isi, proses maupun, hasil
belajarnya.Uji coba prototipa program dilakukan terhadap kelompok mahasiswa lintas
fakultas pada lima program studi tahun akademik 2005/2006 untuk mengukur tingkat
keterlaksanaan PBM dan perubahan tampilan mahasiswa setelah mengikuti kuliah
Kewirausahaan yang ditawarkan. Data yang didapatkan diolah dengan analisis isi dan
prosentase untuk dihimpun sebagai bahan masukan bagi perbaikan isi maupun tampilan

fisik program sedangkan data skor-skor hasil belajar dianalisis dengan statistik deskriptif,
uji-t, dan uji-f pada lima kelompok mahasiswa peserta kuliah Kewirausahaan. Hasil
analisis isi menunjukkan bahwa program sudah bisa dijalankan, namun perlu perbaikan
komponen media interaktif untuk meningkatkan kadar ilmiah dan bobot aplikasi
prakteknya. Kelemahan program tampak pada kesulitan mahasiswa menyelesaikan tugastugas latihan dan tugas tentang bagaimana mengintegrasikan dunia teoretik dan dunia
praktek di lapangan. Dari data skor hasil belajar ditemukan adanya variasi hasil belajar
yang signiikan antar program studi dan bidang keahlian Oleh karena itu direkomendasi
agar bahan belajar hasil pengembangan ini juga diajarkan melalui program e-learning
sehingga bisa diakses civitas academica secara lebih produktif dan efisien.
Kata kunci: program, prototipa, proses pembelajaran, multimedia, hasil belajar
ABSTRACT
This research was aimed to produce instructional technology packet programs of
Entrepreneurships Course for 8 hours patrons (P8), 16 hours patron (P-16), and 48 hours
patron (P48). The ends goals of competency are to build the mastery for business actions
based on the background of the student’s major study. This goal might be accomplished
by creating prototype of the entrepreneurship’s programs with five components as the

2
unity, based on the theoretical models of PATRIOT with the standard of the content,
process, and the learning achievement. The prototype then tried-out to student’s higher

education participants across the faculty through five study program on the years
academic 2005/2006 to measure applicability of the PBM implementation and changing
in performances after finishing the Entrepreneurships program participants. Data from
tried-out was alalysed by content analyses and procentage to improve instructional
component of the programs and data of learning achievement is abalyzed by t-test and
analyses of variance. Research finding showed that in general the entrepreneurships has
been running, but the content of multimedia is still need to improve to increase the weight
of scientific and application in practice. The weakness of the program was in how
students should be bastering classroom work and the field projects to integrated
theoretical and field application. From the data score of student’s achievement could be
seen that these too varied. So, that instructional material shuld be offered on e-learning
program to make sure that everyone conducing more productive and efficient.
Keywords: program, prototype, instructional process, multimedia, learning achievement.

1. Pendahuluan
Penawaran program percepatan pengembangan budaya kewirausahaan oleh
Ditbinlitabmas Dirjen Dikti (Koswara, 2001) telah direspons oleh PTN/PTS di seluruh
Indonesia baik melalui kegiatan pengabdian pada masyarakat (P2M) maupun Pendidikan
dan Pengajaran dengan memasukkan mata kuliah Kewirausahaan (KWU) dalam
kurikulum jurusan/program studi. Bahkan sejumlah fakultas telah menawarkan kelompok

mata kuliah keahlian profesi wirausaha untuk mengembangkan kompetensi profesional
dengan menerjunkan mahasiswa ke lapangan melalui program kuliah kerja usaha (KKU)
di dunia usaha dan industri.
Namun, sejauh ini belum banyak perangkat pembelajaran kewirausahaan yang
sudah teruji sejara ilmiah sehingga dapat digunakan sebagai kerangka acuan dalam
penyelenggaraan Kuliah Kewirausahaan di jurusan dan program studi sesuai dengan
tuntutan akademik di perguruan tinggi. Oleh karena itu diperlukan upaya khusus secara
sistematik untuk pembangunan tata nilai budaya kewirausaha sejak dini dari jenjang
pendidikan dasar dan menengah sampai dengan program Pendidikan Tinggi.
Penelitian ini dilakukan untuk menghasilkan produk teknologi pembelajaran
dalam bentuk tiga paket Program Kuliah Kewirausahaan kemasan Pola-8 jam (P8), Pola16 jam (P16), dan Pola-48 jam (P48). Kompetensi sasaran akhir yang ingin dicapai dalam

3
penerapan ketiga pola itu adalah terbentuknya kemampuan melakukan tindakan ekonomi
(TEkonomi) sesuai latar belakang bidang studi dan keahlian mahasiswa.
Pengembangan pembelajaran dan perangkat kompetensi lulusan perguruan tinggi
merupakan suatu upaya untuk meningkatkan daya saing output di pasar kerja. Salah satu
di antara banyak cara yang dapat ditempuh adalah mengaitkan kompetensi utama dengan
program pengembangan budaya kewirausahaan (Suharsono, 2003). Dalam konteks ini,
kebudayaan mencakup ide dasar konseptual, implementasinya dalam kegiatan sehari-hari,

dan produk karya cipta para pelaku budaya.
Dalam kaitan dengan proses pembudayaan profesi wirausaha di perguruan tinggi,
Suharsono (2004a) telah mengadakan penelitian untuk mendapatkan gambaran tentang
implementasi kebijakan kurikulum perguruan tinggi sesuai Kepmendiknas No
045/U/2002. Pertanyaan yang diajukan adalah seberapa jauh

bisa sejalan dengan

program percepatan pengembangan budaya kewirausahaan di perguruan tinggi. Subyek
penelitian ini adalah 25 kelompok mahasiswa peserta kuliah kewirausahaan yang ada di
lingkungan IKIP Negeri Singaraja, dengan melihat jurusan sebagai unit pelaksana teknis
yang menjadi bagian integral dari fakultas dan institusi penyelenggara pendidikan tinggi.
Hasil penelitian penunjukkan bahwa kegiatan kewirausahaan berlangsung melalui
jalur perkuliahan formal yang diprogram kurkikulum, proyek P2M dan kegiatan
kemahasiswaan. Dari lima komponen kurikulum 2004 setiap jurusan dan program studi
yang ada, potensi pengembangan budaya kewirausahaan berada di kelompok mata kuliah
keahlian berkarya (MKB) dan perilaku berkarya (MPB). Akan tetapi, perangkat
pembelajaran yang digunakan belum memadai dan dari aspek intensitas kegiatan dan
pengembangan programnya. Upaya pengembangan budaya kewirausaan dalam tiga tahun
terakhir lebih terfokus di program D-3 profesional. Kegiatan di program S-1 hanya

dikembangkan dari kompetisi yang berhasil diakses para dosen dari jalur P2M,
kerjasama antar lembaga, dan program kreativitas mahasiswa bidang kewirausahaan
(PKMK) yang ditawarkan Dirjen Dikti.
Secara teoretik, kewirausahaan adalah suatu jenis kemampuan berpikir kreatif dan
berperilaku inovatif yang bisa dijadikan dasar, sumber tenaga penggerak, siasat, dan kiat
dalam menghadapi tantangan hidup (Suryana, 2001: 5). Esensi budaya kewirausahaan itu
adalah kegiatan menciptakan nilai tambah produk melalui metode, teknik dan pendekatan

4
baru yang lebih efektif dan efisien. Adapun rahasianya terletak pada program inovasi dan
kreativitas baik dalam berpikir maupun bertindak meraih peluang usaha dengan semangat
juang angkatan ‘45 (Siagian dan Asfahani, 1996)
Untuk meningkatkan relevansi output perguruan tinggi dengan lapangan kerja
diperlukan perangkat program percepatan pengembangan budaya kewirausahaan di
perguruan tinggi. Program itu dilaksanakan untuk menumbuh kembangkan jiwa
wirausaha para mahasiswa dan staff pengajar yang diharapkan bisa menjadi wahana
pengintegrasian secara sinergi antara penguasaan sains dan teknologi dengan jiwa
wirausaha (Koswara, dkk. 2001). Dengan tumbuh kembangnya budaya wirausaha di
perguruan tinggi, maka hasil penelitian dan pengembangan selain bernilai akademik,
diharapkan bisa mempunyai nilai tambah bagi kemandirian perekonomian bangsa.

Sebagaimana telah ditemukan Suharsono dkk. (1997) di wilayah pedesaan dan
Suharsono dkk. (1999) di wilayah perkotaan menunjukkan bahwa hasil akhir yang
dicapai dalam usaha pengembangan jiwa wirausaha sangat ditentukan oleh dua hal.
Pertama, peningkatan pemahaman tentang prinsip-prinsip dasar wirausaha dan makin
terbukanya perilaku manajemen terhadap para karyawan. Kedua, pembuatan rencana
Pengembangan Usaha yang didukung oleh kuatnya semangat untuk tetap hidup sebagai
pengusaha, dengan menjaga produk barang dan jasanya di lapangan agar tetap sesuai
dengan kebutuhan hidup sehar-hari. Kedua kunci inilah yang harus menjadi agenda kerja
para calon wirausaha yang menghendaki sukses baik pada skala harian, mingguan,
bulanan, sampai skala tahunan sehingga proses perjalanan usaha dan variasi hasilnya bisa
dipantau secara berkesinambungan.
Hasil-hasil kajian kewirausahaan tersebut juga didukung oleh hasil studi
kewirausahaan Wisardja (2003) tentang kinerja pengusaha kerajinan kayu dan bambu di
Kabupaten Bangli. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola perilaku manajemen para
pengusaha dan pengaruh kondisi lingkungan bisnis sangat menentukan upaya
peningkatkan kesempatan berusaha. Informasi kunci itu menjadi sangat penting artinya
bagi usaha pembinaan dan pemberdayaan usaha kecil dan menengah (UKM) yang terkait
dengan program penciptaan dan peningkatan perluasan kesempatan berusaha, serta
tumbuh kembangnya pelaku wirausaha baru dii Indonesia. Demikian juga halnya dengan


5
pemahaman para pelaku usaha tentang potensi wilayah dan pola perilaku masyarakat
dalam pengembangan kewirausahaan.
Sebagimana dijelaskan Sugiyana (2001), untuk mencapai predikat wirauaha
berhasil, sifat-sifat dasar kewirausahaan itu harus ditumbuh kembangkan dalam setiap
diri pribadi disertai semangat juang yang tinggi. Ada lima indikator yang dapat dipakai
sebagai ukuran, ciri, dan cara menjadi wirausaha unggul, yaitu berani mengambil resiko,
mampu berkarya lebih bermutu, akomodatif terhadap perubahan lingkungan, kreatif dan
selalu berusaha meningkatkan keunggulan kompetitif, dan citra diri melalui investasi
baru di bidang yang secara ekonomis menguntungkan.
Kewirausahaan erat kaitannya dengan kondisi kejiwaan dan sifat dasar seseorang.
Jika sifat-sifat dasar wirausaha telah melekat kuat dalam diri seseorang, dan
mengapikasikannya dalam kehidupan nyata, maka kemungkinan besar mereka dapat
menjadi wirausaha berhasil di kemudian hari. Mereka inilah yang memiliki potensi untuk
bisa membantu bangkitnya usaha pedesaan dan perkotaan di kemudian hari jika
mendapatkan pembinaan khusus yang tepat dan berkelanjutan. Argumentasi inilah yang
digunakan sebagai landasan pijak mengapa kuliah kewirausahaan dengan bebepada pola
dasar itu dipilih sebagai struktur dasar pengembangan perangkat pendukung
penyelenggaraan KWU di perguruan tinggi.
Studi kewirausahaan juga erat keiatannya dengan studi pemecahan masalah dan

pengembangan pola perilaku budaya organisasi. Hasil pengembangan model pemecahan
masalah Suharsono (1991) menemukan adanya enam tahapan yang harus dilalui dalam
proses pembelajaran pemecahan masalah, yaitu tahap orientasi dan pemetaan kompetensi
ke dalam tujuan belajar, dilanjutkan dengan sajian informasi, transformasi dalam memori,
latihan pemecahan kasus, dan diakhiri dengan balikan. Penelitian Suharsono dkk (1997)
menemukan bahwa peningkatan kemampuan respons intelektual mahasiswa secara
signifikan bisa meningkat jika mendapatkan kesempatan untuk memraktekkan pengetahuan
dan kemampuan dasar intelektual dalam kehidupan nyata sehari-hari
Secara teoritis kedekatan mahasiswa dengan dunia nyata dapat ditempuh melalui
pemetaan kompetensi lulusan, penstrukturan materi bahasan, skenario KBM, dan teknik
evaluasi itu selanjutnya dipakai sebagai dasar untuk menyusun rancangan pembelajaran,
melaksanakan KBM di kelas, dan mengevaluasi hasil belajar dengan menempatkan

6
mahasiswa sebagai subyek belajar dan pembelajaran. Caranya ialah dengan melibatkan
mahasiswa dalam merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan belajar dan
menilai hasil belajarnya sendiri. Penerapan pendekatan intra-subyek belajar dalam
pembelajaran ini didasarkan pada postulat bahwa pengakuan diri akan meningkatkan rasa
saling percaya dan kepercayaan akan meningkatkan tanggung jawab belajar mahasiswa baik
kepada dosen maupun kepada diri sendiri.

Dampak pengiring dari keberhasilan penerapan pendekatan intra-subyek belajar
tersebut adalah adanya peningkatan antusiasme mahasiswa untuk belajar dan semangat
juang untuk mengatasi masalah-masalah yang dikasuskan, termasuk di dalamnya kasuskasus yang terjadi di dunia usaha. Adapun dampak langsung terhadap PBM adalah
meningkatnya pencapaian tujuan-tujuan belajar dan target penguasaan kemampuan yang
telah dirancang sendiri oleh mahasiswa sesuai target sasaran yang telah ditetapkan bersama
dosennya (Suharsono, 2002).
Dari hasil studi kewirausahaan tersebut dapat disintesiskan bahwa tumbuh
kembangnya jiwa wirausaha pada umumnya diawali dari adanya keinginan untuk
menolong diri sendiri dari segala beban ketergantungan dan ketidak pastian kondisi
hidupnya. Dari keinginan itu berlanjut ke timbulnya motivasi untuk berusaha, dan dari
motivasi itu akan bisa melahirkan proses pencarian ide-ide dan rencana baru. Dari
rencana-rencana yang dibuat itu, seorang calon pengusaha akan memilih alternatiftindakan tertentu dan berangkat dari alternatif tindakan yang dipilih itu, kemudian bisa
muncul pilihan jenis usaha baru dan jenis produk baru yang merupakan tiruan dari usaha
sejenis atau jenis produk inovasi yang sama sekali baru.
Dalam kaitan dengan penyiapan bahan ajar dan skenario KBM, Suharsono (2001)
telah mengembangkan model pembelajaran PATRIOT yang mempreskripsikan adanya tiga
tahapan pokok untuk mempelajari kompetensi profesional. Model PATRIOT itu secara
epistimologis adalah akronim dari prinsip (P), aturan (A), teori (T), realitas (R), informasi
(I), obyek (O), dan tindakan (T). Formula skenario KBM yang dapat diterapkan adalah
mengikuti urutan PAT + RIO = T, berbagai variasi pola pengembangannya sesuai bidang

keahlian dan jenis kemampuan yang dipelajari (Suharsono, 2002: 12). Secara umum, PAT
merupakan suatu rumpun pengetahuan teoretik yang dapat menstimulasi terjadinya tindakan
nyata (T) dalam kehidupan sehari-hari, setelah seseorang mengenali secara seksama

7
kenyataan adanya RIO yang relevan dengan bidang tertentu yang digeluti. Esensi model
PATRIOT terletak pada pengurutan sajian dari teori ke aplikasi di setiap bidang profesi
Hasil penelitian Suharsono (2001) menunjukkan bahwa pada level pokok bahasan,
Model Pembelajaran PATRIOT terbukti dapat meningkatkan kemampuan mengatasi
masalah bisnis dengan bantuan perangkat pendukung media pembelajaran dan lingkungan
sekitar. Dari hasil pengujian model PATRIOT di bidang pendidikan diploma profesional
(Suharsono, 2003) menunjukkan bahwa penyampaian rumusan tujuan belajar setiap awal
perkuliahan dapat meningkatkan kesiapan belajar mahasiswa. Pelaksanaan KBM setiap
pertemuan dapat meningkatkan penguasaan pengetahuan teoritis (PAT) dan pengetahuan
praktis (RIO) mahasiswa secara bertahap dengan level kompetensi yang semakin
meningkat. Tugas-tugas latihan yang dikerjakan dapat meningkatkan kemampuan
mengadministrasikan tindakan profesi bisnis perhotelan. Adapun refleksi bersama dosenmahasiswa terhadap hasil belajar pokok bahasan bisa mengakumulasikan keterampilan
dasar profesi seiring dengan bertambahnya volume kegiatan belajar yang dilakukan dan
pengalaman praktek kerja latihan mahasiswa
Akan tetapi, dalam praktek ada perbedaan persepsi tentang kebutuhan dasar

mahasiswa di satu sisi dan dimensi-dimensi kewirausahaan pada sisi lainnya. Perbedaan
persepsi ini muncul karena adanya perbedaan tingkat pengetahuan, pemahaman, dan
kebutuhan tentang kewirausahaan baik pada kelompok dosen maupun di kalangan
mahasiswa. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk membantu dosen dan mahasiswa
melalui pengadaan paket-paket program kuliah kewirausahaan dengan berbagai macam
pola agar lebih sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan dasar setiap kelompok mahasiswa
dan unit teknis pelaksanaannya. Paket-paket program kewirausahaan tersebut perlu
disiapkan dalam beberapa versi pola sesuai dengan kemampuan awal, kebutuhan, dan
kesiapan setiap jurusan dalam memberikan partisipasi dalam proses pengembangan
budaya wirausaha.
2. Metode Penelitian
Model teoretik yang menjadi dasar adalah model pembelajaran PATRIOTmultimedia yang berawal dari kegiatan penguasaan teoretik ke kompetensi aplikasi.

8
Kegiatan PBM disiapkan untuk memberi pengalaman belajar menerapkan seperangkat
prinsip, aturan, dan teori (PAT) yang sesuai dengan realitas, informasi, dan obyek bisnis
bidang tertentu.
Berpijak dari model teoretik tersebut kemudian disiapkanlah Prototipa produk
pengembangan Paket Kuliah KWU versi P-08, P-16, dan P-48. Setiap paket terdiri dari
lima komponen yaitu panduan umum, strategi pembelajaran, bahan ajar tercetak, media
pembelajaran, beserta instrumen evaluasi PBM dan hasil belajar. Prototipa tiga paket
produk selanjutnya diuji-cobakan kepada mahasiswa yang diundang secara khusus atau
yang memprogramkan matakuliah kewirausahaan sesuai tawaran program studinya.
Penelitian tahun ke-1 ini dilakukan di lima program studi yang menawarkan
kuliah Kewirausahaan di lingkungan IKIP Negeri Singaraja. Pada tahun pertama fokus
penelitian diarahkan ke proses identifikasi, analisis, dan pengembangan komponen
pembelajaran dengan produk akhir prototipa Paket Program Kuliah Kewirausahaan yang
sudah diuji-cobakan untuk mendapatkan respons dan masukan perbaikannya.
Data lapangan dijaring dengan instrumen utama yaitu komponen prototipa paket
yang terintegrasi dan didukung dengan lima jenis instrumen yang sesuai. Data yang dicari
adalah penilaian perorangan dari ahli dan praktisi wirausaha di lapangan, dosen
kewirausahaan, dan mahasiswa tentang isi lima komponen prototipa produk yang ada.
Data kualitatif penilaian ahli selanjutnya diolah dengan teknik analisis isi dan dihimmpun
sebagai bahan perbaikan tampilan dan formulasi komponen prototipa penelitian. Adapun
Data kuantitatif hasil belajar dikelompokkan berdasarkan sumbernya kemudian dianalisis
dengan teknik deskriptif, uji-t dan anava untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan Paket
yang dikembangkan. Data yang dijaring ada tiga macam yaitu data penilaian im ahli,
angketdosen pengguna tentang PBM, dan data hasil belajar mahasiswa pada lima kelas
perkuliahan. tiga kelompok tentang kinerja paket pembelajaran secara keseluruhan.
3. Hasil dan Pembahasan
Hasil penelitian secara umum menunjukkan adanya kekurangan kadar interakatif
pada semua komponen prototipa program KWU yang melibatkan kinerja mahasiswa.
Dari tim ahli dan dosen pengguna program didapatkan masukan agar kasus-kasus yang
ditampilkan lebih mendekati kenyataan yang sesungguhnya terjadi di lapangan. Adapun

9
dari para mahasiswa pengguna didapatkan konklusi adanya respons positif terhadap tiga
pola pembelajaran yang dikembangkan, namun dibarengi dengan meningkatnya kesulitan
belajar yang lebih tinggi karena banyaknya tugas-tugas latihan yang harus diselesaikan.
Dari aspek hasil belajar ditemukan adanya pengaruh yang signifikan dari usaha
menyelesaikan tugas latihan yang diskenariokan dalam program dengan peningkatan
kompetensi dasar kewirausahaan baik dari aspek proses maupun hasil belajar. Hasil
temuan ini menunjukkan adanya kebutuhan untuk perbaikan komponen setiap paket
program KWU agar lebih interaktif, meningkatkan usaha untuk terus belajar, dan lebih
bisa mengarahkan mahasiswa ke usaha belajar mandiri.
Implikasi peningkatan kadar keinteraktif dan kemandirian belajar adalah agar
mahasiswa bisa mendapatkan informasi terbaru yang dapat diakses langsung ke intra-net
di lingkungan kampus secara gratis. Jika dilihat dari struktur kurikulum Pendidikan
Tinggi (PT) Indonesia di tingkat operasional, sejumlah jurusan teah memiliki wadah
kegiatan khusus yang menggunakan label kewirausahaan (entrepreneurship) yang
dilandasi dengan kajian teoretik dan empirik yang sudah mapan. Akan tetapi, sejumlah
besar institusi PT juga belum didukung oleh upaya pengembangan perangkat instrumen
pembelajaran yang memadai. Sementara itu, sejumlah jurusan telah mengaitkan mata
kuliah praktek ke dalam kegiatan kewirausahaan, dan telah memperkenalkan matakuliah
kewirausahaan dalam kurikulum muatan lokal. Oleh karena itu perangkat pembelajaran
KWU yang teruji secara ilmiah sangat diperlukan adanya untuk mendukung upaya
percepatan proses pembentukan kelompok wirausaha baru yang berbasis perguruan
tinggi.
4. Penutup
Dari paparan hasil penelitian di muka dapat disimpulkan lima pernyataan yang
saling berkaitan. Kelima proposisi itu selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk
menentukan jenis dan spesifikasi komponen prototipa produk Kuliah KWU yang harus
direvisi dan dimodifikasi untuk mengoptimalkan daya keterlaksanaan PBM di kelas-kelas
perkuliahan yang sebenarnya
Pertama, adanya 21 jenis kompetensi dasar kewirausahaan yang merupakan jenis
kompetensi perilaku berkarya yang ditawarkan baik untuk program pendidikan akademik

10
maupun pendidikan diploma profesional. Perilaku berkarya itu ditandai oleh adanya
kegiatan menciptakan nilai tambah produk barang atau jasa dengan metode, teknik dan
pendekatan baru yang lebih efektif dan efisien.
Kedua, kewirausahaan merupakan suatu jenis kemampuan berpikir kreatif dan
berperilaku inovatif yang bisa dipelajari dan diajarkan dengan strategi tertentu, dari teori
ke aplikasi. Kegiatan belajar-mengajar (KBM) hendaknya dapat menumbuh kembangkan
budaya kerja dan semangat juang yang tinggi, berani mengambil resiko, akomodatif
terhadap perubahan, serta berusaha meningkatkan keunggulan kompetitif, dan
memperkuat citra diri sebagai insan mandiri. Nilai-nilai perjuangan hidup itu`ditanamkan
ke dalam memori otak mahasiswa agar bisa digunakan sebagai dasar, sumber tenaga
penggerak, siasat, dan kiat menghadapi tantangan hidup masa depan agar lebih sejahtera.
Ketiga, untuk menumbuh kembangkan budaya kerja diperlukan seperangkat
bahan ajar yang dapat memberi kesempatan belajar pengetahuan teoretik tentang prinsip,
aturan dan teori. Semenara itu pada saat yang sama juga harus lebih mengenal lingkungan
(realitas, informasi, dan obyek-obyek usaha), serta bahan belajar yang dapat menstimulai
terjadinya tindakan bisnis melalui akses bahan-bahan latihan dan balikan yang disiapkan
secara terprogram.
Keempat, pengembangan budaya wirausaha dapat dilakukan secara bertahap
melalui pokok-pokok bahasan dengan bantuan media pembelajaran yang dirancang dan
lingkungan bisnis yang difokuskan pada penayangan kegiatan usaha ekonomi manusia
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Media yang dirancang untuk meningkatkan
penguasaan

pengetahuan

teoritis

(PAT),

sedangkan

lingkungan

bisnis

untuk

meningkatkan kemampuan interkatif dalam upaya mengenali realitas, akses informasik
dan obyek-obyek usaha. Adapun kemampuan melakukan tindakan bisnis (T) dapat
diprediksikan dari hasil-hasil latihan menemukan alternatif-alternatif pemecahan masalah
dengan jalan mengoptimalkan keunggulan (strongness) yang dimiliki, meminimalkan
kelemahan (weakness), serta dengan memanfaatkan peluang yang ada, dan kiat bisnis
mengubah ancaman atau hambatan menjadi peluang.
Kelima, Sejalan dengan karakteristik kompetensi yang hendak dicapai dalam
kuliah KWU dan kegiatan belajar dari teori ke aplikasi, maka perlu disiapkan instrumen
evaluasi proses pembelajaran dan hasil belajar yang bisa menjadikan baik peserta didik

11
maupun pembelajar bisa saling belajar dan membelajarkan. Penguasaan aspek teoretik
dapat diukur dengan alat ukur tes tertulis, sedangkan kemampuan aplikasi dapat diukur
dari hasil-hasil kegiatan berinteraksi dengan lingkungan bisnis, dengan kasus-kasus
tertentu yang mewakili keadaan riel di lapangan. Dalam kaitan dengan pengembangan
alat ukur tes dan non-tes itu maka pola evaluasinya perlu disempurnakan agar ada
kepastian tentang kesesuaian alat ukur dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan.
Akan tetapi, sejauh ini belum banyak perangkat pembelajaran kewirausahaan
yang sudah teruji sejara ilmiah yang dapat digunakan sebagai kerangka acuan dalam
penyelenggaraan Kuliah Kewirausahaan di tingkat jurusan dan program studi yang sesuai
dengan tuntutan akademik di perguruan tinggi. Oleh karena itu diperlukan upaya khusus
secara sistematik untuk pembangunan tata nilai budaya kewirausaha sejak dini dari
jenjang pendidikan formal, khususnya pada jalur program Pendidikan Tinggi.
Kegiatan pengembangan perangkat kuliah kewirauwahaan (KWU) ini dilakukan
sebagai bagian dari kegiatan lintas jurusan dan terkait dengan perintisan program
pengembangan keterampilan alternatif mahasiswa di bidang kewirausahaan. Tujuan
kurikuler Program KWU ini adalah untuk memberi pengalaman teoritis dan praktis
kepada mahasiswa agar dapat menerapkan prinsip dan nilai budaya wirausaha dalam
konteks kinerja di bidang profesinya. Untuk meningkatkan nilai guna produk di masa
depan, perlu kiranya mengaitkan produk perangkat pembelajaran KWU dengan sistem
pembelajaran multimedia yang lebih fleksibel. Salah satu di antaranya yaitu sistem elearning agar kegiatan kuliah kewirausahaan bisa diakses oleh mahasiswa dan kelompok
para pengguna yang lebih banyak. Melalui upaya perluasan jangkauan target layanan
belajar juga memungkinkan dibukanya jaringan kerjasama yang lebih intensif antara
perguruan tinggi dengan para prastisi wirausaha di lapangan dan pembangunan jaringan
antar sesama perguruan tinggi di wilayah kerja masing-masing institusi agar outputnya
bisa lebih produktif dan berdaya saing tinggi.

12

DAFTAR PUSTAKA

Krippendorff, K. (1991). Analisis Isi: Pengantar Teori dan Metodologi
(terjemahan), Jakarta: Penerbit CV Rajawali
Setyawan, Joe.1996. Strategi Efektif Berwirausaha. Mencakup Studi
Usaha Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama.

Kelayakan

Suharsono, Naswan (1991). Model Pembelajaran Pemecahan
Masalah: Penerapan di Bidang Akuntansi. Disetasi tidak
diterbitkan. Program PPS IKIP Malang.
Suharsono, Naswan (1997). Pengaruh Variasi Pola Struktur Interaksi
Terhadap Keefektivan Proses Belajar-mengajar. Aneka Widya.
5(30), Okt. 1997:19-29
Suharsono, Naswan (1998). Penerapan Model Pembelajaran
Pemecahan Masalah untuk Mengembangkan Kemampuan
Berpikir dan Bernalar Mahasiswa. Laporan Hasil Penelitian,
tidak diterbitkan.
Suharsono, Naswan (1999). Pemakaian LKM untuk Meningkatkan Kemampuan
Menjalankan Program Aplikasi dalam Perkuliahan Komputerisasi Data Bisnis.
Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Hasil Penelitian RII.Proyek PGSM
Dirjen Dikti di Jogjakarta: Oktober 1999
Suharsono, Naswan. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Dari Teori ke Aplikasi. Buku Teks
Seri Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional Republik Indonesia.
Suharsono, Naswan. 2002. ‘Pengujian Bahan Ajar pola PATRIOT Untuk meningkatkan
Kemampuan Memecahkan Masalah Bisnis dengan Bantuan Program Aplikasi
Komputer Akuntansi. Laporan Penelitiaan. Lemlit IKIP Negeri Singaraja.
Suharsono, Naswan; Made Nuridja, dan Ketut Dunia (1997). Pembinaan Wirausaha
Kecil Pedesaan Melalui Program Kejar Usaha Terpadu. Jakarta: Direktorat
Penelitian dan Pengabdian pada masyarakat, Dirjen Pendidikan Tinggi.
Suharsono, Naswan 2000. “Pembinaan Wirausaha Perkotaan Melalui Kejar Usaha
Terpadu”. Makalah Disampaikan dalam Seminar Nasional Vucer dan Penerapan
IPTEK Jakarta: Direkto-at Pembinaan Penelitian dan Pengabdian pada Pada
Masyarakat. Dirjen Pendidikan Tinggi, 5 Agustus 2000.

13
Suharsono, Naswan; Ketut Kirya, Wayan Wisardja, Made Nuridja, dan Ni Nyoman
Aryaningsih (2002). Laporan P2M: Pelaksanaan Kuliah Kewirausahaan
Jakarta: Direktorat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat Dirjen Pendidikan
Tinggi.
Suharsono, Naswan (2003). “Pola Kuliah Kewirausahaan di LPTK”. Makalah
disampaikan dalam Seminar Nasional Pengembangan Budaya Wirausaha di
Perguruan Tinggi. Jakarta: Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian pada
Pada Masyarakat. Dirjen Pendidikan Tinggi, 9-10 Mei 2003
Suharsono, Naswan (2003). Penerapan Model Pembelajaran PATRIOT untuk
Mengembangkan Kemampuan Mengadministrasikan Data Bisnis. Laporan
Penelitian Tidak Diterbitkan. Singaraja: Lemlit IKIP Negeri Singaraja
Suharsono, Naswan (2004a). Kompetensi Jurusan dan Pengembangan Budaya Wirausaha
di Perguruan Tinggi. Peneliti Mandiri. Laporan Penelitian Tidak Diterbitkan.
Singaraja: Lemlit IKIP Negeri Singaraja
Suharsono, Naswan (2004b). Model Pembelajaran PATRIOT dan Implementasinya
dalam Proses Pengembangan Budaya Wirausaha di Perguruan Tinggi. Orasi
Ilmiah. Pengenalan Jabatan Gurubesar Tetap bidang Pendidikan Ekonomi. Sabtu
4 September 2004. Singaraja: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Negeri
Singaraja
Suharsono, Naswan; Ketut Kirya, Wayan Wisardja, dan Ni Nyoman Aryaningsih
(2004b). Penerapan Manajemen Bisnis dan Pemasaran Produk UKK dalam
menunjang Sibermas. Pelaksanaan Kuliah Kerja Usaha Jakarta: Direktorat
Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat Dirjen Pendidikan Tinggi.
Suryana, 2001. Kewirausahaan. Bandung: Penerbit Salemba Empat
Wisardja, I Wayan (2003). Studi Kewirausahaan dan Kinerja Pengusaha Kerajinan Kayu
dan Bambu di Kabupaten Bangli. Laporan Penelitian Tidak Diterbitkan.
Singaraja: Lembaga Penelitian IKIP Negeri Singaraja.