Aplikasi rekayasa Genetika dalam Mewujud

APLIKASI REKAYASA GENETIKA DALAM MEWUJUDKAN
INDUSTRI TEKSTIL YANG RAMAH LINGKUNGAN
(STUDI PENDAHULUAN TERHADAP PISANG ABAKA (Musa textilis))

diajukan untuk mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah Biologi (LKTI-B) tahun
2012 Himpunan Mahasiswa Jurusan Biologi (HIMABIO)
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Udayana.

OLEH:

NI PUTU EKA UMARISTA APRILIANI

9874

IDA BAGUS ANANDA BRAMANA PUTRA

9941

HENDRA SETIAWAN


9977

PEMERINTAH KABUPATEN KLUNGKUNG
DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA
SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 SEMARAPURA
TAHUN AJARAN 2011/2012

ii

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan karya ilmiah yang
berjudul “Aplikasi Rekayasa Genetika dalam Mewujudkan Industri Tekstil yang
Ramah Lingkungan (Studi Pendahuluan terhadap Pisang Abaka ( Musa textilis))”.
Karya ilmiah ini disusun dalam rangka mengikuti mengikuti Lomba Karya Tulis
Ilmiah Biologi (LKTI-B) tahun 2012 tingkat SMA/SMK/sederajat se-Bali, Nusa
Tenggara, dan Jawa Timur yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa

Jurusan Biologi (HIMABIO) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Udayana.
Karya ilmiah ini tidak mungkin dapat terselesaikan tepat pada waktunya
tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini kami
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Drs. I Nyoman Mudjarta, selaku Kepala SMA Negeri 1 Semarapura atas
bantuan moral dan material yang diberikan.
2. Ni Wayan Rina Lestari S.Pd., selaku pembimbing ekstrakulikuler Karya
Ilmiah Remaja (KIR) SMA Negeri 1 Semarapura atas bimbingan dalam
penyusunan karya tulis ini.
3. Kedua orang tua kami yang telah memberikan motivasi dan dorongan.
4. Pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.
Akhir kata, tiada gading yang tak retak, demikian pula dengan karya tulis
ilmiah ini yang masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang konstruktif sangat kami harapkan demi perbaikan karya tulis ilmiah ini.
Semoga karya tulis ilmiah yang sederhana ini berguna bagi kita semua.

Semarapura, April 2012

Penulis


iv

“Aplikasi Rekayasa Genetika
dalam Mewujudkan Industri Tekstil yang Ramah Lingkungan
(Studi Pendahuluan terhadap Pisang Abaka (Musa textilis))”
ABSTRAKSI
Ni Putu Eka Umarista Apriliani, Ida Bagus Ananda Bramana Putra, dan
Hendra Setiawan, 2012, 29 halaman
Industri tekstil di Indonesia merupakan industri yang berkembang cukup
pesat. Namun perkembangan yang terjadi membawa dampak negatif bagi
kehidupan masyarakat, yaitu meningkatkan risiko kerusakan lingkungan jika
limbah yang dihasilkan tidak diolah dengan baik. Salah satu masalah yang paling
mengganggu dari limbah industri tekstil adalah zat warna yang dikandungnya.
Untuk mengatasi masalah tersebut, terdapat suatu altematif baru yang dapat
dikembangkan, yakni melalui aplikasi salah satu bidang bioteknologi dalam upaya
pewarnaan serat, yaitu Rekayasa Genetika. Adapun serat yang menjadi subjek
dalam karya tulis ini adalah serat pisang Abaka (Musa textilis), karena serat
pisang Abaka ini merupakan serat yang sering digunakan sebagai bahan baku
tekstil berupa pakaian. Melalui langkah ini, selanjutnya akan dihasilkan serat

pisang Abaka yang memiliki warna sesuai kebutuhan, sehingga limbah warna
dalam industri tekstil dapat dikurangi.
Dari pembahasan yang telah dipaparkan, didapatkan bahwa proses
rekayasa genetika untuk membuat pisang Abaka (Musa textilis) dengan serat
berwarna dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu, pengklonan gen pembawa warna,
persiapan tanaman yang dilakukan dengan kultur jaringan (kultur in vitro), dan
transformasi DNA ke sel dalam jaringan pisang Abaka. Adapun keunggulan serat
yang dihasilkan pisang Abaka melalui teknologi rekayasa genetika yaitu serat
yang dihasilkan berwarna alami sehingga ramah lingkungan dan lebih tahan lama
dengan keragaman sifat yang kompleks.
Kata Kunci : Rekayasa Genetika, dan Pisang Abaka (Musa textilis).

v

DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................................ i
Kata Pengantar .............................................................................................. ii
Halaman Pernyataan ...................................................................................... iii
Halaman Pengesahan .................................................................................... iv
Abstrak .......................................................................................................... v

Daftar Isi ........................................................................................................ vi
Daftar Gambar ............................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan .................................................................... 2
BAB II HASIL DANPEMBAHASAN
2.1 Proses Pemberian Warna pada Serat Pisang Abaka
(Musa Textilis) dengan Teknologi Rekayasa Genetika ............ 3
2.2 Keunggulan Serat yang Dihasilkan Pisang Abaka
(Musa Textilis) Melalui Teknologi Rekayasa Genetika .......... 16
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .............................................................................. 21
3.2 Saran ........................................................................................ 21
Daftar Pustaka
Lampiran
Daftar Riwayat Hidup

vi


DAFTAR GAMBAR

No.

Gambar

Halaman

1.

Skema Pembuatan Serat Abaka Berwarna……………………

5

2.

Diagram Plasmid Ti ………………………..…………………

8


3.

Skema Tahap Pengklonan Sel ...………………………………

11

4.

Skema Proses Penyiapan Tanaman ……………………………

12

5.

Eksplan Abaka …………………………..…..…………………

13

6.


Mekanisme transformasi T-DNA dari plasmid Ti ke dalam

7.

genom inti sel tanaman dengan perantara Agrobacterium .……

15

Serat Pisang Abaka ……………………………..........................

17

vii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Industri tekstil di Indonesia merupakan industri yang berkembang
cukup pesat dengan perkembangan sebesar 0,85% per tahun. Perkembangan

yang terjadi membawa manfaat yang baik bagi kehidupan masyarakat.
Namun, seperti halnya perkembangan industri lainnya, perkembangan
industri tekstil meningkatkan pula risiko kerusakan lingkungan jika limbah
yang dihasilkan tidak diolah dengan baik (Guswandhi, dkk., 2007).
Salah satu masalah yang paling mengganggu dari limbah industri
tekstil adalah kandungan zat warna, karena sekitar 10-15% dari zat warna
yang sudah digunakan tidak dapat dipakai ulang dan harus dibuang. Dalam
industri tekstil, zat warna merupakan salah satu bahan baku utama, karena zat
warna inilah yang akan mewarnai serat dalam industri. Adapun serat yang
digunakan sebagian besar berasal dari serat kapas, lenan, rayon, dan pisang.
Zat warna yang dikandung limbah industri tekstil tersebut dapat mengganggu
kesehatan, misalnya iritasi kulit dan iritasi mata hingga menyebabkan kanker
serta dapat menyebabkan terjadinya mutagen (Mathur, dkk., 2005).
Untuk mengatasi masalah tersebut, terdapat suatu altematif baru yang
dapat dikembangkan, yakni melalui aplikasi salah satu bidang bioteknologi
dalam upaya pewarnaan serat, yaitu Rekayasa Genetika. Adapun serat yang
menjadi subjek dalam karya tulis ini adalah serat pisang Abaka (Musa
textilis), karena serat pisang Abaka ini merupakan serat yang sering

digunakan sebagai bahan baku tekstil berupa pakaian (Wibowo, 1998).

Melalui langkah ini, selanjutnya akan dihasilkan serat pisang Abaka yang
memiliki warna sesuai kebutuhan, sehingga limbah warna dalam industri
tekstil dapat dikurangi.
Oleh karena itu pada tulisan ini akan dikaji proses pemberian warna
serta keunggulan serat yang dihasilkan pisang Abaka melalui teknologi
rekayasa genetika.

1

1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah terkait dengan latar belakang di atas yaitu
sebagai berikut:
1. Bagimana proses pemberian warna pada serat pisang Abaka (Musa textilis)
dengan teknologi rekayasa genetika?
2. Apa keunggulan serat yang dihasilkan pisang Abaka (Musa textilis)
melalui teknologi rekayasa genetika ini?

1.3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam karya tulis ini yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan proses pemberian warna pada serat pisang Abaka

(Musa textilis) dengan teknologi rekayasa genetika.
2. Untuk mendeskripsikan keunggulan serat yang dihasilkan pisang Abaka
(Musa textilis) melalui teknologi rekayasa genetika ini.

1.4. Manfaat Penulisan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
berbagai pihak antara lain sebagai berikut:
1. Bagi pelaku industri tekstil, dapat memberikan sumbangan pemikiran
mengenai media alternatif dalam upaya mengurangi limbah warna dalam
industri tekstil, yakni melalui teknologi rekayasa genetika sehingga akan
dihasilkan produksi yang ramah lingkungan.
2. Bagi masyarakat, sebagai tambahan informasi mengenai proses pemberian
warna serta keunggulan serat yang dihasilkan pisang Abaka (Musa textilis)
melalui teknologi rekayasa genetika.
3. Bagi penulis, dapat dijadikan sumber referensi untuk menambah
pengetahuan dan pemahaman secara lebih mendalam dan komprehensif
mengenai proses pemberian warna serta keunggulan serat yang dihasilkan
pisang Abaka (Musa textilis) melalui teknologi rekayasa genetika.

2

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Proses Pemberian Warna pada Serat Pisang Abaka (Musa Textilis)
dengan Teknologi Rekayasa Genetika.
Tanaman pisang Abaka merupakan tanaman yang termasuk dalam
divisi Magnoliophyta dengan kelas Liliopsida. Pisang Abaka merupakan
anggota dari ordo Zingiberales dengan famili Musaceae dan genus Musa,
serta termasuk dalam spesies M. textilis. Tanaman pisang Abaka memiliki
nama binomial Musa textilis (Wibowo, 1998).
Berdasarkan catatan sejarah, pisang Abaka telah lama terdapat di
Indonesia, antara lain diketahui di pulau Sangir (Sulawesi Utara) yang
tumbuh secara liar (Raharjo, 1999). Sebagaimana di Filipina (tempat asal
pisang Abaka), penduduk Sangir memanfaatkan serat Abaka untuk bahan
kain tenun tradisional. Penanaman Abaka secara komersial dimulai tahun
1905, di Jawa dan Sumatera Selatan dengan orientasi ekspor. Sejak itu,
pisang Abaka di Indonesia mulai berkembang luas, mulai dari Sumatera
Utara (di daerah Deli dan Bandar Betsy) sampai Lampung, dan Jawa.
Secara agronomis penanaman pisang Abaka di Indonesia sangat
sesuai, mengingat tanaman pisang Abaka adalah tanaman yang berasal dari
daerah tropis. Selain itu pisang ini sudah pernah dikembangkan secara
komersial dalam areal yang besar. Sedangkan dukungan ketersediaan lahan
sangat memungkinkan untuk dikembangkan misalnya di daerah Kalimantan,
Sulawesi, Maluku Utara (terutama Halmahera), Irian Jaya sebagian Sumatera
dan Jawa, tentunya untuk lokasi-lokasi yang memiliki agroklimat yang sesuai
untuk tanaman ini.
Tanaman

Abaka

termasuk

dalam

pisang

(Musacease)

yang

dikategorikan sebagai pisang jantan, karena pisang ini, tidak menghasilkan
buah. Produksi utama dari budidaya tanaman pisang ini adalah berupa serat
(fibre) yang terkenal dalam perdagangan internasional sebagai serat
berkualitas tinggi, sebab serat pisang Abaka ini tahan terhadap air garam

3

sehingga banyak digunakan sebagai pembungkus kabel bawah laut atau tali
temali pada kapal.
Namun belakangan ini serat pisang Abaka juga banyak digunakan
untuk bahan baku kerajinan rakyat seperti bahan pakaian, anyaman topi, tas,
peralatan makan, kertas rokok, dan sachet teh celup (Wibowo, 1998). Selain
itu sebagai bahan baku pulp kertas bermutu tinggi (kekuatan dan daya simpan
tinggi) seperti kertas uang, cek, kertas filter, dan kertas pembungkus
(Triyanto, Muliah, dan Edi, 1982).
Melihat fakta-fakta di atas, serat pisang Abaka memiliki potensi yang
cukup besar sebagai bahan baku industri tekstil. Serat yang dihasilkan pisang
tersebut merupakan salah satu serat yang menjadi bahan baku utama dan
memiliki prospek yang bagus dalam perkembangan industri tekstil. Namun,
permasalahan pelik mengenai limbah cair zat warna yang ditimbulkan dalam
proses produksi pakaian, menjadikan suatu fenomena yang harus segera
diatasi.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern ini dapat
diintegrasikan dalam upaya mengatasi masalah tersebut. Rekayasa genetika
merupakan langkah yang tepat, yang dapat dilakukan.
Rekayasa genetika (Genetic Engineering ) dalam arti paling luas
adalah penerapan genetika untuk kepentingan manusia. Rekayasa genetika
merupakan kegiatan pemuliaan hewan atau tanaman melalui seleksi dalam
populasi, demikian pula penerapan mutasi buatan tanpa target (Russo dan
Cove, 1995).
Walaupun demikian, masyarakat ilmiah sekarang lebih bersepakat
dengan batasan pengertian Rekayasa Genetika yang lebih sempit, yaitu
penerapan teknik-teknik biologi molekular untuk mengubah susunan genetik
dalam kromosom atau mengubah sistem ekspresi genetik yang diarahkan
pada kemanfaatan tertentu (Russo dan Cove, 1995).
Teknologi Rekayasa Genetika merupakan inti dari bioteknologi yang
dapat didefinisikan sebagai teknik in vitro asam nukleat, termasuk teknologi
manipulasi molekul DNA atau teknologi DNA rekombinan dan injeksi
langsung DNA ke dalam sel atau organel (Suryo, 2008).

4

Prinsip dasar teknologi rekayasa genetika adalah memanipulasi atau
melakukan perubahan susunan asam nukleat dari DNA (gen) atau
menyelipkan gen baru ke dalam struktur DNA organisme penerima. Gen
yang diselipkan dan organisme penerima dapat berasal dari organisme apa
saja. Misalnya, gen dari sel pankreas manusia yang kemudian diklon dan
dimasukkan ke dalam sel E. Coli yang bertujuan untuk mendapatkan insulin
(Suryo, 2008).
Berdasarkan kajian tersebut, rekayasa genetika dapat menjadi solusi
dalam permasalahan limbah cair industri tekstil. Teknologi rekayasa genetika
ini dapat digunakan dalam upaya pewarnaan serat pisang Abaka. Melalui
langkah ini, selanjutnya akan dihasilkan serat pisang Abaka yang memiliki
warna sesuai kebutuhan, sehingga limbah warna dalam industri tekstil dapat
dikurangi.
Rekayasa genetika untuk membuat pisang Abaka dengan serat
berwarna dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu, pengklonan gen pembawa
warna, persiapan tanaman yang dilakukan dengan kultur jaringan (kultur in
vitro), dan transformasi DNA ke sel dalam jaringan pisang Abaka.
Pengklonan Gen Pembawa
Warna
Transformasi Gen Warna
ke dalam Sel Abaka

Abaka dengan
Serat Berwarna

Penyiapan Tanaman dengan
Kultur In Vitro

Gambar 1. Skema Pembuatan Serat Abaka (Musa textilis) Berwarna

Tahap-tahap dalam pembuatan serat Abaka berwarna melalui rekayasa
genetika diuraikan lebih lanjut sebagai berikut.
2.1.1. Pengklonan Gen
Klon

gen

merupakan

teknik

penggandaan

gen

yang

menghasilkan keturunan dengan sifat sama baik dari segi hereditas

5

maupun penampakannya. Dalam melakukan pengklonan suatu gen
diperlukan vektor yang berfungsi sebagai wahana atau kendaraan yang
akan membawa suatu fragmen DNA masuk ke dalam sel inang dan
memungkinkan terjadinya replikasi dan ekspresi fragmen DNA asing
tersebut (Pardal, 2002). Salah satu vektor yang sering digunakan yaitu
plasmid.
Plasmid adalah molekul DNA sirkular berukuran kecil yang
terpisah dari kromosom dan dapat bereplikasi sendiri (Campbell, dkk.,
2002). Ukuran plasmid berkisar antara 1 kb hingga lebih dari 250 kb.
Agar dapat digunakan sebagai vektor kloning, plasmid harus memenuhi
syarat-syarat antara lain mempunyai ukuran relatif kecil bila
dibandingkan dengan pori dinding sel inang sehingga dapat dengan
mudah melintasinya, mempunyai sekurang-kurangnya dua gen marker
yang dapat menandai masuk tidaknya plasmid ke dalam sel inang,
mempunyai tempat pengenalan restriksi sekurang-kurangnya di dalam
salah satu marker yang dapat digunakan sebagai tempat penyisipan
fragmen DNA, dan mempunyai titik awal replikasi (ori) sehingga dapat
melakukan replikasi di dalam sel inang (Rahmawati, 2006).
Secara umum, proses penggunaan plasmid bakteri untuk
mengklon gen meliputi tahap isolasi DNA, penyelipan DNA ke dalam
vektor, pemasukan vektor pengklon ke dalam sel, pengklonan sel
beserta gen asing, dan identifikasi klon sel (Campbell, dkk., 2002).
Isolasi DNA bertujuan untuk mendapatkan DNA murni, pemasukan
vektor pengklon ke dalam sel bertujuan untuk membuat DNA
rekombinan, pengklonan sel beserta sel asing bertujuan untuk
mendapatkan sel dengan sifat yang sama, dan identifikasi klon sel
bertujuan mengetahui sel-sel yang membawa gen yang diingikan.
DNA murni yang dimaksud dalam tahap isolasi yaitu DNA
tanpa protein dan RNA dari suatu sel dalam jaringan. Proses isolasi
DNA diawali dengan proses ekstraksi DNA. Hal ini bertujuan untuk
memisahkan DNA dengan partikel lain yang tidak diinginkan. Proses
ini harus dilakukan dengan hati-hati, sehingga tidak menyebabkan

6

kerusakan pada DNA. Untuk mengeluarkan DNA dari sel, dapat
dilakukan dengan memecahkan dinding sel, membran plasma dan
membran inti baik dengan cara mekanik maupun secara kimiawi
(Susanto, 2008).
Selanjutnya penyelipan DNA ke dalam vektor dilakukan dengan
pemotongan plasmid dan DNA tumbuhan menggunakan enzim
restriksi. Ujung komplementer yang terbentuk akibat aktivitas enzim
restriksi pada DNA maupun plasmid akan saling melengket satu sama
lain melalui ikatan hidrogen. Kemudian, enzim ligase mengkatalisis
ikatan kovalen yang menyambung ujung-ujungnya. Kombinasi tersebut
disebut Plasmid rekombinan. Plasmid rekombinan memiliki pengertian
yang sama dengan DNA rekombinan yaitu kombinasi materi genetik
baru yang diperoleh dengan cara penyisipan molekul DNA ke dalam
suatu vektor sehingga memungkinkannya untuk terintegrasi dan
mengalami perbanyakan di dalam suatu sel organisme lain yang
berperan sebagai sel inang. Plasmid rekombinan yang terbentuk
kemudian masuk ke sel bakteri baik melalui konjugasi, transformasi,
maupun transduksi (Susanto, 2008).
Sel bakteri kemudian ditumbuhkan dalam kultur sehingga
membentuk klon sel. Sampai pada tahap ini, telah dihasilkan banyak
klon fragmen DNA yang berbeda, tidak hanya fragmen yang
diinginkan. Langkah berikutnya penyaringan koloni untuk gen yang
diharapkan yang merupakan tahap paling sulit. Untuk mendeteksi DNA
suatu gen secara langsung tergantung pada pembuatan pasangan basa
antara gen dan urutan komplementer pada urutan asam nukleat lain.
Proses ini disebut hibridisasi asam nukleat. Teknik ini bergantung pada
kenyataan bahwa urutan nukleotida komplementer akan berpasangan
basa terikat menjadi satu oleh ikatan hidrogen (Campbell, dkk., 2002).
Mengadaptasi proses kerja tersebut, maka untuk mendapatkan
produk pisang Abaka dengan serat berwarna dapat ditempuh melalui
tahap-tahap sebagai berikut.

7

1. Pengisolasian Vektor dan DNA Sumber Gen
Plasmid yang digunakan yaitu plasmid Ti ( tumor inducing
atau penginduksi tumor) dari bakteri Agrobacterium tumefaciens
strain liar (galur alami). Plasmid ini selanjutnya disebut sebagai
vektor klon. Pada plasmid Ti terdapat T-DNA yang digunakan
sebagai vektor untuk transformasi tanaman yang telah dihilangkan
virulensinya. Sedangkan DNA yang mengandung gen yang
diinginkan yaitu gen pengkode warna, didapat dari tumbuhan lain
yang memiliki gen warna yang diperlukan.

Gambar 2. Diagram Plasmid Ti (Heldt, 1999)

Untuk mendapatkan DNA baik dari sel bakteri maupun dari
sel tumbuhan, diawali dengan perusakan dan atau pembuangan
dinding sel, yang dapat dilakukan dengan pemberian enzim lisozim.
Langkah berikutnya adalah lisis sel. Bahan-bahan sel yang relatif
lunak dapat diresuspensi di dalam medium buffer nonosmotik,
sedangkan bahan-bahan yang lebih kasar perlu diperlakukan dengan
deterjen yang kuat seperti triton X-100 atau dengan sodium dodesil
sulfat (SDS). Pada sel tumbuhan yang akan diambil DNAnya,

8

langkah ini disertai dengan perusakan membran nukleus. Setelah sel
mengalami lisis, remukan-remukan sel dibuang dengan melakukan
sentrifugasi. Protein yang tersisa dipresipitasi menggunakan fenol
atau pelarut organik seperti kloroform untuk kemudian disentrifugasi
dan dihancurkan secara enzimatis dengan proteinase. DNA yang
telah dibersihkan dari protein dan remukan sel masih tercampur
dengan

RNA

sehingga

perlu

ditambahkan

RNAse

untuk

membersihkan DNA dari RNA. Molekul DNA yang telah diisolasi
tersebut kemudian dimurnikan dengan penambahan amonium asetat
dan alkohol atau dengan sentrifugasi kerapatan menggunakan CsCl
(Susanto, 2008).
2. Penyelipan DNA ke dalam Vektor
Selanjutnya, plasmid maupun DNA dicerna dengan enzim
restriksi endonuklease. Enzim tersebut memotong DNA plasmid
pada tempat restriksi tunggalnya. Enzim ini juga memotong DNA
tumbuhan dan menghasilkan ribuan fragmen yang salah satunya
merupakan fragmen pembawa gen warna. Saat membuat potongan,
enzim restriksi menciptakan ujung lengket ( stiky ends) pada fragmen
DNA tumbuhan maupun plasmid (Campbel, dkk., 2002)
Ujung lengket pada plasmid akan berpasangan basa dengan
ujung lengket berkomplementer pada DNA tumbuhan. Gabungan
yang dibentuk dengan cara tersebut hanya bersifat sementara karena
hanya sedikit ikatan hidrogen yang menyatukan fragmen-fragmen
DNA itu. Penggabungan DNA tersebut dapat dibuat permanen
dengan enzim DNA ligase yang menyegel untai itu dengan
mengkatalisis pembentukan fosfodiester. Setelah tahap ligasi dilalui
maka terbentuklah gabungan antara plasmid bakteri dengan DNA
tumbuhan yang disebut plasmid rekombinan (Campbell, dkk., 2002).
3. Pemasukan Plasmid Rekombinan ke dalam Sel Bakteri
Plasmid rekombinan masuk ke dalam sel Agrobacterium
tumefaciens melalui transformasi. Dalam transformasi, sel bakteri

akan menyerap plasmid dari larutan di sekelilingnya. Proses

9

perpindahan genetik dengan sel resipien membutuhkan molekul
DNA bebas (DNA yang berada diluar sel atau yang telah
dimurnikan). Pada prinsipnya transformasi akan terjadi bila sel
resipien mampu menerima DNA yang telah diisolasi dari sel donor
(Setyati, dkk., 2007).
4. Pengklonan Sel-Sel Bakteri beserta Plasmid Rekombinan
Bakteri ditempatkan pada nutrient agar. Gen plasmid
dimanfaatkan untuk memilih koloni sel yang membawa plasmid
rekombinan (Bawekes, 2012). Selanjutnya sel bakteri beserta
plasmid akan memperbanyak diri sehingga dihasilkan banyak klon
sel.
5. Identifikasi Klon Sel yang Membawa Gen Warna
Pada tahap ini dilakukan identifikasi untuk mengetahui sel
yang membawa gen warna. Menurut Campbel, dkk. (2002),
identifikasi diawali dengan menekan koloni bakteri terhadap kertas
filter khusus yang memindahkan sel ke dalam filter tersebut. Filter
kemudian

diberi

perlakuan

untuk

memecahkan

sel

dan

mendenaturasi DNA sehingga molekul DNA untai tunggal yang
dihasilkan akan melekat pada filter. Suatu larutan yang berisi
molekul probe diinkubasi dengan filter, selanjutnya DNA probe akan
berhibridisasi (berpasangan basa) dengan DNA komplementer pada
filter sedangkan untuk DNA sisanya dibilas. Setelah itu filter
diletakkan pada film fotografik untuk membuat semua area
radioaktif terpapar film tersebut (autoradiografi). Film yang telah
jadi dibandingkan dengan pelat kultur induk untuk menentukan
koloni yang membawa gen warna.
Tahap klon sel selesai dan telah diperoleh Agrobacterium
yang berisi plasmid rekombinan dengan gen pembawa warna.
Agrobacterium tumefaciens yang dihasilkan selanjutnya diaplikasikan untuk membuat tanaman Abaka dengan serat berwarna.
Untuk lebih jelas mengenai tahap pengklonan sel dapat dilihat
pada skema berikut.

10

Agrobacterium tumefaciens

Isolasi

Plasmid Ti

Enzim
Restriks

Fragmen Plasmid

Sel Tumbuhan

Isolasi

DNA dengan Gen Warna

Enzim
Restriks

Fragmen DNA
DNA
Ligase

Pengklonan Sel
Agrobacterium tumefaciens
beserta Plasmid
Rekombinan

Transformasi ke Sel
Agrobacterium tumefaciens

Identifikasi Klon Sel yang
Mengandung Gen Warna

Plasmid Rekombinan

Sel Agrobacterium
tumefaciens dengan DNA
Pembawa Gen Warna

Gambar 3. Skema Tahap Pengklonan Sel

11

2.1.2. Penyiapan Sel Tanaman
Sel

tanaman

yang

ditransformasi

dengan

plasmid

Agrobacterium tumefaciens adalah jaringan tanaman kultur in vitro

pada tahap eksplan. Seperti pisang pada umumnya, jenis kultur jaringan
yang digunakan pada pisang Abaka yaitu kultur pucuk yang dilakukan
dengan cara mengkulturkan eksplan yang mengandung meristem pucuk
dengan tujuan perangsangan dan perbanyakan tunas-tunas atau cabangcabang aksilar. Tunas-tunas aksilar tersebut selanjutnya diperbanyak
melalui prosedur yang sama seperti eksplan awalnya dan selanjutnya
diakarkan dan ditumbuhkan dalam kondisi invivo (Wang, dkk. 1993).

Sterilisasi Alat
Pembuatan Media
Tanam

Penanaman Eksplan

Sterilisasi Eksplan
Gambar 4. Skema Proses Penyiapan Tanaman

Persiapan penanaman eksplan diawali dengan pembuatan media
tanam dan sterilisasi alat. Media tanam berupa media agar yang
ditambahkan unsur mineral makro, mineral mikro, dan zat pengatur
tumbuh. Setelah dilakukan sterilisasi alat, selanjutnya dilakukan
pengambilan eksplan dari tanaman yang sehat. Tanaman indukan
sumber eksplan harus dikondisikan dan dipersiapkan secara khusus di

rumah kaca atau greenhouse agar eksplan yang akan dikulturkan sehat
dan dapat tumbuh baik serta bebas dari sumber kontaminan pada waktu
dikulturkan secara in-vitro. Lingkungan tanaman induk yang lebih
higienis dan bersih dapat meningkatkan kualitas eksplan (Wang, dkk.
1993).
Penanaman eksplan dilakukan di ruangan tertutup yang telah
disterilkan dengan menggunakan alkohol atau formalin. Setelah itu,

12

eksplan disterilkan menggunakan larutan hipoklorit dan dipotongpotong kecil kemudian diinokulasi dalam media tanam (Wang, dkk.
1993).
Setelah eksplan disiapkan, selanjutnya dilakukan transformasi
gen warna ke dalam sel eksplan tersebut kemudian kultur jaringan dapat
diteruskan untuk menghasilkan tanaman Abaka dengan serat berwarna.

Gambar 5. Eksplan Abaka (Musa textilis)
(Sumber: http://bloggerpuluk.blogspot.com)

2.1.3. Transformasi Gen Warna ke dalam Sel Abaka
Transformasi DNA pembawa kode warna ke dalam sel pisang
Abaka yang dikultur dilakukan dengan menggunakan Agrobacterium
tumefaciens.

Bakteri

ini

merupakan

fitopatogen

tanah

yang

menyebabkan penyakit tumor (crown gall) di dalam jaringan luka pada
berbagai macam tanaman dikotil dan mempunyai kemampuan untuk
memindahkan DNA ke dalam sel tanaman (Herman, 2002).
Transformasi

DNA

menggunakan

Agrobacterium

tumefaciens

umumnya digunakan pada tumbuhan dikotil karena tumbuhan tersebut
lebih rentan terhadap infeksi Agrobacterium (Campbel, dkk., 2002).
Namun menurut penelitian yang dilakukan May, dkk. (1995),
penggunaan Agrobacterium juga telah berhasil dilakukan pada tanaman
monokotil termasuk pisang.

13

Strain onkogenik Agrobacterium tumefaciens mengandung
plasmid single copy berukuran besar (150-250 kb) yang disebut Plasmid
Ti (tumour inducing ). Sebagian dari DNA plasmid ini yaitu T-DNA
(transfer DNA) dipindahkan ke dalam sel tanaman yang terluka dan
disisipkan ke dalam genom tanaman. Walaupun gen-gen T-DNA
berasal dari bakteri, tetapi mampu diekspresikan pada sel tanaman.
Ekspresi gen-gen tersebut adalah sintesis fitohormon seperti auksin dan
sitokinin serta sintesis opin. Akibatnya jaringan yang terinfeksi akan
mengalami proliferasi sel yang tidak terkendali dan menghasilkan
jaringan tumor. Pada biakan jaringan, pertumbuhan tumor ini dapat
tumbuh terus walaupun dalam media tidak ditambahkan auksin dan
sitokinin, yang biasanya kedua senyawa ini diperlukan untuk
pertumbuhan jaringan tumbuhan secara in vitro (Pardal, dkk., 2004).
Adapun Mekanisme infeksi Agrobacterium ke dalam sel
tanaman menurut Day dan Lichtenstein (1992) dalam Manuhara (2006),
meliputi tiga tahap sebagai berikut.
1. Pengenalan Agrobacterium tumefaciens dengan molekul sinyal
yang dihasilkan oleh sel tanaman yang terluka, kemudian secara
kemotaksis Agrobacterium tumefaciens bergerak dan menempel
pada sel tanaman.
2. Gen-gen vir pada plasmid Ti merespon molekul sinyal yang
dihasilkan oleh sel tanaman dan selanjutnya menginduksi ekspresi
gen-gen vir

untuk memotong rantai tunggal T-DNA dan

memindahkannya ke dalam inti sel tanaman.
3. T-DNA terintegrasi ke dalam genom tanaman dan gen-gen pada TDNA diekspresikan dalam sel tanaman. Ekspresi gen-gen onc
(oncogen) menyebabkan sel berproliferasi, sedangkan ekspresi gengen opin bertanggungjawab untuk sintesis derivat asam amino opin.

14

Gambar 6. Mekanisme transformasi T-DNA dari plasmid Ti
ke dalam genom inti sel tanaman dengan perantara Agrobacterium.
LB : left border, RB: right border, NPC : nuclear pore complex.
(Ziemienowicz, dkk., 2000)
Ketika plasmid rekombinan dimasukkan ke dalam sel tumbuhan
yang dikultur, T-DNA berintegrasi ke dalam DNA kromosom
tumbuhan tersebut. Selanjutnya, sel tumbuhan akan membelah dan
setiap turunannya akan menerima satu salinan T-DNA tersebut beserta
gen asing yang dibawanya. Jika seluruh tumbuhan itu diregenerasi,
setiap selnya akan membawa dan mungkin mengekspresikan gen
pembawa warna tersebut (Campbell, dkk., 2002) sehingga akan
dihasilkan tanaman pisang Abaka dengan serat berwarna.

15

2.2. Keunggulan Serat yang Dihasilkan Pisang Abaka (Musa Textilis) Melalui
Teknologi Rekayasa Genetika.
Usaha untuk mendapatkan tanaman dengan sifat-sifat tambahan yang
berguna dilakukan dengan metode transformasi genetik, yaitu dengan cara
menyisipkan gen tertentu ke dalam genom tanaman. Tujuan pengembangan
metode transformasi genetik tanaman secara umum antara lain (1) untuk
meningkatkan nilai agrikultural, nilai hortikultural, dan ornamental tanaman,
(2)

menjadikan

tanaman

transgenik

sebagai

pabrik

biologi

untuk

memproduksi protein atau metabolit lainnya yang mempunyai nilai komersial
tinggi dan (3) menjadikan tanaman transgenik sebagai obyek untuk
mempelajari proses biologi tanaman, termasuk di antaranya biologi
perkembangan.
Metode transformasi genetik pada pisang Abaka merupakan metode
alternatif yang sesungguhnya bertujuan untuk menghasilkan pisang Abaka
yang memiliki sifat-sifat unggul, diantaranya menghasilkan serang pisang
Abaka yang telah berwarna sebagai bahan baku industri tekstil sehingga
memiliki nilai komersial yang tinggi. Hal ini telah menjadi bukti bahwa
penggunaan serat pisang Abaka produk bioteknologi memberikan kontribusi
yang

nyata

bagi

peningkatan

kesejahteraan

hidup

manusia,

yaitu

meningkatkan hasil, mengurangi biaya produksi, membantu melindungi
lingkungan serta meningkatkan keuntungan, baik bagi petani maupun
konsumen. Petani memperoleh hasil yang lebih tinggi dan peningkatan
keleluasaan dalam pengelolaan tanaman pisang, sedangkan kosnsumen
memperoleh hasil yang memuaskan dari keunggulan-keunggulan yang
dimiliki pisang Abaka dari hasil rekayasa genetika.
Adapun keunggulan dari serat pisang Abaka yang dihasilkan melalui
teknik rekayasa genetika adalah sebagai sebagai berikut.
1. Menghasilkan serat berwarna alami yang ramah lingkungan
Limbah industri pisang Abaka sejak dahulu telah menjadi momok
menakutan bagi lingkungan. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan masyarakat
membuang limbah warna sintetis ke sumber-sumber air, sehingga terjadi
peningkatan resiko kerusakan lingkungan, terutama jika limbah tersebut

16

tidak tertangani dengan baik. Selain itu, dalam pengolahan limbah tekstil
masih mengalami hambatan disebabkan sulitnya menangani kandungan
pewarnanya. Sampai saat ini, pengolahan limbah pisang Abaka tidak
terlalu efektif, sehingga hasil yang diperoleh belum maksimal (Mathur
dkk., 2005). Oleh karena itu, untuk mengatasi hal tersebut, dibutuhkan
suatu inovasi baru yang diharapkan dapat menjadi pilihan alternatif dalam
meminimalkan dampak tersebut, salah satunya

berbentuk upaya

pewarnaan serat pisang Abaka dengan teknik rekayasa genetika. Serat
Abaka diambil terutama dari bagian batang khususnya pada lembaranlembaran pelepah daun yang selanjutnya akan diproses untuk diambil
seratnya. Dalam satu batang Abaka berdiameter 30–40 cm, bisa diperoleh
antara 12 sampai dengan. 25 lembar pelepah daun (Triyanto, Muliah, dan
Edi, 1982).

Gambar 7. Serat Pisang Abaka
(Sumber: http://jogjacreative.wordpress.com/tag/serat-pisang/)

Hal ini tentu saja memberikan angin segar bagi terciptanya industri
tekstil khususnya pisang Abaka yang ramah lingkungan. Mengingat serat
tumbuhan juga merupakan sumber energi yang terbarukan dan dalam
proses produksinya pun membutuhkan energi yang lebih rendah. Serat
alam juga tidak mengemisikan CO serta mudah untuk diolah kembali.

17

Menurut Hakim, dkk. (1999), menghadapi abad ke 21, merupakan abad
yang berorentasi lingkungan, adanya kekhawatiran akan dampak
lingkungan dari zat warna sintetik yang non degradable dan kadangkala
menganggu

kesehatan,

maka

keadaan

ini

diperkirakan

akan

membangkitkan kembali citra zat warna alam. Oleh karena itu, bercermin
dari, apabila inovasi ini dapat dikembangkan ke tataran yang lebih luas
lagi, maka akan berimbas pula pada efektivitas waktu produksi.
2. Warna Serat Pisang Abaka Lebih Tahan Lama dengan Keragaman Sifat
yang Kompleks
Keunggulan yang selanjutnya diperoleh dari upaya pewarnaan serat
pisang Abaka melalui teknik rekayasa genetika adalah memperoleh warna
serat yang tahan lama dengan keragaman sifat yang kompleks. Hal
tersebut dikarenakan warna serat secara langsung diperoleh dari pohon
pisang Abaka, sehingga tidak memerlukan proses pewarnaan sintetis atau
buatan. Melalui teknik rekayasa genetika ini juga akan dihasilkan serat
pisang Abaka yang memiliki sifat yang penuh keuletan (tenacity), daya
mulur (elongation ), kehalusan (fineness), kebersihan (cleanliness), panjang
(length), dan serat alam pisang Abaka yang bersifat non-abrasif serta
memiliki sifat mampu bentuk (formability) yang baik dengan berat yang
lebih ringan dibandingkan serat sintesis (kerapatan massa serat alam
setengah dari kerapatan massa serat gelas).
Disamping itu, intensitas warna serat yang dihasilkan, jauh lebih
rendah dibandingkan dengan warna sintetis, sehingga pengaruh dimata
selalu menimbulkan kesan yang sejuk dan menyehatkan mata. Warna serat
Abaka akibat teknik rekayasa genetika cenderung menampilkan kesan
luwes, lembut, dan menghasilkan nada warna yang unik. Sehingga nilai
ekonomis serat Abaka menjadi lebih tinggi daripada memakai warna
sintetis, sebab pewarna alam akan menghasilkan warna-warna elegan,
bercitarasa tinggi, dan mengurangi pencemaran lingkungan. Pemakaian zat
warna alam di beberapa negara masih diyakini lebih aman dari pada zat
warna sintetis karena sifatnya yang non karsinogen.

18

Selain itu, dilihat dari segi budidaya pisang Abaka, relatif sederhana,
dibanding dengan rami, jute, kenaf, dan canabis. Rami yang dibudidaya
sekali, bisa untuk lebih dari 10 tahun, hanya cocok pada ketinggian di atas
500 meter dpl. Sedangkan jute, kenaf, dan canabis merupakan tanaman
semusim yang sekali tanam harus dibongkar. Pisang Abaka cocok
dibudidayakan mulai dari dataran rendah, sampai ketinggian 1500 meter di
permukaan air laut. Sekali tanam, pisang Abaka bisa terus menerus dipanen
selama kurang lebih 20 tahun. Pisang Abaka juga akan banyak menyerap
tenaga kerja, baik untuk budidaya maupun prosesnya. Sehingga, hal ini dapat
memberikan imbas positif serta pilihan alternatif bagi masyarakat karena bisa
menjadi penghasilan sampingan jika dapat dikembangkan secara baik
(Suratman, 1982).
Aplikasi metode transformasi genetika pada pewarnaan serat pisang
Abaka merupakan suatu hal yang menarik untuk dikembangkan, mengingat
beragam keunggulan yang dimiliki. Namun, dalam upaya tersebut, tidak luput
dari kendala-kendala.
Adapun kendala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan
rekayasa genetika pada pewarnaan serat pisang Abaka, antara lain sulitnya
menentukan gen pembawa warna yang tepat untuk digunakan dalam
pewarnaan serat Abaka karena setiap organisme mengekspresikan gen dengan
cara berbeda.
Selain itu, gen warna yang masuk ke tubuh suatu organisme akan
berinteraksi dengan gen yang telah ada dalam organisme tersebut sehingga
menyebabkan warna yang dihasilkan tidak sama dengan warna sumber gen.
Masalah penentuan gen warna juga berimbas pada enzim retriksi yang
digunakan sebab enzim restriksi bersifat spesifik terhadap substratnya.
Kendala-kendala tersebut muncul mengingat rekayasa genetika merupakan
salah satu teknik yang kompleks dan memerlukan penelitian yang lebih
mendalam.
Sehingga sebelum serat berwarna pisang Abaka produk bioteknologi
dipasarkan, setidaknya harus diuji secara teliti terlebih dahulu oleh
pengembang dan secara terpisah diuji oleh para pakar dari berbagai aspek.

19

Pengkajian keamanan tersebut didasarkan pada pedoman yang telah disusun
oleh badan pengaturan yang kompeten dari setiap negara sehingga tidak
menimbulkan pro dan kontra dalam masyarakat seperti menerapkan prinsip
kehati-hatian (precautionary approach) yang sesuai dengan Protokol
Cartagena tentang Keamanan Hayati dan Keselamatan Keanekaragaman

Hayati dari Suatu Negara (Soemarwoto, 2001).
Bercermin dari hal tersebut, apabila telah terjadi sinergitas antara
segenap stakeholder baik dari kalangan akademisi maupun dari pengusaha
industri tekstil serta tantangan dan kendala tersebut dapat diatasi dengan
solusi yang baik, tentu saja hal tersebut berimbas pada terlaksananya teknik
rekayasa genetika dalam upaya pewarnaan serat pisang Abaka sebagai bahan
baku industri tekstil.

20

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.1.1. Proses rekayasa genetika untuk membuat pisang Abaka dengan serat
berwarna dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu, pengklonan gen
pembawa warna, persiapan tanaman yang dilakukan dengan kultur
jaringan (kultur in vitro ), dan transformasi DNA ke sel dalam jaringan
pisang Abaka.
3.1.2. Keunggulan serat yang dihasilkan pisang Abaka (Musa textilis Nee)
melalui teknologi rekayasa genetika yaitu serat yang dihasilkan
berwarna alami sehingga ramah lingkungan dan lebih tahan lama
dengan keragaman sifat yang kompleks.

3.2. Saran
3.2.1. Kepada pemerintah, agar dapat memberikan dukungan baik moral
maupun materiil dalam pelaksanaan penelitian lebih lanjut mengenai
aplikasi rekayasa genetika dalam menciptakan bahan baku industri
tekstil sehingga potensi serat Abaka berwarna sebagai bahan baku
tekstil yang ramah lingkungan tidak hanya terbatas dalam tataran
wacana semata.
3.2.2. Kepada peneliti khususnya yang berkecimpung dalam bidang
bioteknologi, agar dapat membuat penelitian dan inovasi lebih lanjut,
baik mengenai variasi warna serat Abaka yang dapat dihasilkan
maupun sifat-sifat unggul serat Abaka yang dapat diperoleh melalui
penerapan bioteknologi.
3.2.3. Kepada masyarakat terutama pemilik industri tekstil, agar dapat
memanfaatkan bahan baku ramah lingkungan hasil rekayasa genetika
sehingga akan tercipta lingkungan yang bersih dan sehat karena
limbah industri yang dihasilkan dapat dimimalisir.

21

3.2.4. Perlu diadakannya deseminasi, sosialisasi atau penyuluhan yang jelas
kepada masyarakat luas mengenai penerapan teknik rekayasa
genetika. Hal tersebut dilaksanakan guna menjawab kekhawatiran
masyarakat akan pengembangan metode transformasi genetika pada
tanaman khsusnya pada pisang Abaka.

22

DAFTAR PUSTAKA

Bawekes, Mirtanina Sisyelin. 2012. Bioteknologi DNA Plasmid pada bakteri.
Available at: http://elinbawekes.blogspot.com/2012/02/bioteknologi-dnaplasmid-pada-bakteri.html. Opened: 22.04.2012.
Guswandhi, James S.P. P., Sri H. S., Wardono N. and Tjandra S. 2007. Penghilangan
Warna Limbah Tekstil Dengan Marasmius sp. dalam Bioreaktor Unggun
Tetap Termodifikasi (Modified Packed Bed). ITB. Bandung.
Hakim, E.H., A. A. Sjamsul, M. Lukman, S. Yang Maolana, and Didi M. 1999. Zat
Warna Alami: Retrospek dan Prospek.. Disampaikan pada Seminar
Bangkitnya Warna-Warna Alam. Yogyakata, 3 Maret 1999. Jurusan Kimia
FMIPA. ITB. Bandung.
Heldt, H.W. 1999. Plant Biochemistry and Molecular Biology. Oxford University
Press Inc. New York.
Herman, Muhammad. 2002. Perakitan Tanaman Tahan Serangga Hama melalui
Teknik Rekayasa Genetik. Buletin AgroBio. Volume 5. Nomor 1, halaman 113.
Manuhara, Y. Sri Wulan. 2006. Pengembangan Metode Transformasi Genetik
Tanaman untuk Meningkatkan Kesejahteraan Hidup Manusia. Makalah
Seminar Nasional Biodiversitas Isbn : 979 – 98109 – 1 – 4 Biologi FMIPA,
UNAIR Surabaya, 22 Juli 2006.
Mathur, N., Bhatnagar, P., and Bakre, P. 2005. Assessing Mutagenicity of Textile
Dyes From Pali (Rajasthan) Using Ames Bioassay, Applied ecology and
environmental research 4(1). halaman 111-118.
Neil A. Campbell, Jane B. Reece, and Lawrence G Mitchell. 2002. Biologi Edisi
Kelima Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Pardal, Saptowo J. 2002. Perkembangan Penelitian Regenerasi dan Transformasi
pada Tanaman Kedelai. Buletin AgroBio. Volume 5. Nomor 2, halaman 3744.
Pardal, Saptowo J., G.A. Wattimena., Aswidinoor, Hajrial., Herman, M., Listanto,
Edi., dan Slamet. 2004. Transfer gen proteinase inhibitor II pada kedelai
melalui vector Agrobacterium tumefacien s untuk ketahanan terhadap hama
pengerek polong (Etiella zinckenella Tr.). Jurnal Bioteknologi Pertanian.
Volume 9. Nomor 1, halaman 20-28.
Raharjo. 1999. Abaca Kini: Pesimis dan Optimis. Trubus. XXX (359): 66-68.
Rahmawati, Syamsidah. 2006. Status Perkembangan Perbaikan Sifat Genetik Padi
Menggunakan Transformasi Agrobacterium. Jurnal AgroBiogen. Volume 2.
Nomor 1, halaman. 36-44.
Russo, E., and D. Cove. 1995. Genetic Engineering: Dreams and Nightmares. W.H.
Freeman. New York.
Setyati, Sri., Oktaviandari, Purnama., Hazmi, Muhammad., and Bambang Sugiharto.
2007. Studi Perbandingan Metode Transformasi DNA Menggunakan Vektor
Agrobacterium Tumefaciens Pada Tanaman Tebu (Sacharum Hybrid). Berkas
Penelitian Hayati: 13. Halaman 39–44.

Soemarwoto, Otto. 2001. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Djambatan.
Jakarta.
Suratman. 1982. Bercocok Tanam Abaca (Musa textillis Nee). Balai Penelitian
Tanaman Industri. Bogor.
Suryo. 2008. Genetika: Strata 1. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Susanto, Agus Heri. 2008. Teknologi DNA Rekombinan. Available at:
http://biomol.wordpress.com/bahan-ajar/dasar-tek-dna-rek/.
Opened:
21.04.2012.
Triyanto, H.S., Muliah, and M. Edi. 1982. Batang Abaca (Musa textillis Nee) Sebagai
Bahan Baku Kertas. Berita Selulosa Volume XVII. Nomor 2. Halaman 1-27.
Wang, H., Qi, M., and Cutler, A.J. 1993. A simple method of preparing plant samples
foe PCR. Nucleic acids. Res. 21. Nomor 17. Halaman 4153 – 4154.
Wibowo, A. 1998. Abaca (Musa textillis Nee) Penghasil Serat. Duta Rimba. Volume
XXIV. Nomor 222. Halaman 31-37.
Ziemienowicz, A., Tinland, B., Bryant, J., Gloecker, V. and Hohn, B. (2000) Plant
enzymes but not Agrobacterium VirD2 mediate T-DNA ligation in vitro. Mol.
Cell. Biol. Volume 20. Halaman 6317-6322.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1.

Daftar Pigmen Penghasil Warna dari Beberapa Organisme
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Nama Pigmen
Delphinidin
Antosianin
Cyanidin
Likopen
Betalain
Karoten
Klorofil

Warna
Biru
Biru
Merah
Merah
Kuning
Jingga
Hijau

Tumbuhan
Penghasil
Petunia
Berbagai Jenis Bunga
Alga
Tomat
Bugenvil
Wortel
Tumbuhan Hijau

Lampiran 2.

Beberapa Endonuklease Restriksi dan Urutan Pemecahannya
Singkatan
Enzim

Nama Mikroorganisme

BamHI

Bacillus amyloliquefaciens H

BaII

Brevibacterium albidum

EcoRI

Escherichia coli RY13

HaeII

Haemophilus aegyptius

HaeIII

Haemophilus aegyptius

HbaI

Haemophilus baemolyticus

HindII

Haemophilus influenza Rd

HindIII

Haemophilus influenza Rd

HpaI

Haemophilus parainfluenzae

HpaII

Haemophilus parainfluenzae

PstI

Providensia stuartii 164

SalI

Streptomyces albus G

XorII

Xanthomonas oryzae

Urutan
5’-3’
3’-5’
G↓ G A T C C
C C T A G↑ G
T G G↓ C C A
A C C↑ G G T
G↓ A A T T C
C T T A A↑ G
Pu G C G C↓ Py
Py↑ C G C G Pu
G G↓ C C
C C↑ G G
G C G↓ C
C↑ G C G
G T Py↓ Pu A C
C A Pu↑ Py T
A↓ A G C T T
T T C G A↑ A
G T T↓ A A C
C A A↑ T T G
C↓ C G G
G G C↑ C
C T G C A↓ G
G↑ A C G T C
G↓ T C G A C
C A G C T↑ G
C G A T C↓ G
G↑ C T A G C

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

: Ni Putu Eka Umarista Apriliani

Tempat Tanggal Lahir : Rendang, 16 April 1995
Alamat

: Jalan Pudak No.1 Semarapura

Telp/HP

: - / 081 916 359 932

Email

: hoshi_sora@ymail.com

Status

: Siswi SMAN 1 Semarapura

Kelas

: XI IPA 1

Alamat

: Jln. Flamboyan No.63, Klungkung, Bali
Telp. (0366) 21508

Hasil Karya Tulis

:

1. Budidaya Paprika (Capsicum annum L.) sebagai Primadona Pertanian di
Lahan Sempit (Kajian Pustaka/2012).
2. Bukit Abah, Kilauan Emas yang Masih Terpendam (Essay/2012).
3. Implementasi Konsep Menyama Braya di Kalangan Remaja Hindu dalam
Upaya Meminimalisasi Konflik Adat di Bali (Kajian Pustaka/2011).
4. Pagelaran Wayang Cenk Blonk sebagai Media Pendidikan Seks bagi
Masyarakat Hindu di Bali (Penelitian/2012).
5. Pemanfaatan Daun Kacapiring dalam Pengelolaan Diabetes Mellitus Tipe 2
(Kajian Pustaka/2011).
6. Pemanfaatan Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya L.) sebagai Pestisida
Alami

dalam

Membasmi

Hama

Kutu

Kebul

( Bemisia

tabaci)

(Penelitian/2012).
7. Pemanfaatan Larutan Daun Gamal (Gliricidia sepium) Sebagai Pestisida
Alami Bagi Hama Kepik (Helopeltis sp.) (Suatu Studi Pendahuluan Terhadap
Hama Kepik pada Tanaman Jeruk di Perkebunan Mekar Sari, Banjar

Pundukaha Kelod, Desa Bunga Mekar, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten
Klungkung) (Penelitian/2011).
8. Revitalisasi Pengembangan Terapi Psikologi dalam Wisata Spiritual Sebagai
Bagian

Dari

Travel

Medicine

Pada

Kepariwisataan

Bali

(Kajian

Pustaka/2012).

Penghargaan Akademis dan Ilmiah :
1. Finalis LKTI HIMAGROTEK 2012 Fakultas Pertanian Universitas Udayana.
2. Finalis LKTI HMJ Kimia Universitas Udayana 2012
3. Finalis LKTI Scientific Atmosphere 2012 FK Universitas Udayana.
4. Finalis LKTI yang diselenggarakan oleh Politeknik Kesehatan Negeri
Denpasar tahun 2012.
5. Juara 1 (EMAS) Olimpiade Siswa Nasional (OSN) Bidang BIOLOGI Tingkat
Kabupaten Klungkung tahun 2012.
6. Juara 3 Lomba Karya Ilmiah Populer (Essai) 2012 Fakultas Ekonomi
Universitas Warmadewa.
7. Juara Harapan II Lomba Karya Tulis Ilmiah bagi siswa SMA Serangkaian
Peringatan Hari Sumpah Pemuda dan Hari Pahlawan di Jurusan Pendidikan
Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Pendidikan Ganesha.
8. Peserta LKTI bagi siswa SMA Avicena Competition 2011.
9. Semifinalis HMC (Hipocrates Medical Championship) 2012 Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana.

Peserta
TTD
Ni Putu Eka Umarista Apriliani

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

: Ida Bagus Ananda Bramana Putra

Tempat Tanggal Lahir : Klungkung, 19 November 1994
Alamat

: Jln. Gunung Agung, Gg. 2, Lorong 1, No.1, Klungkung

Telp/HP

: (0366) 25208 / 085 737 464 667

Email

: meme.bali@yahoo.com

Status

: Siswa SMAN 1 Semarapura

Kelas

: XI IPB

Alamat

: Jln. Flamboyan No.63, Klungkung, Bali
Telp. (0366) 21508

Hasil Karya Tulis

:

1. Budidaya Paprika (Capsicum annum L.) sebagai Primadona Pertanian di
Lahan Sempit (Kajian Pustaka/2012).
2. Bukit Abah, Kilauan Emas yang Masih Terpendam (Essay/2012).
3. Implementasi Konsep “Satsangga” dalam Pendidikan Seks bagi Remaja
Hindu di Bali (Kajian Pustaka/2011).
4. Kisah 1001 Malam ‘Ni Diah Tantri’ Inspirasi Ibu dalam Mengembangkan
Karakter Anak (Kajian Pustaka/2011).
5. Meningkatkan Mutu Sumber Daya Manusia (SDM) Bali Melalui Jalur
Pendidikan (SMAN Bali Mandara) (Essay/2011).
6. Pagelaran Wayang Cenk Blonk sebagai Media Pendidikan Seks bagi
Masyarakat Hindu di Bali (Penelitian/2012).
7. Pengembangan Taman Usada Taru Pramana dalam Mewujudkan Bali Travel
Medicine Centre (Kajian Pustaka/2012).
8. Perlunya Konsentrasi Maksimal Pemerintah terhadap Peningkatan Mutu
Pendidikan di Klungkung (Essay/2011).

9. Permainan

Tradisional

sebagai

Wahana

Pendidikan

Karakter

yang

Menyenangkan (Kajian Pustaka/2011).
10. Revitalisasi Pasraman untuk Membangun Karakter Generasi Muda Bali
(Kajian Pustaka/2011).
11. Upaya Revitalisasi Peran Subak dalam Pelestarian Sumber Daya Air (Studi
Kasus : Subak Lepang, Pasedahan Toya Jinah, di Desa Lepang, Kecamatan
Banjarangkan, Kabupaten Klungkung, Bali) (Penelitian/2011).
12. YASRAM (Yayasan Kesejahteraan Masyarakat) Bali sebagai Benteng
Masyarakat Bali terhadap Serbuan Arus Urbanisasi (Kajian Pustaka/2012).

Penghargaan Akademis dan Ilmiah :
1. Finalis LKTI HIMAGROTEK 2012 Fakultas Pertanian Universitas Udayana.
2. Finalis LKTI yang diselenggarakan oleh Politeknik Kesehatan Negeri
Denpasar tahun 2012.
3. Juara 1 Jumbara PMR Tingkat Provinsi Bali 2011.
4. Juara 1 LKTI “Kenakalan Remaja” Jurusan Bimbingan Konseling Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Ganesha Singaraja 2011.
5. Juara 1 LKTI 2012 yang diselenggarakan oleh Institut Hindu Dharma Negeri
Denpasar.
6. Juara 1 LKTI Psikologi 2011 Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
7. Juara 1 LKTI Tingkat Nasional 2011 Stikes Advaita Medika Tabanan.
8. Juara 1 Lomba Darma Wacana Putra tingkat SMA/SMK, dalam rangka
PORSENIJAR

tingkat

Kabupaten

Klungkung

tahun

2011.

Juara 1 Lomba Darma Wacana Putra tingkat SMA/SMK, dalam rangka
PORSENIJAR tingkat Kabupaten Klungkung tahun 2012.
9. Juara 1 Lomba Karya Tulis Ilmiah KNPI Provinsi Bali 2011.
10. Juara 1 Olimpiade Agama Ke-5 Tahun 2010 Tingkat Kabupaten, Universitas
Mahendradata.
11. Juara 1 Olimpiade Agama Ke-6 Tahun 2011 Tingkat Kabupaten, Universitas
Mahendradata.

12. Juara 2 LKTI Scientific Atmosphere 2012 Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana.
13. Juara 2 Lomba Mengarang Cerpen Bali Modern Tingkat SMA/SMK,
Mahasiswa untuk Putra se-Bali 2011 Serangkaian Pesta Kesenian Bali
XXXIII.
14. Juara 3 Lomba Karya Ilmiah Populer (Essai) 2012 Fakultas Ekonomi
Universitas Warmadewa.
15. Peserta LKTI-L Geosphere Competition II

2011 Universitas Pendidikan

Ganesha Singaraja.

Peserta
TTD
Ida Bagus Ananda Bramana Putra

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

: Hendra Setiawan

Tempat Tanggal Lahir : Klungkung, 27 Oktober 1995
Alamat

: Br. Papaan, Sampalan, Klungkung

Telp/HP

: - / 085 739 219 641

Email

: h.setiawan9519@yahoo.co.id

Status

: Siswa SMAN 1 Semarapura

Kelas

: XI IPA 1

Alamat

: Jln. Flamboyan No.63, Klungkung, Bali
Telp. (0366) 215