Pengaruh Fluktuasi Harga Minyak Dunia teori

Ekonomika Indonesia
Pengaruh Fluktuasi Harga Minyak
terhadap Perekonomian Indonesia

Oleh :
Albert Leonarto 3203012046/ B
Alexander Arif C 3203012189/ B
Michael Julianto C 3203012200/ B

Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
Jl. Dinoyo 42 – 44, Surabaya

Daftar Negara – Negara Penghasil Minyak di Dunia
Sejak sumur minyak pertama dibor di Cina pada tahun 347 Masehi, minyak
mentah telah menjadi tulang punggung perekonomian dunia dan digunakan hampir di
mana-mana. Terbukti kita masih memiliki cadangan minyak mentah Global sebesar
1.481.526 juta barel. Berikut merupakan daftar Negara – Negara penghasil minyak di
dunia :
1. Arab Saudi
Produksi: 11.150.000 barel per hari


Penemuan minyak datang ke Arab Saudi sebagai Aladin’s lamp itu mengubah
hari-hari mereka sekitar seperlima dari semua minyak mentah berada di
bawah padang pasir Arab Saudi dan ofcourse karena minyak bumi yang
merupakan bagian paling penting dari ekonomi mereka dan juga memegang
peranan yang sangat penting dalam GDP mereka.
2. Rusia
Produksi: 10,210,000 barel per hari

Negara adidaya ini telah berpegang pada pangsa 11,01% dalam total cadangan
minyak mentah dan industri perminyakan mereka termasuk yang terbesar di
dunia. Ekspor minyak memainkan peran yang sangat penting dalam
perekonomian

Federasi

Rusia.

Tapi,

unfortunetly


mereka

sangat

membutuhkan investasi dalam industri minyak tersebut. Mereka memiliki
sekitar 15 minyak yang sangat besar dan perusahaan gas dan produsen minyak
terbesar di Rusia.
3. United State of America
Produksi: 9,023,000 barel per hari

Tak lama setelah penemuan minyak di Pennsylvania, Amerika Serikat pada
tahun 1859, minyak memainkan peran yang sangat penting dalam
perekonomian Amerika Serikat dan pada tahun 2008 Amerika Serikat adalah
produsen terbesar ketiga minyak dan terus mengalami peningkatan 8,91% dari
total cadangan minyak di dunia. Tetapi seiring berlalunya waktu produksi

minyak di Amerika Serikat mencapai puncaknya pada tahun 1970, tetapi tetap
saja mereka memiliki minimal banyak availble untuk menjalankan negara
adidaya.

4. Iran
Produksi: 4,231,000 barel per hari

Iran adalah sebuah negara adidaya energi dan minyak memainkan peran
kapten di dalamnya. Selain ketegangan besar dalam hubungan antara Amerika
Serikat dan Iran sekutu U.S.A, Iran mengekspor sebagian besar minyak itu ke
negara-negara lain termasuk China, Perancis, Italia, Yunani dan Korea Selatan
dll Mereka menghasilkan sekitar 5% dari seluruh minyak mentah di dunia.
5. China
Produksi: 4,073,000 barel per hari

Setelah discoverey cadangan minyak utama di Songhua Jiang-Liao basin di
timur laut Cina lebih banyak cadangan minyak mentah ditemukan dan sebagai
penemuan, kegiatan ekspor minyak bumi semakin meningkat dan peningkatan
sampai 1993 dan tidak ada ekspor minyak bumi lagi adalah karena mungkin

setelah semakin besar permintaan minyak dari dalam. Jadi, Cina bergeser dari
eksportir minyak ke negara pengimpor minyak.
6. Canada
Produksi: 3,592,000 barel per hari


Minyak pertama adalah sumur digali pada tahun 1858 di Ontario, Kanada di
tahun 1864 sekitar 20 kilang yang beroperasi di Ontario, Kanada. Sebagian
besar minyak mentah yang diproduksi oleh Kanada diekspor. Produksi
minyak mentah adalah industri yang paling penting dalam Negeri tidak hanya
Kanada tetapi juga Amerika Utara. Menurut beberapa ahli produksi minyak,
Kanada akan mencapai puncaknya pada tahun 2020 jika mereka terus
berproduksi pada tingkat saat ini. Kanada memiliki pangsa 3,60% terhadap
produksi minyak global.
7. United Arab Emirates
Produksi: 3,087,000 barel per hari

Produksi minyak komersial pertama dimulai pada tahun 1958 di UAE. Ini
adalah termasuk negara lain terutama didasarkan pada produksi minyak dan
gas. Hampir 30% dari UAE’s GDP langsung didasarkan pada minyak mentah

dan produksi gas alam. Sejak penemuan minyak di UAE, negara (seperti di
Negara-Negara Timur Tengah) telah menjadi negara modern dengan standar
hidup yang tinggi.
8. Mexico

Produksi: 2,934,000 barel per hari

Produksi minyak secara komersial dimulai pada 1901 di Meksiko dan mereka
melakukanya dengan baik di industri minyak mentah dan karena itu produksi
minyak mentah memainkan bagian yang sangat penting dalam perekonomian
Meksiko. Meksiko memiliki saham global total 3,56% dari minyak mentah.
Namun, produksi minyak di Meksiko mencapai puncaknya pada 2008 dan
sekarang produksi minyak dan ekspor di Meksiko dalam penurunan berat.
9. Kuwait
Produksi: 2,682,000 barel per hari

Negara yang memiliki mata uang terkuat di dunia adalah pada no. 9
Setelah penemuan minyak mentah di Februari, 1932 di Kuwait hari mereka
berubah dan sekarang perekonomian negara ini terutama didasarkan pada
produksi besar minyak mentah dan mereka juga memiliki berpegangan pada

10% dari cadangan minyak dunia. Negara ini juga memiliki sekitar lima belas
perusahaan minyak besar.
10. Iraq
Produksi: 2,638,000 barel per hari


Selain ketegangan besar di negara tersebut, mereka memproduksi sejumlah
besar minyak mentah per hari tetapi Irak masih membutuhkan investasi di
industri minyak mentah yang dapat meningkatkan produksi mereka. Jika
mereka terus mengekstrak minyak pada tingkat sekarang cadangan minyak
mereka akan kehabisan minyak setelah 158 tahun.

Indonesia sebagai Negara Penghasil Minyak

Indonesia merupakan salah satu Negara yang kaya akan sumber daya alam. Banyak
hasil – hasil bumi atau alam yang dapat di hasilkan oleh Indonesia, salah satunya
adalah minyak bumi.
Potensi Minyak dan Gas Indonesia


peringkat 25 sebagai negara dengan potensi minyak terbesar yaitu sebesar 4.3
milyar barrel,




peringkat 21 penghasil minyak mentah terbesar dunia sebesar 1 juta
barrel/hari,



peringkat 24 negara pengimpor minyak terbesar sebesar 370.000/hari



peringkat 22 negara pengonsumsi minyak terbesar sebesar 1 juta barrel/hari,



peringkat 13 negara dengan cadangan gas alam terbesar sebesar 92.9 trillion
cubic feet,



peringkat ke-8 penghasil gas alam terbesar dunia sebesar 7.2 tcf,




peringkat ke-18 negara pengonsumsi gas alam terbesar sebesar 3.8 bcf/hari,



peringkat ke-2 negara pengekspor LNG terbesar sebesar 29.6 bcf,

Berikut ini merupakan provinsi - provinsi terbesar di Indonesia yang menghasilkan
minyak bumi:
1. Propinsi Riau

Riau merupakan penghasil minyak Terbesar di Indonesia karena
sanggup menghasilkan 359.777 barrel minyak mentah dan 6.050 barrel
kondensat per harinya. artinya total produksi per hari mencapai 365.827
barrel. ada 6 block yang berada di riau, yaitu rokan, mountain front kuantan,
siak block, selat panjang, coastal plains&pekanbaru, dan malacca strait.
kesemuanya dioperasikan oleh chevron, petroselat, pertamina, bumi siak
pusako, sarana pembangunan riau, dan kondur petroleum. selain memiliki
hasil alam minyak bumi, riau juga memiliki gas bumi. riau memiliki giant

field (ladang minyak yang berukuran sangat besar) yang bernama block rokan.
block ini sendiri berada di duri. salah satu daerah yang dioperasikan oleh
chevron adalah minas, minyak minas adalah minyak yang berkualitas paling
baik di indonesia raya kita ini. karena minyak minas menghasilkan minyak
yang memiliki viskositas sangat baik untuk ukuran hidrokarbon, atau dengan
bahasa umumnya minyak minas sangatlah kental. tetapi dengan viskositas
yang tinggi malah membuat susah proses produksi minyak. dengan kata lain,
membuat minyak ini sangat sulit diangkat dari reservoirnya ke permukaan.
oleh karena itu sejak tahun 1985 chevron mengimplementasikanteknologi
pertama di dunia yaitu Duri Steam Flood, dengan maksud menginjeksikan uap
sangat panas ke dalam lubang bor. agar minyak menjadi lebih encer dan
mudah diangkat ke permukaan. tetapi minyak minas akan kembali menjadi

kental kembali di permukaannya karena pengaruh perbedaan temperatur dan
tekanan. dengan pekerjaan yang sangat banyak yang dilakukan perusahaan,
tentunya akan mengeluarkan cost yang lebih besar dibanding sumur di ladang
lain yang biasa saja. tetapi semuanya tertutupi karena minyak minas berharga
sangat mahal di pasaran. DSF menjadi pelopor bagi perusahaan minyak lain di
dunia ini untuk melakukan EOR (enhanced oil recovery), atau dengan kata
lain proses EOR adalah untuk tetap mempertahankan produksi dari sumur

tersebut. teknologi DSF sendiri diterapkan pertama kali di duri, dan kemudian
berlanjut keseluruh ladang minyak yang dipunya chevron di minas. pada
bulan november 2006, ladang minyak duri (DSF) telah mencapai produksi 2
milyar barrel sejak pertama kali dioperasikan tahun 1958. riau sendiri dengan
block rokannya saja mampu menghasilkan 340.206 barrel per hari, lebih dari
sepertiga total produksi harian di indonesia.
2. Propinsi Kalimantan Timur

Kalimantan Timur merupakan penghasil minyak terbesar setelah Riau.
propinsi terluas kedua di indonesia setelah irian jaya barat. ukurannya sama

dengan satu setengah kali pulau jawa dan madura. menurut perhitungan
luasnya adalah 245.237,80 km2. kalimantan timur juga berbatasan langsung
dengan malaysia. perusahaan yang bekerja di kaltim adalah total, chevron,
vico, dan medco. sementara block yang dioperasikan bernama sanga-sanga,
mamburungan, kutai, dan mahakam. produksi total per harinya bisa mencapai
134.626 barrel. perincian sebagai berikut, 60.331 barrel minyak mentah dan
74.295 barrel kondensat. kaltim merupakan propinsi terbesar penghasil
kondensat di indonesia. dengan mahakam blocknya yang dioperasikan total.
3. Laut Jawa


Penghasil minyak berikut nya tidak ditempati oleh suatu propinsi
manapun. tetapi oleh sektor Laut Jawa. block offshore ini terbentang dari
sumatera bagian tenggara sampai ke daerah dekat jawa barat. berbagai block
yang ada di laut jawa adalah block a offs dan southeast sumatera block. kedua
block ini mampu menghasilkan produksi sebesar 65.154 barrel per harinya.
dengan rincian 62.130 barrel minyak mentah ditambah 3.024 barrel
kondensat. perusahaan yang mengoperasikannya adalah british petroleum,
pertamina, dan cnooc s.e.s.
4. Propinsi Kepulauan Riau

Kepulauan Riau yang termasuk Propinsi Muda di Indonesia. kepri
adalah propinsi yang berbatasan langsung dengan negara vietnam, kamboja,
malaysia, dan singapura. dengan luas lautan 95% dari total wilayahnya kepri
ternyata sanggup menghasilkan block offshore dengan penghasilan minyak
yang sangat banyak. block tersebut adalah natuna sea block a, natuna sea
block b, dan south natuna sea block a. dan block potensial migas ini dikelola
oleh premier oil, conoco philips, dan star energy. setiap harinya kepri mampu
menghasilkan 59.210 barrel minyak mentah ditambah 2.365 barrek kondensat.
dengan total produksi 61.575 barrel per harinya. selain menghasilkan minyak
bumi yang banyak, kepri juga mempunyai cadangan gas bumi terbesar di
Indonesia, it’s so amazing city.
5. Propinsi Jawa Timur

Jawa Timur memiliki block minyak yang acap kali kita dengar yaitu
cepu dan yang paling kontroversial adalah block brantas karena melupakan
safety operation kepunyaan perusahaan bakrie. jawa timur per harinya
sanggup menghasilkan 52.616 barrel per hari dengan perincian 52.290 barrel
minyak mentah ditambah dengan 326 barrel kondensat. propinsi besar yang
mempunyai banyak populasi manusia ini memiliki block tuban, kangean
block, brantas, cepu, west madura, bawean, dan gresik. block yang tersebar di
offshore (lepas pantai atau laut) dan onshore ini dioperasikan oleh banyak
perusahaan, seperti hess, total, kodeco energy, mobil, lapindo, kangean
energy, pertamina, dan petrochina.
6. Propinsi Sumatera Selatan

Propinsi Sumsel juga berbatasan langsung dengan jambi yang ada di
posisi 7 tadi. block perminyakan yang ada di sumsel antara lain adalah rimau,
south¢ral sumatera, lematang, corridor, pendopo&raja block, dan ogan
komering. keseluruhan block ini dioperasikan oleh pertamina, medco,
talisman, golden spike, dan conoco philips. sumatera selatan per harinya
sanggup menghasilkan 30.718 barrel minyak mentah dan 10.339 barrel
kondensat. yang berarti totalnya sanggup menghasilkan 41.057 barrel per hari.
7. Propinsi Jambi

Propinsi di pulau Sumatera ini adalah salah satu dari 3 propinsi di
Indonesia yang mempunyai ibukota bernama sama dengan nama propinsinya
sendiri. termasuk di dalamnya adalah Bengkulu dan Gorontalo. dengan
mayoritas suku melayu. Jambi setiap harinya mampu menghasilkan 19.506
barrel. Dengan perincian 8.847 barrel kondensat dan 10659 barrel minyak
mentah. Ladang minyak ketujuh terbesar di Indonesia ini dikelola oleh
petrochina, pearl oil, dan conoco philips. mereka mengelola block jabung,
bangko, tungkal, dan south jambi blok b.
8. Propinsi Irian Jaya Barat

Propinsi dengan luas daerah terbesar di Indonesia mempunyai luas
daerah 410.660 km2. di Irian Jaya Barat menghasilkan sebanyak 14.811 barrel
per hari. Dengan rincian 6568 barrel kondensat + 8243 barrel minyak mentah.
Pertambangan perminyakan di Irian Jaya Barat dikelola oleh pertamina,
petrochina dan british petroleum. ketiga perusahaan ini mengelola block
tangguh, salawati kepala burung, dan kepala burung.

OPEC
OPEC (Organization

of

the

Petroleum

Exporting

Countries)

adalah

organisasi/himpunan negara-negara pengekspor minyak bumi yang beranggotakan
negara-negara penghasil minyak bumi. OPEC merupakan organisasi permanen antar
pemerintah yang didirikan melaui Konferensi Baghdad pada tanggal 10-14 September
1960 oleh lima negara pemilik sumber minyak raksasa, yaitu Iran, Irak, Kuwait,
ArabSaudi dan Venezuela.

Setahun kemudian mulai muncul negara-negara lain yang ingin bergabung dengan
OPEC. Mereka ada 9 negara. Pertama diawali Qatar yang bergabung pada tahun
1961, kemudian disusul Indonesia pada tahun 1962 (namun Indonesia ditangguhkan
keanggotaannya sejak januari 2009 hingga sekarang), Libya 1962, Uni Emirat Arab
1967, Aljazair 1969, Nigeria 1971, Ekuador 1973 (Ekuador ditangguhkan
keanggotaannya dari desember 1992 sampai oktober 2007), Angola 2007, dan Gabon
1975-1994.

Tujuan OPEC adalah untuk mengkoordinasikan dan menyatukan kebijakan
perminyakan di antara negara-negara anggotanya dan menjamin stabilisasi pasar

perminyakan dalam rangka mengamankan pasokan yang efisien, ekonomis dan
pasokan minyak yang teratur kepada konsumen, penghasilan tetap kepada produsen
dan pengembalian modal yang adil bagi mereka yang berinvestasi dalam industri
perminyakan.

Pada lima tahun pertama keberadaannya, OPEC memiliki kantor pusat di Jenewa,
Swiss. Kemudian pada tanggal 11 september 1965 dipindahkan ke Wina, Austria
hingga sekarang. OPEC memiliki peranan penting dalam menjaga stabilitas ekonomi
dunia sejak didirikan pada tahun 1960 hingga sekarang.

Keluarnya Indonesia dari Keaggotaan OPEC
Indonesia yang pada awalnya tergabung dalam keanggotaan OPEC sebagai
Negara yang memproduksi dan mengekspor minyak ke luar negeri keluar pada tahun
2008, pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Alasan yang dimiliki pemerintahIndonesia pada waktu itu adalah penurunan
produksi minyak di Indonesia yang tidak sampai 1 juta barel per hari, selain itu pada
waktu itu Negara Indonesia juga telah menjadi importer minyak. Pada saat Menteri
ESDM Purnomo Yusgiantoro menyatakan bahwa Indonesia keluar dari OPEC
pemerintah menaikkan harga BBM, dan direncanakan bahwa harga BBM akan terus
dinaikkan sehingga nanti pada akhirnya akan mengikuti harga internasional/ minyak
dunia. Harga minyak dunia mengikuti fluktuasi harga di NYMEX.

Produksi Indonesia
Dalam beberapa tahun terakhir produksi minyak Indonesia mengalami penurunan.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Migas Departemen.
Seperti yang diungkapkan Presiden SBY dan Menteri ESDM Purnomo
Yusgiantoro, faktor yang mendorong pemerintah keluar dari OPEC adalah posisi
Indonesia yang sudah terkatagori net importir. Alasan ini juga yang dikemukakan
oleh pemerintah dalam menaikan harga BBM. Karena lebih besar impor daripada
produksi maka kenaikan harga minyak mentah dunia berakibat meningkatnya beban
subsidi yang oleh Wapres Jusuf Kalla diperkirakan mencapai Rp 200 trilyun sampai
dengan Rp 300 trilyun.
Dengan posisi negara importir migas barulah Indonesia harus keluar dari
OPEC atau mendapatkan pengaruh negatif dari kenaikan harga minyak dunia yang
berpatokan pada harga berlaku di bursa komoditas New York.

Namun sangat disayangkan keluarnya Indonesia dari keanggotaan OPEC ini terkesan
tidak pas.

Waspada Rekayasa Asing
Dari fakta dan data di atas, sebenarnya sangat aneh jika Indonesia mengambil
kebijakan keluar dari OPEC. Sebab kebijakan ini diambil setelah pemerintah
mengambil kebijakan menaikan harga BBM dan menyatakan harga BBM akan
digerek ke tingkat harga keekonomian, yakni harga yang sama dengan harga BBM
yang berlaku di tingkat internasional dengan acuan harga minyak mentah yang
berlaku di New York.
Fakta ini menggambarkan jika harga BBM sudah mencapai harga
keekonomian dan mengikuti fluktuasi harga di NYMEX, maka para kontraktor migas
dapat menjual minyak mentah dari ladang-ladang minyak yang mereka kuasai di
Indonesia kepada pemerintah dengan harga New York bukan harga lokal. Jika kondisi
ini yang terjadi, para kontraktor migas akan mendapatkan keuntungan luar biasa
sebab mereka dapat melakukan efisiensi yang sangat tinggi dengan biaya transpot dan
asuransi yang sangat minim dibandingkan bila mereka menjual minyak mentah ke
luar negeri.
Di sisi lain dengan keluar dari keanggotaan OPEC, Indonesia tidak terikat lagi
dengan sistem quota OPEC sehingga kondisi ini mungkin saja dimafaatkan
kontraktor untuk menggenjot produksi crude oil sebanyak-banyaknya.
Keluarnya Indonesia dari keanggotaan OPEC sangat memungkinkan sebagai
bagian dari Barat untuk melemahkan peranan OPEC. OPEC di masa lalu dapat
dijadikan senjata negeri-negeri muslim melawan Barat dengan embargo minyaknya.
Dengan semakin lemahnya peranan OPEC baik dari sisi politis dan ekonomi, maka

tidak tertutup kemungkinan AS dapat mengendalikan bisnis perminyakan di dunia
dengan segala dampaknya.
Maka dapat disimpulkan bahwa :
Jika desain keluar dari OPEC merupakan satu paket yang sama dari kebijakan
pemerintah menaikan harga BBM dalam rangka liberalisasi sektor hulu dan hilir
migas, maka sungguh kezaliman luar biasa yang dilakukan pemerintah Indonesia.
Pemerintah mencari jalan apa pun caranya untuk memberikan kesempatan kepada
investor menggali laba sebesar-besarnya di tengah jerit tangis dan penderitaan rakyat
Indonesia.

Penyebab Fluktuasi Harga Minyak Dunia
Beberapa factor yang menyebabkan fluktuasi harga dan krisis minyak saat ini :
1. Ketidakstabilan permintaan dan penawaran
Jumlah suplai minyak di dunia tidak selalu stabil, dan hal ini disebabkan
oleh :
 Perubahan jumlah permintaan minyak tingkat dunia
Tingkat pertumbuhan penduduk di dunia semakin tinggi sehingga
komsumsi terhadap minyak mentah pun semakin meningkat.
Masyarakat melakukan konsumsi minyak untuk menggerakkan
perekonomian dan minyak digunakan sebagai bahan bakarnya.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi di berbagai Negara maju seperti :
Cina, Amerika Serikat, Jepang, dan India membutuhkan minyak
sebagai bahan bakarnya.
 Keterbatasan suplai minyak, hal ini disebabkan oleh :
 Terjadinya bencana alam. Dengan terjadinya bencana alam di
Negara yang memproduksi minyak maka mengganggu stok
minyak di pasar. Karena dengan adanya bencana alam akan
menyebabkan kerusakan pada instalasi produksi minyak.
Contohnya

Badai

Katarina

di Amerika

Serikat

yang

mengganggu produksi minyak di Negara tersebut, dan badai
tersebut juga mengganggu produksi minyak di Teluk Meksiko.
 Perubahan di wilayah Timur Tengah

 Gerakan

perlawanan

rakyat

Irak.

Hal

ini

mengakibatkan kebocoran minyak karena adanya
peledakan pipa minyak. Hal ini juga mengganggu
jumlah

produksi

di

Utara

Irak,

Kirkuk,

serta

menghalangi upaya perbaikan yang lebih besar di
wilayah selatan.
 Krisis nuklir di Iran.
 Gangguan pengangkutan minyak 15 juta barel per hari
yang terjadi di wilayah Selat Hormuz.
 Kebijakan politis Negara
 Kekhawatiran kondisi politis di Nigeria menyebabkan
kondisi pasar minyak menjadi sangat sensitive. Hal ini
dikarenakan Nigeria seringkali terjadi pergolakan,
perusakkan jalur minyak secara sengaja, penculikan,
dan pembunuhan pekerja asing, peperangan antar
gerakan yang menyerukan kemerdekaan Delta Nigeria
dengan kekuatan pemerintah.
 Nasionalisasi industry minyak dan gas di Negara
Venezuela dan Bolivia.
 Berkurangnya cadangan minyak
Hal ini masuk akal karena pengguna minyak semakin hari
semakin bertambah sedangkan sumber daya minyak tidak
dapat diperbaharui, proses pembuatannya membutuhkan waktu
jutaan tahun.

2. Rencana Negara Barat mengembangkan energy alternative
Proses penelitian dan pengembangan untuk menemukan sumber energy
alternative baru membutuhkan dana yang tidak sedikit. Negara Barat tiak
ingin harga energy altrnatifnya jatuh di pasaran sehingga mereka sengaja
menaikkan harga minyak mentah sehingga konsumen beralih ke energy
alternative.
3. Spekulasi harga oleh perusahaan minyak khususnya untuk perusahaan minyak
asal Amerika Serikat.
Perusahaan Amerika melakukan berbagi spekulasi tehadap harga minyak dan
mereka melakukan berbagai rekayasa terhadap permintaan sehingga harga
minyak mentah melambung. Selain itu mereka juga melakukan penimbunan
stok minyak. Presiden Amerika sebelum Barrack Obama, George Bush
merupakan orang minyak sehingga dia banyak didukung perusahaan minyak.
Dan seringkali kebijakannya menguntungkan perusahaan minyak.

Peranan OPEC di Dalam Mengendalikan Fluktuasi Harga
Minyak
OPEC merupakan organisasi negara-negara pengekspor minyak. Secara
statistik pada tahun 2004 negara-negara anggota OPEC ini total produksinya hanya
sekitar 40% dari produksi minyak dunia. Sedangkan cadangan minyaknya hampir
80% dikuasainya.
Namun karena jumlah produksi yang hanya 30-40% ini menjadi tempat
berkumpulnya “produsen” (eksportir), maka tentu saja konsumen dunia lebih
mementingkan angka 40% ini ketimbang total termasuk produksi negara-negara lain

karena toh yang akan berada dipasaran justru produksi dari negara-negara ini. Bisa
jadi produksi yang hanya 40% ini menguasai pasar hingga 60-70% dipasar bebas.
Sebelum tahun 2000, OPEC mampu mengontrol harga minyak dunia. Hal ini
disebabkan harga minyak akan naik jika jumlah produksi minyak turun dan
sebaliknya. Pada era 80-an hingga 2000-an OPEC mampu mengendalikan harga
minyak misalkan harga minyak naik karena produktivitasnya turun, maka OPEC akan
menambah produksi sehingga harga menjadi turun. Namun dalam kondisi saat ini
harga minyak lebih dipengaruhi oleh permintaan pasar (konsumen). Artinya jika
permintaan terus meningkat sedangkan supply minyak tidak maka harga akan naik
dan meskipun OPEC mengatasi dengan menambah produksinya, harga minyak tidak
akan berubah. Apalagi sebagaimana diketahui ada Negara – Negara yang bertindak
“nakal” dengan sengaja menimbun stok minyak dan mempengaruhi permintaan akan
minyak sehingga terus naik maka dipastikan hal ini akan membuat harga minyak
terus melambung. Selain itu adanya kekacauan – kekacauan seperti peperangan,
pergolakan, pemberontakan,serangan Amerika ke Irak, dan tindakan Venezuela
mengusir raksasa minyak dunia yang beroperasi di negaranya dapat mempengaruhi
melambungnya harga minyak dunia.
Hal yang lebih mengkhawatirkan lagi yaitu permintaan akan minyak bumi
terus menerus meningkat sedangkan supply juga meningkat namun tetap posisi
demand jauh lebih tinggi. Belum lagi minyak bumi merupakan sumber daya alam
yang tidak dapat diperbaharui (membutuhkn waktu jutaan tahun) maka suatu saat
minyak bumi akan mengalami krisis sehingga nantinya mau tidak mau seluruh
Negara di dunia harus beralih ke energy alternative.

Dampak Kenaikan Harga Minyak terhadap
Kondisi Ekonomi Indonesia
Perkembangan harga minyak yang terus melonjak akhir-akhir ini akan
membawa pengaruh terhadap kehidupan iklim berinvestasi.Yang paling utama apakah
pemerintah akan turut menyesuaikan harga minyak/BBM di dalam negeri atau tidak.
Jika ya , tentu saja tentu saja kondisi perekonomian bisa sangat berbeda. Biasanya
kenaikan BBM, akan mengakibatkan naiknya biaya produksi, naiknya biaya distribusi
dan menaikan juga inflasi.
Harga barang-barang menjadi lebih mahal, daya beli merosot, karena
penghasilan tetap. Ujungnya perekonomian akan stagnan dan tingkat kesejahteraan
terganggu.
Di sisi lain, kredit macet semakin kembali meningkat, yang paling parah
adalah semakin sempitnya lapangan kerja karena dunia usaha menyesuaikan
produksinya sesuai dengan kenaikan harga serta penurunan permintaan barang.
Hal-hal di atas terjadi jika harga BBM dinaikkan, Bagaimana jika tidak?
Subsidi pemerintah terhadap BBM akan semakin meningkat juga,mengapa?
Meskipun negara kita merupakan penghasil minyak, dalam kenyataannya untuk
memproduksi BBM kita masih membutuhkan impor bahan baku minyak juga.
Dengan tidak adanya kenaikan BBM, subsidi yang harus disediakan
pemerintah juga semakin besar. Dari mana menutupi sumber subsidi tersebut? Salah
satunya adalah kenaikan pendapatan ekspor. Karena kenaikan harga minyak dunia
juga mendorong naiknya harga ekspor komoditas tertentu, seperti kelapa sawit karena

minyak sawit mentah (CPO) merupakan subsidi minyak bumi. Income dari naiknya
harga CPO tidak akan sebanding dengan besarnya biaya yang harus dikeluarkan
untuk subsidi minyak.

Inflasi
Jika harga BBM dinaikkan, citra pemerintah secara politik akan terganggu,
rakyat tentu tidak setuju jika harga-harga menjadi mahal, jika pemerintah terganggu
dampaknya menjadi sangat luas, maka, jika mengacu pada hal tersebut kemungkinan
harga BBM tidak akan dinaikkan.
Tetapi masalah belum selesai sampai di sini, walaupun harga BBM tidak
dinaikkan, tetap saja dampak kenaikan harga minyak dunia berpengaruh terhadap
ekonomi Indonesia termasuk didalamnya iklim investasi.
Kenaikan harga minyak dunia membuat biaya produksi meningkat. Itu berarti
harga jual barang-barang impor impor juga akan mahal yang akan berdampak pada
inflasi karena kenaikan harga impor barang.
Dampak dari hal ini pertama,tingkat bunga dana dan kredit belum akan turun
dalam waktu dekat, kedua tingkat bunga yang bertendensi meningkat atau minimal
tetap akan berbanding terbalik terbalik dengan harga obligasi. Artinya jika tingkat
bunga meningkat, harga obligasi berkemungkinan akan turun. Ketiga,tingkat bunga
yang tidak berubah juga memberikan perbedaan tingkat bunga di dalam negeri
dengan luar negeri yang relatif tetap atau bahkan semakin melebar.

Faktor Non Fundamental Pemicu Utama Harga
Kenaikan Minyak Dunia
Faktor non fundamental merupakan hal yang memicu kenaikan harga minyak
dunia. Hal ini disebabkan selama 5 – 6 bulan terakhir tidak adanya perubahan yang
mencolok terhadap supply – demand minyak dunia. Kenaikan harga minyak lebih
dipicu oleh faktor non fundamental. Antara lain akibat melemahnya mata uang USD
terhadap mata uang Euro, spekulasi kalangan trader minyak di pasar dunia, geopolitik
serta peningkatan harga komoditi, baik pangan maupun tambang. Kenaikan harga
minyak melebihi 100 % jika dibandingakn 6 bulan yang lalu. (2008) Harga

minyak mentah pada tanggal 14 Mei 2008 untuk jenis minyak Light Crude di New
York Mercantile Exchange pada posisi USD 126,64 per barel. Sedang untuk
jenis Brent di pasar London berada pada posisi USD 124,24 per barel. Harga ini jauh
lebih tinggi dibanding sekitar harga 6 bulan lalu yang berada pada posisi kisaran USD
30 per barel.
Indikasi peran faktor non fundamental sebagai pemicu kenaikan harga minyak
adalah kondisi di Amerika. Sebagai konsumen minyak mentah terbesar di dunia, saat
ini ekonomi Amerika mengalami pelambatan. Lazimnya, kondisi ini mengurangi
permintaan minyak mentah sehigga menurunkan harga minyak. Namun harga minyak
yang terjadi justru sebaliknya.
Sedang di negara-negara produksi minyak mentah saat ini bisa dikatakan tidak
terjadi gangguan produksi. Artinya sisi pasokan berjalan dengan baik. Sehingga
keseimbangan supply-demand minyak mentah dunia sebenarnya tidak mengalami
fluktuasi yang berarti.

Dampak Perang terhadap Harga Minyak Dunia
Peperangan yang terjadi terutama pada daerah Timur Tengah akan berdampak
pada harga minyak dunia. Hal ini wajar terjadi sebab ketika adanya peperangan di
salah satu Negara di Timur Tengah maka kestabilan di daerah Timur Tengah akan
terganggu sehingga produktivitas minyak yang dihasilkan akan berkurang serta suplai
minyak dunia akan terganggu pula. Adanya kebocoran minyak yang disebabkan
perusakan pipa minyak, daerah - daerah tambang minyak belum lagi jika adanya
blockade daerah – daerah yang digunakan untuk memasok minyak, misalnya : Selat
Hormuz, maka pasokan minyak akan terganggu merupakan dampak jika terjadinya
perang, sebelum peperangan terjadi pun. Selain itu spekulasi di pasar misalnya
spekulasi di Wall Street, pasar minyak berjangka oleh Hedge Fund dan bank-bank
besar seperti Citigroup, JP Morgan Chase dan terutama, Goldman Sachs. Spekulasi
tersebut terjadi sebagai akibat dari kekhawatiran pasar jika sampai terjadinya perang.
Jika sampai ada peperangan yang terjadi apalagi di tengah kondisi perekonomian
Negara Indonesia yang sedang mengalami penurunan tingkat pertumbuhan karena
krisis ekonomi global maka dipastikan kondisi ekonomi dan social Masyarakat
Indonesia akan semakin parah. Harga BBM akan naik lagi, sehingga mengakibatkan
terjadinya inflasi yang tentunya akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi
Indonesia. Selain kenaikkan BBM dengan kondisi pelemahan nilai rupiah terhadap
Dollar Armerika seperti sekarang ini akan bertambah parah sebab Kenaikan harga
minyak dunia akan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap meningkatnya
permintaan valuta asing sebagai negara pengimpor minyak sehingga nilai rupiah
semakin melemah terhadap US$.

Dampak Perang Timur Tengah
Konflik di Suriah yang telah memakan korban lebih dari 100 ribu jiwa dalam
dua tahun terakhir membuat masyarakat dunia kian khawatir akan jatuhnya korban
lebih besar lagi. Kekhawatiran itu semakin diperkuat dengan rencana Amerika Serikat
(AS) yang akan melakukan serangan 'terbatas' ke Suriah, sebagaimana diungkapkan
Presiden Obama, pekan lalu.
Bagi AS, opsi militer tampaknya dipilih setelah Suriah diduga kuat
menggunakan persenjataan kimia untuk memberantas kelompok pemberontak dan
oposisi. Kebijakan itu juga sekaligus menunjukkan AS di bawah Obama tetap
memilih mengedepankan tindakan militer, sebagaimana ditempuh para pendahulunya.
Irak dan Afghanistan adalah contoh potret kebijakan luar negeri Washington yang
lebih fokus pada opsi militer terhadap satu negara yang dinilai AS 'membandel',
ketimbang perundingan damai.

Perang terbuka

Upaya damai sebenarnya sudah dilakukan berbagai pihak, termasuk AS.
Namun, upaya itu tampaknya masih jauh panggang dari api. Sayangnya, belakangan
ini yang menguat justru opsi militer. Sikap negara-negara Arab sendiri mendukung
tindakan militer. Bahkan, organisasi regional Arab, Liga Arab, dalam sidangnya akhir
pekan lalu mendukung, bahkan meminta AS menyerang Suriah.

Negara-negara Arab yang tergabung dalam Liga Arab (21 negara), di bawah
komando Arab Saudi, punya kepentingan dan alasan khusus. Pertama, kepentingan
ideologis. Suriah yang minoritas Syiah, memimpin kaum Suni sejak 50 tahun terakhir
dan diduga banyak melakukan penindasan terhadap mayoritas. Syiah Suriah menjadi
kepanjangan Syiah di Iran yang mayoritas. Dari sisi ideologis jelas tidak ketemu di
sini dengan Saudi, sehingga memunculkan solidaritas kesunian.
Kedua, kepentingan politik. Secara geopolitik, negara-negara Arab memiliki
kesamaan, bahkan menjadikan Suriah semacam musuh bersama, terutama sejak rezim
Bashar Assad berkuasa. Ketika ayah Bashar, Hafez Assad, berkuasa, Suriah relatif
bisa diajak kerja sama di antara negara-negara Arab. Namun, di bawah rezim Assad,
Suriah semakin tunduk dan menjadi kaki tangan Iran di Timur Tengah.
Ketidaknyamanan inilah, antara lain, mengapa Liga Arab mendukung opsi militer.
Alasan geopolitik juga yang menjadikan Rusia, Iran, dan Cina 'melindungi'
Suriah. Dari sisi geografis, Suriah adalah negara kecil, dengan jumlah populasi tak
lebih dari delapan juta jiwa, yang meliputi Syiah 30 persen selebihnya Suni (70
persen). Namun, secara geopolitik sangat penting, setidaknya bagi Iran bertemu di
aspek ideologi dan dapat dijadikan batu loncatan 'menghadapi' Israel, sementara bagi
Rusia kepentingan bisnis persenjataan dan ideologi politik, yakni sosialis, sedangkan
dalam perspektif Cina bertemu di kepentingan bisnis secara umum, dan gas serta
minyak. Cina dan Rusia memiliki hak veto di DK PBB, sebagaimana AS.
AS dan Rusia sudah mengirimkan kapal-kapal perangnya. Iran dengan lantang
menyatakan kesigapannya terlibat langsung, sementara sekutu AS, yakni Israel, sudah
menyiagakan tank-tank tempur di dataran tinggi Golan, perbatasan dengan Suriah.
Karena itu, dapat dibayangkan jika AS jadi menyerang Suriah, maka potensi perang
terbuka akan benar-benar menjadi kenyataan. Suriah akan menjadi panggung
pertunjukan persenjataan canggih dan mutakhir.

Efek global
Perang terbuka di Timur Tengah secara signifikan akan membawa dampak
pelik dan negatif bagi masyarakat internasional secara umum. Keamanan energi
menjadi sektor yang paling terkena dampak. Sebagai ladang minyak terbesar di dunia,
di mana Arab Saudi dan negara-negara Teluk memasok lebih dari 45 persen minyak
dunia, pasar akan merespons negatif terhadap perang Timur Tengah. Ketika terjadi
Arab Spring yang melanda dunia Arab tiga tahun lalu, harga minyak dunia bahkan
mencapai lebih 120 dolar AS/barel.
Stabilitas keamanan internasional jelas terimbas. Indonesia juga tidak lepas
dari kemungkinan itu, lebih-lebih kita sebagai negara pengimpor minyak. Dampak
lanjutannya, keamanan nasional di berbagai negara menjadi melemah dan sangat
rentan bagi munculnya gejolak sosial. Rakyat yang terhimpit oleh mahalnya
kebutuhan pokok yang melambung akibat harga minyak dan dolar AS yang naik,
sangat mudah meluapkan kemarahannya.
Bagi Indonesia, hal semacam ini harus sigap diantisipasi karena dampak
langsung akan dirasakan oleh negeri ini jika perang benar-benar pecah. Setiap hari
Indonesia mengimpor minyak mentah rata-rata 300-400 ribu barel/hari. Stabilitas
ekonomi, sosial, keamanan, dan energi ditumpukan pada tersedianya energi tak
terbarukan ini. Lain cerita jika kita pengekspor minyak.
Walhasil, harapan mewujudkan tata dunia baru yang damai dan sejahtera akan
sia-sia belaka. Perang, di manapun, hanya menjadikan rakyat tak berdosa dan tak
mengerti apa pun, harus menanggung dosa. Mereka pihak pertama yang menjadi
korban adu canggih persenjataan modern. Mestinya, dengan kecanggihan teknologi

senjata dan berlebihnya uang dari minyak seperti Arab Saudi dan negara-negara
Teluk, diperuntukkan bagi kemaslahatan kesejahteraan dan perdamaian dunia, bukan
malah untuk menghancurkan perdamaian dunia.

Penjelasan Lain Mengenai Perang Suriah
Perang Suriah merupakan kasus politik yang penuh intrik. Dari beberapa
sumber yang saya baca, penyebab inti dari perang ini adalah ketidakpuasan rakyat
terhadap pemerintahan presiden Suriah, Bashar al-Assad, yang telah memerintah
hampir lima decade secara ditaktor. Dengan kata lain, rakyat ingin melakukan
revolusi guna mengggulingkan rezim Bashar. Namun dari sumber lain yang
menganalisa lebih dalam, disinyalir bahwa perang ini merupakan skenario imperealis
Barat dan Israel untuk menguasai Suriah melalui penggulingan Bashar al-Assad.
Singkatnya, pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat sejak pemerintahan
Bashar tanpa menyertakan modal Barat, telah mengundang respon pihak Barat.
Pengubahan seluruh transaksi dalam dan luar negeri Suriah dari mata uang dollar AS
menjadi Euro semenjak keluarnya sanksi embargo terhadap Suriah melalui Syria
Accountability Act, membuat AS semakin memanas.
Apalagi ditambah dengan dukungan penuh Suriah kepada kelompok
Hizbullah saat Israel mengagresi Lebanon. Hal ini membuat kebencian AS terhadap
Suriah kian meningkat. Keadaan rakyat Suriah yang menginginkan perubahan
(revolusi) ini dimanfaatkan oleh pihak Barat. Keterlibatan pihak Barat dalam
menggulingkan Bashar al-Assad dibuktikan dengan bantuan AS yang terus mengucur
kepada anggota organisasi oposisi Suriah. Untuk penjelasan lebih mendalam
mengenai peristiwa ini dapat dibaca di sini.
Perkembangan perang Suriah saat ini kian melebar. Pelemparan senjata kimia
oleh pemerintah Suriah di Ibu Kota Damaskus telah memicu serangan militer AS
terhadap Suriah. Hal ini tentunya akan menyebabkan konflik global. Indonesia pun
akan turut terkena dampak buruknya.

1. Kenaikan harga minyak dunia
Suriah, sebagai salah satu negara pengekspor minyak dari Timur Tengah,
sebenarnya hanya memiliki sedikit minyak yang diekspor. Namun, jika Amerika
melakukan penyerangan terhadap Suriah, maka kestabilan Timur Tengah akan
terganggu sehingga menyebabkan suplai minyak juga terganggu. Hal ini tentunya
akan menaikkan kekhawatiran pasar, sehingga mengangkat harga minyak. Indonesia
sebagai negara pengimpor minyak tentunya akan terimbas dampaknya. Harga minyak
dunia yang naik akan berdampak pada anggaran susidi bahan bakar minyak (BBM)
domestik. Dalam keadaan seperti ini kenaikan harga BBM mungkin bisa terjadi lagi.
Namun, dengan kondisi inflasi saat ini yang cukup tinggi, menaikan harga BBM
justru akan memperburuk perekonomian. Alternatif lain kini sedang diupayakan
pemerintah untuk mencegah terjadinya kenaikan BBM jika harga minyak dunia
makin melambung tinggi.
2. Pelemahan nilai rupiah
Dampak perang Suriah terhadap pelemahan nilai rupiah ini masih
berhubungan dengan harga minyak dunia. Kenaikan harga minyak dunia akan
memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap meningkatnya permintaan valuta
asing sebagai negara pengimpor minyak. Kondisi ini menyebabkan nilai rupiah
melemah terhadap US$. Dampak negatif dari penurunan nilai rupiah tersebut akan
meningkatkan biaya impor bahan baku dan mendorong terjadinya inflasi.

Kenaikan Harga Minyak Dunia Bukan Karena
Ancaman Perang Iran
Sejak oktober tahun lalu, harga minyak dunia di bursa berjangka terus meroket.
Orang memberi penjelasan beragam atas fenomena itu. Yang paling umum
mengatakan, kenaikan harga minyak dunia dipicu oleh ancaman perang Iran.
F. William Engdahl, seorang peneliti dari Global Research, berusaha membantah
argumentasi tersebut. Ia melihat kenaikan harga minyak saat ini lebih didorong oleh
aksi spekulasi di Wall Street.
Sejak oktober 2011, harga minyak brent di bursa berjangka terus meledak, dari 100
dollar AS per barel menjadi 120 dollar AS per barel. Namun, pada saat yang
bersamaan, permintaan minyak mentah dunia tidak naik.
Badan Energi Internasional (IEA) melaporkan, pasokan minyak dunia meningkat 1,3
juta barrel per-hari dalam tiga bulan terakhir di tahun 2011, sedangkan permintaan
minyak dunia hanya naik setengah pada periode yang sama.
Penggunaan gasoline menurun di sejumlah negara, seperti di AS (8%) dan Eropa
(22%). Resesi yang melanda eropa, depresi ekonomi di AS, dan perlambatan ekonomi
Jepang, adalah pemicu penurunan permintaan minyak dunia.
Engdahl menyebutkan, harga minyak naik karena tekanan spekulasi di pasar minyak
berjangka oleh Hedge Fund dan bank-bank besar seperti Citigroup, JP Morgan Chase
dan terutama, Goldman Sachs, bank selalu hadir ketika ada uang besar yang
dipertaruhkan dengan pengorbanan kecil.

Mereka mendapat kemudahan dari instansi pemerintah AS yang mengatur pasar
derivative, yakni Commodity Futures Trading Corporation (CFTC).
Menuru Engdahl, saat ini para spekulator—yaitu pedagang berjangka seperti bank
dan hedge fund yang tidak mengambil keuntungan dari perdagangan fisik melainkan
membuat keuntungan dari kertas—sudah mengendalikan 80% bursa berjangka energi.
Awal Maret lalu, Menteri perminyakan Kuwait, Hani Hussein, yang dikutip Engdahl,
mengatakan, “jika mengacu pada teori pemintaan dan penawaran, maka harga minyak
hari ini tidak dapat dibenarkan.”
Gertak-gertakan antara Israel dengan Iran, maupun dengan AS, justru menjadi senjata
untuk memainkan spekulasi minyak. “Dampak dari retorika perang itu menciptakan
latar-belakang ideal untuk memassifkan aksi spekulasi harga minyak,” kata Engdahl.
Selain itu, kata Engdahl, pemicu gelembung harga minyak adalah kebijakan Obama
memberlakukan sanksi ekonomi yang dikenakan pada transaksi minyaak di Bank
Sentral Iran. Dengan melarang Jepang, Korea Selatan dan Uni Eropa untuk tidak
mengimpor minyak dari Iran, Washington telah berhasil mendorong penurunan
drastis pasokan minyak Iran di pasar dunia.
“Dan itu menjadi tenaga pendorong bagi spekulator Wall Street untuk bermain di
harga minyak,” kata Engdahl.
Biasanya, Iran mengirim setidaknya 2,5 juta barrel untuk dunia. Namun sekarang
tinggal 300.000-400.000 barrel per hari.
Baru-baru ini, Menteri Energi Uni Emirat Arab, Mohammad bin Dhaen al-Hamli,
yang berbicara di Forum Energi Internasional di Kuwait, juga menyebut spekulasi
sebagai penyebab kenaikan harga minyak dunia.

“Volatilitas bukan karena pasokan atau permintaan. Hal ini terutama karena
spekulasi dan situasi geopolitik,” katanya.
Pertanyaannya: kalau harga minyak dunia tergantung pada aksi spekulasi, maukah
kita menyerahkan APBN kita untuk terus “digerus” oleh mereka?

UU Minerba No. 4 Tahun 2009 dan Turunannya
Peraturan Menteri no. 7 Tahun 2012
Di dalam aturan ini pemerintah menetapkan larangan ekspor bahan mentah hasil
tambang dan efektif berlaku pada 12 Januari 2014. Artinya pemerintah telah
memberikan waktu untuk para perusahaan tambang termasuk perusahaan tambang
raksaksa seperti Free Port dan Newmont. Karena telah lama sekali rakyat Indonesia
dirugikan karena para perusahaan tambang mengekspor bahan tambangnya tanpa
diolah terlebih dahulu. Peraturan ini pun diterbitkan dan diberlakukan secara
terlambat. Sudah banyak rakyat yang dirugikan karena harus membeli BBM dengan
harga yang mahal walaupun hidup di Negara yang kaya akan sumber daya alam.
Bahkan sekarang pada tahun 2014 dan telah melewati tanggal efektifnya UU dan
Peratura Menteri ESDM tersebut ke dua raksaksa perusahaan tambang seakan “ tak
bergeming “. Mereka tidak menghormati pemerintah dan bahkan menyerang balik,
seperti ancaman PHK massal, melaporkan arbitrase. Selain itu bos Free Port pun
masih berusaha melobi pemerintah Indonesia. Sejauh ini pemerintah tetap bersikukuh
terhadap aturan tersebut sebagaimana yang diberitakan di media massa namun dalam
beberapa waktu ke depan tidak tahu lagi apakah pemerintah sanggup dan mampu “
memperjuangkan kepentingan “ rakyatnya ?

Pelaksanaan UU Minerba, Momen Meningkatkan
Nilai Tawar Indonesia
Direktur Walhi Bengkulu Benny Ardiansyah menegaskan, jika pemerintah tak
mematuhi Undang-undang Mineral dan Batu Bara (Minerba) nomor 4 Tahun 2009
beserta turunannya dalam Permen ESDM nomor 7 Tahun 2012 yang mengamanahkan
agar ekspor bahan mentah hasil tambang tak diperbolehkan lagi terhitung 12 Januari
2014, maka pemerintah melakukan perbuatan melawan hukum.
"Walhi memahami logika pemerintah saat ini karena dengan diberlakukannya aturan
tersebut secara konsisten maka negara dapat mengalami kerugian pendapatan hingga
Rp 60 triliun dan ancaman PHK bagi karyawan dan itu sifatnya sesaat, namun sekali
lagi ini amanat konstitusi tak ada tawar dalam hal ini," kata Benny, di Bengkulu,
Rabu, (25/12/2013).
Ia melanjutkan, selain persoalan patuh hukum, momen ini merupakan nilai tawar bagi
Indonesia untuk meningkatkan nilai tawar dalam hal industri pertambangan yang
selama ini menurutnya selalu berada di bawah dikte perusahaan tambang asing.
"Ini merupakan kedaulatan negara, jika dari pemerintah telah memberikan contoh
untuk mensiasati UU dan Permen maka ini merupakan celaka tiga belas,"
tambahnya.
Dia mengatakan, dengan aturan ini, perusahaan pertambangan wajib mendirikan
pabrik pengolahan bahan tambang setengah jadi sebelum diekspor. Hal ini tentu akan
membuat penyerapan bagi lapangan pekerjaan baru.
Ia mencontohkan, dari provinsi Bengkulu ribuan ton pasir besi di ekspor, namun
negara tidak mendapatkan keuntungan apa pun, karena ada juga peraturan pemerintah

yang menegaskan bea cukai ekspor pasir besi nol persen alias bebas. "Di mana
untungnya negara dalam pertambangan pasir besi jika kita ambil contoh," katanya.
Sebelum aturan ini diberlakukan, Benny meminta aparat penegak hukum untuk
mewaspadai perusahaan pertambangan yang memobilisasi bahan hasil galian secara
besar-besaran.
Sementara itu praktisi hukum Bengkulu, Firnandes Maurisya menyebutkan, hal yang
paling mendasar dalam polemik ini adalah konsistensi pemerintah pada penegakkan
hukum karena jika pemerintah tidak menjalani amanah konstitusi, maka asing atau
investor akan dengan mudah mengangkangi aturan di Indonesia.
"Hal yang paling penting dalam polemik ini adalah konsisten terhadap penegakkan
hukum, jika pemerintah menghormati hukum maka semua akan segan, ini merupakan
titik balik kita untuk dapat berdaulat di bidang perambangan," kata Nandes.

RI Siap Lawan Freeport dan Newmont Jika
Diadukan ke Arbitrase
Pemerintah mengaku siap menghadapi segala bentuk perlawanan dari perusahaanperusahaan tambang apabila ada ancaman penempuhan jalur arbitrase, termasuk dari
dua perusahaan tambang raksasa di Indonesia, PT Freeport Indonesia dan PT
Newmont Nusa Tenggara. Hal ini terkait dengan penolakan pengusaha tambang
terhadap pemberlakuan bea keluar (BK) mineral olahan sebesar 60% hingga 2016.
"(Arbitrase) itu hak dia (Freeport). Kami harus hadapi. Dan saya dengar Newmont
juga ingin melakukan hal yang sama. Ini konsekuensi yang mesti dihadapi," tegas
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa di kantornya, Jakarta,
Kamis (31/1/2014).
Meski begitu, dia mengatakan bahwa Freeport Indonesia maupun perusahaan
induknya yang bermarkas di Amerika Serikat (AS) tidak akan menempuh jalur
arbitrase untuk menyelesaikan persoalan BK tersebut.
Hatta mengakui, hal ini diutarakan CEO dan Presiden Freeport McMoran and Gold
Inc Amerika, Richard Adkerson saat menggelar rapat internal bersama dirinya,
Menteri Perindustrian MS Hidayat dan Menteri Keuangan Chatib Basri, semalam
(29/1/2014).
"Saya belum ketemu Newmont. Tapi Freeport memang bilang tidak bawa ke
arbitrase,"

katanya.

Namun dia menegaskan, pemerintah akan tetap menjalankan kewajiban pengolahan
dan pemurnian (smelter) meskipun dalam aturan Kontrak Karya (KK) tak
mencantumkan hal tersebut. Namun ada Peraturan Pemerintah (PP) dan dua Peraturan
Menteri (Permen) dari Kementerian ESDM serta Kementerian Perdagangan.
Sedangkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) mengatur terkait BK 60%.
"Freeport memang mengatakan kalau sebesar itu (BK) tidak akan bisa beroperasi.
Tapi saya tegaskan masalah BK itu lebih kepada memaksa karena dalam waktu tiga
tahun sudah harus selesai smelternya," ujarnya.
Hatta mengakui bahwa pemerintah akan mempertimbangkan tenaga kerja dan
keberlangsungan usaha perusahaan pertambangan. Dan ini sudah menjadi peraturan
Menteri Keuangan.
"Intinya sampai sekarang (BK) masih seperti itu, belum ada perubahan. Bagaimana
smelter dibangun secepat mungkin karena itu perintah UU. Kita harus laksanakan
seluruh UU dan peraturan karena semua menteri punya pandangan yang sama," tutur
dia.
Terkait kelanjutan pertemuan dengan Freeport, Hatta mengakui, pemerintah belum
menentukan apakah akan kembali menggelar rapat atau tidak. "Kalau soal rapat,
kapanpun bisa. Kalau rapat jangan diatur-atur orang. Mau rapat, ya rapat dan kalau
nggak ya nggak," tandasnya.

Tolak Bangun Smelter, Menperin: Silahkan
Angkat Kaki dari Indonesia
Jakarta - Menteri Perindustrian MS Hidayat kembali menyindir perusahaan tambang,
khususnya asing yang berkukuh menolak aturan membangun smelter. Dua
perusahaan yang selama ini ngotot keberatan dengan implementasi UU Nomor 4
Tahun 2009 soal larangan ekspor bahan mentah adalah PT Freeport Indonesia dan PT
Newmont.
Hidayat mengaku sempat mendengar ada ancaman aneh-aneh dari perusahaan asing
itu. Semisal, jika hilirisasi diwajibkan tahun depan, akan banyak operator tambang
memilih hengkang dari Indonesia. "Saya sempat dengar pernyataan, aturan (hilirisasi)
akan membuat banyak perusahaan keluar, saya persilakan Anda meninggalkan
Indonesia, jika itu memang harga yang harus Anda bayar untuk melawan hukum,"
ujar Hidayat di Jakarta, Rabu (14/8).
Kemarin, PT Freeport ngotot meminta pemerintah memberi dispensasi khusus bagi
mereka agar tidak 100 % melaksanakan hilirisasi pada 2014. Alasannya, sampai tahun
depan mereka baru bisa mengolah 40 % tembaga dan emas di dalam negeri. Sisanya
masih mengandalkan smelter luar negeri. Adapun, kerja sama Freeport dengan mitra
lokal untuk mengolah 60 % sisanya, baru bisa dilaksanakan 3 tahun lagi.
Menperin menegaskan, tidak ada hak khusus bakal diberikan pada Freeport, maupun
Newmont yang juga sudah mengisyaratkan ogah mengikuti aturan. "Tidak ada
perusahaan di Indonesia yang dapat privilege untuk menentang UU, termasuk
Freeport dan Newmont," tegasnya.

Kalaupun nanti, produksi tambang turun karena hilirisasi, pemerintah akan
mempertimbangkan kebijakan alternatif. Namun Hidayat mengingatkan Freeport dan
Newmont agar menunjukkan itikad baik menaati aturan pemerintah untuk mengolah
konsentrat tambang di dalam negeri.
"Pokoknya harus ada goodwill untuk menaati UU, dan memulai upaya (hilirisasi),
kalaupun pada 2014 masih ada stok tersisa belum bisa diproses, tapi itu dibicarakan
nanti. Yang jelas kami ingin melihat semua perusahaan commited tidak mengekspor
bahan mentah," tegasnya.

Bangun Smelter
Terkait hal ini, sehari sebelumnya, PT Freeport Indonesia (PTFI) menandatangani
Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) dengan PT Indosmelt
dan PT Indovasi Mineral Indonesia untuk membangun smelter baru. Hal ini
dilakukan sebagai bentuk penerapan Undang-undang No 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara (UU Minerba). Dengan MoU tersebut nantinya
seluruh hasil tambang tembaga di Indonesia kegiatan pengolahan dan pemurnian
konsentratnya akan dilakukan di dalam negeri.
"Secara prinsip PTFI bersedia untuk memasok konsentrat tembaga yang didasarkan
pada basis harga yang kompetetif atau berdasarkan harga pasar internasional yang
berlaku. Namun PTFI juga mengharapkan dukungan pemanghku kepentingan yang
terkait untuk mensukseskan program hilirisasi.
PTFI juga