AKTUALISASI NILAI-NILAI TRADISI NYADRAN SEBAGAI KEARIFAN LOKAL DALAM MEMBANGUN BUDAYA DAMAI DI GIYANTI, WONOSOBO THE ACTUALIZATION OF NYADRAN TRADITION AS LOCAL GENIUS IN PEACE CULTURE BUILDING IN GIYANTI, WONOSOBO
AKTUALISASI NILAI-NILAI TRADISI NYADRAN SEBAGAI KEARIFAN LOKAL DALAM MEMBANGUN BUDAYA DAMAI DI GIYANTI, WONOSOBO THE ACTUALIZATION OF NYADRAN TRADITION AS LOCAL GENIUS IN PEACE CULTURE BUILDING IN GIYANTI, WONOSOBO
1 2 Nuryani Siti Darisma 3 I Wayan Midhio Triyoga Budi Prasetyo Fakultas Keamanan Nasional
(darisma@idu.ac.id)
Abstrak
Jurnal ini mengkaji mengenai Tradisi Nyadran sebagai sebuah kearifan lokal yang mengandung nilai-nilai perdamaian dan aktualisasinya dalam membangun budaya damai di Giyanti Wonosobo. Adapaun teori dan konsep yang digunakan dalam menganalisis hasil penelitian diantaranya: Perdamaian, Hermeneutika, Kearifan Lokal, Budaya Damai, dan Pertahanan Negara. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode etnografi. Adapun sumber data primer diperoleh melalui hasil observasi dan wawancara langsung dengan berbagai narasumber yang ditentukan dengan teknik purposive sampling. Sedangkan, data sekunder diperoleh dari buku, dokumen maupun literatur yang memiliki relevansi dengan topik penelitian. Hasil penelitian menunjukan bahwa Tradisi Nyadran di Giyanti sudah digelar sejak tahun 1757, dibagi dalam tiga rangkaianyaitu: rangkaian kegiatan menjelang acara inti Tradisi Nyadran, acara inti Tradisi Nyadran dan Merti Dusun. Setiap rangkaian kegiatan dalam Tradisi Nyadran memiliki nilai-nilai yang berkorelasi dengan nilai-nilai perdamaian. Pertemuan nilai ini nyatanya mampu menyatukan masyarakat Giyanti yang berbeda dari segi agama, suku dan golongan. Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam Tradisi Nyadran diaktualisasikan dalam kehidupan sosial masyarakat Giyanti. Masyarakat yang merasa memiliki sejarah yang sama dan berasal dari satu ikatan keluarga membuat budaya damai kian nyata di Dusun Giyanti. Hasil lain dari penelitian yang tidak kalah penting adalah nilai-nilai kearifan lokal yang bersifat universal seperti halnya dalam Tradisi Nyadran di Giyanti, terbukti berkontribusi dalam membangun budaya damai yang berkorelasi dengan upaya pertahanan negara demi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kata Kunci: Kearifan lokal, Tradisi Nyadran di Giyanti, budaya damai, pertahanan negara
Abstract This journal studies about Nyadran tradition as a local genius consists of peace values and its implementation in establishing peace culture in Giyanti Wonosobo.The theories and concepts used in analyzing the research results include: Peace, Hermeneutics, Local Wisdom, Culture of Peace, and National Defence. This research uses qualitative approach with ethnography methodology. Primary sources are collected through direct obsrvation and in-depth interview with several
1 Nuryani Siti Darisma, S.IP, M. Han, Lulusan Program Pascasarjana Universitas Pertahanan Program Studi Damai dan Resolusi Konflik
2 Letjen TNI (Purn) Dr. I Wayan Midhio, M.Phil, Rektor Universitas Pertahanan Tahun 2015-2017 dan Dosen Program Studi Strategi Perang Semesta
3 Letkol Inf. Dr. Triyoga Budi Prasetyo, M.Si, Dosen Universitas Pertahanan Program Studi Damai dan Resolusi Konflik Aktualisasi Nilai-Nilai Tradisi Nyadran Sebagai Kearifan Lokal … | Nuryanti Siti Darisma | 21 3 Letkol Inf. Dr. Triyoga Budi Prasetyo, M.Si, Dosen Universitas Pertahanan Program Studi Damai dan Resolusi Konflik Aktualisasi Nilai-Nilai Tradisi Nyadran Sebagai Kearifan Lokal … | Nuryanti Siti Darisma | 21
Pendahuluan
dengan lingkungan strategis, fakta onflik menjadi bagian yang
tersebut dapat dilihat dari dua sisi yaitu tidak
sebagai modal pertahanan dan potensi kehidupan
ancaman terhadap keutuhan Negara
antarmanusia. Selain karena setiap Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). individu memiliki kepentingannya masing-
Ancaman dalam bentuk konflik masing, konflik juga terjadi karena pada
terjadi di beberapa wilayah di Indonesia dasarnya struktur sosial masyarakat
sebagai bagian dari permasalahan Indonesia itu sendiri yang majemuk.
integrasi yang belum tuntas. Data dari Kemajemukan masyarakat Indonesia
Kementerian Dalam Negeri menujukan dewasa ini dibedakan secara horizontal
pada tahun 2013-2015 terjadi 201 kasus berdasar etnik dan ras atau asal usul
konflik sosial.
keturunan, bahasa daerah, adat istiadat, agama, pakaian, makanan dan budaya material lainnya. Di sisi lain terdapat perbedaan vertikal yang dikelompokkan berdasar penghasilan atau ekonomi,
pendidikan, pemukiman, pekerjaan, dan
4 kedudukan sosial politik . Jika dikaitkan Gambar 1.1 Perbandingan Konflik Sosial (2013- 2015) 5
4 Sutirto, Kerusuhan sosial dan perwujudan perilaku
budaya kekerasan masyarakat kota: studi kasus 5 Bahan Pemaparan pada Rapat Koordinasi Dalam amuk massa di Solo tahun 1981 dan 1998,
Rangka Sosialisasi Kebijakan Penanganan Konflik (Fakultas Sastra, Universitas Sebelas Maret, 2000)
Sosial tahun 2015, Kementerian Dalam Negeri, hal 36
diambil dari kemendagri.go.id 22 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | April 2018 | Volume 4 Nomor 1
Solusi untuk mengakhiri berbagai dengan isu-isu sebagaimana terlihat
konflik yang terjadi jelas memerlukan dalam gambar, cenderung mengalami
kesadaran dan komitmen seluruh warga peningkatan. Salah satu diantaranya
memantapkan adalah konflik dengan nuansa SARA yang
masyarakat
untuk
persatuan dan kesatuan nasional. Dalam masih menjadi momok yang menakutkan
hal ini kearifan lokal dapat menjadi wadah bagi Indonesia. Berbagai peristiwa konflik
untuk membentuk persatuan yang utuh. besar seperti yang terjadi di Ambon,
Nilai-nilai luhur dan kearifan lokal Sampit,
mampu menyatukan pengungsian Ahmadiyah di Mataram, dan
keanekaragaman budaya, tradisi dan Lampung Selatan setidaknya telah
adat-istiadat dalam kaitan kebersamaan menghilangkan nyawa 10.000 warga
yang
saling
menghormati dan
negara Indonesia 8 . Menjelang Pemilihan menghargai . Umum Gubernur Daerah Khusus Ibu Kota
lokal merupakan Jakarta (Pilgub DKI Jakarta) tahun 2017,
Kearifan
pengetahuan masyarakat yang di- isu SARA kembali menjadi headline news
untuk meningkatkan di berbagai media. Tidak hanya sampai di
manfaatkan
kesejahteraan dan menciptakan ke- situ, isu SARA bahkan berlanjut dengan
damaian bagi masyarakat dalam suatu aksi penyerangan tempat ibadah dan 9 komunitas . Nilai-nilai yang terkandung di
tokoh agama seperti yang terjadi di dalamnya berasal dari nilai budaya yang Gereja St Lidwina Bedog Trihanggo,
luhur dan dapat digunakan untuk menata Sleman, Yogyakarta pada 11 Februari
kehidupan bermasyarakat. Kontribusi 2018 7 . Berbagai contoh kasus tersebut
kearifan lokal dalam membangun menyiratkan bahwa intoleransi dan
kehidupan yang damai dapat dilihat pada konflik antarsesama warga bangsa sulit
Kabupaten Wonosobo. dihilangkan dalam komposisi masyarakat
masyarakat
Kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa yang majemuk.
Tengah ini menjadi daerah percontohan
8 Nurmantyo, Memahami Ancaman, Menyadari 6 Wahyudi, Marginalisasi dan Keberadaan
Jati Diri sebagai Modal Membangun Menuju Masyarakat, (Yayasan Pustaka Obor Indonesia,
Indonesia Emas. (Markas Besaer TNI, 2016) hal 2015) hal 66
7 Chairunnisa, Pemerintah Didesak Ungkap Tokoh 9 Sibarani, Kearifan Lokal: Hakikat, Peran dan Penyerangan Gereja St Lidwina, (Minggu, 11
Metode Tradisi Lisan. (Asosiasi Tradisi Lisan, Februari 2018) diambil dari nasional.tempo.co
2012) hal 111-113
Aktualisasi Nilai-Nilai Tradisi Nyadran Sebagai Kearifan Lokal … | Nuryanti Siti Darisma | 23
Kabupaten ramah HAM yang layak dihuni Masyarakat Giyanti merupakan oleh semua golongan 10 . Pasalnya di sana
masyarakat yang memiliki keberaneka- kaum Ahmadiyah dan sekte-sekte
ragaman dalam berbagai aspek. Selain keagamaan lainnya dilindungi dan dapat
keadaan domografi, perbedaan sudut hidup damai berdampingan dengan
pandangan, agama, bahkan pilihan politik masyarakat dari agama lainnya. Di tengah
juga menjadi hal yang biasa terjadi. kemajemukan dalam struktur sosial
Perbedaan tidak pernah menjadi masalah masyarakatnya, Kabupaten Wonosobo
serius yang memicu terjadinya konflik mampu menjaga toleransi.
terbuka. Walaupun demikian, potensi Masyarakat Kabupaten Wonosobo
konflik tetap mengintai mengingat pada umumnya adalah bagian dari Suku
perbedaan sering kali menjadi pemicu Jawa dan mayoritas merupakan pemeluk
konflik dan kekerasan. Dalam hal ini agama Islam yang taat. Di sisi lain, pada
Tradisi Nyadran menjadi wadah bagi sebagian
masyarakat untuk memperkuat persatuan Wonosobo, kebudayaan Jawa baik tradisi
masyarakat
Kabupaten
dan mengokohkan perdamaian. Sebagai maupun adat istiadat masih mendarah
sebuah kearifan lokal, Tradisi Nyadran daging. Banyak tradisi maupun ritual yang
dapat dijadikan sebagai alternatif dalam ada, Tradisi Nyadran di Giyanti, Desa
mencegah dan melesaian konflik sosial. Kadipaten,
Nilai-nilai positif yang terkandung merupakan salah satu tradisi yang
Kecamatan
Selomerto
dalam setiap kearifan lokal baik dalam terkenal dan menjadi telah menjadi even
bentuk kesenian, permainan maupun dalam kalender pariwisata kabupaten
ajaran dapat digali dan diaktualisasikan Wonosobo. Berbeda dengan Tradisi
dalam kehidupan sosial sehari-hari. Nyadran di daerah lain di Jawa Tengah, di
Aktualisasi dari nilai-nilai inilah yang Dusun Giyanti, Tradisi Nyadran diikuti
selanjutnya akan berkontribusi bagi rangkaian kegiatan lain yang masih
dalam rangka berkaitan
kemampuan
sosial
pertahanan nirmiliter. Potret kerukunan masyarakat setempat.
dan toleransi dalam pelaksanaan Tradisi Nyadran di Dusun Giyanti dapat menjadi
contoh nyata bahwa perbedaan baik itu
10 Saputra, Wonosobo, Daerah Percontohan
suku, agama, ras maupun golongan
Ramah HAM (7 Maret 2014), diambil dari SindoNews.com
bukan menjadi masalah yang dapat 24 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | April 2018 | Volume 4 Nomor 1 bukan menjadi masalah yang dapat 24 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | April 2018 | Volume 4 Nomor 1
sosial atau tidak adanya kekerasan Keadaan
Sedangkan, Perdamaian pertanyaan besar dalam penelitian ini,
negatif (negative peace), menggambarkan mengapa masyarakat yang majemuk di
damai semata-mata sebagai ketiadaan sana tetap bisa hidup berdampingan dan
konflik kekerasasn (the absence of violent bagaimana kaitannya Tradisi Nyadran
Perspektif seperti ini dengan kondisi masyarakat tersebut.
conflict).
bahwa perdamaian Bertolak dari uraian latar belakang dan
memandang
ditemukan kapanpun ketika tidak ada pertanyaan besar dalam penelitian ini,
perang atau bentuk-bentuk kekerasan maka rumusan masalah dijabarkan dalam
langsung yang teroganisir. pertanyaan penelitian berikut.
Perdamaian juga mengandung nilai-
1. 12 Bagaiamana kontribusi nilai-nilai yang nilai yang oleh Lincoln dan Amalee terkandung pada rangkaian kegiatan
dijelaskan sebagai berikut. Tradisi Nyadran dalam mewujudkan
1. Menerima diri (proud to be me) artinya perdamaian di Giyanti Wonosobo?
bahwa setiap orang adalah ciptaan
2. Bagaimana aktualisasi nilai-nilai Tradisi Allah yang berharga dengan kekuatan Nyadran dalam membangun budaya
dan kelemahannya, memahami dan damai di Giyanti Wonosobo?
menerima diri sendiri adalah titik awal menerima orang lain.
Tinjauan Pustaka
2. Prasangka (no suspicion no prejudice);
Teori Perdamaian
fokus untuk tidak menghakimi Perdamaian oleh Galtung 11 dilihat dalam
seseorang sebagai individu karena dua kategori, perdamaian positif (positive
melihat sisi luarnya saja. peace) dan perdamaian negatif (negative
3. Perbedaan etnis (different culture but peace). Perdamaian positif adalah situasi
still friends); menekankan untuk tidak tiadanya segenap masalah struktural yang
berpikir negatif tentang orang-orang dapat menebar benih ketidakpuasan
dari budaya yang berbeda. Sebaliknya, sehingga menyulut konflik. Perdamaian
dalam hubungan sosial seharusnya masyarakat belajar dari hubungan
11 Galtung, Studi Perdamaian: Perdamaian dan
Konflik, Pembangunan dan Peradaban (Pustaka 12 Lincoln,dan Amalee, Peace Generation: 12 Nilai Eureka, 2003) hal 7-14
Dasar Perdamaian (Pelangi Mizan,2008) Aktualisasi Nilai-Nilai Tradisi Nyadran Sebagai Kearifan Lokal … | Nuryanti Siti Darisma | 25 Dasar Perdamaian (Pelangi Mizan,2008) Aktualisasi Nilai-Nilai Tradisi Nyadran Sebagai Kearifan Lokal … | Nuryanti Siti Darisma | 25
keseragaman tetapi dalam penerimaan
4. Perbedaan agama (different faiths but menghormati perbedaan. not enemies); menunjukkan bahwa
9. Konflik (conflict can help you grow); perbedaan agama harus ditangani
nyatanya konflik tidak bisa dihindari secara damai dan hormat. Ada banyak
tetapi selalu ada sisi positif yang dapat kesamaan dalam agama tetapi juga
diambil dan bagaimana memilih orang- perbedaan yang signifikan. Arahkan
orang yang bisa mengarah ke perbedaan melalui dialog bijaksanaan
perdamaian.
dan gaya hidup yang meyakinkan
10. Menolak kekerasan (use your brain not orang
your brawn); kekerasan tidak pernah menggunakan
menyelesaikan masalah. mengubah orang lain.
penolakan kekerasan
untuk menyelesaikan female both are human); membangun
5. Perbedaan jenis kelamin (male and
diperlukan
konflik.
hubungan saling
11. Mengakui kesalahan (not too proud to menghormati antargender
hormat
dan
admit mistakes); mengakui kesalahan mempelajari sesuatu dari satu sama
untuk
dan meminta maaf sangat penting lain
menyelesaikan konflik. kesetaraan.
dalam rangka
memahami
dalam
Penyesalan yang benar dan mendalam
6. Perbedaan status ekonomi (rich but dapat mencakup perubahan perilaku. not proud, poor but not embarrassed);
12. Memberi maaf (don’t be stingy when setiap orang harus memperlakukan
forgiving others); memaafkan adalah orang lain dari semua kelas ekonomi
sebuah pilihan dan merupakan jalan secara sama rata.
menuju perdamaian.
7. Perbedaan kelompok atau geng Berkaca pada permasalahan SARA (gentlemen don’t need to be gangsters);
di Indonesia, perdamaian dalam konteks dalam hal ini eksklusifitas kelompok-
masyarakat majemuk tidaklah mudah kelompok menyebabkan perilaku
untuk diwujudkan. Walaupun kekerasan negatif dan merusak hubungan.
fisik dapat dicegah, namun kekerasan
8. Keanekaragaman (the beauty of secara struktural tidak dapat dipungkiri. diversity); dapat dimaknai bahwa
Perdamaian masih kalah jika dibenturkan 26 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | April 2018 | Volume 4 Nomor 1 Perdamaian masih kalah jika dibenturkan 26 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | April 2018 | Volume 4 Nomor 1
merekonstruksi ataupun mereproduksi kiranya jika melihat perdamaian dalam
makna seperti apa. Hal ini selanjutnya konteks pluralisme agama.
disebut sebagai historical understanding atau kesadaran sejarah.
Teori Hermeneutika
Hermeneutika secara harfiah dapat
Konsep Kearifan Lokal
berkaitan dengan interpretasi 13 . Pada penelitian budaya,
diartikan sebagai
penafsiran atau
Kearifan
lokal
pengetahuan masyarakat setempat yang penggunaan hermeneutika juga sangat
untuk meningkatkan dibutuhkan untuk mencari makna di balik
dimanfaatkan
dan menciptakan sebuah objek melalui metode penafsiran
kesejahteraan
kedamaian bagi masyarakat dalam suatu tertentu, atau melalui refleksi filosofis
komunitas. Baginya, kearifan lokal dalam filsafat. Dilthey 14 mengemukakan
kebenaran yang bahwa hermeneutika diterapkan pada
merupakan
sesungguhnya karena benar bermanfaat objek geisteswissen-schaften (ilmu-ilmu
bagi kehidupan manusia, hal yang sama budaya) yang menganjurkan metode
secara hakikat dengan filsafat untuk khusus yaitu pemahaman (verstehen).
mencari kebenaran yang sesungguhnya. Verstehen memiliki pengertian sebagai
Kebenaran yang sesungguhnya berasal pemahaman subjektif yang digunakan
dari nilai budaya yang luhur yang sebagai metode untuk memperoleh
digunakan untuk kebijaksanaan atau pemahaman yang valid tentang arti 15 kearifan menata kehidupan .
subjektif tindakan sosial. Metode ini Nilai-nilai asli Indonesia trsebut, muncul karena kepentingan praktis
terbukti mampu mengakomodir semua manusia hendak mengkomunikasikan
kelompok menjadi maksud yang ada dalam kehidupan sosial
kepentingan
perpaduan yang serasi dan harmonis. sebagai pikiran objektif. Sebagaimana
Nilai-nilai tersebut merupakan kearifan agama, hukum, negara, adat, dan lain
lokal yang dapat membawa Indonesia ke sebagainya. Untuk mendapatkan makna
puncak
kejayaan.
Sejarah telah
13 Sumaryono. Hermeneutik Sebuah Metode
Filsafat (Kanisius, 1993) hal 23 15 Sibarani, Kearifan Lokal: Hakikat, Peran dan 14 Mulyono, Belajar Hermeneutika (Diva Press,
Metode Tradisi Lisan(Asosiasi Tradisi Lisan, 2012) hal 100
2012) hal 111-113
Aktualisasi Nilai-Nilai Tradisi Nyadran Sebagai Kearifan Lokal … | Nuryanti Siti Darisma | 27 Aktualisasi Nilai-Nilai Tradisi Nyadran Sebagai Kearifan Lokal … | Nuryanti Siti Darisma | 27
Komitmen untuk merupakan bangsa yang disegani dan
Indonesia
Keempat,
berpartisipasi penuh dalam proses dikagumi oleh bangsa-bangsa lain di
pemenuhan kebutuhan untuk generasi dunia. Nilai-nilai luhur dan kearifan lokal
sekarang dan generasi yang akan datang. masyarakatnya mampu menyatukan
Kelima, menghargai dan mengedepankan keberanekaragaman budaya, tradisi dan
kesetaraan hak dan kesempatan bagi adat-istiadat dalam ikatan kebersamaan
kaum perempuan dan laki-laki. Keenam, yang
penerimaan atas hak-hak asasi setiap menghargai 16 .
saling menghormati
dan
orang untuk kebebasan berekspresi, opini dan informasi. Ketujuh, penghormatan
Konsep Budaya Damai
terhadap prinsip-prinsip kebebasan, Budaya damai (culture of peace) dipahami
keadilan, demokrasi, toleransi, solidaritas, bukan sebagai suatu kondisi yang ada
kerja sama, pluralisme, keanekaragaman begitu saja sebagai suatu pemberian dan
budaya, dialog dan saling pengertian harus diterima oleh manusia. Deklarasi
antarbangsa, antaretnik, agama budaya, PBB 17 menyatakan bahwa budaya damai
dan kelompok lain dan serta individu. adalah seperangkat nilai, sikap, tradisi, cara-cara berperilaku, dan jalan hidup
Kosep Pertahanan Negara
yang merefleksikan dan menginspirasi Pada hakikatnya, pertahanan negara yang sebagai berikut.
semesta, yang terhadap hidup dan hak asasi manusia.
Pertama, respek
bersifat
penyelenggaraannya didasarkan pada Kedua, penolakan terhadap segala
kesadaran terhadap hak dan kewajiban kekerasan dalam segala bentuknya dan
seluruh warga negara serta keyakinan komitmen untuk itu. Ketiga, mencegah
akan kekuatan sendiri. Kesemestaan konflik kekerasan dengan memecahkan
mengandung makna pelibatan seluruh akar penyebab melalui dialog dan
rakyat dan segenap sumber daya negosiasi.
nasional, serta seluruh wilayah negara sebagai satu kesatuan pertahanan yang
16 Nurmantyo, Memahami Ancaman, Menyadari Jati Diri sebagai Modal Membangun Menuju
Indonesia Emas (Markas Besar TNI, 2016) hal 41 17 Jamil, Tradisi Ikhtilaf dan Budaya Damai di
Pesantren (Litbang, 2012) 28 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | April 2018 | Volume 4 Nomor 1 Pesantren (Litbang, 2012) 28 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | April 2018 | Volume 4 Nomor 1
kualitatif yang didalamnya peneliti terlibat Pertahanan negara sebagai mana
dalam pengalaman yang berkelanjutan yang tertuang dalam UUD 1945,
dan terus-menerus dengan partisipan. menekankan pada peran aktif dari seluruh
pendekatan kualitatifnya rakyat Indonesia dalam mempertahankan
Jenis
menerapkan rancangan etnografi untuk negara yang meliputi kedaulatan negara,
menggali nilai-nilai dari Tradisi Nyadran keutuhan wilayah, dan keselamatan
sebagai suatu bentuk kearifan lokal segenap bangsa dari segala ancaman. Hal
masyarakat di Dusun Giyanti. Dalam hal ini juga telah ditegaskan dalam Pasal 30
ini, peneliti melakukan observasi langsung Undang-Undang Dasar Negara Republik
dengan tinggal di rumah penduduk Dusun Indonesia Tahun 1945, Bab XII Pertahanan
Giyanti selama satu bulan dan ikut terlibat dan Keamanan Negara. Pasal 30 ayat (1)
langsung menjelang waktu pelaksanaan, berbunyi tiap-tiap warga negara berhak
pada saat pelaksanaan rangkaian dan wajib ikut serta dalam usaha
kegiatan Tradisi Nyadran dan setelahnya pertahanan dan keamanan negara. Pasal
guna mempelajari arti atau makna dari
30 ayat (2) berbunyi usaha pertahanan pola perilaku dan interaksi sosial dan keamanan negara dilaksanakan
masyarakat setempat dalam kaitannya melalui sistem pertahanan dan keamanan
dengan tema penelitian ini. rakyat semesta oleh Tentara Nasional
Sebagai bahan analisis, maka Indonesia dan Kepolisian Neara Republik
sumber data dibagi menjadi yaitu data Indonesia sebagai kekuatan utama dan
primer dan data sekunder. Data primer rakyat sebagai kekuatan pendukung.
diperoleh melalui wawancara mendalam Sejarah
dengan berbagai narasumber yang Indonesia menjadi bukti keberhasilan dari
perjuangan
kemerdekaan
ditentukan melalui teknik purposive sistem pertahanan rakyat semesta ini.
sampling dan observasi langsung di
Desain Penelitian
lapangan. Data sekundernya diperoleh Merujuk pada metode penelitian yang
dari pengumpulan berbagai dokumen dikembangkan oleh Creswell 19 , dalam
serta materi audio dan visual yang
18 Kementerian Pertahanan Republik Indonesia, 19 Creswell, Research Design: Pendekatan Metode Buku Putih Pertahanan Indonesia (Kementerian
Kualitatif, Kuantitatif, dan Campuran. (Pustaka Pertahanan Republik Indonesia, 2015)
Pelajar, 2016)
Aktualisasi Nilai-Nilai Tradisi Nyadran Sebagai Kearifan Lokal … | Nuryanti Siti Darisma | 29 Aktualisasi Nilai-Nilai Tradisi Nyadran Sebagai Kearifan Lokal … | Nuryanti Siti Darisma | 29
yang memiliki dilakukan dengan triangulasi data yang
masyarakat
keberanekaragaman dalam berbagai meliputi triangulasi sumber, triangulasi
aspek. Secara administratif masyarakat teknik dan triangulasi waktu.
Giyanti seluruhnya berkewarganegaraan Indonesia dengan tambahan dua negara
Pembahasan
asing yaitu Jepang dan Korea Selatan.
Gambaran Umum Subjek dan Objek
Kedua. Sampai saat ini, penduduk Giyanti
Penelitian
secara garis besar terbagi dalam 3 agama Dusun Giyanti terletak di tengah-tengah
yaitu Islam, Katolik, dan Kristen, ditambah tiga kecamatan yaitu, Kecamatan Kertek,
Pangestu sebagai kepercayaan. Selain Selomerto dan Wonosobo. Dusun ini juga
keadaan domografi, perbedaan sudut merupakan salah satu dari empat dusun
pandangan, agama, bahkan pilihan politik (Klurahan, Giyanti, Limbangan, Manggis)
juga menjadi hal yang biasa terjadi. di Desa Kadipaten, Kecamatan Selomerto,
Walaupun demikian, perbedaan tidak Kabupaten Wonosobo. Jarak tempuh
pernah menjadi masalah serius yang Dusun Giyanti sekitar ± 8 Km dari ibu kota
memicu terjadinya konflik terbuka. Kabupaten Wonosobo dan ± 4 Km. Letak
Sebaliknya, masyarakat Giyanti dapat Dusun Giyanti yang bukan di pusat
hidup rukun berdampingan ditengah- Kabupaten Wonosobo tidak membuat
tengah perbedaan.
Masyarakat Giyanti tidak pernah keberadaannya lebih terkenal daripada
dusun ini terpinggirkan,
justru
meninggalkan nilai-nilai tradisi asli yang desanya. Dusun Giyanti dikenal sebagai
diwariskan turun-temurun oleh nenek salah satu Desa Wisata Budaya di
moyang mereka. Budaya modern yang Wonosobo sekaligus pusat kesenian
masuk tidak serta-merta menggantikan Lengger
masyarakat justru profesionalnya. Keunikan lain yang
memadukan keduanya untuk mengikuti disuguhkan dari Dusun Giyanti sebagai
perkembangan zaman. Seni baik itu seni Desa Wisata Budaya adalah kreatifitas
tari, seni musik, seni lukis dan kerajinan warga Dusun Giyanti yang mewarnai
justru banyak diminati dan dijadikan rumah-rumah mereka yang berada di
sebagai sumber mata pencaharian pinggir jalan.
masyarakat Giyanti. Bahkan untuk sumber 30 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | April 2018 | Volume 4 Nomor 1 masyarakat Giyanti. Bahkan untuk sumber 30 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | April 2018 | Volume 4 Nomor 1
dalam Tradisi Nyadran bahkan penduduk dan budaya di Giyanti termasuk Tradisi
asli Giyanti yang merantau di luar Nyadran.
daerahpun rela meluangkan waktunya Pada masyarakat Giyanti, Tradisi
untuk pulang demi mengikuti kegiatan Nyadran atau disebut juga Nyadran Sura 20 tersebut .
merupakan acara
wajib
yang
diselenggarakan rutin setiap tahun.
Nilai-Nilai
Tradisi
Nyadran dalam
masyarakat Giyanti
tidak
pernah
Mewujudkan Perdamaian di Giyanti
meninggalkan tradisi ini sejak pertama Tradisi maupun adat istiadat yang digelar pada tahun 1757 oleh leluhur
termasuk dalam kebudayaan Jawa pada pendiri dusun. Menjelang pelaksanaan
hakikatnya memuat beberapa elemen Tradisi Nyadran, seluruh masyarakat ikut 21 dasar , yaitu: 1) kepercayaan kepada
andil membantu persiapan setiap Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta; rangkaian kegiatan tradisinya tanpa
2) keyakinan bahwa manusia saling memandang usia, agama maupun
memengaruhi satu sama lain dalam golongan. Bukan hanya sekedar perayaan
keselamatan dan tahunan
mewujudkan
kesejahteraan; 3) menjunjung tinggi sikap memaknai Tradisi Nyadran sebagai
rukun dan damai yang terangkum dalam ungkapan rasa syukur atas keharmonisan
semboyan mamayu hayun ing bawana dusun mereka. Sebuah kearifan lokal yang
(memelihara kesejahteraan dunia); dan 4) tetap dijaga kelestariannya sampai saat
memelihara keseimbangan hidup lahir ini.
dan batin. Oleh karenanya, pada Banyaknya
masyarakat Wonosobo tradisi dan adat dalam Tradisi Nyadran di Giyanti
rangkaian
kegiatan
istiadat bukan hanya sebuah ritual, tapi membuat panitia penyelenggara harus
juga digunakan sebagai alat pemersatu. membaginya dalam beberapa hari.
Mengingat secara demografi masyarakat dilaksanakan dalam waktu satu minggu
merupakan masyarakat penuh. Namun, partisipasi masyarakat
Wonosobo
pluralis dimana seluruh agama yang dalam setiap rangkaian kegiatannya tidak
20 Wawancara dengan A.Kustanto, 5 Oktober 2017
pernah berkurang.
Sebaliknya,
21 Partokusumo, Kebudayaan Jawa, perpaduannya dengan Islam (Ikatan Penerbit Indonesia ,1995)
masyarakat Giyanti justru antusias
hlm.194
Aktualisasi Nilai-Nilai Tradisi Nyadran Sebagai Kearifan Lokal … | Nuryanti Siti Darisma | 31 Aktualisasi Nilai-Nilai Tradisi Nyadran Sebagai Kearifan Lokal … | Nuryanti Siti Darisma | 31
Rangkaian kegiatan hidup dan berkembang. Di sisi lain,
Pertama,
menjelang acara inti Tradisi Nyadran di masyarakat dari berbagai etnis dapat
Giyanti yang paling banyak menyita waktu hidup rukun dan saling menghargai 22 .
dan perhatian didominasi oleh hiburan, Setiap kebudayaan baik dalam
seperti Pawai Budaya atau Karnaval bentuk tradisi maupun ritual tertentu
Budaya dan pentas seni baik kesenian tidak lepas dari nilai-nilai sosial. Nilai-nilai
tradisional maupun modern. Pentas seni tersebut juga digunakan untuk mengatur
khususnya yang bisa memakan waktu masalah kemasyarakatan dalam arti luas.
sampai sehari semalam, namun tidak Mengenai rangkaian kegiatan dalam
pernah sepi penonton. Sedangkan Tradisi Nyadran di Giyanti yang dikemas
kegiatan lainnya merupakan bagian dari melalui ritual, doa dan hiburan secara
persiapan acara inti Tradisi Nyadran, implisit dapat dilihat sebagai upaya untuk
terdiri dari Bersih Dusun, Dekorasi menjaga hubungan yang harmonis
Panggung, Membuat Tempat Makanan dengan Tuhan Yang Maha Esa dan roh
dan Rias Tenong, serta Mengirim para leluhur pendiri dusun serta yang
Makanan ke Sanak Saudara yang Tinggal utama menjaga hubungan baik dengan
di Luar Dusun Giyanti. Rata-rata kegiatan sesama.
tersebut hanya berlangsung setengah perwujudan dari elemen ketiga yaitu
hari karena dilakukan secara bersama- menjunjung tinggi sikap rukun dan
sama. Seluruh rangkaian kegiatan damai 23 .
tersebut –termasuk yang sifatnya hiburan Oleh karena itu, nilai-nilai yang
sekalipun – sama-sama memiliki nilai yang terkandung di dalamnya sepantasnya
berkorelasi dengan nilai perdamaian. dijaga dan dijadikan pegangan hidup.
Tradisi Nyadran telah membuktikan Memudahkan pembahasan, maka peneliti
eksistensinya sebagai sebuah kearifan membagi rangkaian kegiatan Tradisi
lokal yang mampu bertahan ditengah Nyadran menjadi tiga bagian sebagai
gempuran kebudaya asing yang masuk berikut.
bersamaan dengan arus globalisasi. Dikaitkan dengan nilai-nilai perdamian
22 Wawancara dengan Kholiq Arif, 28 September
oleh Lincoln dan Amalee (2008), nilai-nilai
23 2017 Partokusumo, Kebudayaan Jawa, perpaduannya
perdamian dalam lirik lagu Kemenyan
dengan Islam (Ikatan Penerbit Indonesia ,1995) hlm.194
Putih mengarah pada menghargai 32 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | April 2018 | Volume 4 Nomor 1 Putih mengarah pada menghargai 32 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | April 2018 | Volume 4 Nomor 1
menjadi nilai penting untuk menghindari keanekaragaman
pertentangan agar negara kuat. Kedua, Acara inti Tradisi Nyadran Nilai-nilai perdamaian dari rangkaian
lebih fokus pada ritual dan adat yang kegiatan lainnya menjelang Tradisi
sudah turun-temurun diwariskan sebagai Nyadran tercermin dari keperdulian
kekayaan budaya Dusun Giyanti. Acara masyarakat Giyanti akan berjalannya
inti Tradisi Nyadran di Giyanti diawali tradisi ini. Masyarakat secara bersama-
dengan prosesi ziarah makam leluhur sama menyumbangkan waktu, tenaga,
pendiri dusun. Ritual ini pada masyarakat pikiran dan dana yang tidak sedikit demi
memainkan peran penting secara religius. kerberhasilan
masyarakat terhadap Kebersamaan yang terjalin bukti bahwa
kehadiran leluhur dan pengaruhnya pada seluruh rangkaian kegiatan Tradisi
kehidupan di Dusun Giyanti nyatanya Nyadran
masih dipegang teguh sampai saat ini. penghargaan atas perbedaan. Secara
mengedepankan
nilai
Namun, seiring dengan kuatnya ajaran sadar masyarakat merasa telah menjadi
agama Islam, perlahan makna dari ritual bagian dari sistem sosial Dusun Giyanti
ini mulai bergeser. Ziarah kubur lebih yang artinya ikut bertanggungjawab
diutamakan sebagai doa kepada Allah dalam menjaga kebudayaan leluhur. Di
untuk memohon kebaikan bagi para sisi lain, bentuk nyata dari keperdulian
pendiri Dusun Giyanti. Bagi masyarakat ini masyarakat
sarana untuk bergotong
instrospeksi diri bahwa yang hidup lingkungan, membuat tempat makanan
royong
membersihkan
sejatinya akan mati juga, sehingga apa dan mendirikan panggung.
yang sudah dilakukan selama satu tahun Begitupula dalam kegiatan berkirim
patut direnungkan dan diperbaiki di tahun makanan, secara tidak langsung setiap 24 selanjutnya .
orang menyadari dirinya adalah mahkluk Terdapat beberapa keunikan dalam sosial, memiliki relasi sosial yang
ritual ziarah makam leluhur, dimana menuntut
dalam ritualnya untuk menghormati Ki menunjukan sikap yang beradab sesuai
masing-masing
orang
24 Wawancara S. Sosrowardoyo, komunikasi
norma yang berlaku.
Karenanya
personal, 4 Oktober 2017
Aktualisasi Nilai-Nilai Tradisi Nyadran Sebagai Kearifan Lokal … | Nuryanti Siti Darisma | 33
Mertoloyo yang merupakan seorang Pada malam hari setelah acara di panglima perang Kerajaan Mataram,
Sanggar Kertojanti, ada doa lintas agama peserta yang mengikuti prosesi ziarah
dimana masyarakat membacakan doa makam membawa boneka Ki Mertoloyo
dengan bergantian. Masyarakat muslim dan Ki Monyet dikawal oleh para pemuda
berdoa dengan cara tahlilan, selanjutnya menggunakan pakaian adat Jawa dan
disusul masyarakat Katolik dengan membawa tombak layaknya prajurit
kendurenan. Kerukunan umat beragama kerajaan. Kemudian, jalan yang dilalui
di Giyanti terlihat ketika dalam proses harus melintasi rumah Alm. Mbah Hadi
berdoa semua khusuk mendengarkan Suwarno sampai kembali ke Sanggar
tidak ada yang berbicara ketika Kertojanti diiringi tenongan ibu-ibu yang
masyarakat yang muslim maupun Katolik masih
doa. Masyarakat pantangan untuk merubah rute jalan
terus dipertahankan.
Ada
membacakan
memahami kegiatan doa ini adalah tersebut dan diyakini oleh masyarakat
sebagai sarana memohon keselamatan akan mendatangkan kesulitan dalam hal
dan kesejahteraan bagi masyarakat rezeki, sehingga sampai saat ini jalan yang
Giyanti apapun agamanya. Inilah wujud dilalui masih sama seperti saat Tradisi
keseimbangan antara kehidupan spiritual Nyadran
dan sosial pada masyarakat Giyanti yang sebelumnya. Ini bukti bahwa masyarakat
berbeda dilihat dari nilai kehidupan sosial Giyanti sebagai bagian dari masyarakat
masyarakat yang adil.
Jawa memegang teguh keyakinan dan
dilanjutkan dengan tradisi lama yang telah mengakar kuat
Kegiatan
Salametan Kobol-Kobol, suatu perpaduan dan sulit dihilangkan atau diubah.
antara adat dan ritual keagamaan yang Beberapa kegiatan lain dalam
hanya ada di Giyanti. Pada prosesinya rangkaian acara inti Tradisi Nyadran yang
terdapat nasi tumpeng yang secara juga berkorelasi dengan nilai-nilai
simbolis menjadi ikon kegiatan ini. Bapak- perdamaian
bapak yang hadir dalam Salametan Kobol- Makanan dalam Tenong dan makan
diantaranya
Rebutan
Kobol wajib membawa nasi dengan bersama. Ini sebagai wujud dari nilai tidak
bentuk mengunung (tumpeng) untuk adanya prejudice dalam interaksi sosial
ditukar dengan yang lain dan dimakan masyarakat yang pluralis.
bersama setelah doa dan menari. Nasi tumpeng dipilih karena memiliki makna
34 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | April 2018 | Volume 4 Nomor 1 34 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | April 2018 | Volume 4 Nomor 1
nenek moyang atau leluhur pendiri Dusun kerukunan agamanya kokoh, seluruh
Giyanti mendapatkan tempat yang damai masyarakat berjalan lurus berdampingan, 25 di sisi Tuhan .
sehingga tidak menimbulkan perselisihan Sehingga, secara lengkap seluruh atau konflik.
rangkaian dalam acara inti Tradisi Di sisi lain, pembacaan Babad
mengandung nilai-nilai (sejarah) Dusun Giyanti oleh Kepala
Nyadran
perdamaian yang secara garis besar Dusun menjadi memontum untuk
bertujuan untuk menghindari konflik mengingatkan masyarakat khususnya
melalui kebersamaan.
generasi muda pada jasa pendiri dusun. Ketiga, kegiatan terakhir dalam Hal tersebut jugalah yang menjadikan
Tradisi Nyadran di Giyanti adalah Merti masyarakat Giyanti tidak pernah lupa
Merti Dusun di Giyanti akan jati dirinya dan bangga menjadi
Dusun.
dilaksanakan dengan pagelaran Wayang bagian dari dusun yang damai. Hal lain
Kulit sampai satu hari dan dua malam sebagai pelengkap dalam seluruh
penuh. Walaupun demikian, masyarakat rangkaian acara inti Tradisi Nyadran yang
tetap antusias menyaksikan pagelaran ini wajib ada yaitu sesaji. Hadirnya sesaji
siang dan malam. Terkait lamanya waktu sebagai makna bahwa setiap masyarakat
yang disediakan oleh panitia, karena Giyanti memiliki rasa solidaritas dan
memang kemauan dari masyarakatnya ungkapan kebaikan sosial pada sesama.
Wayang Kulit Secara umum makanan yang disediakan
sendiri.
Pagelaran
merupakan wujud kecintaan masyarakat berupa nasi gurih dan lauk seperti ayam,
terhadap budaya Jawa. ketan dan kue-kue yang disebut jajanan
Substansi nilai-nilai dalam cerita pasar seperti apem dan kolak. Secara
pewayangan tersebut juga berkaitan Jawa, keseluruhan makanan dalam sesaji
dengan kehidupan manusia diantaranya tersebut merupakan simbol. Misalnya,
menyangkut kehidupan pribadi, sosial, ketan merupakan simbol dari kesalehan
dan religius. Cerita yang relevan dengan yang disebut oleh masyarakat Jawa
bermasyarakat sebagai ketho’an. Kolak yaitu simbol
kehidupan
sosial
karakter tokoh kebenaran atau kolado, sedangkan apem
tergambar
dari
25 Wawancara A.M.Prayitno, komunikasi personal,
adalah simbol dari permintaan maaf.
3 Oktober 2017
Aktualisasi Nilai-Nilai Tradisi Nyadran Sebagai Kearifan Lokal … | Nuryanti Siti Darisma | 35 Aktualisasi Nilai-Nilai Tradisi Nyadran Sebagai Kearifan Lokal … | Nuryanti Siti Darisma | 35
menerima makanan yang disediakan oleh keburukan. Sebagai
kebaikan
dan
masyarakat non muslim, tidak ada ceritanya bahwa tokoh yang mempunyai
penutup dari
kecurigaan apakah itu makanan halal atau moral dan budi pekerti yang baik akan
tidak. Karena warga non muslim sendiri selalu berhasil mengalahkan keburukan.
sadar bahwa apa yang mereka hidangkan Nilai seperti ini akan menjadikan manusia
akan ikut dinikmati oleh warga muslim. sadar sebagai bagian dari makhluk sosial
Saling menghargai dan menghormati dan memiliki ikatan kekeluargaan yang
agama atau keyakinan yang dianut oleh mengacu pada hubungan antarindividu
masing-masing orang menjadi nilai dalam kehidupan sosial dan bermuara
perdamaian yang mengutamakan Hak pada ketenteraman dan kedamaian hidup
Asasi Manusia (HAM).
bersama. Merangkum hal tersebut dan untuk Pagelaran wayang dalam Tradisi
mempermudah pemahaman mengenai Nyadran di Giyanti tidak hanya sebagai
nilai-nilai perdamian dalam setiap upaya untuk melestarikan budaya Jawa,
rangkaian kegiatan tradisinya, hasil tapi secara lebih mendalam masyarakat
analisis dibuat di tabel halaman berikut. juga ikut meneladani karakter tokoh baik dalam cerita tersebut. Selanjutnya, nilai-
Aktualisasis Nilai-Nilai Tradisi Nyadran
nilai dalam cerita pewayangan tersebut
dalam Membangun Budaya Damai di
ikut mempengaruhi karakter masyarakat
Giyanti Wonosobo
Giyanti yang menyukai kedamaian. Masyarakat Giyanti, walaupun tidak Adapun nilai lain yang terlihat dari
semua agama ada, namun perbedaan pagelaran wayang dalam Tradisi Nyadran
tetap ada dari berbagai aspek. Setidaknya adalah ketika ibu-ibu secara bergiliran
terdapat penganut Agama Islam, Katolik, menyiapkan makanan bagi grup wayang
Protestan dan kepercayaan Pangestu. yang tampil dan para tamu undangan
Dari hasil wawancara dengan beberapa yang hadir. Pembagian siapa yang masak
tokoh Giyanti, secara umum masyarakat dan waktunya ditentukan oleh kemauan
keberanekaragaman dan ibu-ibu itu sendiri dan di dalamnya baik
menerima
memaknainya dengan saling melengkapi. muslim maupun non muslim kompak
Keberanekaragaman dijadikan sebagai menjadi satu tim piket. Masyarakat
bahan pembelajaran untuk saling muslim di Giyanti tidak pernah khawatir
mengenal dan menghargai satu sama lain. 36 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | April 2018 | Volume 4 Nomor 1
Tidak ada pemisahan atau sekat-sekat dan ajaran agama masing-masing, maka pembeda antara satu kelompok dengan
thick model of tolerance lebih sesuai kelompok lainnya.
menggambarkan toleransi Kondisi masyarakat Giyanti yang
untuk
masyarakat Giyanti.
demikian dapat dianalisis menggunakan Masyarakat yang minoritas dari segi model toleransi dari Balint (2011).
agama tidak merasa adanya diskriminasi Terdapat dua model toleransi yaitu thin
dalam membangun Dusun Giyanti. model of tolerance berupa sikap sabar
Seluruh masyarakat terlibat secara aktif atau kesabaran yang dimiliki individu
terutama dalam kesenian seperti yang dalam menghadapi perbedaan, dan thick
terlihat ketika Tradisi Nyadran. Hal ini model of tolerance yaitu penghormatan
mencerminkan kondisi damai di Giyanti dan apresiasi terhadap perbedaan.
sebagai perdamaian positif yang tidak Dengan kondisi masyarakat
hanya bebas dari kekerasan, tetapi secara menerima perbedaan sebagai sesuatu
yang
menyeluruh masyarakat memiliki ikatan yang positif dan memberikan ruang yang
yang didasari rasa saling menghargai sama dalam untuk mengaktualisikan diri
terhadap keberagaman dan mendorong Aktualisasi Nilai-Nilai Tradisi Nyadran Sebagai Kearifan Lokal … | Nuryanti Siti Darisma | 37 terhadap keberagaman dan mendorong Aktualisasi Nilai-Nilai Tradisi Nyadran Sebagai Kearifan Lokal … | Nuryanti Siti Darisma | 37
non muslim dengan kendurenan. Terlebih Pemahaman masyarakat Giyanti
ketika ada pembangunan rumah ibadah, akan nilai-nilai Tradisi Nyadran secara
masyarakat bergotong royong tanpa nyata diterapkan dalam kehidupan sehari-
perduli untuk siapa tempat ibadah hari. Seperti yang dikemukakan oleh
tersebut dibangun.
Tokoh Adat Dusun Giyanti 26 , bahwa: Di sisi lain, SD N 1 Kadipaten “Aktualisasi nilai berjalan baik, kegiatan
mengajarkan toleransi beragama kepada sosial selalu kompak tidak hanya dalam
murid-muridnya dengan memperboleh- Nyadran, itu sudah konsumsi. Kehidupan
kan pelajaran agama Islam diajarkan oleh sehari-hari kita memang seperti itu bukan
seorang Romo. Kebijakan ini didukung hanya di kamera...”
oleh orang tua murid agar anak-anaknya Beberapa hal yang dapat dijadikan
bahwa perbedaan agama contoh konkret aktualisasi nilai-nilai yang
paham
bukanlah sesuatu yang buruk. Para orang terkandung dalam Tradisi Nyadran
tua khusunya ibu-ibu memberikan contoh diantaranya dapat dilihat dari aspek
kepada anak-anaknya tentang indahnya agama. Kerukunan umut beragama di
perbedaan dengan makan siang bersama Giyanti tidak perlu diragukan lagi.
hampir setiap hari. Kerukunan antarumat Masyarakat
beragama demikian menjadi bukti setiap orang untuk memeluk agama dan
menghargai
kebebasan
bagaimana kehidupan masyarakat Giyanti menjalankan
dengan budaya damainya pada aspek beribadah sebagai sesuatu yang asasi.
Seperti pada pernikahan beda agama
nilai-nilai yang yang biasa terjadi di Dusun Giyanti. Baik
Aktualisasi
terkandung dalam Tradisi Nyadran pihak keluarga maupun masyarakat tidak
terlihat dari kondisi Dusun Giyanti yang pernah mempermasalahkan kejadian
toleran dan damai meski konflik menjadi tersebut. Tindakan yang nyata juga
realitas yang lumrah dalam kehidupan terlihat ketika ada yang meninggal baik
bermasyarakat. Pengakuan terhadap itu muslim maupun non muslim, seluruh
konflik menjadi penting sebagai bahan masyarakat ikut membantu proses
pembejaran dan menegaskan bagaimana pemakaman dan mendoakan baik secara
Tradisi Nyadran dapat menyelesaikan
26 Wawancara dengan Robert, 5 Oktober 2017 konflik itu sendiri. Contoh lain yang lebih 38 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | April 2018 | Volume 4 Nomor 1 26 Wawancara dengan Robert, 5 Oktober 2017 konflik itu sendiri. Contoh lain yang lebih 38 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | April 2018 | Volume 4 Nomor 1
dapat selesai menjelang Tradisi Nyadran. jadi cepat damai lagi. Karena
Pada tahun 2015 ketika ada Pemilihan kan semua ikut terlibat persiapan sadranan jadi yang
Kepala Desa (Pilkades) Kadipaten sempat tadiya tegang cepet cair lagi
diwarnai isu SARA, karena adanya calon suasananya membaur.” Kejadian seperti ini dijadikan
muslim dan non muslim. Situasi sempat masyarakat sebagai bahan pembelajaran
memanas, namun terselesaikan sebelum
hati-hati dalam terjadi konflik terbuka karena adanya
untuk
lebih
menyampaikan pendapat agar tidak ada Tradisi Nyadran. Seperti penuturan dari
27 yang merasa disudutkan. Sebagaimana Tokoh Agama Islam Giyanti yang
penuturan dari tokoh agama dan tokoh sekaligus menjadi juru kampanye calon
masyarakat bahwa untuk Dusun Giyanti muslim saat itu, berikut:
masih “...Warga sangat muslim itu khususnya Kadipaten kan
masyarakatnya
menghormati pemimpinnya, sehigga apa mayoritas itu tingkat desa ini
yang dikatakan pemimpin akan diikuti selagi ada warga muslim yang
bisa dipilih, pilihlah warga oleh pengikutnya. Oleh karena itu, muslim. Saya kan ngajaknya ke
masing-masing tokoh agama dan tokoh warga kaya gitu. Nah dari non
sama-sama menjaga kan sangat minoritas. Sempet
muslim dalam hal itu katolik
masyarakat
perdamaian yang salah satunya diwadahi memanas, tapi kan jago saya
yang menang telak. Ya inilah
oleh Tradisi Nyadran.
juga ujung-ujungnya terserah Analisis dari aktualisasi nilai-nilai yang di depan, dalam segi
persatuan dan kesatuan juga Tradisi Nyadran dalam mewujudkan gitu, dalam pilihan kepala desa
budaya damai di Giyanti dapat dilihat pun gitu. Dari pihak non
muslim berbicara islam non pada Tabel di halaman berikut. islam podo bae, apik kabeh.
Non muslim yang minoritas itu menghormati dan kami bukan
Korelasi Budaya Damai Terhadap Upaya
semena-mena ya kami juga
Pertahanan Negara
menghargai mereka. Toh akhirnya sekarang ya, kalau di
Korelasi budaya damai dan upaya sini itu cepet damainya mba.
pertahanan negara dapat dilihat dari Jadi kaitannya dengan aqidah
itu sendiri-sendiri tapi kalau fungsi pertahanan negara itu sendiri. persatuan dan
kersatuan
Pasal 5 UU No. 3 Tahun 2002,
27 Wawancara dengan Safrudin, komunikasi
menyebutkan bahwa pertahanan negara
personal, 5 Oktober 2017 Aktualisasi Nilai-Nilai Tradisi Nyadran Sebagai Kearifan Lokal … | Nuryanti Siti Darisma | 39
40 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | April 2018 | Volume 4 Nomor 1
berfungsi untuk mewujudkan dan mempertahankan seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai satu kesatuan pertahanan. Dalam hal ini keutuhan negara hanya bisa dicapai apabila seluruh warga negara Indonesia dapat hidup rukun berdampingan. Kondisi
demikian
akan
meningkatkan kemampuan sosial masyarakat dalam kaitnya dengan upaya pertahanan negara.
Konsep budaya damai yang dibangun oleh masyarakat Giyanti melalui aktualisasi nilai-nilai yang terkandung dalam Tradisi Nyadran sebagai kearifan
Tabel Budaya Damai pada Masyarakat Giyanti
lokal dapat diterapkan dalam perspektif dengan bunyi pasal tersebut, narasumber yang lebih luas. Nilai-nilai perdamaian
dari Kodim 0707 Wonosobo dan dalam Tradisi Nyadran sebagaimana telah
Kepolisian Resort Kabupaten Wonosobo, dijelaskan sebelumnya bersifat universal,
menyatakan bahwa keamanan tidak sehingga dapat mengikis fanatisme
datang dengan sendirinya tapi diciptakan agama
oleh masyarakat. Artinya, hubungan Bagaimanapun,
maupun
kedaerahan.
antarkelompok masyarakat yang berjalan kondisi
untuk
mewujudkan
dengan harmonis mampu menangkal keberanekaragaman
setiap ancaman yang datang. dibutuhkan adanya perayaan seperti
masyarakat
Pertahanan negara yang kuat tidak tradisi atau adat istiadat yang sudah
lepas dari peran daerah dari tingkat menjadi
provinsi dan dusun sebagai garda setempat. Benturan-benturan perbedaan
kebudayaan
masyarakat
terdepan yang langsung berhubungan akan hilang seiring dengan kebersamaan
dengan masyarakat. Karena pada dan persatuan yang terjalin dalam
hakikatnya pertahanan negara bersifat mempersiapkan
semesta, yang dalam penyelenggaraan- Pemerintah melalui UU No. 5 Tahun 2017
perayaan
tersebut.
nya didasarkan pada kesadaran terhadap tentang
hak dan kewajiban seluruh warga negara menempatkan kebudayaan dalam posisi
Pemajuan
Kebudayaan,
serta keyakinan akan kekuatan sendiri. penting yaitu sebagai haluan dalam
dalam hal ini pembangunan nasional.
Kekuatan sendiri
diterjemahkan sebagai kearifan lokal Filosofi seperti ini yang dibangun
daerah yang kaya akan nilai-nilai. Oleh dalam rangka merajut kebhinekaan.
karenanya, kearifan lokal daerah menjadi Sehingga budaya damai juga memiliki
unsur penting yang dapat dijadikan korelasi dengan upaya pertahanan
sebagai modal dasar dalam membangun negara. Pasal 6 Bab III, UU No. 3 Tahun
persatuan. Di samping itu, kearifan lokal 2002 tentang Pertahanan Negara,
di setiap daerah memiliki spesifikasi berbunyi:
masing-masing baik ritual maupun diselenggarakan
“Pertahanan
negara
rangkaian kegiatannya, termasuk nilai- membangun dan membina kemampuan,
melalui
usaha
nilai di dalamnya yang secara tidak daya tangkal negara dan bangsa, serta
langsung mengarah pada keharmonisasn menanggulangi setiap ancaman”. Senada