RESOLUSI KONFLIK BATAS WILAYAH PASCA PEMEKARAN DAERAH ANTARA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU (OKU) DENGAN KABUPATEN OKU TIMUR PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2011 – 2016 THE POST-REGION EXPANSION BORDERLINE CONFLICT RESOLUTION BETWEEN OGAN KOMERING ULU (OKU)

RESOLUSI KONFLIK BATAS WILAYAH PASCA PEMEKARAN DAERAH ANTARA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU (OKU) DENGAN KABUPATEN OKU TIMUR PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2011 – 2016 THE POST-REGION EXPANSION BORDERLINE CONFLICT RESOLUTION BETWEEN OGAN KOMERING ULU (OKU) REGENCY AND EAST OKU REGENCY SOUTH SUMATERA PROVINCE IN 2011 – 2016

1 2 Ichsan Mali 3 , Ahwan Ismadi , Eko G. Samudro Universitas Pertahanan

([email protected])

Abstrak -- Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menganalisis alasan yang berkaitan dengan faktor-faktor penyebab terjadinya konflik batas wilayah antara Kabupaten OKU dengan OKU Timur Sumatera Selatan, serta untuk menganalisa resolusi konflik yang dilakukan oleh pemerintah setempat dalam upaya membangun perdamaian antara masyarakat di perbatasan kedua Kabupaten. Konflik batas wilayah ini terjadi akibat dari ketidakjelasan batas wilayah yang disepakati oleh kedua Kabupaten ditambah dengan perebutan lahan cetak sawah oleh masyarakat Desa Tanjung Makmur Kab. OKU dengan masyarakat Desa Mendayun Kab. OKU Timur. Kondisi ini membuat hubungan kedua kelompok masyarakat maupun kedua Kabupaten menjadi terganggu sehingga bisa menjadi potensi perepecahan atau kekerasan fisik yang dapat menimbulkan instabilitas di dalam negeri. Dengan demikian, diperlukan analisa mendalam terkait analisis konflik serta menemukan resolusi yang tepat guna menciptakan perdamaian. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Data penelitian didapatkan melalui wawancara, studi pustaka dan observasi di lapangan. Dalam proses analisa penelitian, digunakan teori dan konsep kerangka dinamis pencegahan dan resolusi konflik, sumber-sumber konflik di Indonesia, model eskalasi konflik Glasl, pertahanan dan keamanan maupun peraturan-peraturan seperti, UU No. 30 Tahun 1999, Permendagri No. 76 Tahun 2012 dan Keputusan Kepala BPN No. 34 Tahun 2007 dalam mencari resolusinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konflik yang terjadi disebabkan oleh beberapa sumber konflik yang termasuk dalam faktor konflik struktural, pemicu dan akselerator konflik. Selain itu, tindakan oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab turut mendominasi jalannya konflik yang terjadi. Penyelesaian konflik berada pada tanggung jawab Pemprov Sumsel namun konflik yang terjadi sudah pada sampai tahapan strategies of threat sehingga proses mediasi dianggap penting dalam menyelesaikan konflik yang berekembang di masyarakat dengan tuntas sehingga hubungan kedua kelompok masyarakat dapat pulih kembali.

Kata Kunci: Resolusi Konflik, Sumber Konflik, Faktor Konflik, Oknum-oknum

Abstract -- This research is conducted with the aim to analyze the reasons related to the factors causing borderline conflict between OKU Regency and East OKU Regency in South Sumatera Province and also to analyze conflict resolution conducted by the local government in order to establish peace between the communities living in the border of the two regencies. This borderline conflict occurred as a result of the uncertainty of the boundaries agreed by the two regencies coupled with the land grab of rice fields land by the community of Tanjung Makmur Village OKU Regency with Mendayun

1 Beliau adalah Dosen Pemimbing Pertama dan sekaligus menjadi dosen tetap Prodi Damai dan Resolusi Konflik di Universitas Pertahanan.

2 Beliau adalah Dosen Pembimbing Kedua dan menjadi dosen di Universitas Pertahanan. 3 Penulis adalah Mahasiswa Prodi Damai dan Resolusi Konflik Co.5 Fakultas Keamanan Nasional, Universitas

Pertahanan. Resolusi Konflik Batas Wilayah Pasca Pemekaran … | Eko G. Samudro | 39

Village community in East OKU Regency. This condition makes the relationship between both community groups and the two regencies disturbed so that it may become potential area disunity or even physical violence that can lead to the country instability. Thus, an in-depth analysis of conflict and proper conflict resolution are needed in order to create peace. The research method used is qualitative method with descriptive approach. The research data obtained through interview, literature study and field observation. In the process of research analysis, theories and concepts of dynamic frameworks for conflict prevention and resolution, conflic t sources in Indonesia, Glasl’s conflict escalation model, security defense and regulations such as, Law No. 30 of 1999, Permendagri No. 76 of 2012 and Head of BPN Decree No. 34 of 2007 are used in seeking resolution. The results show that conflict that occur are caused by several sources of conflict that are included in the conflict factors of structural factor, triggers and accelerators. In addition, the actions of irresponsible person also dominate the course of the conflict that occurred. Borderline conflict resolution is under the responsibility of South Sumatera Provincial Government however, the conflicts that have occurred are going to reach up to the stage of “strategies of threat” so that the mediation process is considered important in resolving the developed conflict in community thoroughly so that the relations of both groups can be recovered.

Key Words: Conflict Resolution, Conflict Sources, Conflict Factors, Irresponsible Persons.

Pendahuluan

sendiri yang tentunya bisa berlandaskan roses berlakunya Undang-

berlangsungnya era otonomi daerah di P kesejahteraan masyarakat juga tidak

aspirasi dari masyarakat itu sendiri. Undang (UU) Nomor 22 Tahun

Pemekaran daerah yang bertujuan 1999 menjadi awal mula

untuk meningkatkan pelayanan dan

Indonesia. Demikian juga, setelah UU terlepas dari beberapa masalah yang tentang Pemerintahan Daerah tersebut

muncul bersamaan dengan hal tersebut. diganti dengan UU No. 32 Tahun 2004,

Berawal dari permasalahan batas wilayah, prinsip luas, nyata dan bertanggung

berangkat dari rasa jawab tetap saja menjadi acuan dalam

maupun

ketidakadilan, kesenjangan, sentimen menerapkan prinsip penyelenggaraan

emosional etnisitas maka pemekaran kewenangan daerah otonom.

suatu daerah bisa saja berdampak pada Terkait dengan daerah otonom, hal

lahirnya konflik horizontal di kedua ini memiliki pengertian bahwa kesatuan

daerah yang bersangkutan. Konflik masyarakat yang secara hukum memiliki

bisa terjadi dikarenakan batas-batas wilayah, memiliki wewenang

tersebut

pemekaran suatu daerah kerap kali untuk mengatur dan mengurus segala

dilandasi oleh perebutan sumber-sumber urusan pemerintahan dan kepentingan

tertentu dari kepentingan-kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa

pihak yang bersengketa. Konflik merupakan hal yang sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari.

40 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | Desember 2017 | Volume 3 Nomor 3

Penyebab terjadinya konflik biasanya Pemerintah Kabupaten Kutai Barat dalam dipicu oleh kepentingan-kepentingan

hal ini Pemerintah kecamatan Siluq pihak tertentu sehingga membuat salah

Ngurai dan Pemerintah Kabupaten satu pihak merasa terancam atau

melalui Tim PBD dalam menangani Konflik dirugikan. Salah satu jenis konflik ialah

Tapal Batas antara kampung Muhur Dan konflik batas wilayah pada suatu

Kampung Kaliq, Sang Sang adalah pemerintahan. Dalam penelitian ini,

negosiasi, mediasi, fasilitasi. Adapun konflik yang diangkat adalah konflik batas

hambatan penyelesaian konflik tersebut wilayah yang terjadi di Kabupaten OKU

adalah ketidak- sabaran masyarakat, ego dengan Kabupaten OKU Timur yang

satu sama lain masih tinggi, belum sudah berlarut-larut terjadi dan belum ada

memiliki data yang akurat dan susah aturan yang pasti dalam penyelesaiannya.

diajak berdiskusi karena selalu salah Dalam kaitannya dengan konflik

anggapan terhadap pemerintah. Lalu, batas wilayah suatu daerah, ada beberapa 6 Toatubun (2016) berpendapat bahwa,

penelitian terdahulu yang berkaitan penelitian yang dia lakukan bertujuan dengan hal ini, yaitu penelitian yang

untuk mengetahui bagaimana bentuk dilakukan oleh Permata Sari (2014),

penyelesaian yang telah dilakukan Risman (2015) dan Toatubun (2016).

pemerintah dalam upaya penanganan Permata Sari (2014) 4 beranggapan bahwa

sengketa tapal batas wilayah antara peran media dan aparat pemerintahan

Kabupaten Biak Numfor dan Supiori dan suatu daerah juga dirasa penting dalam

bentuk penyelesaian sebagai alternatif upaya penyelesaian konflik. Sedangkan

yang efektif dalam penyelesaian sengketa penelitian yang dilakukan oleh Risman

tapal batas melalui penyelesaian secara (2015) 5 menunjukkan bahwa, upaya

nonlitigasi, dengan melakukan negosiasi dan upaya mediasi antar kedua

4 Permata, S. I. (2014). Konflik Perbatasan

pemerintah yang terkait. Berdasarkan

Pemerintah Daerah (Studi Kasus: Perebutan Gunung Kelud Antara Pemerintah Daerah

penelitian

yang

telah dilakukan

Kabupaten Blitar dengan Kabupaten Kediri).

sebelumnya, maka dari itu, penelitian ini

Jurnal Ilmu Pemerintahan UB, 8 Januari 2014. 5 Risman, H. (2015). Upaya Pemerintah Daerah

Kabupaten Kutai Barat Dalam Menyelesaikan 6 Toatubun, H. (2016). Hukum penyelesaian Konflik Tapal Batas Antar Kampung Di Daerah

sengketa tapal batas wilayah antara Kabupaten Kabupaten Kutai Barat (Konflik Kampung Muhur

Biak Numfor dan Kabupaten Supiori Papua. dan Kampung Kaliq). eJournal Pemerintahan

8 November 2016 dari Integratif, 2015, 3 (3): 392-406 ISSN 2337-8670.

Diakses

http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/52b34ffe5a8 ejournal.pin.or.id

70cd800c0d006440a3a44.pdf Resolusi Konflik Batas Wilayah Pasca Pemekaran … | Eko G. Samudro | 41 70cd800c0d006440a3a44.pdf Resolusi Konflik Batas Wilayah Pasca Pemekaran … | Eko G. Samudro | 41

sudah melimpahkan masalah ini kepada pemerintah daerah dalam menyelesaikan

Provinsi, dalam hal ini Gubernur Sumatera konflik batas wilayah antara Kabupaten

Selatan. Namun, sampai saat ini, belum OKU dan Kabupaten OKU Timur.

ada kesepakatan yang pasti antar kedua Konflik batas wilayah yang terjadi

Kabupaten. Bila ini tidak bisa ditangani antara Kabupaten OKU dengan OKU

dengan segera oleh kedua Kabupaten Timur yang dimulai dari tahun 2011 sampai

yang saling mengklaim, maka rakyat di 2017 saat ini, belum diselesaikan dengan

wilayah tersebut yang akan terjebak keputusan pasti yang dikeluarkan oleh

menjadi permusuhan antar warga. pihak Provinsi terkait penegasan batas

Berdasarkan penjelasan sebelumnya wilayah OKU dan OKU Timur sekaligus

serta didukung dengan teori-teori yang menyelesaikan sengketa lahan yang

relevan, maka penelitian ini bertujuan terjadi di perbatasan kedua daerah

untuk menganalisis konflik batas wilayah tersebut, yaitu perebutan lahan cetak

yang terjadi serta resolusi konflik yang sawah oleh kelompok masyarakat

tepat terkait konflik batas wilayah antara perbatasan dua Kabupaten tersebut.

Kabupaten OKU dengan OKU Timur. Ketidaksepakatan antara Kades di kedua Kabupaten terkait pengukuran sisa batas

Pembahasan

wilayah menuju segitiga perbatasan

Konflik Batas Wilayah antara Kabupaten

membuat terhambatnya penyelesaian

OKU dengan OKU Timur

terkait batas wilayah antara Kabupaten Konflik batas wilayah yang terjadi antara OKU dengan OKU Timur ini.

Kabupaten OKU dengan Kabupaten OKU Sengketa batas wilayah yang terjadi

Timur terjadi dalam kurun waktu yang di Kecamatan Sinar Peninjauan, OKU

cukup lama. Kepemilikan lahan di dengan Kecamatan Madang Suku I, OKU

kedua Kabupaten Timur dilandasai oleh perebutan lahan

perbatasan

disengketakan oleh masyarakat desa cetak sawah. Lahan yang memiliki nilai

Tanjung Makmur di Kecamatan Sinar ekonomi tinggi ini diyakini sebagai milik

Peninjauan OKU dengan masyarakat Desa masyarakat OKU yang dibuktikan dengan

Mendayun di Kecamatan Madang Suku I sertifikat namun diklaim oleh oknum-

OKU Timur.

oknum tertentu dari daerah tetangga. 42 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | Desember 2017 | Volume 3 Nomor 3

Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, disengketakan oleh kedua belah pihak

Lahan di

perbatasan

yang

Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan merupakan lahan eks Unit Pemukiman

dan Kabupaten Ogan Ilir Provinsi Transmigrasi (UPT). Dari dokumen yang

Sumatera Selatan. Namun, pada tahun

ada, tercatat penempatan transmigran 2010 – 2011, pemerintah Desa Tanjung UPT Unit XIII sebanyak 503 KK tahun

Makmur/UPT Unit XVI menerima bantuan 1982/983, UPT Unit XV sebanyak 350 KK

sosial dana APBN Program Percetakan tahun 1983/1984 dan UPT Unit XVI

Sawah dari Kementrian Pertanian sebanyak 400 KK tahun 1984/1985 yang

Republik Indonesia seluas 150 hektar. merupakan bagian dari Pilot Project

Selanjutnya, pada tahun anggaran 2011, bantuan IBRD (International Bank for

Pemerintah Desa Marga Mulya/UPT Unit Reconstruction and Development) III,

XV menerima bantuan sosial dana APBN dengan peruntukan lahan masing-masing

Percetakan Sawah dari KK seluas 3,5 hektar (0,25 ha lahan

Program

Kementrian Pertanian Republik Indonesia pekarangan, 1,0 ha lahan usaha I, 1,25 ha

seluas 172 hektar.

lahan usaha II, dan 1,0 ha kebun karet) di Keberadaan dari lahan cetak sawah Kecamatan Peninjauan Kabupaten OKU

tersebut memancing oknum-oknum dari dan telah bersertifikat hak milik tahun

kabupaten OKU Timur untuk mengklaim 1993. Hal ini juga ditegaskan kembali oleh

lahan tersebut, padahal sebelum adanya penuturan dari BPN OKU melalui sesi

lahan percetakan sawah, area tersebut wawancara pada tanggal 7 September

merupakan rawa-rawa yang sangat dalam 2017 bahwa, “…itu lokasinya awalnya

dan tidak ada seorangpun yang peduli daerah transmigrasi di desa tanjung

akan kepemilikan lahan itu. Semenjak makmur”.

tahun 2011 sampai dengan 2016, berbagai Selanjutnya, pada tahun 2003,

upaya yang dilakukan oleh kedua Kabupaten

Kabupaten maupun pihak provinsi, dimekarkan menjadi, Kabupaten Ogan

seperti Rapat Koordinasi, survey maupun Komering Ulu (OKU), Kabupaten Ogan

peninjauan langsung ke lokasi untuk Komering Ulu Timur (OKU Timur) dan

maupun mencari Ogan Komering Ulu Selatan (OKU

menegaskan

kesepakatan terkait batas wilayah Selatan) sesuai dengan Undang-Undang

maupun kepemilikan lahan tersebut. No. 37 Tahun 2003 tentang Pembentukan

Namun, belum ada kesepakatan jelas Resolusi Konflik Batas Wilayah Pasca Pemekaran … | Eko G. Samudro | 43 Namun, belum ada kesepakatan jelas Resolusi Konflik Batas Wilayah Pasca Pemekaran … | Eko G. Samudro | 43

Widjadja (2005) 7 yang menyatakan bahwa terdapat lima sumber konflik di bahwa, apabila kondisi batas daerah tidak

Indonesia, yaitu konflik struktural, konflik jelas,

hubungan, konflik kepentingan, konflik kemungkinan-kemungkinan

maka akan

menyebabkan

data dan konflik nilai-nilai adat. Terkait berdampak negatif pada kehidupan

yang

penjelasan sumber konflik tersebut, maka dalam suatu pemerintah daerah seperti

konflik batas wilayah yang terjadi di penyelenggaraan

Kabupaten OKU dengan Kabupaten OKU pemerintah

administrasi

Timur juga dapat dikategorikan dalam optimalisasi

cakupan ke lima sumber konflik tersebut. masyarakat yang kurang maksimal,

pelayanan

kepada

Di halaman berikut terdapat gambarnya. maupun pembangunan dikawasan yang

Berdasarkan gambar berikut, dapat ada di perbatasan antara kedua

dipahami bahwa gambaran dari sumber pemerintah daerah. Selanjutnya, Malik

konflik batas wilayah yang terjadi di et.al (2003) 8 menjelaskan bahwa konflik

Kabupaten OKU dengan OKU timur merupakan

dengan besaran lingkaran yang berbeda menunjukkan adanya praktik-praktik

berdasarkan pengaruhnya dalam konflik penghilangan hak seseorang atau lebih

yang terjadi. Berdasarkan hasil temuan dan atau kelompok atas suatu benda atau

peneliti, konflik struktural serta konflik kedudukan. Oleh karena itu, berdasarkan

data merupakan faktor yang paling penjelasan diatas, keadaan yang terjadi

mendominasi dalam konflik batas sudah tergolong menjadi konflik karena sudah

kepemilikan oleh salah satu pihak yang bersengketa.

7 Widjaja. (2005). Penyelenggaraan Otonomi di Indonesia dalam Rangka Sosialisasi UU Nomor 32

Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.

Malik, I. et.al. (2003:148). Buku Sumber Menyeimbangkan Kekuatan Pilihan Strategi

9 Malik, I. (2017). Resolusi Konflik. Jembatan Menyelesaikan Konflik atas Sumber Daya Alam.

Perdamaian. Jakarta: PT. Kompas Media Jakarta: Yayasan Kemala. Nusantara.

44 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | Desember 2017 | Volume 3 Nomor 3

Konflik

Konflik Hubungan Kepentingan

(Kepentingan (Prasangka negatif akibat terjadinya ekonomi atas

lahan garapan kriminalitas) Konflik Struktural yang tersedia)

(Ketimpangan dalam

Konflik Data Konflik Nilai-nilai akses lahan cetak sawah Adat

serta alasan faktor

(Ketidaksepakatan atas

hasil notulen rapat, (Ego Kultur serta

sejarah)

hasil kesepakatan dan pribumi vs sertifikat ganda) pendatang)

Gambar 1. Sumber konflik batas wilayah antara Kabupaten OKU dengan OKU Timur.

Sumber: Malik, I (2017) yang diolah kembali oleh peneliti

wilayah antara Kabupaten OKU dengan Konflik data dalam situasi ini adalah Kabupaten OKU Timur. Dalam konflik

menyangkut perbedaan pandangan dan struktural, perbedaan akses dalam

sejarah maupun mendapatkan sumber daya yang ada,

interpretasi

dari

kesepakatan yang ada tentunya menjadi dalam hal ini adalah lahan cetak sawah.

penghambat dalam penyelesaian konflik Lahan cetak sawah yang diusung

ini. Sebagai contoh, melalui surat tanggal pemerintah ini menggunakan dana APBN

17 Oktober 2017 Nomor 130/343/I/2017 tahun 2010-2011 yang dilaksanakan di

perihal Penegasan Batas Kabupaten OKU lahan usaha II milik masyarakat desa

dengan Kabupaten OKU Timur, Bupati Kecamatan Sinar Peninjauan. Hal ini

OKU melayangkan surat kepada Gubernur dikonfirmasi oleh Staff Pemerintahan

Sumsel bahwa, berdasarkan notulen hasil Umum Setda OKU Timur, menjelaskan

rapat pada tanggal 9 November 2016 bahwa,

Sebenarnya, kegiatan cetak “.. basecamp PT GNS (dari OKU Timur) sawah itu sebenarnya dari OKU Induk”. berada di dalam wilayah Kabupaten OKU.

Namun, Bupati OKU Timur melalui surat tanggal 30 Januari 2017, nomor

Resolusi Konflik Batas Wilayah Pasca Pemekaran … | Eko G. Samudro | 45

126/119/II/2017 perihal percepatan batas dalam memperebutkan sumber daya Kabupaten OKU Timur dengan Kabupaten

yang ada, dalam hal ini lahan cetak OKU pada angka 4 (empat) menolak hasil

sawah. Bupati OKU dalam dokumen notulen rapat pada tanggal 9 November

tertulis yang menjawab pertanyaan 2016 tersebut dengan alasan tidak

wawancara, menjabarkan bahwa kondisi kuorum karena kurang lengkapnya Tim

sosial ekonomi masyarakat Desa Tanjung PBD OKU Timur yang hadir saat rapat

Makmur menjadi menurun disebabkan yang dimaksud.

masyarakat Desa Tanjung Makmur tidak Selain itu, konflik data lainnya

merasa nyaman dan aman dalam adalah

menggarap sawah tersebut. Hal ini terjadi kepemilikan lahan pada daerah yang

karena mereka mendapatkan intimidasi disengketakan. Terdapat sertifikat tanah

atau dihalangi oleh oknum warga Desa atau kepemilikan lahan ganda yang

Mendayun sehingga sawah tersebut tidak diterbitkan oleh BPN kedua daerah

digarap dengan maksimal. Namun setempat sehingga kedua kelompok

demikian, Bupati OKU menjelaskan masyarakat merasa saling berhak

bahwa masyarakat Desa Tanjung Makmur memiliki dan saling ngotot atas

tetap bersabar guna menghindari konflik kepemilikan lahan tersebut.

terbuka yang lebih besar. Berdasarkan

Terkait konflik nilai-nilai adat dalam konflik hubungan yang terjadi antara

hasil wawancara,

kondisi yang terjadi, memang tidak terlalu kedua

mendominasi konflik yang ada. Akan perbatasan ini memang tidak terlalu

tetapi, hal ini tetap harus menjadi menunjukkan hal yang signifikan. Sekdes

perhatian dalam menyikapi konflik yang Tanjung Makmur dalam sesi wawancara

ada mengingat hal ini bisa saja dijadikan berpendapat bahwa “Kalau masyarakat

alasan oleh pihak-pihak tertentu sehingga Tanjung Makmur dengan Gunung Terang

eskalasi konflik bisa saja terjadi. Kasubbag ini baik – baik saja. Tapi, disana ada

TU BPN OKU berpendapat bahwa, “..Tapi oknum”.

menurut saya, kehendak pribadi, yaitu ego kepentingan yang terjadi di perbatasan

Selanjutnya,

konflik

kultur itu memperparah. Sama kayak naik antara Kabupaten OKU dengan OKU

mobil, saya pengen Arimbi padahal banyak Timur ini

mobil yang lain. Itu memang faktor masyarakat kedua desa di perbatasan

mencakup

kepentingan

dominan (memperparah)”. Pernyataan 46 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | Desember 2017 | Volume 3 Nomor 3 dominan (memperparah)”. Pernyataan 46 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | Desember 2017 | Volume 3 Nomor 3

kemauan politik penguasa. menjelaskan bahwa, isu etnis tidak terlalu

Secara khusus, aktor yang terlibat mencolok dalam konflik ini, namun isu 11 konflik menurut Malik, I et.al (2016)

terkait pribumi sering digunakan dalam dapat dipetakan dengan model pemetaan upaya memperebutkan lahan yang ada.

hubungan aktor konflik untuk melihat Namun

hubungan yang terjalin antar aktor yang ditanggapi berbeda oleh Kabag Tata

terlibat dalam konflik tersebut. Oleh Pemerintahan Setda

OKU.

Beliau

karena itu, dengan berpedoman pada

maka penjelasan orang lain” atau “Kami ini pribumi”

menjelaskan bahwa isu “Lemak nian

model

tersebut

selanjutnya akan menjabarkan analisis tersebut bisa jadi merupakan isu yang

konflik yang terjadi terkait batas wilayah dimainkan oleh elit-elit tertentu dan

OKU dengan bukan merupakan isu sebenarnya yang

antara

Kabupaten

Kabupaten OKU Timur, Provinsi Sumatera terjadi di kedua kelompok masyarakat

Selatan . Pada halaman berikut terdapat

tersebut. Jadi, dapat dikatakan bahwa

gambaran modelnya.

elit-elit tertentu

Model yang ditunjukkan dalam keuntungan dari menghembuskan isu

mendapatkan

gambar 2 menjelaskan bahwa eskalasi tersebut.

konflik maupaun deeskalasi konflik Selanjutnya, untuk memperoleh

dipengaruhi oleh unsur-unsur di dalam analisis yang lebih komprehensif terkait

model

tersebut.

Faktor Konflik

konflik serta resolusi konflik batas wilayah selanjutnya, memiliki tiga unsur, yaitu antara

akar, akselerator dan pemicu konflik. Kabupaten OKU Timur, dapat digunakan model kerangka Dinamis Pencegahan dan

Resolusi Konflik dari Malik, I (2015) 10 ,

dimana ada beberapa hal yang mempengaruhi kondisi konflik, yaitu eskalasi dan deeskalasi, faktor konflik,

11 Malik, I. et.al (2016). Buku Pelatihan Asesor:

10 Malik, I. (2015). Kerangka Dinamis Pencegahan Konflik Tenurial dan Hutan Adat. (PAKTHA). dan Resolusi Konflik. Di dalam Panggabean, H.

Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup et.al , Revolusi Mental: Makna dan Realisasi,

dan Kehutanan.

Himpunan Psikologi Indonesia, Jakarta: 241-250. Resolusi Konflik Batas Wilayah Pasca Pemekaran … | Eko G. Samudro | 47

48 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | Desember 2017 | Volume 3 Nomor 3

Model yang ditunjukkan dalam gambar 2 menjelaskan bahwa eskalasi konflik maupaun deeskalasi konflik dipengaruhi oleh unsur-unsur di dalam model

tersebut.

Faktor Konflik

selanjutnya, memiliki tiga unsur, yaitu akar, akselerator dan pemicu konflik.

Terkait akar konflik yang bersifat struktural, hal ini berhubungan dengan sejarah dari daerah itu sendiri. Pemberian lahan transmigrasi oleh pemerintah saat itu (1990an) tentunya sudah dapat menimbulkan polemik bagi masyarakat yang bermukim di daerah tersebut. Terbukti dari dokumen Penegasan Batas

ESKALASI

DESKALASI

Faktor Akar Konflik  Perbedaan

tafsiran  Kurangnya

kejealsan dari UU  Kondisi perekonomian  Budaya dan nilai

Faktor Akselerator  Respon

pemerintah  Intimidasi dari oknum  Kepentingan  Aktivitas Pabrik

 Kriminalitas Faktor Pemicu

 Pemekaran Kabupaten  Program Lahan cetak sawah

Provokator  Oknum preman

 Pemilik PT  Oknum Kades

Mendayun dan

Kangkung

Kelompok

Rentan  Masyarakat

Desa Mendayun dan Kerta Mulya OKU Timur

Fungsional  Kabupaten

OKU dan OKU Timur

Rakor dan

survey

Pemban gunan Konflik

Pemban gunan Damai

Kemau an Politik Pengua sa

Pemprov Pemda Polisi TNI Camat Tomas

Gambar 2. Kerangka Dinamis Pencegahan dan Resolusi Konflik Batas Wilayah antara Kabupaten OKU dengan OKU Timur. Sumber: Malik, I. (2015), diolah kembali oleh peneliti

Wilayah antara Kecamatan Buay Madang Selanjutnya, faktor struktural yang (yang menjadi daerah Kab. OKU Timur

terakhir adalah hal yang berkaitan dengan sekarang) dengan Kecamatan Peninjauan

budaya, kultur dan gaya hidup dari (yang menjadi daerah Kab. OKU

masing-masing masyarakat di kedua sekarang) tahap 1 pada tahun 1998 dan

Kabupaten.

tahap 2 pada tahun 1999 menandakan Faktor Pemicu (trigger) dalam adanya perbedaan tafsiran maupun

penelitian ini adalah pemekaran daerah kepentingan dalam mengartikan batas

Induk menjadi wilayah yang coba diselesaikan oleh

Kabupaten

OKU

Kabupaten OKU Timur, OKU dan OKU kedua daerah itu.

Selatan pada tahun 2003 menjadi titik Kemudian,

mula konflik ini terjadi. Selain itu, dengan daerah yang tidak diiringi dengan aturan

UU

pembentukan

adanya program lahan cetak sawah yang pemetaan wilayah yang jelas juga dapat

diberikan pemerintah dengan dana APBN memperparah kondisi struktural dari

tahun 2010 – 2011 juga menjadi pemicu konfik yang terjadi saat ini. Ditambah

selanjutnya dalam meningkatkan eskalasi dengan kurangnya koordinasi maupun

konflik yang ada. Nilai ekonomi tinggi komunikasi antar daerah, tentunya

yang sudah bisa konflik yang terjadi bisa berlarut-larut dan

terkait

lahan

dimanfaatkan tentunya mengundang menimbulkan masalah dikemudian hari.

berbagai pihak untuk mendapatkannya. Faktor

Kabag Otda Setda OKU Periode sebelum ketimpangan maupun kondisi ekonomi

2016 menyatakan bahwa, “Permasalahan yang kurang memadai sehingga membuat

sengketa lahan timbul sebagai akibat dari masing-masing pihak mempertahankan

adanya kegiatan pembukaan lahan cetak pendirian mereka mengingat lahan cetak

sawah yang dilaksanakan oleh Pemerintah sawah tersebut memiliki nilai ekonomi

Kabupaten OKU pada Tahun 2010 dan tinggi untuk menghidupi dirinya maupun

Tahun 2011, yang dibiayai dana APBN diatas keluarga.

lahan usaha II Transmigrasi Desa Tanjung Kurangnya jenis mata pencaharian

Makmur”.

yang lain, selain bertani atau berkebun, Kemudian, yang menjadi faktor membuat kondisi struktural makin

akselerator konflik adalah respon memburuk. pemerintah baik Pemerintah Kedua Kabupaten maupun pihak Provinsi yang

Resolusi Konflik Batas Wilayah Pasca Pemekaran … | Eko G. Samudro | 49 Resolusi Konflik Batas Wilayah Pasca Pemekaran … | Eko G. Samudro | 49

memberikan dampak yang buruk dari ada sehingga proses penyelesaian batas

perkembangan konflik yang terjadi. wilayah ini tertunda sekian lama. Simpang

Terkait PT GNS tersebut, Kasubbag siurnya pernyelesaian kasus ini telah

Dokumentasi Batas Daerah Setda Prov membuat masyarakat tetap menjalankan

Sumsel menyatakan bahwa berdasarkan pendirian masing-masing sehingga dapat

notulen rapat pada tahun 2015 memperparah kondisi konflik di lapangan.

menunjukkan bahwa keputusan terkait Selain itu, kepentingan pihak tertentu

keberadaan Camp nya PT GNS sudah dalam menyikapi maupun tindakan yang

masuk ke wilayah OKU. Hal ini tidak satu paham selama proses

menandakan bahwa, tindakan yang penyelesaian konflik ini juga turut

dilakukan oleh keberadaan pabrik-pabrik memberikan hambatan dalam mencapai

tersebut tentunya menambah keresahan kesepakatan.

pihak-pihak yang bersengketa. Dari

Aktor Konflik yang terlibat dalam narasumber,

pendapat-

pendapat

konflik ini dapat dibedakan menjadi tiga tindakan dari pihak-pihak tertentu pada

menunjukkan

bahwa

kelompok, yaitu provokator, kelompok tahun sebelum 2014 menandakan

fungsional dan kelompok rentan. Malik, I tindakan yang saling bersikukuh sehingga 12 (2015) menyatakan bahwa provokator

masalah yang terjadi tidak dapat merupakan pihak yang memiliki logika diselesaikan dengan segera. Selain itu,

abnormal yang mempengaruhi kelompok tindakan inditimdasi maupun ancaman

rentan. Sedangkan kelompok fungsional, kekerasan dari oknum-oknum preman

yang dalam hal ini instansi pemerintah, disana membuat masyarakat Desa

bertugas untuk menurunkan dan Tanjung Makmur, Kab. OKU menjadi

mencegah eskalasi konflik. Pada halaman resah dalam beraktivitas di sekitar lahan

berikut adalah gambaran aktor konflik:

yang disengketakan.

Faktor akselerator lainnya adalah aktivitas yang dilakukan pabrik maupun

CV yang berasal dari OKU Timur. Aktivitas

12 Malik, I. (2015). Kerangka Dinamis Pencegahan

yang dilakukan oleh pihak CV LUDES dan

dan Resolusi Konflik. Di dalam Panggabean, H. et.al , Revolusi Mental: Makna dan Realisasi,

PT GNS (Gula Nusantara Sukses) diatas

Himpunan Psikologi Indonesia, Jakarta: 241-250. 50 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | Desember 2017 | Volume 3 Nomor 3

Resolusi Konflik Batas Wilayah Pasca Pemekaran … | Eko G. Samudro | 51

Kabupaten OKU (Bupati beserta jajarannya)

Kabupaten OKU Timur

(Bupati beserta jajarannya)

Masyarakat Desa Tanjung Makmur Kecamatan Sinar Peninjauan, Kab, OKU .

Masyarakat

Desa Mendayun Kecamatan

Madang Suku I,

Kab, OKU

Timur.

Oknum Kades

Pemerintah Provinsi

Sumatera Selatan

Oknum warga dan

preman

Perusahaan

Gambar 3. Peta Aktor dan Relasi Konflik Batas Wilayah antara Kabupaten OKU dengan OKU Timur Sumber: Malik, I. (2016) yang diolah kembali oleh peneliti

Berdasarkan gambar 3 diatas, dapat tersebut (perusahaan, oknum kades dan digambarkan bahwa Pihak Provinsi

warga, oknum kades) tidak menunjukkan Sumatera

status yang jelas dengan masyarakat Desa melakukan

Mendayun Kab. OKU Timur, namun koordinasi pada kedua Kabupaten OKU

komunikasi

maupun

oknum preman serta warga yang dan

terintimidasi terlihat menjalin hubungan menunjukkan hubungan yang jelas

OKU Timur

namun

belum

aliansi dengan pihak perusahaan. dengan

Aktor yang harus mendapatkan Kabupaten. Begitupun dengan kedua

perhatian lebih adalah provokator atau Kabupaten sendiri, upaya penyelesaian

oknum – oknum yang ikut memanaskan maupun kerjasama sudah dilakukan

situasi konflik. Kakesbangpol OKU lebih dalam bentuk survey maupun rakor di

lanjut menjelaskan bahwa pengusaha provinsi. Namun, kondisi kedua kelompok

atau pemiliki lahan dari CV LUDES diduga masyarakat desa kedua perbatasan di

orang untuk Kecamatan Sinar Peninjauan OKU dan

memperkerjakan

mengintimidasi masyarakat Desa Tanjung Kecamatan Madang Suku I OKU Timur

Makmur dan dia juga membeli lahan- masih dilanda kondisi ketidakjelasan.

lahan masyarakat kemudian lahan Hubungan abu-abu yang disimbolkan

masyarakat ini dibuat sertifikat di tahun garis putus-putus tersebut dikarenakan

2014. Setelah dicek dari BPN OKU, adanya keberadaan perusahaan yang

ternyata disana memang benar ada beraktifitas dilahan sengketa, oknum

sertifikat. Hanya perbedaannya, pada preman dan warga serta oknum Kades

tahun 1993 sertifikat tersebut diterbitkan yang menghambat proses penyelesaian

BPN OKU, sedangkan tahun 2014 konflik. Hubungan ketiga aktor tambahan

diterbitkan di BPN OKU Timur atas nama tersebut yaitu perusahaan dan oknum

HAS itu.

kades yang bermusuhan dengan pihak Aktor lain yang menjadi provokator Masyarakat Desa Tanjung Makmur

dalam konflik ini adalah mantan Kades (dilambangkan garis bergelombang) serta

Mendayun Kab. OKU Timur dimana aktor oknum warga dan preman yang

ini telah meperjualbelikan tanah milik berkonflik dengan Masyarakat Desa

masyarakat Desa Tanjung Makmur Tanjung Makmur dilambangkan garis zig-

kepada masyarakat Desa Mendayun zag). Meskipun hubungan ketiga aktor

waktu itu. Hal tersebut juga dikonfirmasi 52 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | Desember 2017 | Volume 3 Nomor 3 waktu itu. Hal tersebut juga dikonfirmasi 52 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | Desember 2017 | Volume 3 Nomor 3

Kabag Tapem Setda OKU Periode Tanjung Makmur, bahwa lahan mereka itu

sebelumnya serta Kesbangpol Kab OKU dicaplok oleh oknum yang tidak

bahwa resolusi yang diambil oleh Pemkab bertanggung jawab. Oknum Kades MAH

OKU dalam menangani kasus ini adalah: dari Kabupaten sebelah mencegah

a. Melakukan peninjauan ke lokasi masyarakat Desa Tanjung Makmur untuk

sengketa

menggarap. Oknum Kades tersebut

b. Menyampaikan surat ke Gubernur dan

Bupati OKU Timur

Mendayun Kabupaten OKU Timur untuk

c. Mengadakan rapat internal

membeli lahan yang sudah oknum

d. Mengikuti rapat koordinasi di provinsi

tersebut buat sertifikat tanahnya sebesar maupun di Kabupaten OKU

2 juta rupiah.

e. Mendampingi tim Penegasan Batas Daerah Prov. Sumsel dalam meninjau

Resolusi Konflik dalam Penyelesaian

lokasi ke lapangan.

Batas Wilayah antara Kabupaten OKU

Selain itu, sudah terdapat Dokumen

dengan OKU Timur

Penyelesaian Batas Wilayah tahun 1988 Pemerintah Kabupaten OKU melalui

dan 1999. Dokumen tahun 1998 ini Bupati maupun tim PBD Kab. OKU

merupakan Dokumen Penegasan Batas beserta tim PBD Provinsi Sumsel telah

Wilayah antara Kecamatan Buay Madang banyak melakukan survey lapangan

sudah menjadi maupun rapat koordinasi bersama

(Yang

sekarang

Kecamatan di Kabupaten OKU Timur) dengan pihak Kabupaten OKU Timur.

dengan Kecamatan Peninjauan Tahap Dalam upaya-upaya terkait resolusi yang

Pertama (I). Sedangkan, dokumen tahun telah dilakukan terkait konflik yang

1999 merupakan Dokumen Penegasan terjadi, menunjukkan bahwa paling tidak

Batas Wilayah antara Kecamatan Buay ada 21 (Dua Puluh Satu tahapan) dari

Madang (Yang sekarang sudah menjadi tahun 2011 – 2013 yang dilakukan untuk

Kecamatan di Kabupaten OKU Timur) mencoba menyelesaiakan konflik batas

dengan Kecamatan Peninjauan Tahap wilayah antara Kabupaten OKU dengan

Kedua (II). Tentunya, kedua dokumen ini Kabupaten OKU Timur.

menjadi dasar yang kuat dalam penentuan batas daerah ditambah

Resolusi Konflik Batas Wilayah Pasca Pemekaran … | Eko G. Samudro | 53 Resolusi Konflik Batas Wilayah Pasca Pemekaran … | Eko G. Samudro | 53

Sketsa tersebut diatas merupakan Departemen Transmigrasi serta surat

dari

hasil pengolahan kembali oleh peneliti kepemilikan tanah dari BPN tahun 1993.

dengan berkas yang asli terlampir. Namun demikian, terhambatnya

Gambar diatas menunjukkan batas penyelesaian konflik batas wilayah

wilayah yang dimulai dari segitiga diakibatkan oleh ketidaksepakatan oleh

perbatasan OKU, OKU Selatan dan OKU kades di segitiga perbatasan antar kedua

Timur sudah disepakati dengan baik. Kabupaten OKU dan OKU Timur. Berikut

Selanjutnya, batas wilayah yang dimulai adalah gambarannya:

dari koordinat 40 sampai 40F, dimana

Gambar 4. Batas antara Kabupaten OKU dengan Kabupaten OKU Timur yang sudah dan

belum disepakati

Sumber: Sketsa yang digambar Kasubbag Dokumentasi Batas Daerah Setda Prov.

Sumsel yang diolah kembali oleh peneliti

54 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | Desember 2017 | Volume 3 Nomor 3 54 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | Desember 2017 | Volume 3 Nomor 3

masalah dengan jemput bola, tidak hanya disepakati dengan berpatokan pada garis

menunggu saja, menjadi bagian dari solusi batas kira-kira pada peta Topografi skala

bukan menjadi bagian dari masalah.

1: 50.000. Namun demikian, dari titik 40F Berdasarkan data yang ada, sampai menuju segitia perbatasan antara

kelompok-kelompok kepentingan ini OKU, Ogan Ilir dan OKU Timur belum

sudah menjalankan fungsinya dengan ditemukan kesepakatan karena Kades

cukup maksimal. Baik itu melakukan Kangkung dari OKU Timur tidak

koordinasi dan komunikasi antar instansi menerima hasil pengukuran meskipun

di dalam Kabupaten sendiri, maupun oknum tersebut tidak bisa menunjukkan

antar Kabupaten. Sebagai contoh, pihak bukti-bukti yang kuat. Untuk mencari

telah melakukan resolusi yang tepat, sesuai dengan

Provinsi Sumsel

beberapa kali rapat koordinasi serta kerangka dinamis oleh Malik, I. (2017) 13 peninjauan langsung ke perbatasan

yang menyebutkan

antara OKU dengan OKU Timur untuk pemangku kepentingan sebagai elemen

bahwa peran

mengukur maupun mencari pilar-pilar keempat dapat membantu menyelesaikan

batas yang hilang. Fasilitasi oleh pihak konflik ini. Para stakeholders ini terdiri

provinsi tersebut sudah menunjukkan dari,

bahwa peran pemerintah provinsi sudah masyarakat, tokoh agama, tokoh adat,

pihak pemerintah,

tokoh

baik. Menurut LSM, kelompok peneliti, media massa,

berjalan

dengan

Permendagri No. 76 Tahun 2012 tentang Polisi maupun pihak militer. Oleh karena

Pedoman Penegasan Batas Daerah pada itu,

pasal 25 ayat 2 menyebutkan bahwa, kepentingan ini diharapkan mampu

kelompok-kelompok

pemangku

Penyelesaian Perselisihan batas daerah menjalin

antar Kabupaten/Kota dalam satu provinsi berkoordinasi dengan sesama mereka

kerjasama,

komunikasi,

dilakukan oleh Gubernur. guna mencegah penyebaran konflik dan

Berdasarkan Permendagri tersebut, menghentikan konflik jika hal tersebut

Sumsel, terhitung sudah terjadi. Pihak-pihak pemangku

pihak

provinsi

semenjak tahun 2011 sampai 2016, telah memfasilitasi Kabupaten OKU dengan

13 Malik, I. (2017). Resolusi Konflik. Jembatan Perdamaian. Jakarta: PT. Kompas Media

OKU Timur paling tidak ± 8 kali melakukan

Nusantara.

rapat koordinasi di Palembang maupun Resolusi Konflik Batas Wilayah Pasca Pemekaran … | Eko G. Samudro | 55 rapat koordinasi di Palembang maupun Resolusi Konflik Batas Wilayah Pasca Pemekaran … | Eko G. Samudro | 55

kerjasama kurang terjalin. 2012, 18 Oktober 2012, 19 November 2013,

Namun, Kasubbag Dokumentasi

19 – 20 Desember 2013, 14 Oktober 2015, 9 Batas Daerah Setda Prov. Sumsel November 2016, dst). Baik pelacakan

berpendapat bahwa, “Kalau saya melihat, maupun rapat koordinasi tentunya telah

semenjak 2014 kesini (2017), semangatnya menurunkan eskalasi konflik yang terjadi

sudah lain. Kalau dulu, sebelum-sebelum dilapangan. Sehingga upaya pemerintah

itu, semangatnya dari kedua kabupaten ini pusat dalam memfasilitasi kedua daerah

jika ditemukan itu maunya konfrontasi”. dianggap cukup berhasil meredam konflik

Selain itu, Syaukani, Gaffar, A., dan Rasyid agar tidak menyebar luas. Namun 14 R. (2002) berpendapat bahwa dalam

demikian, fasilitasi yang dilakukan otonomi daerah, pemerintah daerah pemerintah ini belum berhasil membuat

berperan dalam menjaga harmoni, kedua daerah maupun masyarakat untuk

membina hubungan baik maupun sepakat atas batas-batas wilayah yang

memberikan pelayanan dan perlindungan sudah ditentukan.

kepada masyarakatnya. Oleh karena itu, Elemen kelima yang perlu dibahas

hubungan komunikasi yang baik antar dalam resolusi konflik batas wilayah

instansi maupun masyarakat di dalam antara Kabupaten OKU dengan OKU

maupun antar Kabupaten OKU dengan Timur adalah kemauan politik penguasa.

OKU Timur sendiri, dirasa sangat penting Hal ini bisa dilihat melalui dua hal, yaitu

guna mendukung proses penyelesaian inisiatif

konflik batas wilayah tersebut. Namun penguasa untuk menyelesaikan konflik ini

dan kepemimpinan

para

demikian, hasil penelitian menunjukkan dengan tuntas serta adanya produk

koordinasi maupun hukum maupun kebijakan yang dapat

bahwa

baik

komunikasi antar Kabupaten maupun mencegah dan menyelesaikan konflik.

antar SKPD di kedua Kabupaten OKU dan Insiatif maupun kemauan politik para

OKU Timur, khususnya di Kecamatan pemimpin kedua daerah tentunya

Sinar Peninjauan dan Kecamatan Madang bergerak menuju arah yang lebih positif.

Suku I, memang belum menunjukkan hasil Diduga,

14 Syaukani, Gaffar, A., Rasyid, R. (2002). Otonomi

pemimpin daerah pada periode-periode

Daerah Dalam Negara Kesatuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

sebelumnya dapat dikatakan kurang

56 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | Desember 2017 | Volume 3 Nomor 3 56 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | Desember 2017 | Volume 3 Nomor 3

terakhir (kehancuran), namun terhenti wilayah yang

disengketakan oleh sampai tahapan ke enam saja. Kabupaten OKU Timur kepada pihak

Pertama, tahapan hardening dimana Provinsi. Selain itu, hasil keputusan dari

ketegangan dan rakor di Palembang terkait keberadaan PT

sudah

terjadi

pertentangan serta terdapat posisi yang GNS juga belum dipatuhi oleh pihak yang

menguat dan timbulnya konfrontasi. bersangkutan maupun Pemda OKU Timur

Tahapan ini terjadi pada tahun 1998 dan sendiri. Meskipun hasil wawancara

1999. Kedua, tahapan debates/polemics menunjukkan bahwa komunikasi dan

dimana terdapat polarisasi dalam koordinasi

perasaan, berfikir dan perilaku. Fiksasi Kabupaten, namun fakta yang terjadi

terhadap sudut pandang internal akibat adalah belum adanya kesepakatan terkait

kecurigaan terhadap perilaku pihak lain ini kondisi batas wilayah kedua Kabupaten

terjadi pada tahun 2003 saat pemekaran tersebut.

daerah. Ketiga, tahapan actions not words Selanjutnya,

dimana rasa empati mulai hilang dengan penyelesaian lebih lanjut terkait konflik

untuk

mencari

indikasi terdapat pemahaman yang salah yang berkembang di masyarakat, maka

pada masing-masing pihak dan mulai teori Glasl’s Conflict Escalation Model

muncul ingroup conformity pressure. dalam Yasmi, Y. (2006) 15 digunakan untuk

Tahapan ini terjadi pada tahun 2010 – 2011 menggambarkan

saat keberadaan lahan cetak sawah menganalisis level-level terjadinya konflik

model

dalam

images/coalition serta gambaran penyelesaiannya. Model

dimulai.

Keempat,

dimana tahapan bagi masing-masing ini menjelaskan bahwa ada sembilan

pihak untuk memposisikan lawan sebagai tahapan

pihak negative serta mulai melibatkan demikian, konflik batas wilayah antara

atau mencari dukungan dari aktor diluar Kabupaten OKU dengan Kabupaten OKU

pihak-pihak yang terlibat secara langsung.

Tahapan ini bisa direfleksikan kepada Yasmi,Y. (2006). Manifestation of Conflict

Escalation in Natural Resource Management.

persitiwa dimana masyarakat Desa

Diakses

di

http://www.researchgate.net/profile/Yurdi_Yas

Mendayun OKU Timur mulai melakukan

mi/publication/222402047_Manifestation_of_co nflict_escalation_in_natural_resource_manage

koalisi dengan Desa lain (Kerta Mulya)

ment/links/549105920cf2d1800d87c472.pdf pada

9 Agustus 2017.

Resolusi Konflik Batas Wilayah Pasca Pemekaran … | Eko G. Samudro | 57 Resolusi Konflik Batas Wilayah Pasca Pemekaran … | Eko G. Samudro | 57

kehilangan muka.

Kelima, tahapan lost of face dimana Tahapan keenam yang sekaligus tahapan ini menunjukkan sikap bahwa

tahapan terkahir dalam Konflik Batas lawan juga akan diremehkan, dibuka

Wilyah antara Kabupaten OKU dengan kedoknya termasuk juga menimbulkan

OKU Timur adalah strategies of threat kebohongan atau sesuatu yang dilebih-

pihak-pihak tertentu lebihkan. Tahapan ini dapat direfleksikan

dimana

ancaman untuk dari peristiwa-perisitwa yang terjadi

menggunakan

situasi. Tahapan ini selama konflik memperebutkan lahan

mengontrol

direfleksikan dari pihak maupun oknum cetak sawah yang beralaskan batas

dari OKU Timur dalam mengancam wilayah. Pada tahun 2015 – 2016 banyak

masyarakat untuk mengakses lahan cetak rapat koordinasi maupun survey yang

sawah tersebut dengan cara premanisme dilakukan oleh pemerintah dimana hal

parang dalam tersebut

atau

penggunaan

mengancam masyarakat. Selain itu, maupun batas wilayah yang diukur sesuai

menunjukkan

kepemilikan

keberlanjutan konflik ini membuat oknum dengan versi maupun data-data yang

dari OKU Timur menggunakan plang- dimiliki oleh Kabupaten OKU. Namun

plang nama yang dipasang pada lahan demikian, pihak OKU Timur maupun

cetak sawah tersebut untuk menakut- oknum-oknum nya tidak dapat menerima

nakuti pihak OKU karena lahan tersebut hasil tersebut dengan alasan yang tidak

dimiliki oleh seorang anggota TNI. jelas maupaun alasan yang tidak sesuai

Tahapan tersebut menunjukkan situasi dengan peraturan. Sebagai contoh

win-lose dimana proses penyelesaiannya basecamp PT GNS yang dinyatakan oleh

sudah memasuki tahapan mediasi. provinsi memasuki daerah OKU masih

Meskipun penyelesaian dengan belum bisa ditaati atau diterima oleh

arbitrasi dapat dilakukan, namun ini hanya pihak yang bersangkutan. Selain itu,

menyelesaikan alasan sertifikat kepemilikan yang ganda

sebatas

untuk

pelanggaran-pelanggaran yang maupun ketidaksesuain surat ukur tanah

menyangkut ranah hukum seperti yang dimiliki oleh masyarakat OKU juga

kriminalitas ataupun tindakan-tindakan muncul

premanisme yang dilakukan oleh oknum tertentu sehingga dapat mendukung

58 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | Desember 2017 | Volume 3 Nomor 3 58 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | Desember 2017 | Volume 3 Nomor 3

keluar, tetapi Tanjung Makmur dan Desa Mendayun.

memutuskan

jalan

menggugah pihak-pihak yang berkonflik Berikut adalah gambaran dari

untuk mencari solusi maupun jalan keluar eskalasi

Mediator sendiri penyelesaiannya:

merupakan seorang praktisi atau ahli

Gambar 5.

Glasl’s Conflict Escalation Model

(Sumber: Yasmi, Y, (2006); dioalah kembali oleh peneliti) Nasikun (2003) 16 menambahkan

dalam bidangnya untuk mengidentifikasi bahwa mediasi merupakan bentuk

dipersengketakan, pengendalian yang dilakukan bila kedua

isu-su

yang

opsi-opsi, belah pihak yang bersengketa bersama-

mengembangkan

mempertimbangkan alternatif-alternatif sama sudah sepakat untuk memberikan

dan upaya untuk mencapai sebuah nasihat-nasihatnya atau solusi tentang

kesepakatan.

bagaimana mereka

Perlu dipahami bahwa mediasi menyelesaikan pertentangan mereka.

sebaiknya

sendiri memiliki prinsip kerahasiaan, Mediasi sendiri merupakan proses dimana

kesukarelaan, netralitas, pemberdayaan pihak

serta berorientasi terhadap solusi. Dalam memfasilitasi diskusi yang terjadi diantara

ketiga didatangkan

untuk

hal ini, mediasi terkait konflik batas kelompok yang bertikai. Dalam hal ini,

wilayah antara Kabupaten OKU dengan pihak ketiga disebut mediator yang netral

Kabupaten

Timur perlu mendatangkan mediator yang terampil

OKU

16 Nasikun. (2003). Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

dalam bidangnya atau mediator yang

Resolusi Konflik Batas Wilayah Pasca Pemekaran … | Eko G. Samudro | 59 Resolusi Konflik Batas Wilayah Pasca Pemekaran … | Eko G. Samudro | 59

permasalahan batas wilayah tersebut yaitu masyarakat Desa Tanjung Makmur

Dalam kesempatan yang didampingi oleh jajaran Pemkab

bersama-sama.

tersebut, pihak Kemendagri dapat OKU serta masyarakat Desa Mendayun

peringatan-peringatan yang juga didampingi oleh jajaran Pemkab

memberikan

kepada kedua Bupati untuk segera OKU Timur dihadirkan dalam suatu acara

proses penyelesaian duduk bersama yang ditengahi oleh

mempercepat

konflik batas wilayah antara Kabupaten mediator

OKU dengan Kabupaten OKU Timur guna permasalahan yang terjadi.

untuk

mendiskusikan

menghindari konsekuensi yang dapat Selanjutnya, Rasyid, R. (2007)

merugikan kedua belah pihak. Dengan

17 mengemukakan bahwa Kemendagri adanya peringatan tersebut, tentunya menjadi instansi yang berperan penting

kedua belah pihak yang berkonflik dapat dalam peran pengawasan dan bimbingan

berunding untuk mencari upaya-upaya kepada pemerintah daerah untuk

tidak terkena menjalankan proses otonomi daerah.

penyelesaian

agar

“hukuman” dari pihak pusat, dalam hal ini Dalam hal ini, tentunya pihak Kemendagri

Kemendagri. Hal ini merupakan upaya juga dapat berperan aktif untuk

Dokumen yang terkait

View of SIMULASI ANTRIAN PROGRAM SIMPANAN KELUARGA SEJAHTERA DENGAN METODE MIXED PSEUDO RANDOM NUMBER GENERATOR

0 0 13

Program Studi Teknik Informatika, STIKOM Dinamika Bangsa, Jambi Jl. Jendral Sudirman Thehok – Jambi Email: Mquazonixygmail.com1, Yudinoviantostikom-db.ac.id2 ABSTRAK - View of PERANCANGAN SISTEM PENGOLAHAN DATA ANGKUTAN PADA PT. ANUGRAH GUNA MUSTIKA JAMBI

0 0 10

PERAN PEMERINTAH KOTA MADIUN DALAM PENANGANAN KONFLIK PERGURUAN SILAT PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE DAN PERGURUAN SILAT PERSAUDARAAN SETIA HATI WINONGO TUNAS MUDA THE ROLE OF MADIUN’S LOCAL GOVERNMENT IN THE CONFLICT MANAGEMENT OF SILAT COMMUNITY SETIA H

0 1 32

PEMBANGUNAN PERDAMAIAN DAN HARMONI SOSIAL DI BALI MELALUI KEARIFAN LOKAL MENYAMA BRAYA PEACEBUILDING AND SOCIAL HARMONY IN BALI WITH THE LOCAL WISDOM MENYAMA BARAYA

0 0 19

THE IMPLEMENTATION OF EARLY WARNING AND CONFLICT RESOLUTION SYSTEM BY LOCAL GOVERNMENT TO HANDLING THE SOCIAL CONFLICT IN WEST NUSA TENGGARA (CASE STUDY: SOCIAL CONFLICT BETWEEN SAMAWA ETHNIC AND BALI ETHNIC IN 2013)

0 0 28

PENANGGULANGAN TERORISME BERDASARKAN KONSEP POBLEM-SOLVING APPROACH (KAJIAN PADA RESPONS PEMERINTAH TERHADAP GERAKAN JAMAAH ANSHARUT TAUHID) COUNTER TERRORISM BASED ON THE CONCEPT OF PROBLEM- SOLVING APPROACH (STUDY ON THE GOVERNMENT RESPONSES

0 0 16

RESOLUSI KONFLIK PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI PASAR TANAH ABANG PROVINSI DKI JAKARTA CONFLICT RESOLUTION THE STREET VENDORS (PKL) IN PASAR TANAH ABANG IN DKI JAKARTA PROVINCE

0 0 16

DINAMIKA FAKE NEWS ATAU HOAX SEBAGAI SUMBER KONFLIK HORISONTAL PADA PILKADA PROPINSI DKI TAHUN 2017 DYNAMICS FAKE NEWS OR HOAX AS A SOURCE OF HORIZONTAL CONFLICT IN THE PROVINCIAL POVERTY OF DKI JAKARTA 2017

0 0 26

PELIBATAN APARAT TNI DALAM TUGAS PERBANTUAN KEPADA POLRI (STUDI KASUS KONFLIK PENERTIBAN KOMPLEK KALIJODO DI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2016) INDONESIA NATIONAL ARM FORCES INTERVENTION IN THE AID-GIVING ASSIGNMENT TOWARDS THE INDONESIAN NATIONAL

0 0 22

PERAN PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENGELOLA KONFLIK LAUT CHINA SELATAN THE ROLE OF INDONESIAN GOVERNMENT IN MANAGING OF SOUTH CHINA SEA CONFLICT

0 0 26