Perekonomian Indonesia Fakultas Program doc

MODUL PERKULIAHAN

Perekonomian
Indonesia

Neraca
Pembayaran
Luar Negeri
Modul Standar untuk
digunakan dalam
Perkuliahan di Universitas
Mercu Buana

Fakultas

Program Studi

FEB

S1.Akuntansi


Tatap Muka

12

Kode MK

Disusun Oleh

84041

Matsani, S.E, M.M

Abstract

Kompetensi

Mampu mengenal Perekonomian
Indonesia.

Mampu menjelaskan mengenai neraca

pembayaran LN

PENDAHULUAN
Neraca pembayaran suatu negara adalah catatan yang sistematis tentang transaksi
ekonomi internasional antara penduduk Negara itu dengan penduduka Negara lain dalam
jangka waktu tertentu. Atau suatu neraca pembukuan yang menunjukkan nilai berbagai
transaksi (mutasi) keuangan yang dilakukan antara satu Negara dengan Negara-negara lain
dalam satu tahun tertentu.
Pada dasarnya neraca pembayaran adalah sebuah catatan sistematis dari semua transaksi
ekonomi internasional (perdagangan, investasi, dan pinjaman) yang terjadi antara penduduk
dalam negeri pada suatu negara dengan penduduk luar negeri selama jangka waktu tertentu
biasanya satu tahun dan dinyatakan dalam dolar AS.Neraca pembayaran mencakup
pembelian dan penjualan barang dan jasa, hibah dari individu dan pemerintah asing, dan
transaksi
Umumnya neraca pembayaran terbagi atas neraca transaksi berjalan dan neraca modal dan
finansial, dan item-item financial. Selain itu, neraca pembayaran luar negeri atau balance of
payment juga diidentifikasikan sebagai suatu ringkasan pernyataan atau laporan yang pada
intinya menyebutkan semua transaksi yang dilakukan oleh penduduk negara lain, dan
kesemuanya dicatat dengan menggunakan metode dan dalam waktu tertentu. Neraca
pembayaran ini sangat berguna karena dapat menunjukan struktur dan komposisi transaksi

ekonomi dan posisi keuangan internasional dari suatu negara dengan mengetahui secara
terperinci. Lembaga keuangan seperti IMF, bank dunia dan negara-negara donor juga
menggunakan pemberi bantuan keuangan kepada suatu Negara.
Rekening neraca pembayaran luar negeri umumnya digunakan dalam upaya mengetahui
apa yang sedang berlangsung pada perdagangan internasional. Dengan mengunakan
rekening pembayaran tersebut, maka pemerintah dapat mengawasi transaksi antar negara
yang telah disusun didalamnya. Pencatatan transaksi pembayaran tersebut muncul dari
perdagangan barang dan jasa serta dari pendapatan berupa bunga, keuntungan, dan
deviden dari modal yang dimiliki di satu negara dan di investasikan di negara lain.
‘1
3

2

Perekonomian Indonesia

Matsani, S.E, M.M

Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id


Adapun tujuan dari Neraca pembayaran yaitu sebagai berikut :
1. Sebagai bahan pertimbangna bagi pemerintah untuk mengambil langkah-langkah di
bidang ekonomi. Bidang ekonomi disini termasuk ekspor dan impor, hubungan utang
piutang, hubungan penanaman modal, dan hubungan lainnya yang menyangkut
neraca pembayaran.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk mengambil kebijkan di bidang
moneter dan fiscal.
3. Sebagai bahan pertimbangan

bagi pemerintah untuk mengetahui pengaruh

hubungan ekonomi internasional terhadap pendapatan nasional.
4. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk mengambil kebijakan di bidang
politik perdagangan Internasional.
Neraca pembayaran internasional terdiri dari beberapa transaksi. Transaksi-transaksi
dalam neraca pembayaran intenasional tersebut perlu dibedakan satu sama lain, yaitu:
transaksi-transaksi mana yang merupakan transaksi kredit dan transaksi mana yang
merupakan transaksi debet. Hal ini dilakukan karena tanpa adanya pembedaan ini suatu
neraca pembayaran intenasional tidak akan mempunyai arti sama sekali. Dalam kita

menggolong-golongkan transaksi-transaksi intenasional ke dalam transaksi kredit dan
transaksi debet adapun prinsip-prinsip yang perlu kita perhatikan adalah:
a. Suatu transaksi merupakan transaksi kredit, apabila transaksi tersebut timbulnya
atau bertambahnya hak bagi penduduk negara yang mempunyai

neraca

pembayaran internasional tersebut untuk menerima pembayaran dari negara lain.
b. Suatu

transaksi

merupakan

transaksi

debit,

apabila


transaksi

tersebut

mengakibatkan timbulnya atau bertambahnya kewajiban bagi penduduk negara yang
mempunyai neraca pembayaran tersebut untuk mengadakan pembayaran kepada
penduduk negara lain.
Transaksi internasional diartikan sebagi aktivitas pertukaran barang, jasa, atau asset
antara penduduk dari suatu negara dengan penduduk dari negara lain. Istilah penduduk di
sini tidak hanya menunjuk pada individu, namun juga perusahaan, unit-unit ekonomi pada
umumnya, dan bahkan pemerintah. Namun, hadiah dan beberapa bentuk transfer (yang
tidak disertai dengan pembayaran) juga dimasukkan dalam pencatatan neraca pembayaran
dari suatu Negara.
KOMPONEN NERACA PEMBAYARAN LUAR NEGERI
Pada dasarnya neraca pembayaran terdiri dari 2 (dua) komponen. Komponen
pertama adalah neraca perdagangan (balance of trade), merupakan selisih nilai ekspor dan
‘1
3

3


Perekonomian Indonesia

Matsani, S.E, M.M

Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

nilai impor suatu barang. Neraca perdagangan yang mengalami surplus berarti bahwa
ekspor barang lebih besar daripada impor barang. Akan tetapi jika negatif berarti nilai impor
barang lebih besar daripada nilai ekspornya.
Sedangkan komponen kedua adalah neraca jasa yang merupakan selisih antara
ekspor jasa dan impor jasa. Neraca jasa positif menunjukkan bahwa ekspor jasa lebih besar
daripada impor jasa, dan jika bernilai negatif bila impor jasa lebih besar dari ekspornya.
Apabila kedua komponen tersebut, yaitu neraca perdagangan dan neraca jasa digabung,
maka akan diperoleh neraca transaksi berjalan atau current account

1. Neraca Transaksi Berjalan (Current Account)
Neraca transaksi berjalan merupakan gabungan dari neraca perdagangan dan
neraca jasa. Neraca transaksi berjalan (current account) di dalamnya mencatat segenap

arus perdagangan barang dan jasa serta transfer unilateral (satu arah).
Kategori utama dari transaksi atau perdagangan jasa adalah transaksi untuk jasa
perjalanan dan transportasi, penerimaan dan pengeluaran atas investasi asing, serta
transaksi-transaksi militer. Transfer unilateral umumnya mengacu pada kiriman atau
pemberian dana dari individu dan pemerintah domestik kepada pihak asing, serta berbagai
kiriman dari pihak asing (pemerintah maupun individu) kepada pihak domestik (pemerintah
atau individu) pendapatan dari ekspor barang dan jasa, serta penerimaan transfer unilateral
masuk kedalam neraca transaksi berjalan sebagai kredit (+) karena transaksi itu membawa
penerimaan pembayaran dari pihak luar negeri. Sebaliknya, pengeluaran untuk impor
barang dan jasa serta pengeluaran transfer unilateral masuk kedalam neraca transaksi
berjalan sebagai debet (-) karena hal itu mengakibatkan kewajiban pembayaran pihak
domestik kepada pihak luar negeri.
Transaksi ekspor meliputi ekspor barang dan ekspor jasa. Ekspor barang meliputi
barang-barang yang bisa dilihat secara fisik seperti minyak, kayu, tembakau, timah dan
sebagainya. Ekspor jasa misalnya penjualan jasa-jasa angkutan, tourisme, dan asuransi.
Dalam transaksi jasa ini termasuk juga pendapatan dari investasi capital di luar negeri.
Impor barang misalnya barang konsumsi, bahan mentah untuk industri. Sedangkan impor
jasa meliputi pembelian jasa-jasa dari penduduk negara lain. Termasuk dalam impor jasa
adalah pembayaran pendapatan (bunga, deviden, atau keuntungan) untuk modal yang
ditanam di dalam negeri oleh penduduk negara lain.

Transaksi yang sedang berjalan mempunyai arti khusus. Surplus transaksi berjalan
menunjukkan bahwa ekspor lebih besar daripada impor. Ini berarti bahwa suatu Negara

‘1
3

4

Perekonomian Indonesia

Matsani, S.E, M.M

Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

mengalami akumulasi kekayaan valuta asing, sehingga mempunyai saldo (+) dalam
investasi luar negeri. Sebaliknya defisit transaksi beijalan berarti impor lebih besar daripada
ekspor, sehingga terjadi pengurangan investasi di luar negeri. Dengan demikian transaksi
berjalan sangat erat hubungannya dengan pendapatan nasional, karena ekspor dan impor
merupakan komponen penghasilan nasional.

2. Neraca Modal (Capital Account)
Pada dasarnya neraca modal merupakan bagian dari neraca pembayaran yang
khusus mencatat arus masuk dan arus keluar dari pinjaman dan investasi asing, serta
segenap pembayaran bunga dan cicilan hutang. Neraca modal menunjukkan perubahan
dalam harta kekayaan (asset) negara di luar negeri dan asset luar negeri di negara itu, di
luar asset cadangan pemerintah.
Kenaikan dalam aset negara di luar negeri dan pengeluaran dalam aset luar negeri
di negara itu (selain daripada aset pemerintah) merupakan arus keluar modal (capital
outflow) atau debet (-), karena hal itu menyebabkan pembayaran kepada pihak asing. Dilain
pihak penurunan dalam asset negara tersebut di luar negeri dan kenaikan asset luar negeri
di negara itu adalah arus masukan modal (capital) atau kredit karena hal itu menimbulkan
penerimaan dari orang asing Transaksi modal dapat dibagi dua, yaitu:
1) Transaksi modal jangka pendek, meliputi:
a) Kredit untuk perdagangan dari negara lain (transaksi kredit) atau kredit
perdagangan yang diberikan kepada penduduk negara lain (transaksi debet).
b) Deposito bank di luar negeri (transaksi debet) atau deposito bank didalam negeri
milik penduduk negara lain (transaksi kredit).
c) Pembelian surat berharga luar negeri jangka pendek (transaksi debet) atau
penjualan surat berharga dalam negeri jangka pendek kepada penduduk negara
lain (transaksi kredit).

2) Transaksi modal jangka panjang, meliputi:
a) Investasi langsung di luar negeri (transaksi debet) atau investasi asing di dalam
negeri (transaksi kredit).
b) Pembelian surat-surat berharga jangka panjang milik penduduk negara lain
(transaksi debet) atau pembelian surat-surat berharga jangka panjang dalam
negeri oleh penduduk asing (transaksi kredit).

‘1
3

5

Perekonomian Indonesia

Matsani, S.E, M.M

Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

c) Pinjaman jangka panjang yang diberikan kepada penduduk negara lain (transaksi
debet) atau pinjaman jangka panjang yang diterima dari penduduk negara lain
(transaksi kredit).
Jadi setiap transaksi modal yang menyebabkan kenaikan maupun penurunan
kekayaan suatu negara di luar negeri merupakan aliran modal keluar (masuk) atau
merupakan transaksi debet (kredit). Demikian juga setiap transaksi modal yang
menyebabkan kenaikan (penurunan) kekayaan asing di dalam negeri merupakan aliran
modal masuk (keluar) atau merupakan transaksi debet (kredit).
3. Cadangan Devisa
Cadangan devisa adalah sejumlah valuta asing yang dicadangkan dan dikuasai oleh
bank sentral. Bank Sentral di Indonesia sampai saat ini diberi nama Bank Indonesia. Dana
cadangan devisa ini digunakan untuk membiayai impor dan kewajiban lain kepada pihak
asing, seperti pembayaran pinjaman luar negeri. Besar kecilnya cadangan devisa
tergantung pada neraca pembayaran. Cadangan devisa berasal dari dua sumber, yaitu
pendapatan ekspor bersih atau surplus neraca modal.
1. Devisa dan Valuta Asing Devisa (foreign exchange) menurut pasal 1 UU No. 32/1964
adalah :
a. Saldo bank resmi dari Bank Indonesia
b. Valuta asing lainnya tidak termasuk uang logam, yang mempunyai catatan kurs
resmi dari BI
Dari ketentuan di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian devisa mencakup baik valuta
asing dalam bentuk simpanan dibank maupun valuta asing dalam bentuk uang tunai tidak
termasuk uang logam), yang kedua-duanya mempunyai catatan kurs resmi di Bank
Indonesia.
Menurut UU No. 32/1964 dibedakan tiga jenis devisa :
1) Devisa ready, yaitu devisa yang telah dikreditkan ke dalam rekening bank dan siap
untuk dipergunakan
2) Devisa Ready, yaitu devisa yang belum dikreditkan ke dalam rekening bank dan
masih dalam proses penagihannya atau masih menunggu jatuh tempo untuk dapat
dipergunakan.

‘1
3

6

Perekonomian Indonesia

Matsani, S.E, M.M

Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

3) Devisa tunai, yaitu devisa yang berupa uang kertas asing atau bank note yang
mempunyai catatan kurs resmi pada Bank Indonesia.
Valuta Asing (foreign currency) atau valas tidak lain adalah jenis devisa tunai seperti
dimaksud di atas.
2. Konsep Cadangan Devisa
Sesuai kesepakatan dengan IMF, konsep pencatatan cadangan devisa oleh Bank
Indonesia perlu disesuaikan dengan metode yang dipakai secara internasional, yaitu
balance of payment manual IMF dan program special Data dissemination Standard (SDDS)
IMF.Maksudnya agar angka cadangan devisa Indonesia mudah dimengerti oleh semua
pelaku pasar internasional dan dapat diperbandingkan dengan dta negara-negara lain
sehinggga dapat memberi gambaran yang lengkap kondisi ekonomi Indonesia.
Sejak Januari 1998 Bank Indonesia mengubah konsep cadangan devisa resmi
menjadi konsep aktiva luar negeri bruto (gross foreign assets = GFA). Di samping konsep
GFA, Bank Indonesia juga mengumumkan posisi cadangan luar negeri bersih (net
international reserve = NR).
Pengertian NIR adalah GFA dikurangi kewajiban-kewajiban BI dalam valuta asing,
yaitu:
a. Utang dalam valuta asing dengan masa jatuh tempo sampai dengan 1 tahun
(termasuk penggunaan dana pinjaman IMF)
b. Kewajiban bersih valuta asing dalam rangka transaksi forward (net forward position)
c. Simpanan valuta asing bank-bank di BI dalam rangka pemenuhan ketentuan GWM
dalam valuta asing.
4. Selisih Perhitungan
Rekening ini merupakan rekening penyeimbang apabila nilai transaksi-transaksi
kredit tidak persis sama dengan nilai transaksi-transaksi debit. Dengan adanya rekening
selisih perhitungan ini maka jumlah total nilai sebelah kredit dan debit dari suatu neraca
pembayaran internasional akan selalu sama (balance).
ANALISIS KEBIJAKAN NERACA PEMBAYARAN LN

‘1
3

7

Perekonomian Indonesia

Matsani, S.E, M.M

Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Kebijakan ekonomi internasional dalam arti luas adalah tindakan/ kebijakan ekonomi
pemerintah yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi komposisi, arah
serta bentuk dari pada perdagangan dan pembayaran internasional.
Dalam arti sempit kebijakan ekonomi internasional adalah tindakan/ kebijakan
ekonomi pemerintah yang secara langsung mempengaruhi perdagangan dan pembayaran
internasional.
Instrumen kebijakan ekonomi internasional meliputi : (1) kebijakan perdagangan
internasional; (2) kebijakan pembayaran internasional; (2) kebijakan bantuan luar negeri.
1)

KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL
a. Cakupan kebijakan meliputi tindakan pemerintah terhadap transaksi-transaksi dalam
b. TINDAKAN/ KEBIJAKAN PEMERINTAH :
(1)

Mengundangkan UU No.5/ 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat: untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing
usaha;

(2)

Menurunkan

tarif

pajak

ekspor

(beberapa

produk

tertentu):

untuk

meningkatkan daya saing.
(3)

Mendirikan PT. Bank Ekspor Indonesia (BEI): menyediakan pembiayaan,
penjaminan, jasa konsultasi dan usaha lain untuk meningkatkan ekspor.

2)KEBIJAKAN PEMBAYARAN INTERNASIONAL
a.

Kebijakan ini meliputi tindakan/ kebijakan pemerintah rekening modal (Modal di

Luar Sektor Moneter): menyangkut lalu lintas modal masuk dan keluar.
b.

Tindakan/ kebijakan pemerintah :

1.

Penghapusan pembatasan penanaman modal asing (PMA): di bidang

perkebunan kelapa sawit, perdagangan eceran dan grosir.
2.
3.

Pengesahan

kerangka

kerja

sama

8

antar

ASEAN

Mengundangkan UU No. 24/ 1999 tentang lalu lintas Devisa dan Sistem Nilai

Tukar

‘1
3

investasi

Perekonomian Indonesia

Matsani, S.E, M.M

Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

4.

Peraturan BI, PBI No.1/9/PBI/1999: ketentuan mengenai kewajiban pelaporan

lalu lintas (kegiatan) devisa melalui Bank dan LKBB.
3) KEBIJAKAN BANTUAN LUAR NEGERI
a. Kebijakan bantuan luar negeri adalah tindakan/ kebijakan pemerintah yang
berhubungan

dengan

bantuan

(grants),

pinjaman

(loans):

b. Tindakan/ kebijakan pemerintah : Pemerintah bersama bank Indonesia
meneruskan upaya penyelesaian masalah utang luar negeri dan dalam negeri salah
satu penyelesaian utang luar negeri adalah
1.

Neraca Transaksi Berjalan (Current Account)

Neraca transaksi berjalan merupakan gabungan dari neraca perdagangan dan
neraca jasa. Neraca transaksi berjalan (current account) di dalamnya mencatat
segenap arus perdagangan barang dan jasa serta transfer unilateral (satu arah).
Kategori utama dari transaksi atau perdagangan jasa adalah transaksi untuk jasa
perjalanan dan transportasi, penerimaan dan pengeluaran atas investasi asing, serta
transaksi-transaksi militer. Transfer unilateral umumnya mengacu pada kiriman atau
pemberian dana dari individu dan pemerintah domestik kepada pihak asing, serta
berbagai kiriman dari pihak asing (pemerintah maupun individu) kepada pihak
domestik (pemerintah atau individu) pendapatan dari ekspor barang dan jasa, serta
penerimaan transfer unilateral masuk kedalam neraca transaksi berjalan sebagai
kredit (+) karena transaksi itu membawa penerimaan pembayaran dari pihak luar
negeri. Sebaliknya, pengeluaran untuk impor barang dan jasa serta pengeluaran
transfer unilateral masuk kedalam neraca transaksi berjalan sebagai debet (-) karena
hal itu mengakibatkan kewajiban pembayaran pihak domestik kepada pihak luar
negeri.
Transaksi ekspor meliputi ekspor barang dan ekspor jasa. Ekspor barang meliputi
barang-barang yang bisa dilihat secara fisik seperti minyak, kayu, tembakau, timah
dan sebagainya. Ekspor jasa misalnya penjualan jasa-jasa angkutan, tourisme, dan
asuransi. Dalam transaksi jasa ini termasuk juga pendapatan dari investasi capital di
luar negeri. Impor barang misalnya barang konsumsi, bahan mentah untuk industri.
Sedangkan impor jasa meliputi pembelian jasa-jasa dari penduduk negara lain.
Termasuk dalam impor jasa adalah pembayaran pendapatan (bunga, deviden, atau
keuntungan) untuk modal yang ditanam di dalam negeri oleh penduduk negara lain.
‘1
3

9

Perekonomian Indonesia

Matsani, S.E, M.M

Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Transaksi yang sedang berjalan mempunyai arti khusus. Surplus transaksi berjalan
menunjukkan bahwa ekspor lebih besar daripada impor. Ini berarti bahwa suatu
Negara mengalami akumulasi kekayaan valuta asing, sehingga mempunyai saldo
(+) dalam investasi luar negeri. Sebaliknya defisit transaksi beijalan berarti impor
lebih besar daripada ekspor, sehingga terjadi pengurangan investasi di luar negeri.
Dengan demikian transaksi berjalan sangat erat hubungannya dengan pendapatan
nasional, karena ekspor dan impor merupakan komponen penghasilan nasional.

2.

Neraca Modal (Capital Account)

Pada dasarnya neraca modal merupakan bagian dari neraca pembayaran yang
khusus mencatat arus masuk dan arus keluar dari pinjaman dan investasi asing,
serta segenap pembayaran bunga dan cicilan hutang. Neraca modal menunjukkan
perubahan dalam harta kekayaan (asset) negara di luar negeri dan asset luar negeri
di negara itu, di luar asset cadangan pemerintah.
Kenaikan dalam aset negara di luar negeri dan pengeluaran dalam aset luar negeri
di negara itu (selain daripada aset pemerintah) merupakan arus keluar modal (capital
outflow) atau debet (-), karena hal itu menyebabkan pembayaran kepada pihak
asing. Dilain pihak penurunan dalam asset negara tersebut di luar negeri dan
kenaikan asset luar negeri di negara itu adalah arus masukan modal (capital) atau
kredit karena hal itu menimbulkan penerimaan dari orang asing Transaksi modal
dapat

dibagi

dua,

yaitu:

1) Transaksi modal jangka pendek, meliputi:
a) Kredit untuk perdagangan dari negara lain (transaksi kredit) atau kredit
perdagangan yang diberikan kepada penduduk negara lain (transaksi debet).
b) Deposito bank di luar negeri (transaksi debet) atau deposito bank didalam negeri
milik penduduk negara lain (transaksi kredit).
c) Pembelian surat berharga luar negeri jangka pendek (transaksi debet) atau
penjualan surat berharga dalam negeri jangka pendek kepada penduduk negara
lain (transaksi kredit).

‘1
3

10

Perekonomian Indonesia

Matsani, S.E, M.M

Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

2)Transaksi modal jangka panjang, meliputi:
a) Investasi langsung di luar negeri (transaksi debet) atau investasi asing di dalam
negeri (transaksi kredit).
b) Pembelian surat-surat berharga jangka panjang milik penduduk negara lain
(transaksi debet) atau pembelian surat-surat berharga jangka panjang dalam negeri
oleh penduduk asing (transaksi kredit).
c) Pinjaman jangka panjang yang diberikan kepada penduduk negara lain (transaksi
debet) atau pinjaman jangka panjang yang diterima dari penduduk negara lain
(transaksi kredit).
Jadi setiap transaksi modal yang menyebabkan kenaikan maupun penurunan
kekayaan suatu negara di luar negeri merupakan aliran modal keluar (masuk) atau
merupakan transaksi debet (kredit). Demikian juga setiap transaksi modal yang
menyebabkan kenaikan (penurunan) kekayaan asing di dalam negeri merupakan
aliran
3.

modal

masuk

(keluar)

atau

merupakan

transaksi

debet

(kredit).

Cadangan Devisa

Cadangan devisa adalah sejumlah valuta asing yang dicadangkan dan dikuasai oleh
bank sentral. Bank Sentral di Indonesia sampai saat ini diberi nama Bank Indonesia.
Dana cadangan devisa ini digunakan untuk membiayai impor dan kewajiban lain
kepada pihak asing, seperti pembayaran pinjaman luar negeri. Besar kecilnya
cadangan devisa tergantung pada neraca pembayaran. Cadangan devisa berasal
dari dua sumber, yaitu pendapatan ekspor bersih atau surplus neraca modal.
1)

Devisa dan Valuta Asing

Devisa (foreign exchange) menurut pasal 1 UU No. 32/1964 adalah :
a. Saldo bank resmi dari Bank Indonesia
b. Valuta asing lainnya tidak termasuk uang logam, yang mempunyai catatan kurs
resmi dari BI
Dari ketentuan di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian devisa mencakup
baik valuta asing dalam bentuk simpanan dibank maupun valuta asing dalam
bentuk uang tunai tidak termasuk uang logam), yang kedua-duanya mempunyai
catatan kurs resmi di Bank Indonesia.

‘1
3

11

Perekonomian Indonesia

Matsani, S.E, M.M

Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Menurut UU No. 32/1964 dibedakan tiga jenis devisa :
(1)

Devisa ready, yaitu devisa yang telah dikreditkan ke dalam rekening bank dan siap
untuk dipergunakan

(2)

Devisa Ready, yaitu devisa yang belum dikreditkan ke dalam rekening bank dan
masih dalam proses penagihannya atau masih menunggu jatuh tempo untuk dapat
dipergunakan.

(3)

Devisa tunai, yaitu devisa yang berupa uang kertas asing atau bank note yang
mempunyai

catatan

kurs

resmi

pada

Bank

Indonesia.

Valuta Asing (foreign currency) atau valas tidak lain adalah jenis devisa tunai
seperti dimaksud di atas.
2) Konsep Cadangan Devisa
Sesuai kesepakatan dengan IMF, konsep pencatatan cadangan devisa oleh Bank
Indonesia perlu disesuaikan dengan metode yang dipakai secara internasional, yaitu
balance of payment manual IMF dan program special Data dissemination Standard
(SDDS) IMF.Maksudnya agar angka cadangan devisa Indonesia mudah dimengerti
oleh semua pelaku pasar internasional dan dapat diperbandingkan dengan dta
negara-negara lain sehinggga dapat memberi gambaran yang lengkap kondisi
ekonomi Indonesia.
Sejak Januari 1998 Bank Indonesia mengubah konsep cadangan devisa resmi
menjadi konsep aktiva luar negeri bruto (gross foreign assets = GFA). Di samping
konsep GFA, Bank Indonesia juga mengumumkan posisi cadangan luar negeri
bersih (net international reserve = NR).
Pengertian NIR adalah GFA dikurangi kewajiban-kewajiban BI dalam valuta asing,
yaitu :
a.

Utang dalam valuta asing dengan masa jatuh tempo sampai dengan 1 tahun
(termasuk penggunaan dana pinjaman IMF)

b.

Kewajiban bersih valuta asing dalam rangka transaksi forward (net forward
position)

c.

Simpanan valuta asing bank-bank di BI dalam rangka pemenuhan ketentuan
GWM dalam valuta asing.

‘1
3

12

Perekonomian Indonesia

Matsani, S.E, M.M

Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

4.Selisih Perhitungan
Rekening ini merupakan rekening penyeimbang apabila nilai transaksi-transaksi
kredit tidak persis sama dengan nilai transaksi-transaksi debit. Dengan adanya
rekening selisih perhitungan ini maka jumlah total nilai sebelah kredit dan debit dari
suatu neraca pembayaran internasional akan selalu sama (balance)

(1)

Pemerintah melanjutkan kesepakatan Frankfrut 4 Juni 1998 mengenai

restrukturisasi utang jangka pendek antar bank melalui pertemuan di London 29 Maret 1999.
(2) Hasil kesepakatan pertemuan London: menukarkan utang luar negeri antar bank
(exchange offer) yang jatuh tempo antara 1-4-1999 s/d 31-12-2001 dengan utang baru yang
jatuh tempo antara tahun 2002 hingga tahun 2005.
(3) Fasilitas yang diberikan kepada para debitor dan kreditor untuk menyelesaikan
masalahnya melalui PRAKASA JAKARTA dan INDRA (Indonesia Debt Restruturing Gency)

PENGARUH NERACA PEMBAYARAN LUAR NEGERI TERHADAP PEREKONOMIAN
INDONESIA
Secara umum apabila kita ingin mengkaji lebih mendalam terkait pengaruh neraca
pembayaran luar negeri bagi Indonesia, maka kita harus mengetahui terlebih dahulu
mengenai proses penyeimbangan kembali neraca pembayaran, karena pengaruh dari pada
neraca pembayaran terlihat secara jelas pada proses penyeimbangan kembali neraca
pembayaran .Didalam proses penyeimbangan kembali neraca pembayaran tersebut terdiri
dari

3

komponen,

yaitu

tingkat

harga,

tingkat

kurs,

dan

sektor

moneter.

1. Tingkat harga
Neraca pembayaran yang surplus dapat menyebabkan bertambahnya uang yang beredar di
masyarakat. Sebaliknya jika neraca pembayaran defisit akan mengurangi jumlah uang yang
beredar. Pertambahan uang yang beredar menyebabkan kenaikan harga, dan sebaliknya
berkurangnya uang yang beredar menyebabakan penurunan harga. Surplus neraca
pembayaran akan meningkatakan jumlah uang yang beredar, harga naik dan inflasi yang
akan mengakibatkan daya saing produsen dalam negeri menurun dibandingkan produsen
luar negeri, hal ini akan meningkatkan impor daripada impor. Kenaikan impor dan penurunan
ekspor keduanya bersama-sama mendorong berkurangnya surplus neraca pembayaran
proses penyeimbangan ini akan berjalan terus menerus dengan surplus neraca pembayaran
suatu negara dibarengi dengan derfisit neraca pembayaran negara asing. Jumlah uang
‘1
3

13

Perekonomian Indonesia

Matsani, S.E, M.M

Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

yang beredar dinegara asing akan berkurang maka harga akan turun dan terjadi inflasi,
berarti daya saing produsennya meningkat, terjadi peningkatan ekspor dan penurunan impor
negara asing tersebut
2. Tingkat kurs
Dalam penyeimbangan melalui tingkat kurs ini adalah devaluasi untuk defisit dan revaluasi
untuk

surplus.

Keberhasilan

devaluasi

untuk

menghilangkan

atau

mengurangi

ketidakseimbangan tergantung pada elastisitas permintaan dan penawaran valuta asing.
3. Sektor moneter
Pendekatan

sektor

moneter

neraca

pembayaran

menganggap

bahwa

timbulnya

ketidakseimbangan neraca pembayaran karena ketidakseimbangan portopolio yaitu saldo
kas yang terjadi berbeda dengan saldo kas yang diinginkan masyarakat. Menyamakan saldo
kas

yang

terjadi

dengan

yang

diinginkan

ketidakseimbangan

neraca

pembayaran

dan

inilah

yang

menyebabkan

berfluktuasinya

kurs

timbulnya

valuta

asing.

Ketidakseimbangan neraca pembayaran adalah semata-mata merupakan gejala moneter,
oleh karena itu mengendalikan jumlah uang yang beredar dalam sistem kurs tetap tidak
akan ada hasilnya. Mempengaruhi jumlah uang secara efektif akan dapat dilakukan dalam
sistem kurs bebas, dalam penyeimbangan neraca pembayaran. Pengaruh timbal balik
antara kebijaksanaan moneter dinegara-negara lain hanya akan berpengaruh kepada kurs
dan tidak pada neraca pembayaran
Perkembangan ULN Indonesia
Kebijakan pinjaman luar negeri pemerintah
Besarnya akumulasi ULN, khususnya dari pemerintah, dan terutama sangat terasa
setelah krisis ekonomi 1997/1998, memaksa pemerintah Indonesia mengatur secara khusus
atau mengubah paradigma soal penanganan PLN di dalam Garis Besar Haluan Negara
(GBHN) Tahun 1999-2004. Sejak itu, kebijakan fiskal yang menjadi andalan bagi
penerimaan pemerintah ditekankan untuk mengurangi ketergantungan pemerintah terhadap
ULN. Selain GBHN 1999-2004, amanat pengurangan ketergantungan pemerintah (atau
APBN)

terhadap

ULN

juga

diliuangkan

dalam

Program

Pembangunan

Nasional

(PROPENAS) 2000-2004 (Undang –undang No.25 tahun 2000) mengenai program atai
pedoman secara rinci pengelolaan utang pemerintah. Program ini untuk mewujudkan
kemandirian

pembiayaan

pembangunan.

Adapun

sasaranya

adalah

tercapainya

penggunaan pinjaman pemerintah, baik dalam negeri maupun luar negeri, beban ULN.
Kegiatan pokok yang dilakukan :

‘1
3

14

Perekonomian Indonesia

Matsani, S.E, M.M

Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

a) Mengurangi secara bertahap pembiayaan pembangunan dalam memakai
ULN, yang merupakan selilsih antara pencairan pinjaman baru dan
pembayaran pokok utang. Sejalan dengan peningkatn penerimaan dalam
negeri,tingkat ULN diupayakan menurun setiap tahunnya.
b) Membenahi

mekanisme

dan

prosedur

pelaksanaan

PLN,

termasuk

perencanaan, proses seleksi, pemanfaatan dan pengawasannya. ULN
pemerintah harus dikelola secara transparan dan selalu dikonsultasikan
dengan DPR dan diatur dengan Undang-Undang. Dalam kaitan itu perlu
disusun peraturan-peraturan perundang-undangan yang melandasi dan
memayungi berbagai PLN, khususnya yang terkait dengan pinjaman
pemerintah, langsung ataupun memalalui jaminan, baik pemerintah pusat
maupun daerah;
c) Memanfaatkan

pinjaman

secara

optimal

sesuai

dengan

prioritas

pembangunan dan dilaksanakan secara transparan, efektif, dan efisien;
d) Mengkaji secara menyeluruh kemampuan secara proyek dan mempertajam
prioritas pengeluaran anggaran denagn memperkuat pengawasan yang
sistemik, utamanya bagi proyek-proyek yang dibiayai dari ULN.
e) Meningkatkan kemampuan diplomasi dan negoisasi PLN untuk memperoleh
jangka waktu dan pola persyaratan yang memudahkan proses pencairan dan
memperinagn beban pembayaran;
f)

Memalakukan restrukturisasi ULN, termasuk permohonan pemotongan utang
dan penjadwalan kembali ULN dengan para donor secara transparan dan
dikonsultasikan denagn DPR.

Di dalam Undang-undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan
Peraturan Pemerintah No.23 Tahun 2003 tentang pengendalian jumlah komulatif defisit
APBN dan APBD (anggarn pendapatan dan belanja daerah) serta jumlah komulatif pinjaman
pemerintah pusat dan pemerintah daerah juga diatur bahwa defisit anggaran juga dibatasi
maksimal 3 persen dari PDB dan pinjaman (jumlah koulstif pinjaman pemerintah pusat dan
pemerintah daerah) dibatasi paling besar 60% dari PDB.
Selain itu, BAPPENAS juga membuat empat strategi pengelolaan ULN untuk
mengantisipasi masalah liquiditas dan solvabilitas guna mencapai kesinambunagn fiskal dan
perekonomian yang terkait denagn ULN. Keempat strategi tersebut adalah: (1) percepatan
pencapaian batas aman ULN, (2) penetapan prioritas penggunaan ULN, (3) pembentukan
lembaga pengelolaan utang(DMO) dan (4) pembentukan perangkat peaturan bagi kebijakan
pengeloalaan ULN. Indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur solvabilitas adalah
rasio cicilan pokok plus bunga terhadap ekspror (DSR). Untuk mencapai batas aman.
‘1
3

15

Perekonomian Indonesia

Matsani, S.E, M.M

Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Biaya ULN
Masalah ULN yang dialami oleh banyak NB, termasuk Indonesia, yang sering
diperdebatkan oleh masyarakat dan pemerintah sebenarnya bukan persoalan jumlah atau
tingkat ketergantungan ULN, melainkan beban atau biaya yang harus dibayar ULN tersebut.
Andaikan tidak perlu membayar bunga pinjaman atau bunganya sangat rendah dan waktu
pengembaliannya panjang, mungkin ULN tidak pernah akan dipersoalkan sebagai masalah
serius,. Pembayaran bunga ULN selama ini memang menjadi penyebab utama besarmya
biaya yang harus ditanggung oleh negara-negara peminjam. Biaya ini semakin besar saat
penghasilan devisa (dari ekspor atau arus masuk investasi asing) dari negara tersebut
semakin kecil.
Biaya PLN/ULN bisa di ukur secara langsung dan tidak langsung. Pendekatan
secara langsung dilakukan dengan cara membandingkan antara jumlah ULN dari suatu
negara dengan kekayaan atau liquiditas negara tersebut. Jadi, misalnya ULN dibandingkan
dengan jumlah cadangan internasional (CI) atau dengan cadangan devisa (CD). Cadangan
internasional disini (CI) terdiri dari emas (penilaian nasional), CD, posisi cadangaghn
Indonesia di IMF, dan Special Drawing Rights (SDRs). Dapat dilihat bahwa perkembangan
kedua rasio tersebut selama periode 1981-2005 menunjukkan tren-tren yang menurun.
Sementara itu, pendekatan langsung adalah menganalisis biaya dalam nilai moneter
(rupiah) yang sebenarnya harus ditanggung, yang dapat dikelompokkan kedalam dua
kategori, yakni: (1) biaya pinjaman itu sendiri dan (2) biaya yang muncul akibat
penyelewengan penggunaan ULN atau biaya yang muncul dari pelaksanaan proyek PLN.
Jadi, kategori kedua ini termasuk biaya korupsi yang muncul akibat terjadimya
penyelewengan dalam pengunaan ULN, atau dana ULN yang di korup, dan biaya akibat
penyerapan ULN yang rendah.
Manfaat dan dampak ULN
 Kasus Indonesia
Dalam jangka pendek, utang luar negeri sangat membantu pemerintah Indonesia
dalam upaya menutup defisit anggaran pendapatan dan belanja negara, akibat pembiayaan
pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan yang cukup besar. Dengan demikian, laju
pertumbuhan ekonomi dapat dipacu sesuai dengan target yang telah ditetapkan
sebelumnya.

‘1
3

16

Perekonomian Indonesia

Matsani, S.E, M.M

Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Tetapi dalam jangka panjang, ternyata utang luar negeri pemerintah tersebut dapat
menimbulkan berbagai persoalan ekonomi di Indonesia. Pada masa krisis ekonomi, utang
luar negeri Indonesia, termasuk utang luar negeri pemerintah, telah meningkat drastis dalam
hitungan rupiah. Sehingga, menyebabkan pemerintah Indonesia harus menambah utang
luar negeri yang baru untuk membayar utang luar negeri yang lama yang telah jatuh tempo.
Akumulasi utang luar negeri dan bunganya tersebut akan dibayar melalui APBN RI dengan
cara mencicilnya pada tiap tahun anggaran. Hal ini menyebabkan berkurangnya
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat pada masa mendatang, sehingga jelas akan
membebani masyarakat, khususnya para wajib pajak di Indonesia..
Terakhir, Sugema dan Chowdury (2005) mengkaji dampak arus ULN terhadap
pengeluaran pemerintah. Untuk ini mereka memakai analisis “fungsi dorongan melakukan
respons” (IR), dan ULN diklisifikasikan kedalam dua kategori: pinjaman proyek dan pinjaman
program. Setiap kategori akan mempunyai dampak yang berbeda terhadap tipe yang
berbeda dari pengeluaran pemerintah. Pinjaman proyek biasanya diarahkan untuk
membiayai pengeluaran pembangunan, misalnya pembangunan infrastruktur. Oleh karena
itu, dapat diharapkan bahwa suatu kenaikan dalam pencarian pinjaman proyek akan
cenderung membuat tingkat yang lebih tinggi dari pengeluaran pembangunan. Dampak
pinjaman proyek terhadap pinjaman rutin pemerintah akan sangat tergantung apakah
pinjaman itu fungible atau tidak. Pinjaman program, disisi lain biasanya adalah fungible
karena digunakan pada saat-saat krisis/kesulitan.
Standart terhadap pinjaman program akan menyebabkan pengeluaran rutin
meningkat dan pengeluaran pembangunan menurun, menurut Sugema dan Cowdhury
(2005), dalam masa- masa sulit, dapat dipahami bahwa tujuan mendapatkan pinjaman
program adalah sebagai penyangga untuk mepertahankan tingkat minimum pengeluaran
rutin, terutama pos-pos yang jumlahnya besar dan tidak bisa dihindari seperti gaji dan upah.
Pada masa-masa kesulitan ekonomi, pendapatan fiskal bisanya menurun dan oleh karena
ketergantungan pada dana pinjaman meningkat. Sementara itu, interpretasi dari respons
pengeluaran pembangunan memerlukan tanggapan kritis. Penurunan itu bisa terjadi karena
adanya pinjamn program, tetapi itu merupakan penyesuaian yang harus dilakukan dalam
situasi krisis ketika pinjaman program datang. Jadi hasil simulasi ini menandakan adanya
korelasi negatif antara pinjamn program dan pengeluaran pembangunan. Ini juga memberi
kesan bahwa Indonesia tidak mempunyai mekanisme internal pasa sisi fiskal untuk
mengahadapi kemorosotan ekonomi. Dari hasil simulasi mereka yang diperhatikan diatas
tersebut, Sugema dan Cowdhury (2005) menyimpulkan bahwa tidak adanya hubungan
positif antara ULNp dan pertumbuhan ekonomi disebabkan pinjaman tersebut pada akhirnya
lebih banyak dipakai untuk membiayai pengeluaran rutin. Ini bisa mempersulit pemerintah
‘1
3

17

Perekonomian Indonesia

Matsani, S.E, M.M

Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

dalam membayar kembali utangnya termasuk bunga pinjaman tersebut tidak membuat
pemasukan bagi pemerintah.
Upaya Mengurangi Beban ULN Pemerintah
Sasaran pokok kebijakan fiskal setelah krisis ekonomi adalah mengurangi
ketergantungan pemerintah pada ULN atau menurunkan rasio utang terhadap PDB. Tahun
2000, rasio ULN terhadap PDB Mendekati 100 persen, tahun 2004 menjadi 55,99persen,
tahun 2005 turun menjadi 47,05 persen, dan lagi menjadi 37,5 persen tahun 2006. Bahkan
pemerintah berusaha menjadikan rasio utang maksimum 35 persen.
Sudah

cukup

banyak

simulasi

ekonometri

yang

menunjuikkan

bahwa

pengurangan /pengampunan utang di negara-negara dengan jumlah ULN yang sangat
besar memberi dampak positif bagi ekonomi mereka. Misalnya, Iyoha, (1999) dengan
memakai ekonomi makro dengan data dari negara-negara Afrika sub-sahara untuk periode
1970-1994 melakukan simulasi kebijakan untuk meneliti dampak skenario dari alternatif
pengangguran stok utang (paket penggangguran utang sebesar 5, 10, 20 dan 50 persen)
yang dilakukan pada tahun 1986 terhadap investasi dan pertumbuhan ekonomi dalam
tahun-tahu berikutnya. Hasilnya menunjukkan bahwa pengangguran stok ULN akan
mempunyai efek 20 persen, rata-rata, akan menaikkan investasi sebesar 18 persen dan
kenaikan PDB 1 persen untuk periode 1987-1994. Jadi, hasil ini mendemonstrasikan bahwa
penghapusan ULN bisa memberikan stimulus yang dibutuhkan untuk pemulihan investasi
dan pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut yang memang sangat dibutuhkan.
Upaya mengurangi beban ULN bisa dilakukan denagan empat cara : (1)
pengurangan/peemotongan, penundaan, penjadwalan ulang pembayaran cicilan pokok, dan
bunga utang (2) konversi utang (3) melunasi lebih awal utang jangka pendek, dan atau (4)
meminta penghapusan utang yang masih ada. 1 s.d 3 merupakan strategi jangaka pendek,
sementara cara (4) adalah mengurangi ketergantungan pada ULN atau mengurangi
perbutan utang baru. Ini merupakan strategi jangka panjang, karena mengurangi
ketergantungan pada ULN memerlukan waktu yang tidak pendek. Hal ini disebaabkan
mencari sumber-sumber alternatif bukan hal mudah.
Permintaan keringanan pembayaran ULNp dari sumber resmi dailakukan melalui
paris club. Menurut kebiayaan atau konvensi umum yang berlalu, ada berbagai persyratan
yang harus dipenuhi terlebih dahulu oleh pemerintah debitur untuk bisa mengajukan
permohonan keringanan pembayaran ULN melalui Paris Club. Pertama, mengikuti program
IMF. Melalui program ini, negara-negara kreditur dapat memahami alasan permohonan
tersebut dan bisa memantau bukan saja penggunaan PLN baru, tetapi juga kemampuan
negara debitur juntuk membayar kembali ULN mereka. Kedua, status pinjaman yang didapt
‘1
3

18

Perekonomian Indonesia

Matsani, S.E, M.M

Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

oleh negara yang bersangkutan dari Bank Dunia. Dalam persyratan ini, keringanan hanya
diberikan kepada negara yang bisa menunjukkan perlunya keringanan tersebut dan negara
yang selama itu hanya mampu meminjam dari IDA (International Devolepment Assocition)
(Nasution, 2004).
Pemerintah Indonesia sudah melakukan permohonan keringanan melalui Paris Club
sebanyak tiga kali berturut-turut selama periode Agustus 1998 hingga Desember 2003.
Pertama (PC-I), September 1998 penjadwalan ulang publik 4,5 miliar dolar AS yang jatu
tempo antara Agustus 1998 dan maret 2000. Pinjaman ODA (3 miliar dolar AS) dijadwal
ulang hingga 20 tahun yang ksenjangan waktu 5 tahun. Untuk pinjamann non ODA (1,5
miliar dolar AS), penjadwalan ulang hingga 11 tahun dengan kesenjangan waktu 3 tahun.
Penjadwalan ulang yang lebih besar diberikan melaluli PC-II, April 2000, sebesar 5,8 miliar
sementara itu, melalui PC-III sebesar 5,4 miliar dolar AS (pokok dan bunga) untuk periode
antara April 2002 dan Desember 2003.
Pada tahun 2005, seperti yang diberitakan di kompas (finansial, kamis, 10 Maret
2005), pemerintah Indonesia

berharap mendapatkan moratium atau penundaan

pembayaran utang minimal sekitar Rp 3,4 triliun dari Paris Club. Moraorium utang itu akan
mengurangi defisit dalam proyeksi perubahan APBN (APBN-P) 2005, dari Rp 32,6 triliun
atau sekitar 1,3 persen dari PDB menjadi Rp 28,0 triliun atau 1,07 persen dari PDB.
Selanjutnya, tebitan kompas berikutnyya (sabtu, 12 maret 2005, halamn 13) memberitakan
bahwa negara-negara kreditor ysng tergabung dalam Paris Club memberikan maratorium
utang pada tahun yang sama pada negara Indonesia senilai 2,6 miliar dolar AS dengan
alasan Indonesia sedang membutuhkan dana yang besar akibat bencana tsunami. Negaranegara kreditor sepakat tidak mengharapkan pembayaran dari negara-negara korban
tsunami (Indonesia, Thailand, Maladewa, Sri Langka, India, Somalia) selama Bank Dunia
dan IMF melakukan penilaian atas keperluan atas pembiayaan korban tsunami. Paris Club
juga sepakat pada waktu itu bahwa bunga utang yang tidak dibayar selama tahun 2005
tersebut akan direkap dan ditambah menjadi utang pokok. Pembayarannya dilakukan dalam
waktu 5 tahun dengan masa tenggang 1 tahun. Artinya, maratorium bunga dan utang tahun
iutu baru dibayar pada tahun 2007.
Akan tetapi, berita-berita di kompas pada tahun 2005 juga menunjukkan bahwa
pemerintah Indonesia, disisi lain, kelihatan lebih berhati-hati dalam menerima tawaranatau
meminta keringanan pada Paris Club. Wibowo (2005) temasuk dari kalangan yang
mengkritik sikap pemerintah itu. Ia mengatakan bahwa pemerintah Indonesia tidak serius
menggunakan kesempatan yang ada , padahal pada tahun itu Indonesia mempunyai
peluang untuk mendapatkan maratoriumn utang senilai milnimal Rp 20-25 triliun, tanpa
‘1
3

19

Perekonomian Indonesia

Matsani, S.E, M.M

Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

keharusan menerapkan program IMF pemerintah Indonesia memegang selalu mengkaji sulu
setiap ada tawaran atau kesempatan mendapatkan maratorium, apakah fasilitas itu terkait
dengan persyratan tertentu, terutama keharusan ikut dalam program IMF dan mengenai
asas perlakuan yang sama terhadap kreditor . sebenarnya pemerintah khawatir apabila
kedua persyratan tersebut diberlakukan, maka itu dapat menurunkan peringkat Indonesia
dipasar modal internasional. Khususnya persyartan asas perlakukan yang sama terhadap
kreditor akan membuat sektor swasta kesulitan dalam mencari pendanaan di Psar modal
internasional, karena persyratan tersebut terkait dengan penundaaan pembayaran utang
kepada bank-bank asing, atau dalam kata lain, bank-bank asing juga dipersyratkan untuk
ikut memberikan maratorium utang kepada Indonesia.
Sejauh ini konversi ULNp Indonesia baru dilakukan oleh pemerintah Jerman, salah
satu anggota Paris Club, menurut Hadar(2006b) secara nominal mencapai 96 jutaeuro(RP
1,033 triliun), atau menurut berita di kompas (jumat, 4 Agustus, halaman 21 ) sebanyak
93,57 juta euro (Rp 1,09 triliun). Nilai ini jauh lebih kecil dibandingkan ULNp yang berjumlah
1,1, miliar euro. Namun, sekecil apapun penghapusan utang perlu di apresiasi sambil
mengupayakan duplikasi dan multiplikasi (Hadar, 2006b, hal.6 ).
Upaya penurunan beban atau stok ULNp

memang hal positif karena dengan

sendirinya akan mengurangi tekanan terhadap APBN. Hasil penelitian dari Chowdhury dan
Sugema (2003) menunjukkan bahwa penjadwalan ulang melalui PC-I hingga PC-IIImewakili
sekitar 65 persen dan 54 persen dari pengeluaran pembangunan, masing-masing, tahun
2001 dan 2002. Dengan membiayai pengeluaran pembangunan, hasil study mereka itu
menunjukkan bahwa pengeluaran pembangunan selama 2000-2002 akan naik mendekati 4
persen dari PDB ini sekitar dua kali lipat jumlah tanpa PC-I s,d PC-III tersebut.
Namun demikian, juga perlu dilihat dengan cara apa upaya tersebut dilakukan.
Dalam kata lain, upaya seperti itu bukan tanpa biaya. Goldstein (2003)(dikutup dari Buchori,
2006) berdasarkan hasil penelitiannnya mrengenai ULNp Brazil mengtakan bahwa biaya
yang harus dikeluarkan dari penlunasan ULN biasanya dalam bentuk perubahan kebijakan
untuk menjamin kesanggupan negara tersebut membayar utangnya tepat waktu tanpa
berdampak negastif terhadap pertumbuhan ekonominya. Misalnya menaikkan suku bunga
agar tabungan meningkat (didorong dengan arus modal asing) dan kebijakan fiskal dan
sifatnya kontraksi, sering disebut kebijakn fiskal yang ketat (yakni menaikkan pajak/
mengurangi pengeluaran). Yang sering tejadi akhirnya kebijakan seperti itu berdampak
negatif terhadap pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kemiskinan terutama juga karena
banyak program atau proyek yang bermanfaat bagi kaum miskin ynag bisa mengurangi
kemiskinan dihentikan.
‘1
3

20

Perekonomian Indonesia

Matsani, S.E, M.M

Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Pada pertengahan tahun 2006 terjadi perdebatan cukup sengit tentang pembayaran
ULNp kepada IMF. Persoalannya adalah, disatu pihak, Bank Indonesia (BI) ingin melunasi
utang kepada lembaga moneter internasional tersebut sesegera mungkin, sementara, di
pihak lain, pemerintah tampaknya agak ragu. Menurut Sadewa (2006), alasan BI
mempercepat pelunasan utang ke IMF adalah beban bunga semakin berat. Disi lain,
pemerintah punya perjanjian dengan Japan Bank for Indonesia Cooperation (JBIC) yang
mengharuskan pemerintah membayar lunas utangnya ke Bank Jepang tersebut yang
tercatat sebesar 700 juta dolar AS jika utang ke IMF dilunasi. Padahal dana untuk kewajiban
kepada JBIC itu tidak di anggarkan dalam APBN 2006. Juga beberapa pejabat pemerintah
mengatakan bahwa pelunasan utang kepada IMF dapat memancing para spekulan untuk
menarik dana mereka di Indonesia. Jika jumlah dana yang tertarik sangat besar,
dikhawatirkan bisa terjadi krisis rupiah yang selanjutnya mengakibatkan krisis ekonomi
seperti sebelumnya. Namun demikian, setelah perdebatan yang cukup ramai, Indonesia
akhirnya melunasi seluruh utangnya kepada IMF setelah pembayaran tahap kedua
sebanyak 3,2 miliar dolar AS pada bulan Oktober 2006. Dengan demikian, berakhir pula
post program monitoring yang selama ini dicurigai oleh masyarakat Indonesia sebagai
mekanisme intervensiIMF terhadap kebijakan ekonomi Indonesia (Prasetyantoko 2006).
Seperti ysng telsh dibahas sebelumnya, fungsi utama dari pinjaman IMF hanya untuk
“berjaga-jaga” dan sebagai alat untuk menjaga atau meningkatkan kepercayaan pasar
terhadap rupiah dan sistem keuangan Indonesia, tetapi biaya yang harus di tanggung
pemerintah Indonesia tidak kecil. ULNp ke IMF pada akhir 2005 mencapai 7,9 miliar dolar
AS. Menurut Ramli (2002), pemerintah Indonesia membayar 2,3 nilai dolar AS ke IMF, yang
terdiri dari 1,8 miliar dolar AS dalam pokok utang dan 500 juta dolar AS dalam bunganya.
Sementara seperti yang dijelaskan di Sadewa (2006b), total pembayaran ke IMF tahun
2005mencapai hampir 1,46 miliar dolar AS, dan diperkirakan akan naik menjadi 1,6 miliar
dolar AS tahun 2006 dan akan terus naik hingga tahun 2008. Dari total pembayaran pada
tahun 22006 itu, 323 juta dolar AS (atau sekitar Rp 3,06 triliun dengan asumsi kurs Rp 9.500
per satu dolar AS ) mengikuti jadwal yang ditetukan oleh IMF, utang pemerintah, ke IMF
akan lunas pada tahun 2011, total bunga yang harus dibayar Indonesia akan mencapai 1,08
miliar dolar AS (sekitar Rp 10 triliun), atau rata-rata 180 juta dolar (sekitar Rp 1,7 triliun) per
tahun. Jumlah tidak ini tidak kecil, hampir sama dengan subsidi pupuk Rp 2,0 triliun yang di
anggarkan APBN 2006.
Peran World Bank Dan IMF Dalam Akumulasi Utang
Peran Bank Dunia di Indonesia sejalan dengan peralihan kekuasaaan di Indonesia,
dari pemerintahan Soekarno kepada Soeharto. Dimulai dengan keinginan untuk melakukan
penjadwalan kembali utang-utang luar negeri Indonesia, memperoleh pinjaman baru
‘1
3

21

Perekonomian Indonesia

Matsani, S.E, M.M

Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

ekonomi Indonesia yang terpuruk, serta menarik investor asing ke Indonesia, maka
dimulailah serangkaian pertemuan ke arah itu, yakni Tokyo Club (Tokyo, September 1966),
Paris Meeting (Paris, Desember 1966), diikuti dengan pertemuan Amsterdam bulan Februari
1967, pertemuan terakhir di Belanda itulah yang menghasilkan yang konsorsium negaranegara

yang memberikan pinjaman bagi Indonesia yang dikenal dengan IGGI (Inter-

Governmental Group on Indonesia). Pinjaman negara-negara itu diberikan kepada
Indonesia lewat Bank Dunia. Awalnya, IGGI mencakup 16 negara, diantaranya: Belanda,
Jepang (pemberi pinjaman terbesar bagi Indonesia), Amerika Serikat, Inggris, Jerman, dan
beberapa negara lainnya. Pada tahun 1992 pemerintah RI membubarkan IGGI dan
membentuk CGI (Consultative Group on Indonesia), dengan tujuan mengeluarkan Belanda
dari konsorsium, karena dianggap terlalu campur tangan terhadap pembangunan dalam
negeri Indonesia.
Peran Bank Dunia sebagai fasilitator negara-negara kreditor dalam memberikan
pijaman ke Indonesia memiliki peranan yang sangat penting. Oleh karena itu, perilaku
lembaga multilateral ini perlu dilihat lebih dalam lagi. Perilaku Bank Dunia dalam
menjalankan misinya dipengaruhi peran gandanya dimana kedua peran itu sesunguhnya
saling bertolak belakang (Winters 1996). Pertama, peran Bank Dunia merupakan agen
pembangunan bagi negara-negara peminjam. Kedua, peran Bank Dunia sebagai Bank
komersil dan profesional atas dana yang diterima dan dana yang salurkan.peran kedua
inilah yang lebih berkaitan dengan kelangsungan hidup dari Bank Duni

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Dinamika Perjuangan Pelajar Islam Indonesia di Era Orde Baru

6 75 103

Perspektif hukum Islam terhadap konsep kewarganegaraan Indonesia dalam UU No.12 tahun 2006

13 113 111

Citra IAIN dan Fakultas Dakwah pada komunitas publiknya: studi FGD terhadap sepuluh komunitas sekitar IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 53 125