III. Bidang Biologi Fungsional SB P BF 0

Seminar Nasional Biologi 2010

III. Bidang Biologi Fungsional
SB/P/BF/01
APLIKASI ENZIM KOMPLEK DARI Aspergillus awamori KT-11
UNTUK PRODUKSI BAHAN BAKU BIOETANOL
DARI UBI KAYU NON PANGAN

Ruth Melliawati, Trisanti Anindyawati dan Endang Sukara
Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, Jln. Raya Bogor KM 46 Cibinong 16911
Email : ruthmell2000@yahoo.com

ABSTRACT
Research on bioethanol production using cassava as a raw material has been carried out
for years to provide an alternative energy solution. The production costs, however, relatively
expensive and its production is not competitive enough. One component in the production lines
which need to be reduced is the use of enzyme for breaking down cassava tuber into more simple
sugar suitable for the production of bioethanol using yeast. Our previous study indicating that
Aspegillus awamori KT-11 has the capacity to produce enzymes which could convert cassava
tuber suitable for the production of bioethanol. In addition, Research Center for Biotechnology of
the Indonesian Institute of Sciences (LIPI) has a large collection of cassava varieties including

non-food varieties of cassava. In this study, enzymes complex produced by A. awamori KT-11
was evaluated for their ability in converting five different variety of cassava to feedstock of
bioethanol production. Evaluation was carried out on pure starch and fresh cassava tubers. The
cassava varieties used namely Adira IV, Jogobolo, Gebang, Manggu and Sapikuru. Enzymes
reaction was carried out at temperature between 55° - 60° C for 72 hours. The results showed that
enzymes performance is affected by the cassava varieties. The best conversion efficiency was
achieved is 38.60% (w/v) of sugar and was achieved when pure starch of sapikuru is used. This
was also true when fresh cassava tuber is used. The total sugar produced more than 30% (w/v).
This result was considered quite ideal for bioethanol production. The research was continued by
increasing the scale using a vessel equipped with temperature control. Reducing sugar produced
by using materials of cassava flour is 66.859 grams / liter for 48 hours of enzymatic reactions.\
Keywords: Enzyme Complex Aspergillus awamori KT-11, cassava, raw material for bioethanol
Aspergillus awamori KT-11 yang sudah diteliti

PENDAHULUAN
Indonesia sebagai negara tropis kaya

sejak

tahun


1989.

Hasil

penelitian

kapang

Aspergillus

dengan sumber daya mikroba. Pusat penelitian

menunjukkan

Bioteknologi

awamori KT-11 ini mempunyai kemampuan

LIPI,


memiliki

kapang

Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010

bahwa

983

Seminar Nasional Biologi 2010

amilolitik yang tinggi [8], Kapang ini dapat

juta ton ubi kayu segar per tahun dengan

menghasilkan enzim amiloglukosidase dengan

sebaran di 26 propinsi. Produksi ubi kayu pada


baik pada proses fermentasi padat [1], maupun

tahun 2006 meningkat menjadi 19.927.589 ton

pada

[12].

per tahun [6]. Lebih lanjut dilaporkan bahwa

Penambahan magnesium sulfat dan kalium

untuk keperluan pangan, pakan, industri non

dihidrogen fosfat

mempunyai pengaruh

bioetanol dan industri bioetanol masing masing


terhadap produksi enzim amiloglukosidase dari

dibutuhkan 12,5 juta ton, 0,34 juta ton, 2,01

Aspergillus awamori KT-11 pada media pati

juta ton dan 8,93 juta ton ubi kayu segar.

singkong [9]. Kapang ini telah teradaptasi dan

Sebenarnya produktivitas ubi kayu masih dapat

dibuktikan mampu dengan baik memproduksi

ditingkatkan oleh petani, jika nilai jual ubi

amilase

padat


kayu tinggi dan ada jaminan harga tidak

menggunakan dedak gandum. Kapang ini

berfluktuasi terutama ketika musim panen

diketahui menghasilkan tiga jenis amilase,

raya. Pemanfaatan ubi kayu untuk pembuatan

yaitu

dan

bahan baku bioetanol sudah dilakukan. Dalam

-amilase diperoleh tiga

Blue Print Pengelolaan Energi Nasional 2005


tipe yaitu Amyl I, II dan III, yang mana dua

dijelaskan bahwa kandungan bioetanol sebagai

diantaranya

mampu

bahan campuran premium adalah 10 % (E 10)

menghidrolisis pati mentah [2]. Sedangkan dari

yang terdiri atas 8 % bioetanol ubi kayu, 1 %

kelompok glukoamilase diperoleh dua tipe

bioetanol sorgum dan 1 % bioetanol tebu [13].

(GA I dan II), dimana keduanya juga


Produksi bahan baku pembuatan bioetanol dari

mempunyai kemampuan dalam menghidrolisis

ubi kayu layak untuk terus dikembangkan

pati mentah [3]. Penggunaan gabungan

-

mengingat kebutuhan akan terus meningkat.

amilase dan glukoamilase yang dihasilkan oleh

Seperti diketahui untuk pembuatan bioetanol

kapang A. awamori KT-11 pada saat hidrolisis,

dari ubi kayu harus dikonversi terlebih dahulu


dapat meningkatkan aktivitas tiga kali lipat

menjadi gula sebelum dapat dipakai dalam

dibandingkan

pembuatan bioetanol. Untuk keperluan ini,

proses

fermentasi

komplek

pada

-glukosidase,

glukoamilase. Dari


(Amyl

jika

terendam

II

media

-amilase

dan

III)

masing-masing

enzim


bekerja sendiri [4]. Secara umum aplikasi

pada

enzim amilase telah banyak digunakan untuk

menggunakan

berbagai keperluan.

memakai senyawa kimia sintetis berupa asam,

umumnya
proses

kalangan
hidrolisis

industri
dengan

Sementara itu BPS [5] mencatat bahwa

proses ini menyebabkan masalah pencemaran

produksi ubi kayu nasional mencapai 19,46

lingkungan. Sementara itu, proses hidrolisis

984

Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010

Seminar Nasional Biologi 2010

yang ramah lingkungan dan lebih aman untuk

awamori KT-11 (suspensi spora kapang A.

kesehatan adalah proses hidrolisis dengan

awamori KT-11 diambil dari kultur agar

menggunakan

miring berumur 4 hari). Selanjutnya diinkubasi

enzim,

khususnya

enzim

pada suhu 27oC selama 4 hari. Untuk

amilase.
Untuk menjawab tantangan di atas,

memperoleh enzim, aquadest steril sebanyak 5

aplikasi enzim komplek Aspergillus awamori

kali volume ditambahkan ke dalam erlenmeyer

KT-11 terhadap beberapa varitas ubi kayu non

berisi kultur A. awamori, kemudian diaduk

pangan perlu dilakukan untuk mendapatkan

secara aseptis dan didiamkan kurang lebih 2

kepastian pemanfaatan varietas ubi kayu non

jam pada suhu 4oC. Ekstrak kasar enzim

pangan dalam menghasilkan bahan baku

amilase diperoleh dengan menyaring campuran

bioetanol.

tersebut menggunakan kain saring dilanjutkan
dengan mensentrifugasinya pada 8000 rpm

BAHAN DAN CARA KERJA

selama 10 menit. Pada proses ini, spora A.

Mikroba

awamori masih tampak mengapung dan tidak

Kapang Aspergillus awamori KT-11

mengendap

sempurna

selama

proses

koleksi Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI

centrifugasi. Untuk mengurangi jumlah spora

yang mampu menghasilkan enzim komplek

dari sediaan enzim kasar, penyaringan dengan

amilase dipergunakan selama penelitian ini

menggunakan kertas saring dilakukan. Enzim

berlangsung..

kasar yang diperoleh kemudian disimpan di
dalam freezer sebagai stok.

Medium produksi enzim
Bahan dasar yang digunakan untuk

Varitas ubi kayu

memproduksi enzim adalah dedak gandum

Lima varietas ubi kayu non pangan,

yang diperoleh dari PT. Bogasari, Cilincing,

masing-masing Adira-4, gebang, jogobolo,

Jakarta Utara.

manggu dan sapikuru yang diperloleh dari
Kebun Plasmanutfah, Cibinong Science Center

Produksi enzim

– Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI dipakai

Dedak gandum dicampur dengan aquadest

dalam

dalam erlenmeyer 250 ml, disterilisasi pada

pembuatan bahan baku bioetanol.

suhu 121oC selama 15 menit. Setelah dingin

Reaksi enzimatis terhadap pati ubi kayu

diinokulasi

murni

dengan

kapang

Aspergillus

Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010

proses

pengujian

kemungkinan

985

Seminar Nasional Biologi 2010

Sebanyak 5 ml larutan pati ubi kayu

dengan suhu antara 55 oC dan 65oC (atau suhu

murni dalam 50mM buffer asetat pH 4,8

rata-rata 58oC) selama 24, 48 dan 72 jam. Gula

dengan

pereduksi yang dihasilkan diukur dengan

konsentrasi

2%

(berat/vol)

ditambahkan larutan enzim komplek sebanyak

menggunakan metode Somogi, Nelson [10].

5 ml berkekuatan 1.714 Unit/ml. Kemudian ke
dalam campuran tersebut teteskan 2 – 3 tetes

Pengamatan fisik pati ubi kayu murni oleh

toluen untuk menghindari adanya kontaminasi

enzim

Reaksi

Untuk mengetahui kerusakan fisik pati

enzimatis dilakukan pada suhu 45°C dengan

ubi kayu murni akibat reaksi enzimatis, maka

masa inkubasi 24, 48 dan 72 jam. Total gula

foto dengan menggunakan Scanning Electron

yang dihasilkan diukur dengan menggunakan

Microscope (SEM) - JSM-5310LV dilakukan

metode Phenol Sulfat.

Persen hidrolisis

terhadap granula pati setelah mengalami proses

merupakan total gula yang dihasilkan pada

hidrolisis enzimatis selama 72 jam. Preparasi

waktu pengamatan, dibagi dengan kemurnian

dilakukan dengan cara meneteskan larutan

substrat yang digunakan. Untuk keperluan

pada

penghitungan prosen konversi pati menjadi

dikeringkan anginkan selanjutnya di coating

gula, total kadar gula di dalam pati ubi kayu

selama 5 menit dengan menggunakan emas

murni juga diukur. Pengukuran dilakukan

dan diamati di layar monitor pada perbesaran

dengan cara mereaksikan pati ubi kayu murni

3.5 kV.

dengan 2 M HCl selama 2 jam dalam suhu

Penggandaan skala produksi

selama

proses

100°C.

Kadar

reaksi

gula

enzimatis.

diukur

dengan

permukaan

kaca,

diratakan

dan

Penggandaan skala produksi dilakukan
dalam bejana yang dilengkapi dengan alat

menggunakan metode Phenol Sulfat.

pengatur suhu (bejana modifikasi). Ubi kayu
yang digunakan dalam hal ini adalah Adira IV

Reaksi enzimatis terhadap ubikayu segar
Ubikayu segar cacahan sebanyak 10 g

karena bahan tersedia dalam jumlah yang

dimasukan ke dalam tabung reaksi berukuran

memadai. Media ubi kayu dipersiapkan dengan

20 x 3 cm , kemudian disterilisasi pada suhu

2 cara yaitu ubikayu segar cacah dan tepung

121° C selama 15 menit. Dibiarkan dingin,

ubikayu. Ubikayu cacah sebanyak 1 kg

kemudian ditambah dengan 5 ml enzim

dimasukan ke dalam bejana, ditambahkan 4

komplek

Unit/ml.

liter akuades (1 : 4), kemudian dipanaskan dan

Diinkubasi dalam penangas air (water bath)

biarkan selama 10 menit dalam kondisi

986

berkekuatan

1.714

Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010

Seminar Nasional Biologi 2010

mendidih. Suhu diturunkan sampai 60° C dan

kapang ini menghasilkan tiga jenis amilase,

pH diatur antara 6-7 selanjutnya ditambahkan

yaitu

2,5 liter enzim komplek. Sementara untuk

glukoamilase. Dari

tepung ubikayu dengan perbandingan antara

tipe yaitu Amyl I, II dan III, yang mana dua

tepung : aquades : enzim adalah 1 : 8 : 4,5

diantaranya

-glukosidase,

(Amyl

-amilase

-amilase diperoleh tiga

II

dan

menghidrolisis pati mentah [2],
Proses

persiapan

bahan

penelitian

dan

III)

mampu

Sedangkan

dari kelompok glukoamilase diperoleh dua tipe
(GA I dan II), dimana keduanya juga

(ubikayu)

mempunyai kemampuan dalam menghidrolisis
Diagram Pengolahan Ubikayu (Non Pangan)
Adira-4

Gebang

Jogobolo

Manggu

Sapikuru

pati mentah [3]. Keunggulan A. awamori juga
dilaporkan oleh [7] yang menggunakan kapang
ini bersama Saccharomyces cereviceae untuk

dikupas dan dicuci
sampai bersih

dicacah
disaring dengan
kain kasa

potongan
ubi kayu

diparut
dikeringkan di
oven

pati

serat

dikeringkan

didextrinisasi dan langsung mengkonversinya
menjadi

alkohol.

A.

awamori

dapat

mengkonversi pati terdextrinisasi menjadi
12,5% gula dalam waktu 12,5 jam atau setara

diblender - 1
Tepung
singkong

menghidrolisis pati ubi kayu yang telah

dicuci dengan akuades
dg cara dekantasi - 1

diblender - 2

dengan 88% konversi. Sementara itu, S.
cereviceae dapat mengubahnya menjadi 5,3%

serbuk serat
dicuci dg 0.02 M kalsium
klorida dg didaduk dan
diendapkan

alkohol

atau

Diungkapkan

efisiensi
oleh

[15],

konversi

72,5%.

bahwa

dengan

Pati Murni

menggunakan enzim A. awamori yang telah
dicuci dengan aquades
dg cara dekantasi -2
dicuci dengan
ethanol

dicuci dengan akuades
dg cara dekantasi - 3

dicampur dengan kamir dapat mengubah ubi
dikeringkan dengan
oven 50 C

kayu mentah langsung menjadi alkohol. dan
alkohol yang dihasilkan mencapai 82,3 –
99,6%. Dilaporkan juga oleh [11] bahwa

HASIL DAN PEMBAHASAN
Diketahui bahwa kapang Aspergillus

dengan langsung menginokulasikan spora A.
awamori kedalam tepung ubi kayu yang telah

awamori KT-11 mampu memproduksi enzim

diolah

komplek pada media padat menggunakan

diinkubasikannya sehingga terbentuk gula dan

dedak gandum. Dilaporkan oleh [2], bahwa

selanjutnya kedalam bahan ini diinokulasikan

Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010

menjadi

pasta

kemudian

987

Seminar Nasional Biologi 2010

suspensi kamir, maka dengan mekanisme ini,

Tepung

ubi

kayu

mengalami

dapat dihasilkan 0,44 g etanol per g tepung ubi

disintegrasi partial setelah direaksikan dengan

kayu.

enzim komplek amilase. Kondisi ini berhasil
Sementara

itu,

hasil

penelitian

mengkonversi sekitar 24 hingga 38% tepung

menunjukkan, bahwa enzim komplek yang

ubi kayu murni menjadi gula pereduksi

diperoleh dari A. awamori KT11 juga mampu

tergantung kepada varitas ubi kayu yang

mengkonversi pati murni maupun ubikayu

digunakan.
Proses hidrolisis pati mentah tanpa

segar. Namun demikian, seperti terlihat pada
Tabel 1, konversi pati murni mentah ternyata

perlakuan

juga dipengaruhi oleh varitas ubi kayu yang

dibandingkan dengan menggunakan perlakuan

dipakai. Hasil pengujian terhadap tiga varietas

seperti misalnya proses pengadukan secara

ubi kayu (Adira IV, Gebang dan Sapikuru)

kontinyu ataupun adanya perlakuan fisik

menunjukkan perbedaan antara satu varitas

seperti penggunaan sonikator atau dipanaskan

dengan varitas yang lainnya. Untuk Varietas

untuk

Adira IV hasil tertinggi konversi pati mentah

sehingga

murni dicapai 24,15 % selama 72 jam

mempermudah proses hidrolisis [4].

demikian juga dalam waktu reaksi enzimatis

cenderung

merusak

lebih

permukaan

dapat

sulit

bila

granula

meningkatkan

pati,
atau

Selama masa reaksi enzimatis, pati

yang sama, untuk varietas Gebang tertinggi

murni

dicapai 37,18 %. Sementara itu untuk varietas

komplek

sapikuru, konversi terbaik dicapai 38,60 %

mengalami hidolisis karena seperti dilaporkan

selama masa inkubasi 72 jam.

oleh [14] bahwa glukoamilase dari kapang

yang

direaksikan

amilase

A.

dengan
awamori

enzim
KT-11

mempunyai kemampuan memotong rantai
Table 1. Prosentase kadar gula hasil konversi
enzimatis (dalam %, berat/berat) pati
murni berbagai varitas ubi kayu oleh
enzim komplek A. awamori KT-11
Varitas
Lama waktu reaksi enzimatis
Ubi kayu
(jam)
24
48
72
Adira – IV
Gebang
Sapikuru

12,78
28,44
25,15

18,90
34,30
32,66

24,15
37,18
38,60

-

1,6 glukosida dan -1,4 glukosida dari pati.
Kondisi pati sebelum dan sesudah
mengalami hidrolisis oleh enzim komplek
amilase diperlihatkan pada Gambar 1. Pati
murni sebelum mengalami reaksi enzimatis
terlihat permukaannya halus (A) dan pati yang
sudah

mengalami

komplek

terlihat

hidrolisis
kasar

oleh
dan

enzim
bahkan

rusak/bolong (B). Hal ini jelas bahwa enzim

988

Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010

Seminar Nasional Biologi 2010

komplek amilase yang dihasilkan oleh kapang

(berat/vol). Kadar gula di atas 30% (berat/vol)

A.

menunjukkan

dipandang

kemampuannya dalam menghidrolisis pati

bioetanol.

awamori

KT-11

cukup

ideal

untuk

produksi

mentah.
Penggunaan

pati

murni

ubi

kayu

mentah untuk produksi etanol masih perlu
dipertimbangkan karena biaya penyiapan pati
murni dalam skala industri bisa sangat mahal.
Untuk itu pula, percobaan dilanjutkan dengan
mencoba mereaksikan ubikayu segar cacah
yang diberi perlakukan pemanasan (atau

A

dengan proses sterilisasi) sebelum direaksikan
dengan enzim komplek amilase. Hasilnya
dapat dilihat pada Tabel 2, terlihat bahwa hasil
gula pereduksi dari ketiga varietas ubi kayu
berbeda. Untuk Varietas Adira IV, gula
pereduksi dicapai tertinggi 108,99 mg/ml (
B

selama 48 jam reaksi enzimatis), sedang untuk
varietas Gebang tertinggi dicapai 240 mg/ml
selama 72 jam proses enzimatis. Sementara itu
untuk

varietas

sapikuru

diperoleh

gula

pereduksi paling tinggi dibandingkan dengan
kedua varietas yang lain. Bila dilihat hasil uji
dari kedua proses,

Gambar 1. Granula pati murni ubi kayu mentah
(segar) varietas sapikuru (A) dan
granula pati yang sudah mengalami
hidrolisis oleh enzim komplek
amilase selama 72 jam (B).

hasil konversi enzimatis

ubikayu segar cacah tampaknya berkesesuaian
dengan hasil konversi enzimatis pati murni.
konversi terbaik dicapai ketika ubikayu varitas
Sapikuru digunakan. Jumlah gula pereduksi
selama reaksi enzimatis mencapai angka
tertinggi 306,47 mg/ml atau 30,65 g/100 ml
atau sebanding dengan kadar gula 30,65%

Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010

Tabel 2. Kadar gula pereduksi hasil konversi
enzimatis berbagai varitas ubikayu
cacah (dalam mg/ml) oleh enzim
komplek amilase.
Varitas
Lama waktu reaksi enzimatis
Ubi kayu
(jam)
24
48
72
Adira IV
Gebang
Sapikuru

78,45
149,86
225,49

108,99
202,94
280,43

105,66
240,00
306,47

989

Seminar Nasional Biologi 2010

tepung ubi kayu diperlukan penambahan
Dua varietas ubi kayu lainnya yaitu
Jogobolo

dan

Manggu

juga

dilakukan

aquades lebih banyak (1:8), karena dalam
proses

pelarutan

dan

pemanasan

terjadi

pengujian, reaksi enzimatis dilakukan terhadap

pengentalan/ gelatinisasi dari tepung ubikayu

pati murni (untuk varietas Jogobolo) dan ubi

tersebut. Hasil analisis terhadap bahan baku

kayu segar cacah (varietas Manggu). Hasilnya

bioetanol

menunjukkan, bahwa prosentase kadar gula

diperlihatkan pada Gambar 2.

(gula

hasil

reaksi

enzimatis)

yang dihasilkan cenderung lebih tinggi dari
tepung pati murni yang diambil dari varitas

42,50% masing-masing pada masa inkubasi
24, 48 dan 72 jam. Sementara itu, hasil reaksi

Gula pereduksi (g/l)

ubikayu lainnya yaitu 26,33%, 38,99% dan

Dalam Bejana modifikasi
80
60
40
20
0
24

enzimatis terhadap ubikayu segar cacah varitas
Manggu, hasilnya juga cukup baik. Jumlah
gula pereduksi yang diperoleh mencapai
201,29 mg/ml, 203,41 mg/ml dan 227,88
mg/ml pada masa inkubasi 24, 48 dan 72 jam.
Langkah
penggandaan

selanjutnya
skala

dilengkapi

produksi

dengan

72

singkong cacah

t epung singgk ong

Gambar 2. Kadar gula pereduksi hasil
konversi enzimatis dari ubikayu
Adira IV oleh enzim komplek
amilase.

dilakukan
dengan

menggunakan bejana yang telah dimodifikasi
yang

48
Reaksi enzimatis (jam)

pengatur

suhu.

Ubikayu yang digunakan adalah Adira IV, hal
ini karena varietas ubikayu yang lain belum
cukup untuk dipanen. Ubikayu dipersiapkan
dengan 2 cara yaitu dicacah dan dibuat tepung
terlebih dulu. Dari hasil pengamatan terhadap
kedua macam perlakuan (ubi kayu cacah dan

Hasil reaksi enzimatis terhadap ubikayu
cacah diperoleh gula reduksi tertinggi yaitu
sebesar 34,82 gram/liter selama 24 jam, sedang
pada tepung ubikayu hasilnya hampir 2 kali
lipat yaitu sebesar 66,859 gram/liter selama 48
jam reaksi enzimatis. Proses ini masih akan
dikaji dan dikembangkan lebih lanjut dengan
mengkondisikan

proses

produksi

secara

optimal.

tepung) terlihat perbedaan yang nyata antara
keduanya. Ubi kayu segar cacah dalam
preparasinya

relatif

tidak

terlalu

banyak

penambahan aquades (1:4), sementara untuk

KESIMPULAN
Konversi

enzimatis

pati

murni

dipengaruhi oleh varietas ubi kayu. Konversi
terbaik dicapai pada pati murni varietas

990

Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010

Seminar Nasional Biologi 2010

sapikuru

sebanyak

inkubasi

selama

menggunakan

38,60%
72

SEM

pada

jam.

waktu

Pengamatan

menunjukkan

adanya

kerusakan pada granula pati oleh adanya reaksi
enzimatis. Konversi enzimatis ubi kayu segar
tampak sesuai dengan hasil konversi pati
murni.

Konversi

menggunakan

terbaik

ubi kayu

dicapai

ketika

vaietas sapikuru

dengan hasil gula pereduksi tertinggi sebanyak
306,47 mg/ml atau 30,65 gram/ 100 ml. Kadar
gula diatas 30% (berat/ volume) dipandang
cukup ideal untuk proses produksi bioetanol.
Gula reduksi yang dihasilkan dari hasil
penggandaan skala yang dilakukan dalam
bejana dengan menggunakan tepung ubikayu
Adira IV diperoleh 66,859 gram/l. Untuk
menyempurnakan proses reaksi enzimatis perlu
dilakukan optimasi proses produksi.

UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan
kepada

terila

Program

Perekayasa

LIPI

kasih

disampaikan

Insentif

Penelitian

melalui

Kepala

dan
Pusat

Bioteknologi LIPI yang telah memberikan
dana,

sehingga

dilaksanakan.

penelitian

Ucapan

terima

ini
kasih

dapat
juga

disampaikan kepada Sdr. Nuryati dan Alisin
Febiyanti yang telah banyak membantu selama
penelitian ini berlangsung sehingga penelitian
ini dapat berjalan dengan lancar.

Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010

DAFTAR PUSTAKA
Anindyawati, T dan E. Sukara 1991. Pengaruh
berbagai macam media terhadap produksi
enzim amiloglukosidase oleh kapang
Aspergillus sp. KT-11. Makalah pada
seminar Ilmiah dan Kongres Nasional
Biologi X, Bogor 24-26 September 1991
Anindyawati, T., R. Melliawati, K. Ito, M.
Iizuka, and N. Minamiura. 1998. Three
Different Types of -Amylases from
Aspergillus awamori KT-11: Their
Purification, Properties and Spesificities.
Biosci. Biotechnol. Biochem., 62(7), 13511357.
Anindyawati, T. 2003 a. Digestion of Raw
Starch with Glucoamylases and
Amylases from Aspergillus awamori KT11. Prosiding Seminar Nasional VI
Jaringan Kerjasama Kimia Indonesia.
Yogyakarta, 96-101.
Anindyawati, T. 2003 b. Pengaruh Perlakuan
Sonikasi Terhadap Degradasi Pati Mentah
Oleh Amilase. Prosiding Seminar Nasional
III Jaringan Kerjasama Kimia Indonesia,
Yogyakarta, 315-319.
BPS. 2005. Statistik Indonesia. Biro Pusat
Statistik, Jakarta
BPS. 2007. Statistik Indonesia. Biro Pusat
Statistik,
Jakarta.
http://www.bps.go.id/sector/agri/pangan/ta
ble2.shtml)
Del Rosario, E. J. And R. L. Wong. 1984.
Conversion of dextrinized cassava starch
into ethanol using cultures of Aspergillus
awamori and Saccharomyces cereviceae.
Enzyme and Microbial Technology. 6(2):
60 – 64.
Melliawati,R. dan Endang Sukara. 1989.
Isolasi, karakterisasi isolat-isolat mikroba
yang mempunyai potensi amilolitik.
Makalah pada Seminar dan Kongres
Nasional V Perhimpunan Mikrobiologi
Indonesia, Yogyakarta 4-6 Desember 1989.
Melliawati,R., Nita Rosalinda dan Endang
Sukara. 1995. Pengaruh penambahan
Magnesium sulfat dan Kalium dihidrogen
fosfat
terhadap
produksi
enzim

991

Seminar Nasional Biologi 2010

amiloglukosidase dari Aspergillus sp. KT11 pada media pati singkong. Jurnal
Mikrobiologi Indonesia 3(1) : 20-26.
Nelson, N., 1941. A Photometric Adaptation
of
the Somogy Method for the
Determination of glucose. J.Biol. Chem.
153:375-380.
Ogbonna, C. N., and C. E. Okoli. 2010.
Conversion of cassava flour to fuel ethanol
by sequential solid state and submerged
culture. Process Biochemistry, 45 (7): 1196
– 1200.
Prana, T.K dan Endang Sukara. 1992. Studi
pendahuluan produksi dan pemurnian
amiloglukosidase dari isolat kapang
Aspergillus sp. KT-11. Makalah pada

992

seminar
Hasil
Penelitian
dan
Pengembangan Bioteknologi, Bogor 11-12
Pebruari 1992.
Sinar tani. 2007. Ubi Kayu Bioenergy yang
Potensial. Edisi 27 Juni- 23 Juli
Ueda S. 1988. Handbook of Amylases and
Related Enzymes. Their Sources, Isolation
Methods, Properties and Applications. The
Amylase Research Society of Japan.
Pergamon Press, Oxford (1988).
Ueda, S., C. T. Zenin, D. A. Monteriro, and Y.
K Park. 2004. Production of ethanol from
raw cassava starch by a nonconventional
fermentation method. Biotechnology and
Bioengineering. 23(2): 291-299.

Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010