Manajemen Strategi Dalam Sistem Pendidik

Manajemen Strategi Dalam Sistem Pendidikan
I.

PENDAHULUAN

Dunia pendidikan secara sadar atau tidak kini tengah bergerak menjadi satu pasar dunia, suatu
pasar yang efisien dan transparan, yang mencakup daerah-daerah yang tak terbatas. Globalisasi
mau tidak mau akan menjadi trend dari setiap organisasi baik organisasi usaha, sosial maupun
organisasi pendidikan. Negara yang tidak mau dalam pengefisienan dan pentransparanan tersebut
akan

ketinggalan

karena

dinamisnya

perubahan.

Dalam bidang ekonomi khususnya di lingkungan bisnis yang mengembangkan manajemen
secara teoritis dan praktis. Manajemen Strategi telah cukup lama dikenal dan dikembangkan.

Berbeda dengan di lingkungan organisasi non profit, khususnya bidang pendidikan, kehadiran
Manajemen Strategi pada dasarnya merupakan suatu paradigma baru. Sebagai paradigma baru,
jika diimplementasikan pada lingkungan organisasi pendidikan, tidak mungkin dilakukan sebagai
kegiatan pengambilalihan seluruh kegiatannya sebagaimana dilaksanakan di lingkungan
organisasi profit (bisnis), karena kedua organisasi tersebut satu dengan yang lain berbeda dalam
banyak aspek, terutama dari segi filsafat yang mendasarinya dan tujuan yang hendak dicapai.
Pengimplementasian Manajemen Strategi di lingkungan organisasi bidang bisnis didasari oleh
falsafah yang berisi nilai – nilai persaingan bebas antar organisasi bisnis sejenis, melalui
pendayagunaan semua sumber yang dimiliki untuk mencapai tujuan yang bersifat strategi.
Tujuan tersebut adalah mempertahankan dan mengembangkan eksistensi masing – masing untuk
jangka waktu panjang, melalui kemampuan meraih laba kompetitif secara berkelanjutan. Sedang
organisasi pendidikan didasari oleh filsafat yang berisi nilai – nilai pengabdian dan kemanusiaan
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Perbedaan lain terletak pada pengorganisasian masing –
masing. Setiap organisasi profit memiliki otonomi dalam menjalankan manajemennya, berupa
kebebasan

mewujudkan

pengembangan


organisasinya

antara

lain

dengan

memilih

pengimplementasian Manejemen Strategi atau manajemen lainnya yang dinilai terbaik. Di
organisasi non profit khususnya bidang pendidikan, organisasi ini diatur dengan manajemen
umum oleh pemerintah Pusat ataupunn daerah, yang secara berencana dan sistematis telah
menetapkan berbagai pengaturan yang mengikat dalam memilih dan mengimplementasikan
manajemennya.

Dengan kata lain dunia pendidikan kini dituntut untuk mengembangkan manajemen strategi dan
operasi yang pada dasarnya banya diterapkan dalam dunia usaha, sebagai langkah antisipatif
terhadap kecenderungan-kecenderungan baru guna mencapai dan mempertahankan posisi
bersaingnya, sehingga nantinya dapat dihasilkan manusia-manusia yang memiliki sumber daya

manusia

berkualitas

yang

sesuai

dengan

kebutuhan

zaman.

Makalah ini secara sederhana akan menjelaskan tentang konsep dasar manajemen strategi dan
operasi dalam upaya meningkatkan mutu serta kualitas pendidikan supaya dapat bersaing dalam
perkembangan

global.


II.

PERMASALAHAN

Untuk mempertajam telaah dalam makalah ini, penulis mengambil suatu permasalahan
mendasar, yaitu : Apa manfaat dan keunggulan Manajemen Strategi bagi Organisasi Non Profit
(Pendidikan)

?

III.

TUJUAN

PENULISAN

Sesuai dengan permasalahan yang ada, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk
memaparkan manfaat dan keunggulan Manajemen Strategi bagi Organisasi Non Profit
( Pendidikan), sehingga dapat menjadikan acuan dalam mengadopsinya di lingkungan organisasi
pendidikan.

IV.

PEMBAHASAN

1.

Pengertian

Manajemen

Strategi

Menurut Hadari Nawawi (2005:148-149), pengertian manajemen strategi ada 4 (empat).
Pengertian pertama Manajemen Strategi adalah “proses atau rangkaian kegiatan pengambilan
keputusan yang bersifat mendasar dan menyeluruh, disertai penetapan cara melaksanakannya,
yang dibuat oleh manajemen puncak dan dimplementasikan oleh seluruh jajaran di dalam suatu
organiasasi,

untuk


mencapai

tujuannya”.

Pengertian manajemen strategi yang kedua adalah “ usaha manajerial menumbuhkembangkan
kekuatan organisasi untuk mengeksploitasi peluang yang muncul guna mencapai tujuannya yang
telah

ditetapkan

sesuai

dengan

misi

yang

telah


ditentukan.”.

Pengertian yang ketiga, Manajemen Strategi adalah “arus keputusan dan tindakan yang
mengarah pada pengembangan strategi yang efektif untuk membantu mencapai tujuan
organisasi”. Sedangkan pengertian yang keempat, “manajemen strategi adalah perencanaan
berskala besar (disebut Perencanaan Strategi) yang berorientasi pada jangkauan masa depan yang
jauh (disebut VISI), dan ditetapkan sebagai keputusan manajemen puncak (keputusan yang
bersifat mendasar dan prinsipil), agar memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif
(disebut MISI), dalam usaha menghasilkan sesuatu (Perencanaan Operasional) yang berkualitas,
dengan diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan (disebut Tujuan Strategi) dan berbagai
sasaran

(Tujuan

Operasional)

organisasi.”

Pengertian yang cukup luas ini menunjukkan bahwa Manajemen Strategi merupakan suatu
sistem yang sebagai satu kesatuan memiliki berbagai komponen yang saling berhubungan dan

saling mempengaruhi, dan bergerak secara serentak ke arah yang sama pula. Komponen pertama
adalah Perencanaan Strategi dengan unsur – unsurnya yang terdiri dari Visi, Misi, Tujuan
Strategi organisasi. Sedang komponen kedua adalah Perencanaan Operasional dengan unsur –
unsurnya

adalah

Sasaran

atau

Tujuan

Operasional,

Di samping itu dari pengertian Manajemen Strategi yang terakhir, dapat disimpulkan beberapa
karakteristiknya

sebagai


berikut

:

a. Manajemen Strategi diwujudkan dalam bentuk perencanaan berskala besar dalam arti
mencakup seluruh komponen di lingkungan sebuah organisasi yang dituangkan dalam bentuk
Rencana Strategi (RENSTRA) yang dijabarkan menjadi Perencanaan Operasional (RENOP),
yang

kemudian

dijabarkan

pula

dalam

bentuk

Program




program

kerja.

b. Rencana Strategi berorientasi pada jangkauan masa depan ( 25 – 30 tahun). Sedang Rencana
Operasionalnya

ditetapkan

untuk

setiap

tahun

atau


setiap

lima

tahun.

c. VISI, MISI, pemilihan strategi yang menghasilkan Strategi Utama (Induk) dan Tujuan Strategi
Organisasi untuk jangka panjang, merupakan acuan dalam merumuskan RENSTRA, namun
dalam teknik penempatannya sebagai keputusan Manajemen Puncak secara tertulis semua acuan
tersebut

terdapat

di

dalamnya.

d. RENSTRA dijabarkan menjadi RENOP yang antara lain berisi program – program
operasional.
e. Penetapan RENSTRA dan RENOP harus melibatkan Manajemen Puncak (Pimpinan) karena
sifatnya

sangat

mendasar

dalam

pelaksanaan

seluruh

misi

organisasi.

f. Pengimplementasian Strategi dalam program – program untuk mencapai sasarannya masing –
masing dilakukan melalui fungsi – fungsi manajemen yang mencakup pengorganisasian,
pelaksanaan,

penganggaran

dan

kontrol.

Berdasarkan karakteristik dan komponen Manajemen Strategi sebagai sistem, terlihat banyak
faktor yang mempengaruhi tingkat intensitas dan formalitas pengimplementasiannya di
lingkungan organisasi non profit (pendidikan). Beberapa faktor tersebut antara lain adalah
ukuran besarnya organisasi, gaya manajemen dari pimpinan, kompleksitas lingkungan ideologi,
sosial politik, sosial ekonomi, sosial budaya termasuk kependudukan, peraturan pemerintah dsb.
sebagai
2.

tantangan

Keunggulan

dan

manfaat

eksternal.

manajemen

strategi

bagi

organisasi

pendidikan

pengimplementasiaan anajemen strategi melalui perumusan RENSTRA dan RENOP dengan
menggunakan strategi tertentu dalam melaksanakan fungsi- fungsi manajemen, dan mewujudkan
tugas pokok di lingkungan organisasi pendidikan harus diukur dan dinilai keunggulannya. Dari
pengukuran tersebut dan seluruh proses pengimplementasiannya, maka diketahui manfaat
Manajemen

Strategi

bagi

organisasi.

Keunggulan dan Manfaat Manajemen Strategi dalam organisasi pendidikan antara lain :
a.

Keunggulan

Implementasi

Manajemen

Strategi

Keunggulan implementasi manajemen strategi dapat dievaluasi dengan menggunakan tolok ukur
sebagai

berikut

:

1) Profitabilitas, keunggulan ini menunjukkan bahwa seluruh pekerjaan diselenggarakan secara
efektif dan efisien, dengan penggunaan anggaran yang hemat dan tepat, sehingga diperoleh profit
berupa

tidak

terjadi

pemborosan.

2) Produktivitas Tinggi, keunggulan ini menunjukkan bahwa jumlah pekerjaan (kuantitatif) yang
dapat diselesaikan cenderung meningkat. Kekeliruan atau kesalahan dalam bekerja semakin
berkurang dan kualitas hasilnya semakin tinggi, serta yang terpenting proses dan hasil
memberikan pelayanan umum (siswa dan masyarakat) mampu memuaskan mereka.
3) Posisi Kompetitif, keunggulan ini terlihat pada eksistensi sekolah yang diterima, dihargai dan
dibutuhkan masyarakat. Sifat kompetitif ini terletak pada produknya (mis : kualitas lulusan) yang
memuaskan

masyarakat

yang

dilayani.

4) Keunggulan Teknologi, semua tugas pokok berlangsung dengan lancar dalam arti pelayanan
umum dilaksanakan secara cepat, tepat waktu, sesuai kualitas berdasarkan tingkat keunikan dan

kompleksitas tugas yang harus diselesaikan dengan tingkat rendah, karena mampu mengadaptasi
perkembangan

dan

kemajuan

teknologi.

5) Keunggulan SDM, di lingkungan organisasi pendidikan dikembangkan budaya organisasi
yang menempatkan manusia sebagai faktor sentral, atau sumberdaya penentu keberhasilan
organisasi. Oleh karena itu SDM yang dimiliki terus dikembangkan dan ditingkatkan
pengetahuan, ketrampilan, keahlian dan sikapnya terhadap pekerjaannya sebagai pemberi
pelayanan

kepada

siswa

6) Iklim Kerja, tolok ukur ini menunjukkan bahwa hubungan kerja formal dan informal
dikembangkan sebagai budaya organisasi berdasarkan nilai – nilai kemanusiaan. Di dalam
budaya organisasi pendidikan, setiap SDM sebagai individu dan anggota organisasi terwujud
hubungan formal dan hubungan informal antar personil yang harmonis sesuai dengan posisi,
wewenang dan tanggung jawab masing – masing di dalam dan di luar jam kerja.
7) Etika dan Tanggung Jawab Sosial, tolok ukur ini menunjukkan bahwa dalam bekerja
terlaksana dan dikembangkan etika dan tanggung jawab sosial yang tinggi, dengan selalu
mendahulukan kepentingan masyarakat, bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi,
kelompok

dan/atau

b.

organisasi.

Manfaat

Manajemen

Strategi

Berdasarkan keunggulan yang dapat diwujudkan seperti telah diuraikan di atas, berarti dalam
pengimplemantasian Manajemen Strategi di lingkungan organisasi pendidikan terdapat beberapa
manfaat yang dapat memperkuat usaha mewujudkannya secara efektif dan efisien. Secara terinci
manfaat

manajemen

strategi

bagi

organisasi

non

profit

(pendidikan)

adalah

:

1) Organisasi pendidikan (sekolah) sebagai organisasi kerja menjadi dinamis, karena RENSTRA
dan RENOP harus terus menerus disesuaikan dengan kondisi realistik organisasi (analisis
internal) dan kondisi lingkungan (analisis eksternal) yang selalu berubah terutama karena
pengaruh

globalisasi.

2) Implementasi Manajemen strategi melalui realiasi RENSTRA dan RENOP berfungsi sebagai
pengendali dalam mempergunakan semua sumber daya yang dimiliki secara terintegrasi dalam
pelaksanaan fungsi – fungsi manajemen, agar berlangsung sebagai proses yang efektif dan
efisien.
3) Manajemen Strategi diimplementasikan dengan memilih dan menetapkan strategi sebagai
pendekatan yang logis, rasional dan sistematik, yang menjadi acuan untuk mempermudah

perumusan

dan

pelaksanaan

program

kerja.

4) Manajemen Strategi dapat berfungsi sebagai sarana dalam mengkomunikasikan gagasan,
kreativitas, prakarsa, inovasi dan informasi baru serta cara merespon perubahan dan
perkembangan lingkungan operasional, nasional dan global, pada semua pihak sesuai dengan
wewenang

dan

tanggung

jawabnya.

5) Manajemen Strategi sebagai paradigma baru di lingkungan organisasi pendidikan, dapat
mendorong perilaku proaktif semua pihak untuk ikut serta sesuai posisi, wewenang dan
tanggungjawab

masing



masing.

6) Manajemen Strategi di dalam organisasi pendidikan menuntut semua yang terkait untuk ikut
berpartisipasi, yang berdampak pada meningkatnya perasaan ikut memiliki (sense of belonging),
perasaan ikut bertanggungjawab (sense of responsibility), dan perasaan ikut berpartisipasi (sense
of

participation).

Berdasarkan uraian tentang keunggulan dan manfaat manajemen strategi di atas perlu dipahami
bahwa pengimplementasiannya di lingkungan organisasi pendidikan bukanlah jaminan
kesuksesan. Keberhasilan tergantung pada SDM atau pelaksananya bukan pada Manajemen
Strategi sebagai sarana. SDM sebagai pelaksana harus terdiri dari personil yang profesional,
memiliki wawasan yang luas dan yang terpenting adalah memiliki komitmen yang tinggi
terhadap moral dan/atau etika untuk tidak menggunakan manajemen strategi demi kepentingan
diri

sendiri

atau

kelompok.

Sumber daya manusia dalam tiap perusahaan adalah unik, maka kegiatan dalam departemen
SDM akan beragam antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Menurut Sjafri
Mangkuprawira (2002: 18) keragaman sumber daya manusia antara lain : 1)isu- isu yang
menyangkut kompensasi dan manfaat; 2) pelayanan terhadap karyawan; 3) kegiatan penguatan
dan pemberian kesempatan pekerjaan yangs sama; 4) program analisis pekerjaan; 5) testing
prapekerjaan;
V.

HAL

Strategic
(Perencanaan
Oleh

6)
LAIN

penelitian

YANG

Planning
Strategi

in

BERKAITAN

tentang
DENGAN

Education:
Pendidikan:

aspek

karyawan

MANAJEMEN

STRATEGIK

Some

Concepts

and

Methods

Beberapa

Konsep

dan

Metode)

Gwang-Chol

CHANG1

Pola

siklus

manajemen

strategi

adalah

sebagai

berikut:

1. Siklus manajemen dimulai dengan analisis di mana situasi sekarang suatu sistem dan isu
penting

yang

berkaitan

dengan

status

dan

fungsinya

dianalisis.

2. Selanjutnya, temuan dan opsi remedial diformulasikan (dirumuskan) dan dinilai, dengan
demikian

memberikan

orientasi

kebijakan.

3. Ketika sistem dianalisis dan arah masa depan ditelusuri, seseorang dapat memulai dengan
merencanakan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk membenarkan atau memperbaiki situasi.
Suatu rencana dapat berkisar 6 sampai 10 tahun, 3 sampai 5 tahun atau 1 sampai 2 tahun.
4. Operasionalisasi (pelaksanaan) terdiri dari melakukan perbaikan yang diperlukan dan
mengambil langkah-langkah institusi yang kondusif untuk implementasi rencana atau program
dan sebelum memulai mendesain projek pengembangan khusus atau program dan/atau
memobilisasi sumber yang diperlukan untuk mengimplementasikan rencana tindakan dan
aktivitas. Perencanaan dan manajemen sangat terkait dengan pemberian feedback, yaitu
monitoring,

review

dan

evaluasi.

Dalam sektor pendidikan, operasi (pelaksanaan) manajemen yang terkait dengan ”upstream,”
fungsi perencaan meliputi analisis sistem, perumusan kebijakan dan perencanaan tindakan.
Gwang-Chol
1.

Chang

mempunyai
Analisis

tiga

tahap

perencanaan

strategis,

yaitu

:

Sektor

Analisis sektor adalah tahap pertama perencanaan pengembangan sektor. Review sektor, analisis
situasi, diagnosis dan lain sebagainya kadang-kadang digunakan saling bergantian. Pada
dasarnya, analisis sektor terkandung dalam pelaksanaan pengumpulan data dan analisis kritis
tentang aspek-aspek yang berkaitan dengan (dan melingkupi) sektor pendidikan. Perencana dan
manajer dengan cermat meneliti aspek internal dan eksternal sistem pendidikan. Dengan kata
lain, mereka mereview bagaimana sistem berfungsi (dinamika internal) untuk memenuhi
kebutuhan dan permintaan ekonomi masyarakat; meneliti berbagai kekuatan pendorong di
belakang sistem pendidikan dan kondisi eksternal (lingkungan yang menjadi bagian dari
pendidikan), misalnya situasi dan pengembangan makro ekonomi dan sosial demografi.
Kategori utama aspek-aspek yang harus dipertimbangkan ketika melakukan analisis sektor
pendidikan (education sector analysis/ESA) dan/atau ketika memaparkan bagian diagnostik
rencana pengembangan sektor pendidikan adalah sebagai berikut: i) kerangka makro ekonomi
dan sosial demografis; ii) akses dan parisipasi dalam pendidikan; iii) pemerataan; iv) kualitas dan

relevansi pendidikan; v) efisiensi eksternal; vi) biaya dan dana pendidikan (cost and financing of
education); and vii) aspek manajerial dan institusional. Item (ii), (iii), (iv), (v), (vi) dan (vii)
dapat didokumenkan oleh sub sektor (pra-sekolah, pendidikan dasar dan menengah, pendidikan
teknik dan kejuruan, pendidikan tinggi, pendidikan non formal dan lain sebagainya).
2.

Desain

Kebijakan

Kebijakan sektor pendidikan menggambarkan komitmen publik pemerintah terhadap orientasi
sektor ke depan. Suatu kebijakan yang dirumuskan dengan jelas mampu memainkan peran
‘operasional’ penting

sebagai

suatu

referensi

untuk

tindakan.

Dengan

cara

yang

koheren/konsisten, kebijakan ini dapat membantu mengarahkan keputusan dan tindakan masa
depan dalam pengembangan pendidikan, yang meliputi intervensi agen (lembaga) kerjasama
internasional dan kerjasama bilateral. Penting bahwa kebijakan mengembangkan koordinasi dan
keberhasilan program dan projek. Perumusan “kebijakan pendidikan yang baik” merupakan
suatu langkah penting dalam mengembangkan munculnya dan implementasi efektif rencana
tindakan,

program

dan

projek.

Kebijakan adalah serangkaian goal dan purposes (tujuan-tujuan khusus). Seringkali kebijakan
pendidikan didefinisikan menyangkut tiga dimensi berikut ini: akses (akses, partisipasi, yang
meliputi isu gender dan kesamaan), kualitas (kualitas, efisiensi interrnal, relevansi dan efektivitsa
eksternal) dan manajemen (pengelolaan/governance, desentralisasi, manajemen sumber).
Dimensi ini dapat dibahas i) sebagai suatu keseluruhan oleh komponen program atau sub sektor,
ii) dengan indikator target melalui kisaran waktu (jangka menengah atau jangka panjang) dan
dengan beberapa indikator kuantitatif. Seseorang tidak dapat mengatakan bahwa ada suatu cara
lengkap mengungkapkan kebijakan secara tulis atau mendata aspek kebijakan yang berbedabeda. Daftar penunjuk (meskipun tidak cermat) disajikan di bawah sebagai cara untuk
menentukan spesifikasi beberapa bidang yang memerlukan definisi tentang kebijakan pendidikan
dan


strategi
Akses

dan

partisipasi

implementasi:
dalam

pendidikan

• Pemerataan dan pengurangan perbedaan menyangkut perbedaan gender, regional, desa/kota dan
sosial.
• Kualitas dan relevansi pendidikan di tingkat yang berbeda-beda (pendidikan dasar, pendidikan
umum menengah, pendidikan teknik dan profesi, pendidikan tinggi, pendidikan usia dewasa, dan
lain

sebagainya.

• Tempat bahwa sektor swasta dan kelompok lokal memiliki kedudukan di organisasi pendidikan.
• Peraturan siswa berlaku di antara 1) pendidikan formal dan non formal; 2) pendidikan publik
dan swasta; 3) pendidikan umum menengah, teknik dan profesi; 4) pendidikan tinggi jangka
pendek dan lama; 5) pendidikan dasar dan menengah, pendidikan menengah dan tinggi, dan lain
sebagainya).
• Aspek-aspek institusi seperti governance (penguasaan), manajemen dan perencanaan, yang
meliputi

keseimbangan

desentralisasi,

de-konsentrasi

dan

sentralisasi.

• Partner dan komunikasi antara aktor dan partner, tingkat dan jenis partisipasi dan komunikasi.


Cost

control

in

recurrent

and

capital

expenditure.

• Kebijakan dan strategi untuk memobilisasi sumber yang berhubungan desentralisasi,
pengembangan

sektor

swasta

dan

pengembangan

partner.

Penekanan khusus semestinya ditujukan pada perumusan tujuan-tujuan yang diukur misalnya
pendaftaran masuk, admisi (pengakuan hak masuk) dan flow rate, rasio siswa/guru, angka
supervisi, pemanfaatan ruang dan share of eeducation menurut anggaran nasional. Untuk
mencapai tujuan ini, teknik dan model simulasi secara berhasil telah diterapkan untuk
mendefinisikan kebijakan-kebijakan yang kemudian dapat diukur untuk konsultasi dan negosiasi
trade-offs antara stakeholders dan partner pengembangan menyangkut isu yang terkait dengan
tujuan pendaftaran masuk, penyusunan penentuan perbedaan tingkat pendidikan dan kontribusi
keuangan

publik

swasta,

3.

Perencanaan

eksternal.
Tindakan

Kebijakan nasional seharusnya menentukan kerangka untuk implementasinya dengan
menetapkan tujuan dan prioritas utama serta strategi untuk mencapai tujuan dan prioritsa
tersebut. Kebijakan semestinya dapat dipercaya: sumber daya manusia dan sumber keuangan
tersedia

untuk

menerapkan

kebijakan.

Tindakan

perencanaan

merupakan

persiapan

implementasi. Rencana tindakan bertujuan untuk menerjemahkan arah kebijakan ke dalam
istilah-istilah operasional yang akan diimplementasikan oleh otoritas pendidikan pada masa
mendatang. Sejauh mana tujuan dan strategi yang berkaitan dengan kebijakan pendidikan,
rencana tindakan merupakan suatu alat untuk “mengklarifikasi” pelaksanaan program aktivitas
yang diperlukan, penentuan waktu, penjelasan sumber yang diperlukan, distribusi tanggung
jawab institusi dan adminsitratif, persiapan anggaran dan lain sebagainya. Penting untuk
berkonsultasi dan bernegosiasi dengan berebagai partner pengembangan di seluruh tahap

perencanaan

tindakan

seandainya

negara

implementasi

harus

memobilisasi

dukungannya

terhadap

rencana.

Perlu membedakan antara program tindakan/rencana dan program investasi yang seringkali
berhubungan dengan infrastruktur dan peralatan untuk melaksanakan rencana tindakan dan
recurrent expenditure yang ditimbulkan oleh investasi ini. Lama program tindakan secara umum
berlangsung selama lima tahun. Salah satu keriteria rencana tindakan (agar rencana di namakan
rencana tindakan) mencakup pernytaan tindakan dan daftar aktivitas untuk menentukan secara
lebih jauh dan memprioritaskan tindakan, aktivitas, dan sumber yang diperlukan dengan cara
yang logis/konsisten. Tindakan dan projeksi sumber ini seharusnya dietentukan dengan kerangka
makroekonomi

dengan

menggunakan

alat-alat

teknis

sebagai

model

simulasi.

Secara umum, dokumen kerangka kebijakan menyangkut keseluruhan sektor pendidikan.
Rencana tindakan, yang terkait dengan kerangka kebijakan ini, seharusnya juga menyangkut
sektor luas. Kadang-kadang, pernyataan kebijakan menyangkut sub sektor khusus (misalnya
pendidikan menengah, teknik dan profesi) atau cross-cutting theme (misalnya perbaikan kualitas
pendidikan); pernyataan kebijakan ini berada dalam kerangka sektor luas dan menyeluruh.
Perbedaan metodologi dan teknik perencanaan tindakan telah dirancang dan diterapkan oleh
banyak negara dan lembaga. Di antara metodologi dan teknik tersebut adalah dua instrumen
muncul sebagai alat referensi untuk mengembangkan rencana tindakan dalam sektor pendidikan:
Pendekatan Kerangka Logis dan model simulasi. Kenyataannya, dua instrumen ini dan
pendekatan lain diterapkan, tidak secara terpisaj tetapi saling melengkapi, yang menghasilkan
persiapan rencana tindakan yang dapat dipercaya dan logis/konsisten untuk pengembangan
pendidikan.
Perencanaan

untuk

Monitoring

dan

Evaluasi

Kami semua bertanggung jawab atas semua yang kita lakukan. Kami bertanggung jawab atas
penggunaan sumber yang disediakan pada kita. Kami bertanggung jawab pada berbagai
masyarakat, tetapi yang paling penting pada masyarakat dan komunitas yang kita layani,
meskipun kami juga bertanggung jawab pada orang-orang yang menyediakan sumber.
Kami juga perlu mempelajari pelajaran. Kami membutuhkan suatu sistem yang reflektif dan
analitik, yang meneliti perfromansi (penampilan) baik atas dasar penampilan setiap hari, setiap
bulan sehingga kami dapat merubah arah dan memperbaiki apa yang akan kita lakukan, maupun
atas dasar penampilan ‘kadang-kadang’, barangkali setiap tahun atau setiap tiga tahun, ketika

kami meneliti efektivitas kita dan perubahan yang terjadi sehingga kami mampu membangun
pelajaran

dari

pengalaman

yang

demikian

ini

pada

masa

depan

kita.

Untuk merespon kebutuhan atas akuntabilitas dan feedback ini, tiga pertanyaan utama harus
dijawab

ketika

mempersiapkan

rencana

atau

program

pengembangan

pendidikan:

• Apa yang dapat memungkinkan kita menilai dan mengukur apakah suatu tujuan atau hasil yang
diharapkan


Bagaimana



Tingkat

dapat
kami

dicapai

menilai

hasil

’prestasi’

yang

dan
suatu

bagaiaman

aktivitas
aktivitas,

output

yang

akan

dilakukan?
atau
kita

tujuan?
nilai?

Menurut istilah umum, monitoring dan evaluasi mencakup pengukuran status suatu tujuan atau
aktivitas atas “suatu target yang diharapkan” yang memungkinkan adanya penilaian dan
komparasi. Target ini merupakan suatu indikator. Hal ini secara tak langsung menyatakan bahwa
pada tahap perencanaan seseorang harus menentukan beberapa indikator yang dapat
memungkinkan pengukuran apakah dan bagaimana suatu output atau aktivitas dikomparasikan
dengan

target

awal.

Pertanyaan lain menyangkut bagaimana cara menilai status dari setiap tingkat program (aktivitas,
output, purpose dan goal). Barangkali atasan anda menginginkan anda untuk memproduksi hasil,
tak masalah bagaimana anda mencapainya. Akan tetapi, anda harus memperhatikan penggunaan
alat yang diberikan untuk mencapai hasil seperti yang diharapkan oleh atasan anda. Hal ini dapat
dilakukan dengan monitoring reguler atas prestasi aktivitas anda. Di sisi lain, anda mungkin
perlu pandangan eksternal dan objektif untuk menilai dampak aktivitsa anda dalam mencapai
tujuan program anda, yang dapat dilakukan melalui jenis penilaian yang lebih fromal, evaluasi.
Sangat penting merencanakan M&E dari awal: misalnya, ketika melakukan satu rencana strategi
atau merencanakan suatu program atau projek. Suatu sistem diperlukan yang akan membantu
menjawab

pertanyaan-pertanyaan

berikut

ini:

• Relevansi: apakah organisasi atau projek membahas kebutuhan-kebutuhan yang telaah
diidentifikasi?
• Efisiensi: apakah kami akan menggunakan sumber-sumber yang ada dengan bijaksana dan
baik?
• Efektivitas: apakah output yang diinginkan akan dicapai? Apakah organisasi atau projek akan
memberikan

hasil?

• Dampak: apakah tujuan-tujuan yang lebih luas telah dicapai? Perubahan-perubahan apa yang

telah

terjadi

yang

ditujukan

pada

individu

dan/atau

komunitas?

• Sustainability (keberlanjutan): Apakah dampak akan dapat bertahan? Apakah beberapa struktur
dan

proses

yang

begitu

kuat

akan

dipertahankan?

Perlu diperhatikan bahwa indikator-indikator yang dapat dipercaya/diandalkan tidak dapat
disusun tanpa informasi yang dapat dipercaya. Tanpa produksi/hasil statistik yang dapat
diandalkan, kualitas monitoring dan evaluasi akan dipertanyakan pada tahap implementasi
rencana. Dengan kata lain, seseorang harus memulai dengan menentukan sistem informasi yang
dapat

dipercaya

untuk

Tiga

menjamin

kualitas

monitoring

Klasifikasi

dan

evaluasi.

Evaluasi

Tergantung pada sifat suatu program dan tujuan evaluasi, ada perbedaan klasifikasi evaluasi.
Klasifikasi pertama dilakukan bergantung pada siapa yang sedang melakukan evaluasi:
• internal (ketika evaluasi menyangkut suatu program yang diimplementasikan secara
menyeluruh di suatu institusi dilakukan oleh orang-orang di institusi yang sama seperti orangorang yang menangani program, kadang-kadang bekerjasama dengan bantuan dari evaluator
eksternal.
• evaluasi diri (merupakan suatu bentuk evaluasi internal yang dilakukan oleh orang-orang yang
mengimplementasikan

program;

atau

• eksternal (ketika evaluasi menyangkut program yang implementasinya melibatkan orang-orang
dari

luar

institusi,

seringkali

dilakukan

oleh

evaluator

yang

lepas

dari

institusi)

Klasifikasi kedua dilakukan bergantung pada peneapan evaluasi. Evaluasi yang demikian ini
dapat

berupa:

• formatif (sebab tujuan utamanya secara umum adalah mengkoreksi subjek (course) suatu
program

dan

hasilnya

biasanya

ditujukan

pada

orang-orang

yang

akan

mengimplementasikannya. Kadang-kadanga evaluasi dinamakan evaluasi jangka menengah
karena

evaluasi

ini

dilakukan

ketika

program

sedang

diimplementasikan).

• sumatif (karena evaluasi menghasilkan kesimpulan tentang nilai program sehingga pelajaran
dapat dipelajari untuk masa depan. Evaluasi ini dinamakan evaluasi akhir program.
• ex-post (karena evaluasi dilakukan pada suatu waktu setelah selesain program untuk menarik
simpulan tentang dampak dan keberlangsungan program. Evaluasi ini merupakan suatu jenis lain
evaluasi

sumatif).

Tiga tipe evaluasi berikut membentuk kalsifikasi ketiga yang secara luas diterapkan dalam

evaluasi program. Akan tetapi, suatu fleksibilitas dapat terjadi ketika melakukan jenis evaluasia
seperti yang dipaparkan di bawah yang dikombinasikan dengan jenis evaluasi di atas. Ketiga
jenis

evaluasi

ini

adalah

monitoring,

review

dan

evaluasi.

Monitoring: Monitoring pada dasarnya bukan merupakan suatu evaluasi melainkan merupakan
suatu proses di mana kemajuan aktivitas secara reguler dan berkelanjutan diobservasi dan
dianalisis untuk meyakinkan bahwa hasil seperti yang diharapkan dicapai. Monitoring ini
dilakukan dengan mengumpulkan dan menganalisis informasi secara reguler untuk meneliti
pelaksanaan

aktivitas

program.

Monitoring biasanya dilakukan secara internal oleh orang-orang yang bertanggung jawab atas
pelaksanaan

aktivitas



dan

apakah

(manajer
bagaimana

program)
input

untuk

(sumber)

menilai:

sedang

digunakan

• apakah adan bagaimana aktivitas yang direnacanakan dengan baik dilakukan atau diselesaikan;
dan


apakah

aoutput

akan

diproduksi

seperti

yang

telah

direncanakan.

Monitoring berfokus pada efisiensi, yaitu penggunaan sumber. Sumber data dan informasi utama
untuk monitoring adalah: financial accounts (laporan keuangan) dan juga dokumen internal
seperti laporan misi, laporan bulanan/perempat bulan, rekaman pelatihan, kaporan pertemuan
secara

terinci

dan

lain

sebagainya.

Review merupakan suatu tugas yang biasanya dilakukan oleh orang-orang yang bertanggung
jawab atas aktivitas-aktivitas, tetapi review merupakan suatu bentuk monitoring yang lebih
substansial, yang kurang sering dilakukan, misalnya setiap tahun atau pada akhir fase.
Seringkalai review ini dinamakan review jangka memengah, hasilnya dimaksudkan pada orangorang

yang

sedang

mengimplementasaikan

dan

yang

menyediakan

dana.

Evaluasi di banyak organisasi merupakan suatu istilah umum yang digunakan untuk mencakup
review. Organisasi lainnya menggunakan istilah tersebut dengan pengertian yang lebih terbatas
untuk meneliti output program secara menyeluruh, bagaimana evaluasi memberikan kontribusi
pada purposes dan goals program. Evaluasi biasanya dilakukan baik oleh orang dalam (orangorang dalam institusi yang sama seperti manajer program) maupun orang luar (evaluator
eksternal) untuk membantu pengambil keputusan dan stakeholders lain dalam mempelajari
pelajaran dan menrapkannya pada program selanjutnya. Secara khusus, evaluasi berfokus pada
dampak

dan

keberlanjutan/kesinambungan.

Evaluasi

dapat

terjadi:

• pada akhir fase projek atau setelah selesai projek (evaluasi akhir atau sumatif) untuk menilai
dampat

terdekat;

dan/atau

• ‘melebihi’ akhir projek (evaluasi ex-post) untuk menilai dampak jangka panjang projek dan
keberlanjutannya.
Sumber data dan infromasi utama untuk evaluasi baik bersifat internal maupun eksternal.
Sumber ini dapat berupa laporan status tahunan, laporan reviw, laporan konsultan, statistik
nasional

dan

Strategic

internasional,

Management

(Manajemen

laporan
of

Strategi

penilaian

dampak,

Educational

dan

lain

Development

Pengembangan

Pendidikan

Ng

National

sebagainya.

in
di

Singapore
Singapura)

Oleh
Associate

Professor

David

Nanyang

Foo

Seong,

Technological

Institute

of

University,

Education,
Singapore

Pada awal tahun 1960an (Neher, 1999), Singapura digambarkan sebagi desa nelayan yang ‘sepi’.
Tanpa memiliki sumber daya alam, Singapura menghadapi kerusuhan suku, agama dan politik
yang serius, yang diperkuat oleh pemisahannya dari malaysia pada tahun 1965 (Lee, 2000). Satusatuanya sumber yang signifikan yang dimiliki oleh Singapuran dalah tenaga manusia. Namun
demikian, pada awal tahun 1960an, populassinya terbagi menurut, ras, bahasa, agama, budaya
dan gaya hidup. Angka ‘melek huruf’ mencapai 57 persen. Jumlah lulusan univesitas lokal hanya
mencapai beberapa ribu. Akan tetapi, pada akhir tahun 1990an, 40 persen usia remaja yang
memenuhi syarat (dibandingkan dengan 5 persen pada tahun 1970) terdaftar di pendidikan
tinggi. Pada tahun 1965, hanya 51.959 orang bekerja di industri manufaktur. Pada tahun 1975,
jumlah

naik

dengan

tajam

hingga

mencapai

218.096

(Chiang,

1998).

Selang waktu selama 40 tahun, pemerintah Singapura mampu mengentaskan rakyatnya dari
kemiskinan, pengangguran, kejahatan dan mencapai pendapatan per kapita dari 530 US dolar
pada tahun 1965 sampai 24.560 US dolar pada tahun 2004. Ekspor setiap tahun atas produk
teknologi tinggi mencapai 1/3, melebihi ekspor Cina pada tahun 2001 (Economist, November 10,
2001,

11).

Dalam bidang pendidikan, Singapura secara konsisten dan dengan baik mendirikan penelitian
internasional seperti Trends in Mathematics and Science Study (TIMMS). TIMMS melakukan

penelitiannya setiap empat tahun dan negara ini menduduki urutan pertama dalam prestasi
Science

and

Mathematics

sejak

tahun

1995.

Negara Singapura menerapkan tiga rentetan sistem pendidikan di negara Singapura :
1. Gratis: pendidikan dasar wajib sampai tujuh tahun dengan mengikuti ujian nasional umum,
yang dinamakan Primary School Leaving Examination (PSLE) [Gratis dalam pengertian bahwa
pendidikan dasar dan menengah gratis, meskipun ada biaya sampai 13 SGD setiap bulan yang
dibayarkan

pada

sekolah

guna

membantu

biaya-biaya

lain]

2. Gratis: pendidikan menengah non-wajib sampai 5 tahun yang menghasilkan kompetensi
akademik dengan sertifikat Singapore-Cambridge General Certificate of Education pada tingkat
"Ordinary" atau kompetensi Teknk dengan mendapatkan sertifikat pada Sertifikat pada tingkat
"Normal". [Primary School Leaving Examination (PSLE) dilaksanakan oleh Kementerian
Pendidikan. Ujian nasional ini menguji bahasa Inggris, bahasa Ibu (Cina, Melayu, atau Tamil),
matematika,

ilmu

penegtahuan

dan

ilmu

sosial]

3. Subsidi pendidikan tinggi di universitas (dengan mengikuti pendidikan pra-universitas selama
dua

tahun),

politeknik

atau

lembaga

teknik.

Untuk kebanyakan subjek, media pengajarannya menggunakan bahasa Inggris. Siswa mengikuti
ujian nasional yang diselenggarakan oleh Cambridge University Local Examinations Syndicate
pada akhir pendidikan menengah. Dengan memiliki kualifikasi internasional, siswa dapat
mengajukan

lamaran

pada

institusi

di

seluruh

dunia.

Negara Singapura menyiapkan berbagai manajemen strategi dalam dunia pendidikan, antara
lain
1.

:
Sentralisasi

Sistem

Pendidikan

dasar

dan

Menengah

Langkah pertama integrasi (terpadu) adalah menggeser sistem pendidikan dari desentralisasi ke
sistem sentralisasi. Rencana Pendidikan Lima Tahun dalam bidang pendidikan diluncurkan. Citiciri

utama

Rencana

ini

adalah

sebagai

berikut:

• Perlakuan yang sama untuk empat bidang pendidikan: bahasa Melayu, Cina, Tamil and bahasa
Inggris.
• Penekanan pada studi bidang Ilmu Matematika, Ilmu Penegtahuan (Science) dan Teknik)
• Ketentuan silabi untuk semua subjek sekolah dengan mennggunakan empat media bahasa.



Bilingualisme
Sistem

adalah
ujian

wajib
nasional

di
untuk

semua

sekolah.
sekolah

dasar



Pendidikan

dasar

gratis

Untuk mencapai Rencana tersebut, pengeluaran pengembangan sosial mencapai 40 persen dari
total pengeluaran pengembangan meskipun prioritas ditujukan pada pengembangan industri.
Pendidikan mencapai 27 persen atau 94 juta dolar Singapura dari pengeluaran pengembangan
sosial.
Pada tahun 1960, PSLE dilakukan pada semua (empat bahasa) bahasa resmi. Pada tahun 1966,
ujian lulusan sekolah dilakukan untuk semua jenis bahasa yang diselenggarakan oleh Ministry of
Education di tingkat School Certificate maupun Higher School Certificate (Doraisamy, 1969).
Hal ini berarti bahwa struktur manajemen pengawasn kualitas output sekolah terjadi pada tahun
1966.
Pembakuan sistem ujian sebenarnya merupakan cara untuk memperkenalkan kurikulum resmi
(Wee and Chong, 1990). Dari tahun 1966, studi bahasa kedua diberlakukan wajib pada semua
sekolah lanjutan. Pada tahun 1968, Science dan Aritmatika diajarkan dengan menggunakan
bahasa

Inggris

di

kebanyakan

kelas

dasar

yang

media

non-bahasa

Inggris.

Pada tahun 1969, ditegaskan bahwa penulisan makalah menggunakan Bahasa Kedua. Dari tahun
itu, Bahasa Kedua ditawarkan sebagai subjek wajib dalam ujian di tingkat School Certificate.
Woodwork, Metalwork dan Basic Electricity diajarkan dalam bahasa Inggris, Melayu dan kelas
Satu Menengah yang medianya bahasa Tamil. Pada tahun 1974, Bahasa Pertama dan Kedua juga
diujikan dalam PSLE. Pada tahun 1974, subjek baru “Education for Living”, yang memadukan
Civics, History dan Geography was secara totalitas diajarkan dengan menggunakan bahasa Ibu
(Ministry
2.

of

Education,
Pertumbuhan

1972a;

Gopinathan,
Pendidikan

1974).
Teknik

Tahun-tahun 1962 – 1966 dilakukan rencana yang agresif untuk mengembangkan tenaga kerja
yang berketerampilan untuk memenuhi fase industri pertama. Pada fase industri ini, kebutuhan
yang mendesak untuk mengembangan sektor manufaktur guna memecahkan permasalahan
pengangguran dan menarik MNCs merupakan instrumen (cara) rencana untuk mengembangkan
tenaga kerja yang terampil. Dua belas sekolah kejuruan dan tujuh sekolah teknik dididrikan dan
dilengkapi dengan peralatan yang cukup (Chiang, 1998). Penekanan pada pendidikan teknik
sangat berbeda dengan kerajinan rotan, pembuatan pakaian, printing batik seperti yang ada di
negara-negara Asean. Sekolah-sekolah teknik memperkenalkan mata pelajaran seperti
Mechanical Engineering Practice, Electrical Fitting, Electrical Installation, dan Radio Servicing.

Mata pelajaran ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja terampil dalam bidang
industri.
Demikianlah negra Singapura menerapkan manajemen strategi dalam dunia pendidikan.
Sehingga negara Singapura berkembang pesat dan sekarang menjelma menjadi negara maju.
Negara Indonesia sudah ketinggalan jauh dengan negara Singapura dalam dunia pendidikan,
ekonomi

dan

tehnologi.

VI.

KESIMPULAN

Dari uraian di atas penulis dapat menarik kesimpulan tentang keunggulan implementasi dan
manfaat

manajemen

strategi

dalam

organisasi

pendidikan,

yaitu

:

1. Keunggulan Implementasi Manajemen Strategi Dengan menerapkan Manajemen Strategi,
maka organisasi pendidikan (sekolah) akan memiliki keunggulan, antara lain : profitabilitas,
produktifitasi tinggi, memiliki posisi kompetitif, keunggulan teknologi, keunggulan Sumber
Daya Manusia, Iklim kerja yang kondusif, etika dan tanggung jawab sosial yang berkembang.
2.

Manfaat

Manfaat

yang

-

diperoleh

Manajemen
dari

implementasi

organisasi
fungsi

kontrol

manajemen

Strategi
strategi

adalah

menjadi
berjalan

dengan

:

dinamis,
efektif

dan

efisien

- meniadakan perbedaan dan pertentangan pendapat dalam mewujudkan keunggulan
- memudahkan dalam menyepakati perubahan atau pengembangan strategi yang akan
dilaksanakan
- mendorong perilaku proaktif bagi semua pihak untuk ikut serta mewujudkan keunggulan
- meningkatkan perasaan ikut memiliki, berpartisipasi aktif dan tanggung jawab bagi semua
komponen

organisasi.

DAFTAR

PUSTAKA

Chang Gwang Chol.2008. Strategic Planning in Education: Some Concepts and Methods. Di
akses

dari

http://www.iiep.unesco.org

jam

09.16

tanggal

20

januari

2011

David Ng Foo Seong, 2008. Strategic Management of Educational Development in Singapore.

Di akses dari http : // siteresources. Worldbank.org/ Education/Resouces, jam 09.16 20 januari
2011.
Hadari

Nawawi

(2005);

Manajemen

Strategik,

Gadjah

Mada

Pers

:

Yogyakarta

Sjafri Mangkuprawira (2002); Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik, Ghalia Indonesia :
Jakarta.