Makalah Kolokium SEKOLAH PASCASARJANA IP
Makalah Kolokium
SEKOLAH PASCASARJANA IPB
BIO 601
Nama
: Moh. Jafron Syah
NIM
: G352130031
Judul
: Hierarki Sosial Pada Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Taman Wisata
Alam Grojogan Sewu, Tawangmangu, Karanganyar.
Pembimbing : Dr. Kanthi A. Widayati, M.Si.
Dr. Berry Juliandi
Hari/ tanggal : Kamis, 5 Juni 2014
Waktu/ tempat : Pukul 10.00-12.00 WIB./ Lantai 3 gedung Fisika FMIPA IPB
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Monyet ekor panjang adalah anggota Genus Macaca dan sub-famili Cercopithecinae, merupakan
primata non-manusia yang tersebar luas di negara-negara Asia. Monyet ekor panjang memiliki aktivitas
sosial kompleks dan terdistribusi di daratan tropis (Fooden 1995). Monyet ekor panjang membentuk
kelompok sosial terdiri atas banyak jantan banyak betina dengan komposisi jantan dewasa, betina dewasa,
sub-adult jantan, sub-adult betina, remaja, dan bayi. Individu-individu dalam satu kelompok akan melakukan
suatu interaksi sosial yang bersifat kompleks dan sangat dipengaruhi oleh struktur hierarki (Thierry 1990).
Metode sociometrix matrix dapat digunakan untuk menganalisis adanya struktur hierarki suatu individu
dalam kelompoknya. Struktur hierarki adalah susunan individu dominan dan individu subordinan dalam
suatu kelompok (Martin dan Bateson 1986). Konsep dominansi dalam struktur sosial suatu populasi
memiliki hubungan dengan perilaku agonistik yang dilakukan antar individu dalam kelompoknya (De Waal
dan Luttrell 1989). Menurut Streck et al. (1997) kompetisi dalam mendapatkan sumber pakan dapat
dijadikan sebagai penentu hierarki sosial pada kelompok betina yang saling berinteraksi. Struktur sosial yang
sudah terbentuk dalam suatu populasi akan mengurangi resiko terjadi kekerasan antar individu dalam
kelompok.
Eudey (2008) menyatakan bahwa monyet ekor panjang masuk dalam least concern di IUCN/SSC
2008 Red List of Threatened Species, namun keberadaannya saat ini mulai terancam oleh adanya eksploitasi
untuk tujuan perdagangan, riset, dan bahan baku obat sehingga perlu adanya upaya konservasi. Konservasi
memiliki hubungan dengan upaya perlindungan terhadap satwa liar (Devall 2006). Taman wisata alam
memiliki peran sebagai tempat konservasi.Taman Wisata Alam (TWA) Grojogan Sewu merupakan
kawasan pelestarian alam yang berada di Desa Tawangmangu, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten
Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah. TWA Grojogan Sewu memiliki fungsi sebagai taman konservasi salah
satunya spesies M. fascicularis (Siswantoro 2012).
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hierarki sosial monyet ekor panjang di TWA Grojogan
Sewu, Tawangmangu, Karanganyar.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan selama tujuh bulan, dimulai dari bulan Juli 2014 hingga Januari
2015. Lokasi pengambilan data adalah di TWA Grojogan Sewu yang berada di desa Tawangmangu,
kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah. Pengamatan dimulai dari pukul
08.00–17.00 WIB. yang dibagi menjadi dua sesi yaitu pagi dari pukul 08.00-12.00 WIB. dan siang dari pukul
13.00-17.00 WIB. Data akan diambil pada hari libur dan hari aktif dengan proporsi waktu pengamatan yang
seimbang. Hal ini untuk membandingkan potensi perilaku M. fascicularis yang berada di lokasi penelitian
pada saat musim libur dan aktif.
Habituasi
Habituasi merupakan proses adaptasi yang dilaksanakan untuk membiasakan pengamat dengan
obyek yang diamati. Pada habituasi, pengamat melakukan identifikasi terhadap objek yang diamati
berdasarkan ciri-ciri fisik seperti ukuran tubuh, umur individu, alat kelamin, raut muka, warna rambut,
bentuk kepala, bentuk tubuh maupun cacat pada tubuh. Identifikasi jumlah dan komposisi kelompok juga
dilakukan secara langsung untuk menghindari duplikasi pada saat pengambilan data. Kelompok yag akan
digunakan dalam penelitian ini ada dua kelompok. Hal ini untuk membandingkan antar kelompok yang akan
diamati.
Pengamatan Aktivitas Harian
Pengamatan awal dilakukan dengan metode ad libitum sampling, yaitu dengan mencatat aktivitas
harian sebanyak-banyaknya. Metode ini menghasilkan data aktivitas harian secara umum dan tidak melihat
perindividu. Data yang didapat merupakan data awal dan pendukung metode yang lainnya (Altman 1973).
Metode focal animal sampling digunakan untuk mengamati aktivitas harian secara khusus pada
individu yang diamati (Altman 1973). Pada pengamatan ini, pengamat mencatat aktivitas harian perindividu
dengan durasi 30 menit. Pencatatan aktivitas harian dibagi menjadi aktivitas lokomosi (perpindahan dari satu
tempat ke tempat yang lain), istirahat, makan (mencari, memegang, dan menelan makanan), bermain, selisik
(mencari kutu dan kotoran yang ada di tubuh), seksual (mounting, genital inspection dan kopulasi), serta
agonistik (mengancam, menyerang, dan berkelahi) (Schaick et al,1983).
Penentuan Struktur Hierarki
Penentuan struktur hierarki dilakukan dengan metode sociometrix matrix , tebar pakan, dan analisis
mendapatkan selisik .
Analisis Data
Data aktivitas agonistik yang diperoleh dari pengambilan focal animal sampling dibuat menjadi
Sociometric matrix, hasilnya didapatkan data individu yang memiliki frekuensi agonistik terbesar hingga
individu yang memiliki frekuensi agonistik terendah. Individu yang memiliki aktivitas agonistik terbesar
ditetapkan menjadi individu dengan struktur hierarki tertinggi. Hasil penebaran pakan berupa frekuensi
makan pada masing-masing individu. Individu yang memiliki frekuensi makan tertinggi merupakan individu
dengan hierarki sosial tertinggi dan individu yang memiliki frekuensi makan terendah merupakan individu
dengan struktur hierarki terendah. Analisis selisik juga dapat dijadikan sebagai data pendukung adanya
hierarki sosial. Individu yang mendapat perlakuan selisik tertinggi merupakan individu dengan hierarki
tertinggi dalam kelompoknya.
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
JADWAL RENCANA PENELITIAN
Nama Kegiatan
Bulan ke- (2014/ 2015)
6
7
8
9
10
11 12 1
Pengurusan surat perizinan x
penelitian
Habituasi dan identifikasi
x
x
individu
Pengamatan aktivitas harian
x
x
dengan metode ad libitum
Pengamatan interaksi sosial
x
x
x
x
yang
mendukung
data
dominansi dengan metode
focal animal sampling
Analisis data
x
Publikasi
Tesis
x
DAFTAR PUSTAKA
2
3
x
x
x
x
x
Fooden J. 1995. Systematic review of southeast asian long tail macaques, Macaca fascicularis. Fieldiana
Zoologi. New series (81): 1- 206.
Martin P, Bateson P. 1986. Measuring Behaviour: An Introductory Guide. First Edition.Cambridge:
Cambridge University Press.
Siswantoro. 2012. Kajian daya dukung lingkungan wisata alam taman wisata alam grojogan sewu kabupaten
karanganyar. [Tesis]. Semarang (ID): Sekolah Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.
SEKOLAH PASCASARJANA IPB
BIO 601
Nama
: Moh. Jafron Syah
NIM
: G352130031
Judul
: Hierarki Sosial Pada Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Taman Wisata
Alam Grojogan Sewu, Tawangmangu, Karanganyar.
Pembimbing : Dr. Kanthi A. Widayati, M.Si.
Dr. Berry Juliandi
Hari/ tanggal : Kamis, 5 Juni 2014
Waktu/ tempat : Pukul 10.00-12.00 WIB./ Lantai 3 gedung Fisika FMIPA IPB
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Monyet ekor panjang adalah anggota Genus Macaca dan sub-famili Cercopithecinae, merupakan
primata non-manusia yang tersebar luas di negara-negara Asia. Monyet ekor panjang memiliki aktivitas
sosial kompleks dan terdistribusi di daratan tropis (Fooden 1995). Monyet ekor panjang membentuk
kelompok sosial terdiri atas banyak jantan banyak betina dengan komposisi jantan dewasa, betina dewasa,
sub-adult jantan, sub-adult betina, remaja, dan bayi. Individu-individu dalam satu kelompok akan melakukan
suatu interaksi sosial yang bersifat kompleks dan sangat dipengaruhi oleh struktur hierarki (Thierry 1990).
Metode sociometrix matrix dapat digunakan untuk menganalisis adanya struktur hierarki suatu individu
dalam kelompoknya. Struktur hierarki adalah susunan individu dominan dan individu subordinan dalam
suatu kelompok (Martin dan Bateson 1986). Konsep dominansi dalam struktur sosial suatu populasi
memiliki hubungan dengan perilaku agonistik yang dilakukan antar individu dalam kelompoknya (De Waal
dan Luttrell 1989). Menurut Streck et al. (1997) kompetisi dalam mendapatkan sumber pakan dapat
dijadikan sebagai penentu hierarki sosial pada kelompok betina yang saling berinteraksi. Struktur sosial yang
sudah terbentuk dalam suatu populasi akan mengurangi resiko terjadi kekerasan antar individu dalam
kelompok.
Eudey (2008) menyatakan bahwa monyet ekor panjang masuk dalam least concern di IUCN/SSC
2008 Red List of Threatened Species, namun keberadaannya saat ini mulai terancam oleh adanya eksploitasi
untuk tujuan perdagangan, riset, dan bahan baku obat sehingga perlu adanya upaya konservasi. Konservasi
memiliki hubungan dengan upaya perlindungan terhadap satwa liar (Devall 2006). Taman wisata alam
memiliki peran sebagai tempat konservasi.Taman Wisata Alam (TWA) Grojogan Sewu merupakan
kawasan pelestarian alam yang berada di Desa Tawangmangu, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten
Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah. TWA Grojogan Sewu memiliki fungsi sebagai taman konservasi salah
satunya spesies M. fascicularis (Siswantoro 2012).
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hierarki sosial monyet ekor panjang di TWA Grojogan
Sewu, Tawangmangu, Karanganyar.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan selama tujuh bulan, dimulai dari bulan Juli 2014 hingga Januari
2015. Lokasi pengambilan data adalah di TWA Grojogan Sewu yang berada di desa Tawangmangu,
kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah. Pengamatan dimulai dari pukul
08.00–17.00 WIB. yang dibagi menjadi dua sesi yaitu pagi dari pukul 08.00-12.00 WIB. dan siang dari pukul
13.00-17.00 WIB. Data akan diambil pada hari libur dan hari aktif dengan proporsi waktu pengamatan yang
seimbang. Hal ini untuk membandingkan potensi perilaku M. fascicularis yang berada di lokasi penelitian
pada saat musim libur dan aktif.
Habituasi
Habituasi merupakan proses adaptasi yang dilaksanakan untuk membiasakan pengamat dengan
obyek yang diamati. Pada habituasi, pengamat melakukan identifikasi terhadap objek yang diamati
berdasarkan ciri-ciri fisik seperti ukuran tubuh, umur individu, alat kelamin, raut muka, warna rambut,
bentuk kepala, bentuk tubuh maupun cacat pada tubuh. Identifikasi jumlah dan komposisi kelompok juga
dilakukan secara langsung untuk menghindari duplikasi pada saat pengambilan data. Kelompok yag akan
digunakan dalam penelitian ini ada dua kelompok. Hal ini untuk membandingkan antar kelompok yang akan
diamati.
Pengamatan Aktivitas Harian
Pengamatan awal dilakukan dengan metode ad libitum sampling, yaitu dengan mencatat aktivitas
harian sebanyak-banyaknya. Metode ini menghasilkan data aktivitas harian secara umum dan tidak melihat
perindividu. Data yang didapat merupakan data awal dan pendukung metode yang lainnya (Altman 1973).
Metode focal animal sampling digunakan untuk mengamati aktivitas harian secara khusus pada
individu yang diamati (Altman 1973). Pada pengamatan ini, pengamat mencatat aktivitas harian perindividu
dengan durasi 30 menit. Pencatatan aktivitas harian dibagi menjadi aktivitas lokomosi (perpindahan dari satu
tempat ke tempat yang lain), istirahat, makan (mencari, memegang, dan menelan makanan), bermain, selisik
(mencari kutu dan kotoran yang ada di tubuh), seksual (mounting, genital inspection dan kopulasi), serta
agonistik (mengancam, menyerang, dan berkelahi) (Schaick et al,1983).
Penentuan Struktur Hierarki
Penentuan struktur hierarki dilakukan dengan metode sociometrix matrix , tebar pakan, dan analisis
mendapatkan selisik .
Analisis Data
Data aktivitas agonistik yang diperoleh dari pengambilan focal animal sampling dibuat menjadi
Sociometric matrix, hasilnya didapatkan data individu yang memiliki frekuensi agonistik terbesar hingga
individu yang memiliki frekuensi agonistik terendah. Individu yang memiliki aktivitas agonistik terbesar
ditetapkan menjadi individu dengan struktur hierarki tertinggi. Hasil penebaran pakan berupa frekuensi
makan pada masing-masing individu. Individu yang memiliki frekuensi makan tertinggi merupakan individu
dengan hierarki sosial tertinggi dan individu yang memiliki frekuensi makan terendah merupakan individu
dengan struktur hierarki terendah. Analisis selisik juga dapat dijadikan sebagai data pendukung adanya
hierarki sosial. Individu yang mendapat perlakuan selisik tertinggi merupakan individu dengan hierarki
tertinggi dalam kelompoknya.
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
JADWAL RENCANA PENELITIAN
Nama Kegiatan
Bulan ke- (2014/ 2015)
6
7
8
9
10
11 12 1
Pengurusan surat perizinan x
penelitian
Habituasi dan identifikasi
x
x
individu
Pengamatan aktivitas harian
x
x
dengan metode ad libitum
Pengamatan interaksi sosial
x
x
x
x
yang
mendukung
data
dominansi dengan metode
focal animal sampling
Analisis data
x
Publikasi
Tesis
x
DAFTAR PUSTAKA
2
3
x
x
x
x
x
Fooden J. 1995. Systematic review of southeast asian long tail macaques, Macaca fascicularis. Fieldiana
Zoologi. New series (81): 1- 206.
Martin P, Bateson P. 1986. Measuring Behaviour: An Introductory Guide. First Edition.Cambridge:
Cambridge University Press.
Siswantoro. 2012. Kajian daya dukung lingkungan wisata alam taman wisata alam grojogan sewu kabupaten
karanganyar. [Tesis]. Semarang (ID): Sekolah Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.