KETIKA BIAS GENDER MENGKRISTAL; MEMPERTANYAKAN PERAN PENDIDIKAN ISLAM

KETIKA BIAS GENDER MENGKRISTAL; MEMPERTANYAKAN PERAN PENDIDIKAN ISLAM

Zulkifli Rusby

Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Riau Email: zulkifli@gmail.com

Abstract: This paper discusses the phenomenon of strengthening the culture of patriarchy that so long rooted in Islamic education process. In the process of education for example, are in the form of drawings in which the topic of haughty (arrogant) described a group of women who were talking about a woman who overbearing. That during this time the role of women have been cornered by misrepresents the moral values of Islam by scholars in part. This cornered position, has been so strong both the role of women in the political area, in terms of liberating education process, and in terms of interpretation and the hadiths of the Prophet Muhammad. Therefore, the emergence of gender bias in the interpretation of Islamic education came from scholars who tend to provide a significant opportunity for the defense of the masculine; among them is the issue of polygamy, inheritance of women, and women's leadership.

Kata Kunci: bias gender, mengkristal, peran pendidikan Islam

PENDAHULUAN

dijelaskan dalam beberapa hadits, seperti Dalam suatu riwayat disebutkan

hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad bahwa Nabi pernah didatangi kelompok

bahwa Rasulullah melaknat perempuan yang kaum perempuan yang memohon kesediaan

membuat keserupaan diri dengan kaum laki- Nabi untuk menyisihkan waktunya guna

laki, demikian pula sebaliknya, tetapi tidak mendapatkan ilmu pengetahuan. Dalam

dilarang mengadakan perserupaan dalam hal sejarah Islam klasik ditemukan beberapa

kecerdasan dan amar ma'ruf. nama

Akan tetapi, peran sosial perempuan pengetahuan penting seperti 'A'isyah isteri

dalam perkembangan dan lintasan sejarah Nabi, Sayyidah Sakinah, putri Husayn ibn

Islam selanjutnya mengalami kemerosotan di 'Ali ibn Abi Thalib, Al-Syekhah Syuhrah

abad kedua, setelah para penguasa muslim yang digelari dengan "Fikhr al-Nisa"

kembali mengintrodusir tradisi hellenistik di (kebanggaan kaum perempuan), adalah salah

dalam dunia politik. Tradisi hellenistik seorang guru Imam Syafi'i, Mu'nisat al-

banyak mengakomodir ajaran Yahudi yang Ayyubi (saudara Salahuddin al-Ayyubi),

kedudukan perempuan Syamiyat al-Taymi'yah, Zaynab, putri

menempatkan

hampir tidak ada perannya dalam kehidupan sejarawan al-Bagdadi, Rabi'ah al-Adaw'iyah,

masyarakat.

dan lain sebagainya. Kondisi ini, menuntut terjadinya Kemerdekaan

upaya-upaya untuk melakukan rekonstruksi menuntut

pemikiran Islam. Upaya tersebut berjalan pemikiran Islam. Upaya tersebut berjalan

seiring dengan mencuatnya pemikiran Islam jujur dan berani, khususnya soal pembagian modern yang diusung para intelektual

warisan yang adil buat perempuan. 3 Adapun Muslim. Diantaranya dapat disebutkan

ketiga tokoh yang disebutkan terdahulu nama- nama berikut. Rif‘ah Badawi al-

perlakuan diskriminasi, Tahtawi (1801-1873) menekankan pentingnya

menentang

eksploitasi terhadap perempuan memperoleh pendidikan setara

dengan laki-laki. Lalu diikuti Muhammad 'Abduh (1849-1905) yang bicara secara tegas

Bias Gender dalam Praktik Pendidikan soal bahaya poligami dalam kehidupan

Pengertian bias dalam Kamus Besar sosial. 1 Kemudian, Qasim Amin (1863-1908)

Bahasa Indonesia adalah: simpangan atau melalui dua bukunya yang kontroversial

belokan arah dari garis tempuhan yang mengulas panjang tentang tiga hal yang

menembus benda bening yang lain (seperti perlu direkonstruksi, yaitu soal pendidikan

cahaya yang menembus kaca, bayangan yang

berada di air). 4 Selanjutnya kata bias adalah al-Haddad (1899-1935) secara spesifik bicara

bagi perempuan, hijab, dan poligami. 2 Tahir

semacam prasangka yakni pendapat yang soal pentingnya memperbaharui hukum

terbentuk sebelum adanya alasan untuk itu, keluarga Islam demi memperbaiki posisi dan

ilmiah bias dapat kedudakan perempuan dalam perkawinan.

dalam penelitian

menyelinap ke dalam pengamatan atau Selanjutnya, Fazlur Rahman (1919-1988), dan

penafsiran data eksperimen. Bias ini dapat sejumlah tokoh intelektual yang masih hidup

mengakibatkan kurangnya validitas dan nilai sekarang, seperti Ashgar Ali Engiineer,

ilmiah dari hasil yang di peroleh. Jadi Fatima Mernissi, Amina Wadud Muhsin dan

pengertian bias dapat terjadi karena faktor- Riffat Hassan semuanya menyuarakan

faktor yang ada pada diri pengamat itu pentingnya rekonstruksi pemikiran Islam

dilakukan latihan pada mereka yang akan tentang perempuan sehingga kelompok

bertindak. 5

pengertian bias apabila sebagai manusia, seperti dijamin dalam Al-

perempuan dapat menikmati hak-haknya

Dari

dihubungkan dengan gender dan pendidikan Qur‘an. Untuk konteks Indonesia, dapat

akan memberikan pemahaman bahwa dalam disebutkan, antara lain Harun Nasution,

pendidikan terjadi penyimpangan atau Abdurrahman Wahid, Nurcholish Madjid,

terhadap jenis kelamin dan Munawir Syadzali. Tokoh yang

ketimpangan

perempuan. Ketimpangan yang terjadi disebutkan terakhir dikenal sangat kuat

terutama untuk memberikan kesempatan mendorong komunitas Islam Indonesia

pendidikan kepada melakukan rekonstruksi pemikiran secara

mendapatkan

perempuan, Isi materi pelajaran terutama di

Zulkifli Rusby ME , Ketika Bias gender Mengkristal....

tingkat pendidikan dasar ditemukan bias melalui pengalaman sadar maupun bawah gender.

sadar. Pada proses akhir konstruksi pola perempuan masih rendah maka, untuk

relasi itu sudah berubah menjadi bentuk pengambilan

hegemoni kekuasaan maskulin terhadap pendidikan terutama perumusan kurikulum,

feminin yang melahirkan anomali sosial. 7 pengambil kebijakan, dan kepala sekolah

Proses pendidikan Islam selama ini secara umum masih dipegang oleh laki-laki,

mengedepankan verbalisme. kecuali di tingkat taman kanak-kanak yang

cenderung

Eksplorasi yang seharusnya menjadi ciri didominasi oleh perempuan.

utama pendidikan menjadi terabaikan, Fenomena bias gender ini, kemudian

akibatnya anak didik terkungkung dalam mengalami kristalisasi dalam berbagai

budaya bisu, 8 lebih tragis lagi anak didik bentuk interaksi yang dilakukan oleh

dipandang berdasarkan identitas jenis manusia, termasuk didalamnya adalah

kelamin, dalam hal ini perempuan yang pendidikan. 6 Sering dijumpai dalam proses

menjadi sasaran hegemoni. Jika demikian, pendidikan Islam adalah fenomena proses

sensitivitas gender sama sekali belum ada, pendidikan yang lebih bersifat patriarkhis.

maka kita tidak dapat menyalahkan atau Isu kesetaraan gender dalam proses

menghakimi sebetulnya yang tidak sensitif pendidikan Islam menjadi bahasan yang

gender itu apakah berasal dari faktor guru sangat penting, sebab isu ketidakadilan

atau memang dari tujuan, metode, materi, gender yang selalu berpijak pada persoalan

lingkungan atau faktor lain yang sudah hegemoni kekuasaan jenis kelamin tidak

dikonstruk sedemikian rupa hingga seorang hanya dipengaruhi oleh faktor kekuasaan,

guru memang harus berlaku demikian. ataupun lingkungan, tetapi agama pun juga

Ditambah pula banyak sekali teks-teks ikut menjustifikasi hal tersebut. ini karena isu

agama yang dijadikan sebagai alat legitimasi gender lahir dari bias makna yang

untuk sebuah penafsiran yang sama sekali ditimbulkan oleh perbedaan biologis antara

bias gender, demikian inilah yang oleh para laki-laki dan perempuan, bias makna

praktisi pendidikan dijadikan rujukan tanpa tersebut mempengaruhi relasi sosial antara

melakukan pengkritisan terlebih dahulu. dua jenis kelamin, melalui proses kultural

Fenomena ini bisa terjadi dalam proses dan perilaku sosial yang sangat panjang.

pendidikan Islam secara terus menerus Perbedaan biologis yang permanen ini

ketika belum ada usaha untuk merubahnya. melahirkan sebuah konstruksi perbedaan

Budaya patriarkhi yang begitu lama relasi gender yang bersifat hegemonik, itu

mengakar dalam masyarakat merupakan dikukuhkan dan diproduksi secara konsisten

sebuah kendala dan membutuhkan waktu sebuah kendala dan membutuhkan waktu

yang cukup lama untuk merombaknya laki-lakinya sedang berbincang-bincang. Hal secara bertahap. Proses pendidikan Islam

ini jelas sekali menunjukkan domestifikasi harus diteliti dan dikaji ulang, baik dari

perempuan. Kalimat-kalimat aspek tujuan, metode, materi atau yang

pekerjaan

tersebut justru mensosialisikan domestifikasi lainya (elemen proses pendidikan) yang

pekerjaan perempuan dalam rumah tangga. 10 selama ini masih amat kentara bias

Selain itu, rendahnya kualitas hidup gendernya. Bias ini, dapat dilihat misalnya

perempuan Indonesia terlihat pada beberapa pada kasus dalam buku ajar Agama Islam.

aspek diantaranya adalah pada aspek Misalnya, terdapat dalam bentuk gambar

pendidikan. Fakta menunjukkan rendahnya dimana dalam topik Takabur (sombong)

angka partisipasi perempuan di jenjang digambarkan sekelompok perempuan yang

pendidikan tinggi, yakni kurang dari 5%. sedang membicarakan seorang perempuan

Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin yang sombong.

tinggi tingkat disparitas (ketidakseimbangan) Secara implisit ilustrasi gambar yang

gendernya. Data lainnya adalah angka buta diberikan juga telah menumbuhkan dan

huruf dikalangan perempuan masih sangat membangun bias gender bagi yang membaca

tinggi: kurikulum serta materi bahan ajar ataupun melihatnya dimana perempuan

masih sangat bias gender; dan hampir akan diidentikan dengan sosok yang suka

seluruh proses pengelolaan pendidikan mengunjing, menggosip dan sebagainya. Hal

masih dirumuskan berdasarkan pandangan senada juga dapat dilihat pada bahasan

yang male bias sebagai akibat dari masih rukun iman dimana terdapat satu keluarga

besar penentu yang sedang beraktifitas; sosok anak laki-

dipegangnya sebagian

kebijakan pendidikan oleh laki-laki. 11 lakinya

Sebagai bukti bahwa pemegang Ayahnya sedang melihat pemandangan,

kebijakan dalam bidang pendidikan lebih di sementara si Ibu memasak di dapur. 9 dominasi laki-laki dibandingkan perempuan

Selain melalui gambar, bias gender juga dapat dilihat pada perbandingan dari setiap dapat terlihat pada ungkapan ataupun narasi

100 guru SD, 54 orang adalah perempuan kalimat dalam uraian materi. Dalam uraian

dan dari 100 guru sekolah menengah, 38 pokok bahasan adab makan dan minum,

orang diantaranya adalah perempuan. terdapat kalimat, ―kemudian bantulah ibumu

Sementara itu tenaga dosen lebih dominan membereskan meja makan ‖ dengan ilustrasi

laki-laki, dari 100 dosen hanya 29 orang gambar adegan keluarga yang selesai makan,

adalah perempuan. 12

si Ibu dan anak perempuan membereskan Sementara itu komposisi kepala peralatan makan, sementara ayah dan anak

madrasah negeri berdasarkan gender pada

Zulkifli Rusby ME , Ketika Bias gender Mengkristal....

tahun yang sama juga lebih di dominasi laki- yang memasukkan anak perempuannya ke laki; 80,7

Madrasah Aliyah dibandingkan anak yang (perempuan).Tabel di atas jelas menunjukkan

(laki-laki) sementara

juga dikarenakan meski acuan ideologi gender juga melekat

ideologi gender di dalam dunia madrasah tetapi jumlah

berkembangnya

menganggap peran keterwakilan perempuan sebagai tenaga

masyarakat

yang

perempuan lebih banyak dalam ranah kependidikan tidak terpresentasikan dalam

domestik (rumah tangga), dengan sendirinya kepemimpinan

perempuan dituntut untuk menjadi ibu dan kenyataannya rasio perempuan sebagai

kependidikan,

meski

isteri yang baik dengan kriteria antara lain; tenaga kependidikan lebih banyak daripada

patuh dan taat kepada suami dan menjadi laki-laki

pelayan yang baik bagi anak dan suaminya. Paparan di atas jelas menggambarkan

Dengan kata lain tugas mulia perempuan kecenderungan siswa perempuan lebih

adalah-menjaga tatanan moral-Keluarga. banyak daripada laki-laki untuk masuk ke madrasah. Kenyataan di atas sesungguhnya

Potret Perempuan dalam Pendidikan Islam

banyak mengandung muatan yang berkaitan Seorang pakar studi al- Qur‘an yang dengan ideologi gender yang berkembang di

terkenal, Badr al-Dîn al-Zarkasyî (745-794 H), masyarakat bahwa per empuan ‖sebagai

mengabadikan pernyataan al-Hasan al- penjaga moral― maka dengan sendirinya

Bashrî, salah seorang tabiin, berikut: banyak anak perempuan yang dimasukkan

هاجشىا ٍِس٘مزىا لاإ َٔيعٌ لا شمر ُآشقىا ٌيع ke madrasah yang selama ini dikenal sebagai

―Ilmu al-Qur‘an adalah maskulin, sehingga tidak dapat diketahui kecuali oleh para

salah satu jenjang pendidikan yang bernuasa

lelaki‖. 13

agama atau memberikan

pendidikan

Kutipan di atas dianggap penting keagaman lebih besar dibandingkan sekolah

diketahui karena dicantumkan di bagian umum.

pengantar karya al-Zarkasyî, al-Burhân fî Sementara untuk anak laki-lakinya „Ulûm al-Qur`ân.Maskulinitas ilmu al-Qur‘an dipilihkan sekolah umum dengan harapan

tampak bersifat metafor. Meski apa yang setelah menyelesaikan sekolahnya dapat

dimaksud dengan maskulinitas ilmu al- dengan mudah memperoleh pekerjaan hal ini Qur‘an pada ungkapan pertama tidak jelas, sesuai dengan konstruksi masyarakat yang

tetapi ungkapan berikutnya dengan sangat menempatkan laki-laki sebagai kepala

eskplisit menyatakan hanya laki-laki yang keluarga yang berkewajiban mencari nafkah.

al- Qur‘an. Kedua Jika

kemungkinan tentang maskulinitas itu sesungguhnya ketika orang tua lebih banyak

berujung pada terbentuknya ide superioritas berujung pada terbentuknya ide superioritas

laki-laki dalam wacana tafsir.Otoritas or at least part renderings —of more recent overseas exegeses, including Sayyid Qutb‟s Fî

menafsirkan al- Qur‘an terbentuk tidak hanya Zilâl al- Qur‟ân. Of Indonesian scholars of the melalui bias laki-laki yang secara psikologis

Quran, Hasbi Ash-Shiddieqy (d. 1975) is one of the most venerated and best known on the

sering tidak disadari, tetapi lebih dari itu,

na tional scene”. 14

superioritas laki-laki sudah muncul sejak Dalam kutipan di atas, Johns awal dalam studi al- Qur‘an.

menyatakan bahwa kajian tentang Qur‘an Seiring dengan perjalanan waktu,

dalam pendidikan Islam di Indonesia dan stigma yang menghinggapi para mufasir

Malaysia tidak disurvei dengan baik. Ia tersebut menyebabkan banyak karya-karya

melontarkan hal itu beberapa puluh tahun tafsir klasik maup un modern yang ―bias-

yang lalu (1984) dengan melihat varian tafsir gender‖, sebagaimana dibuktikan dalam

Timur Tengah, seperti Fî Zhilâl al-Qur`ân penelitian Nasaruddin Umar, Zaitunah

Quthb, di Indonesia. Subhan, dan Nurjannah Ismail. Sejarah

karya

Sayyid

Pernyataan Johns bahwa kajian tentang penafsiran al- Qur‘an sejak periode awal

tafsir-tafsir di Indonesia masih sangat kurang hingga sekarang umumnya diwarnai oleh

adalah benar hingga sekarang, terbukti tidak dua karakter kepekaan gender: tafsir-tafsir

adanya kajian yang serius, kecuali hanya yang bias-gender dan tafsir-tafsir yang

survei 58 literatur populer tentang al- Qur‘an berupaya memposisikan relasi gender secara

di Indonesia oleh Federspiel. 15 Namun, seimbang dan setara.

yang melihat Kajian-kajian yang selama ini telah

pernyataan

Johns

perkembangan tafsir Indonesia sebagai dilakukan oleh beberapa peneliti lebih

―perpanjangan tangan‖ tafsir-tafsir Timur banyak

Tengah tampaknya masih perlu dilakukan kecenderungan ideologis 16 —termasuk bias- penelitian secara lebih mendalam.

mewakili

kecenderungan-

gender —tafsir-tafsir dari luar Indonesia, baik Pergeseran wacana relasi gender yang Timur Tengah-oriented, seperti tafsir-

dalam tafsir Indonesia dapat diamati dari tafsir klasik yang menjadi objek kajian,

periode perkembangan yang paling awal, maupun yang berasal dari negara-negara

yakni Tarjumân al-Mustafîd karya‗Abd al- Asia selain Indonesia, seperti India (Asghar

Rauf al-Singkel, 17 hingga yang paling akhir, misalnya al-Mishbâh karya Quraish Shihab. Ali). Pernyataan A.H. Johns berikut masih 18 relevan untuk memotret perkembangan tafsir

beberapa isu yang dalam pendidikan Islam di Indonesia:

Terdapat

mendorong lahirnya bias gender dalam “The present state of Quranic studies in

pendidikan Islam, yaitu berawal dari Indonesia and Malaysia is not well surveied.

penafsiran para ulama yang cenderung There are various renderings of the Quran in

Malay, Javanese and Sundanese, numerous memberikan peluang kepada pembelaan writings about the Quran, and renderings —

Zulkifli Rusby ME , Ketika Bias gender Mengkristal....

terhadap kaum

menikahi satu perempuan saja atau budak- adalah Pertama.Poligami.Di antara ayat al-

meskulin.Diantarannya

budak perempuan yang kamu miliki karena Qur‘an yang paling popular membicarakan

mereka tidak mendapatkan hak sebagaimana tentang kasus poligami adalah QS. al-

para istri tersebut. Dalam penafsirannya, al- Nisâ‘/4: 3:

Jalâlain juga mengutip sebab-sebab turunnya ِءاَسِّْىا ٍَِِ ٌُْنَى َباَط اٍَ اُ٘حِنّْاَف ىٍَاَتٍَْىا ًِف اُ٘طِسْقُت الاَأ ٌُْتْف ِخ ُِْإ َٗ

(asbâb al-nuzûl) ayat seperti yang disebutkan ٌُْنُّاََ ٌَْأ ْتَنَيٍَ اٍَ َْٗأ ًةَذ ِحا ََ٘ف اُ٘ىِذْعَت الاَأ ٌُْتْف ِخ ُِْإَف َعاَبُس َٗ َث َلَُث َٗ ىَْْثٍَ

20 ) 3 : 4 / ‗Abd al-Rauf. Dari sini jelas sekali bahwa ءاسْىا( اُ٘ىُ٘عَت الاَأ ىَّْدَأ َلِىَر ‗Abd al-Rauf mengambil sumber dari tafsir Dalam menjelaskan ayat ini, ‗Abd al-

al-Jalâlain.

Rauf mengutip suatu riwayat yang Penafsiran ‗Abd al-Rauf ini sejalan mengungkapkan sebab-sebab turunnya ayat

dengan pendapat jumhur ulama yang pada (asbâb al-nuzûl), bahwa tatkala turun ayat

dasarnya membolehkan poligami dengan sebelumnya, para wali anak yatim menjadi

syarat mampu berlaku adil terhadap para ciut hatinya karena merasa takut melakukan

istrinya. Pendapat seperti ini telah ditentang perbuatan dosa dalam mengelola harta anak-

oleh golongan yang menolak poligami anak yatim, sementara sebagian mereka juga

karena dianggapnya seolah-olah terlalu memiliki sepuluh atau delapan istri, sehingga

memihak kepada laki-laki. 21 tidak mampu memperlakukan secara adil

Metode penafsira n ‗Abd al-Rauf terhadap istri-istrinya, maka turunlah ayat di

terhadap ayat -ayat poligami juga belum atas. 19

keluar dari mainstream penafsiran tradisional. Penjelasan ‗Abd al-Rauf tersebut

Ia masih menggunakan metode tahlîlî dalam agaknya tidak banyak berbeda dengan al-

kitab tafsirnya. Menurut Nasaruddin Umar, Jalâlain.Al-Jalâlain menafsirkan bahwa kalau

dengan metode tahlîlî penafsiran QS.al- kamu (para wali anak yatim) takut tidak

Nisâ‘/4: 3 dapat menghasilkan kesimpulan dapat berbuat adil terhadap anak-anak

tentang bolehnya poligami, yaitu laki-laki yatim, sehingga hatimu merasa ciut untuk

dapat menikahi lebih dari satu orang, asalkan mengurus harta kekayaan mereka, maka

mampu berlaku adil. 22

seharusnya kamu juga takut tidak mampu Bagi Quraish Shihab, cara terbaik berbuat adil terhadap para perempuan jika

memahami ayat di atas adalah: pertama, menikahinya.Karena itu, nikahilah dua, tiga,

dengan menempatkan ayat itu dalam atau empat perempuan, dan jangan lebih dari

konteks siapa yang dituju. Keterangan jumlah itu. Namun, jika kamu takut tidak

‗Â`isyah sebagaimana diriwayatkan oleh al- dapat berlaku adil terhadap para istri, baik

Bukhârî, Muslim, dan lain-lain bahwa ayat dalam hal penyediaan nafkah maupun

ini berkaitan dengan anak yatim yang berada pembagian

giliran,

maka

hendaklah hendaklah

dalam pemeliharaan seorang wali, dan pengandaian syarat keadilan terhadap para hartanya bergabung dengan harta wali.Wali

istri yang tidak mungkin terwujud. Klaim ini tersebut menyukai kecantikan dan harta anak

didasarkan QS.al-Nisâ`/4: 129: yatim itu dan ingin menikahinya tanpa

) 129 memberinya mahar yang sesuai. Menurut Quraish Shihab, ada ulama

Kedua, berdasarkan tuntutan berlaku yang menyamakan ―keadilan‖ pada al- adil terhadap anak yatim sebagai aksentuasi

qisth ( ا٘طسقت) dan al-„adl (ا٘ىذعت). Sebagian ulama ayat ini, maka penyebutan ―nikahilah

lagi membedakan keduanya bahwa kata perempuan yang kamu sukai dua, tiga, dan

pertama adalah berlaku adil antara dua empat‖ adalah dalam konteks penekanan

orang atau lebih dengan cara yang bisa terhadap perintah berlaku adil. Redaksi ayat

diterima oleh kedua belah pihak. Sedangkan, ini mirip dengan ucapan seorang yang

kata kedua adalah berlaku adil dengan cara melarang orang lain makan makanan

yang mungkin tidak bisa diterima oleh kedua tertentu, dan untuk menguatkan larangan

belah pihak. 26 Jika diterapkan pada ayat ini, tersebut dikatakannya: ―Jika Anda khawatir

maka para suami tidak akan bisa berlaku adil akan sakit bila makan makanan ini, maka

dengan keadilan yang bisa diterima para habiskan saja makanan selainnya yang ada di

istri. Beberapa feminis menolak poligami hadapan Anda‖. Perintah menghabiskan

sebagai solusi atas berbagai masalah makanan, tentu saja, hanya menekankan

perempuan, karena al- Qur‘an bertolak dari perlunya mengindahkan larangan tidak

pengandaian tentang keadilan sebagai syarat memakan makanan itu. Jadi, perintah dalam

yang tidak bisa terwujud. Hal ini dikritik ayat ini sama sekali tidak mengandung

Shihab 27 karena mengabaikan pemahaman anjuran, apalagi kewajiban berpoligami. 24

yang utuh terhadap

ayat, pasalnya

sambungan ayat menyebutkan: masyarakat Arab. Ayat ini, menurut Shihab,

) 129 : 4 / ءاسْىا( ِتَقايَعَُْىاَم إَُٗسَزَتَف ِوٍََْْىا اوُم اُ٘يٍََِت َلََف tidak membuat regulasi tentang poligami,

Menurut Mernissi, poligami pada karena telah dikenal dan dilaksanakan oleh

dasarnya merupakan bentuk pelampiasan penganut berbagai syariat agama dan tradisi

seksual

seorang

laki-laki kepada

masyarakat sebelum turunnya ayat ini. 25

pasangannya untuk mengendorkan jiwa dan Tentang persoalan ―keadilan‖, bagi

badannya dari tegangan seksual tersebut.28 sebagian feminis muslim seperti Musdah

Oleh karena itu, jika Islam menerima Mulia, poligami dilarang atas dasar efek-efek

poligami sebagai bentuk keharusan dalam negatif yang ditimbulkannya (harâm li

perkawinan, maka akan berdampak kepada ; ghayrih ) karena al- Qur‘an bertolak dari

Pertama, adanya anggapan terhadap sikap

Zulkifli Rusby ME , Ketika Bias gender Mengkristal....

"kerakusan" seorang laki-laki terhadap urusan (harta pusaka) anak-anakmu, yakni seksualitas. Apabila sikap ini dibenarkan,

bagi seorang anak laki-laki mendapat bagian boleh jadi kaum perempuan pada dasarnya

yang setara dengan dua orang anak

perempuan. Jika secara bersamaan terdapat secara psikologis, kebolehan Islam terhadap

juga boleh melakukan hal yang sama. 29 Kedua,

dua anak perempuan dan seorang anak laki- poligami berdampak pada anggapan bahwa

laki, maka bagian separuhnya untuk anak kaum laki-laki sebagi makhluk yang secara

laki-laki dan separuhnya lagi untuk dua anak mendasar bersifat seksual dan menekankan

perempuan.Jika terdapat seorang anak laki- sikap tersebut dalam satuan pertalian suami-

laki dan seorang anak perempuan, maka istri

bagian anak perempuan sepertiga dan anak merupakan salah satu cara untuk menindas

(Conjugal

Unit).Ketiga,

Poligami

laki-laki dua pertiga. 33

tidak pernah Kedua, Kewarisan. Isu gender yang

kaum perempuan sebagai makhluk seks. 30 ‗Abd

al-Rauf

mempersoalkan pembagian waris 2:1. Boleh terkait dengan kewarisan adalah pembagian

jadi ketentuan itu sudah dianggap qath„î. Ia 2:1 (bagian laki-laki: perempuan) dalam ayat

juga tidak membahas hikmah di balik itu. berikut:

Padahal, beberapa mufasir Indonesia telah َق َْ٘ف ًءاَسِّ اُِم ُِْإَف ٍٍََِِْثُّْ ْلْا ِّظَح ُوْثٍِ ِشَمازيِى ٌُْمِد َلا َْٗأ ًِف ُ االلَّ ٌُُنٍ ِصٌُ٘

membicarakannya. 34 Sikap ini boleh jadi : 4 / ءاسْىا( ُفْصِّْىا اََٖيَف ًةَذ ِحا َٗ ْتَّاَم ُِْإ َٗ َك َشَت اٍَ اَثُيُث اَُِٖيَف ٍَِِْتَْْثا

karena ia meniadakan interpretasi yang agak ) 11 ‗Abd al-Rauf menafsirkan penggalan

panjang dan yang sulit dicerna. 35 ayat ًٍََْثُّْ ْلْا ِّظَح ُوْثٍِ ِشَمازيِى ٌُْمِد َلا َْٗأ ًِف ُ االلَّ ٌُُنٍ ِصٌُ٘, yaitu

Berbeda dengan ‗Abd al-Rauf, ―Disuruhkan Allah ta„ala kamu pada pekerjaan

Quraish Shihab lebih jauh menjelaskan pusaka segala anak kamu bagi seorang laki-laki

indahnya syariat Islam dalam soal waris dan seperti perolehan dua orang perempuan. ‖ 31 Ia menepis

kritikan sebagian menafsirkan sambungan ayat selanjutnya, ُِْإَف

feminis.Menurutnya, kekeliruan yang terjadi اََٖيَف ًةَذ ِحا َٗ ْتَّاَم ُِْإ َٗ َكَشَت اٍَ اَثُيُث اَُِٖيَف ٍَِِْتَْْثا َق َْ٘ف ًءاَسِّ اُِم

dalam memahami teks seperti dialami ُفْصِّْىاbahwa jika anak itu seluruhnya

sebagai kekeliruan perempuan lebih dari dua orang, maka

kalangan

feminis

metodologis, seperti memahami persoalan mereka mendapatkan bagian dua pertiga

juz`î terlepas dari prinsip umumnya dan harta yang telah ditinggalkan oleh mayit; dan

memahami teks terlepas dari konteks. Shihab jika hanya ada seorang anak perempuan saja,

mengatakan:

maka dia memperoleh bagian separuhnya. 32 Dapat dipastikan bahwa kritik-kritik Penafsiran ‗Abd al-Rauf dalam

itu diakibatkan oleh titik tolak yang keliru antara lain karena memandang

konteks ini lebih singkat dibandingkan tafsir ketentuan-ketentuan tersebut secara al-Jalâlain.al-Jalâlain menafsirkan bahwa

parsial,

dengan mengabaikan pandangan dasar dan menyeluruh

Allah memerintahkan kepada kamu tentang Allah memerintahkan kepada kamu tentang

ajaran Islam. Memang memandang lelaki bukan pula perempuan ‖, tegasnya. masalah juz`î terlepas dari induknya

(distinction) itulah yang pasti

seperti juga kekeliruan memahami menyebabkan perbedaan fungsi, seperti suatu teks atau ucapan terlepas dari

patokan umum ―fungsi utama yang konteksnya.Bahkan,

pemahaman

demikian bukan saja mengundang diharapkan menciptakan alat‖. Pisau dibikin kesalahpahaman

atau kesalahan,

tajam karena berfungsi untuk memotong. tetapi juga dapat menggugurkan

sekian banyak prinsip. 36 Sebaliknya, bibir gelas dibikin halus karena

berfungsi untuk minum. Fungsi apa yang Dalam bukunya, Perempuan, Shihab

akan diharapkan akan menentukan seperti mengkritik pandangan negatif terhadap isu-

apa alat itu dibikin. Laki-laki dan perempuan isu gender dalam al- Qur‘an sebagaimana memiliki kodrat, fungsi, dan tugas yang

layaknya memandang tahi lalat di wajah

a. Karena perbedaan inilah ―alat‖ yang jika titik hitam itu saja yang dipandang

berbed

(hak) untuk keduanya juga berbeda. 39 tentu terlihat tidak menarik, atau bahkan

Dalam konteks perbedaan itu, laki- buruk. Akan tetapi, jika pandangan tertuju

laki diwajibkan membayar mahar dan kepada wajah secara keseluruhan, titik hitam

menanggung nafkah istri dan anak-anaknya, itu justru menjadi faktor keindahan dan

berbeda dengan perempuan. Dengan analogi Dalam konteks formula 2:1

kecantikan. 37

―perimbangan‖, Shihab menjelaskan, jika sebagai persoalan juz`î, lalu mana yang

―fungsi‖ (kewajiban) yang sesuai dengan disebut Shihab sebagai ushûlî?Menurutnya,

kodratnya itu kemudian diimbangi dan setiap peradaban menciptakan hukum sesuai

memenuhi rasa keadilan dengan memberi dengan pandangan dasarnya tentang wujud,

laki- laki ―alat‖ (hak) waris dua kali bagian alam, dan manusia.Prinsip dasar Islam

perimbangan ini (ushûlî) adalah pandangan dasarnya yang

perempuan,

maka

memenuhi rasa keadilan. Bahkan, secara menyeluruh tentang wujud, alam, dan

matematis, al- Qur‘an tampak lebih berpihak manusia, berisi nilai-nilai sebagai hasil

kepada perempuan yang lemah. seleksi nilai-nilai yang ada atau menciptakan

al- Sya‘râwî, 40 ia yang baru.Dalam konteks waris, prinsip

Mengutip

menjelaskan bahwa laki-laki membutuhkan dasarnya laki-laki dan perempuan adalah

istri, tetapi ia harus membelanjainya, bahkan dua jenis manusia yang harus diakui, suka

mencukupinya. Sebaliknya, atau tidak suka, berbeda.

38 harus

perempuan juga membutuhkan suami, tetapi Sangat sulit menyatakan keduanya

ia tidak wajib membelanjainya, bahkan ia sama, lewat pembuktian agama maupun

harus dicukupi keperluannya. Jika laki-laki ilmu pengetahuan. ―Mempersamakannya hanya harus membelanjai istrinya, atas dasar

akan menciptakan jenis manusia baru, bukan

Zulkifli Rusby ME , Ketika Bias gender Mengkristal....

keadilan dengan pembagian rata, bagian dianggap menguntungkan laki-laki. Padahal, yang diterimanya dua kali lipat itu

kata itu dapat pula berarti ―pengayom‖, sebenarnya ditetapkan al- Qur‘an untuk

―pelindung‖, ―penjaga‖, ―penjamin‖, memenuhi keperluan diri dan istrinya.

―pemelihara‖, dan ―penanggung jawab‖. 44 Seandainya,

Sebagian mufasir tradisional, semisal membelanjai istrinya, tentu saja, setengah

Ibn Katsîr, bahkan lebih jauh telah dari bagiannya sudah dapat memenuhi

mengaitkan penafsiran ayat di atas dengan keperluan dirinya. Di sisi lain, perempuan

hadis Nabi saw.: 45

dengan satu bagian itu dapat memenuhi )يساخبىا ٓاٗس(ةأشٍا ٌٕشٍأ ا٘ىٗ ً٘ق حيفٌ ِى keperluannya, seandainya ia belum menikah,

Menurut penafsiran Ibn Katsîr, kaum dan jika telah menikah ia dibelanjai oleh

laki-laki adalah penanggung jawab terhadap suaminya, sehingga satu bagian yang

kaum perempuan, yakni kepala, pemimpin, diperolehnya bisa disimpan. Jadi, dua bagian

dan penguasa bagi kaum perempuan, serta untuk laki-laki dibagi habis, sedangkan satu

yang memperbaiki (meluruskan) kaum bagian perempuan masih utuh. 41 perempuan bilamana bengkok.Hal demikian

Ketiga,Kepemimpinan karena kaum laki-laki itu lebih utama Perempuan.Tekait dengan persoalan ini,

dibandingkan dengan kaum perempuan, Allah swt. berfirman dalam QS. al- Nisa‘/4:

sehingga predikat kenabian (nubuwwah) 34:

hanya dikhususkan bagi kaum laki-laki, dan اضََِب َٗ ٍضْعَب ىَيَع ٌَُْٖضْعَب ُ االلَّ َواضَف اََِب ِءاَسِّْىا ىَيَع ٍَُُ٘ا اَ٘ق ُهاَج ِّشىا

demikian pula jabatan kepala negara dan

hakim. ‗Abd al-Rauf menafsirkan ayat ini 46 Ketika menafsirkan ayat di atas ‗Abd

b ahwa ―bermula segala laki-laki dikuasakan al-Rauf sama sekali tidak menyebutkan hadis

mereka itu atas segala perempuan dengan sebab dilebihkan Allah ta„ala segala laki-laki itu atas itu.Hal ini boleh jadi karena penafsirannya

sangat singkat. Namun, bukan mustahil ia segala perempuan dengan ilmu dan akal dan

wilayah dan dengan sebab dibiayakan mereka itu sengaja tidak meyebutkan hadis itu dalam atas mereka itu daripada segala arta mereka

Tarjumân al-Mustafîd , sehingga terhindar dari itu. ‖ 42 Penafsiran ‗Abd al-Rauf dalam hal ini

hukum seorang juga mengikuti tafsir al-Jalâlain. 43 perempuan menjadi kepala negara. Isu itu

perdebatan

seputar

persoalan tak ‗Abd al-Rauf dengan ―dikuasakan mereka

Kata ―qawwâmûn‖ diterjemahkan

terpecahkan di kalangan orang-orang Aceh. itu ‖.Hal ini sejalan dengan al-Jalâlain,

Ia sendiri tampaknya tidak berhasil ―penguasa‖, dan al-Baidhâwî, ―pemimpin‖.

menjawab secara gamblang. Dalam Mir‟at al- Penafsiran seperti ini oleh sebagian feminis

Thullâb , dia tidak membahas masalah ini Thullâb , dia tidak membahas masalah ini

secara langsung. Ketika membicarakan dikemukakan dalam kaitan ini adalah QS.at- syarat-syarat untuk menjadi hakim, dia

Tawbah/9 ayat 71: ―Orang-orang yang tampaknya secara sengaja tidak memberikan

beriman, lelaki dan perempuan, sebagian terjemahan Melayu untuk kata dzakar (laki-

mereka adalah auliyâ` bagi sebagian yang laki) atau tidak menyebut-nyebut perbedaan

lain. Mereka menyuruh yang makruf, gender sebagai syarat keabsahan bagi

mencegah yang mungkar, melaksanakan seorang hakim atau qadi. 47 shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat

Berbeda dengan ‗Abd al-Rauf, kepada Allah dan Rasul-Nya.Mereka itu Quraish

akan dirahmati Allah; sesungguhnya Allah kepemimpinan perempuan selain di rumah

Mahaerkasa lagi Mahabijaksana‖. 48 tangga. Meski ia menerima pendapat Ibn

Argumen ini sama dengan apa yang ‗Âsyûr tentang cakupan umum kata ―al-rijâl‖

dikemukakan Justice Aftab Hussain bahwa untuk semua laki-laki, tidak terbatas pada

mendasari kebolehan para suami, tetapi uraiannya tentang ayat ini

prinsip

yang

perempuan menjadi pemimpin di ruang ternyata hanya terfokus pada kepemimpinan

publik adalah ―prinsip yang berlaku dalam rumah tangga sebagai hak suami. Dengan

segala hal adalah kebolehan, sampai ada dalil begitu,

yang menunjukkan ketidakbolehan‖ kepemimpinan atas dasar sesuatu yang

istri tidak

memiliki

hak

. 49 حابلإا ًذع ىيع وٍىذىا هذٌ ىتح تحابلإا ءاٍشلْا ىف وصلْا ( kodrati (given) dan yang diupayakan (nafkah).

Kedua , di samping tidak ditemukan Sekarang,

dalam ayat-ayat al- Qur‘an larangan bagi perempuan mengisi kepemimpinan di ruang

persoalannya

mungkinkah

perempuan untuk menjadi pemimpin dalam publik?

ruang publik, hadis- hadis Nabi juga ―diam‖ Pertama ,

dari larangan itu.

berbicara kebolehan (bukan anjuran, apalagi Selainisu-isu diatas, menurut Mernissi kewajiban). Ayat di atas tidak melarang

yang terjadi dalam pendidikan Islam adalah kepemimpinan perempuan di ruang publik,

adanya upaya untuk menonjolkan peran pria karena konteksnya dalam kepemimpinan

dalam hadits-hadits Nabi, terutama yang rumah tangga. Shihab mengungkapkan:

diriwayatkan oleh Abu Hurairah. 50 Abu Alhasil, tidak ditemukan dasar yang

Hurairah ini menurutnya, selalu berupaya kuat bagi larangan tersebut.Justru sebaliknya

meskipun menjadi ditemukan sekian banyak dalil keagamaan

mendekati

Nabi,

pembantu Nabi dan harus bermusuhan yang

dapat dijadikan

dasar

untuk

dengan Aisyah. 51

mendukung hak-hak perempuan dalam Diantara hadits yang dikeluarkan bidang politik Salah satu yang dapat

oleh Abu Hurairah dan masuk dalam Shahih

Zulkifli Rusby ME , Ketika Bias gender Mengkristal....

Bukhari adalah ―Rasulullah bersabda bahwa Kaisar Romawi, Heraklius, menginvasi wilayah Persia, menduduki Ctesphon,

anjing, keledai, dan perempuan, akan yang terletak sangat dekat dengan ibu

membatalkan shalat seseorang, apabila kota Sassanid, dan Khusraw Pavis, Raja Persia, terbunuh. Barangkali kejadian

mereka melintas didepan mereka, menyela inilah yang disinggung oleh Abu

dirinya antara yang sholat dan kiblat‖. 52 Bakrah........... Pada saat itu, setelah kematian Putra Khusraw terdapat

Ketika Hadits tersebut ditanyakan kekacauan yang berlangsung pada tahun

kepada Siti Aisyah, maka beliau menjawab: 629 M – 632 M., dan pada saat itu banyak ―sekarang, kalian membandingkan kami yang mengklaim hak atas tahta Sassanid, termasuk diantaranya

dua orang dengan keledai dan anjing. Demi Allah, saya

perempuan. Munkinkah insiden ini, yang menyebabkan Rasulullah SAW,

pernah menyaksikan Rasulullah salat, selagi mengucapkan hadits yang menentang

saya berbaring di ranjang, diantara beliau (kepemimpinan) perempuan tersebut?‖ 56

dan kiblat. Agar tidak mengganggunya, saya

53 sa Secara metodologis, perlu membuat ma sekali tidak bergerak‖. Kondisi ini, klasifikasi historis, peristiwa politik yang

menurut Fatima Mernissi seringkali hadits- melatarbelakangi munculnya sebuah hadits,

hadits yang diriwayatkan oleh Siti Aisyah ―kalah‖ gambaran tentang pertempuran, identitas dengan hadits-hadits

Abu

pihak-pihak yang muncul atau bertikai,

Hurairah. 54

identitas para perawi dan opini mereka, dan Oleh karena itu, menurut Fatima

akhirnya menyoal akan keshahihannya.57 Mernissi,

Misalnya, tentang hadits diatas, tidak ada menggunakan pendekatan historis dan

yang mencoba melihat bagaimana konteks metodologis dalam memahami hadits-hadits

Abu Bakrah dalam menyusun hadits-hadits, Nabi Muhammad SAW.55 Misalnya pada

termasuk ketika meriwayatkan kasus hadits tentang ―Barang siapa yang hadits tersebut diatas. Ketika

Abu Bakrah menyerahkan urusan mereka kepada kaum

menyusun hadits, pada saat itu sedang perempuan, maka mereka tidak akan pernah

memperoleh kemamkmuran ‖. Menurutnya, ada terjadi peperangan antara Ali bin Abi Thalib dengan Siti Aisyah ra., dan Siti Aisyah

dua hal yang perlu diperhatikan terkait mengalami kekalahan yang tragis, 13.000

hadits yang diriwayatkan pertama kali oleh pendukungnya gugur dimedan perang. 58

Abu Bakrah tersebut. Pertama, konteks historis pada saat Nabi Muhammad

Sementara dalam melakukan kritik terhadap perawi, Fatima Mernissi cenderung

mengeluarkan hadits. Fatima Mernissi menjelaskan :

mengikuti kaidah yang ditetapkan oleh Imam Malik, yaitu :

Pada tahun 628 M, sewaktu berkobar peperangan

Pengetahuan (al- ‟ilm) tidak bisa diterima bangsa Romawi dan bangsa Persia,

berkepanjangan

antara

dari seorang yang terbelakang mental, dari seorang yang terbelakang mental,

dari orang

Nazaruddin Umar untuk kajian tafsir yang cengkraman nafsu, dari orang yang

yang berada

dalam

menggunakan pernah melakukan bid‘ah, dan juga dari analisa seorang pembohong yang menceritakan

segala sesuatu kepada orang lain ...... Teori hermeneutis digunakan untuk akhirnya,

menerima pengetahuan dari seorang menafsirkan teks-teks masa silam dan Syeikh, meskipun ia seorang terhormat

menerangkan perbuatan seorang pelaku dan saleh, jika ia tidak menguasai ajaran

yang hendak ia sampaikan. 59 sejarah. Prosesnya, pertama kali ada sebuah

teks masa silam lalu teks itu dilihat sebagai Kemudian ditegaskan lagi bahwa :

satu kesatuan yang koheren, kemudian

ditafsirkan, setelah itu perbuatan-perbuatan Ada beberapa orang yang saya tolak

aktor/ pelaku dijelaskan berdasarkan bahan- sebagai perawi hadits; bukan karena

mereka berbohong dalam perannya

bahan sejarah. 14

sebagai seorang berilmu dengan Dengan kata lain penafsir harus menyampaikan hadits-hadits yang

tak pernah dikatakan oleh Rasulullah

kondisi objektif SAW., tetapi karena saya melihat

mampu

memahami

geografis, sosiohistoris maupun politis yang mereka berbohong dalam hubungan

dengan

melatar belakangi sebuah teks itu diturunkan hubungannya sehari-hari yang tak berkaitan dengan ilmu keagamaan. 60

sesamanya

dalam

atau ditulis. Untuk apa teks klasik itu

diturunkan atau ditulis, kepada siapa teks itu Dengan menggunakan logika Imam

ditujukan dan ketika itu dalam kondisi yang Malik ini, menurut Fatima Mernissi, maka

bagaimana teks dibuat. Semua kondisi pada dasarnya hadits yang dikeluarkan oleh

mempengaruhi atau melatar Abu Bakrah tersebut tidak bisa diterima.

tersebut

belakangi terhadap proses penurunan atau Karena Abu Bakrah pernah dihukum

penulisan sebuah teks. Dalam ilmu tafsir cambuk oleh Umar bin Khattab, karena telah

disebut sebab- sebab turunnya Al Qur‘an memberikan kesaksian palsu. 61 (asbabun nuzul) atau sebab-sebab yang

Menurut Fatima Mernissi, umat Islam melatar belakangi ungkapan, perkataan dan tidak dapat menutup mata untuk mengakui

perbuatan Nabi (asbabul wurud). 62 bahwa ditemukan sejumlah teks baik dari Al

khususnya yang Qur‘an, hadis maupun dari pemahaman

Ketika

teks,

bersumber dari wahyu yaitu Al Qur‘an dan yang bersumber dari keduanya yang bias

hadis tersebut diterapkan pada masa kini, gender. Ada sejumlah teori yang dapat

maka kemampuan pembaca teks (mufassir digunakan untuk menganalisa sebuah teks,

sangat menentukan dalam menjembatani antara lain teori semantik, teori semiotis dan

antara yang dikehendaki oleh teks baik yang teori

tersurat maupun yang tersirat pada masa

Zulkifli Rusby ME , Ketika Bias gender Mengkristal....

silam dengan konteks zaman pada saat ini. perempuan dan sebagainya. Teks-teks Hal tersebut karena teks Al Qur‘an dan hadis

tersebut jenisnya partikular dan bersifat tidak akan

relatif, bukan berisi nilai-nilai yang yang Rasulullah wafat, tetapi nilai-nilai yang

bersifat prinsip-prinsip dasar. terkandung di dalamnya terus hidup dan

Di sisi lain, ada sejumlah teks yang dapat dimaknai seiring dengan perubahan

mengandung nilai-nilai universal seperti zaman.

prinsip-prinsip keadilan, prinsip-prinsip keislaman klasik menurut Arkoen; harus

egaliter, keharusan untuk saling menghargai selalu menyadari dan menggaris bawahi

dan menghormati orang lain dan sebagainya. adanya hubungan yang erat dan tidak

Di antaranya sebagaimana disebutkan dalam terpisahkan antara teks dan konteks, antara

Al- Qur‘an surat an-Nahl/16: 97; ―Barangsiapa teks dan realitas sosial-historis di belakang

yang mengerjakan amal saleh baik laki-laki teks. Bahkan menurutnya dianjurkan untuk

maupun perempuan dalam keadaan beriman, menggunakan metodologi dan teori-teori

maka sesungguhnya akan Kami berikan ilmu sosial era psoitivis sebagai alat untuk

kepadanya kehidupan yang baik ‖. Ayat serupa mencermati bagaimana membaca dan

di antaranya disebutkan pada QS 4/Annisa: memahami kembali khazanah intelektual

124, QS 2/Al-Baqarah: 30, QS 49/al-hujurat: klasik tersebut. 63 13. contoh lain tentang perintah saling Adapun teks-teks yang bias gender

menolong, sebagaimana dalam QS At- yang bersumber dari Al Qur‘an di antaranya,

taubah/9:71: ―Dan orang-orang yang beriman, ayat tentang kejadian manusia (QS an-

lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) Nisa/4:1), ayat tentang kepemimpinan

menjadi penolong bagi sebahagian yang lain ‖. rumah tangga (QS An-Nisa/4:34), ayat

Begitu juga di dalam hadis di antaranya tentang ketentuan rumah tangga (QS Al-

Rasulullah bersabda: ―Sesungguhnya Allah Ahzab/33:33), ayat tentang pembagian waris

tidak melihat pisik dan rupa kamu, tetapi melihat (QS An-Nisa/4:11), ayat tentang saksi (QS Al

hati dan amal perbuatan kamu ‖ (Hadis riwayat Baqarah/2:282), ayat tentang relasi suami

Muslim).

istri (QS Al Baqarah/2:223) dan sebagainya. Dalam membaca dan memahami teks Sementara yang bersumber dari hadis di

yang bias gender, bila terjadi pertentangan antaranya; tentang penciptaan perempuan

antara teks yang relatif (dzanny) dengan teks dari tulang rusuk laki-laki, tentang relasi

yang absolut ( qath‟iy), maka yang harus seksual suami-istri, tentang kepemimpinan,

dijadikan patokan adalah teks yang qath‟iy. tentang izin suami tehadap istri, perempuan

Sementara teks yang bersifat relatif dapat dianggap pembuat fitnah, tentang aurat

dimaknai kembali sesuai dengan konteksnya, karena mengandung arti yang beragam.

marwah ,Vol. XV No.1 Juni Th. 2016

perspektif ini Khadijah layak bahkan

Pembelaan Pendidikan Islam terhadap

seharusnya menjadi ikon dari seluruh isu

Perempuan; Sebuah Pandangan

kesetaraan gender dalam Islam. Dalam al- Qur‘an maupun al-Hadist,

Terdapatnya dominasi laki-laki dalam yang menjadi dasar perumusan hukum,

tradisi Quraish yang dikemukakan oleh sesungguhnya Allah sangat mengapresiasi

Umar, tentu tidak cukup sebagai bahan dengan mengangkat derajat orang-orang

untuk melakukan generalisasi. Bahkan yang beriman dan berilmu daripada yang

menurut Leila merupakan hal yang ironis tidak memilikinya (Q.S al-Mujadalah: 11).

jika digambarkan bahwa pada masa awal Atau dalam hadist nabi ‖Menuntut ilmu

Islam (dalam pandangan yang ortodok) tidak adalah kewajiban setiap muslim‖ (Riwayat

menyepakati kemandirian perempuan dan Ibn Majah, al-Baihaqi, dan Ibn Abd al-Barr).

hanya menghendaki bahwa perempuan Jika ditelaah lebih lanjut, keduanya sama-

selalu berada di bawah kekuasaan laki-laki. 64 sama memberikan pesan; pertama, orang

sangat mandiri, dan yang beriman dan berilmu lebih mulia

Mereka

kemandirian kaum perempuan ini diperkuat daripada yang tidak memilikinya, kedua,

oleh ketentuan yang ditetapkan oleh Nabi mencari ilmu diwajibkan bagi semua muslim,

bahwa tidak boleh seorang laki-lakipun yang baik yang perempuan mapun yang laki-laki.

istri yang telah Dan ketiga, tidak ada perbedaan nilai

mengawini

lagi

diceraikannya (janda) kecuali setelah adanya kemuliaan bagi siapapun yang berilmu,

selang perkawinan (terdapat lelaki lain yang apakah ia perempuan atau laki-laki. Lantas,

pernah mengawininya yang disebut dalam mengapa perempuan masih tertinggal?

Fiqh sebagai mukhalil). 65

Fenomena paling menarik dalam Otonomisasi yang ―diberikan‖ oleh konteks wacana gender di dalam sejarah

perempuan, tentu Islam, adalah munculnya tokoh perempuan

Islam

terhadap

didadasarkan atas kepercayaan terhadap sebagai faktor pendukung utama dalam

kapabilitas dan kompetensi perempuan yang proses risalah. Adalah Siti Khadijah istri Nabi,

sama dengan kaum laki-laki dalam segala kedudukannya teramat penting dalam

bidang termasuk dalam persoalan yang sejarah Islam atas peran vitalnya dalam turut

berkaitan dengan agama. Otonomisasi dan terlibat dalam proses kenabian Muhammad.

atau kemandirian ini menghantarkan kaum Kesaudagaran yang membuatnya sangat

perempuan duduk seederajat dengan kaum mandiri memungkinkan mampu mengatur

laki-laki dalam hal yang paling mendasar kehidupan kontemplatik suaminya selama

dalam periode pembinaan agama, yaitu proses menjelang

pewahyuan. Dalam

keterlibatan

dalam

menerima dan

Zulkifli Rusby ME , Ketika Bias gender Mengkristal....

menyampaikan teks wahyu baik dalam menghianati hakekat fungsi pendidikan bentuk kitab suci maupun sebagai Hadits.

media pembebasan (bukan Seperti diungkapkan oleh Leilla:

sebagai

penindasan yang akhirnya melestarikan Fortunatly, the attitudes of men and women

bentuk-bentuk perbudakan baru). Hipotesa in the first muslim society made women‟s

contributions part of the received texts; kedua ahli tersbut tampaknya pernah pula consequently, even in the most misogynistic

landasan aksi Nabi dalam periods women have been able to participate to some degree in the world of thought and

menjadi

mengembangkan sistem pendidikan manusia learning. Women tradisionits, usually taught

yang berorientasi pemberdayaan.Dan lebih by their fathers, were found in muslim societies in all ages, including the Abbasid . 66 khusus ditujukan pula terhadap kaum

perempuan yang secara kodrati merupakan Pelibatan perempuan dalam seluruh

pihak yang paling rentan dan tidak berdaya proses pemeliharaan dan pengembangan

bentuk-bentuk ―teks‖ masa itu melahirkan sosok-sosok

berhadapan

dengan

kekerasan. Perhatian Nabi dalam dimensi ini perempuan cerdas seperti Aisyah dan

sabdanya bahwa Hafsah, yang mampu menikmati prestis serta

ditunjukkan melalui

―Seorang lelaki yang mendidik budak pengaruh di kedua masa kekhalifahan awal

perempuannya, memerdekakannya dan (Abu Bakar dan Umar). Umar ibn Khattab

mengawininya, maka baginya pahala yang dalam banyak hal lebih mempercayai anak

berlipat ganda‖. 68

perempuannya daripada anak laki-lakinya, Perhatian serius Nabi terhadap proses dan Abu Bakar mempercayakan pada Aisyah

pendidikan yang pemberdayaan masyarakat untuk mengurus administrasi properti dan

muslim ini, dimulai dengan didirikannya bantuan-bantuan publik (shadaqah).Bahkan

masjid sebagai institusi publik yang memiliki khalifah Umar memerintahkan pemindahan

multi fungsi. Masjid pertama yang dibangun

b ahan mushaf Al Qur‘an dari Abu Bakar Nabi merupakan tempat pemujaan Tuhan

kepada Hafsah. 67 sekaligus tempat pengaturan permasalahan Konsep

sehari-hari, sebagai aula pertemuan gedung berhimpit erat dengan konsep pemerdekaan

kemandirian

individu,

pengadilan, markas besar pasukan dan pusat dalam konteks sejarah masa lalu yang

pengambilan keputusan. Dalam perspektif memiliki sisi tergelap berupa perbudakan.

instruksional masjid masa itu sebagai sekolah Maka tidak berlebihan apabila para pemikir

untuk mengajar para mualaf melakukan pendidikan liberal semacam Paulo Freire dan

shalat, prinsip-prinsip Islam dan bagaimana Ivan

berprilaku terhadap orang lain. 69 Pola mendekonstruksi konsep pendidikan yang

Illich dengan

teramat

geram

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI MELALUI METODE BERMAIN PERAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS IV A SDN KEBON JERUK 11 JAKARTA

0 0 9

PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBIASAAN DI SDN KELAPA DUA 06 PAGI JAKARTA

0 0 135

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PREDIKTABILITAS LABA PADA INDUSTRI PERBANKAN DI INDONESIA DENGAN TINGKAT KESEHATAN BANK SEBAGAI VARIABEL MEDIASI DAN GENDER SEBAGAI VARIABEL MODERATING

0 0 23

Kata Kunci: Gender, Buku ajar, Islam PENDAHULUAN - EVALUASI MATERI PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF GENDER (Evaluasi Terhadap Materi Buku Ajar Agama Islam)

0 0 18

MEMINIMALISIR STEREOTIPE ANTAR GENDER DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK UNGKAP TANGKAP CURAHAN HATI PADA MATERI DIFERENSIASI SOSIAL DI SMA CENDANA PEKANBARU

0 0 19

HAK POLITIK PEREMPUAN DALAM ISLAM

0 0 18

Keyword: eksistensi perempuan, politik, gender, legislatif, Provinsi Riau PENDAHULUAN - EKSISTENSI PEREMPUAN PADA LEMBAGA POLITIK FORMAL DALAM MEWUJUDKAN KESETARAAN GENDER (Studi Terhadap Anggota Legislatif di Provinsi Riau)

0 1 23

STREOTIPE GENDER DAN PILIHAN KAREER DI KALANGAN SISWI MADRASAH ALIYAH (MA) DINIYAH PUTERI PEKANBARU RIAU

0 0 29

Kata Kunci : Tingkat Pendapatan, Tingkat Pendidikan dan Perilaku Konsumtif PENDAHULUAN - PENGARUH TINGKAT PENDAPATAN DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP PERILAKU KONSUMTIF WANITA KARIR DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI RIAU

0 1 26

ANALISIS PERILAKU BERBELANJA ONLINE KONSUMEN MUSLIM DALAM PERSPEKTIF GENDER DI PROVINSI RIAU (Ditinjau dari Perceived Risk, Service Infrastructure, dan Acquisition Utility)

0 1 21