Studi Tipe Pasang Surut di Pulau Parang Kepulauan Karimunjawa Jepara Jawa Tengah

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 214-220
Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jose
Studi Tipe Pasang Surut di Pulau Parang Kepulauan Karimunjawa Jepara
Jawa Tengah
Lucy Amellia Lisnawati, Baskoro Rochaddi, Dwi Haryo Ismunarti*)
*)

Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. H. Soedharto, SH, Tembalang Semarang. 50275 Telp/Fax (024) 7474698
Email : amellia.lucy@yahoo.com*)
Abstrak

Studi tipe pasang surut di Pulau Parang Kepulauan Karimunjawa Jepara Jawa Tengah
telah dilakukan pada tanggal 18 September – 03 Oktober 2012. Parameter oseanografi yang
diukur adalah data elevasi pasang surut selama 15 hari. Metode Admiralty digunakan untuk
mengetahui tipe pasang surut. Berdasarkan hasil analisa diperoleh nilai Formzahl (F) = 2,52
sesuai dengan klasifikasi tipe pasang surut dimana nilai 1,5 < F ≤ 3 menunjukkan tipe pasang
surut di Pulau Parang adalah campuran condong harian tunggal. Tunggang air yang terjadi
berkisar antara 68 cm sampai dengan 150 cm dengan nilai HHWL = 157,28 cm dan LLWL =
46,52 cm. Pemodelan NAO Tide digunakan untuk memodelkan dan meramalkan selama 3
tahun (Oktober 2012- September 2015). Hasil peramalan selama bulan Oktober 2012 –

September 2015 menunjukkan nilai HHWL tertinggi 155 cm pada bulan Januari 2013 dan
LLWL terendah pada bulan dan tahun yang sama sebesar 46 cm.
Kata Kunci : Pasang surut, metode Admiralty, NAO Tide, Formzahl, Pulau Parang

Abstract
Study of tide in Parang Island at Karimunjawa Islands, Jepara Central Java has been
held on 18 September – 03 October 2012. Tide elevation data for 15 days is the
oceanographic parameter. Admiralty method has been used for found out the type of tide.
Based on analysis, the value for Formzahl (F) = 2.52 which is suitable with classification
type of tide where 1.5 < F ≤ 3. This result showed that the type of tide in Parang Island is
mixed tide prevelailing semudiurnal tide. Water steep occured between 68 cm until 150 cm
where the value for HHWL is 157.28 cm dan LLWL is 46.52 cm. NAO Tide modeling has been
used for modeling and predicting for 3 years (October 2012 – September 2015). The result for
predicting showed the highest HHWL value is 155 cm in January 2013 and the lowest LLWL
value is 46 cm which is occured in the same month and year.
Key words : Tide, Admiralty method, NAO Tide, Formzahl, Parang Island
1.

Pendahuluan
Pulau Parang merupakan salah satu pulau dari Kepulauan Karimunjawa yang terletak di 5º46’18,70” LS 5º43’27,78” LS dan 110º13’7,6” BT - 110º15’59,94” BT. Pulau Parang memiliki pajang garis pantai 14.334,33

m dengan luas daratan pulau 452,18 ha. Panjang daratan Pulau Parang adalah 2.874,1 m dan lebar pulau ini
adalah 1.215,9 m. Pulau Parang dikelilingi oleh banyak terumbu karang, padang lamun dan hutan mangrove.
Pemilihan Pulau Parang sebagai daerah yang dianalisis dalam penelitian ini karena masih kurangnya informasiinformasi yang akan mendukung pembangunan di Pulau Parang. Secara umum penelitian di Pulau Parang masih
jarang dilakukan sehingga peneliti ingin mengkaji lebih mendalam mengenai salah satu parameter oseanografi
yaitu pasang surut.
Pasang surut merupakan fenomena alam mengenai permukaan perairan seperti lautan, yang berubah-ubah
tunggang (range) dan ketinggiannya sesuai dengan perubahan posisi bulan dan matahari terhadap bumi menurut
fungsi waktu. Pada umumnya, kehidupan manusia sehari-hari yang berkaitan dengan perairan laut dan muara

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 215
sungai tidak dapat dipisahkan dengan fenomena alam pasang surut, baik secara langsung atau tidak langsung.
Hal ini menunjukkan adanya kemungkinan pasang surut dapat mempengaruhi cara hidup, cara kerja dan bahkan
budaya dari masyarakat (Ongkosongo dan Suyarso, 1989). Dijelaskan oleh Triatmodjo (1999) dengan adanya
data tentang pasang surut maka kedalaman suatu perairan akan diketahui sehingga alur pelayaran untuk kapal
dapat ditentukan. Pengetahuan tentang pasang surut sangat diperlukan dalam transportasi laut, kegiatan di
pelabuhan, pembangunan di daerah pesisir pantai dan lain-lain.
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui tipe pasang surut di perairan Pulau Parang dan
meramalkan selama 3 tahun mendatang. Dengan mengetahui kondisi pasang surut saat ini dan perkiraan masa
yang akan datang sehingga dapat dijadikan dasar dari pembangunan sebagai pengembangan daerah wisata yang
sesuai di Pulau Parang tersebut.

2. Materi dan Metode Penelitian
A. Materi Penelitian
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer berupa data pengamatan pasang surut Pulau
Parang selama 15 hari mulai dari tanggal 18 September 2012 sampai dengan 03 Oktober 2012.
B. Metode Penelitian
Penelitian Studi Tipe Pasang Surut di Pulau Parang Kepulauan karimunjawa ini berdasarkan ritmik pasang
surut dengan metode Admiralty. Penelitian ini dilaksanakan dengan mengukur dan menghitung ketinggian
permukaan air pada titik sampling yang ditentukan. Data yang diperoleh akan diklasifikasi dan dianalisis
sehingga diperoleh tipe pasang surut di Pulau Parang. Metode ini bersifat deskriptif dengan desain studi kasus.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan sesuatu (Arikunto, 2010).
Metode Pengambilan Data
Pengambilan data pasang surut dilakukan dengan membaca skala pada palem pasut yang terendam air laut
setiap 1 (satu) jam sekali, selama 15 hari. Penentuan stasiun pengamatan dengan syarat di daerah terbuka, tidak
dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan manusia, palem pasut bisa mencapai nilai pasang tertinggi maupun surut
terendah, mudah diamati dan masih tergenang air pada saat surut minimum. Pemasangan palem pasut dalam
keadaan tegak lurus dan tidak berubah (tetap).
Metode Pencatatan Koordinat Lokasi Pengukuran
Pencatatan Koordinat Lokasi Pengukuran dilakukan dengan menggunakan GPS (Global Positioning
System) Garmin seri 60 csx. Lokasi pemasangan palem pasut terdapat pada titik 05°45'11,3" LS dan
110°14'26,5" BT dermaga Pulau Parang.

Metode Analisis Data
Data dari hasil pengamatan di lapangan kemudian dihitung dan dianalisa dengan metode harmonik yaitu
metode Admiralty. Analisa harmonik metode Admiralty adalah analisa pasang surut yang digunakan untuk
menghitung dua konstanta harmonik yaitu amplitudo dan keterlambatan fase. Djaja dalam Ongkosongo dan
Suyarso (1989) mengemukakan metode Admiralty dimana permukaan air laut rata-rata diperoleh dengan
menghitung konstanta-konstanta pasut.
Data pasang surut yang digunakan untuk peramalan hasil dari NAO Tide. Data ini dikembangkan oleh
NAO (National Astronomical Observatory) Jepang pada tahun 1999. Model perangkat lunak ini dikembangkan
untuk memprediksi elevasi muka air dari pasang surut (arah vertikal). Masukan NAO Tide berupa posisi
geografis lokasi yang ditinjau dan waktu prediksi yang diinginkan (Wibowo, 2012).

JURNAL OSEA
EANOGRAFI. Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013
013, Halaman 216

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
Hasil dan Pembahasan
Tipe Pasang Surut
Penentuan tipe pasag surut dap
apat dilakukan dengan melihat kurva pasut yang dihasilkan

an dari data lapangan.
Pasut di suatu lokasi pengamatann di
dipisahkan menurut tipe harian tunggal, harian ganda, dan campuran. Pasang
surut harian tunggal terjadi dari satu
tu kali kedudukan permukaan air tertinggi dan satu kali kedudukan
ked
permukaan
air terendah dalam satu hari pengam
ngamatan. Pasang surut harian ganda terjadi dua kali kedudu
udukan permukaan air
tinggi dan dua kali kedudukan per
permukaan air rendah dalam satu hari pengamatan. Sed
edangkan jika terjadi
gabungan dari keduanya disebut cam
campuran condong ke salah satu tipe pasut yang mendom
minasi (Poerbondono
dan Djunasjah, 2005). Tipe pasangg ssurut diperoleh dari rumus Formzahl dengan perbandinga
ngan nilai K1 dan O1
(konstanta pasut tunggal utama) ter
terhadap nilai M2 dan S2 (konstanta pasut ganda utama)

a) (Ongkosongo dan
Suyarso, 1989).
3.

Gambar 2. Grafik Pasang
ng Surut Pulau Parang Kepulauan Karimunjawa Jepara Jawa
awa Tengah.
Pada data pasang surut mengh
nghasilkan ketinggian fluktuasi air laut yaitu untuk pera
erairan Pulau Parang
Kepulauan Karimunjawa dengann m
menggunakan palem pasut, ketinggian maksimal 1500 cm dan ketinggian
minimum sekitar 68 cm dengan keti
etinggian rata-rata 110,44 cm. Hasil pengamatan dapat dili
dilihat pada gambar 9.
Dari perhitungan analisa harmoni
nik menggunakan metode Admiralty diperoleh nilaii aamplitudo (A) dan
kelambatan fase (g*) adalah S0, M2, S2, N2, O1, M4, MS4, K1, K2. Berdasarkan Tabell 11, tipe pasang surut
suatu perairan dapat ditentukan oleh perbandingan antara konstanta pasut harian utama deng
engan konstanta pasut

ganda utama, maka nilai Formzahll ((F) perairan Pulau Parang Kepulauan Karimunjawa sebes
besar 2,52 dengan tipe
pasang surut campuran condong hari
harian tunggal, karena nilai dari Formzahl adalah 11/2 < F ≤ 3 yang merupakan
tipe untuk pasang surut campurann do
dominan harian tunggal.
Tabel 1. Nilai Komponen Pas
asang Surut Pulau Parang Kepulauan Karimunjawa Jepara
ra Jawa Tengah

JURNAL OSEA
EANOGRAFI. Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013
013, Halaman 217
S0

M2

S2

N2


K1

O1

M4

MS4

K2

P1

A (cm)

102

6

8


6

21

12

0

0

2

7

g (*)

-

272


140

263

318

259

224

294

14
140

318

Wyrtki dalam Purnomo (200
008) menyatakan tipe pasang surut campuran condongg harian tunggal ini

disebabkan karena lokasi perairann tersebut
te
berdekatan dan terdapat dalam satu jalur perairan
an Pantai Utara Jawa.
Pasang surut di perairan Pulau Para
arang Kepulauan Karimunjawa lebih dipengaruhi oleh gelombang
ge
pasut dari
samudera Pasifik, tetapi karena mele
elewati perairan dangkal seperti Laut Jawa dan Pulau Para
arang yang dikelilingi
oleh banyak terumbu karang, makaa pa
pasang surutnya lebih cenderung bersifat campuran cond
ndong harian tunggal.
Gelombang pasang surut dari Lautt C
Cina Selatan yang bersifat harian tunggal juga menjadi pengaruh
pen
tipe pasut di
perairan sekitar Pantai Utara Jawa.
a. Menurut Illahude (1999) menyatakan bahwa pasangg surut di Laut Cina
Selatan makin ke arah selatan pengar
garuh kelompok harian ganda semakin kecil.
Nilai kelambatan fase dapat diketahui
di
berdasarkan dari hasil perhitungan dengan metod
tode Admiralty (tabel
1). Nilai kelambatan fase di peraira
iran Pulau Parang Kepulauan Karimunjawa besar, ini dis
disebabkan pada Laut
Jawa terdapat perbedaan topografii ddasar laut antara bagian Barat dan bagian Timur. Di bagia
gian Timur, Laut Jawa
menerima pasut dari Lautan Pasifik
ifik yang merambat melalui perairan dalam Indonesia (La
Laut Banda dan Selat
Makasar). Pada bagian Barat, pasut
sut dari Lautan Pasifik merambat melalui Laut Cina Se
Selatan dan melewati
daerah dangkal sebelum memasukii L
Laut Jawa. Maka dari itu pasut di Laut Jawa sebelah Bara
arat lebih tua daripada
pasut di sebelah Timur (Ongkosongo
ongo dan Suyarso, 1989).
Pemodelan dan Peramalan Pasang
ang Surut

Gambar 3. Grafik Verifikasi Pasang
Pa
Surut Pulau Parang Kepulauan Karimunjawa Jepara
ara Jawa Tengah.
Pada pemodelan dengann m
menggunakan NAO Tide diperoleh nilai MRE 0,14 % sehingga
se
mempunyai
nilai kebenaran sebesar 99,86 %, gr
grafik data pengamatan lapangan pasang surut di verifikas
kasi dengan data hasil
peramalan NAO Tide menunjukan
an hasil yang sesuai terlihat pada gambar 11. Peramalan
lan pasut dimodelkan
dengan menggunakan NAO Tide, ya
yaitu melakukan peramalan selama 3 tahun ke depan dari
ri bulan
bul Oktober 2012
sampai dengan September 2015.. P
Peramalan dilakukan dengan memasukan koordinat pos
osisi penelitian yang
dilaksanakan serta waktu awal dann akhir
a
prediksi yang diinginkan berupa tahun, bulan, tangga
nggal, jam, menit dan
interval waktu pada standar GMT.

JURNAL OSEA
EANOGRAFI. Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013
013, Halaman 218

Gambar 4. Grafik Peramalan Pasang
Pas
Surut Bulan Oktober 2012-September 2015 Pulau Parang
Pa
Kepulauan
Karimunjawa Jepara Jawa Tengah.
Pada gambar 4 diketahui HHW
WL tertinggi dari bulan Oktober 2012 sampai dengan bu
bulan Desember 2012
sebesar 144 cm yaitu pada bulan
an Desember dan LLWL terendahnya terjadi pada bulan
lan yang sama yaitu
Desember sebesar 57 cm. Pada tahu
hun 2013 HHWL tertinggi terjadi pada bulan Januari sebes
esar 155 cm dan juga
LLWL terendah sebesar 46 di bulan
an Januari. Di tahun 2014 nilai HHWL tertinggi dan LLWL
L terendah terjadi di
bulan Januari sebesar 148 cm dan 53 cm. Bulan Januari 2015 sampai dengan September 2015 HHWL tertinggi
sebesar 144 cm di bulan Januari dan Februari sedangkan LLWL terendah terjadi di bulan Janua
anuari sebesar 56 cm.
Dari hasil peramalan pasangg su
surut dengan menggunakan NAO Tide dapat diketahui nilai
ni dari MSL relatif
stabil sedangkan untuk nilai HHWL
L dan LLWL tiap bulannya mengalami perubahan. Pada HHWL
HH
di setiap akhir
tahun dan awal tahun cenderung menga
engalami peningkatan sedangkan untuk nilai LLWL menur
urun. Kenaikan muka
air laut ini disebabkan oleh faktor
tor astronomis, di mana dalam faktor astronomis kedudu
dukan bumi terhadap
benda-benda langit (bulan dan mat
atahari) senantiasa berubah-ubah secara periodik. Dalam
am setiap kedudukan
tersebut, antara bumi, bulan dan mat
atahari terjadi gaya tarik menarik, sehingga dengan adanya
nya sistem kedudukan
tersebut, gaya yang terjadi pun beru
erubah secara periodik dan mengakibatkan permukaan air
ir laut
l
ikut mengalami
perubahan.

Prediksi Kenaikan Muka Air Laut
aut
Berdasarkan hasil peramalann de
dengan menggunakan NAO Tide untuk pasang surut da
dalam waktu 3 tahun
mendatang, dapat diketahui nilai H
HHWL tertinggi yaitu terjadi pada bulan Januari 2013 ssebesar 155 cm dan
LLWL 46 cm. Dari hasil ini, kitaa dapat
da
memprediksikan kenaikan muka air laut yang terja
rjadi di Pulau Parang
Kepulauan Karimunjawa untuk 200 tahun mendatang. Dijelaskan oleh Hadikusumah (1995)
95) kenaikan MSL di
daerah Semarang mengalami kenai
naikan sebesar 9,27 mm setiap tahunnya. Lokasi Pulau
au Parang Kepulauan
Karimunjawa berdekatan dengann Semarang
Se
dan merupakan kawasan Pantai Utara Jawa, m
maka kenaikan MSL
dapat diprediksikan menggunakann ni
nilai kenaikan muka air laut di Semarang.
Pada gambar 5 menjelaskan pro
profil pantai di Pulau Parang pada bulan Januari 2013 denga
ngan nilai HHWL 155
cm dan LLWL 46 cm dengan MSL
L 1100 cm. Dengan adanya kenaikan muka air laut setiap tahunnya
tahu
yaitu sebesar
9,27 mm, maka untuk jangka waktu
tu 20 tahun kedepan nilai dari MSL menjadi 118 cm, HHW
HWL sebesar 173 cm
dan LLWL 64 cm (pada gambar 6). Kenaikan muka air laut ini merupakan implikasi dari pem
emanasan global yang
mengakibatkan ketidakstabilan atm
tmosfer di lapisan bawah terutama yang dekat dengan
an permukaan bumi.
Pemanasan global ini karena adany
danya peningkatan gas rumah kaca yang menimbulkan efe
efek pemantulan dan
penyerapan terhadap gelombang panj
anjang yang bersifat panas. Pemanasan global berdampakk pa
pada kenaikan suhu
dan pencairan gletser sehingga dapa
pat mempengaruhi terjadinya kenaikan permukaan air laut
aut. Perubahan elevasi
air laut ini dapat mengganggu kehid
hidupan karena mengakibatkan tenggelamnya pulau-pulauu kkecil (Wibawa et.al,
2007).

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 219

Gambar 5. Profil Pantai dan Kenaikan Muka Air Laut Pulau Parang Tahun 2013

Gambar 6. Perkiraan Profil Pantai dan Kenaikan Muka Air Laut Pulau Parang Tahun 2033
Berdasarkan profil Pulau Parang hasil dari software Global Mapper (gambar 7 dan 8), Pulau Parang
kemungkinan akan tenggelamnya kecil sekali. Pulau Parang memiliki daerah dataran yang cukup tinggi di atas
permukaan laut dan berupa bukit-bukit kecil sehingga kenaikan muka air laut tidak berpengaruh besar terhadap
keadaan di sekitar Pulau Parang.

Gambar 7. Pulau Parang dengan software Global Mapper

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 220

Gambar 8. Profil Pulau Parang dari Barat s/d Timur dan Utara s/d Selatan dengan software Global Mapper
4.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa :
1. Hasil nilai Formzahl (F) untuk perairan Pulau Parang Kepulauan Karimunjawa adalah 2,52 yang
berarti tipe pasang surut di Pulau Parang Kepulauan Karimunjawa termasuk kedalam tipe pasang
surut campuran condong harian tunggal, yaitu dalam satu hari terjadi satu kali pasang dan satu kali
surut, tetapi untuk sementara waktu terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dengan periode yang
berbeda.
2. Perairan Pulau Parang Kepulauan Karimunjawa didominasi oleh amplitudo komponen pasut
tunggal utama disebabkan oleh deklinasi bulan dan matahari. Nilai amplitudo S0 sebagai nilai
Mean Sea Level (MSL) sebesar 102 cm, nilai LLWL sebesar 46,52 cm dan nilai HHWL sebesar
157,28 cm dengan range tide sebesar 110,76 cm.
3. Hasil peramalan parairan Pulau Parang Kepulauan Karimunjawa selama 3 tahun dari bulan Oktober
2012 – September 2015 nilai HHWL tertinggi 155 cm pada bulan Januari 2013 dan LLWL
terendah pada bulan dan tahun yang sama sebesar 46 cm.

Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta, Jakarta.
Ilahude, A.G. 1999. Pengantar ke Oseanologi Fisika. Puslitbang Oseanologi LIPI, Jakarta.
Indriawan, D. 2006. Studi Pasang Surut dengan Metode Admiralty di Perairan Tanjung Pakis Karawang Jawa
Barat. Skripsi (tidak dipublikasikan). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Undip, Semarang.
Ongkosongo dan Suyarso. 1989. Pasang Surut. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi (P3O) LIPI,
Jakarta.
Poerbondono dan Djunasjah, E. 2005. Survei Hidrografi. PT. Refika Aditama, Bandung.
Prahasta, Eddy. 2001. Konsep-konsep Dasar Sistem Informasi Geografis Informatika Bandung.
Purnomo, E. 2008. Peramalan Pasang Surut di Perairan Wonokerto Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah dengan
Menggunakan software Mike 21. Skripsi (tidak dipublikasikan). Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Undip, Semarang.
Triatmodjo, B. 1999. Teknik Pantai. Beta Offset, Yogyakarta.
Wibawa, E.A., Wahyudi dan K. Sambodho. Studi Naiknya Muka Air Laut di Kawasan Pesisir Semarang.
Fakultas Teknik Kelautan Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Wibowo, S.A. 2012. Studi Erosi Pantai Batu Beriga Pulau Bangka. Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan
Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21