Perencanaan Transportasi Perkotaan (1). docx

Perencanaan Transportasi Perkotaan

Tujuan dibuatnya makalah ini adalah sebagai kajian untuk menjadikan Kota
Medan yang memiliki tranpostasi yg tertata sehingga dapat mengurai kemacetan yang
ada.

Ditulis oleh : Muhammad Rezki

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Medan, Indonesia
2015-2016

Kata Pengantar
Puja dan puji syukur saya khadiratkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
selesainya makalah yang berjudul “ Masalah transportasi di Kota Medan “ yang mana
atas rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini saya sadari bahwasannya masih banyak
kekurangan yang belum saya ketahui. Maka dari itu saya harapkan kritik dan saran
yang membangun untuk dapat menyempurnakan makalah ini.

Medan, 17 Maret 2015


Muhammad Rezki

BAB 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Di era yang semakin maju ini tata letak perkotaan menjadi sorotan yang harus di
tingkatkan untuk membangun suatu perkotaan maupun Negara yang memiliki
tata ruang perkotaan yang maju khususnya pada transportsi jalannya. Karena
seperti Negara-negara yang sudah maju mereka merencanakan transportasi jalan
yang baik sebagai penunjang meningkatnya perekonomian atas sebuah Negara
tersebut.
1.2 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mencakup masalah transportasi Perkotaan khususnya kota Medan
dengan memperhatikan tata ruang kota , jalan , transportasi dan
pemeliharaannya.
1.3 Tujuan dan manfaat
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Mampu menciptakan akses transportasi yang baik untuk Kota Medan
2. Menempatkan tata ruang kota yang lebih baik

Manfaatnya :
1. Memberikan informasi tentang transportasi di Kota Medan
2. Menambah wawasan kita tentang ruang lingkup transportasi

BAB 2

Perencanaan transportasi
Transportasi dapat didefenisikan sebagai suatu usaha untuk memindahkan
orang maupun barang dari suatu tempat ke tempat lainnya. Transportasi akan selalu
berkaitan dengan perjalan( travel ), pergerakan (trip), lalu lintas (traffic), rute/jalur
(route). Elemen-elemen utama transportasi adalah manusia, barang, prasaranam sarana
dan organisasi. Elemen-elemen pelayanan transportasi adalah kecepatan (speed),
keselamatan (safety), ketersediaan (adequecy), frekuensi (frequency), keteraturan
(regularly), tanggung jawab (responsibility), pertimbangan yang menyeluruh
(comprehensiveness), biaya yang layak (acceptable cost) dan kenyamanan (comfort).
Masalah – masalah transportasi telah diatur dalam UU Nomor 14 Tahun 1992 tentang
lalu lintas dan UU Nomor 1 Tahun 1980 tentang Jalan.
Permasalahan Transportasi
Seperti di negara sedang berkembang lainnya, berbagi kota besar di Indonesia
tanpa terkecuali Kota Medan berada dalam tahap pertumbuhan urbanisasi yang tinggi

akibat laju pertumbuhan ekonomi yang pesat sehingga kebutuhan penduduk untuk
melakukan pergerakan pun menjadi semakin meningkat.
Tantangan bagi pemerintah negara sedang berkembang, dalam hal ini instansi
dan departemen terkait serta para perencana transportasi perkotaan adalah masalah
kemacetan lalu lintas serta pelayanan angkutan umum perkotaan. Masalah
kemacetan ini biasanya timbul pada kota yang penduduknya lebih dari 2 juta jiwa
yang sampai tahun 1996 telah dicapai oleh beberapa kota besar di Indonesia, seperti
Jakarta, Surabaya, Medan, Bandung dan Jogjakarta.
Untuk menanggulangi kemacetan lalu lintas ini, pemerintah daerah
melakukan berbagai langkah, baik berupa menyusun kebijakan, menyusun tindakan
maupun menggarap aspek hukum. Hasilnya berupa pembangunan dan pengembangan
prasarana, optimasi penggunaan ruang jalan serta penerapan peraturan dan hukum.
Meskipun demikian, terlepas dari penilaian terhadap efektif dan efisiensinya kebijakan
juga langkah yang diambil setelah itu, kemacetan pada suatu wilayah perkotaan tidak
terjadi perubahan yang signifikan. Ini bukan saja karena memang kapasitas pelayanan

yang kurang memadai, tapi juga karena pertumbuhan permintaan yang cukup tinggi
dibandingkan dengan pertumbuhan penyediaan sarana dan prasarana transportasi yang
dibutuhkan.
Dari beberapa hasil kajian (Tamin, 1995) teridentifikasi secara umum bahwa

kelemahan sistem pengelolaan transportasi wilayah atau perkotaan di beberapa kota
disebabkan oleh :

Lemahnya mekanisme hubungan kerja atau koordinasi antar instansi yang
terkait dalam masalah transportasi perkotaan;

Tidak jelasnya wewenang dan tanggung jawab instansi dalam penanganan
masalah transportasi perkotaan;

Kurangnya sumber daya manusia (SDM), baik dari sisi kualitas maupun
kuantitas;

Kurang representatifnya peraturan pelaksanaan yang ada dan belum adanya
arahan mengenai bagaimana seharusnya sistem pengelolaan transportasi perkotaan
diadakan dengan melihat seberapa besar permasalahan transportasi perkotaan yang
ada, tipologi kota dan lain sebagainya.
Pada saat ini sebagian besar pemakai angkutan umum masih mengalami beberapa
aspek negatif sistem angkutan jalan raya, yaitu :

Tidak adanya jadwal yang tetap;


Pola rute yang memaksa terjadinya transfer;

Kelebihan penumpang pada saat jam sibuk;

Cra mengemudikan kendaraan yang sembarangan dan membahayakan
keselamatan.
Secara umum permasalahan transportasi di perkotaan dipengaruhi oleh beberapa
kondisi berikut (sebagai ilustrasi diambil permasalahan transportasi di Jakarta) :
1. Sarana dan prasarana lalu lintas masih terbatas

Tidak seimbangnya prosentase penambahan jumlah kendaraan sebesar 11,47%
per tahun dengan persentase pertambahan prasarana jaringan jalan yang hanya 4%
per tahun;

Sarana pejalan kaki (trotoar) belum memadai dan masih sangat kurang;

Kapasitas persimpangan masih terbatas;

Sarana penyeberangan jalan belum memadai.

2. Manajemen lalu lintas belum berfungsi secara optimal

Kendaraan berpenumpang kurang dari 2 orang masih terlalu banya;







Fungsi jalan belum terpisah secara nyata (fungsi jalan arteri masih bercampur
dengan fungsi jalan lokal);
Jalan dan trotoar digunakan oleh pedagang kaki lima dan usaha lainnya seperti
bengkel dan parkir liar;
Lalu lintas satu arah masih terbatas pada jalan tertentu;
Lajur Khusus Bus (LKB) baru ditetapkan pada beberapa jalan untuk jam
tertentu;
Penerapan Kawasan Pembatasan Lalu Lintas (KPL) masih terbatas pada jam
tertentu saja;


3. Pelayanan angkutan umum penumpang belum memadai

Dari sekitar 2 Juta kendaraan bermotor, tercatat jumlah angkutan pribadi 86%,
angkutan umum 2,51% dan sisanya sebesar 11,49% adalah angkutan barang.
Selain itu diketahui bahwa 57% perjalanan orang menggunakan kendaraan pribadi.
Dengan demikian proporsi angkutan penumpang menjadi tidak seimbang, yaitu
2,51% angkutan umum harus melayani 57% perjalanan orang, sedangkan 86%
angkutan pribadi hanya melayani 43% perjalanan orang;

Tidak seimbangnya jumlah angkutan umum dengan jumlah perjalanan orang
yang harus dilayani menyebabkan muatan angkutan umum melebihi kapasitasnya
terutama pada jam sibuk;

Penataan angkutan umum belum mengacu kepada hirarki jalan;

Belum tersedianya sistem angkutan umum massal.
4. Disiplin pemakai jalan masih rendah

Disiplin pengendara, penumpang maupun pejalan kaki masih kurang;


Perubahan peraturan menyebabkan perlunya waktu untuk penyesuaian;

Pendidikan mengenai lalu lintas belum masuk dalam pendidikan formal.
Kecenderungan perjalanan orang dengan angkutan pribadi di daerah perkotaan
akan meningkat terus bila kondisi sistem transportasi tidak diperbaiki secara lebih
mendasar. Berarti akan lebih banyak lagi kendaraan pribadi yang digunakan karena
pelayanan angkutan umum seperti saat ini tidak dapat diharapkan lagi. Peningkatan
kecenderungan perjalanan dengan angkutan pribadi adalah dampak fenomena
pertumbuhan daerah perkotaan, seperti :

Meningkatnya aktivitas ekonomi kurang terlayani oleh angkutan umum yang
memadai










Meningkatnya harga tanah di pusat kota mengakibatkan tersebarnya lokasi
permukiman jauh dari pusat kota atau bahkan sampai ke luar kota yang tidak
tercakup oleh jaringan layanan angkutan umum;
Dibukanya jalan baru semakin merangsang penggunaan angkutan pribadi
karena biasanya di jalan baru tersebut belum terdapat jaringan layanan umum pada
saat ini;
Tidak tersedianya angkutan lingkungan atau angkutan pengumpan yang
menjembatani perjalanan sampai ke jalur utama layanan angkutan umum;
Kurang terjaminnya kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan tepat waktu,
kebutuhan akan lama perjalanan yang di derita dalam pelayanan angkutan umum;
Semakin meningkatnya daya beli dan tingkay privacy yang tidak bisa dilayani
oleh angkutan umum.

Pengantar Perencanaan Transportasi
Kegiatan perencanaan transportasi yang paling besar pada tahun-tahun
terakhir ini adalah perencanaan transportasi perkotaan, di mana fokus perhatiannya
adalah merencanakan prasarana jalan dan transportasi umum untuk masa depan.
Dalam bidang perencanaan transportasi perkotaan inilah sebagian besar riset dan
pengembangan alat-alat model baru telah dilakukan dimana sebagian besar

pengalaman dalam perencanaan transportasi jangka panjang telah dikembangkan.
Perencanaan transportasi dilakukan untuk berbagai alasan. Salah satu alasan
yang sangat penting adalah bahwa periode waktu yang sangat panjang akan
dibutuhkan untuk melaksanakan sebagian besar perubahan utama dalam sistem
transportasi, terutama pembangunan fasilitas-fasilitas yang baru. Oleh karena itu,
pengambilan keputusan yang rasional mengenai dibangun atau tidak fasilitas tertentu
membutuhkan pandangan ke masa depan, pada periode dimana ia akan dipakai, dan
keuntungan dari pemakainya yang akan diperoleh. Selain itu, untuk alasan yang sama,
kita harus melihat ke masa depan untuk dapat memperkirakan masalah-masalah yang
akan muncul apabila fasilitas tadi tidak tersedia, sehingga fasilitas tadi dapat dibangun
secepatnya untuk menghindari masalah tersebut sebelum ia menjadi sesuatu yang
tidak dapat diterima lagi.
Perencanaan juga berguna untuk memastikan bahwa berbagai perubahan di
dalam sistem akan bekerja dengan baik sehingga dapat menghasilkan keuntungan
maksimum bagi daerah yang bersangkutan. Perencanaan jangka panjang juga

dilakukan karena tingkat pemerintahan yang lebih tinggi (atau badan-badan ekstern
seperti badan pembiayaan internasional) biasanya memerlukannnya untuk dapat
mempunyai gambaran menyeluruh mengenai keadaan transportasi di masa depan, dan
dapat mempunyai bayangan bagaimana proyek tadi berfungsi apabila dilakasanakan.

Perencanaan transportasi perkotaan tidak pelak lagi merupakan bentuk yang
paling umum di dapat dari perencanaan jangka panjang. Bidang perencanaan
transportasi perkotaan masih tetap berkembang, sebab disadari bahwa metode dan
prosedur yang telah dikembangkan tidak seluruhnya sesuai untuk dapat menangai
masalah rumit yang timbul akibat pertumbuhan yang cepat dalam daerah perkotaan,
dengan kebutuhan akan kualitas kehidupan yang lebih baik.
Proses perencanaan transportasi meliputi kegiatan seperti inventarisasi
(inventory), peramalan penggunaan lahan (land use forecasting), bangkitan pepergian
(trip generation), distribusi/sebatan pepergian (trip distribution), pilihan moda (modal
split), penempatan lalu lintas (traffic assignmen). Penjelasannya sebagai berikut :
Inventarisai (Inventory)
Merupakan tahap awal untuk mengumpulkan data-data yang digunakan sebagi dasar
mengevaluasi keadaan transportasi dan kebutuhan perjalanan saat ini, yang semuanya
digunakan untuk memperkirakan kebutuhan perjalanan dan sistem informasi yang
akan datang. Data yang diharapkan didapat antara lain penggunaan lahan, perjalanan
penduduk, jumlah trip yang dilakukan, dan tingkat penggunaan bermacam-macam
fasilitas transportasi yang tersedia, populasi dan karakteristik sosial ekonomi
wilayahnya.
Peramalan Penggunaan Lahan (Land Use Forecasting)
Memprediksi perkembangan penggunaan lahan yang ada sekarang, terutama
penggunaan lahan yang berpengaruh terhadap transportasi seperti perkembangan
perumahan dan penggunaan komersial lainnya.
Bangkitan Pepergian (Trip Generation)
Menyangkut perkiraan jumlah trip yang datang (attraction) dan pergi (production) dari
suatu zona per satuan waktu. Trip generation ini akan selalu dipengaruhi oleh
intensitas penggunaan lahan, karakteristik dari rumah tangga penduduk, dan lokasi
tempat tinggal yang ditinjau.

Distribusi/Sebaran pepergian (Trip Distribution)
Langkah untuk mendistribusikan semua trip yang berasal dari setiap zona menuju ke
semua kemungkinan zona yang tersedia.
Pilihan Moda (modal split)
Moda berkaitan dengan jenis transportasi yang digunakan, pilihan pertama biasanya
berjalan kaki atau menggunakan kendaraan (pribadi atau umum). Dasar untuk
pemilihan moda transportasi ini akan dipengaruhi oleh karakteristik trip, karakteristik
traveler dan karakteristik sistem transportasinya.
Penempatan Lalu Lintas (Traffic Assignment)
Langkah terakhirnya adalah menempatkan pergerakan (trip) kedalam sistem jaringan
jalan yang ada. Pada tahap ini akan juga ditentukan rute-rute yang dilalui, dimana
pilihan rute akan juga berhubungan dengan tingkat pelayanan (level of service)
jalannya.
Berikut ini adalah gambaran perkembangan transportasi di Kota Medan dengan
melakukan pembangunan di berbagai aspek :
1. Pembangunan Bandar Udara yang jauh dari pusat kota.

Dengan mendirikan Bandar Udara jauh dari pusat perkotaan dapat
meningkatkan pembangunan yang segnifikan pada pusat kota sehingga dapat
mengurai kemacetan yang terjadi pada lokasi bandara yang sebelumnya
berada di pusat kota.

2. Membangun jalan tol Medan-Binjai

Dengan membangun jalan tol Medan – Binjai diharapkan untuk dapat
menggerakkan perekonomian pada kedua kota ini serta mengurangi kemacetan yang
biasa nya terjadi di daerah Kampung lalang, pinang baris dan diski menuju Binjai ,
sehingga dengan adanya jalan bebas hambatan (jalan tol) dapat mengurai kemacetan
tersebut dan masyarakat yang akan menuju kota tersebut dapat lebih mudah cepat, dan
menghemat biaya transportasi.

BAB 3
Ringkasan materi
1. Masalah – masalah transportasi telah diatur dalam UU Nomor 14 Tahun
1992 tentang lalu lintas dan UU Nomor 1 Tahun 1980 tentang Jalan.
2. Tantangan Pemerintah dalam perencana transportasi perkotaan adalah
masalah kemacetan lalu lintas serta pelayanan angkutan umum
perkotaan.
3. Masalah kemacetan ini biasanya timbul pada kota yang penduduknya
lebih dari 2 juta jiwa.
4. Secara umum permasalahan transportasi di perkotaan dipengaruhi oleh
beberapa kondisi berikut:
1. Sarana dan prasarana lalu lintas masih terbatas.
2. Manajemen lalu lintas belum berfungsi secara optimal.
3. Pelayanan angkutan umum penumpang belum memadai.

PENUTUP

Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan
nya, karena terbatasnya pengetahuan atau referensi yang ada hubungannya dengan
makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi kiranya untuk
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya
makalah ini dalam penulisan makalah berikut-berikutnya.
Semoga makalah ini dapat berguna untuk kita semua.