Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Kognitif IPA Siswa SD Kelas V Melalui Model Example Non Example dengan Pendekatan Problem Based Learning

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Deskripsi Pra Siklus

  Pra siklus pembelajaran IPA kelas 5 SDN Mangunsari 03 Kota Salatiga semester II tahun pelajaran 2016/2017, permasalahan pembelajaran yang terjadi bukan merupakan acuan dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Guru menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) beserta perangkat pembelajaran secara tertulis untuk 2 kali pertemuan dengan mengacu pada silabus KTSP. Perangkat pembelajaran seperti ringkasan materi pembelajaran dipersiapkan oleh guru yang diambil dari buku pendamping guru dan buku paket BSE IPA Kelas 5 semester II. Tujuan pembelajaran yang telah ditentukan agar guru dan siswa terarah dalam kegiatan pembelajaran, meskipun belum mengikuti model dan pendekatan tertentu. Penggunaan model pembelajaran dan media pembelajaran harus menjadi pertimbangan seorang guru untuk menempatkan siswa sebagai subjek belajar yang tidak hanya mendengarkan saja saat belajar di dalam kelas. Agar dapat memperlancar penyampaian pesan dengan baik maka diperlukan suatu media dalam pembelajaran.

  Pada saat kegiatan awal pembelajaran, mula-mula siswa mengucapkan salam kepada guru dan guru menjawab salam dari siswa. Siswa dan guru memulai pembelajaran dengan berdoa, ketua kelas memimpin doa dan siswa lain mengikuti dengan baik. Guru kemudian melakukan absensi, semua siswa hadir dengan jumlah 37 siswa. Guru bertanya kepada siswa, apa yang dimaksud evaporasi. Ada beberapa siswa menjawab, sedangkan sebagian besar siswa diam dan tidak menjawab pertanyaan. Beberapa siswa ada yang sibuk menggambar karena siswa itu duduk dibangku belakang dan ada siswa yang duduk dengan posisi yang tidak benar seperti; menyandarkan badan dimeja dan siswa yang berbicara dengan teman sebangkunya saat itu. Guru kemudian menegaskan jawaban siswa yang sudah menjawab pertanyaan, selanjutnya memperingatkan siswa lain agar mendengarkan saat temannya menjawab. Guru tidak menyampaikan tujuan

  Pada kegiatan inti, guru menyajikan materi dengan berceramah namun juga menuliskan pokok-pokok materi dipapan tulis. Selanjutnya, siswa diminta untuk membaca materi tentang pengertian evaporasi yang ada didalam buku LKS secara bergantian. Namun, ada siswa yang ketika membaca suaranya tidak kedengaran atau terlalu kecil, maka guru memotivasi siswa itu agar lebih nyaring saat membaca. Guru menambah penjelasan yang ada pada buku mengenai materi siklus air, siswa mengidentifikasi pengertian evaporasi dengan memberikan contoh yang gambar yang relevan kepada siswa seperti; skema siklus air . Dari penjelasan guru mengenai evaporasi,pertipasi dan kondensasi, tampak bahwa siswa menyimak materi yang disampaikan dengan posisi duduk yang tenang, hanya saja ada 4 siswa yang duduk tidak dengan posisi yang baik dan benar, ada beberapa siswa yang mengobrol dengan siswa yang duduk dibagian belakang sibuk menggambar. Kemudian guru menghampiri dan menasehati siswa tersebut untuk duduk yang baik dan benar dan menyimak materi yang disampaikan guru dengan baik. dan siswa pun mengikuti perintah guru. Guru tidak mendorong siswa untuk mendiskusikan masalah yang diajukan dalam kelompok, tetapi siswa hanya bekerja secara individual. Guru tidak mendorong siswa untuk membentuk kelompok masing-masing 5 sampai 6 orang untuk berdiskusi, tidak ada pengumpulan data dari masalah yang diterima oleh siswa tentang siklus air. Guru tidak mendorong siswa untuk berdiskusi memecahkan masalah berdasarkan analisis data, karena sebelumnya tidak dilakukan pengumpulan data/laporan. Kegiatan pembelajaran tidak terlihat, siswa diminta untuk mengerjakan latihan soal berbentuk essay yang dibacakan langsung oleh guru. Siswa juga tidak diberikan suatu masalah dalam pembelajaran yang akan dipelajari, karena materi atau permasalahan telah dibahas oleh guru kelas. Siswa tidak menerima tugas untuk membuat laporan dan guru tidak terlihat memberikan penghargaan untuk siswa seperti memberi ucapan selamat karena siswa sudah mengerjakan tugas ataupun menjawab pertanyaan.

  Pada akhir pembelajaran, guru tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk merefleksikan yang sudah siswa pelajari. Akhir pembelajaran siswa memberikan 5 soal perbaikan untuk 21 siswa yang belum mencapai KKM. Pengukuran hasil belajar siswa di kelas 5 SDN Mangunsari 03 Salatiga diperoleh dari skor tes seperti gabungan dari nilai tes harian, tes tengah, akhir semester.

  Hasil belajar yang diperoleh 21 siswa kelas 5 pada pra siklus belum mencapai Kri teria Ketuntasan Minimal KKM ≥75. Hasil belajar kognitif pra siklus disajikan melalui tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4.1 Distribusi Hasil Belajar Kognitif IPA Pra Siklus

  Skor Kriteria Hasil Belajar Pra Siklus Jumlah siswa Persentase (%)  75 Tidak Tuntas 21 57% ≥ 75 Tuntas

  16 43% Jumlah 37 100% skor maksimum

  80 skor minimum 45 skor rata-rata

  64 Sumber: Data Primer

  Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa hasil belajar kognitif siswa pada mata

  pelajaran IPA kelas 5 sebanyak 37 orang yang terdiri dari 20 siswa perempuan dan 17 siswa laki-laki menunjukkan bahwa siswa yang tuntas sebanyak 16 siswa (43%) dan siswa yang belum tuntas sebanyak 21 siswa (57%). Adapun skor minimum, skor maksimum, dan skor rata-rata hasil belajar kognitif IPA siswa pada pra siklus menunjukkan bahwa skor minimum hasil belajar yang dicapai siswa kelas 5 pada mata pelajaran IPA Pra Siklus sebesar 45 sedangkan skor maksimum sebesar 80 dan skor rata-rata sebesar 64.

4.1.2 Hasil Penelitian Siklus I

  Pelaksanaan siklus I dilakukan dalam 2 kali pertemuan dengan tahapan yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan dan observasi, dan tahap refleksi. Adapun tahap-tahap yang dilakukan dalam siklus I sebagai berikut: 1.

   Perencanaan

  Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan adalah menemukan permasalahan pembelajaran. Berdasarkan permasalahan pembelajaran yang ditemukan, dilakukan analisis masalah dan dari analisis masalah disusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) beserta perangkat pembelajaran IPA dengan KD

  7.4 Mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya dengan indikator : menjelaskan evaporasi, menjelaskan prespitasi, menjelaskan kondensasi dan menjelaskan hubungan evaporasi presipitasi. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dalam siklus I disiapkan untuk dua kali pertemuan. Selain membuat RPP guru juga menyiapkan media gambar dan power point dan alat dan bahan dalam pembuatan siklus air.

  Perangkat Pembelajaran Siklus I yang disajikan pada lampiran RPP dan Perangkat Pembelajaran Siklus I, disajikan pada lampiran RPP dan Perangkat Pembelajaran Siklus I, membuat penghargaan untuk siswa pada lampiran RPP, membuat perangkat penilaian yang berupa kisi-kisi penilaian siklus I, membuat instrumen berupa butir soal siklus I disajikan pada lampiran RPP dan Perangkat Pembelajaran Siklus I, serta membuat rubrik pengamatan sebagai alat ukur untuk mengetahui hasil belajar siswa siklus I, membuat lembar observasi aktivitas tindakan pendekatan PBL dengan model pembelajaran ENE untuk guru kelas 5 siklus I, membuat lembar observasi aktivitas tindakan model pembelajaran PBL untuk siswa kelas 5 siklus I yang disajikan pada lampiran. Buku sumber yang mendukung dari buku paket Buku Sekolah Elektronik,IPA Salingtemas 5, Karangan Choiril Azmiyawati, Penerbit Pusat Pembukuan Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2008. Diakhir pembelajaran siklus I akan dilaksanakan evaluasi dengan menggunakan tes objektif berbentuk pilihan ganda.

2. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi

  Dalam siklus I dibuat 2 pertemuan, implementasi pembelajaran dalam pertemuan pertama mata pelajaran IPA dilaksanakan pada hari selasa 25 juli 2017 selama 2 x 35 menit dengan materi Siklus air dan dampak kegiatan manusia yang mempengaruhi daur air dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Kegiatan pembelajaran terdiri dari tiga langkah pembelajaran, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.

  Pada kegiatan awal, siswa mengucapkan salam kepada guru dan guru menjawab salam dari siswa kemudian guru mengajak siswa untuk memulai pembelajaran dengan berdoa. Guru mepersiapkan alat percobaan yang akan digunakan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Selanjutnya guru kemudian melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan: "anak-anak proses perubahan uap air menjadi awan sering juga disebut "?.

  Pada kegiatan inti, pembelajarannya dilakukan sesuai dengan langkah- langkah pembelajaran melalui pendekatan PBL dan model pembelajaran ENE Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan evaporasi, presipitasi dan kondensasi yang dikatakan oleh siswa. Guru menjelaskan tentang Evaporasi adalah proses penguapan air yang ada di permukaan bumi karena adanya energi panas dari matahari. Air dalam bentuk cair dari beragam sumber air (seperti laut, danau, sungai, tanah, dan lain sebagainya) berubah menjadi uap air dan naik ke atas lapisan atmosfer. Semakin besar energi panas matahari yang sampai ke permukaan bumi, maka laju eveporasi juga akan semakin besar, Kondensasi adalah ketika air menguap menjadi uap air, ia akan naik ke lapisan atas atmosfer. Di ketinggian tertentu, uap air berubah menjadi partikel es yang berukuran sangat kecil karena karena pengaruh suhu udara yang rendah. Proses ini disebut kondensasi. Partikel-partikel es tadi akan saling mendekati satu sama lain, bersatu kemudian membentuk awan dan kabut di langit. Presipitasi atau pengendapan adalah Awan (uap air yang terkondensasi) kemudian turun ke permukaan bumi sebagai hujan karena pengaruh angin panas atau perubahan suhu. Jika suhu sangat rendah (di bawah 0 derajat), tetesan air jatuh sebagai salju atau hujan es. Melalui salah satu proses dalam daur air ini, air kemudian masuk kembali ke lapisan litosfer.

  Kemudian guru membimbing siswa dalam membuat kelompok secara heterogen, guru membagikan lembar tugas dan alat media yaitu gelas bening, karet gelang, plastik bening, air panas dan es batu untuk mengetahui proses atau tahapan evaporasi, presipitasi dan kondensasi. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada para siswa untuk memperhatikan dan menganalisa cara penggunaan alat yang akan digunakan tentang evaporasi, presipitasi dan kondensasi yang dipersiapkan oleh guru, tampak beberapa siswa nampak asik mengobrol dengan teman sebangkunya, guru kemudian diam sambil menatap semua siswa dan menunggu sampai siswa tenang kemudian guru menasehati siswa supaya mendengarkan dan menghargai siapapun yang sedang berbicara setelah itu siswa terlihat mengikuti yang guru katakan.

  Pada saat siswa sudah tenang, guru kemudian melanjutkan membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan tentang (evaporasi, presipitasi dan kondensasi), dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya. Guru Membimbing siswa dalam membacakan lembar kerja/ hasil diskusi tentang (evaporasi, presipitasi dan kondensasi) didepan kelas. guru meminta siswa tersebut untuk mendeskripsikan praktikum yang telah dilaksanakan, siswa tersebut bisa mendeskripsikan praktikum yang telah dilakukan, hanya saja siswa tersebut tidak serius melainkan tertawa. Guru memberikan penegasan pada semua siswa agar tenang ketika guru menyampaikan materi dan harus bersikap serius dan menghargai satu sama lain ketika belajar. Setelah membuat laporan siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok dan kelompok lain menanggapi dan memberi pendapat kepada kelompok yang presentasi dan selanjutnya siswa telah mempresentasikan hasil kerja kelompok guru mulai menjelaskan materi sesuai dengan tujuan pembelajaran yaitu membuat siklus air/hujan buatan.

  Pada kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk merefleksikan atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses praktikum yang telah mereka lakukan namun yang terlihat hanya beberpa siswa yang berani menyampaikan refleksi sedangkan siswa yang lain tidak menyampaikan Selanjutnya guru menilai hasil kerja kelompok, kemudian guru bertanya jawab tentang materi yang baru saja diajarkan. Kemudian siswa membuat kesimpulan tentang materi yang baru saja diajarkan, kemudian guru menutup dan mengakhiri pembelajaran dan menyampaikan pembelajaaran berikutnya yaitu dampak kegiatan manusia yang mempengaruhi daur air. Saat pembelajaran siklus I pertemuan 1 berlangsung, dilakukan pengamatan oleh 1 observer. Observer mengamati proses pembelajaran dari awal sampai akhir pembelajaran, dengan cara mengisi lembar observasi yang telah disediakan. Lembar observasi meliputi indikator-indikator untuk mengamati aktivitas guru dalam pengelolaan pembelajaran, dan kegiatan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Dari hasil observasi, dapat diketahui apa yang menjadi kelemahan dan kelebihan selama pembelajaran berlangsung.

  Pelaksanaan pembelajaran siklus I, pada pertemuan ke 2 dilaksanakan pada hari senin 31 juli 2017, dengan materi kegiatan manusia yang mempengaruhi daur air. selama 2 x 35 menit.

  Pada kegiatan awal, Guru mengajak siswa memulai pembelajaran dengan berdoa, kemudian Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Selanjutnya guru mempersiapkan alat peraga yang berupa media gambar tentang kegiatan manusia yang mempengaruhi daur air, siswa mempersiapkan diri untuk memulai pembelajaran yang akan berlangsung, kemudian Guru menunjukan contoh gambar tentang kegiatan manusia yang mempengaruhi daur air. Guru melakukan melakukan apersepsi “ mengapa air sangat berperan dalam kehidupan manusia”?.

  Pada kegiatan inti guru membantu siswa untuk mendefenisikan dan mengorganisasikan tugas belajar daur air dapat terganggu dengan adanya kegiatan manusia. Kegiatan manusia yang dapat menyebabkan terganggunya daur air adalah penebangan pohon di hutan secara belebihan yang mengakibatkan hutan menjadi gundul.. Kelangsungan daur air terkait dengan iklim. Cahaya matahari, udara, arah angin, dan kelembapan udara, berpengaruh pada kelangsungan daur air kemudian guru memberikan petunjuk dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan dan menganalisa contoh gambar tentang kegiatan manusia yang mempengaruhi daur air, kemudian guru memberikan contoh gambar kegiatan manusia yang mempengaruhi daur air yaitu penebangan hutan secara berlebihan yang menyebabkan hutan menjadi gundul jika hutan terus menerus akan mengakibatkan banjir dan longsor karena penebangan hutan secara berlebihan. Kemudian siswa mengumpukan informasi tentang kegiatan manusia yang mempengaruhi daur air, guru membagi kelompok masing-masing terdiri dari 5-6 siswa kemudian guru mengawasi siswa mengerjakan tugas kelompok yang telah disiapkan pada lembar kerja kelompok yaitu menyebutkan kegiatan manusia dan dampak dari kegiatan manusia kemudian siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok dan kelompok yang lain memberi tanggapan atau pertanyaan kepada penjelasan tentang hasil kerja kelompok yang telah dilakukan tentang kegiatan manusia dan dampak kegiatan manusia yang mempengaruhinya.

  Pada Pada kegiatan penutup pembelajaran, Guru membantu siswa melakukan refleksi terhadap penyelidikan dan proses yang mereka lakukan. semua siswa sudah berani dan mau merefleksikan pelaksanaan pembelajaran, namun ada sebagian siswa yang belum menyampaikan refleksi kemudian guru memberikan evaluasi siklus I kepada siswa, siswa kemudian mengerjakan soal dengan tenang tetap diawasi oleh guru. Pada saat siswa selesai mengerjakan evaluasi, guru menutup dan mengakhiri pembelajaran.

  Saat pembelajaran siklus I pertemuan II berlangsung, dilakukan pengamatan oleh 1 observer. Observer mengamati proses pembelajaran dari awal sampai akhir pembelajaran, dengan cara mengisi lembar observasi yang telah disediakan. Lembar observasi meliputi indikator-indikator untuk mengamati aktivitas guru dalam pengelolaan pembelajaran dan kegiatan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Hasil observasi, dapat diketahui apa yang menjadi kelemahan dan kelebihan selama pembelajaran berlangsung.

3. Refleksi Siklus I

  Tahapan selanjutnya setelah kegiatan pelaksanaan dan observasi pembelajaran siklus 1 adalah refleksi. Tahapan ini dilakukan dengan menganalisis skor hasil belajar kognitif IPA siswa siklus I yang disajikan pada tabel 4.2 dan hasil observasi dari lembar observasi guru dan lembar observasi siswa yang disajikan. Skor tes diperoleh dari kegiatan evaluasi akhir pembelajaran pada pertemuan 2 siklus I. Persentase hasil belajar IPA berdasarkan ketuntasan siswa kelas 5 siklus 1, dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini :

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Kognitif IPA Berdasarkan

  Ketuntasan Siswa Kelas 5 SDN Mangunsari 03 Salatiga Semester II Tahun

  Pelajaran 2016/2017 Siklus I Skor Kriteria Hasil Belajar Siklus I Jumlah siswa Persentase (%) Tidak Tuntas

  12 32%  75 Tuntas 25 68% ≥ 75

  Jumlah 37 100% skor maksimum 85 skor minimum 50 skor rata-rata

  73 Sumber: Data primer

  Berdasarkan tabel 4.2, maka distribusi frekuensi hasil belajar kognitif IPA berdasarkan ketuntasan siswa dapat disajikan dalam diagram lingkaran melalui

gambar 4.1 berikut ini :

  80% 70% 60% 50% Tuntas 40%

  68% Tidak Tuntas 30% 20%

  32% 10% 0%

  Tuntas Tidak Tuntas

Gambar 4.1 Diagram Lingkaran Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Kognitif IPA

  Berdasarkan Ketuntasan Siswa Kelas 5 SDN Mangunsari 03 Salatiga Semester

  II Tahun Pelajaran 2016/2017 Siklus I

Gambar 4.1 di atas, menunjukkan bahwa hasil belajar kognitif IPA berdasarkan ketuntasan siswa kelas 5, pada siklus I mencapai 68% (25 siswa dari

  37 siswa) tuntas dalam belajar IPA dan 32% ( 12 siswa dari 37 siswa) tidak tuntas dalam belajar IPA dengan KKM yang ditentukan adalah ≥ 75.

  Pendekatan PBL dengan model pembelajaran ENE dalam penerapannya di kelas sudah terlihat adanya peningkatan hasil kognitif yang signifikan disetiap pertemuan yang dilakukan guru, lembar observasi aktivitas tindakan pendekatan PBL dengan model ENE untuk guru kelas 5 SDN Mangunsari 03 Salatiga Siklus siswa kelas 5 dengan menggunakan pendekatan PBL dengan model ENE dalam siklus I ini belum seluruhnya mencapai KKM yang ditargetkan ≥75, atau dengan kata lain hanya 25 siswa yang tuntas (68% dari jumlah siswa keseluruhan). Oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan pembelajaran IPA di siklus II melalui pendekatan PBL dengan model ENE dengan persiapan yang lebih baik. Hasil belajar siswa yang belum sepenuhnya mencapai KKM, yang menjadi refleksi dalam siklus I juga mengenai siswa yang selalu bicara saat guru menyampaikan materi. Adapun siswa yang selalu menggangu temannya, ketika ditempatkan dalam sebuah kelompok heterogen, siswa yang bersangkutan tidak di senangi teman kelompoknya, karena dianggap mengganggu.

  Berdasarkan kedua masalah tersebut, maka perlu dilakukan pendekatan kepada siswa untuk mengetahui yang dibutuhkan siswa tersebut dalam belajar, hal ini akan diupayakan dengan mengacak anggota kelompok pada setiap pertemuannya, agar semua siswa berbaur dengan siswa lain dan adapun siswa yang suka ribut, akan diacak dan dipastikan untuk tidak berada di dalam kelompok yang sama. Siswa yang selalu menggangu temannya, akan diawasi oleh guru lebih dekat saat bekerja kelompok agar tidak mengganggu temannya.

  Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan dalam siklus I, dapat dikatakan bahwa pembelajaran belum berhasil sepenuhnya, masih ada kekurangan yang harus diperbaiki seperti aktivitas guru dan siswa yang belum seluruhnya dilaksanakan. Meskipun terjadi peningkatan ketuntasan belajar siswa setelah diberikan tindakan pada siklus I, diketahui bahwa ketuntasan belajar ini belum memberikan hasil yang diharapkan yaitu minimal 80% dari total siswa tuntas belajar atau tuntas KKM yang ditetapkan sekolah = 75. Dengan kata lain, dengan hasil ini diperlukan lagi tindakan yang harus dilaksanakan pada siklus II.

4.1.3 Hasil Penelitian Siklus 2

  Pelaksanaan siklus II dilakukan dalam 2 kali pertemuan dengan tahapan yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan dan observasi, dan tahap refleksi. Adapun tahap-tahap yang dilakukan dalam siklus I sebagai berikut:

  1. Perencanaan

  Perencanaan tindakan pada siklus II merupakan perbaikan dari tindakan siklus I. Perbaikan didasarkan pada hasil refleksi dan analisis hasil belajar Kognitif IPA siswa pada siklus I. Tujuan diadakannya perbaikan pada siklus II ini adalah untuk menyempurnakan pembelajaran pada siklus I agar tercapai hasil belajar secara optimal dan memenuhi KKM yang telah ditentukan. Berdasarkan kekurangan yang terdapat pada siklus I, maka disusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) beserta perangkat pembelajaran IPA siklus II yang disajikan dengan KD 7.6 Mengidentifikasi peristiwa alam yang dan yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi mahluk hidup dan lingkungan. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dalam siklus II disiapkan untuk dua kali pertemuan. Selain membuat RPP, juga menyiapkan media pembelajaran seperti video penanggulangan banjir dan media gambar sebagai contoh dampak akibat banjir.

  Membuat instrumen berupa butir soal siklus II disajikan pada lampiran RPP dan Perangkat Pembelajaran siklus II, serta membuat rubrik lembar pengamatan sebagai alat ukur untuk mengetahui hasil belajar kognitif siswa siklus II, membuat lembar observasi pendekatan PBL dengan model pembelajaran ENE untuk guru kelas 5 siklus II, membuat lembar observasi aktivitas tindakan pendekatan PBL dengan ENE untuk siswa kelas 5 siklus II. Buku Sekolah Elektronik,IPA Salingtemas 5,Karangan Choiril Azmiyawati, Penerbit Pusat Pembukuan Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2008. Diakhir pembelajaran siklus II pertemuan 2 akan dilaksanakan evaluasi dengan menggunakan tes objektif berbentuk pilihan ganda yang disajikan pada lampiran RPP dan Perangkat Pembelajaran siklus II.

  2. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi

  Dalam siklus II dibuat 2 pertemuan, implementasi pembelajaran dalam pertemuan pertama mata pelajaran IPA dilaksanakan pada hari 3 Agustus 2017 selama 2 x 35 menit dengan KD 7.6 Mengidentifikasi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi mahluk hidup dan lingkungan, yang telah di rancang dan di susun dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Kegiatan pembelajaran terdiri dari tiga langkah pembelajaran, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir.

  Pada kegiatan awal, siswa mengucapkan salam kepada guru dan guru menjawab salam dari siswa, guru menyiapkan siswa untuk mengikuti pelajaran yaitu dengan meminta siswa untuk duduk tenang, kemudian siswa mengikuti. Selanjutnya, guru mempersiapkan gambar yang berkaitan dengan materi yaitu bencana alam banjir dan tanah longsor. Guru kemudian menulis dipapan tulis topik yang akan dipelajari yaitu bencana alam banjir dan tanah longsor dengan penyampaian materi. Guru kemudian melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan kepada siswa; Pernahkah kamu melihat banjir? Apa penyebabnya? Guru memberi penguatan akan jawaban siswa dengan mengungkapkan kembali apa yang sudah dikatakan oleh siswa.

  Pada kegiatan inti, pembelajarannya dilakukan sesuai dengan langkah- langkah pembelajaran melalui pendekatan PBL dengan model pembelajaran ENE yang telah dirancang. Guru menyampaikan materi pembelajaran dengan menunjukkan gambar bencana banjir guru meminta siswa memperhatikan agar terlihat dengan jelas, guru membantu siswa mendefenisikan tugas belajar yang berhubungan dengan banjir dan tanah longsor. Guru dan siswa bersama mendiskusikan masalah yang terjadi dalam gambar yang telah diperlihatkan sebelumnya. Suasana kelas menjadi ramai, karena siswa terlalu ingin menjawab setiap pertanyaan dari guru. Guru membimbing siswa membentuk 6 kelompok secara heterogen sesuai yang telah ditentukan oleh guru. Pada saat pembentukan kelompok, siswa langsung bergabung bersama kelompok di meja yang ditentukan guru. Guru kemudian memberikan masalah bencana alam banjir dan tanah longsor untuk setiap kelompok, kelompok untuk berdiskusi untuk memecahkan masalah bencana alam banjir dan tanah longsor yang diberikan guru, guru kemudian berkeliling dan mengawasi setiap kelompok untuk membimbing ketika diskusi kelompok. Pada saat tugas selesai dikerjakan oleh kelompok, siswa diminta mengumpulkan lembar kerja kepada guru dan kemudian guru membimbing siswa untuk mengumpulkam informasi tentang masalah yaitu bencana banjir dan tanah untuk mempresentasikan hasil diskusi yang dibantu oleh guru dalam merencanakan laporan tentang bencana alam banjir dan tanah longsor dan siswa berbagi tugas dengan teman kelompoknya, setelah selesai membuat laporan kerja kelompok siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok siswa yaitu cara mengatasi banjir dan tanah longsor serta penyebab terjadinya banjir, kelompok lain menanggapi atau memberi pendapat kepada kelompok yang sedang presentasi didepan kelas. Mulai dari tanggapan atau pendapat kelompok lain guru mulai menjelaskan materi tentang cara mengatasi banjir dan tanah longsor. Banjir merupakan luapan air yang melebihi batas. Bencana banjir diawali dengan curah hujan yang sangat tinggi. Curah hujan dikatakan tinggi jika hujan turun secara terus-menerus dan besarnya lebih dari 50 mm per hari. Air hujan dapat mengakibatkan banjir jika tidak mendapat cukup tempat untuk mengalir. Seringkali sungai tidak mampu menampung air hujan sehingga air meluap menjadi banjir. selain curah hujan tinggi juga membiarkan lahan kosong,penebangan hutan secara terus menerus. Cara mengatasi banjir adalah melakukan tidak membuang sampah di sungai dan melakukan reboisasi. Sedangkan tanah longsor disebabkan oleh erosi tanah misalnya derasnya aliran sungai yang yang menyerang kaki-kaki lereng sehingga bertambah curam, penyebab lain juga tanah tidak padat yang berpotensi tanah longsor karena curah hujan terlalu tinggi. Cara mencegah tanah longsor antara lain tidak membuat sawah dilereng, tidak menebang hutan dilereng, tidak membuat bangunan ditebing.

  Pada kegiatan penutup guru membantu siswa merefleksikan kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan. Tetapi ada beberapa siswa yang diam dan malu menyampaikan pendapatnya..

  Saat pembelajaran siklus II pertemuan 1 berlangsung, dilakukan pengamatan oleh 1 observer. Observer mengamati proses pembelajaran dari awal sampai akhir pembelajaran dengan cara mengisi lembar observasi yang telah disediakan. Lembar observasi meliputi indikator-indikator untuk mengamati aktivitas guru dalam pengelolaan pembelajaran dan kegiatan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Dari hasil observasi dapat diketahui apa yang menjadi kelemahan dan kelebihan selama pembelajaran berlangsung.

  Pelaksanaan pembelajaran siklus II, pada pertemuan ke 2 dilaksanakan pada hari Selasa, 9 Agustus 2017 dengan materi dampak peristiwa alam (gunung meletus,longsor,angin puting beliung, dsb) selama 2 x 35 menit. Kegiatan pembelajaran pada pertemuan ini dimulai dengan memberikan apersepsi melalui tanya jawab mengulang materi pada pertemuan pertama yaitu tentang penyebab banjir dan tanah longsor, siswa terlihat berani menyampaikan pendapat mengenai materi yang sudah dipelajari di pertemuan sebelumnya.

  Pada kegiatan awal, siswa mengucapkan salam kepada guru dan guru menjawab salam dari siswa, guru menyiapkan siswa untuk mengikuti pelajaran yaitu dengan meminta siswa untuk duduk tenang, kemudian siswa mengikuti. Guru mengecek kehadiran siswa dengan mengabsen siswa dan semua siswa hadir saat itu. Selanjutnya, guru mempesiapkan video tsunami. Guru kemudian melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan: pernahkan kalian melihat video tsunami di aceh? siapa yang yang tahu tahun berapa bencana tsunami itu? Siswa menjawab: ya, pernah. Guru kemudian memberi penguatan terhadap jawaban siswa, dan menyampaikan kembali jawaban yang telah disampaikan oleh siswa.

  Pada kegiatan inti, pembelajarannya dilakukan sesuai dengan langkah- langkah pembelajaran melalui pendekatan PBL dengan model pembelajaran ENE yang telah dirancang. Kegiatan yang pertama yaitu guru menyampaikan materi yang akan dipelajari yaitu tentang dampak peristiwa alam di Indonesia. Guru menulis pokok materi di papan tulis dan mengenalkan kepada siswa tentang gambar dampak bencana alam yang terjadi di Indonesia dan dilanjutkan dengan menyampaikan tujuan pembelajaran, siswa menyimak tujuan pembelajaran dan tugas pembelajaran yang disampaikan dengan duduk tenang, kemudian guru menampilkan video tsunami di Aceh . Siswa sangat antusias dan memperhatikan video tersebut, ada siswa yang mengatakan bahwa video ditampilkan lagi, tetapi karena mengingat waktu yang tidak cukup, maka guru tidak menampilkan siswa mengenai video yang sudah ditampilkan seperti: apa yang terjadi dalam video tadi? Siswa sangat antusias dan aktif menjawab setiap pertanyaan dari guru. Guru membimbing siswa membentuk 5 kelompok secara acak.

  Pada saat pembentukan kelompok, siswa tertib dan bergabung dengan anggota kelompoknya. Siswa sudah menerima teman-teman kelompoknya tanpa protes. Guru kemudian memberikan masalah tentang dampak peristiwa alam yang terjadi di Indonesia, kemudian berdiskusi untuk memecahkan masalah dampak banjir, dampak gunung meletus, dampak angin puting beliung, dampak gempa bumi dan dampak banjir, semua siswa terlihat sudah mengalami perkembangan dan dapat mengajukan pendapat dalam kelompok, guru tetap harus membimbing setiap kelompok, karena saat guru meninggalkan kelompok, akan ada siswa yang mengobrol dengan temannya. Guru memberi batas waktu untuk kelompok menyelesaikan tugas kelompok selama 25 menit. Guru mengingatkan waktu yang tersisa, sehingga siswa bekerja dengan cepat dan tidak banyak mengobrol dengan teman saat harus diskusi kelompok. Siswa selalu meminta penambahan waktu, tetapi guru tetap konsisten dengan waktu yang diberikan. Pada saat tugas selesai dikerjakan oleh kelompok, siswa diminta mengumpulkan lembar kerja kepada guru dan kemudian guru membimbing siswa untuk membuat laporan untuk mempresentasikan didepan kelas. Saat kelompok di depan sedang mempresentasikan kelompok lain memberikan tanggapan tentang masalah yang mereka bahas. Selanjutnya guru mulai menjelaskan materi berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan di capai yaitu dampak bencana alam dampak negatif yang dapat ditimbulkan bencana alam dapat berupa jatuhnya korban jiwa, rusaknya rumah dan berbagai fasilitas umum, rusaknya lahan pertanian, kematian hewan ternak, dan lain sebagainya. Indonesia termasuk wilayah yang rawan bencana alam. Gejala atau peristiwa alam yang sering terjadi di antara lain gunung meletus, banjir, gempa bumi, badai atau angin topan, tsunami, kekeringan dan tanah longsor. Dampak banjir yang ditimbulkan adalah kerusakan bangunan termasuk jembatan, selokan bawah tanah,dan jalan raya, berkurangnya penyedian air bersih sumber air bersih terkontaminasii oleh banjir, munculnya wabah hasil pertanian disebabkan disebabkan oleh kegagalan panen.dan sebagainya. Pada saat selesai guru menjelaskan materi siswa mengumpulkan laporan yang telah dipresentasikan untuk diberi nilai oleh guru, siswa dibimbing untuk merefleksikan pelaksanaan pembelajaran yang sudah dilakukan, semua siswa sudah berani dan mau merefleksikan pelaksanaan pembelajaran bahkan suasana kelas lebih interaktif. Diakhir pembelajaran, guru memberikan evaluasi siklus II kepada siswa, siswa kemudian mengerjakan soal dengan tenang tetap diawasi oleh guru.

  Saat pembelajaran siklus I pertemuan II berlangsung dilakukan pengamatan oleh 1 observer. Observer mengamati proses pembelajaran dari awal sampai akhir pembelajaran dengan cara mengisi lembar observasi yang telah disediakan. Lembar observasi meliputi indikator-indikator untuk mengamati aktivitas guru dalam pengelolaan pembelajaran, dan kegiatan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Dari hasil observasi, dapat diketahui apa yang menjadi kelemahan dan kelebihan selama pembelajaran berlangsung.

3. Refleksi Siklus II

  Tahapan selanjutnya setelah kegiatan pelaksanaan dan observasi pembelajaran siklus 1 adalah refleksi. Tahapan ini dilakukan dengan menganalisis skor hasil belajar kognitif IPA siswa dan hasil observasi dari lembar observasi guru yang disajikan melalui Pendekatan PBL dengan model pembelajaran ENE dan lembar observasi siswa. Skor tes diperoleh dari kegiatan evaluasi akhir pembelajaran pada pertemuan 2 siklus II yang mengukur kegiatan menjelaskan penyebab dan dampak peristiwa alam bagi kehidupan dan lingkungan (bencana alam di Indonesia)

  Penilaian unjuk kerja dilakukan melalui pendekatan PBL dengan model pembelajaran ENE, meliputi: menerima jenis permasalahan dampak peristiwa alam yang terjadi di indonesia meliputi diskusi pemecahan masalah mengenai dampak peristiwa alam yang terjadi di Indonesia, mendefenisikan dampak bencana alam, membuat laporan, terampil mempresentasikan, dan terampil merefleksi. Persentase berdasarkan ketuntasan skor hasil belajar kognitif IPA siswa kelas 5 siklus II, dapat diketahui besarnya skor hasil belajar berupa skor minimum, skor maksimum, dan skor rata-rata siklus II dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini.

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Kognitif IPA Berdasarkan

  Ketuntasan Siswa Kelas 5 SDN Mangunsari 03 Salatiga Semester II Tahun

  Pelajaran 2016/2017 Siklus II Skor Kriteria Hasil Belajar Siklus II Jumlah siswa Persentase (%) Tidak Tuntas

  2 5 %  75 ≥ 75 Tuntas 32 95 % Jumlah

  35 100 skor maksimum 100 skor minimum

  65 skor rata-rata

  79 Sumber: Data Primer

  Berdasarkan tabel 4.3, maka distribusi frekuensi hasil belajar kognitif IPA berdasarkan ketuntasan siswa dapat disajikan dalam diagram lingkaran melalui

gambar 4.2 berikut:

  100% 80% 60%

  Tuntas ; 95% 40%

  Tidak Tuntas 20%

  ; 5% 0% Tuntas Tidak Tuntas

Gambar 4.2 Diagram Lingkaran Distribusi Hasil Belajar Kognitif IPA

  Berdasarkan Ketuntasan Siswa Kelas 5 SDN Mangunsari 03 Salatiga Semester

  II Tahun Pelajaran 2016/2017 Siklus II Mendasarkan gambar 4.2 di atas, menunjukkan bahwa hasil belajar kognitif IPA si swa yang sudah mencapai KKM ≥ 75 pada siklus II berjumlah 35 siswa atau 95% dari keseluruhan jumlah siswa dikelas 5. Namun, masih ada 2 siswa yang memperoleh skor dibawah KKM atau dengan kata lain 5% dari jumlah keseluruhan siswa kelas 5 belum mencapai KKM. Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan dalam siklus II, dapat dikatakan bahwa aktivitas pembelajaran guru dan siswa sudah dilaksanakan semuanya dengan baik. Hasil belajar yang Pendekatan PBL dengan model pembelajaran ENE dalam penerapannya di kelas sudah terlihat bahwa semua skor aktivitas guru dan skor aktivitas siswa sudah terlaksana seluruhnya dengan baik. Peningkatan juga terlihat dari aktifitas siswa siklus II juga meningkat dari setiap pertemuan termasuk juga siswa yang memiliki masalah dikelas seperti yang dijelaskan pada refleksi siklus I. Hasil belajar IPA siswa kelas 5 dengan menggunakan pendekatan PBL dengan model pembelajaran ENE dalam siklus II ini sudah mencapai KKM yang ditargetkan ≥75, walaupun belum 100% tuntas, tetapi peningkatan jumlah siswa yang tuntas pada siklus II ini lebih besar persentasenya dibandingkan dengan jumlah siswa tuntas pada siklus I. Adapun siswa yang tidak tuntas pada siklus II berjumlah 2 orang siswa, tetapi nilai yang dicapai oleh kedua siswa ini hampir mencapai KKM.

  Berdasarkan hasil belajar yang dicapai oleh siswa pada siklus I dan siklus

  II, yang terlihat adanya peningkatan ketuntasan skor hasil belajar pada siklus I sebesar 68% meningkat menjadi 95% untuk kategori siswa yang tuntas mencapai KKM. Maka, dapat dikatakan bahwa kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan PBL dengan model pembelajaran ENE dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa, selain juga dapat membuat siswa lebih aktif dan guru lebih mudah dalam penciptaan suasana belajar yang menyenangkan. Berikut disajikan perbandingan distribusi frekuensi hasil belajar IPA berdasarkan ketuntasan siswa siklus I dan siklus II melalui tabel 4.4.

Tabel 4.4 Perbandingan Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Kognitif IPA

  Berdasarkan Ketuntasan Siswa Kelas 5 SDN Mangunsari 03 Salatiga Semester

  II Tahun Pelajaran 2016/2017 Siklus I dan Siklus II

  Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2 Ketuntasan Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%) Tuntas

  16

  43

  25

  68

  35

  95 Belum Tuntas

  21

  57

  12

  32

  2

  5 Jumlah 37 100 37 100 37 100 skor maksimum 80 85 100 skor minimum

  45

  50

  65 skor rata-rata

  64

  71

  79 Sumber: Data Primer Berdasarkan tabel 4.4 di atas, menunjukkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar kognitif IPA siswa dari pra siklus, siklus I ke siklus II dengan ditunjukkan siswa yang tuntas pra siklus adalah 16 siswa (43%), pada siklus I jumlah siswa yang tuntas sebanyak 25 siswa (68%), sedangkan pada siklus II jumlah siswa tuntas sebanyak 35 (95%). Berdasarkan tabel 4.8 diatas, menunjukkan bahwa yang tidak tuntas pra siklus sebanyak 21 siswa (57%),siklus I sebanyak 12 siswa (32%), dan siklus II sebanyak 2 siswa (5%). Adapun perolehan skor maksimum pada pra siklus 80, siklus I 85 dan siklus II sebesar 100. Skor minimum pada pra siklus 45, siklus 1 sebesar 50 dan pada siklus 2 sebesar 65. Sedangkan skor rata-rata pada pra siklus 64, siklus 1 sebesar 71 dan pada siklus 2 sebesar 79. Dapat dikatakan bahwa skor minimum, skor maksimum, dan skor rata-rata dari siklus 1 ke siklus 2 mengalami peningkatan. Berdasarkan

tabel 4.7 perbandingan distribusi berdasarkan ketuntasan skor hasil belajar kognitif IPA siswa antara pra siklus, siklus I dan siklus II, terlihat adanya

  peningkatan yang cukup besar dari 9 siswa tuntas meningkat menjadi 35 siswa tuntas.

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

  Penelitian tindakan ini adalah peningkatan hasil belajar kognitif IPA siswa kelas 5 SDN Mangunsari 03 Salatiga melalui pendekatan PBL dengan model pembelajaran ENE. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan aktivitas tindakan pendekatan PBL dengan model pembelajaran ENE yang dilakukan oleh guru pada siklus I dengan lembar observasi, aktivitas tindakan yang dilakukan oleh guru dengan menggunakan pendekatan PBL dengan model pembelajaran ENE, menunjukkan bahwa pelaksanaan aktivitas tindakan yang dilakukan oleh guru di siklus I pada pertemuan pertama guru kurang optimal membimbing siswa dalam kelompok untuk mengumpulkan data pemecahan masalah ketika proses pembelajaran berlangsung. Namun, pada pertemuan 2 guru sudah dapat melaksanakan semua aktivitas berdasarkan indikator. Aktivitas tindakan menggunakan pendekatan PBL dengan model pembelajaran ENE yang dilakukan oleh guru kelas 5 pada siklus I, juga dilakukan oleh guru pada siklus II.

  Berdasarkan lembar observasi aktivitas tindakan menggunakan pendekatan PBL dengan model pembelajaran ENE yang dilakukan oleh guru kelas 5 pada siklus II, menunjukkan bahwa pelaksanaan aktivitas tindakan yang dilakukan oleh guru pada setiap pertemuan di siklus II sudah terlaksana semua sudah dilaksanakan oleh guru ketika proses pembelajaran berlangsung. Pada siklus II ini aktivitas tindakan yang guru laksanakan sudah lebih baik dari siklus I. Aktivitas tindakan menggunakan pendekatan PBL dengan model pembelajaran ENE yang dilakukan oleh guru, aktivitas tindakan juga dilakukan oleh siswa kelas 5. Berdasarkan aktivitas tindakan menggunakan pendekatan PBL dengan model pembelajaran ENE yang dilakukan oleh siswa kelas 5 pada siklus I, menunjukkan bahwa pelaksanaan aktivitas tindakan yang dilakukan oleh siswa sudah dilaksanakan oleh siswa, pada saat diskusi pemecahan masalah siswa belum melaksanakannya ketika proses pembelajaran berlangsung. Pada pertemuan kedua sudah nampak siswa melaksanakan semua aktivitas berdasarkan indikator.

  Pada lembar observasi aktivitas tindakan model pembelajaran pendekatan PBL dengan model pembelajaran ENE yang dilakukan oleh Siswa kelas 5 Siklus

  II, menunjukkan bahwa pelaksanaan aktivitas tindakan yang dilakukan oleh siswa pada setiap pertemuan di siklus II sudah terlaksana dari seluruh indikator sudah dilaksanakan oleh siswa ketika proses pembelajaran berlangsung, pada siklus II ini aktivitas tindakan yang siswa laksanakan sudah lebih baik dari siklus I. Peningkatan aktivitas guru dan siswa kelas 5 dalam kegiatan pembelajaran melalui pendekatan PBL dengan model pembelajaran ENE, juga terjadi peningkatan hasil belajar kognitif IPA siswa kelas 5 SDN Mangunsari 03 Salatiga semester II tahun pelajaran 2016/2017. Perbandingan ketuntasan skor hasil belajar kognitif IPA yang dicapai berdasarkan KKM ≥75 antara siswa yang tuntas pra siklus adalah 16 siswa (57%). Setelah diberikan tindakan pada siklus I terjadi peningkatan jumlah ketuntasan siswa menjadi 25 siswa (68%). Setelah diberikan tindakan pada siklus II, terjadi lagi peningkatan jumlah ketuntasan menjadi 32 siswa (95%). Siswa yang belum tuntas sebelum diberikan tindakan adalah 21 siswa (43%). Setelah diberikan tindakan pada siklus I, berkurang menjadi 12

  (5%) yang belum tuntas, pada pra siklus nilai maksimum 80, siklus I 85 dan siklus

  II 100. Adapun nilai minimum pra siklus 45, siklus I 50 dan siklus II 65, dengan nilai rata-rata pra siklus 64, siklus I 71 dan siklus II 79. maka telah memenuhi syarat penelitian dengan indikator kinerja yang ditetapkan yaitu 80%. Pelaksanaan perbaikan siklus ini dapat diakhiri pada siklus 2. Setelah melakukan wawancara dengan guru kelas dan pengamatan ketika pembelajaran maka dapat diketahui bahwa dua siswa tersebut dalam pembelajaran sehari-hari memang memiliki kemampuan yang rendah dalam memahami dan menguasai materi pembelajaran dibandingkan dengan teman-temannya. Terhadap 2 siswa yang nilai ulangannya belum mencapai kriteria ketuntasan minimal disebabkan karena anak tersebut kemampuan dalam menyelesaikan soal-soal maupun tugas yang diberikan oleh guru rendah sekali, Siswa tersebut diminta untuk mengerjakan soal yang sama dengan soal tes untuk dikerjakan dirumah dengan bimbingan orang tua. Nilai hasil soal yang dikerjakan di rumah tersebut digunakan untuk memperbaiki Nilai tes formatif setara dengan standar Nilai kriteria ketuntasan minimal. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Muhammad Nurtanto, (2015) Implementasi Problem-Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif, Psikomotor, Dan Afektif Siswa di SMK dan penelitian yang telah dilakukan oleh Penelitian Gd. Gunantara, (2014) Penerapan Model Pembelajaran

  

Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah

  Matematika Siswa Kelas V. menunjukkan bahwa model pembelajaran Problem-

  

Based Learning dapat meningkatkan Kognitif, Psikomotor, Dan Afektif Siswa

  Dan Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa selain itu, penelitian tindakan yang dilakukan oleh Nurul Astuty Yensy. B,(2012) Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Examples Non Examples Dengan Menggunakan Alat Peraga Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di Kelas

  VIII SMP N 1 Argamakmur dan Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Ridwan (2012) Penerapan Model Example Non Example dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Berita pada Siswa Kelas VIII Mts Ash-Shoheh Citeureup menunjukkan bahwa model pembelajaran Examples Non Examples dapat mendukung dua hasil penelitian sebelumnya, hasil penelitian ini juga mendukung pernyataan teoritis menurut Sanjaya (2010:214) mengatakan bahwa pendekatan (PBL) adalah rangkaian aktivitas pembelajaran yang

  Problem Based Learning

  menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah dan Hamzah B. Uno (2012:117) mengatakan bahwa model pembelajaran examples

  

non examples adalah model pembelajaran yang menggunakan contoh-contoh

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ANALISIS A. Konsep Tentang Terorisme - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Akomodasi Ketentuan-Ketentuan Konvensi Asean tentang Pemberantasan Terorisme dalam Hukum Nasional Indonesia

0 0 50

BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG MASALAH - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Hubungan Hukum yang Terjadi pada Transaksi E-Commerce Model C2C

0 0 12

BAB II TRANSAKSI E-COMMERCE DI TOKOPEDIA A. Hukum E-Commerce Di Indonesia Sebagai Dasar Tokopedia Dalam Layaan - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Hubungan Hukum yang Terjadi pada Transaksi E-Commerce Model C2C

0 1 27

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Problematika Hukum Pendirian Perseroan Terbatas (PT) oleh Suami Isteri

0 0 17

A. TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Problematika Hukum Pendirian Perseroan Terbatas (PT) oleh Suami Isteri

0 0 60

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum terhadap Korban Bencana Alam sebagai Hak Asasi Manusia

0 0 12

BAB II PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum terhadap Korban Bencana Alam sebagai Hak Asasi Manusia

0 0 32

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Kognitif IPA Siswa SD Kelas V Melalui Model Example Non Example dengan Pendekatan Problem Based Learning

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Kognitif IPA Siswa SD Kelas V Melalui Model Example Non Example dengan Pendekatan Problem Based Learning

0 0 19

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Kognitif IPA Siswa SD Kelas V Melalui Model Example Non Example dengan Pendekatan Problem Based Learning

0 0 11