BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Kinerja Manajerial Di Kalangan Kepala Sekolah Dasar Negeri Dan Madrasah Gugus Abdulrahman Saleh Kecamatan Boja,Kabupaten Kendal

BAB II KAJIAN PUSTAKA

1.1 Model-Model Evaluasi

  Evaluasi memiliki beberapa pengertian berbeda menurut para ahli. Salah satu pendapat mengatakan bahwa “Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan” (Arikunto 2010:1). Dalam hal ini evaluasi dapat diartikan sebagai sebuah proses mencari dan menentukan hasil, serta memperoleh informasi yang bermanfaat dari beberapa kegiatan yang telah dilakukan sebagai upaya untuk menentukan alternatif pilihan membuat satu putusan tepat. Dengan kata lain, evaluasi juga merupakan pemberian nilai terhadap kualitas sesuatu, yang dapat dipandang sebagai proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan.

  

Dilihat dari tujuannya, yaitu bahwa pelaksana ingin

mengetahui kondisi sesuatu, maka evaluasi program

dapat dikatakan merupakan salah satu bentuk dari

penelitian, yaitu penelitian evaluatif. ... Pada

umumnya penelitian evaluatif dimaksudkan untuk

  

mengetahui akhir dari sebuah program kebijakan

(Suharsimi Arikunto 2010:7).

  Sedangkan evaluasi program sendiri adalah salah satu bentuk dari suatu penelitian evaluatif. Dalam evaluasi program, peneliti bermaksud ingin mengetahui kondisi sesuatu sebagai hasil pelaksanaan dari sebuah program dimana setelah data-data terkumpul akan dibandingkan dengan standar tertentu, dan untuk mengetahui tingkat ketercapaian tujuan program.

  Di dalam bukunya, Arikunto (2010:40) mengatakan terdapat berbagai model evaluasi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi suatu program yang dikategorikan berdasarkan ahli yang menemukan dan mengembangkannya.

  1. Goal oriented evaluation model, dikembangkan oleh Tyler. Yang menjadi objek pengamatan model ini adalah tujuan program yang sudah ditetapkan sebelum program dimulai.

  2. Goal free evaluation model, dikembangkan oleh Michael Scriven. Pada model ini, evaluator tidak perlu memperhatikan tujuan program, tetapi bagaimana kerja program tersebut.

3. summatif evaluation model,

Formatif dikembangkan oleh Michael Scriven. Model ini menunjuk tentang “apa, kapan, dan tujuan” dari evaluasi dilakukan.

  4. Countenance evaluation model, dikembangkan oleh

Stake. Disebut juga model deskripsi-

pertimbangan. Model ini menekankan pada adanya pelaksanaan 2 hal pokok: deskripsi dan pertimbangan.

  5. Responsive evaluation model, dikembangkan oleh Stake. Evaluasi disebut responsif jika memenuhi 3 kriteria: berorientasi langsung pada aktivitas program, merespon persyaratan kebutuhan informasi, perspektif nilai yang berbeda dilaporkan dalam kesuksesan dan kegagalan program.

  6. CSE-UCLA evaluation model, menekankan pada “kapan” evaluasi dilakukan. Ciri model ini: perencanaan, pengembangan, implementasi, hasil, dan dampak.

  7. CIPP evaluation model, dikembangkan oleh Stufflebeam. Konteks, input, proses, dan produk merupakan sasaran evaluasi, yang juga merupakan komponen dari proses sebuah program kegiatan.

8. Disperancy model, dikembangkan oleh Provus.

  Model ini menekankan pada pandangan adanya kesenjangan di dalam pelaksanaan program.

  

2.1.1 Evaluasi Model CIPP (context, input, process,

and product)

  Ada banyak model evaluasi menurut para ahli, salah satunya ialah evaluasi dengan menggunakan model cipp. Daniel Stufflebeam telah memperkenalkan dan mengembangkan model ini di tahun 1967 dengan melihat konteks, input, proses, dan hasilnya. Keempat hal itulah yang kemudian dijadikan sasaran evaluasinya, yang tak lain merupakan komponen dari proses suatu program kegiatan.

  KONTEKS

  INPUT/ PROSES PRODUK/

MASUKAN HASIL

Gambar 2.1 Lingkup Evaluasi Model CIPP

1. Evaluasi konteks

  Evaluasi pada tahap awal ini berkaitan dengan tujuan suatu program. Misalnya saja mengapa suatu program dilaksanakan, apakah program yang diadakan itu sesuai dengan visi misi yang dimiliki sebuah lembaga/institusi, apakah tujuan dari program itu dirumuskan dengan jelas dan sesuai dengan kondisi lapangan yang ada di masyarakat. Sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat itu sendiri. Evaluasi konteks ini berhubungan dengan analisis masalah kekuatan dan kelemahan dari suatu obyek yang akan ataupun yang sedang berjalan kala itu. Konteks itu sendiri dimaknai sebagai suatu alasan dan latar belakang yang mempengaruhi tujuan serta strategi yang akan dikembangkan dalam suatu program kegiatan. Penilaian terhadap konteks dilakukan untuk menjawab pertanyaan dasar: “What should we

  do?

  ”, sehingga dapat dianalisis kebutuhan apa

  suatu tujuan dan prioritasnya. Dimana kebutuhan tersebut seringkali tidak sesuai antara kondisi nyata dengan kondisi yang diharapkan. Penilaian konteks ini juga mendiagnosis kebutuhan seperti apa yang sebaiknya ada sehingga nantinya tidak menimbulkan kerugian dalam waktu lama.

  Seperti yang diutarakan Arikunto (2007:46) berikut ini:

  

Evaluasi konteks adalah upaya untuk

menggambarkan dan merinci lingkungan,

kebutuhan yang tidak terpenuhi, populasi

dan sampel yang dilayani, dan tujuan

proyek... ada empat pertanyaan yang dapat

diajukan sehubungan dengan evaluasi

konteks, yaitu sebagai berikut. 1) Kebutuhan apa saja yang belum terpenuhi oleh program...? 2)

  Tujuan pengembangan apakah yang

belum dapat tercapai oleh program,...?

3) Tujuan pengembangan apakah yang dapat membantu mengembangkan masyarakat,...?

  4) Tujuan-tujuan mana sajakah yang paling mudah dicapai,...?

  Evaluasi konteks merupakan suatu upaya dalam menggambarkan keadaan lingkungan, kebutuhan apa saja yang belum terpenuhi, siapa masyarakat yang dilayani, serta maksud dari tujuan diadakannya suatu program.

  Di dalam konteks ini, evaluasi manajerial kinerja kepala sekolah meliputi: tujuan kepala sekolah menciptakan budaya dan iklim sekolah yang kondusif dan inovatif dalam melaksanakan program sekolah, apa yang dilakukan kepala sekolah dalam merumuskan tujuan yang hendak dicapai sebelum membuat rencana sekolah, tujuan kepala sekolah menentukan skala prioritas dalam rencana sekolah, dan apa yang dilakukan kepala sekolah dalam merumuskan visi misi sekolah dan bagaimana mensosialisasikannya ke masyarakat.

2. Evaluasi input/masukan

  Evaluasi selanjutnya berkaitan dengan berbagai masukan yang dapat dipergunakan untuk menunjang proses berikutnya untuk mencapai tujuan. Pada dasarnya evaluasi tahap ini menyediakan informasi untuk membantu evaluator membuat keputusan, mengidentifikasi pembiayaan dan penjadwalan, analisis personal untuk menentukan bagaimana memanfaatkan sumber daya yang ada dalam mencapai suatu tujuan program kegiatan. Misalnya dengan kegiatan pendeskripsian perkiraan untung rugi, melihat alternatif apa yang sebaiknya diambil, bagaimana prosedur kerjanya, serta rencana dan strategi seperti apa yang perlu dipertimbangkan untuk mencapai kebutuhan.

  Menurut Arikunto (2007 :46) bahwa, “Maksud dari evaluasi masukan adalah kemampuan awal siswa dan sekolah dalam menunjang program”.

  Artinya evaluasi ini berkenaan dengan masukan yang dimiliki orang per orang atau lembaga, dan lebih mengarah pada pemecahan masalah sehingga mendorong diadakannya suatu program. Dalam input/masukan, evaluasi kinerja manajerial kepala sekolah meliputi: apakah kepala sekolah dapat mengembangkan budaya dan tradisi berakhlak mulia, memiliki integritas kepemimpinan, konsistensi tinggi dalam bersikap, berpikir, dan bertindak dalam rangka menjalankan tugas dan fungsinya yang tinggi, memiliki keinginan kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala sekolah dan etos kerja tinggi dalam menjalankan tugas dan fungsinya, mampu mengendalikan diri dalam menghadapi masalah pekerjaan, disiplin, dan tegas mengambil putusan, mampu memberdayakan kemampuan guru dalam peningkatan kualitas pendidikan, dan bagaimana kepala sekolah mampu menganalisis kondisi sekolah sebelum menyusun program dan mengembangkannya sesuai dengan kebutuhan.

3. Evaluasi proses

  Tahap ini berkaitan erat dengan kegiatan pelaksanaan rencana suatu program. Apabila dilihat pada model CIPP, evaluasi proses dimaksudkan pada seberapa jauhkah kegiatan dalam suatu program sesuai dengan rencana yang telah dibuat (Arikunto 2007:47). Dengan kata lain evaluasi ini bertujuan untuk melihat kesesuaian antara pelaksanaan program dengan strategi yang diterapkan. Sehingga perubahan apapun yang terjadi harus dimonitor secara cermat dan dilakukan pencatatan aktifitas harian untuk pengambilan keputusan serta tindak lanjut penyempurnaan program. Dalam proses, evaluasi kinerja manajerial kepala sekolah meliputi: seberapa jauh kepala sekolah melibatkan guru dan komite sekolah dalam tiap perencanaan program sekolah, apakah kepala sekolah menempatka SDM sesuai keahlian dalam organisasi sekolah, apakah kepala sekolah sudah melakukan monitoring dan evaluasi dengan tepat terhadap seluruh pelaksanaan program sekolah, seberapa besar kepala sekolah memanfaatkan sarpras dan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah secara optimal, apakah kepala sekolah sudah mengelola keuangan sekolah dengan transparan dan efisien, dan seberapa jauh kepala sekolah melaksanakan supervisi guru secara rutin dan menindaklanjuti supervisi tersebut dalam rangka mencapai tujuan program.

4. Evaluasi produk/hasil

  Evaluasi ini merupakan tahapan paling akhir dari rangkaian proses evaluasi yang dilakukan sebelumnya. Evaluasi hasil ini dibagi dalam penilaian terhadap dampak, efektivitas, keberlanjutan, dan daya adaptasi. Pada tahap ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan seperti seberapa jauh tujuan program tercapai, tingkat kepuasan orang yang dijadikan sasaran program, ketepatan waktu, dampak dari program yang dilaksanakan, dan masih banyak lagi (Sugiyono 2013:580). Dalam penilaian produk tersebut dibutuhkan pembanding antara tujuan yang ada dalam rancangan dengan hasil program yang telah dicapai.

  Di dalam produk/hasil, evaluasi kinerja manajerial kepala sekolah meliputi: apakah kepala sekolah telah melaporkan dan menindaklanjuti pelaksanaan program sekolah, seberapa jauh tujuan kepala sekolah untuk mengevaluasi tiap program secara rutin tercapai, bagaimana kepuasan pelanggan terhadap hasil pelaksanaan program sekolah sesuai rencana dan tujuan, apakah pelaksanaan program sekolah sesuai dengan visi misi yang ditetapkan sekolah, dan seberapa jauh kepala sekolah dapat mengatasi hambatan-hambatan yang ada pada pelaksanaan program sekolah.

1.2 Kinerja Manajerial Kepala Sekolah

2.2.1 Evaluasi Kinerja

  Penilaian kerja merupakan proses akhir dari seluruh rangkaian kegiatan yang telah dilaksanakan untuk mengetahui tingkat ketercapaian hasil kegiatan tersebut. Hal ini sejalan dengan pendapat berikut: “Evaluasi kinerja merupakan proses terakhir dari manajemen kinerja, di mana dilakukan pengukuran dan penilaian atas pencapaian hasil kinerja” ( Wibowo 2006: 67). Pendapat lain menyatakan bahwa,

  “...dalam hal keberhasilan diperlukan penilaian tentang faktor- faktor organisasional yang mendukung keberhasilan tersebut dan kendala atau masalah apa yang berhasil diatasi dan bagaimana ca ra mengatasinya” (Siagian 2012: 262). Artinya penilaian akan dilakukan pada rangkaian akhir kegiatan untuk mengukur tingkat keberhasilan ataupun ketercapaian tujuan suatu program kegiatan. Sehingga dapat dianalisis hambatan apa saja yang sudah berhasil diatasi ataupun sebaliknya, sehingga dapat dicarikan solusi pemecahannya.

  Dikatakan bahwa “Evaluasi yaitu proses untuk mengetahui seberapa jauh perencanaan dapat dilaksanakan, dan seberapa jauh tujuan program tercapai ” (Sugiyono, 2013:570). Pada dasarnya evaluasi ataupun penilaian kerja merupakan suatu proses akhir dari seluruh rangkaian kegiatan. Evaluasi dilakukan dengan tujuan mengetahui hasil dari pekerjaan yang dilaksanakan seorang kepala sekolah. Dengan melihat proses pelaksanaan program terhadap rencana awal dan ketercapaian tujuannya,maka dapat terlihat seberapa besar kinerja kepala sekolah dalam upaya mencapai tujuan akhir. Sehingga evaluasi kinerja penting dilakukan untuk mengukur kualitas seorang kepala sekolah.

  Payaman Simanjuntak (2005: 106) juga berpendapat bahwa tujuan suatu penilaian kerja ialah sebagai suatu bentuk jaminan ketercapaian sasaran dari seluruh program kegiatan yang dilaksanakan. Dengan demikian dapat diukur pula tingkat ketepatan waktu pelaksanaannya, bahkan apabila ada ketidaksesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan di lapangan yang mungkin terjadi. “Tujuan dari evaluasi kinerja adalah untuk menjamin pencapaian sasaran dan tujuan perusahaan, terutama bila terjadi kelambatan atau penyimpangan

  ” (Payaman Simanjuntak 2005: 106). Dari ketiga pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi atau penilaian terhadap kinerja diperlukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu kegiatan yang dilaksanakan apakah sesuai antara rencana dengan kenyataannya, sehingga apabila ditemukan kendala pada proses pelaksanaannya dapat diberikan pemecahan masalah yang terbaik.

  Husein Umar (2002: 40) mengatakan dalam bukunya tentang standar yang dipakai untuk evaluasi kegiatan tertentu dilihat dari 3 aspek utama menurut

  

Committee On Standard For Educational Evaluation

  yaitu: 1. (manfaat), hasil evaluasi hendaknya

  Utility bermanfaat bagi manajemen untuk mengambil keputusan atas program yang sedang berjalan.

  2. Accuracy (akurat), info atas hasil evaluasi mempunyai tingkat ketepatan tinggi, dimana setelah evaluasi informasi dipakai menilai realisasi kegiatan itu menyimpang atau tidak.

3. Feasibility (layak), proses evaluasi yang dirancang dapat dilaksanakan dengan layak.

  Sedangkan tujuan dari evaluasi kinerja itu sendiri, menurut Mangkunegara (2005: 10) adalah untuk:

  

1. saling pengertian diantara

Meningkatkan karyawan tentang persyaratan kerja.

  2. Mencatat dan mengakui hasil kerja seorang karyawan, sehingga mereka termotivasi untuk berbuat yang lebih baik, atau sekurang- kerangnya berprestasi sama dengan prestasi yang terdahulu.

  3. Memberikan peluang kepada karyawan untuk mendiskusikan keinginan dan aspirasinya dan meningkatkan kepedulian terhadap pekerjaan yang diembannya sekarang.

  4. Mendefinisikan atau merumuskan kembali sasaran masa depan, sehingga karyawan

termotivasi untuk berprestasi sesuai potensinya.

Memeriksa rencana pelaksanaan dan 5. pengembangan yang sesuai dengan kebutuhan pelatihan, khususnya rencana diklat, dan kemudian menyetujui rencana itu jika tidak ada hal-hal yang ingin diubah.

  Kurniawan (2013: 20) dalam bukunya mengatakan “...manager adalah orang yang bertanggung jawab mengelola (me- manage) seluruh bagian pada suatu perusahaan atau organisasi

  ”. Di dalam organisasi sekolah, seorang kepala sekolah menempati posisi sebagai manager, dia diharapkan mampu mengorganisasi, mengelola dan mengoptimalkan semua potensi yang dimiliki suatu sekolah serta mengarahkan mind-set para pendidik dan tenaga kependidikan untuk menuju kemajuan bersama.

  Seperti halnya pendapat berikut ini: “Peran seorang pemimpin sangatlah luas dan berat. Pemimpin harus mencapai hasil yang diharapkan organisasi, mengembangkan lingkungan yang dihadapi dan sekaligus lebih memerhatikan kepentingan orang lain

  ” (Wibowo 2006: 273). Sebagai seorang pimpinan, kepala sekolah mengemban tugas yang berat. Kepala sekolah harus memikul tanggung jawab terhadap seluruh pelaksanaan kegiatan yang ada di sekolah, dapat mengelola sumber daya yang ada di sekolah, pandai menyikapi masalah dan kendala yang dihadapi, serta mampu melihat peluang yang ada untuk mengembangkan dan memajukan sekolah yang dipimpinnya. Seorang kepala sekolah juga dituntut mampu bekerjasama baik dengan para pendidik dan tenaga kependidikan, komite sekolah serta masyarakat, mendengar dan menimbang masukan mereka sehingga menghasilkan keputusan atau peraturan terbaik demi kemajuan sekolah. Pemerintah telah menegaskan fungsi manajerial kepala sekolah ini dalam Permendiknas RI Nomor 13 Tahun 2007.

  Sagala (2011) mengatakan bahwa jaminan suatu mutu layanan dalam bidang pendidikan dan mutu manajemen pendidikan dalam proses pengembangan standar kompetensi seorang kepala sekolah meliputi 4 hal penting yaitu: kompetensi kepribadian, manajerial, supervisi, serta kompetensi sosial. Sekolah dapat dikatakan baik dilihat dari kepribadian kepala sekolahnya, bagaimana kepala sekolah mampu mengimplementasi fungsi manajerialnya, bagaimana supervisi yang dilakukan dan hasilnya, serta kemampuan sosialnya.

  Maka indikator kinerja mengacu pada penilaian kerja yang dilakukan kepala sekolah. Indikator ini merupakan merupakan ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat ketercapaian suatu kegiatan, serta dikategorikan dalam: input (semua yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan berjalan dan menghasilkan output), output (segala sesuatu produk/jasa sebagai hasil langsung dari pelaksanaan kegiatan berdasarkan masukan yang dipakai), outcomes (ukuran seberapa jauh produk/jasa dapat memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat),

  

benefit (kegunaan output yang dirasakan langsung oleh

  masyarakat), impact (ukuran pengaruh sosial, ekonomi, dan lingkungan yang dimulai capaian kerja suatu kegiatan).

  Danim (2009:79) dalam bukunya bahkan memberikan beberapa alternatif strategi peningkatan kinerja bagi seorang kepala sekolah antara lain: a.

  Peningkatan kemampuan berkomunikasi, yang mana sebagian waktu kerja yang dimiliki kepala sekolah adalah dengan berkomunikasi baik diri sendiri ataupun dengan orang lain dalam komunitasnya.

  b.

  Peningkatan motivasi, dimana peran motivasi berprestasi kepala sekolah penting dimiliki untuk mengembangkan mutu dunia pendidikan. Tanpa adanya motivasi berprestasi dari pribadi kepala sekolah dan stafnya, tentu sebuah sekolah tidak mampu bersaing dengan sekolah lainnya dalam rangka meningkatkan kualitas guru, implementasi program sekolah, maupun output yang dihasilkan nantinya. Maka dengan memberikan pujian atas prestasi yang dicapai kepala akan dapat merangswang kepala sekolah mewujudkan suatu kinerja produktif yang positif.

  c.

  Peningkatan pengetahuan, tidak hanya melalui pelatihan pendidikan saja tetapi usaha meningkatkan pengetahuan dapat dimulai dari pemahaman mendalam dengan diskusi pelbagai pihak tentang tugas fungsi disertai peran sebagai seorang pimpinan.

2.2.2 Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah

  Menurut Robert (2001), kompetensi dapat didefinisikan sebagai suatu kemampuan yang memadai untuk mengerjakan tugas, pekerjaan, atau peran. Kompetensi menggabungkan suatu pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap seseorang. Kompetensi membangun pengetahuan dan ketrampilan serta diperoleh melalui pengalaman kerja dan pembelajaran yang dilakukan. Selain dapat menjalankan proses manajemen (fungsi manajemen) dengan baik, seorang kepala sekolah juga harus mampu memahami serta melaksanakan penerapan semua substansi dalam kegiatan pendidikan.

  Danim (2009:2) dalam bukunya mengemukakan:

  

Mary Parker Follet, mendefinisikan manajemen

sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang

lain. Disini seorang manajer bertugas mengatur dan

mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan

organisasi. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai

proses perencanaan, pengorganisasian,

pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya

untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan

efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai

sesuai dengan perencanaan. Efisien berarti bahwa

  

tugas yang ada dilaksanakan secara benar,

terorganisasi, dan sesuai dengan jadwal; dalam

berbagai bidang seperti industri, pendidikan,

kesehatan, bisnis, finansial dan sebagainya. Efektif

merujuk pada tujuan dan hasil guna, sedangkan

efisien merujuk pada daya guna, cara, dan lamanya

suatu proses mencapai tujuan tersebut.

  Seorang kepala sekolah hendaknya memahami konsep manajemen untuk dapat mencapai tujuan organisasi yang dipimpinnya. Kepala sekolah mengarahkan stafnya dan sumber daya sekolah yang ada secara efektif dan efisien. Efektif diartikan bahwa tujuan dan hasil tercapai sesuai rencana, dan efisien artinya tugas yang ada dilakukan secara terorganisir, pelaksanannya sesuai dengan jadwal, dan cara mencapai tujuan tersebut. Untuk itulah dibutuhkan kompetensi manajerial dalam diri seorang kepala sekolah sebagai pimpinan sekaligus manajer dalam organisasi yang dipimpinnya. Kompetensi manajerial itu sendiri ada empat fungsi yaitu: a)perencanaan, merencanakan penetapan program kegiatan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan didasarkan pada fakta mencakup perbuatan, petunjuk, serta arah dalam tindakan berikutnya, b)pengorganisasian, tindakan yang menentukan aktivitas yang harus dilaksanakan dengan menempatkan orang yang melaksanakan aktifitas itu, menentukan pembagian tugas sesuai keadaan, memperhitungkan tenaga, waktu, biaya seminim mungkin, menetapkan fasilitas, mengalokasikan tugas, mendelegasikan kekuasaan, implementasi, mencakup keseluruhan tindakan dari pelaksanaan kegiatan yang dilakukan manusia yang merupakan salah satu elemen manajemen, hubungan sikap, moril, disiplin, serta komunikasi individu dalam melaksanakan manajemen, dan d)pengawasan, mencakup tindakan untuk melihat sejauh mana hasil yang dilaksanakan ketiga fungsi dasar sebelumnya.

  Implementasi kompetensi manajerial dapat dijadikan dasar oleh seorang kepala sekolah didalam melakukan kegiatan sekolah untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dengan menerapkan fungsi-fungsi manajerial diharapkan kepala sekolah dapat mengelola sumber daya yang ada di sekolah yang dipimpinnya. Sumber daya ini meliputi 6M: men, money, materials,

machines, method, and markets (Kurniawan 2013: 18).

  Apabila mengacu pada Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang standar kepala sekolah, salah satunya mencakup kompetensi manajerial dimana indikatornya adalah sebagai berikut: a)menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk berbagai tingkat pelaksanaan, b)mengembangkan organisasi sekolah/madrasah sesuai dengan kebutuhan, c)memimpin sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah/madrasah secara optimal, d)mengelola perubahan dan pengembangan sekolah/madrasah menuju organisasi pembelajaran yang efektif, e)menciptakan budaya dan iklim sekolah/madrasah yang kondusif dan inovatif bagi peserta didik, f)mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal, g)mengelola sarana dan prasarana sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan secara optimal, h)mengelola hubungan sekolah/madrasah dan masyarakat dalam rangka pencarian ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah/madrasah, i)mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru, dan penempatan dan pengembangan kapasitas peserta didik, j)mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai arah dan tujuan pendidikan nasional, k)mengelola keuangan sekolah/madrasah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang akuntabel, transparan, dan efisien, l)mengelola ketatausahaan sekolah/madrasah dalam mendukung pencapaian tujuan sekolah/madrasah, m)mengelola unit layanan khusus sekolah/madrasah dalam mendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik di sekolah/madrasah, n)mengelola sistem informasi sekolah/madrasah dalam mendukung penyusunan program dan pengambilan keputusan, o)memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah/madrasah, dan p)melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan sekolah/madrasah dengan prosedur yang tepat, serta merencanakan tindak lanjutnya. Kepala sekolah sekolah diharapkan mempunyai kompetensi manajerial yang telah disebutkan diatas agar dapat menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik.

  Selanjutnya Mulyasa (2011:103) dalam bukunya mengatakan bahwa:

  

Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya

sebagai manajer, kepala sekolah harus memiliki

strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga

kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif,

memberi kesempatan kepada para tenaga

kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan

mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan

dalam berbagai kegiatan yang menunjang program

sekolah.

  Di dalam sebuah organisasi, kepala sekolah menempati posisi sebagai pimpinan sekaligus seorang manajer. Apabila melihat peran dan fungsinya sebagai manajer, maka kepala sekolah diharuskan mempunyai kemampuan seperti: memiliki strategi tepat guna dalam memberdayakan stafnya, memberi kesempatan/ peluang bagi tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesi, serta dapat mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam kegiatan yang menunjang program-program sekolah yang ada. Kepala sekolah harus berusaha mendorong keterlibatan (partisipatif) semua tenaga kependidikan dengan berpedoman pada: a.

  Asas tujuan, kepala sekolah harus menyampaikan tujuan-tujuan kepada stafnya di sekolah agar mereka dapat memahami dan melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan tersebut.

  b.

  Asas keunggulan, kepala sekolah harus dan ketidakpuasan kreatif(menggerakkan tenaga kependidikan untuk menutupi ketidakpuasan dan berupaya mencapai kepuasan yang diinginkan).

  c. mufakat, kepala harus mampu Asas menghimpun gagasan bersama serta membengkitkan stafnya untuk berpikir kreatif dalam melaksanakan tugas.

  d.

  Asas kesatuan, kepala sekolah harus berusaha menjadikan tenaga kependidikan sebagai pengurus upaya-upaya pengembangan sekolah untuk menumbuhkan rasa kepemilikan pada sekolah tempat mereka bertugas.

  e.

  Asas persatuan, kepala sekolah mendorong stafnya meningkatkan profesionalismenya dalam melaksanakan tugas dan fungsinya mencapai tujuan sesuai dengan visi misi sekolah.

  f.

  Asas empirisme, kepala sekolah harus mampu bertindak berdasarkan nilai dan angka-angka yang menunjukkan prestasi para stafnya, karena data yang memuat semua komponen sekolah memegang peranan penting.

  g.

  Asas keakraban, kepala sekolah harus menjaga keakraban dengan para stafnya, agar semua tugas dapat dilaksanakan dengan lancar, karena keakraban mendorong berkembangnya saling percaya dan kesediaan berkorban diantara para staf. Dan, h.

  Asas integritas, kepala sekolah harus memiliki kepemimpinannya dengan baik yang diwujudkan dalam kemampuan menyusun prpgram sekolah, organisasi personalia, memberdayakan tenaga kependidikan, dan mendayagunakan sumber daya sekolah secara optimal.

  Sedangkan kunci sukses menurut Danim (2009:87) dalam bukunya adalah sebagai berikut: 1.

  Mempercayai staf pengajar 2. Mendelegasikan tugas dan wewenang 3. Adiraga (kuat fisik) 4. Membagi dan memanfaatkan waktu 5. Tanpa toleransi atas ketidakmampuan 6. Peduli dengan staf pengajar 7. Membangun visi 8. Mengembangkan tujuan institusi 9. Cekatan dan tegas, sekaligus sabar 10.

  Berani instrospeksi 11. Memiliki konsistensi 12. Bersikap terbuka, dan 13. Berjatidiri tinggi

2.2.3 Kinerja Manajerial

  Menyimak pada pendapat Danim (2009:87) dalam bukunya “Kepala sekolah harus memiliki kelebihan dibandingkan dengan wakil dan staf pengajarnya, termasuk kom unitas sekolah lainnya.” Maka sudah jelas bahwa kepala sekolah harus mempunyai kelebihan daripada stafnya. Kelebihan disini dapat diartikan sebagai kemampuan yang ada dalam diri kepala sekolah untuk membentuk kinerja yang sukses dalam mewujudkan tujuan pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan di sekolahnya.

  Di dalam Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 yang diterbitkan pada tanggal 17 April 2007 telah menyebutkan salah satu bagian bahwa seorang kepala sekolah harus mempunyai 5 kompetensi: kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial. Yang mana kelima kemampuan tersebut dapat diukur melalui kinerja manajerial seorang kepala sekolah.

  Kinerja manajerial kepala sekolah itu sendiri telah memuat beberapa bagian penting seperti:

  1. Konteks kinerja manajerial kepala sekolah, bagaimana seorang kepala sekolah menciptakan budaya dan iklim sekolah yang kondusif dan inovatif, merumuskan tujuan yang hendak dicapai sebelum membuat rencana sekolah, menentukan skala prioritas dalam rencana sekolah, dan merumuskan visi misi sekolah dan mensosialisasikannya ke masyarakat.

  2. Input kinerja manajerial kepala sekolah, kepala sekolah berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi berakhlak mulia, dan menjadi teladan akhlak mulia bagi komunitas di sekolah/madrasah, memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin, memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala sekolah/madrasah, pekerjaan sebagai kepala sekolah/madrasah, memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan, dan tegas mengambil putusan, mampu memberdayakan kemampuan guru dalam peningkatan kualitas pendidikan, dan mampu menganalisis kondisi sekolah sebelum menyusun program dan mengembangkannya sesuai dengan kebutuhan.

  3. Proses kinerja manajerial kepala sekolah, apakah seorang kepala sekolah bersikap terbuka dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi, menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk berbagai tingkatan perencanaan, mengembangkan organisasi sekolah/madrasah sesuai kebutuhan, memimpin sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah/madrasah secara optimal,mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal, bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah/madrasah sebagai organisasi pembelajar yang efektif, melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program kegiatan sekolah/madrasah dengan prosedur yang tepat, memanfaatkan sarpras dan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah secara optimal, mengelola keuangan sekolah dengan transparan dan efisien, dan melaksanakan supervisi guru secara rutin dan

  4. Produk kinerja kepala sekolah, seorang kepala sekolah melaporkan dan menindaklanjuti pelaksanaan program sekolah, mengevaluasi tiap program sekolah secara rutin, apakah pelaksanaan program sekolah sesuai rencana dan tujuan, pelaksanaan program sekolah sesuai dengan visi misi yang ditetapkan sekolah, dan kepala sekolah dapat mengatasi hambatan-hambatan yang ada pada pelaksanaan program sekolah.

  5. Kinerja kepala sekolah terhadap aspek sosial, bagaimana kepala sekolah melakukan komunikasi dengan guru, melakukan komunikasi dengan komite sekolah, memberi kesempatan pada guru dan komite sekolah untuk menyampaikan saran, bekerjasama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah/madrasah, berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, dan memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain.

  Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja: Pendapat dari Robert L. Mathis dan John H.

  Jackson (2001:82) mengatakan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja seseorang yaitu:

  1.Kemampuan, 2.Motivasi, 3.Dukungan yang diterima,

  4.Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan,dan 5.Hubungan mereka dengan organisasi.

  Pada penjelasan diatas dikatakan bahwa ada lima faktor penting yang dapat mempengaruhi kinerja seseorang yaitu: kemampuan yang dimiliki seseorang untuk dapat melakukan sesuatu, motivasi/keinginan kuat yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu pekerjaan, dukungan dari dalam diri dan pihak lain yang dapat memacu seseorang melakukan pekerjaan, keberadaan pekerjaan yang dilakukan, dan bagaimana hubungan seseorang dalam sebuah organisasi.

  Dalam pemikiran Mangkunegara (2000), faktor yang mempengaruhi kinerja antara lain : faktor kemampuan/ kecakapan dan faktor motivasi. Sedangkan Gibson (1987) menyatakan ada 3 faktor yang berpengaruh terhadap kinerja : 1)Faktor individu : kemampuan, ketrampilan, latar belakang keluarga, pengalaman kerja, tingkat sosial dan demografi seseorang. 2)Faktor psikologis : persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi dan kepuasan kerja 3)Faktor organisasi : struktur organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan, sistem penghargaan (reward system).

  Menyimak dari penjelasan sebelumnya, juga terdapat beberapa faktor lain yang mempengaruhi kinerja mereka antara lain: latar belakang pendidikan para pendidik, supervisi pengajaran, program penataran/ diklat, iklim kerja yang kondusif, sarana prasarana yang ada, kondisi fisik dan mental pendidik, gaya kepemimpinan kepala sekolah, jaminan kesejahteraan pendidik, kemampuan manajerial kepala sekolah dan lain-lain. Kemampuan manajerial yang dimiliki oleh kepala sekolah mempunyai peran penting dalam meningkatkan kinerja para pendidik. Disini sekolah sebagai lembaga pendidikan formal merupakan suatu pola kerjasama antara manusia yang saling melibatkan diri dalam satu unit pekerjaan.

2.3 Penelitian Yang Relevan

  Adapun penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan relevan dengan penelitian ini adalah: Penelitian Afiful Fua di dengan judul “PERSEPSI

  GURU TERHADAP

  IMPLEMENTASI KOMPETENSI MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DI SMP NEGERI SE KECAMATAN PASAMAN KABUPATEN PASAMAN BARAT” dalam Jurnal Pendidikan Vol.2 No.1, Juni 2014, hal. 24-32, menggunakan teknik simple random

  

sampling dengan mengambil sampel sebanyak 43 guru

  PNS SMP Negeri Kecamatan Pasaman Kabupaten Pasaman Barat. Teknik analisis data hasil penelitian memakai rumus rata-rata. Afiful mengatakan bahwa penerapan kompetensi manajerial kepala sekolah harus maksimal agar pengelolaan berjalan baik, dan kepala sekolah perlu peningkatan dalam hal memotivasi untuk melakukan pembaharuan dan iklim kerja yang baik pula. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa implementasi kompetensi kepala sekolah dalam berkisar 3,72 artinya tergolong mampu dalam pelaksanaannya. Implementasi kompetensi kepala sekolah dalam memimpin sekolah dengan skor rata- rata 3,67. Implementasi kepala sekolah dalam mengorganisasikan guru dan staf sekolah memperoleh skor 3,42. Implementasi kepala sekolah dalam mengelola hubungan sekolah dengan masyarakat dengan skor 3,76. Implementasi kepala sekolah dalam mengelola kurikulum dan program pembelajaran memperoleh skor 3,75. Implementasi kepala sekolah mengelola sistem informasi dan pemanfaatan TI skor rata-ratanya 3,40. Implementasi kepala sekolah dalam monitoring dan evaluasi dengan skor 3,76. Melihat secara keseluruhan kompetensi manajerial kepala sekolah di SMP Negeri Kecamatan Pasaman menurut guru disana masih tergolong cukup dengan skor rata- rata 3,65. Dilihat dari per bidang kompetensi manajerial terdapat 2 aspek yang perlu ditingkatkan yaitu pengelolaan sistem informasi dan pengorganisasian guru dan staf. Hal ini penting terutama penegelolaan sistem informasi karena mengingat kemajuan teknologi dan perkembangan jaman yang menuntut individuuntuk menguasai.

  Penelitian Mislaini Simanjuntak dalam “KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DALAM PEMBINAAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PADA SMK NEGERI 1 BANDA ACEH” dalam Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu Vol.15 No. 2, Mei 2013, hal. 76-82, mengatakan bahwa kepala sekolah kompetensi profesional guru melalui proses menyusun program sekolah, kemudian dalam melaksanakan pembinaan itu mengacu pada hasil musyawarah yang telah ditetapkan bersama, dan dalam meningkatkan pembinaan tersebut dilakukan dengan memberdayakan personil sekolah dalam mengembangkan kemampuannya untuk mencapai tujuan yang diharapkan bersama. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa kepala sekolah SMK Negeri 1 Banda Aceh dalam perencanaan pembinaan kompetensi profesional guru melalui proses menyusun program sekolah, pembinaan dilaksanakan sesuai komponen dalam persiapan pengajaran berdasarkan visi misi tujuan SMK

  Pada penelitian berikutnya yang dilakukan oleh Rizki Yunita Rachma Fajarw ati berjudul “KINERJA KEPALA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA” dalam jurnal pendidikan Fakultas Teknik UNY 2013 dengan variabel penelitiannya adalah kinerja kepala sekolah dan sampelnya sebanyak 162 orang dari guru dan murid kelas produktif SMKN

  2 Depok berdasarkan perhitungan penentuan jumlah sampel dengan tabel Isaac Michael. Rizki mengungkapkan hasil penelitiannya dari aspek kepribadian kepala SMKN 2 Depok menurut pendapat guru diperoleh 76,00% dengan penilaian baik. Menurut murid kepala sekolah mendapat prosentase sebesar 65,12% (baik). Apabila dilihat dari aspek sosial guru berpendapat kinerja kepala sekolah sebesar 76,02% dalam kriteria baik dan Sedangkan menurut murid kinerja dari aspek sosial sebesar 68,06% kriteria baik. Kinerja dari aspek pemberdayaan guru menurut guru memperoleh 68,37% kriteria baik, dan menurut murid 82,15% (sangat baik). Guru berpendapat kinerja kepala sekolah dari aspek pemberdayaan murid diperoleh 73,89% atau baik, menurut murid sebesar 66,91% (baik). Kinerja kepala sekolah dari aspek pengelolaan sarana dan prasarana menurut guru sebanyak 65,57% (baik), sedangkan murid berpendapat kinerja kepala sekolah sebesar 61,50% sudah cukup baik. Menurut guru kinerja kepala sekolah dari aspek supervisi sebesar 76,43% (baik) dan menurut murid sebesar 70,01% (baik). Maka dilihat secara menyeluruh kinerja kepala SMKN 2 Depok memiliki prosentase 72,73% dan menurut murid sebesar 68,96%. Kegiatan manajerial kepala sekolah meliputi pengelolaan guru, pengelolaan murid, dan pengelolaan sarana prasarana sehingga ketiganya menjadi faktor penting untuk berlangsungnya sebuah sekolah. Dan apabila salah satu kegiatan manajerial kepala sekolah tidak dikelola baik, akan mempengaruhi kinerja kepala sekolah.

  Penelitian oleh Sopan Adrianto dalam Jurnal Manajemen Pendidikan, Vol.2 No.1 tahun 2011, halaman 292-

  298 dengan judul “KETERAMPILAN TEKNIS, KETERAMPILAN SOSIAL, KETERAMPILAN KONSEPTUAL, DAN KETERAMPILAN MANAJERIAL TERHADAP KINERJA KEPALA SEKOLAH DASAR NEGERI DI W

  ILAYAH JAKARTA PUSAT”, mengatakan mengungkap ada tidaknya pengaruh ketrampilan teknis, sosial, konseptual, dan manajerial terhadap kinerja kepala SDN di Jakarta Pusat dengan teknik acak sederhana dan menggunakan sebanyak 114 orang dari kerangka sampel. Hasilnya ketrampilan teknis berpengaruh langsung terhadap ketrampilan manajerial kepala sekolah sebesar 15,52% dengan koefisien jalur sebesar 0,394. Ketrampilan sosial berpengaruh langsung terhadap ketrampilan manajerial kepala sekolah sebesar 58,52% dengan koefisien jalur 0,765. Ketrampilan konseptual berpengaruh langsung terhadap ketrampilan manajerial kepala sekolah sebesar 3,50% dan koefisien jalurnya 0,187. Ketrampilan manajerial berpengaruh langsung terhadap kinerja kepala sekolah 48,30% dengan koefisien jalur sebesar 0,695. Sementara pengaruh tak langsung yaitu pengaruh ketrampilan teknis melalui ketrampilan sosial kepala sekolah adalah sebesar 10,22%. Ketrampilan sosial kepala sekolah telah berpengaruh langsung juga tak langsung terhadap ketrampilan manajerial kepala sekolah.

2.4 Kerangka Pikir Penelitian

  Program kinerja manajerial seorang kepala sekolah tentunya mencakup kegiatan manajerial. Kegiatan manajerial seorang kepala sekolah meliputi empat fungsi yaitu perencanaan, pengelolaan, kepemimpinan, dan pengawasan dalam hal pemberdayaan SDM dan pengelolaan sarpras sekolah (aspek manajerial) yang merupakan faktor penting berlangsungnya suatu sekolah. Apabila salah satu fungsi tidak berjalan baik tentunya akan mempengaruhi kinerja kepala sekolah. Untuk itulah kepala sekolah harus mampu mengelola kedua faktor tersebut dengan maksimal, sehingga mutu pendidikan sekolah menjadi lebih baik. Selain aspek manajerial, kepala sekolah juga harus memiliki aspek sosial dalam menjalankan tugas fungsinya untuk menunjang proses dan hasil program sekolah yang dijalankan. Untuk itulah aspek manajerial dan sosial yang dimiliki kepala sekolah perlu dievaluasi dengan CIPP, sehingga dapat diketahui apakah semua program yang dilakukan kepala sekolah sudah sesuai atau belum, perlu dilanjutkan atau dihentikan, bahkan apakah perlu ditindaklanjuti hal-hal yang masih kurang.

  Evaluasi Program kinerja CIPP manajerial

  Kepala Sekolah Pemberdayaan SDM Perencanaan

  Kinerja Pengelolaan Pengelolaan manajerial

  Sarpras Kepemimpinan Kepala sekolah Pengawasan

  Sosial

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Proses dan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Pembelajaran Creative Problem Solving pada Siswa Kelas 5 SDN Blaru 02 Kabupaten Pati Semester I Tahun Pelajaran 2016 / 2017

0 0 46

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Proses dan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Pembelajaran Creative Problem Solving pada Siswa Kelas 5 SDN Blaru 02 Kabupaten Pati Semester I Tahun Pelajaran 2016 / 2017

0 1 67

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Keterampilan Menulis Melalui Pendekatan Inkuiri Siswa Kelas 5 SD Negeri Sidoluhur 02 Pati Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017

0 0 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Bahasa Indonesia SD - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Keterampilan Menulis Melalui Pendekatan Inkuiri Siswa Kelas 5 SD Negeri Sidoluhur 02 Pati Semes

0 0 24

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Keterampilan Menulis Melalui Pendekatan Inkuiri Siswa Kelas 5 SD Negeri Sidoluhur 02 Pati Semester

0 0 22

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Hasil Penelitian Pra Siklus - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Keterampilan Menulis Melalui Pendekatan Inkuiri Siswa Kelas 5 SD Negeri Sidoluh

0 0 35

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Keterampilan Menulis Melalui Pendekatan Inkuiri Siswa Kelas 5 SD Negeri Sidoluhur 02 Pati Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Keterampilan Menulis Melalui Pendekatan Inkuiri Siswa Kelas 5 SD Negeri Sidoluhur 02 Pati Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017

0 0 110

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan dan Implementasi Sistem Pencatatan Hasil Uji Organoleptikdi PT. Gunung Slamat pada Android Platform

0 0 24

Panduan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Dan Modul pengembangan sikap entrepreneurship RPP ini dibuat untuk melengkapi judul penelitian “UPAYA PENGEMBANGAN SIKAP

0 0 22