UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK ROUND ROBIN PADA SISWA KELAS VIB SD NEGERI 004 TELUK BINJAI Yusniar SD Negeri 004 Teluk Binjai

  JMP Online Vol 2, No. 8, 830-843. © 2018 Kresna BIP.

  Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online) e-ISSN 2550-0481

   p-ISSN 2614-7254

  UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK ROUND ROBIN PADA SISWA KELAS VIB SD NEGERI 004 TELUK BINJAI Yusniar SD Negeri 004 Teluk Binjai

  INFORMASI ARTIKEL ABSTRAK

  Dikirim : 20 Agustus 2018 Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk Revisi pertama : 21 Agustus 2018 meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas Diterima : 21 Agustus 2018

  VIB SD Negeri 004 Teluk Binjai melalui penerapan Tersedia online : 31 Agustus 2018 pembelajaran kooperatif teknik Round Robin tahun

  pelajaran 2016/2017. Tindakan yang dilakukan dengan menerapkan pembelajaran kooperatif teknik Round Robin. Kata Kunci : Hasil Belajar Penelitian dilakukan dalam dua siklus. Berdasarkan hasil Matematika, Pembelajaran yang diperoleh selama pelaksanaan penelitian tindakan Kooperatif, Teknik Round Robin kelas, dapat dijelaskan bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I adalah 71,81; dan pada siklus II Email : meningkat menjadi 85,97. Ketuntasan klasikal pada sebelum tindakan adalah sebesar 32%, pada siklus I meningkat menjadi 48%, dan pada siklus II terjadi peningkatan lagi menjadi 90%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif teknik Round Robin telah berhasil meningkatkan hasil belajar Matematika pada siswa kelas VIB SD Negeri 004 Teluk Binjai.

  PENDAHULUAN Latar Belakang

  Kegiatan pembelajaran matematika merupakan bagian dari proses pendidikan di sekolah dan mempunyai peran penting dalam segala jenis kehidupan. Tujuan pembelajaran matematika adalah: (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat dan efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah; (2) menggunakan penalaran pada pola sifat, melakukan manipulasi matematika dan membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan penafsiran solusi yang diperoleh; (4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5) memiliki sifat saling menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (Depdiknas, 2006)

  Dari tujuan pembelajaran matematika di atas bahwa pembelajaran matematika mengajarkan siswa untuk mengembangkan kemampuan dalam menarik kesimpulan, kreatif, mampu menyelesaikan masalah, dan mengkomunikasikan gagasan serta menata cara berpikir dan pembentukan keterampilan matematika untuk mengubah tingkah laku siswa. Perubahan tingkah laku siswa akan terlihat pada akhir proses pembelajaran yang mengacu pada hasil belajar. Hasil belajar dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan efektif tidaknya suatu proses pembelajaran (Sudjana, 2009). Hasil belajar yang diharapkan setiap sekolah adalah hasil belajar matematika yang mencapai ketuntasan. Siswa dikatakan tuntas apabila hasil belajar siswa telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan sekolah (Depdiknas, 2006). KKM yang ditetapkan pada mata pelajaran Matematika Kelas VI SD Negeri 004 Teluk Binjai adalah 75.

  Kenyataan menunjukkan tidak demikian di kelas VIB SD Negeri 004 Teluk Binjai. Ditinjau dari ketuntasan belajar siswa, berdasarkan hasil ulangan harian matematika hanya 10 orang dari 31 orang siswa pada materi pokok bilangan bulat yang mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu 75. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang belum tuntas dalam belajar matematika.

  Berdasarkan pengalaman penulis sebagai guru yang mengajar di kelas VI terhadap proses pembelajaran matematika yang dilaksanakan di kelas, guru dalam pembelajarannya secara berurutan menjelaskan materi, memberikan contoh soal, dan memberikan latihan. Interaksi yang terjadi pada umumnya berlangsung satu arah yaitu dari guru ke siswa. Interaksi siswa dengan siswa lainnya dalam pembelajaran kurang. Kegiatan pembelajaran yang demikian menunjukkan bahwa pembelajaran berpusat pada guru, siswa tidak diarahkan untuk belajar mandiri dan kerjasama.

  Untuk meningkatkan hasil belajar matematika guru telah melakukan usaha perbaikan diantaranya, menerapkan pembelajaran kelompok dan menjelaskan kembali materi tersebut di depan kelas. Pembelajaran kelompok tidak berjalan semestinya karena hanya didominasi siswa yang pintar. Sehingga dapat dilihat kurangnya keterampilan berbagi diantara siswa tersebut.

  Berdasarkan uraian diatas, diharapkan dalam upaya meningkatkan hasil belajar matematika siswa perlu adanya suatu teknik pengajaran yang melibatkan siswa secara aktif. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah di atas adalah dengan menerapkan pembelajaran kooperatif teknik Round Robin.

  Pembelajaran kooperatif teknik Round Robin merupakan suatu model pembelajaran yang mengajarkan keterampilan berbagi, dimana para siswa bergiliran memberikan kontribusi menjawab pertanyaan dalam kelompok. Melalui teknik ini siswa memperoleh kesempatan yang sama dalam berpendapat dan mengurangi dominasi siswa tertentu dalam penentuan jawaban kelompok selama proses pembelajaran berlangsung. Selain itu siswa juga dapat membandingkan jawaban yang diberikan dengan jawaban seluruh anggota kelompok. Siswa juga dapat bertanya, menjelaskan dan merespon jawaban yang diberikan teman kelompoknya. Jadi antar siswa terjadi interaksi dan kesamaan pemahaman materi. Siswa yang telah mengerti menjadi lebih paham karena menjelaskan kepada temannya dan siswa yang kurang paham menjadi terbantu untuk memahami materi pelajaran.

  Dari permasalahan yang telah dikemukakan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan menerapkan pembelajaran kooperatif teknik Round

  

Robin untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIB SD Negeri 004 Teluk Binjai.

  Rumusan Masalah

  Rumusan masalah dalam penelitian ini: “Apakah penerapan pembelajaran kooperatif teknik Round Robin dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIB SD Negeri 004 Teluk Binjai pada materi pokok Operasi Hitung Bilangan Bulat? ”.

  Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIB SD Negeri 004 Teluk Binjai pada materi pokok Operasi Hitung Bilangan Bulat melalui model pembelajaran kooperatif teknik Round Robin.

  Manfaat Penelitian 1.

  Bagi siswa, penerapan pembelajaran kooperatif teknik Round Robin dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIB SD Negeri 004 Teluk Binjai terutama pada materi pokok Operasi Hitung Bilangan Bulat.

  3. Bagi sekolah, tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dijadikan salah satu masukan dalam rangka meningkatkan hasil belajar matematika siswa SD Negeri 004 Teluk Binjai.

  KAJIAN TEORI Hasil Belajar Matematika

  Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan dan kemampuan lain-lain (Sudjana, 2009). Menurut Slameto (2010) bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Sagala (2014) belajar adalah kegiatan individu untuk memperoleh pengetahuan, perilaku dan keterampilan dengan cara mengolah bahan ajar. Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah kegiatan siswa mengolah bahan ajar untuk mendapatkan pengetahuan, perilaku, dan keterampilan sehingga terjadi perubahan tingkah laku.

  Setelah terjadi proses pembelajaran maka pewujudan nilai yang diperoleh siswa melalui proses pembelajaran dinyatakan sebagai hasil belajar. Hasil belajar menurut Djamarah (2010) adalah apa yang diperoleh siswa setelah dilakukan aktivitas belajar. Sedangkan menurut Mudjiono dan Dimyati (2009) hasil belajar merupakan hasil yang dicapai siswa dalam bentuk angka-angka setelah diberikan tes hasil belajar pada setiap akhir pembelajaran. Dan Sudjana (2009) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

  Didalam kurikulum 2006, hasil belajar berkaitan dengan kompetensi. Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku atau kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar yang dinyatakan dengan angka atau skor dari tes hasil belajar yang dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal siswa, serta berkaitan dengan kompetensi yang dicapai setelah proses pembelajaran. Sedangkan hasil belajar matematika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kompetensi yang dicapai siswa setelah proses pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif teknik Round Robin pada materi pokok Operasi Hitung Bilangan Bulat yang dapat dilihat dari skor Ulangan Harian yang diperoleh siswa.

  Pembelajaran Kooperatif

  Lie (2010) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur dan dalam hal ini guru bertindak sebagai fasilitator. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu pembelajaran yang didasarkan kepada paham konstruktivisme. Model pembelajaran ini memberi penekanan pada aspek sosial dalam belajar dengan menggunakan kelompok- kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang siswa dengan struktur kelompok yang heterogen dalam mencapai tujuan (Slavin, 2009). Pembelajaran kooperatif terdiri dari lima komponen yaitu presentasi kelas, kegiatan kelompok, evaluasi, nilai perkembangan dan penghargaan kelompok (Slavin, 2009).

  Pembelajaran Kooperatif Teknik Round Robin

  Pembelajaran kooperatif teknik Round Robin adalah suatu kegiatan yang mengajarkan siswa bagaimana menunggu giliran pada saat bekerja dalam kelompok. Guru dalam pembelajaran ini mengemukakan suatu ide atau mengajukan suatu pertanyaan. Siswa diminta untuk mengajukan sumbangan pikiran. Satu siswa mulai, mengemukakan sumbangan pikiran, dan giliran mengemukakan pendapat diteruskan ke siswa berikutnya, melakukan hal yang sama. Menyumbang pendapat bergiliran itu berlanjut sampai tiap orang di dalam kelompok itu memiliki kesempatan untuk berbicara.

  Penerapan pembelajaran kooperatif teknik Round Robin pada penelitian ini terlihat pada tabel berikut:

  

Tabel 1. Kegiatan Pembelajaran Kooperatif Teknik Round Robin

Tahap Aktivitas Guru dan Siswa

  

1. Menyampaikan tujuan Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan

pembelajaran dan memotivasi memberikan motivasi kepada siswa sesuai dengan

siswa. materi yang akan diajarkan, serta menerangkan

langkah-langkah pembelajaran kooperatif teknik Round

  Robin .

  

2. Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi tentang materi pokok

tertentu yang bertujuan untuk membantu siswa memahami materi yang dipelajari.

  

3. Mengorganisasikan siswa Guru meminta siswa bergabung dalam kelompoknya

dalam kelompok belajar masing-masing dan duduk sesuai dengan nomor urutan

pemberian jawabannya. Kelompok dibentuk oleh guru diluar jam pelajaran dimana tiap-tiap kelompok berjumlah 4 orang siswa yang bersifat heterogen. Siswa menempati kelompok yang ditentukan.

  

4. Membimbing kelompok Guru memberikan LKS kepada setiap siswa, dan

bekerja dan belajar. meminta setiap siswa memberikan jawaban soal yang

diberikan berdasarkan urutan pemberian jawaban dalam masing-masing kelompok. Dalam memberikan jawaban dimulai dari siswa kelompok rendah (nomor 1), lalu dilanjutkan oleh siswa kelompok sedang (nomor 2 dan 3) dan diakhiri oleh siswa kelompok tinggi (nomor 4). Hal ini bertujuan agar setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama dalam menjawab dan menghilangkan dominasi dari siswa tertentu dalam berdiskusi.

  Guru membimbing dan mengarahkan siswa dalam berdiskusi dalam membahas LKS, guru sebagai fasilitator memberikan bantuan jika dibutuhkan siswa dalam mengerjakan LKS. Guru meminta siswa dalam kelompok mendiskusikan jawaban soal untuk menentukan jawaban yang paling tepat untuk dijadikan jawaban kelompok.

  

Lanjutan Tabel 1. Kegiatan Pembelajaran Kooperatif Teknik Round Robin

Tahap Aktivitas Guru dan Siswa

  5. Evaluasi Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompoknya Guru meminta tanggapan siswa tentang soal yang diberikan dengan cara menanyakan soal mana yang

tidak bisa dikerjakan.

Guru bersama siswa membahas soal-soal yang sudah dikerjakan dan memperbaiki jika ada konsep siswa yang keliru. Guru bersama siswa menyimpulkan pelajaran yang baru dipelajari

  Sumber : Olahan Penulis METODE PENELITIAN Subjek, Waktu, dan Tempat Penelitian

  Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIB SD Negeri 004 Teluk Binjai dengan jumlah 31 orang siswa. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 004 Teluk Binjai semester ganjil tahun ajaran 2016/2017.

  Prosedur Penelitian

  Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas Kolaboratif. Menurut Arikunto dkk (2009) Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu perencanaan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam suatu kelas secara bersama.

  Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penerapan pembelajaran kooperatif teknik Round Robin untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIB SD Negeri 004 Teluk Binjai.

  Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari perangkat pembelajaran dan instrumen pengumpul data. Perangkat pembelajaran terdiri dari silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Siswa (LKS). Sedangkan instrumen pengumpul data terdiri dari lembar pengamatan dan soal tes hasil belajar.

  Teknik Pengumpulan Data

  Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, teknik tes, dan dokumentasi. Observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan siswa dan guru saat proses pembelajaran. Tes dilakukan pada akhir pembelajaran.

  Teknik Analisis Data

  Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bemaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2011). Analisis statistik deskriptif bertujuan menggambarkan data tentang aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran dan data tentang ketercapaian indikator siswa pada materi pokok Operasi Hitung Bilangan Bulat.

  Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap siklus dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir siklus. Analisis ini dapat dihitung menggunakan statistik sederhana sebagai berikut:

  (Sudjana, 2009) Perhitungan tingkat ketuntasan belajar siswa dapat dihitung dengan statistika sederhana sebagai berikut:

  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Siklus I

  Pada tahap ini peneliti telah mempersiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari perangkat pembelajaran dan instrumen pengumpul data. Perangkat pembelajaran terdiri dari silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran yang disusun untuk lima kali pertemuan, dan lembar kerja siswa. Instrumen pengumpul data yang digunakan adalah lembar pengamatan untuk setiap kali pertemuan, dan perangkat tes hasil belajar matematika untuk ulangan harian I

  Pada pertemuan pertama ini kegiatan pembelajaran membahas tentang Operasi Hitung Bilangan Bulat yang berpedoman pada RPP-1 dan LKS-1. Berdasarkan pengamatan pengamat, proses pembelajaran belum sesuai dengan perencanaan. Dalam membentuk kelompok belajar, ada siswa yang tidak mau bergabung dalam kelompoknya dan dalam mengerjakan LKS-1 ada siswa yang berkemampuan tinggi tidak mau membantu temannya yang berkemampuan rendah sehingga siswa yang berkemampuan rendah kurang terlibat secara aktif dalam diskusi tersebut. Waktu yang disediakan masih belum cukup sehingga guru tidak sempat memberikan latihan. Selain itu, saat menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan motivasi, suara guru kurang jelas sehingga masih ada siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru tersebut. Rencana yang akan dilakukan pada pertemuan kedua adalah guru akan berusaha dalam mengelola kelas dan memotivasi siswa untuk aktif dalam melakukan diskusi serta menggunakan waktu sebaik-baiknya.

  Pada pertemuan kedua, sebelum memulai pembelajaran guru menanyakan tentang PR yang tidak bisa dikerjakan dan membahasnya serta mengingatkan kembali tentang materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Selanjutnya guru memotivasi siswa yang telah duduk dalam kelompoknya masimg-masing dengan menjelaskan tujuan pembelajaran yang berepedoman pada RPP-2 dan LKS-2. Pada pertemuan kali ini siswa sudah mulai memahami langkah-langkah pembelajaran kooperatif teknik Round Robin.

  Dari hasil pengamatan pengamat, proses pembelajaran sudah mulai mendekati perencanaan siswa sudah mulai memahami pelaksanaan pembelajaran teknik Round

  

Robin. Pada saat mengerjakan LKS-2 ada anggota kelompok yang berjalan-jalan ke

  kelompok lain. Rencana yang dilakukan guru untuk memperbaiki tindakan adalah guru akan berusaha mengarahkan siswa sebaik mungkin agar tidak ada lagi siswa yang bermain-main saat melakukan diskusi. Dan guru akan memotivasi siswa yang belum berani dalam mengeluarkan pendapatnya saat berdiskusi.

  Pada pertemuan ketiga siswa sudah langsung menempati kelompok masing- masing. Pertemuan kali ini diawali dengan membahas tugas rumah yang dianggap sulit bagi siswa dan dilanjutkan dengan memotivasi siswa dengan menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu agar dapat menyelesaikan operasi penjumlahan dan pengurangan pada bilangan pecahan yang berpedoman pada RPP-3 dan LKS-3 serta mengaitkan materi tersebut dengan kehidupan sehari-hari.

  Berdasarkan hasil pengamatan pengamat, pada pertemuan ketiga ini kondisi siswa sudah mulai terkontrol. Hanya saja saat siswa bergabung dan berdiskusi dalam kelompoknya, masih ada siswa yang memanfaatkan kesempatan ini unuk bergurau dengan temannya. Untuk itu, guru akan berusaha menciptakan suasana kelas yang tertib.

  Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I, siswa terlihat masih bingung dalam mengerjakan LKS, hal ini disebabkan karena siswa masih belum terbiasa dengan adanya LKS tersebut. Proses pembelajaran belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Dalam mengerjakan LKS, siswa banyak sekali meminta bantuan peneliti sementara LKS ini seharusnya mereka kerjakan sendiri.

  Nilai perkembangan anggota kelompok pada siklus I diperoleh dari selisih nilai awal dengan ulangan harian I. Nilai perkembangan siswa pada siklus I disajikan pada tabel berikut ini.

  

Tabel 2. Nilai Perkembangan Siswa pada Siklus I

Siklus I Nilai Jumlah Perkembangan Persentase Siswa

  5 5 16%

  10 5 16%

  20 15 48%

  30 6 19%

  Jumlah 31 100%

  Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2017) Setelah diperoleh nilai perkembangan individu yang akan disumbangkan kepada kelompok, kemudian dicari rata-rata nilai perkembangan tersebut dan disesuiakan dengan kriteria penghargaan kelompok yang digunakan, sehingga diperoleh penghargaan masing-masing kelompok. Penghargaan yang diperoleh oleh masing-masing kelompok pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut:

  

Tabel 3. Penghargaan Kelompok Pada Siklus I

Siklus I Nama Kelompok Rata - rata Penghargaan Kelompok

  I 18,75 hebat

  II 16,25 hebat

  III 22,5 hebat

  IV 17,5 hebat

  V 10 baik

  VI 20 hebat

  VII 21 hebat Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2017)

  Dari tabel 3 terlihat bahwa pada siklus I tidak ada kelompok yang mendapat penghargaan sebagai kelompok super. Dari observasi peneliti, selama melakukan tindakan sebanyak tiga kali pertemuan, perencanaan yang tidak sesuai adalah Guru belum mampu mengefisiensikan waktu pada saat mengerjakan LKS sehingga waktu yang digunakan berlebih dari yang sudah ditetapkan. Dan guru kurang jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran dan motivasi kepada siswa. Pada saat siswa mengerjakan LKS, masih adanya anggota kelompok yang belum terlibat secara aktif dalam diskusi. Hal ini disebabkan siswa yang berkemampuan tinggi tidak mau membantu siswa yang berkemampuan rendah. Selain itu, siswa merasa belum terbiasa dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Guru kurang bisa dalam mengorganisasikan siswa sehingga pada saat siswa mengerjakan LKS masih ada siswa yang berjalan ke kelompok lain dan menyebabkan kelas menjadi ribut. Selain itu, guru hanya membimbing sebagian kelompok, sehingga ada beberapa kelompok yang tidak melakukan diskusi dengan baik.

  Rencana yang dilakukan peneliti untuk memperbaiki tindakan adalah Mengatur waktu seefisien mungkin agar waktu dalam pengerjaan LKS sesuai dengan perencanaan sehingga tidak menyita waktu untuk berdiskusi. Dan guru dalam menyampaikan tujuan dan motivasi lebih jelas lagi sehingga bisa mengarahkan perhatian siswa. Guru memberikan motivasi kepada setiap anggota kelompok tentang pentingnya kerjasama dalam kelompok sehingga dalam menyelesaikan suatu permasalahan siswa dapat lebih kreatif dan tidak hanya mengandalkan guru sebagai fasilitator. Guru akan memantau dan membimbing siswa secermat mungkin agar tidak ada lagi siswa yang berjalan ke kelompok lain pada saat mengerjakan LKS sehingga kelas tidak ribut lagi pada saat pembelajaran berlangsung.

  Siklus II

  Pada tahap ini peneliti telah mempersiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari perangkat pembelajaran dan instrumen pengumpul data. Perangkat pembelajaran terdiri dari silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran yang disusun untuk lima kali pertemuan, dan lembar kerja siswa. Instrumen pengumpul data yang digunakan adalah lembar pengamatan untuk setiap kali pertemuan, dan perangkat tes hasil belajar matematika untuk ulangan harian II.

  Pada pertemuan pertama ini guru mengumumkan hasil ulangan harian I yang dilaksanakan pada pertemuan sebelumnya, guru membacakan rata-rata nilai perkembangan setiap kelompok. Kemudian guru mengumumkan bahwa pada pertemuan ini terjadi perubahan kelompok baru yang disusun berdasarkan hasil ulangan harian I. Pada perubahan kelompok baru ini ada siswa yang setuju dan ada juga siswa yang merasa keberatan dengan perubahan kelompok karena mereka sudah merasa cocok dengan kelompoknya. Guru menjelaskan pentingnya perubahan kelompok dalam pembelajaran. Hal ini dilakukan agar siswa dapat merasakan suasana yang berbeda, bisa menyesuaikan diri terhadap perubahan sehingga siswa merasa dekat dengan teman sekelasnya. Setelah guru menjelaskan pentingnya perubahan tersebut akhirnya siswa menerima pembentukan kelompok baru tersebut. Kemudian guru menyuruh siswa duduk di kelompok baru sesuai dengan urutan pemberian jawabannya yang telah dibacakan sebelumnya. Pertemuan kelima ini membahas tentang operasi kali dan bagi bilangan pecahan dengan berpedoman kepada RPP-4 dan LKS-4.

  Berdasarkan hasil pengamatan, pada pertemuan ini guru sudah mulai bisa dalam mengelola kelas walaupun masih ada sebagian kecil siswa yang ribut saat bergabung dengan kelompoknya yang baru. Guru akan berusaha memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam diskusi dan mengatur waktu seefisien mungkin.

  Pada pertemuan kedua ini diawali dengan membahas PR. Guru bersama siswa membahas soal yang dianggap sulit. Pertemuan keenam ini membahas tentang Menaksir bilangan dan pembulatan bilangan baku dengan berpedoman pada RPP-5 dan LKS-5. Pada pertemuan ini, siswa sudah mulai aktif dalam pembelajaran. Maka guru akan terus memberikan semangat kepada siswa untuk belajar.

  Pertemuan ketiga merupakan pertemuan terakhir dalam penyampaian materi pada penelitian ini. Pertemuan ini diawali dengan membahas PR siswa yang dianggap sulit. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan motivasi kepada siswa. Pertemuan ini akan membahas tentang sifat-sifat operasi hitung tambah, kurang,kali dan bagi bilangan pecahan dan kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari yang berpedoman pada RPP-6 dan LKS-6.

  Guru memotivasi siswa dengan menanyakan jumlah siswa laki-laki dan perempuan pada pertemuan itu dan meminta siswa untuk menghitung persentasenya. Disini terlihat keseriusan siswa dalam belajar. Selama siswa bekerja, guru membimbing dan memberikan bantuan kepada kelompok yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan LKS. Pada pekerjaan ini siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan LKS, ini dikarenakan tingkat kesukaran materi ini lebih tinggi dari pada materi sebelumnya.

  Selanjutnya guru meminta masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya di papan tulis. Selanjutnya guru bersama siswa menyimpulkan materi yang baru dipelajari dan menginformasikan bahwa pada pertemuan berikutnya akan diadakan ulangan harian II yaitu pada tanggal 20 Agustus 2016. Soal ulangan harian II diambil dari materi pada pertemuan pertama, kedua dan ketiga.

  Pengamatan pada siklus II, aktivitas guru dan siswa sudah berjalan dengan baik sesuai dengan RPP dan langkah pembelajaran. Hal ini dapat dilihat pada lembar pengamatan. Siswa sudah mulai terbiasa dengan model pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti.

  Berdasarkan uraian diatas secara umum, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif teknik Round Robin telah terlaksana sesuai perencanaan. Berdasarkan lampiran dapat dilihat nilai perkembangan tiap anggota kelompok dan penghargaan kelompok. Nilai perkembangan anggota kelompok pada siklus II diperoleh dari selisih ulangan harian I dengan ulangan harian II. Nilai perkembangan siswa pada siklus II disajikan pada tabel berikut ini.

  

Tabel 4. Nilai Perkembangan Siswa pada Siklus II

Siklus II Nilai Jumlah

  

Perkembangan Persentase

Siswa

  5 1 3%

  10 4 13%

  20 7 23%

  30 19 61%

  Jumlah 31 100%

  Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2017) Setelah diperoleh nilai perkembangan individu yang akan disumbangkan kepada kelompok, kemudian dicari rata-rata nilai perkembangan tersebut dan disesuiakan dengan kriteria penghargaan kelompok yang digunakan, sehingga diperoleh penghargaan masing-masing kelompok. Penghargaan yang diperoleh oleh masing-masing kelompok pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut:

  

Tabel 5. Penghargaan Kelompok Pada Siklus II

Siklus II Nama Kelompok Rata - rata Penghargaan Kelompok

  I 23,75 super

  II 25 super

  III 25 super

  IV 25 super

  V 26 super

  VI 22 hebat

  VII 24 super Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2017)

  Untuk siklus II sudah mulai lebih baik dari siklus I. Keterlaksanaan pembelajaran pada siklus II ini sudah sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran yang direncanakan. Siswa sudah mengerti dengan langkah pembelajaran, sehingga tidak terlalu banyak kesalahan yang dilakukan. Siswa sudah berani untuk mengeluarkan pendapatnya saat berdiskusi. Untuk siklus II ini peneliti tidak melakukan perencanaan untuk siklus berikutnya. Hasil refleksi peneliti serahkan kepada guru sebagai bahan masukan untuk perbaikan ke depan.

  Pembahasan

  Berdasarkan analisis hasil penelitian, diperoleh kesimpulan tentang aktivitas siswa dan guru, dan ketercapaian indikator. Dari analisis data tentang aktivitas siswa dan guru telah sesuai dengan perencanaan. Berdasarkan pengamatan peneliti selama proses pembelajaran di kelas VIB SD Negeri 004 Teluk Binjai, terlihat sebagian besar siswa bersemangat dan partisipatif dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan, dimana melalui tahapan pembelajaran yang diterapkan, siswa dituntun untuk aktif dalam pembelajaran sehingga pembelajaran yang dilakukan tidak hanya didominasi oleh siswa yang pintar saja. Selain itu siswa berusaha memahami materi dengan cara bertanya pada teman, bertanya pada guru dan menyimak penjelasan teman yang menampilkan hasil diskusi. Hal ini juga terlihat kemajuan belajar siswa, dimana siswa lebih berani menyampaikan pendapatnya ketika berdiskusi dan presentasi di depan kelas dan mampu menyelesaikan soal yang diberikan guru dengan baik. Analisis data tentang ketercapaian indikator, berdasarkan lampiran J diperoleh fakta bahwa terjadi peningkatan jumlah siswa yang mencapai indikator sesudah tindakan dibandingkan jumlah siswa yang mencapai indikator sebelum tindakan.

  Selama proses penelitian ini ada beberapa kendala yang ditemui oleh peneliti diantaranya dari analisis aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran aktivitas siswa masih kurang lancar, pada pertemuan pertama siswa belum terbiasa dengan teknik pembelajaran yang diterapkan, beberapa siswa tidak peduli dengan pencapaian tujuan pembelajaran. Selain itu siswa sulit diajak bekerja sama dengan sesama anggota kelompok, beberapa dari mereka ada yang hanya membahas secara individu dan tidak mau mengajar temannya yang berkemampuan rendah. Dan pada saat mengerjakan LKS, ada siswa yang hanya mencatat jawaban dari temannya tanpa memberikan pendapatnya terlebih da dan berdiskusi. Guru belum mampu mengefisiensikan waktu pada saat mengerjakan LKS sehingga waktu yang digunakan berlebih dari yang sudah ditetapkan. Dan guru hanya membimbing sebagian kelompok, sehingga ada beberapa kelompok yang tidak melakukan diskusi dengan baik.

  LKS pada penelitian ini belum sempurna, dimana LKS hanya berbentuk algoritma yang harus diikuti oleh siswa, sehingga mengakibatkan siswa tidak bisa menganalisa soal dengan baik. Seharusnya LKS bisa mengarahkan siswa untuk lebih berpikir dalam menganalisa setiap soal atau permasalah yang ada pada LKS tersebut. Selain itu pada RPP dan LKS antara indikator dengan tujuan pembelajaran belum sesuai, seharusnya indikator harus sesuai dengan tujuan pembelajaran dan materi yang ada pada LKS.

  Dari analisis hasil tindakan nilai ulangan harian I dan II lebih baik dibanding skor dasar. Selain itu, jumlah siswa yang mencapai KKM meningkat setelah tindakan. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut.

  

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa

Jumlah Siswa Interval Sebelum Siklus I Siklus II Tindakan

  • 50

  54

  1

  2

  55

  59

  2 2 -

  • 60

  64

  2

  2

  65

  69

  7

  3 1 -

  • 70

  74

  9

  7

  2

  • 75

  79

  6

  8

  3

  • 80

  84

  4

  4

  4

  85

  89

  1

  10

  90

  94

  2

  5

  • 95 100

  6 Jumlah Siswa yang

  10

  15

  28 Mencapai KKM 75 Persentase Jumlah

Siswa Mencapai 32% 48% 90%

KKM 75

  Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2017) Hasil analisis yang diperoleh pada penelitian ini melalui penerapan pembelajaran kooperatif teknik Round Robin menunjukkan jumlah siswa yang mencapai KKM pada ulangan harian I dan II lebih tinggi dibanding skor dasar. Ini berarti bahwa skor hasil belajar siswa setelah tindakan lebih tinggi dibanding skor hasil belajar siswa sebelum tindakan. Hal ini menunjukkan bahwa skor hasil belajar matematika siswa setelah penerapan pembelajaran kooperatif teknik Round Robin lebih baik dari skor dasar. Jadi, hasil analisis tindakan ini mendukung hipotesis tindakan yang diajukan yaitu penerapan pembelajaran kooperatif teknik Round Robin dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIB SD Negeri 004 Teluk Binjai .

  KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

  Dari hasil penelitian yang telah peneliti lakukan dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif teknik Round Robin dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIB SD Negeri 004 Teluk Binjai tahun pelajaran 2016/2017. Hal ini dapat dibuktikan dengan analisis data sebagai berikut: nilai rata- rata hasil belajar siswa pada siklus I adalah 71,81; dan pada siklus II meningkat menjadi 85,97. Ketuntasan klasikal pada sebelum tindakan adalah sebesar 32%, pada siklus I meningkat menjadi 48%, dan pada siklus II terjadi peningkatan lagi menjadi 90%.

  Saran

  Melalui penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengemukakan saran-saran yang berhubungan dengan penerapan pembelajaran kooperatif teknik Round Robin dalam pembelajaran matematika, diantaranya:

  1. Penerapan pembelajaran kooperatif teknik Round Robin dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pembelajaran yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

  2. Dalam proses pembelajaran, guru hendaknya dapat mengatur waktu sebaik mungkin dalam menggunakan pembelajaran melalui penerapan pembelajaran kooperatif teknik Round Robin sehingga pada saat pelaksanaan semua kegiatan yang telah direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik.

  DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

  Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas. Djamarah, Bahri Syaiful dan Zain Aswan. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di

Ruang-Ruang Kelas Cet. Ke – 7. Jakarta: PT. Widia Sarana Indonesia

  Sagala, Syaiful. 2014. Konsep Dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Slavin, RE. 2009. Cooperatif Learning Teori, Riset, dan Praktik. Terjemahan Nurulita.

  Bandung: Nusa Media. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

  Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya. Sugiyono. 2011. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.