PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING PADA PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS SISWA KELAS V Ester Widi Sayuti

  JMP Online Vol 2, No. 7, 643-656. © 2018 Kresna BIP.

  Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online) e-ISSN 2550-0481

   p-ISSN 2614-7254

  PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING PADA PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS SISWA KELAS V 1) 2) 3) Ester Widi Sayuti , Firosalia Kristin , Indri Anugraheni Universitas Kristen Satya Wacana

  INFORMASI ARTIKEL ABSTRAK

  Dikirim : 19 Juli 2018 Penelitian ini dilakukan dengan tujuan 1) untuk Revisi pertama : 25 Juli 2018 mendiskripsikan penerapan model pembelajaran Diterima : 25 Juli 2018 Discovery Learning, 2) untuk meningkatkan kemampuan Tersedia online : 30 Juli 2018 analisis dan hasil belajar IPA melalui model pembelajaran

  Discovery Learning. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas dengan mengunakan Kata Kunci : Discovery Learning, model Kemmis dan Mc taggart. Hasil penelitian diperoleh Kemampuan Analisis, Hasil Belajar dengan menggunakan teknik tes dan non tes sedangkan 1) kemampuan analisis menggunakan analisis data diskriptif Email : 2) komparatif. Hasil penelitian menunjukan aktivitas guru, , 3) aktivitas siswa, kemampuan analisis siswa dan hasil belajar IPA mengalami peningkatan, hal ini terlihat dari presentase aktivitas guru dari rata-rata siklus I sebesar 55,66 menjadi rata-rata skor 71,67 pada siklus II . aktivitas analisis siswa capaian indikator 1 skor 71, indikator 2 skor 78. indikator 3 skor 66. Hasil belajar mata pelajaran IPA mengalami peningkatan pada pra siklus(35,72%) dengan nilai rata-rata 64,64, siklus I (75%) nilai rata-rata sebanyak 72,64 dan siklus II (92,86%)

mencapai rata-rata 78,75.

  PENDAHULUAN

  Pendidikan sangatlah penting khususnya pada abad 21 dikarenakan tuntutan akan sumber daya manusia yang semakin tinggi pada aspek kualitas. Kualitas yang dimiliki individu dan kemampuan berkompetisi menjadi salah satu syarat yang harus dimiliki untuk menghadapi abad 21 kususnya pada dunia pendidikan (Damayanti, 2016:1). Pendidikan memiliki peranan penting dalam perkembangan suatu bangsa. Pendidikan dapat menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas (Anugraheni, 2017:2016). Pendidikan merupakan proses yang dilakukan secara terus menerus untuk mengembangkan kemampuan individu dan bertujuan mewujudkan perubahan ke arah yang lebih baik agar dapat mengikuti perkembangan zaman (Safitri, 2016:2).

  Proses pendidikan berkaitan erat dengan tujuan pembelajaran, metode pembelajaran serta lingkungan belajar yang akan mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran. Penerapan tujuan pembelajaran menjelaskan batasan pembelajaran yang akan dilaksanakan, tujuan yang akan diterapkan akan menjadi tolak ukur keberhasilan pembelajaran. Pencapaian hasil pembelajaran dipengaruhi oleh metode yang digunakan dalam pembelajaran dimana metode pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik siswa sehingga mampu mendorong siswa untuk belajar secara nyaman dan kondusif. Proses pembelajaran erat kaitannya dengan kegiatan belajar, dimana belajar merupakan aktivitas yang berproses, dalam berproses siswa diharapkan akan mengalami perubahan secara bertahap. Perubahan yang terjadi pada siswa diarahkan kearah yang lebih positif dan lebih maju dari keadaan sebelumnya (Widoyoko, 2014:30). Proses pengajar pendidik perlunya memilih kegiatan-kegiatan yang mampu menumbuhkan tingkat pemahaman peserta didik (Anugraheni 2017:248).

  Kegiatan pembelajaran di kelas 5 SD Selomirah telah dilaksanakan sesuai dengan langkah-lanhkah yang terdapat pada buku guru kurikulum 2004, namun langkah-langkah kegiatan yang dilaksanakan pada mata pelajaran IPA kurang memfasilitasi siswa untuk memahami materi IPA yang bersifat ilmiah atau penelitian. Hal ini menyebabkan kurangnya kemampuan siswa untuk menjelaskan ketika menghadapi soal yang membutuhkan penalaran dan penjelasan. Hal ini terlihat ketika guru memberikan soal yag membutuhkan penjelasan hanya 3 siswa yang mengangkat tangan dan mau menjelaskan. penjelasan yang diberikan siswa hanya sederhana dan belum mendalam. Selain hal itu siswa juga tidak bertanya mengenai materi yang diajarkan oleh guru selama pembelajaran berlangsung. Artinya siswa kurang dalam menganalisis materi pembelajaran sehingga kurangnya kemampuan siswa dalam menguraikan situasi atau keadaan tertentu atau pengetahuan yang telah ia dapatkan kedalam unsur-unsur atau komponen pembentuknya. Hal ini terlihat dari kurangnya kemampuan siswa dalam menjelaskan.

  Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan guru kelas 5, diketahui bahwa kemampuan analisis siswalah yang masih kurang sehingga diperlukan perbaikan. Rendahnya kemampuan analisis siswa terbukti berdasarkan hasil observasi awal yang hanya mendapat skor total secara klasikal 132 (tidak analisis) dari 3 indikator yang telah disiapkan dengan rentang nilai setiap indikator 1-3. Rndahnya kemampuan analisis juga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil ulangan harian mata pelajaran IPA pada kondisi awal terdapat 15 siswa dari 28 siswa yang belum mencapai kreteria ketuntasan minimal KKM (≥67) dengan presentase (53,57%). Sedangkan yang telah mencapai KKM (≥67) hanya 13 siswa dengan presentase 46,63% dan rata-rata kelas yang diperoleh 6,4 89. Dengan demikian berarti hasil belajar mata pelajaran IPA belum maksimaldan cenderung rendah.

  Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, peneliti menguraikan masalah sebagai berikut:

  1. Bagaimana penerapan model pembelajaran Descovery Learning mampu meningatkan kemampuan analisis siswa pada pembelajaran IPA di kelas V SD Negeri Selomirah? 2. Apakah dengan penerapan model pembelajaran Descovery Learning dapat meningkatkan kemampuan analisis siswa kelas V SD Negeri Selomirah pada mata

  pelajaran IPA ? Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah:

  1. Menerapkan model pembelajaran Discovery Learning untuk meningkatkan proses belajar muatan IPA pada siswa kelas 5 SD Negeri Selomirah tahun ajaran 2017/2018.

  2. Meningkatkan kemampuan analisis siswa kelas 5 SD Negeri Selomirah bengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning dalam pembelajaran IPA kelas 5 SD Negeri Selomirah tahun ajaran 2017/2018.

  KAJIAN PUSTAKA Model Discovery Learning

  Model Discovery Learning merupakan pembelajaran yang didasarkan pada penemuan dan berdasarkan pandangan konstruktivisme yang menekankan pentingnya pemahaman struktur ide-ide penting terhadap suatu disiplin ilmu, melalui keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Menurut Wilcox (Hosanan, 2014 : 281), dalam pembelajaran dengan penemuan, siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka.

  Kristin (2016:92) menyebutkan ciri utama model Discovery Learning adalah sebagai berikut: 1) berpusat pada siswa; 2) mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menghubungkan, dan menggeneralisasi pengetahuan; serta 3) kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada. Pelaksanaan model pembelajaran Discovery Learning meliputi kegiatan (1) guru menjelaskan tujuan pembelajaran; (2) Guru membagi petunjuk praktikum/Eksperimen; (3) peserta didik melaksanakan eksperimen dibawah pengawasan guru; (4) guru menunjukan gejala yang diamati; (5) peserta didik menyimpulkan hasil eksperimen (Sani, 2014:98).

  Sintak yang digunakan dalam penelitian ini adalah sintak yang dikemukakan tujuan belajar, motivasi, dan memberikan penjelasan ringkas. Kemudian mengajukan permasalahan atau pernyataan yang terkait dengan topik yang dikaji. Selanjutnya membagi kelompok untuk merumuskan hipotesis dan merencanakan percobaan atau mempelajari tahapan percobaan yang dipaparkan oleh guru. Langkah berikutnya guru memfasilitasi kelompok dalam melaksanakan percobaan/investigasi. Kelompok melakukan percobaan untuk menguji hipotesis dilanjutkan menganalisis dan mengorganisasikan data serta membuat laporan pengamatan langkah yang terahir kelompok memaparkan hasil investigasi dan mengemukakan konsep yang ditemukan. Pada akhir pembelajaran guru membimbing peserta didik untuk mengkonstruksikan konsep berdasarkan hasil investigasi.

  Kemampuan Analisis siswa

  Kemampuan analisis merupakan salah satu tahapan pada ranah kognitif, seperti yang dikemukakan oleh sudjana dalam bukunya berjudul Penilaian Hasil Proses

  

Belajar Mengajar 2012:27, yang mengemukakan 6 tingkatan pada ranah kognitif yang

  secara hirarki saling berurutan sebagai berikut: (1) Tingkatan Pengetahuan (Knowledge),(2) Tingkat Pemahaman (comprehension), (3) Tingkat Penerapan (Application), (4) Tingkat Analisis (Analysis), (5) Tingkat Sintesis (Synthesis), dan (6) Tingkat Evaluasi (Evaluation).

  Andrison dan Katwohl (2010:120) meningkatkan ketrampilan siswa dalam menganalisis materi pelajaran merupakan tujuan dalam banyak bidang studi. Guru- guru sain, ilmu sosial, humaniora, dan kesenian kerap kali menjadikan “belajar menganalisis” ingin mengembangkan kemampuan siswa untuk Membedakan fakta dari opini (atau realitas dari khayalan), Menghubungkan kesimpulan dengan pernyataan- pernyataan pendukungnya, Membedakan materi yang relevan dari yang tiak relevan, Menghubungkan ide-ide, Membedakan ide-ide pokok dari ide-ide turunannya atau menentukan tema-tema puisi atau musik dan Menemukan bukti pendukung tujuan pengearang.

  Indikator kemampuan analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menganalisis unsur, menganalisis hubungan dan menganalisis prinsip-prinsip orientasi. Joolingen (dalam Rohim, dkk, 2012:2) menjelaskan b ahwa “discovery learning adalah suatu tipe pembelajaran dimana siswa membangun pengetahuan mereka sendiri dengan mengadakan suatu percobaan dan menemukan sebuah prinsip dari hasil perobaan.

  

Discovery learning adalah strategi pembelajaran yang cenderung meminta siswa untuk

  melakukan observasi, eksperimen, atau tindakan ilmiah hingga mendapatkan kesimpulan dari hasil tindakan ilmiah tersebut (Saifuddin, 2014:108)

  Hasil Belajar

  Menurut Bell Gredier (Kosasih, 2013:1) mendefinisikan belajar sebagai proses memperoleh berbagai kemampuan, ketrampilan, dan sikap. Belajar merupakan tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil pengalaman dan intelektual dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindakan belajar dan tindakan mengajar

  (Damayanti & Mudjiono, 2013: 3). Hasil belajar adalah pengalaman yang diperoleh afektif, dan psikomotorik (Rusman, 2012:123). Hasil belajar dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi guru dan sisi siswa. Dari sisi siswa hasil belajar merupakan peningkatan mental yang lebih baik dari keadaan sebelum mengalami proses belajar. Hasil belajar pada penelitian ini adalah hasil belajar kognitif muatan IPA pada materi sifat-sifat cahaya. penilaian hasil belajar kognitif dilakukan dengan pemberian soal tes tertulis dalam bentuk pilihan ganda dan uraian dan penugasan berbentuk tugas pengamatan.

  Setelah melakukan kajian tentang teori-teori yang relevan, perlunya kajian tentang penelitian terdahulu yang relevan dan senada dengan penelitian ini. Penelitian yang dilakukan oleh Firosalia Kristin dengan judul Analisis Model Pembelajaran Discovery Learning dalam meningkatkan hasil belajar siswa SD. Berdasarkan hasil analisis ternyata model pembelajaran discovery learning mampu meningkatkan hasil belajar siswa mulai dari yang terendah 9% sampai yang tertinggi 27% dengan rata-rata 17,8% (Kristin, 2016:9).

  Penelitian yang dilakukan endang Setyowati dkk (Setyowati, Kristin, & Anugraheni, 2018), hasil penelitian menunjukan Kreativitas Prasiklus siswa kelas V sedang 6 (27,3%), rendah 16 (72,7%). siklus I 5 (22,7%) tinggi, 10 (45,5%) sedang dan 7 (31,8%) sangat rendah. Siklus II 4 (18%) sangat tinggi, 9 (41%) tinggi dan 9 (41%) rendah. Sedangkan hasil belajar siswa prasiklus Bahasa Indonesia 10 (46%).

  Siklus I 14 (64%) pada siklus II 18 (82%). IPA prasiklus 9 (41%), siklus I 13 (59%), siklus II 18 (82%). SBDP prasiklus 12 (54,5%), siklus I 16(73%), siklus II 19(86%).

  Penelitian yang dilakukan oleh Rimang Narayani dkk (Narayani, 2015), hasil penelitian menunjukan bahwa berdasarkan hasi yang diperoleh menunjukan proses pembelajaran matematika menurut pendekatan saintifik di SD Negeri 1 Gianyar memiliki kadar kesaintifikan tinggi pada kelas 5 B yaitu 36,29 dan kadar kesaintifikan sedang yaitu 17,18 pada kelas 5A, berdasarkan hasil perhitungan uji-t antara kelas 5B dan kelas 5A mendapat nilai t sebesar 75,979 (p=0,000) sehingga hasilnya signifikan. Jadi terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan kadar pendekatan saintifik tinggi dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan kadar pendekatan saintifik sedang.

  METODE PENELITIAN Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian

  Subjek dalam penelitian adalah siswa kelas 5 SD Negeri Selomirah yang berjumlah 28 siswa yang terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeru Selomirah dan penelitian dilaksanakan pada bulan April 2018.

  Jenis Penelitian

  Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini menggunakan model spiral dari C. Kemmis dan Mc. Taggart.R yang terdiri dari tiga tahap yaitu rencana, tindakan, dan observasi serta refleksi (Wiriaatmaja, 2010).

  Berdasarkan prosedur penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Mc

  

Learning pada siswa kelas 5 SD Negeri Selomirah akan dilaksanakan dalam 2 iklus

  kegiatan dalam 1 semester tahun ajaran 2017/2018. Salam 1 siklus dilakukan kegiatan pembelajaran sebanyak 3 kali pertemuan yang terdiri dari dua kali pertemuan tatap muka dan satu kali pertemuan evaluasi. Pada akhir siklus 1 maupun siklus 2 guru dan peneliti melakukan refleksi untuk menilai atau mengukur tingkat keberhasilan model

  

Discovery Learning dalam meningkatkan kemampuan berpikir analisis siswa kelas 5

  SD Negeri Selomirah. Apabila pembelajaran pada siklus II telah memenuhi pencapaian untuk aktivitas guru cukup berhasil, aktivitas siswa minimal cukup aktif, kemampuan analisis siswa cukup analisis, dan ketuntasan yang diperoleh siswa mencapai 80% siswa tuntas. Maka pemebelajaran dengngan model Discovery Learning pada mata

  pelajaran IPA dinyatakan berhasil dan tidak perlu diadakan perbaikan. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik tes dan teknik non tes. Teknik tes dilakukan dengan pemberian soal evaluasi yang berbentuk soal pilihan ganda yang digunakan untuk mengukur hadil belajar yang diperoleh siswa.teknik non tes digunakan untuk mengukur proses pembelajaran dengan model

  Discovery Learning dalam aktivitas kinerja Guru dan aktivitas kinerja siswa.

  Teknik Analisis Data

  Data yang diperoleh dari Pelaksanaan penelitian tindakan kelas merupakan data yang berbentuk kualitatif. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif dengan statistik diskriptif. Data hasil belajar diperoleh dari hasil evaluasi yang dilakukan pada akhir pembelajaran pada siklus I dan siklus II. Analisis data hasil belajar dilakukan dengan analisis data diskriptif Komparatif yaitu membandingkan hasil belajar berdasarkan nilai evaluasi pada setiap siklus.

  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Deskripsi Pra Siklus

  Berdasarkan data yang diperoleh dari sekolah baik itu melalui wawancara dan hasil tes mata pelajaran IPA yang diberikan oleh guru kelas 5 SD Negeri Selomirah semester II diperoleh data yaitu dari 28 siswa diketahui siswa yang mampu mencapai

Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM) dengan nilai ≥67 diperoleh sebanyak 10 siswa dengan presentase 35,72%, dan siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 18 siswa

  64,28% dengan rata-rata kelas hanya 64,89. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan aktivitas belajar siswa kurang antusias dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Hal ini terlihat dari aktifitas belajar siswa di kelas yang hanya terpacu pada buku LKS dan melakukan kegiatan mengerjakan soal sehingga siswa cenderung kurang antusias dalam belajar.

  Deskripsi Siklus 1

  pelaksanaan tindakan dan observasi, serta refleksi. Pelaksanaan siklus 1 dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan pada hari Senin, Rabu dan Kamis dan pada tanggal 9 April 2018 sampai 12 April 2018. Sebelum dilakukannya pembelajaran peneliti menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan model pembelajaran

Discovery Learnian pada Mata pelajaran IPA yaitu tentang sifat-sifat cahaya.

Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dilakukan bersama dengan guru kelas 5 sebagai kolabolator dalam penelitian ini. Peneliti dalam pelaksanaan pebelajaran juga menyiapkan lembar observasi Guru untuk mengetahui aktivitas guru selama proses pembelajaran dan juga lembar observasi siswa sebagai kontrol aktivitas siswa. Lain dari itu peneliti juga mempersiapkan alat percobaab berupa karton tebal, senter dan lilin, macam-macam cermin, kertas, plastik dan lain-lain yang dipakai dalam melakukan peraktik IPA. Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan bantuan guru kelas 5 sebagai observer dan melakukan dokumentasi, sedangkan penulis sebagai pengajar.

  Pada pelaksanaan siklus I pertemuan 1 diketahui hasil observasi berupa tahapan proses pembelajaran yang dilakukan oleh observer dibagi menjadi tiga yaitu observasi tahap aktivitas guru, aktivitas siswa dan kemampuan analisis siswa. Hasil observasi yang diperoleh dari aktivitas guru yang terdiri dari 30 item, hasil observasi aktivitas siswa yang terdiri dari 20 item dan hasil observasi berfikir analisis siswa dengan 3 indikator. Hasil aktivitas guru pasa siklus I pertemuan 1 dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini:

  

Tabel 1. Hasil Observasi Aktivitas Kinerja Guru Siklus I

Skor No Aspek yang Diamati Indikator Pertemuan 1 Pertemuan 2

  1. Kegiatan Awal 1-10

  44

  38

  2. Kegiatan Inti 11-26

  53

  62

  3. Kegiatan Penutup 26-30

  16

  16 Total Skor 103 116

  Presentase 75% 87,5%

  Cukup Berhasil Berhasil

  Kategori Rata-Rata Presentase Siklus I 81.25% (Berhasil)

  Sumber: Hasil Penelitian, diolah (2018) Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui bahwa penerapan model pembelajaran

  

Discovery Learning pada siklus 1 mampu meningkatkan aktivitas kinerja guru pada

  pertemuan pertama dengan perolehan skor 103 presentase 75% termasuk dalam kategori Cukup Berhasil. Pada pertemuan 2 siklus I aktivitas kinerja guru mengalami peningkatan dengan skor 116 presentase 87% termasuk dalam kategori Berhasil. Keberhasilan aktivitas kinerja guru pada siklus I rata-rata mencapai 81,25% dan termasuk dalam kreteria berhasil.

  Seiring dengan keberhasilan peningkatan aktivitas guru pada proses pembelajaran menggunakan model Discovery Learining, kinerja aktivitas siswa juga mengalami peningkatan.

  Aktivitas siswa yang terdiri dari 20 indikator dengan rentang skor 1-5 disajikan

  

Tabel 2 .Hasil Observasi Aktivitas Kinerja Siswa Siklus I

Skor No Aspek yang diamati Indikator Pertemuan 1 Pertemuan 2

  1. Kegiatan Awal 1-5

  18

  20

  2. Kegiatan Inti 6-15

  26

  34

  3. Kegiatan Penutup 16-20

  19

  22 Total Skor

  63

  76 Presentase 63,5% 76%

  Kategori Cukup Aktif Aktif Rata-Rata Presentase Siklus 1 69,75% (Cukup Aktif)

  Sumber: Hasil Penelitian, diolah (2018) Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui peningkatan aktivitas kinerja siswa pada siklus I. Ada pertemuan pertama diperoleh skor 63 dengan presentase 63,5% termasuk dalamkategori Cukup Aktif. Pertemuan ke dua siklus I juga mengalami peningkatan dengan perolehas skor 76 dengan presentase 76% dan termasuk kategori Aktif. Rata- rata presentase aktivitas kinerja siswa pada siklus I mencapai 69,75% dengan kategori cukup aktif.

  Rerleksi terhadap hasil siklus I berdasarkan pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning pada mata pelajaran IPA yaitu, ketika melakukan pengamatan didalam kelompok siswa sudah melakukan pengamatan dan berpendapat dengan baik. Selain itu siswa juga mau bertanya kepada teman dan guru ketika menemukan hal baru yang didapat dari kegiatan mengamati. Hasil perolehan aktivitas guru dan aktivitas siswa mengalami peningkatan dari pembelajaran sebelumnya. namun masih terdapat kendala-kendala kecil yang menyebabkan belum seluruhnya mencapai indikator aktivitas siswa dan aktivitas guru yang ditetapkan. Maka dari itu masih perlu peningkatan proses belajar mengajar.

  Deskripsi Siklus 2

  Siklus II merupakan upaya tindak lanjut dari siklus I dengan melakukan perencanaan pada siklus II yang dilakukan sama dengan siklus I tetapi dilakukan perbaikan rencana berdasarkan refleksi siklus I. Pelaksanaan siklus II terdiri dari 3 kai pertemuwan yaitu dua kali pertemuan tatap muka dan 1 kali pertemuan evaluasi. Pelaksanaan tindakan pada siklus II meliputi tahap perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan dan observasi serta refleksi. Sebelum melaksanakan siklus II, guru bersama kolaborator menyusun rencana pembelajaran (RPP) dengan menggunakan model

Discovery Learning pada mata pelajaran IPA dengan materi sifat-sifat cahaya. menyiapkan alat dan media pembelajaran, lembar aktivitas guru dan siswa, instrumen evaluasi dan lembar kerja siswa dan kelompok. Tahap pelaksanaan siklus II delakukan oleh peneliti dengan menerapkan model Discovery Learning yang telah disusun pada tahap sebelummya. Observasi dilakukan oleh observer untuk mengamati aktivitas kinerja guru dan aktivitas kinerja siswa dan aktivitas analisis siswa. Setelah pelaksanaan tindakan, dilakukan kegiatan refleksi secara keseluruhan dari pelaksanaan Berdasarkan pengamatan proses pembelajaran IPA dangan model Discovery

  

Learning pada siswa kelas 5 SD Negeri Selomirah, diperoleh data proses belajar siklus

  II. Aktivitas kinerja guru dalam proses pembelajaran terdiri dari 30 indikator dengan rentang skor 1-5 disajikan dalam tabel 3 berikut:

  

Tabel 3. Hasil Observasi Aktivitas Kinerja Guru Siklus II

Skor No Aspek yang Diamati Indikator Pertemuan 1 Pertemuan 2

  1. Kegiatan Awal 1-10

  43

  45

  2. Kegiatan Inti 11-26

  60

  68

  3. Kegiatan Penutup 26-30

  16

  20 Total Skor 119 133

  Presentase 87,5% 88,1%

Kategori Berhasil Sangat berhasil

Rata-rata Per Siklus 87,8% (Sangat Berhasil)

  Sumber: Hasil Penelitian, diolah (2018) Berdasarkan tabel 3, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan aktivitas guru pada siklus II pertemuan pertama dan pertemuan kedua. Pertemuan pertama diperoleh skor 119 presentase 87,5% dan pada pertemuan kedua dengan perolehan skor 133 presentase 88,1%. Pada pertemuan pertama dinyatakan dalam kategori berhadil dan pertemuan ke dua dinyatakan dalam kategori sangat berhasil. Sehingga diperoeh rata- rata kenerja aktivitas guru pada siklus II dalam kategori sangat baik dengan presentase 87,8%.

  Kemudian aktivitas siswa dalam pelaksanaan model pembelajaran Discovery

  

Learning pada Mata pelajaran IPA dengan jumlah 20 indikator dalam rentang skor 1-5

  disajikan pada tabel 4 berikut:

  

Tabel 4. Hasil Observasi Aktivitas Kinerja Siswa Siklus II

Skor No Aspek yang Diamati Indikator Pertemuan 1 Pertemuan 2

  1. Kegiatan Awal 1-5

  21

  23

  2. Kegiatan Inti 6-15

  36

  41

  3. Kegiatan Penutup 16-20

  24

  25 Total Skor

  81

  89 Presentase 87,5% 88,5% Aktif Sangat Aktif

  Kategori Rata-Rata Presentase Siklus 1 88% (Sangat Aktif)

  Sumber: Hasil Penelitian, diolah (2018) Berdasarkan tabel 4, dapat dilihat bahwa peningkatan aktivitas siswa mengalami peningkatan pada siklus II. Peningkatan terjadi pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua dengan perolehan skor 81 pada, pertemuan presentase 87,5% dan pertemuan ke dua dengan perolehan skor 89 dengan presentase 88,5%. Peningkatan aktivitas siswa pada pertemuan pertama termasuk kategori aktif dan pada pertemuan kedua tergolong sangat aktif. Rata-rata perolehan presentase pada siklus II sebanyak Pada akhir proses siklus II, berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas kinerja guru ternyata mengalami peningkatan yang cukup pesat dibandingkan dengan pertemuan-pertemuan pada siklus I. Hal ini dapat ditunjukan dengan hasil observasi guru yang dapat mencapai 87,8% dimana presentase tersebut termasuk dalam kategori sangat berhasil. Hal yang sejalan dengan itu, aktivitas kinerja siswa juga mengalami peningkat yang pesat dengan perolehan presentase sebesar 88% dengan kategori sangat aktif dalam mengikuti pembelajaran. Secara keseluruhan pelaksanaan pembelajaran pada siklus II telah terlaksana dengan sangat baik. Keberhasilan ini didukung oleh guru yang melakukan perbaikan pada kelemahan-kelemahan yang dilakukan pada siklus I, sehingga penerapan model Discovery Learning pada mata pelajaran IPA dinyatakan berhasil meningkatan proses kinerja guru dan siswa.

  Analisis Kopearatif Proses Pembelajaran

  Setelah dilakukannya pengamatan terhadap proses pembelajaran Discovery

  

Learning dari pra siklus, siklus I dan siklus II telah diperoleh perbandingan data hasil

  observasi aktivitas belajar yang dapat dilihat pada tabel 5 berikut:

  

Tabel 5. Perbandingan Proses Belajar Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

No Tindakan Pra siklus Siklus I Siklus II % Kreteria % Kreteria % Kreteria

  Tidak Sangat

  1 Aktivitas Guru 41,3% 81.25% Berhasil 87,8% Berhasil Berhasil Sangat Cukup Sangat

  2 Aktivitas Siswa 41% 69,75% 88% Pasif Aktif Aktif

  Sumber: Hasil Penelitian, diolah (2018) Berdasarkan tabel 5, dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan aktivitas kinerja guru dan aktivitas kinerja siswa dari pra siklus, siklus I dan siklus II. Pada pra siklus aktivitas kinerja guru 41,3% (tidak berhasil), kemudian meningkat pada siklus I presentas 81,25% (Berhasil) dan pada siklus II kembali meningkat dengan presentase 87,8% (sangat berhasil). Rata-rata aktivitas kinerja siswa juga mengalami kenaikan dimana pada pra siklus diperoleh 41% denagan kategori sangat pasif, pada siklus I mengalami peningkatan dengan presentase 69,75% dengan kreteria cukup aktif dan pada akhir siklus II meningkat dengan presentase 88% yang menunjukan kategori sangat aktif.

  Kemampuan Analisis dan Hasil Belajar

  Peningkatan kemampuan analisis siswa indikator 1 (menganalisis unsur), indikator 2 (menganalisis hubungan) dan indikator 3 (menganalisis prinsip-prinsip organisasi) pada mata pelajaran IPA yang dilakukan selama proses pembelajaran, akhir siklus I dan akhir siklus II mengalami peningkatan, adapun peningkatan hasil disajikan dalam tabel 6 berikut:

  

Tabel 6. Perbandingan Skor Indikator Kemampuan Analisis Mata Pelajaran IPA

Siklus I Siklus II No Indikator Skor Kreteria Skor Kreteria

  1 Indikator 1

  64 Cukup Analisis

  71 Analisis

  2 Indikator 2

  62 Cukup Analisis

  78 Sangat Analisis

  3 Indikator 3

  41 Tidak Analisis

  66 Cukup Analisis Rata-rata 55,66 Cukup analisis 71,67 Analisis

  Sumber: Hasil Penelitian, diolah (2018) Berdasarkan tabel 6, dapat diketahui skor kemampuan analisis siswa mata

  pelajaran IPA mengalami peningkatan pada setiap indikator 1 pada siklus I memperoleh skor 64 (cukup analisis) meningkat menjadi 71 pada siklus II dengan kategori (analisis). Pada indikator 2 siklus I diperoleh 62 skor (cukup aktif) meningkat pada siklus II dengan skor 78 (sangat analisis). Sedangkan indikator 3 pada siklus I sekor 41 belum anlisis tatapi pada siklus II meningkat menjadi 66 dengan kategori cukup analisis. Nilai rata-rata skor pada siklus I skor 55,66 (cukup aktif) dan rata-rata siklus II dengan skor 71,67 (analisis).

  Hasil belajar diperoleh dari hasil tes evaluasi setiap akhir siklus I dan siklus II. Setelah dilakukan proses pembelajaran IPA dari pra siklus, siklus I dan siklus II telah diperoleh data hasil belajar siswa yang disajikan pada tabel 7 berikut:

  

Tabel 7. Perbandingan Hasil Belajar IPA Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

Nilai Pra Siklus Siklus I Siklus II

Kategori Jumlah Presentase Jumlah Presentase Jumlah Presentase KKM Siswa (%) Siswa (%) Siswa (%)

  Tuntas 10 35,72% 21 75% 26 92,86% ≥67

  Tidak 18 64,28% 7 15% 2 7,14% ≤67

  Tuntas Jumlah 28 100% 28 100% 28 100% Rata-Rata Nilai 64,64 72,64 78,75 Mapel IPA

  Sumber: Hasil Penelitian, diolah (2018) Berdasarkn tabel 7, diperoleh data tentang perbandingan hasil belajar mata

  %). Sedangkan jumlah siswa yang belum tuntas sebanyak 18 siswa (64,28%). Rata- rata nilai mata pelajaran IPA pada pra siklus hanya 64,64. Berdasarkan hasil pada tabel 7 setelah dilakukan pelaksanaan siklus I dan siklus II dapat diketahui bahwa hasil belajar Mata pelajaran IPA mengalami peningkatan. Pada siklus I meningkat dari jumlah 21 siswa yang telah mencapai KKM dengan presentase ketuntasan 75% sedangkan 7 siswa belum mencapai KKM presentase 15%. Pada siklus II meningkat menjadi 26 siswa tuntas dengan presentase 92,86%. Nilai raata-rata kelas juga mengalami peningkatan, pada pra siklus nilai rata-rata kelas hanya 64,64. Pada siklus I nilai rata-rata kelas mencapai 72,64 dan pada siklus II nilai rata-rata kelas mencapai 78,75. Berdasarkan hasil belajar mata pelajaran IPA dan ketuntasan belajar dengan model Discovery Learning dapat dikatakan berhasil dengan ketercapaian ketuntasan ≥90% siswa.

  Pembahasan

  Pada pra siklus sebelum dilakukan penelitian tindakam kelas 5 SD Negeri Selomirah, kemampuan analisis siswa belum optimal. Kekurangan ini terlihat dalam pemahaman unsur/konsep, memahami hubungan dan prinsip-prinsip sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa yang masih kurang hal ini terlihat dari 64,28% siswa belum mampu mencapai kreteria ketuntasan minimal yaitu sebanyak 18 siswa.

  Berdasarkan data yang diperoleh hanya 35,72% siswa yang mampu mencapai KKM (≥67) dengan jumlah 10 siswa total dari 28 siswa. Proses pembelajaran lebih didominasi oleh guru yang terlihat dari skor aktivitas guru yang hanya mendapat skor 62 dengan kreteria tidak berhasil. Sedangkan skor aktivitas kinerja siswa 41 yang termasuk dalam kategori sangat pasif. Ketidak berhasilan dalam proses pembelajaran ini berdampak pada kemampuan analisis siswa tidak terlaksana dengan baik, selain itu siswa juga tidak menyerap materi yang dipelajari dengan optimal. Pencapaian kemampuan analisis siswa pada pra siklus hanya mendapat skor 132 dengan kreteria tidak analistis.

  Penerapan model Discovery Learning pada mata pelajaran IPA yang dilakukan pada siklus I terlihat siswa menjadi lebih aktif, hal ini dapat dijelaskan pada tabel 5. Meningkatnya aktivitas sisiwa ini berbanding lurus dengan meningkatnya kemampuan analisis siswa yang terlihat dari pencapaian pada siklus I kemampuan analisis memperoleh skor rata-rata 55,66 termasuk dalam kategori cukup Analisis. Pencapaian indikator 1 dengan skor 64 (cukup analisis), indikator 2 mencapai 62 (cukup analisis) dan sedangkan indikator 3 dengan skor 41 (tidak analisis). Sedabgkan pencapian pada siklus II mencapai 71,67 dengan kategori analisis, indikator 1 skor 71 (Analisis), indikator 2 dengan skor 78 (sangat Analisis) dan indikator 3 mencapai skor 66 (cukup analisis). Yang berdampak pada meningkatnya hasil belajar IPA. Pada siklus 1 nilai rata-rata72,64, presentase ketuntasan pada siklus I dengan 75% siswa tuntas (21 siswa) dan 15% siswa belum tuntas (7 siswa). Pelaksanaan siklus II hasil belajar mata pelajaran IPA rata-rata kelas mencapiai nilai 78,75 dengan 92% siswa tuntas (26 siswa) dan 7,14% tidak tuntas (2 siswa.)

  Keberhasilan peningkatan kemampuan analisis siswa dan hasil belajar IPA pada materi sifat-sifat cahaya terjadi karena penerapan sintak Discoivery Learning dimana guru berperan sebagai fasilitator yang mengawasi, mengarahkan dan mengkoordinir proses pembelajaran. Didwa belajar melalui pengalaman yang dialami dan mencari sendiri informasi dari proses pembelajaran. Kegiatan tersebut membantu siswa untuk membiasakan menganalisis sehingga siswa benarbenar memahami apa saja yang mereka alami dan tamukan selama proses pembelajaran yang berakibat meningkatkan hasil belajar IPA.

  Persamaan dengan penelitian yang terdahulu adalah sama-sama menggunakan model Discoivery Learning dan hasilnya terbukti mampu meningkatkan hasil belajar

  IPA pada siswa. Hal yang berbeda dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian ini memfokuskan pada peningkatan kemampuan analisis siswa dalam proses pembelajaran dengan melakukan kegiatan menganalisis masalah, merumuskan hipotesis atau dugaan awal, mengumpulkan data (investigasi), menguji hipotesis dan melakukan verifikasi Berdasarkan paparan diatas, penerapan model pembelajaran Discovery

  

Learning dalam pembalajaran IPA untuk meningkatkan kemampuan analisis dan hasil

  belajar siswa SD Negeri Selomirah semester 2 tahun ajaran 2017/2018 dapat menjadi alternatif pilihan untuk meningkatkan kemampuan analisis siswa yang belum terbentuk. Dengan demikian tujuan peneliti telah tercapai bahwa dengan penerapan model Discovery Learning dalam pelajaran IPA siswa kelas 5 SD Negeri Selomirah dapat meningkatkan kemampuan analisis dan hasil belajar pada mata pelajaran IPA.

  KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

  Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model

  

Discovery Learning dapat meningkatkan kempuan analisis dan hasil belajar muatan

  IPA kelas 5 SD Negeri Selomirah meningkat. Berdasarkan penelitian dari proses kinerja guru meningkat dari aktivitas guru dari siklus I 81.25% pada siklus II 87,8%. Sedangkan kinerja siswa pada siklus I 69,75% meningkat menjadi 88% pada siklus II. Seiring dengan meningkatnya proses kinerja guru dan siswa mempengaruhi kemampuan analisis siswa pada siklus I cengan perolehan skor rata-rata 55,66 termasuk dalam kategori cukup analisis dengan capaian skor indikator 1 64, indikator 2 skor 62 dan indikator 3 skor 4. Pada siklus II meningkat dengan rata-rata skor 71,67 dengan capaian indikator 1 skor 71, indikator 2 skor 78 dan indikator 3 dengan skor 66, sehingga termasuk dalam kategori analisis. Sedangkan hasil belajar IPA yang diperoleh siswa dimana sebelum dilakukannya penelitian ketuntasan nilai siswa yang mencpai KKM hanya 35,72 % dengan jumlah siswa 10 orang. Akan tetapi setelah penelitian pada siklus I mencapai 75% dengan jumlah siswa 21 orang dan pada siklus

  II ketuntasan siswa yang mencapai KKM sebanyak 26 orang dengan presentase 92,86%. Dengan demikian hasil penelitian penggunaan model Discovery Learning dapat meningkatkan kemampuan analisis dan hasil belajar IPA.

  Saran

  Berdasarkan hasil penelitian yang telah disimpulkan, diketahui bahwa penerapan model Discovery Learning pada mata pelajaran IPA dapat meningkatkan kemampuan analisis siswa dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu peneliti memberikan beberapa saran yaitu: (1) bagi para guru agar dapat mengembangkan pembelajaran inovativ dengan menerapkan model Discovery Learning agar anak lebih termotivasi untuk belajar sehingga prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan. (2). Bagi peneliti teruslah berinovasi dengan memperbanyak pengetahuan menganai model- model pembelajaran yang merdampak positif bagi kegiatan belajar-mengajar.

  

Anugraheni, I. Penggunaan Penilaian Teman Sejawat (Peer Assesmen) Untuk

Mengukur Hasil Belajar Psikomotorik Pada Perkuliahan .

Anugraheni, I. 2017. Penggunaan Portofolio dalam Perkuliahan Penilaian

Pembelajaran . Jurnal Pendidikan Dasar Perkhasa, 3(1), 246-258.

  Damayanti, & Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

  Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SD . Jurnal Pendidikan Dasar Perkhasa, 2(1).

  

Kristin, F., & Rahayu, D. 2016. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Discovery

Learning Terhadap Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas 4 SD . Scholaria: Jurnal Pendidikan & Kebudayaan , 6(1), 84-92.

  Narayani, R., Ggading, & Suartama. 2015. Analisis Peoses Pembelajaran Matematika

  Menurut Pendekatan Saintifik dan Dampaknya Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas 5 . PGSD Universitas Pendidikan Ganesha, 9.

  Nasution, S. 2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Rusman. 2012. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Bandung: Alfabeta. Sani, R. A. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk implementasi kurikulum 2013. Jakarta: PT Bumi Aksara.

  

Setiaji, D. W. S., Kristin, F., & Anugraheni, I. 2018. Penerapan Model Pembelajaran

Discovery Learning Untuk Meningkatkan Kerjasama Dan Hasil Belajar IPA pada Siswa Sekolah Dasar . Jurnal Didaktika Dwija Indria (SOLO), 6(2).

  Setyowati, E., Kristin, F., & Anugraheni, I. 2018. Penggunaan Pembelajaran

  Discovery Learning Untuk Meningkatkan Kreativitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas 5 SD Negeri Mangunsari o7Ju . Jurnal Sains dan Teknologi, 76-81.

  Sudjana, N. 2011. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: Rosda Karya. Widoyoko, E. P. 2014. Hasil Pembelajaran Disekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. h Africa:University of the Free State.