TRADISI MENDONGENG SEBAGAI UPAYA PEMBUDAYAAN NILAI-NILAI DALAM KELUARGA DI KELURAHAN CISARANTEN WETAN KECAMATAN CINAMBO KOTA BANDUNG

TRADISI MENDONGENG SEBAGAI UPAYA PEMBUDAYAAN NILAI-NILAI DALAM KELUARGA DI KELURAHAN CISARANTEN WETAN KECAMATAN CINAMBO KOTA BANDUNG

STORYTELLING TRADITION AS AN EFFORT IN CIVILIZING VALUES IN FAMILY

IN EAST CISARANTEN URBAN VILLAGE, CINAMBO SUB-DISTRICT, BANDUNG CITY

Ria Intani T.

Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat Jalan Cinambo No. 136 Ujungberung-Bandung e-mail: [email protected]

Naskah Diterima:12 Januari 2018

Naskah Direvisi:15 Februari 2018

Naskah Disetujui: 3 Maret 2018

Abstrak

Dongeng adalah cerita rakyat yang secara lisan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya, pengarangnya anonim, ada dalam dunia khayal atau tidak benar-benar terjadi, dan tidak diketahui secara jelas mengenai tempat dan waktunya. Dongeng merupakan salah satu media yang sangat efektif dalam membentuk karakter anak sejak dini. Namun demikian nilai- nilai dalam dongeng tidak akan tersampaikan apabila dari dongeng-dongeng yang ada tidak pernah didongengkan. Padahal banyak sekali pula manfaat yang didapat dari aktivitas mendongeng. P ermasalahannya adalah akankah tradisi mendongeng di rumah-rumah itu sekarang ini masih berlangsung. Sehubungan dengan permasalahan tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana keberlangsungan dari kegiatan mendongeng di rumah-rumah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan paparannya bersifat deskriptif. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa ada korelasi antara tradisi “orang tua” yang gemar mendongeng dengan tradisi mendongeng pada zaman sekarang.

Kata kunci: tradisi mendongeng, pembudayaan, nilai-nilai, keluarga.

Abstract

The tale is a folktale that is orally inherited from one generation to the next, its author is anonymous, exists in an imaginary or unreal world, and is not known clearly about the place and the time. Tale is one of the media that is very effective in shaping the character of children from an early age. However, the values in the fairy tales will not be conveyed if the tales that have never been told. Though, a lot of benefits also obtained from the activity of storytelling. The problem that still exist, will the tradition of storytelling in these homes be still going on? In connection with these problems, this study aims to see how the continuity of storytelling activities in homes. This study uses a qualitative approach with descriptive arrangemen. The results of the study indicates that there was a correlation between the tradition of "parents" who love storytelling with the tradition of storytelling today.

Keywords: storytelling tradition, civilizing, values, family.

serentak akan dimulai pada semester genap Isu penting yang mulai diangkat tahun ajaran 2017-2018. Implementasi belakangan

A. PENDAHULUAN

tentang PPK akan dimulai di semua jenjang implementasi

ini

adalah

program Penguatan pendidikan, mulai dari Pendidikan Anak Pendidikan Karakter (PPK) yang secara Usia Dini (PAUD) hingga Sekolah

68 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 67- 82 Menengah Kejuruan (SMK). Dengan memiliki hubungan sosial yang tetap

demikian, ke depannya, Kemendikbud (Setiadi dan Kolip, 2011: 177). akan mencoba menerapkan rapor karakter

Pendidikan di lingkungan keluarga untuk melengkapi rapor akademis yang dapat diberikan melalui contoh perilaku selama ini dipakai untuk menilai siswa yang dilakukan kedua orang tuanya atau (Seftiawan, 2017: 13).

nasihat yang disampaikan secara langsung, Menurut Ditjen Mendikdasmen- ataupun nasihat yang disampaikan secara Kementerian

Pendidikan Nasional tidak langsung. Cara yang ketiga tersebut dijelaskan bahwa karakter adalah:

di antaranya dilakukan melalui tradisi “Cara berpikir dan berperilaku yang mendongeng.

menjadi ciri khas tiap individu untuk Dongeng dan kegiatan mendongeng hidup dan bekerjasama, baik dalam merupakan budaya yang mentradisi. lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, Heddy Shri Ahimsa Putra mengartikan dan negara. Individu yang berkarakter tradisi sebagai berikut: baik adalah individu yang bisa

“Sebagai tindakan, tradisi berarti membuat

tindakan memberikan dari satu orang mempertanggungjawabkan akibat dari

ke orang lain secara lisan atau dengan keputusan yang ia buat” (Rahmawati,

praktik tanpa tulisan. Sedangkan 2015: 154).

sebagai sesuatu yang dikenai tindakan, Siti Dloyana Kusumah mengemukakan

tradisi berarti sesuatu yang diwariskan bahwa karakter bersifat memancar dari

dari generasi ke generasi, suatu adat dalam

istiadat atau metode prosedur yang kebiasaan baik akan dilakukan bukan atas

keluar (inside-out),

artinya

sudah lama mapan dan diterima permintaan atau tekanan dari orang lain

umum, yang kekuatannya hampir melainkan atas kesadaran dan kemauan

seperti hukum” (Intani T., 2014: 316). sendiri (2013: 59-60).

Elin Sjamsuri, seorang tokoh Pendidikan karakter pada awalnya pendidikan, mengenal dongeng sejak kecil. diperoleh dari lingkungan keluarga yang Ia menceritakan perihal pengenalannya prosesnya biasa disebut dengan proses terhadap dongeng tersebut melalui enkulturasi. Menurut Koentjaraningrat tulisannya yang ia muatkan dalam surat (1996: 145-146) bahwa istilah yang sangat sesuai kabar Pikiran Rakyat (Senin, 16 Oktober untuk “enkulturasi” adalah

“pembudayaan”. Proses enkulturasi adalah 2017: 24) sebagai berikut: proses belajar dan menyesuaikan alam

“Ti leuleutik oge geus wanoh kana dongeng teh. Ti jaman kuring sakola di

pikiran serta sikap terhadap adat, sistem Sekolah Rakyat (SR), tahun 1950-an norma, serta semua peraturan yang nepi ka Sekolah Guru Bantu (SGB) terdapat dalam kebudayaan seseorang. mah masih remen ngadengekeun aki Proses ini telah dimulai sejak awal ngadongeng . Bakat ku mindeng kehidupan, yaitu dalam lingkungan ngadengekeun jeung ngaregepkeun keluarga, kemudian dalam lingkungan dongeng-dongeng pangpangna ti aki yang makin lama makin luas. jeung guru, lila ti lila bet jadi arapal Keluarga, merupakan institusi yang kana dongeng-dongeng teh. Tina geus paling penting pengaruhnya terhadap ngarasa apal jadi sok pirajeunan proses sosialisasi. Sebabnya, keluarga ngadongengkeun deui ka adi-adi katut merupakan kelompok primer yang intens ka babaturan, pangpangna nu umurna bertatap muka di antara anggotanya; orang

sahandapeun.”

tua memiliki kondisi yang tinggi untuk

mendidik anak-anaknya

sehingga

Artinya:

menimbulkan hubungan emosional; dan “Sejak kecil, sudah mengenal dongeng. Sejak SR tahun 1950-an

Tradisi Mendongeng..... (Ria Intani T.)

69 sampai SGB senang mendengarkan semata-mata dicari dari kegiatan ini. Ibu

kakek mendongeng. Oleh karena rajin Wiwin mengatakan “Kami merasa cukup mendengarkan dongeng terutama dari dengan apa yang kami dapatkan. Kami kakek dan guru, lama-lama hafal. bisa mendapat kebahagiaan batin yang Setelah hafal jadi suka mendongeng sulit dinilai dengan uang ketika kami dapat untuk adik-adik, teman, pokoknya menghibur anak- anak.” yang berusia di bawah.”

Cerita yang sering mereka bawakan adalah kisah-kisah yang menarik, lucu, dan

Dongeng dan tradisi mendongeng menginspirasi anak-anak. Menurut Ibu adalah tinggalan masa lalu. Namun Wiwin, apabila ia bercerita kisah inspiratif, demikian keberlangsungannya mampu anak-anak menjadi termotivasi. menempuh ruang yang luas dan waktu

yang cukup panjang, hingga saat ini mampu berdampingan dengan pendidikan formal. Di sekolah taman kanak-kanak (TK), di sekolah pendidikan anak usia dini (PAUD), atau juga semacam Rumah Bermain, kegiatan mendongeng sampai sekarang masih berlangsung.

Selain institusi resmi tersebut, kegiatan

mendongeng

sudah

disebarluaskan ke hampir seluruh wilayah Nusantara dan beberapa negara “luar” oleh

Keluarga Pendongeng dari Ciganjur. Perihal Keluarga Pendongeng tersebut dituliskan oleh Ginting dan Heni dan dimuat di Tabloid Nyata pada 11 April 2014, halaman 31.

Tersebutlah keluarga pendongeng:

Wiwin, Anabel, dan Sony. Keluarga ini Gambar 1. Keluarga Pendongeng menjadikan kegiatan mendongeng sebagai

dari Ciganjur profesi. Pada tahun 2006 mereka

Sumber: Tabloid Nyata, 11 April 2014. membentuk sanggar di rumahnya, tepatnya

Keberlangsungan dongeng tersebut di Ciganjur, Jakarta Selatan. Sanggar menurut Yoseph Yapi Taum disebabkan tersebut

diberinya nama Kampung proses inovasi terhadap dongeng sangat Dongeng. Tujuan dari pendirian sanggar tinggi, sehingga diciptakan secara baru dan adalah

untuk melatih murid-murid diapresiasi oleh publik secara baru pula sanggarnya agar mampu mendongeng (Asis, 2015: 133). dalam bahasa Indonesia dan bahkan bahasa

Dongeng merupakan salah satu Inggris. Bahasa asing turut serta diajarkan media yang sangat efektif dalam mengingat Ibu Wiwin pada awalnya membentuk karakter anak sejak dini.

berprofesi sebagai pengajar bahasa Inggris Sebuah cerita mempunyai daya tarik di sekolah dasar dan kelas kursus di tersendiri bagi seorang anak karena adanya rumahnya.

jalan cerita yang mengundang rasa Keluarga Pendongeng dari Ciganjur penasaran, tokoh-tokoh cerita, dan latar

tersebut menerima job baik dalam rangka cerita yang menarik dan mengasah fantasi perayaan ulang tahun anak, maupun acara- dan imajinasi. Peniruan karakter yang baik acara yang diadakan oleh instansi, dan merupakan bentuk pembentukan karakter bahkan luar negeri. Menurut mereka, pada diri seorang anak (Asis, 2015: 155). meskipun mendongeng sudah menjadi

Hurlock mengatakan usia dini pekerjaan, namun bukan materi yang merupakan masa kritis bagi perkembangan

70 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 67- 82 selanjutnya. Pun diungkapkan oleh Freud,

Selanjutnya, apa yang dimaksud bahwa masa dewasa seseorang sangat dengan dongeng itu, yang menurut para ditentukan

oleh ahli mampu membawa pengaruh besar pengalaman masa kecilnya. Artinya dalam karakter seseorang? pengalaman-pengalaman

dan

dipengaruhi

Dalam bahasa Jerman, dongeng tersebut akan membentuk kepribadiannya diartikan sebagai berikut: di masa mendatang. Salah satu media

pada

usia

“Dongeng adalah cerita rakyat yang komunikasi yang efektif dalam membentuk

lisan turun-temurun moral anak adalah dengan “Dongeng”

secara

kepada kita, (Judhita, 2015: 178).

disampaikan

pengarangnya tidak dikenal, berada David McClealland (psikolog sosial)

pada dunia khayalan, tidak jelas mengungkapkan kalau dongeng dan cerita

mengenai tempat dan waktunya, anak memiliki fungsi lain selain daripada

kemudian ditulis oleh penulis atau sekadar

pengarang berbudaya untuk kalangan Menurutnya, dongeng sebelum tidur

berbudaya pula ” (Asis, 2015: 133). memengaruhi

Brunvand (Asis, 2015: 154-155) mengumpulkan 1.300 dongeng dan cerita menjelaskan bahwa dongeng merupakan anak dari berbagai negara era 1925 dan bagian dari cerita rakyat dan cerita rakyat 1950. Ia mendapati bahwa dongeng dengan itu sendiri merupakan bagian dari folklor nilai

n-Ach tinggi

selalu

diikuti

lisan. Dongeng adalah cerita yang tidak pertumbuhan ekonomi yang tinggi dalam

benar-benar terjadi. kurun waktu 25 tahun kemudian

Adapun dongeng menurut Ahimsa (Rahmawati, 2015: 155). Putra (Rahmawati, 2015: 155) merupakan: Menilik pada fungsi dongeng di “Sebuah kisah atau cerita yang lahir atas, dongeng sebagai karya sastra tidak dari imajinasi manusia, dari khayalan harus dipelajari melalui pendekatan manusia, walaupun unsur khayalan sastranya saja, melainkan juga dipelajari tersebut berasal dari apa yang ada melalui pendekatan pragmatik. dalam kehidupan manusia sehari-hari. Berdasarkan pandangan Abrams, Dongeng dalam khayalan manusia karya sastra yang diciptakan pengarang memperoleh kebebasan yang mutlak. hanyalah berupa alat atau sarana untuk

” menyampaikan pendidikan (dalam arti

James Danandjaja seorang tokoh luas) kepada pembaca, dengan demikian folklor, mengatakan tentang dongeng yang menjadi objek analisis sastra adalah: bukanlah karya sastra tersebut, melainkan

“Cerita prosa rakyat yang tidak adalah nilai yang tercermin dalam karya

dianggap benar-benar terjadi. Dongeng sastra tersebut (Asis, 2015: 134-135).

diceritakan terutama untuk hiburan, Koentjaraningrat berpendapat bahwa

banyak juga yang nilai merupakan wujud ideel dari

walaupun

kebenaran, berisikan kebudayaan dan sifatnya abstrak. Bahwa

melukiskan

pelajaran (moral), atau bahkan nilai terdapat dalam alam pikiran warga

sindiran ” (1991: 83). masyarakat di mana kebudayaan yang

Selanjutnya dikatakan pula bahwa: bersangkutan hidup. Nilai berfungsi untuk

biasanya mempunyai mengatur,

“Dongeng

kalimat pembukaan dan penutup yang mengarahkan kelakuan manusia dalam

mengendalikan,

dan

bersifat klise. Kalimat pembukaan masyarakat (1990: 5-6). Menurut Bungin yang dimaksud seperti “Pada suatu (2009: 43), nilai lazimnya menunjuk pada waktu hidup seorang….” dan kalimat mana yang dianggap baik dan mana yang penutup seperti “…dan mereka hidup dianggap buruk.

bahagia untuk selama- lamanya” (1991: 84).

Tradisi Mendongeng..... (Ria Intani T.)

71 Adapun ciri-ciri dongeng menurut

mengembangkan kemampuan bahasa, Bascom (Asis, 2015: 155) adalah ceritanya

merangsang imajinasi, fantasi, dan dianggap rekaan, tidak dianggap sebagai

kreativitas.

dogma atau sejarah,

tidak - Melatih kemampuan konsentrasi anak mempermasalahkan

dan

dan meningkatkan minat baca. peristiwanya.

kebenaran

nilai-nilai moral, Saat ini di zaman yang sudah serba

- Mengajarkan

merangsang jiwa petualang anak serta mengglobal, banyak materi dongeng

mengasah kemampuan anak sehingga tersedia baik itu lewat media maya maupun

memiliki kemampuan problem solving media cetak, ataupun media-media lainnya,

atas masalah yang dihadapi melalui atau masih ada dalam memori para orang

cerita yang didengarnya. tua yang diturunkan dari orang tuanya pada

Terkait dengan masalah dongeng masa kecilnya. Namun demikian apabila dan mendongeng, bisa diibaratkan seperti dongeng-dongeng yang ada tersebut tidak peribahasa “ada asap pasti ada api”. Kalau didongengkan kepada anak-anak, sudah pada masa kecilnya seseorang tidak pernah tentu nilai yang terkandung di dalamnya didongengkan, ia tidak atau akan kurang tidak akan tersampaikan.

mengenal dongeng. Seorang aktivis literasi Menurut Febiana Pratomo (Tesar, di Komunitas Atap Langit, Neneng 2013: 8), psikolog pendidikan, banyak Aminah, berpendapat bahwa biasanya sekali manfaat yang didapat dari aktivitas anak-anak yang tidak atau kurang mendongeng di antaranya:

mengenal dongeng karena pada masa - Meningkatkan kemampuan bicara anak,

tidak pernah terutama bagi anak di bawah tiga tahun didongengkan (Aminah, 2017: 24). (batita) karena belum banyak kosa kata

kanak-kanaknya

Pertanyaannya adalah, apakah yang diketahui anak.

tradisi mendongeng di rumah-rumah itu - Meningkatkan bahasa anak dengan sekarang ini masih dilakukan, sementara mendengarkan kalimat demi kalimat keluarga merupakan institusi yang paling yang dibacakan melalui dongeng.

penting pengaruhnya untuk penyampaian - Mengasah pola pikir dan imajinasi anak nilai-nilai? dengan membayangkan tokoh, dan

Sehubungan dengan pertanyaan binatang yang didongengkan.

tersebut, dalam konteks penelitian ini - Meningkatkan daya nalar dengan kebudayaan akan dilihat dari definisi memahami inti cerita, memahami alur genetis, yakni: cerita dan menarik kesimpulan cerita

“Definisi budaya yang melihat asal yang didongengkan.

usul bagaimana budaya itu bisa eksis - Melatih daya ingat anak dengan meminta

atau tetap bertahan. Definisi ini anak untuk menceritakan kembali

cenderung melihat budaya lahir dari dongeng yang telah dibacakan dengan

interaksi antarmanusia dan tetap bisa kata-katanya sendiri.

bertahan karena ditransmisikan dari - Mengasah keterampilan bahasa baik

satu generasi ke generasi berikutny a” secara reseptif maupun ekspresif.

(Sutrisno dan Putranto, ed., 2009: 9). Caranya dengan meminta anak untuk

Tujuan penelitan ini tidak lain untuk aktif mengemukakan pendapatnya atau mendapatkan gambaran berkenaan dengan bergantian bercerita.

keberlangsungan tradisi mendongeng di - Dapat mengetahui perasaan dan emosi dalam keluarga. anak seperti sedih, marah, takut, kecewa,

penelitian secara senang, dan sebagainya.

Wilayah

berada di Kelurahan - Menstimulasi perkembangan kognitif, Cisaranten Wetan, Kecamatan Cinambo, dengan memicu rasa ingin tahu dan Kota Bandung. Informan berjumlah tujuh kemampuan

administratif

berpikir kritis, orang, dalam hal ini ibu bekerja dan ibu

72 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 67- 82 rumah tangga yang mempunyai anak usia

Di antara sejumlah penelitian enam (6) tahun ke bawah. Atau dengan tentang dongeng, penelitian yang ditulis kata lain, mempunyai anak yang belum oleh Hezti sedikit ada kemiripan dengan memasuki bangku sekolah dasar (SD). penelitian ini, namun besar dalam Pilihan pada ibu-ibu dengan pertimbangan perbedaan. Perbedaannya, kalau Hezti bahwa pada umumnya ibu-ibu memiliki berbicara lebih pada cara penyampaian waktu yang lebih untuk anak-anaknya.

nilai atau cara membawakan dongeng, Penelitian

tradisi adapun penelitian ini lebih pada mendongeng penting dilakukan sebabnya keberlangsungan penyampaian nilai alias belum ditemukan penelitian yang menggali keberlangsungan tradisi mendongeng. tentang

tentang

Penelitian Hesti objeknya pada mendongeng di dalam keluarga. Sejumlah cerita rakyat dengan teknik studi pustaka. penelitian

keberlangsungan

tradisi

yang pernah dilakukan, Adapun penelitian ini objeknya adalah semuanya meneliti seputar nilai-nilai yang kalangan ibu yang masih memiliki anak terkandung di dalam dongeng. Dengan dengan usia enam (6) tahun ke bawah atau kata lain peneliti terdahulu menganalisis isi yang belum memasuki jenjang sekolah dari materi dongengnya. Adapun penelitian dasar. Penggalian datanya dengan melalui ini tidak menganalisis nilai yang teknik wawancara. terkandung dalam dongeng, melainkan

Penelitian yang lain yang terkait pada

tradisi mendongeng. Dengan dengan dongeng terdapat beberapa judul demikian sudah tentu penelitian ini lagi. Namun demikian isinya semuanya memiliki perbedaan dengan penelitian- sama, berbicara tentang nilai-nilai yang penelitian sebelumnya.

terkandung dalam sebuah dongeng. Judul- Beberapa hasil penelitian terkait judul penelitian dimaksud di antaranya dengan dongeng dipaparkan di bawah adalah: untuk melihat adanya perbedaan antara - Cerita Rakyat Makassar sebagai Media penelitian ini dengan penelitian-penelitian

Pendidikan Karakter, ditulis oleh terdahulu.

Rahmawati.

Penelitian terdahulu, yang pertama - Fungsi Legenda Asal Mula Rumah berjudul “Eksistensi Tula-Tula bagi

Baluq pada Masyarakat Dayak Bidayuh Masyarakat Wakatobi: Salah Satu Sumber

di Kalimantan Barat, ditulis oleh Pendidikan Karakter”, ditulis oleh Abdul

Bambang H. Suta Purwana. Asis. Penelitian ini berbicara tentang - Dongeng dan Radio (Pendidikan pendidikan karakter yang bersumber dari

Karakter dalam Dongeng Nusantara di salah satu dongeng Nusantara, yakni yang

Radio SPFM Makassar), ditulis oleh berasal dari Wakatobi, tula-tula lakolo-

Christiany Juditha. kolopua ke la ndoke-ndoke. Disimpulkan - Nilai-nilai Ajaran dalam Ki Ageng bahwa terdapat nilai-nilai edukatif yang

Paker, ditulis oleh Indah Susilantini. terkandung dalam dongeng tersebut, - Nilai-nilai Moral dalam Dongeng seperti: kejujuran, kesabaran, dan tolong-

Kacamata Sang Singa, ditulis oleh Th. menolong.

Esti Wuryansari.

Penelitian kedua berjudul “Cerita - Nilai Moral di Balik Dongeng Penanda Rakyat

Baka”, ditulis oleh Sri Supriyatini. Karakter: Sebuah Upaya Pembacaan

sebagai Media

Pendidikan

Reflektif”, ditulis oleh Hezti Insriani. B. METODE PENELITIAN

Penelitian ini berbicara tentang cerita

tentang tradisi rakyat yang dapat dijadikan sebagai media mendongeng ini menggunakan pendekatan pendidikan karakter melalui pembacaan kualitatif. Menurut Moleong, penelitian secara reflektif.

Penelitian

kualitatif (qualitative research) adalah penelitian

yang

ditujukan untuk

Tradisi Mendongeng..... (Ria Intani T.)

73 mendeskripsikan

capek, dan tidak menganggap penting fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap

dan

menganalisis

kegiatan mendongeng; kepercayaan, persepsi, pemikiran orang

- Tantangan yang berasal dari daya tarik secara individual maupun kelompok

yang ditawarkan oleh media televisi (Rusnandar, 2015: 114). (TV) atau terdapatnya permainan-

Menurut Beni Ahmad Saebani, permainan modern; pendekatan kualitatif sering disebut pula

- Tantangan yang berasal dari sekolah dengan

yang tidak lagi menganggap penting fenomenologis. Metode penelitian ini

kegiatan bercerita dibandingkan dengan identik dengan metode penelitian yang

materi pelajaran yang harus berbasis pada pendekatan rasionalistik,

disampaikan (2015: 160). yang melihat segala sesuatu adalah sesuatu

Ternyata, pendapat seperti yang itu sendiri, tidak ada persepsi untuk disampaikan oleh Rahmawati pun pernah mengaburkan makna gejala, kecuali gejala terjadi pada tahun 2010. Saat itu Tjetjep itu sendiri yang menjelaskan dirinya Rosmana, melalui artikelnya yang berjudul (2012: 69).

“Mitos dan Nilai dalam Cerita Rakyat Adapun

Lampung”, mengawali menurut Suyanto dan Sutinah, pun Tylor tulisannya

pendekatan

kualitatif Masyarakat

dengan menyampaikan dan Bogdan, adalah penelitian yang pendapat yang sama dengan Rahmawati. menghasilkan data deskriptif tentang kata- Bahwa, saat itu, sudah sangat jarang orang kata lisan ataupun tertulis dan tingkah laku tua

meneruskan kebiasaan yang diamati dari orang yang diteliti menuturkan dongeng ataupun cerita rakyat (Garna, 2009: 46).

yang

anak-anaknya karena Penelitian ini diawali dengan studi kesibukannya, padahal di dalam cerita pustaka untuk mengumpulkan referensi rakyat syarat dengan nilai-nilai luhur. yang terkait dengan masalah dongeng dan Selain itu, tampaknya anak-anak juga kegiatan mendongeng. Selain itu juga lebih menyukai mengisi waktu luangnya referensi yang berkaitan dengan konsep dengan menonton televisi (TV) (2010: tentang tradisi, pembudayaan, nilai, dan 191). keluarga.

kepada

Gambaran akan kondisi tersebut Selanjutnya, untuk mendapatkan menggiring pada kesimpulan sementara data

terkait dengan permasalahan kalau tradisi mendongeng sepertinya sudah penelitian,

dilakukan wawancara. mulai luntur karenanya. Namun demikian Wawancara dilakukan dengan berpedoman bagaimana dengan gambaran saat ini, pada pedoman wawancara yang berfungsi apakah

keberlangsungan kegiatan sebagai

agar mendongeng di rumah-rumah itu sudah penggalian data lebih terarah. Wawancara terhenti atau berkurang seperti pendapat di sifatnya terbuka agar informan leluasa atas? dalam memberikan jawaban.

kompas.

Maksudnya

Dikisahkan oleh Tesar (dalam MOM Tahun 2015, Rahmawati dalam & KIDS Femina Edisi 19. Th IV. 05-18

tulisannya yang berjudul “Cerita Rakyat April 2013) bahwa Cecilia Hanafi, seorang Makassar sebagai Media Pembentukan wanita karir, dengan keterbatasan waktu Karakter”, menyampaikan pendapatnya

yang ia miliki, ia menyempatkan diri untuk bahwa saat itu, mengembalikan tradisi tetap menjalankan perannya sebagai mendongeng bukanlah pekerjaan yang seorang ibu bagi kedua putrinya. Ia mudah mengingat banyaknya tantangan. berusaha menciptakan quality

time Tantangan yang dimaksudkannya di bersama anak-anaknya. Konon ia selalu antaranya:

sempatkan untuk mendongeng untuk anak- - Tantangan yang berasal dari orang tua anaknya dengan bantuan buku dan boneka. itu sendiri dengan alasan kesibukan,

74 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 67- 82 Semenjak di bawah usia lima tahun negara Bandung Timur. Kelurahan

(balita) sampai anak-anaknya berumur 5-6 Cisaranten Wetan berada di sekitar 750 tahun,

anak-anaknya antusias meter dari permukaan laut. Suhu udara

mendengarkan dongeng dan bahkan tidak 0 rata-rata 19 C 24 C dengan curah hujan mau tidur apabila belum didongengkan. 2.400 milimeter/tahun. Kelurahan ini

Anak-anaknya menyukai cerita Si Kancil, berluas 90,14 hektar. Bawang Merah dan Bawang Putih untuk

penduduk Kelurahan cerita dalam negeri, sedangkan untuk cerita Cisaranten Wetan per Desember 2016 luar negeri ada Pinokio, Cinderela, atau sebanyak 5.055 jiwa dengan 1.394 kepala Putri Salju. Menurut Cecil, dongeng keluarga (KK). Jumlah penduduk tersebut mengajarkan anak untuk mengetahui terbagi atas laki-laki sebanyak 2.558 jiwa makna

Jumlah

dapat dan perempuan sebanyak 2.497 jiwa. mendisiplinkan

kebenaran

dan

anak. Kebiasaan Mayoritas beragama Islam, 59 orang mendongeng menumbuhkan kedekatan beragama Kristen dan 8 orang beragama yang berkualitas bersama anak-anaknya.

Katolik.

Cisaranten Wetan Arzetti Bilbina, seorang model, presenter, sebagian

Tesar juga mengisahkan seorang

Kelurahan

wilayahnya merupakan dan pelaku berbagai profesi lainnya. Ia pemukiman penduduk. Mayoritas mata selalu

menyempatkan mendongeng pencahariannya ada di bidang jasa dan manakala anak-anaknya masih usia balita. usaha kecil menengah. Manakala ia mendongeng, ia memilih

geografis, Kelurahan karakter Budi dan Wati dengan dongeng Cisaranten Wetan berbatasan dengan: yang dikarangnya sendiri. Melalui karakter

Secara

- Sebelah Utara berbatasan dengan itu,

Kelurahan Binaharapan, Kecamatan kehidupan sehari-hari seperti masalah

Arzetti menceritakan

tentang

Arcamanik.

sopan santun dan persaudaraan. Konon ia - Sebelah Selatan berbatasan dengan merasakan bahwa melalui kegiatan

Babakan Penghulu, mendongeng, selain ia lebih dekat dengan

Kelurahan

Kecamatan Cinambo. anak-anaknya, anak-anaknya pun lebih

- Sebelah Barat berbatasan dengan mengerti perihal sopan santun, dan

Cisaranten Kulon, sebagainya (dalam MOM & KIDS Femina

Kelurahan

Kecamatan Arcamanik. Edisi 19. Th IV. 05-18 April 2013).

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Pakemitan, Kecamatan

C. HASIL DAN BAHASAN

Cinambo.

Banyak fasilitas yang terdapat di Gambaran di atas adalah cerita di Kelurahan Cisaranten Wetan. Baik itu tahun 2013, bagaimana dengan kondisi fasilitas berkenaan dengan pendidikan sekarang yang mengambil kasus di maupun perkantoran, yang di antaranya wilayah Kelurahan Cisaranten Wetan, menjadi wilayah penelitian. Berikut hasil Kecamatan Cinambo, Kota Bandung.

1. Sekilas Gambaran Lokasi Penelitian

dari wawancara dengan informan. Nama- Sekilas tentang kelurahan ini nama informan yang tercantum adalah tergambarkan dari uraian berikut (diambil nama samaran. dari Laporan Program Kerja Kelurahan Cisaranten Wetan Kecamatan Cinambo Tahun 2017). Kelurahan Cisaranten Wetan termasuk wilayah Kecamatan Cinambo, Kota Bandung. Kelurahan Cisaranten

Wetan terletak pada posisi 107 0 42‟ Bujur

Timur 0 dan 6 54‟Lintang

Selatan.

Lokasinya berada tepat di sisi utara jalan

Tradisi Mendongeng..... (Ria Intani T.)

2. Tradisi Mendongeng

didengarnya. Dongeng yang masih ia ingat hanyalah Cinderela. Menurutnya, dongeng ini mengisahkan putri yang diasingkan oleh ibu tirinya. Isi dari dongeng tersebut adalah bahwa orang yang baik pada akhirnya akan mendapatkan kebahagiaan.

Menurut Ibu Vina, kebiasaan mendongeng yang dilakukan orang tua kepada anaknya

bermanfaat untuk mendekatkan ibu dengan anak. Rupanya, kebiasaan

mendongeng ibunya itu menurun padanya. Ibu Vina yang berputri

Gambar 2. Ibu Vina dengan Kedua Putrinya tiga, masing-masing berusia 10, 6, dan 3 Sumber: RI, 2017.

tahun ini pun suka mendongeng untuk Vina, ia seorang ibu rumah tangga. putri-putrinya. Latar belakang pendidikan terakhir SMA,

Saat ini, putrinya yang berumur 3 beragama Islam. Saat ini usianya tahun yang masih antusias mendengarkan menginjak 38 tahun.

dongeng. Adapun yang berumur 6 tahun, Sejak kecil Ibu Vina sudah meskipun masih sekolah di PAUD, tidak

mengenal dongeng dari ibunya, selain lagi didongengkan karena ia sudah tidur kemudian juga dari televisi (TV) dan buku. sendiri. Ibu Vina mendongeng terutama Ibunya konon terbiasa mendongengkannya apabila putri bungsunya sedang susah tidur manakala ia masih berumur di bawah 5 atau apabila lagi ogo „sedang manja‟. Putri tahun hingga ia duduk di bangku kelas 3 bungsunya tersebut biasa tidur seusai isya, sekolah dasar (SD).

hingga kalau melewati waktu isya putrinya Ibu Vina pada zamannya biasa belum juga tidur, mendongenglah Ibu Vina

didongengkan oleh ibunya pada saat tanpa harus diminta. menjelang tidur malam, sambil tidur-

Ibu Vina suka tiduran di tempat tidur. Cerita yang biasa mendongeng, materi dongeng selalu ia

Sepanjang

dibawakan oleh ibunya, yang masih ada karang sendiri. Itu dilakukannya sejak putri dalam ingatannya adalah cerita tentang sulungnya. Ceritanya ada tentang hantu, putri (Cinderela) dan cerita tentang Cinderela, dan tentang binatang. Binatang binatang (gajah), yang biasa dikarang oleh yang menjadi objek cerita adalah binatang ibunya sendiri.

yang ada di sekitaran rumahnya, yang Biasanya, ibunya mendongengkan familiar dengan anak-anaknya. Seperti,

lebih dari satu cerita, akan tetapi masing- kodok, cicak, dan burung. masing cerita seringkali tidak tersampaikan

selain sebagai secara utuh. Manakala dongeng yang pengantar tidur, juga digunakannya untuk

Mendongeng

disampaikan nyaris selesai, seringkali menyisipkan nasihat. Misalnya dalam “harus” berganti dengan dongeng yang dongeng kodok dan cicak, diceritakan

lain. Sebabnya, Vina kecil sering tidak kalau kodok tidak suka makan cicak, sabar untuk segera mendengarkan dongeng maksudnya agar dengan sesama teman yang lain. Hanya sesekali apabila ibunya tidak boleh nakal, harus bersahabat. mendongeng, bisa menyampaikan satu Adapun dongeng hantu sebenarnya cerita sampai tuntas. Itu, kalau Vina kecil dimaksudkan untuk menasihati anaknya sabar mendengarkan sampai akhir. yang setiap hari selalu ingin jajan permen. Meskipun demikian, menurutnya, isi dari Ia ceritakan bahwa hantu itu suka makan dongeng tersebut tetap tersampaikan.

permen. Kalau mau jajan, jajan minuman Ibu Vina nyaris lupa isi dari saja karena hantu takut sama minuman. Ibu dongeng-dongeng

yang

pernah Vina tidak pernah mendongeng dengan

76 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 67- 82 membacakan dari buku karena putrinya mengetahui lebih dulu kisah para nabi itu,

terbiasa tidur tanpa penerang lampu. sebelum diajarkan di sekolah. Sekarang, manakala Mita kecil telah menjadi ibu, ia suka mendongeng untuk putra semata wayangnya yang berusia 3

tahun. Ia mendongeng bukan saja menjelang putranya tidur malam, tapi juga sore hari manakala ia sudah beristirahat sejenak sepulang dari kantor. Dongeng yang ia bawakan lebih banyak karangan sendiri karena memang anaknya menyukai hal-hal yang sifatnya khayalan. Meskipun demikian, di dalam ceritanya disisipkan nasihat. Misalnya, tentang bagaimana anak harus menurut nasihat orang tua yang digambarkan lewat tokoh Budi. Selain itu juga bagaimana seseorang tidak boleh

Gambar 3. Ibu Mita mengambil sesuatu yang bukan haknya Sumber: RI, 2017.

yang digambarkan lewat dongeng kancil Mita, selain sebagai ibu rumah dan kura-kura. Setiap nasihat harus ada tangga, ia juga seorang pekerja. Ia seorang alasannya karena menurutnya anak muslim yang berpendidikan terakhir D3. sekarang lebih pintar dari generasinya. Semasa kecil, Ibu Mita mengenal dongeng

Selain dongeng karangan sendiri, ia dari kakeknya. Ke depannya, dongeng juga juga mendongengkan

dengan cara dikenal lewat buku dan media lainnya yang membacakan buku-buku cerita. Sebut saja kekinian.

di antaranya yang berjudul: “Sayang Semasa kecil, bersama ayah dan kepada Ibu”, “Sayang kepada Ayah”, ibunya, ia tinggal di rumah kakek “Sayang kepada Saudara”, dan “Sayang

neneknya. Kedekatannya dengan sang kepada Paman”. Di akhir Ibu Mita kakek oleh karena ayah ibunya bekerja, mendongeng tentang sayang kepada ibu, ia hingga waktu untuk bersama tidak banyak. akan bertanya pada putra semata Dari sang kakek itulah Mita kecil setiap wayangnya. Ia akan bertanya apakah hari

Ia putranya sayang kepadanya atau tidak. didongengkan dari sejak usia di bawah Juga sayang kepada yang lainnya. lima tahun (balita) hingga sudah duduk di

mendengarkan

dongeng.

Menurut Ibu Mita, dengan sering kelas 4 SD. Ia biasa didongengkan mendongengkan, putranya lebih penurut, manakala mau tidur, sambil tidur-tiduran lebih mau mendengarkan kata-kata ibunya. di tempat tidur.

Seringkali tokoh Si Budi dalam dongeng, Dongeng yang biasa dibawakan dibawa dalam keseharian putranya. kakeknya adalah yang bernuansa agama, Misalnya kalau putranya ingin menaiki yakni tentang kisah para nabi. Satu sesuatu yang posisinya tinggi padahal Ibu dongeng yang sedikit ia ingat adalah Mita khawatir putranya jatuh. Ibu Mita

dongeng tentang Nabi Yusuf yang dibunuh cukup mengatakan “nanti kaya Budi lho karena alasan ketampanannya. Menurut kalau nggak nurut Bunda.” Selanjutnya Mita, kisah itu mengajarkan tentang sang anak memang tidak membatalkan keikhlasan menerima apa yang telah keinginannya untuk memanjat, akan tetapi diberikan oleh Allah. Ibu Mita berpendapat ia menawar untuk memanjat pada posisi bahwa dengan dongeng-dongeng yang ia yang rendah saja supaya tidak jatuh. dengar dari kakeknya, ia menjadi Menurut Ibu Mita, nasihat yang diberikan

Tradisi Mendongeng..... (Ria Intani T.)

77 lewat kegiatan mendongeng lebih melekat

kepada anak.

Gambar 5. Ibu Bunga Sumber: RI, 2017.

Gambar 4. Ibu Alya Bunga, seorang ibu rumah tangga,

Sumber: RI, 2017.

39 tahun, berpendidikan sekolah menengah kejuruan (SMK). Semasa kecil,ia tidak

Alya, seorang pengajar di PAUD, pernah mengenal tradisi mendongeng di berusia 39 tahun, berlatar pendidikan rumahnya. Ia mengenal dongeng berawal SMA. Alya kecil mengenal dongeng hanya dari sekolah. Berikut-berikutnya dari buku dari sekolah. Semasa kecil ia tidak pernah dan TV. didongengkan oleh orang tuanya. Dengan

Ia berputra dua, yang sulung laki- berjalannya waktu, ia mengenal dongeng

laki duduk di bangku sekolah lanjutan dari buku danTV.

pertama (SMP) dan yang bungsu, Ibu Alya berputra dua, yang sulung perempuan berusia 6 tahun, duduk di

laki-laki dan yang bungsu perempuan yang sekolah PAUD. Berbeda dengan putrinya, kini berumur 5 tahun dan menjadi murid di anak

tidak pernah ia tempatnya mengajar. Meskipun di sekolah dongengkan. Konon, manakala anak

sulungnya

putrinya sudah sering mendengarkan sulungnya masih kecil, ia bekerja di luar dongeng, namun demikian sesekali Ibu rumah sehingga putranya lebih lama Alya mendongeng apabila putrinya kebersamaannya dengan sang nenek. merengek memintanya untuk mendongeng Namun

demikian, kepada anak ulang apa yang sudah disampaikan di perempuannya pun, ia mendongeng

sekolah. Permintaan itu biasanya manakala anaknya meminta untuk dilakukan putrinya apabila sang putri didongengkan.

membawa pulang buku cerita yang ada di Materi dongeng yang ia bawakan sekolah.

bukan pilihan ia sendiri, melainkan atas Ibu Alya biasanya mendongeng permintaan anaknya. Seringkali anaknya

kalau putrinya akan tidur siang dan ia ingin didongengkan tentang buaya dan sendiri sedang sengggang. Mengingat kancil atau Bawang Merah dan Bawang kalau malam, ia disibukkan dengan Putih. Menurutnya, dari mendengarkan pekerjaan rumah dan biasanya manakala dongeng, anak menjadi mengetahui mana belum beres, putrinya sudah lebih dulu perilaku yang baik dan mana yang tidak. tidur.

Oleh karena di dalam dongeng ada Ibu Alya biasa mendongeng di penggambaran tentang perilaku yang baik

tempat tidur, dengan cerita yang maupun yang tidak baik. Perilaku yang dibawakan seputar cerita nabi dan tidak baik, selalu berujung dengan akibat binatang. Di antara keduanya, putrinya yang kurang baik pula. lebih menyukai cerita yang bertokoh binatang.

78 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 67- 82 lebih baik di kemudian hari. Yeni kecil

tahu dari dongeng, kalau orang dijahati ke depannya akan mendapatkan kehidupan yang lebih baik.

Ibu Yeni, berusia 55 tahun. Ia mempunyai putri semata wayang yang berumur 6 tahun. Saat ini putrinya duduk di bangku TK. Sehari-hari, Ibu Yeni bekerja dan baru pulang sampai rumah di atas pukul 17.00 WIB. Namun demikian di sisa tenaganya, di antara rasa lelahnya, tanpa diminta, ia masih mendongeng untuk putri semata wayangnya. Ia absen atau

Gambar 6. Ibu Yeni tidak mendongeng hanya apabila sang Sumber: RI, 2017.

putri secara tiba-tiba sudah mengantuk dan tidur lebih awal (sebelum pukul 19.00

Yeni, semasa kecilnya, sudah WIB) dari jam tidur biasanya. Ini biasanya mengenal dongeng. Pada zamannya, Yeni terjadi kalau putrinya kelelahan bermain kecil bersama adiknya biasa didongengkan

pada siang harinya.

oleh sang ayah saat menjelang tidur Ibu Yeni biasa mendongeng di malam. Meskipun demikian tempat ia tempat tidur, pada jam-jam menjelang mendengarkan dongeng bukanlah di anak tidur, seusai isya. Ibu Yeni berpikir tempat tidur, melainkan di kursi. Manakala bahwa putrinya masih terlalu kecil ia bersama adiknya sudah mengantuk, baru sehingga ia memilih mendongeng dengan masuk kamar dan tidur bersama ibunya. materi ringan, yakni tentang binatang. Yeni kecil biasa didongengkan sejak

sebelum berumur 5 tahun sampai dengan Seperti “Kancil Mencuri Timun”. Kadangkala materi dongeng atas usulan kelas 4 SD.

Misalnya putrinya habis Dengan didongengkan itu kemudian

putrinya.

ia dan adiknya menjadi sangat dekat menonton film “Nemo” (ikan) maka ia akan minta didongengkan tentang ikan. dengan sang ayah. Sampai-sampai, kakak- Ibu Yeni selalu siap dengan cerita kakaknya mengatakan Yeni kecil dan yang dikarangnya sendiri, apakah cerita itu adiknya adalah anak emas atau anak atas inisiatifnya atau yang diminta kesayangan sang ayah. putrinya. Saat bercerita tentang ikan yang Sang ayah biasa mendongeng tanpa disampaikan secara garis besar mirip bacaan atau dengan membaca, melainkan dengan cerita dalam film. Hanya mendongeng secara lisan dengan materi kadangkala ditambah-tambahi. Kadangkala dongengnya sesuai yang diketahui oleh pula manakala putrinya habis diajak ke sang ayah. Yeni kecil hanya mengingat kebun binatang maka ia minta di dua dongeng di antara sejumlah dongeng dongengkan tentang gajah atau kuda. yang didengarnya. Dongeng tersebut Intinya, apa yang sudah dilihat dan adalah Joko Kendil dan Klenting Kuning. memberikan kesan yang lebih, biasanya itu Ayahnya selalu mendongeng sampai tamat yang minta untuk didongengkan. Namun karena Yeni kecil dan adiknya tidak pernah demikian, di antara beragam jenis memotong

binatang, putrinya paling menyukai cerita didongengkan kemudian beralih minta tentang ikan. Selain putrinya sangat dongeng yang lain. Setiap dongeng, ia

dengarkan sampai tuntas. menyukai film “Nemo”, Ibu Yeni juga

memelihara ikan di kolam rumahnya. Pelajaran yang disampaikan lewat Konon menurut Ibu Yeni, sesekali, dongeng Joko Kendil adalah kalau orang ayah sang putri juga mendongengkan. teraniaya akan mendapat kehidupan yang

Tradisi Mendongeng..... (Ria Intani T.)

79 Biasanya baik Ibu Yeni maupun sang mendengarkan dongeng seperti anak-anak

suami mendongeng pada hari-hari lain yang didongengkan menjelang tidur kerja/hari sekolah. Adapun di malam libur oleh orang tuanya. atau pada hari libur lebih dimanfaatkan

Meskipun kondisinya demikian, untuk

canda, ditambah lagi akses untuk mendapatkan menonton TV, rekreasi, dan sebagainya.

kebersamaan,

saling

buku-buku dongeng juga masih susah, Respon sang putri manakala tidak berarti Susi kecil tidak pernah didongengkan, sangat senang. Ia tidak mengenal dongeng. Ia masih dapat akan terganggu dengan acara TV ataupun mendengarkan dongeng dari siaran sebuah mainan-mainan yang dimilikinya. Bahkan radio swasta. Ini seperti yang pernah seringkali

sudah dilakukan oleh kakaknya sebelumnya. disampaikan minta diulang di lain waktu.

dongeng

yang

Tersebutlah sebuah radio swasta, Ibu Yeni berpendapat bahwa dengan radio ini memiliki program yang bernama mendongeng sesungguhnya bertujuan “Dongeng Sebelum Bobo”. Program ini untuk mendorong putrinya mampu diputar setiap hari oleh Susi kecil seusai berdialog. Kalau untuk nasihat yang magrib atau isya, Ibu Susi lupa lagi. Saat tersisip di dalam cerita, kadangkala anak itu Susi kecil berumur sekitar tujuh tahun. belum paham. Kalau ia akan menasihati Tak bosan-bosannya ia memutar program atau menegur putrinya, ia memilih itu setiap malamnya, meskipun ada langsung menyampaikannya tanpa melalui ceritanya yang diulang-ulang. Selain Susi media.

kecil memang suka mendengarkan dongeng, pada zamannya radio masih dipandang sebagai sarana hiburan yang memadai.

Pada saat itu, dongeng yang biasa disampaikan

ada dongeng dari mancanegara, ada dongeng lokal. Dongeng dari mancanegara ada beberapa yang diingatnya,

antaranya dongeng “Cinderela” dan “Putri Salju”. Adapun

di

untuk dongeng lokal adalah “Bawang Merah Bawang Putih” dan banyak lagi legenda lainnya, sedangkan untuk dongeng

fabel di antaranya “Kancil dan Rusa”. Di antara semua dongeng yang Gambar 7. Ibu Susi

Sumber: RI, 2017. pernah didengarnya, dongeng yang paling

diingat oleh Susi kecil adalah “Cinderela”. Susi, Ibu Susi selain sebagai ibu Ia memang menyukai dongeng yang

rumah tangga, ia juga berkarir di kantor. bertemakan putri-putri. Kemungkinan Meskipun sehari-hari disibukkan dengan karena ia seorang perempuan. Dongeng ini urusan rumah tangga dan pekerjaannya di menggambarkan kehidupan putri kerajaan kantor, namun demikian ia masih yang harus menderita lebih dulu sebelum menyisihkan waktunya untuk kembali mendapatkan kebahagiaan. Menurutnya, menempuh pendidikan ke jenjang yang semua dongeng itu, selalu berakhir dengan lebih tinggi.

happy ending „kebahagiaan‟. Semasa kecil, kedua orang tuanya

Saat ini Susi kecil sudah menjadi bekerja. Waktu yang tersisa hanya untuk seorang istri dan menjadi ibu dari 3 orang mengurus urusan rumah tangga dan anak. Si sulung laki-laki, berusia 14 tahun. beristirahat. Tidak heran Susi kecil tidak Nomor 2 dan bungsu masing-masing pernah

berkesempatan

untuk

80 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 67- 82 berumur 4 dan 2 tahun, keduanya

perempuan. Diakui Ibu Susi, semasa ia masih berputra satu yang mana waktunya masih dapat dikatakan

luang, ia selalu mendongeng untuk putranya. Materi dongeng yang ia bawakan bukan karangannya

sendiri,

melainkan

membacakan dari buku-buku dongeng yang bernuansakan agama Islam.

Ibu Susi menyadari betul apa manfaat dari mendongeng. Ia mendongeng

dengan tujuan untuk menstimulasi Gambar 8. Ibu Iin kemampuan anak agar anak terampil Sumber: RI, 2017.

berbicara dan membuka wawasan anak lewat bacaan karena buku adalah jendela

Tersebutlah seorang ibu rumah dunia.

tangga, Ibu Iin. Usianya 45 tahun dan ia Kini, meski tidak sesering si sulung, berputra 4 orang. Putra sulungnya sudah

Ibu Susi terbiasa mendongeng untuk putri berkeluarga dan yang bungsu baru keduanya. Sama halnya dengan putra berumur 5 tahun dan kini sekolah di sulungnya, kepada putri keduanya, ia PAUD. membacakan dongeng yang mengandung

Awal Iin kecil mengenal dongeng nilai-nilai keislaman. Sebagai seorang bukan dari orang tuanya atau anggota perempuan, sudah tentu

putrinya keluarga yang lain. Ia mengenal dongeng menyukai dongeng yang bertemakan putri- dari gurunya manakala ia sudah mulai putri. Oleh karena itu Ibu Susi memilihkan masuk sekolah. Tidak seperti anak dongeng tentang putri (princes) namun kebanyakan, Iin kecil mengawali sekolah tetap dalam koridor agama. Ia pilihkan di bangku SD. Ia tidak “mengenal” TK. dongeng yang nama putri-putrinya diambil

Meskipun demikian, sang kakek dari Asmaul Husna.

sering sambil lalu bercerita tentang masa Berbeda dengan putra sulungnya, perjuangan yang mana sang kakek turut

kepada putri keduanya, Ibu Susi biasa berperan. Biasanya beliau bercerita kalau mendongeng kapan saja di saat sedang

anggota keluarga sedang berkumpul. senggang. Biasanya pada jam makan

Sejak si sulung lahir, disusul putra malam.

Sambil menyuapi, sambil yang kedua dan ketiga, Ibu Iin tidak mendongeng. Kalau toh waktunya kurang terbiasa mendongeng. Namun tidak seperti senggang namun melihat putrinya sudah pada ketiga putra sebelumnya, kepada si terlalu asyik bermain gadget, ia akan bungsu, ia sesekali mau mendongeng. alihkan

dengan Mungkin frekuensinya hanya seminggu mendongeng.

perhatian

putrinya

sekali atau bahkan lebih dari seminggu Mendengarkan

tidak baru mendongeng. Ibu Iin mendongeng membuat jenuh putrinya, malahan ia sering manakala anaknya sedang rewel saja. meminta dan meminta lagi. Seperti halnya Itupun biasanya putranya yang meminta pada putra sulungnya, kepada putrinya ia lebih dulu. Waktunya, bagaimana maunya membiasakan mendongeng karena ada si anak saja. tujuannya. Selain untuk menstimulasi anak

dongeng

Oleh karena Ibu Iin tidak biasa agar mampu berbicara, juga agar manakala mendongeng

maka apabila harus putrinya sudah besar, ia akan terbiasa mendongeng, ia membacakan dari buku. dengan buku dan terbiasa membaca.

Biasanya tentang kisah Nabi. Menurutnya, ada manfaatnya ia sesekali mendongeng. Konon, karena pengaruh dari cerita yang

Tradisi Mendongeng..... (Ria Intani T.)

81 didongengkan, putranya menjadi takut memiliki alasan sendiri-sendiri. Telihat

berbohong. Dari cerita didengarnya bahwa kemudian bahwa ada korelasi antara kalau bohong itu dosa.

pengalaman

masa kecil dengan kegiatannya mendongeng sekarang.

penelitian menunjukkan Tradisi mendongeng pada zamannya bahwa pendongeng di dalam keluarga banyak dilakukan para orang tua. Tradisi terbagi atas dua kelompok. Kelompok mendongeng selain berfungsi untuk pertama adalah mereka yang pada masa menghibur,

D. PENUTUP

Hasil

mendekatkan hubungan kecilnya terbiasa didongengkan ataupun emosional antara orang tua (ibu) dan anak, mendengar dongeng dari media apa pun. meningkatkan kemampuan anak dalam Adapun kelompok kedua adalah mereka berbahasa dan sebagainya, juga secara yang pada masa kecilnya tidak pernah tersirat

media didongengkan. Keduanya ada perbedaan. penyampaian nilai-nilai. Sebabnya, di

berfungsi

sebagai

Kelompok pertama akan secara dalam sebuah dongeng yang disampaikan sadar menurunkan tradisi mendongeng itu seringkali secara samar-samar atau bahkan pada

putrinya; Intensitas nyata membawa pesan moral, memotivasi, mendongengnya tinggi; Mereka memiliki membentuk karakter, dan lebih luas lagi tujuan yang jelas untuk apa mereka konon dapat memengaruhi nasib bangsa mendongeng; Mereka cenderung mampu dilihat dari segi pertumbuhan ekonominya.

putra

menciptakan atau mengarang materi Dulu berbeda dengan sekarang. dongeng sendiri. Sekarang manakala manusia

Kelompok kedua, mereka cenderung menyesuaikan dengan tuntutan zaman, mendongeng hanya apabila ada

harus

“habislah” sudah waktu yang dimiliki permintaan dari putra putrinya. Dengan orang tua (ibu) untuk keluarga. Kesibukan kata lain mendongeng tidak berangkat dari yang dihadapi oleh mereka yang bekerja kesadaran

sendiri; Intensitas maupun mereka yang mengurus rumah mendongengnya

kurang; Mereka tangga, seperti tidak ada habisnya. mendongeng “tanpa” ada tujuan yang jelas Kebutuhan hidup yang meningkat rupanya walaupun kemudian ternyata memberikan yang berakibat pada sedikitnya waktu ibu dampak yang positif bagi si anak; Mereka yang tersisa.