PERTANYAAN PERTAMA YANG MUNCUL

  

MATERI KULIAH

PENGANTAR ILMU HUKUM

DIBERIKAN KEPADA MAHASISWA

STKIP SUMENEP

OLEH : SIHABUDDIN, M.H.

  PERTANYAAN PERTAMA YANG MUNCUL KETIKA MAHASISWA BELAJAR HUKUM APAKAH HUKUM ITU.......?

  ADA YANG BISA BERPENDAPAT....?

  Pendapat Hobbes Thomas Hobbes pernah meyatakan bahwa tanpa adanya

kesadaran pengendalian manusia terhadap sesamanya akan bersifat sebagai serigala, Homo homoni lupus , dalam hal ini mereka yang kuat selalu bersifat rakus, tamak, dan selalu berusaha untuk mengalahkan dan menguasai yang lemah hukum dapat mengatur segala kepentingan manusia mulai dari jabang bayi yang masih

dalam kandungan ibunya sampai seseorang Pengertian Hukum Yang Lain Manusia adalah mahluk sosial. Di mana ada masyarakat, di sana ada hukum (Ibi Ius Ubi Societas)

Hukum : Aturan-aturan perilaku yang dapat

diberlakukan/diterapkan untuk mengatur

hubungan- hubungan antar manusia (individu)

  • Sekarang pertanyaan yg

    muncul, apakah masyarakat

    itu, Apa perbedaan dasar dalam kehidupan masyarakat itu...?

  Menurut Dasar Perikehidupan/kebudayaan masyarakat dibedakan:

  1 . Masyarakat primitif dan masyarakat modern . Masyarakat primitif adalah masyarakat yang masih serba sederhana baik cara hidup, cara berpakaian, peraturan tingkah lakunya dan lain sebagainya. Masyarakat modern adalah masyarakat yang sudah lebih maju dibandingkan dengan masyarakat yang primitif mengenai segalanya.

  2. Masyarakat desa dan masyarakat kota . Masyarakat desa adalah sekelompok orang yang hidup bersama di desa. Masyarakat kota adalah sekelompok orang yang hidup bersama di kota.

  3. Masyarakat teritorial , adalah sekelompok orang yang bertempat tinggal dalam satu daerah tertentu.

  4. Masyarakat genealogis adalah masyarakat yang anggota-anggotanya ada pertalian darah. 5 . Masyarakat teritorial genealogis, adalah masyarakat yang para

  Menurut Hubungan Keluarga, bentuk Masyarakat dapat dibedakan:

1. Keluarga inti yang anggotanya hanya terdiri atas suami, isteri, dan anaknya.

  2. Keluarga luas yang anggotanya lebih luas dari keluarga inti, meliputi orang tua, saudara sekandung, saudara sepupu, paman, bibi dan sanak saudara lainnya yang

masih ada hubungan darah satu sama lain.

3 . Suku bangsa .

  Pendapat N.S. Timashef yang mengatakan bahwa, “Hukum baru ada apabila suatu bangsa telah mencapai kebudayaan tertentu, sehingga pada waktu itu masih terdapat sejumlah bangsa primitif yang tidak mengenal hukum”.

  

Faktor-faktor Pendorong untuk Hidup

Bermasyarakat:

  1. Hasrat untuk memenuhi makan dan minum atau untuk memenuhi kebutuhan ekonomis.

  2. Hasrat untuk membela diri.

  3. Hasrat untuk mengadakan keturunan.

C. Ellwood “kehidupan bermasyarakat itu penting

  mengingat berbagai dorongan antara lain:

  1. Dorongan untuk mendapatkan makanan, lebih mudah mendapatkannya apabila manusia bekerja sama dibanding dengan tindakan perorangan.

  2. Dorongan utk mempertahankan dan melindungi diri.

  3. Dorongan untuk melangsungkan dan mengembangkan jenis, terutama penggabungan diri secara naluri untuk

  

Tata Tertib dan Beberapa Kaidah Hukum

  • Tata tertib itu lahirnya karena kepentingan

  manusia itu sendiri . Karena kita ketahui dalam masyarakat, setiap manusia pasti mempunyai kebutuhan dan kepentingan yang berbeda- beda, begitu juga pencapaiannya.

  • • Tata tetib itu berwujud kumpulan aturan yang

  tertulis maupun yang tidak tertulis yang

tumbuh dalam masyarakat dan harus ditaati

oleh setiap anggota masyarakat itu sendiri. Hubungan Norma Hukum dengan norma Lainnya

  1. Kaidah agama atau kaidah kepercayaan yaitu kaidah yang asalnya dari Tuhan dan berisikan larangan-larangan, perintah-perintah dan anjuran-anjuran. Contoh-contoh kaidah agama seperti, jangan memuja berhala, berbaktilah kepada-Ku saja dan cintailah Aku lebih dari segala sesuatu.

  2 . Kaidah kesusilaan , adalah aturan hidup yang berasal dari

  

suara hati manusia yang menentukan mana perbuatan

  yang baik dan mana perbuatan yang tidak baik. Oleh sebab itu, kaidah kesusilaan itu bergantung pada pribadi manusia itu sendiri. kaidah kesusilaan bersifat otonom. Contoh membiarkan seseorang tergeletak kelaparan, atau sambungan

  3. Norma Fatsoen (sopan santun) Aturan hidup yang timbul dari pergaulan hidup masyarakat tertentu dan berlangsung secara tradisional, biasanya selalu dikaitkan dengan adat istiadat. dipaksakan oleh kekuasaan dari luar yaitu masyarakat berupa cemoohan. Contoh: membunyikan radio keras-keras pada waktu tetangga sedang beristirahat (tidur).

  4. Norma hukum Norma hukum adalah peraturan yang dibuat atau yang dipositifkan secara resmi oleh penguasa dapat dipaksakan oleh penguasa,. Dengan adanya kaidah hukum diharapkan keamanan

  Soerjono Soekanto, faktor-faktor

anggota masyarakat mematuhi hukum

  1. Kepentingan-kepentingan para anggota masy. yang terlindung oleh hukum;

  2. Compliance atau pemenuhan keinginan, orang akan patuh pada hukum karena didasarkan pada harapan akan sesuatu imbalan atau sebagai usaha untuk menghindarkan diri dari sanksi yang dijatuhkan manakala kaidah hukum itu dilanggar.

  3. Identifcation atau identifkasi, pematuhan akan kaidah hukum itu bukan nilai yang sesungguhnya dari kaidah tersebut melainkan karena keinginan para anggota masyarakat lainnya yang sekelompok atau segolongan, atau dengan para pemimpin kelompok atau dengan para pejabat hukum.

  4. Internalization atau internalisasi, bahwa kepatuhan manusia/anggota masyarakat kepada hukum karena kaidah-kaidah hukum tersebut ternyata sesuai dengan nilai-nilai yang menjadi pegangan sebagian besar para anggota masyarakat. Kepatuhan yaitu adanya penjiwaan, kesadaran

  Perbedaan kaidah hukum dg kaidah agama dan kesusilaan kaidah hukum bertujuan untuk

  • Ditinjau dari tujuannya

  menciptakan tata tertib masyarakat dan melindungi manusia beserta kepentingannya, sedangkan kaidah agama dan kaidah kesusilaan bertujuan untuk memperbaiki pribadi manusia agar menjadi manusia ideal.

  • Ditinjau dari sasarannya kaidah hukum mengatur

  tingkah laku manusia dan diberi sanksi bagi setiap pelanggarnya, sedangkan kaidah agama dan kaidah

kesusilaan mengatur sikap batin manusia sebagai pribadi.

  Kaidah hukum menghendaki tingkah laku manusia sesuai dengan aturan, sedangkan kaidah agama dan kaidah

kesusilaan menghendaki sikap batin setiap pribadi manusia sambungan

  , kaidah hukum dan kaidah

  • Ditinjau dari sumber sanksinya

  agama sumber sanksinya berasal dari luar diri manusia (heteronom), sedangkan kaidah kesusilaan sanksinya berasal dan dipaksakan oleh suara hati masing -masing pelanggarnya (otonom).

  , pelaksanaan kaidah

  • Ditinjau dari kekuatan mengikatnya

  hukum dipaksakan secara nyata oleh kekuasaan dari luar, sedangkan pelaksanaan kaidah agama dan kesusilaan pada asasnya tergantung pada yang bersangkutan sendiri . memberikan hak dan

  • Ditinjau dari isinya kaidah hukum

  kewajiban, sedang kaidah agama dan kaidah kesusilaan

  Perbedaan antara kaidah hukum dg kesopanan

  • kaidah hukum memberi hak dan kewajiban, kaidah kesopanan hanya memberi kewajiban saja.
  • • Sanksi kaidah hukum dipaksakan oleh masyarakat secara resmi, sanksi

    kaidah kesopanan dipaksakan oleh masyarakat scr tidak resmi.

  

Perbedaan antara kaidah kesopanan dengan kaidah agama dan kaidah

kesusilaan.

  • • Asalnya kaidah kesopanan dari luar diri manusia, kaidah agama, Tuhan

    dan kaidah kesusilaan berasal dari pribadi manusia.
  • Kaidah kesopanan berisi aturan yang ditujukan kepada sikap lahir manusia. Kaidah agama dan kaidah kesusilaan berisi aturan yang ditujukan kepada sikap batin manusia.
  • Tujuan kaidah kesopanan, dan kaidah hukum ketertiban masyarakat, menghindari jatuhnya korban, kaidah agama dan kaidah kesusilaan

  Pengertian Hukum Menurut Para Ahli.

  • Menurut pendapat Prof. Mr. E.M. Meyers, hukum ialah semua aturan yang mengandung pertimbangan kesusilaan, ditujukan kepada tingkah laku manusia dalam masyarakat yang menjadi pedoman bagi penguasa-penguasa negara dalam melakukan tugasnya.
  • • Menurut Leon Duguit, hukum ialah aturan tingkah laku para anggota

    masyarakat, aturan yang daya penggunaannya pada saat tertentu diindahkan oleh suatu masyarakat sebagai jaminan dari kepentingan

    bersama dan jika dilanggar menimbulkan reaksi bersama terhadap orang yang melakukan pelanggaran itu.

  • Menurut Immanuel Kant, hukum ialah keseluruhan syarat-syarat yang dengan ini kehendak bebas dari orang yang satu dengan menyesuaikan diri dengan kehendak bebas dari orang yang lain menuruti asas tentang kemerdekaan.
  • Menurut Utrecht, hukum adalah himpunan peraturan-peraturan (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang pengurus tata tertib

    suatu masyarakat dan oleh karena itu harus ditaati oleh masyarakat

bersambung

  • Menurut S.M. Amin, SH., hukum adalah kumpulan-kumpulan peraturan-peraturan yang terdiri dari norma dan sanksi-sanksi dan tujuan hukum adalah mengadakan ketertiban dalam pergaulan manusia, sehingga keamanan dan ketertiban terpelihara.
  • Meurut J.C.T. Simorangkir hukum adalah peratura-peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah aku manusia dalam lingkungan masyarakat yang dibuat oleh badan-badan resmi yang berwajib, pelanggaran terhadap peraturan tadi berakibatkan diambilnya tindakan, dengan hukuman tertentu.
  • Menurut M.H. Tirtaamidjaya, SH.,hukum ialah semua aturan (norma) yang harus dituruti dalam aturan tingkah laku

  Defnisi hukum sebagai pegangan dapat dilihat dari unsur-unsur, yaitu: Unsur-unsur hukum

  • Peraturan tingkah laku manusia.
  • Peratuan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib.
  • Peraturan itu bersifat memaksa.
  • Sanksi bagi pelanggaran terhadap peraturan itu adalah tegas (pasti dan dapat dirasakan nyata bagi yang bersangkutan).

  Ciri-ciri hukum adalah: • Adanya perintah dan atau larangan.

  • Larangan dan perintah itu harus dipatuhi/ditaati orang.

  Tujuan Hukum menurut para ahli

  1. Prof. Soebekti, SH. berpendapat bahwa tujuan hukum adalah mengabdi kepada tujuan negara, yaitu mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan rakyatnya.

  2. DR. Soedjono Dirdjosisworo,SH.Tujuan hukum melindungi individu dalam hubungannya dengan masyarakat, sehingga dengan demikian dapat diharapkan terwujudnya keadaan aman, tertib dan adil.

   Kesimpulkan dari beberapa pendapat, bahwa tujuan hukum adalah keseimbangan kepentingan, ketertiban, keadilan, ketenteraman, kebahagiaan setiap

  Fungsi Hukum

  1. Hukum berfungsi sebagai alat ketertiban dan keteraturan masyarakat.

  2. Fungsi ini memungkinkan untuk diperankan oleh hakim karena hukum memberikan petunjuk kepada

masyarakat bagaimana mereka harus bertingkah

laku. Dalam konteks kepabeanan, maka aparat bea dan cukai berperan menjelaskan mana yang diperbolehkan oleh hukum dan mana yang dilarang oleh hukum.

  

3. Hukum berfungsi sebagai sarana untuk mewujudkan

keadilan sosial lahir batin

  

4. Hukum yang bersifat mengikat dan memaksa serta

  Sambungan Hukum berfungsi sebagai alat penggerak pembangunan

  5. Fungsi hukum sebagai alat penggerak pembangunan karena ia mempunyai daya mengikat dan memaksa dapat dimanfaatkan sebagai alat otoritas untuk mengarahkan masyarakat ke arah yang lebih maju.

  6. Hukum berfungsi sebagai alat kritik (fungsi kritik) Fungsi ini berarti bahwa hukum tidak hanya mengawasi masyarakat semata-mata tetapi berperan

juga untuk mengawasi para pejabat pemerintah, para

penegak hukum, maupun aparatur pengawasan sendiri.

7. Hukum berfungsi sebagai sarana untuk menyelesaikan pertikaian.

  

Menurut Sjachran Basah, fungsi hukum

  1. Direktif, sebagai pengarah dalam membangun untuk membentuk masyarakat yang hendak dicapai sesuai dengan tujuan kehidupan bernegara;

  2. Integratif, sebagai pembina kesatuan bangsa;

  

3. Stabilitatif, sebagai pemelihara (termasuk ke dalamnya hasil-

hasil pembangunan) dan penjaga keselarasan, keserasian,

dan keseimbangan dalam kehidupan benegara dan bermasyarakat;

  4. Perfektif, sebagai penyempurna terhadap tindakan-tindakan administrasi negara, maupun sikap tindak warga dalam kehidupan bernegara dan bermasyrakat;

  Sumber hukum

Sumber hukum adalah segala sesuatu yang dapat

menimbulkan atau melahirkan hukum.

  

Singkatnya, sumber hukum dapat juga disebut

asal mula hukum.

  Macam-macam sumber hukum Sumber hukum materiil adalah faktor-faktor yang turut serta menentukan isi hukum. mempelajari sumber-sumber hukum harus ditinjau dari beberapa sudut cabang ilmu hukum maupun disiplin ilmu lainnya, misalnya sosiologi hukum, sejarah, agama, psikologi dan ilmu sambungan

2. Sumber hukum formil

  Yang dimaksud sumber hukum formil, adalah sumber hukum dengan bentuk tertentu yang merupakan dasar berlakunya hukum secara formal.

  Sumber hukum formil ialah

  a. UU

  b. Adat dan Kebiasaan

  c. Traktat

  d. Yurisprudensi e. Pendapat ahli hukum terkenal.

  Sambungan Undang-undang mengikat telah diundangkan oleh mensesneg dan dimuat dalam lembaran negara. Lembaran Negara: tempat pengundangan suatu UU agar mempunyai daya mengikat.

  Tambahan lembaran negara: penjelasan dari UU.

  Berita Negara: memuat berita lain yang

sifatnya penting yang berkaitan dengan

  

Asas berlakunya undang-undang

adalah

  1. Undang-undang tidak berlaku surut.

  2. Undang-undang yang berlaku kemudian membatalkan undang-undang terdahulu, sejauh undang-undang itu mengatur objek yang sama (lex

  posterior derogat legi priori);

  3. Undang-undang yang dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi mempunyai derajat yang lebih tinggi, sehingga apabila ada dua macam undang-undang yang tidak sederajat mengatur objek yang sama dan saling berentangan, maka hakim harus menerapkan undang-undang yang lebih tinggi dan menyatakan bahwa undang- undang yang lebih rendah tidak mengikat (lex superior derogat legi

  inferiori).

  4. Undang-undang yang khusus mengesampingkan undang-undang yang bersifat umum, maka jika ada dua macam ketentuan dari peraturan perundangan yang setingkat dan berlaku pada waktu bersamaan serta

  Sambungan

  5. Undang-undang tidak dapat diganggu gugat. Undang- undang tidak berlaku apabila: a. Jangka waktu berlakunya undang-undang itu sudah habis; b. Hal-hal atau objek yang diatur oleh undang-undang itu sudah tidak ada; c. Undang-undang itu dicabut oleh pembentuknya atau oleh instansi yang lebih tinggi.

  d. Telah dikeluarkan undang-undang baru yang isinya bertentangan dengan isi undang-undang terdahulu .

  Peraturan perundang yang berlaku di Negara Indonesia menurut TAP MPRS No.

XX/MPRS/1966

  1. UUD 1945;

  2. TAP MPR;

  3. UU/PERPU;

  4. Peraturan Pemeintah;

  5. Keputusan Presiden;

  6. Peraturan Menteri/Instruksi Menteri; 7. Peraturan Pelaksanaan lainnya.

  UU No. 10 Tahun 2004

  

  

  

  

  

  Adat dan kebiasaan

  Hk kebiasaan: Aturan-aturan hukum yg bersumber pada kebiasaan Hk. Adat: Bersumber pada adat istiadat

  

Hukum kebiasaan sebagai Sumber hukum

harus memiliki 2 unsur

  Hukum kebiasaan dalam arti umum

  1. Suatu perbuatan harus terus tetap dilakukan

  2. Ada keyakinan harus dilakukan krn suatu kewajiban (dua unsur lagi yg harus dipenuhi):

3. Pengakuan 4. Penguatan.

  

Beda hukum adat dengan kebiasaan

  Hukum kebiasaan: belum menjadi tradisi, adat bersifat sakral serta dari tradisi rakyat/

  Hukum kebiasaan: tidak tertulis, hukum adat tidak, walaupun ada sebagian kecil.

  Traktat

  Traktat: perjanjian antara negara,

  1. Traktat bilateral,

  2. Traktat multilateral 3. Traktat kolektif atau traktat terbuka.

  4. Traktat, perjanjian antar negara yg dianggap penting.

  5. Persetujuan saja, perjanjian yang tidak begitu penting.

  Yurisprudensi Keputusan pengadilan atau keputusan hakim Hakim membentuk/menghasilkan hukum sifatnya terbatas. Pembentuk UU, menghasilkan peraturan yang abstrak, berlaku umum.

  Macam Yurisprudensi:

  1. Yurisprudensi tetap: sudah merupakan standar bagi hakim utk mengambil keputusan

  2. Yurisprudensi tdk tetap: bukan merupakan standar doktrin

  Pendapat para ahli hukum terkenal, sering dijadikan pegangan bagi hakim.

  

Mazhab-mazhab hukum

Hukum dapat didekati dari berbagai sudut pandang:

  1. Sejarah.pendekatan dari sudut sejarah memandang bahwa hukum yang berlaku sekarang ini berlainan dengan hukum pada waktu yang lampau dan mungkin berbeda dengan hukum pada waktu yang akan datang.

  2. sosiologi memandang hukum hanyalah sebagai gejala masyarakat. 3. flsafat, hukum itu merupakan hasil pikiran manusia yang selalu berkembang sesuai dengan logika akal manusia.

4. Dari segi hukum itu sendiri mencoba mempelajari hukum terlepas dari unsur-unsur kebudayaan, politik, sosial, dan ekonomi.

  Akibat dari perbedaan sudut pandang ini maka timbullah aliran-aliran pendapat (mazhab-mazhab): yakni (1) mazhab hukum kodrat, (2) Mazhab sejarah; (3) mazhab imperatif; (4) mazhab sosiologis; dan (5) sambungan

  1. Hukum Kodrat: Adalah suatu aliran yang menelaah hukum dengan bertitik tolak dari keadilan yang mutlak, artinya bahwa keadilan tidak boleh diganggu.

  • Terlepas dari kehendak manusia, atau tidak bergantung pada pandangan manusia.
  • Berlaku tidak mengenal batas waktu, artinya berlaku kapan saja;
  • Bersifat universal, artinya berlaku bagi semua orang;
  • Berlaku di semua tempat atau berlaku di mana saja tidak mengenal batas tempat; • Bersifat jelas dengan sendirinya bagi manusia.
  • Jadi hukum kodrat adalah hukum yang tidak bergantung pada pandangan manusia, berlaku kapan saja, di mana saja, bagi siapa saja, dan jelas bagi semua manusia tanpa ada yang menjelaskanya. Ajaran mengenai hukum kodrat dikemukakan
sambungan 2. MAZHAB SEJARAH.

  • Mazhab sejarah dipelopori oleh Friedrich Carl von Savigny. Mazhab ini merupakan reaksi terhadap para pemuja hukum alam atau hukum kodrat yang berpendapat bahwa hukum kodrat itu bersifat rasionalistis dan berlaku bagi segala bangsa, untuk semua tempat dan waktu. Mazhab sejarah berpendapat bahwa tiap-iap hukum itu ditentukan secara historis, selalu berubah menurut waktu dan tempat.
  • Hukum hidup dalam kesadaran bangsa, maka hukum berpangkal pada kesadaran bangsa. Namun demikian tidak berarti bahwa jiwa seiap warga negara dari bangsa itu menghasilkan hukum, karena yang dapat mewujudkan hukum itu adalah jiwa bangsa yang sama-sama hidup dan berada dalam setiap individu dan menghasilkan hukum positif. Timbulnya hukum positif tidak terjadi oleh akal manusia yang secara sadar memang menghendakinya, tetapi hukum positif itu tumbuh dan berkembang di dalam kesadaran bangsa secara organic. Jadi tumbuh

TEORI TEOKRASI

  

Pada masa lampau di Eropa para ahli pikir (flsof) menganggap

dan mengajarkan, bahwa hukum itu berasal dari Tuhan YME, dan oleh karena itu maka manusia diperintahkan oleh Tuhan harus tunduk pada hukum. Perintah yang datang dari Tuhan itu ditulis dalam kitab suci. Tinjauan mengenai hukum dikaitkan dengan kepercayaan dan agama, dan ajaran tentang legitimasi kekuasaan hukum didasarkan kepada kepecayaan dan agama. Adapun teori-teori yang

mendasarkan berlakunya hukum atas kehendak Tuhan YME

dinamakan Teori Ketuhanan (Teori Teokrasi).

  • Berhubung peraturan perudang-undangan itu ditetapkan Penguasa Negara, maka oleh penganjur teori teokrasi diajarkan, bahwa para penguasa negara itu mendapat kuasa dari Tuhan: seolah-olah para Raja dan penguasa lainnya

TEORI KEDAULATAN RAKYAT

  • • Mereka yang menganut mazhab ini menyatakan bahwa

    undang-undang adalah satu-satunya sumber hukum, sedangkan untuk kebiasaan sesungguhnya tidak terdapat tempat sebagai sumber hukum. Segala hukum itu adalah langsung dari kehendak para pemegang

    kedaulatan, kekuasaan tertinggi dalam negara, dengan

    demikian maka hanya undang-undanglah yang merupakan sumber hukum.
  • Timbulnya mazhab ini karena para ahli hukum merasakan bahwa semakin banyaknya Hukum Kebiasaan maka hukum itu akan semakin kabur dan samar-samar dan hal ini akibat adanya perbedaan yang terlampau besar pada Hukum-hukum Kebiasaan tadi

TEORI KEDAULATAN NEGARA

  • Pada abad 19, teori perjanjian masyarakat ini dtentang oleh teori yang mengatakan, bahwa kekuasaan hukum tidak dapat didasarkan atas kemauan bersama seluruh anggota masyarakat. Hukum itu ditaati karena negaralah yang menghendakinya; hukum adalah kehendak Negara dan Negara itu mempunyai kekuasaan tak terbatas.
  • Penganjur teori kedaulatan Negara yaitu Hans Kelsen dalam buku “Reine Rechtslehre”, yang mengatakan bahwa hukum itu adalah tidak lain daripada “kemauan negara” (Wille des States). Namun demikian, menurutnya orang yang taat kepada hukum bukan karena negara menghendakinya, akan tetapi orang taat kepada hukum karena ia merasa wajib mentaatinya sebagai perintah

TEORI KEDAULATAN HUKUM

  • Prof. Mr. F. Krabbe dari Universitas Leiden menentang teori Kedaulatan Negara, dalam bukunya yang berjudul Die Lehe der Rechtsouveranitet (1906). Menurutnya sumber hukum ialah “rasa

    keadilan” . menurut Krabbe hukum adalah apa yang

    memenuhi rasa keadilan dari orang terbanyak yang

    ditundukkan padanya. Suatu peraturan yang tidak

    sesuai dengan rasa keadilan dari jumlah terbanyak

    orang tidak dapat mengikat, peraturan-peraturan demikian bukanlah “hukum”, walaupun masih ditaati ataupun dipaksakan. Teori ini timbul pada abad 20 ini disebut Teori Kedaulatan Hukum.

  ASAS KESEIMBANGAN • Prof. Mr. R. Kranenburg (murid dari dan pengganti Prof.

  Krabbe), mencari dalil yang menjadi dasar berfungsinya kesadaran hukum orang. Kranenburg menguatkan ajaran Krabbe, bahwa kesadaran hukum orang itu menjadi

  

sumber hukum . Hukum itu berfungsi menurut suatu dalil

  yang nyata (riil). Dalil yang riil dan nyata dirumuskan sebagai berikut: Tiap orang menerima keuntungan atau mendapat kerugian sebanyak dasar-dasar yang telah ditetapkan atau diletakkan terlebih dahulu.

  • Pembagian keuntungan dan kerugian dalam hal tidak ditetapkan terlebih dahulu dasar-dasarnya ialah bahwa tiap-tiap anggota masyarakat hukum sederajat dan sama. Hukum atau dalil ini disebut asas keseimbangan, berlaku

  Penemuan Hukum

  1.Pembentukan Hukum oleh Hakim

  2.Penafsiran Hukum

  

3.Pengisian Kekosongan Hukum

  Pembentukan hukum oleh hakim

1. Hakim merupakan Faktor Pembentuk Hukum

  

Pengadilan sebagai tempat setiap orang mencari

keadilan dilarang menolak suatu perkara yang diajukan kepadanya untuk diperiksa dan diputuskannya dengan alasan bahwa

hukum tidak atau kurang jelas, melainkan wajib

memeriksa dan menyelidikinya; hal ini disimpulkan dari ketentuan

pasal 22 AB dan pasal 14 UU No. 14 Tahun 1970

(UU

PENGISIAN KEKOSONGAN HUKUM

  Hakim memenuhi kekosongan hukum

  Adapun pendapat dalam sistem formal dalam suatu hukum ada ruang kosong yang diisi hakim, belumlah dianut orang.namun demikian, paham tentang hukum sebagai kesatuan yang bulat dan lengkap yang tertutup (paham tentang di luar UU tidak ada hukum) tidak dapat diterima oleh sarjana hukum, sehingga Paul Scholten mengatakan bawa hukum itu merupakan suatu sistem yang terbuka (open system van het recht) maksudnya hukum itu menjadi dinamis dan mengikuti proses perkembangan masyarakat.

  Konstruksi hukum

  Degan menggunakan kontruksi hukum, hakim dapat menyempurnakan sistem formal dari hukum, yakni sistem

  Macam-macam Penafsiran

  1. Penafsiran gramatikal Yaitu penafsiran berdasarkan pada bunyi undang-undang dengan pedoman pada arti kata-kata dalam hubungannya satu sama lain dalam kalimat yang dipakai dalam undang- undang. Penafsiran gramatikal semata-mata hanya

berdasarkan pada arti kata-kata menurut tata bahasa atau

kebiasaan dalam penggunaan sehari-hari. Contoh: Pasal 1140 KUH Perdata menentukan bahwa pemilik rumah mempunyai hak privilege terhadap seluruh perabot rumah yang disewakan, artinya apabila penyewa

menunggak pembayaran uang sewa, dan terjadi penyitaan

semua perabot rumah itu, jika dilelang maka hasil penjualan perabot rumah itu terlebih dahulu digunakan untuk melunasi

2. Penafsiran historis

  Yaitu penafsiran yang berdasarkan pada sejarah baik sejarah terbentuknya undang-undang (proses pembentukan undang-undang dari memori penjelasan, laporan sidang di DPR, surat menyurat antara menteri dan DPR), maupun sejarah hukum (termasuk penyelidikan terhadap maksud pembentuk undang-undang pada waktu membentuk undang-undang tersebut) dengan menyelidiki asal usul suatu peraturan dikaitkan dengan suatu sistem hukum yang pernah berlaku atau dengan suatu sistem hukum asing tertentu. 

  Contoh: seseorang yang melanggar hukum atau melakukan tindak pidana dihukum denda Rp 5.000,00 denda sebesar itu jika diterapkan saat ini jelas tidak sesuai

3. Penafsiran sistematis

  Yaitu penafsiran yang memperhatikan susunan kata-kata yang berhubungan dengan bunyi pasal=pasal lainnya baik dalam undang- undang itu sendiri maupun undang-undang lainnya. Asas monogami yang tercantum

dalam pasal 27 KUH Perdata adalah menjadi

dasar pasal-pasal 34, 60, 64, dan 86 KUH Perdata.

4. Penafsiran teleologis (sosiologis)

  Yaitu penafsiran yang memperhatikan tentang tujuan undang-undang itu, mengingat kebutuhan masyarakat berubah menurut masa atau waktu, sedang bunyi undang-undang tetap. Konkritnya walaupun suatu

undang-undang tidak sesuai lagi dengan kebutuhan

akan tetapi kalau undang-undang itu masih berlaku,

maka tetap diterapkan terhadap kejadian atau peristiwa masa kini. Namun pengertiannya disesuaikan dengan situasi pada saat ketentuan itu diterapkan. Jadi penerapan peraturan undang- undangnya yang disesuaikan dengan situasinya.

  5 .Penafsiran otentik

  Yaitu penjelasan terhadap kata-kata, istilah dan pengertian di dalam peraturan perundang- undangan yang ditetapkan oleh pembuat undang-undang itu sendiri dalam peraturan perundang-undangan yang bersangktan. Contoh:

  • Pasal 95 KUH Pidana: “Kapal Indonesia adalah

    kapal yang menurut undang-undang memiliki

    surat-surat untuk dapat berlayar.
  • • Pasal 98 KUH Pidana: “Malam hari adalah waktu

    antara matahari terbenamsampai dengan

  6. Penafsiran analogis

Penafsiran dengan memberi ibarat (kias) pada

kata-kata tersebut sesuai dengan asas hukumnya, sehingga suatu peristiwa yang

tidak cocok dengan peraturannya, dianggap

sesuai dengan bunyi peraturan itu.

  Contoh: Istilah menyambung listrik dianggap sama dengan mengambil aliran listrik. Menjual yang dimaksud dalam pasal 1576 KUH Perdata dianggap sama dengan

memberikan, mewariskan atau mengalihkan

7. Penafsiran a contrario

  Yaitu penafsiran dengan cara melawankan pengertian antara soal yang dihadapi dengan masalah yang diatur dalam suatu pasal undang-undang.

  Contoh:

Dalam pasal 34 KUH Perdata ditentukan bahwa

seorang janda dilarang menikah lagi sebelum

lewat 300 hari setelah perkawinan yang terdahulu putus. Ketentuan pasal 34 KUH Perdata tersebut tidak berlaku bagi duda, karena pasal tersebut tidak menyebut apa-apa

8.Penghalusan hukum

  • Yaitu penafsian dengan cara menyempitkan berlakunya ketentuan undang-undang karena jika tidak akan terjadi kerugian yang lebih besar.
  • Contoh:
  • Perbuatan melawan hukum sebagaimana yang termaksud dalam pasal 1365 KUH Perdata adalah sangat luas lingkupnya sehingga pasal tersebut dapat diterapkan terhadap kasus tertentu yang khusus sifatnya. Jika terjadi suatu peristiwa dimana karena akibat perbuatan seseorang orang lain menderita rugi, tetapi orang yang menderita rugi itu turut melakukan perbuatan tersebut, maka orang yang menderita rugi itu hanya berhak menuntut ganti rugi sebagian saja, karena dia juga turut

  

Disamping penafsiran-penafsiran tersebut di

atas masih ada penafsiran lain yaitu:

  1 Penafsiran ekstensif, yaitu penafsiran dengan memperluas arti kata-kata dalam peraturansehingga suatu peristiwa dapat dimasukkannnya. Contoh: Aliran listrik ditafsirkan sebagai benda (imateriil).

  

2 Penafsiran restriktif yaitu penafsiran dengan membatasi arti

kata-kata dalam peraturan. Contoh: kerugian ditafsirkan tidak termasuk kerugian yang tidak berwujud (imateriil).

  3. Penafsiran komparatif yaitu penafsiran dengan cara

membandingkan dengan penjelasan-penjelasan berdasarkan

perbandingan hukum, agar dapat ditemukan kejelasan suatu

ketentuan undang-undang.

  4. Penafsiran futuristis, yaitu penafsiran dengan penjelasan

undang-undang dengan berpedoman pada undang-undang

PENGISIAN KEKOSONGAN HUKUM

  Menyusun suatu undang-undang memerlukan waktu yang lama sekali sehingga pada waktu undang-undang itu dinyatakan berlaku hal-hal atau keadaan yang hendak diatur oleh undang-undang tersebut sudah berubah, terbentuknya suatu peraturan-peraturan senantiasa terbelakang dibandingkan dengan kejadian-kejadian yang ada dalam perkembangan masyarakat.

  1. Hakim memenuhi kekosongan hukum Adapun pendapat dalam sistem formal dalam suatu hukum ada ruangan kosong yang diisi hakim, belumlah dianut orang.namun demikian, paham tentang hukum sebagai kesatuan yang bulat dan lengkap yang tertutup

(paham tentang di luar UU tidak ada hukum) tidak dapat diterima oleh sarjana

hukum, sehingga Paul Scholten mengatakan bawa hukum itu merupakan suatu sistem yang terbuka (open system van het recht) maksudnya hukum itu menjadi dinamis dan mengikuti proses perkembangan masyarakat.

  2. Konstruksi hukum Degan menggunakan kontruksi hukum, hakim dapat menyempurnakan

sistem formal dari hukum, yakni sistem peraturan perundangan yang berlaku

  (hukum positif). Kodifkasi

Hukum yang dikodifkasikan adalah hukum tertulis, tetapi tidak semua hukum tertulis

itu telah dikodifkasikan, sehingga hukum dari bentuknya dapat dibedakan antara:

1. Hukum tertulis:

  a. Hukum tertulis yang dikodifkasikan (codifcate). Contoh KUHP, KUH Perdata,

  b. Hukum tertulis yang tidak dikodifkasi. Contohnya, undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan presiden.

  2 Hukum tak tertulis, ialah kaidah yang hidup dan diyakini oleh masyarakat serta

ditaati berlakunya sebagai kaidah hukum. Hukum demikian lazim disebut hukum

kebiasaan (Common Law). Beberapa keuntungan dgn dilakukannya kodifkasi dikemukakan oleh para ahli al:

  

1. Kodifkasi itu menghindarkan tindakan sewenang2 dari para peguasa, para hakim,

  2. Kodifksi menjamin adanya kepastian hukum (recht Zekerheid) sehingga para penguasa, para petugas hukum ataupun anggota masyarakat dapat mengetahui batas-batas hukum yang berlaku.

  3. Kodifkasi memungkinkan adanya unifkasi dalam hukum, yaitu kesatuan hukum bagi perbuatan-perbuatan yang sama yang berlaku bagi seluruh anggota masy.

  

4. Tanpa adanya kodifkasi, akan terjadi perbedaan-perbedaan perumusan peraturan-

peraturan hukum, terutama di daerah-daerah yang pada umumnya masih berlaku

  

Penggolongan Hukum

1. Hukum berdasarkan sumbernya

a. Hukum undang-undang, yaitu hukum yang tercantum dalam

  prt peruu;

  b. Hukum adat dan hukum kebiasaan, yaitu hukum yang diambil dari peraturan-peraturan adat dan kebiasaan;

  c. Hukum yurisprudensi, yaitu hukum yang terbentuk dari putusan peng; d. Hukum traktat, yaitu hukum yang diterapkan oleh negara- negara peserta perjanjian internasional;

  e. Hukum doktrin, yaitu hukum yang berasal dari pendapat para ahli hukum terkenal.

2. Hukum berdasarkan bentuknya, hukum dapat

  Sambungan

3. Hukum berdasarkan isinya, atau

  kepentingan yang diatur, hukum dapat digolongkan menjadi: a. Hukum privat/sipil, adalah hukum yang mengatur hubungan hukum antara orang yang satu dengan orang menitikberatkan

pada kepentingan perorangan yang bersifat

pribadi. b.Hukum publik,adalah hukum yang mengatur hub hukum antara orang dengan negara menitikberatkan pada kepentingan

  

Perbedaan antara hukum privat dengan hukum publik:

  Hukum Privat Hukum Publik

  1. Mengutamakan kepentingan individu;

  2. Mengatur hal ikhwal yang bersifat khusus;

  3. Dipertahankan oleh individu;

  4. Asas damai diutamakan, hakim mengupayakannya..

  5. Setiap saat gugatan penggugat dapat ditarik kembali penggugatan;

  6. Sanksinya berbentuk perdata.

  1. Mengutamakan pengaturan kepentingan umum;

  2. Mengatur hal ikhwal yang bersifat umum;

  3. Dipertahankan oleh negara melalui jaksa;

  4. Tidak mengenal asas perdamaian;

  5. Tidak dapat dicabut kembali, kecuali dalam perkara aduan;

  6. Sanksinya umum. Persamaannya

  • Keduanya merupakan norma hukum yang mengatur kehidupan manusia;
  • Keduanya mempunyai sanksi hukum yang dapat dikenakan kepada pelanggarnya;
  • Keduanya tetap tunduk pada pengecualian, apabila dalam keadaan terpaksa.

  4. Hukum berdasarkan tempat berlakunya

  a. Hukum nasional, ialah hk yang berlakunya pada suatu neg ttentu;

  b. Hukum internasional, ialah hkm yang mengatur hub antara neg satu dengan neg lain (hubungan internasional); c. Hukum asing, adalah hkm yang berlaku di negara lain jika dipandang dari suatu negara tertentu.

  5. Hukum berdasarkan masa berlakunya:

  a. Hukum positif (ius constitutum), yaitu hukum yang berlaku saat ini, pada masy tertentu, dan wil tertentu. Hkm positif biasa juga disebut tata hukum. Contoh dari hukum positif, misalnya Hukum Pidana berdasarkan KUHP sekarang;

  b. Hukum yang dicita-citakan, diharapkan, atau direncanakan akan berlaku pada masa yang akan datang (ius constituendum). Contoh dari hukum yang dicita-citakan, misalnya hukum keuangan negara (yang sudah berlaku).

6. Hukum berdasarkan cara mempertahankannya, atau berdasarkan

  fungsinya, dapat digolongkan menjadi:

  a. Hukum meteriil, yaitu hkm yang mengatur tentang isi hub hkm antara sesama anggota masy, antara anggota masy dengan penguasa neg, antara masy dengan penguasa negara, dan antara masyarakat dengan masyarakat itu sendiri. Di dalam hukum materiil ini ditetapkan mana sikap tindak yang diharuskan (gebod), mana yang dilarang (verbod), dan mana yang dibolehkan (mogen), termasuk akibat hukum dan sanksi hukum bagi pelanggarnya. Dgan demikian hukum materiil menimbulkan hak dan kewajiban sebagai akibat yang timbul karena adanya hub hkm.

  b. Hukum formal, yaitu hkm yang mengatur bgm cara penguasa mempertahankan dan menegakkan serta melaksanakan kaidah-kaidah hukum materiil, dan

7. Hukum berdasarkan sifatnya, atau kekuatan

  

berlakunya atau sanksinya, dapat digolongkan:

  a. Hukum memaksa (imperatif), kaidah hukum yang dalam keadaan apapun harus ditaati dan bersifat mutlak daya ikatnya. Ini berarti bahwa kaidah hukum yang memaksa ini berisi ketentuan hukum yang dalam situasi apapun tidak dapat dikesampingkan melalui perjanjian para pihak. Ada hukum memaksa yaitu harus dilaksanakan. Contoh, Pasal 340 KUH Pidana, yang menetapkan:

   “Barang siapa dengan sengaja dan direncanakan lebih dahulu menghilangkan nyawa orang lain, dihukum, karena pembunuhan direncanakan (moord), dengan

hukuman mati atau penjara sumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya

dua puluh tahun”.

  

b. Hukum mengatur (fakultatif), yaitu kaidah hukum yang dapat dikesampingkan oleh

para pihak yang bersangkutan dengan jalan membuat ketentuan khusus dalam suatu perjanjian yang mereka adakan. Kaidah hukum semacam ini baru akan berlaku apabila para pihak tidak menetapkan aturan tersendiri di dalam perjanjian yang mereka adakan. Ketentuan ini dapat kita lihat dalam Pasal 1152 KUH Perdata:

  

“hak gadai atas benda-benda bergerak dan atas piutang bahwa diletakkan dengan

membawa barang gadainya di bawah kekuasaan si berpiutang atau pihak ketiga, tentang siapa telah disetujui oleh kedua belah pihak”.

  Akan tetapi realitas menunjukkan bahwa sering pemberi gadai tetap menguasainya. Misalnya menggadaikan mobil.

8. Hukum berdasarkan wujudnya, dapat terbagi dalam dua bagian :

  a. Hukum objektif adalah mengatur pula hubungan antara anggota masyarakat dengan masyarakat, antara masyarakat yang satu dengan lainnya, dan antara masyarakat dengan negara. Orang-orang yang mengadakan hub hukum dinamakan subjek hkm b. Hukum subjektif, ialah kewenangan atau hak yang diperoleh seseorang berdasarkan hukum objektif. Seseorang yang mengadakan hubungan hukum dengan orang lain akan memperoleh hak dan kewajiban . Jadi hak

  

atau kewajiban seseorang yang diperoleh karena saling mengadakan

hubungan hukum itulah yang dinamakan hukum subjektif.

  • Contoh: A mengadakan perjanjian jual beli sebidang tanah dengan B.

  A sebagai pemilik tanah, B sebagai pembelinya. Apabila sudah tercapai kata sepakat di antara A dan B, maka timbullah hak bagi A untuk menerima sejumlah uang harga tanah yang sudah disepakati oleh B dan mempunyai kewajiban menyerahkan tanah itu kepada B bila tanah telah dibayar lunas. Sebaliknya B

SUBJEK HUKUM

  

Dalam dunia hukum perkataan orang (persoon)

berarti pembawa hak, yaitu sesuatu yang mempunyai hak dan kewajiban dan disebut subjek hukum. Dewasa ini subjek hukum itu terdiri dari:

  » manusia (natuurlijke persoon);

» badan hukum (recht persoon), yaiu:

   badan hukum perdata; Mereka yang oleh hukum telah dinyatakan tidak cakap untuk melakukan sendiri perbuatan ialah:

1. Orang yang masih di bawah umur (belum mencapai usia 18 tahun) = belum dewasa.

  

Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,

seorang laki-laki disebut dewasa apabila ia telah berumur 18 tahun, sedangkan untuk perempuan apabila ia telah berumur 15 tahun.

  2. Orang yang tak sehat pikirannya (gila), pemabuk, dan pemboros, yakni mereka yang ditaruh di bawah curatele (pengampuan).

  Suatu badan hukum hampir selalu memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

  1. Memiliki kekayaan yang terpisah dari kekayaan anggotanya;

  2. Memiliki hak dan kewajiban yang terpisah dari hak dan kewajiban para anggotanya secara pribadi.

  3. Memiliki sifat keseimbangan, sebab hak dan kewajiban badan hukum tetap melekat walaupun anggotanya silih

  

Di samping itu, dilihat dari bentuknya badan hukum dapat berbentuk:

  

1. Korporasi (corporation), yaitu sekumpulan orang,

yang untuk hubungan hukum tertentu sepakat

untuk bertindak dan bertanggungjawab sebagai

satu subjek hukum tersendiri. Misalnya, Perseroan Terbatas, Partai Politik, dsb.

  2. Yayasan (foundation), yaitu kekayaan yang

bukan milik seseorang atau suatu badan hukum,

yang diberi tujuan tertentu. Yayasan tidak

memiliki anggota, yang ada hanyalah pengurus

  Objek hukum

Objek hukum adalah segala sesuatu yang dapat berguna bagi

subjek hukum dan dapat menjadi pokok suatu perhubungan

hukum yang dilakukan oleh subjek-subjek hukum. Dalam bahasa hukum, objek hukum dapat juga disebut hak atau benda yang dapat dikuasai dan/atau dimiliki subjek hukum. Ada yang mengatakan hak:

  sebagai izin atau kekuasaan yang diberikan hukum,  ada yang mengidentikan hak dengan wewenang.

  Istilah hak dan/atau wewenang

  Bahasa Latin, ius, Bahasa Inggris diberi istilah right.

  Bahasa Perancis digunakan istilah droit.

  Secara umum, kita dapat membedakan hak menjadi dua, yaitu:

  1. Hak mutlak (absolut) Adalah suatu hak yang diberikan kepada

seseorang guna melakukan suatu perbuatan, hak

mana dapat dipertahankan terhadap siapa pun juga, dan sebaliknya siapa pun wajib menghormati hak tersebut. Seperti hak asasi manusia (HAM), hak publik, dan hak keperdataan.

  2. Hak nisbi Hak nisbi adalah suatu hak yang memberi wewenang kepada seseorang untuk menuntut agar orang lain memberikan sesuatu, melakukan

  1. Benda berwujud, ialah segala sesuatu yang dapat dilihat dan diraba dengan indra manusia. Contoh rumah, tanah, meja, kursi, dan sebagainya.

  2. Benda tidak berwujud, (benda immateriil) yaitu segala macam hak, seperti hak. cipta, hak atas merek, dan sebagainya. Menurut pasal 504 KUH Perdata benda dibedakan menjadi dua, yaitu:

  1. Benda bergerak (benda tak tetap) benda-benda yang dapat dipindahkan..

  Benda yang dapat bergerak sendiri (hewan). Benda yang dapat dipindahkan (meja, kursi).

Benda bergerak karena penetapan undang-undang (hak pakai,

bunga).

2. Benda tidak bergerak, benda-benda yang tak dapat

  dipindahkan

  Benda tidak bergerak karena sifatnya (tanah, rumah). Benda tidak bergerak karena tujuannya (gambar, kaca, alat percetakan yang ditempatkan di gedung).

  Benda tak bergerak karena penetapan undang-undang (hak pakai, hak usaha).

  

Subjek hukum dan objek hukum penting diketahui untuk

ditentukan siapakah yang menjadi pendukung hak yaitu, hak dan kewajiban? Subjek sebagai pelaku yang menyebabkan terjadinya hubungan hukum dalam menyarakat dapat berupa:

  Orang dengan orang Orang dengan negara; Orang dengan benda; Peristiwa Hukum

  Peristiwa hukum rechtsfeit adalah peristiwa kemasyarakatan yang akibatnya diatur oleh hukum. Karena peristiwa itu akan menimbulkan akibat hukum. Perlu diperhatikan bahwa tidak setiap peristiwa kemasyarakatan akibatnya diatur oleh hukum.

  Perbuatan hukum

  Skema peristiwa hukum Perbuatan bersegi satu Perbuatan hukum bersegi dua hukum Perbuatan subjek hukum banyak bersegi hukum Perbuatan Perbuatan KUH Perdata ng (ps 1354 Zaakwaarnemi perbuatan melawan bukan yang Perbuatan Peristiwa hukum hukum (ps

  Hukum 1365 KUH Bukan kelahiran Perdata) Istilah Perbuatan Hukum adalah perbuatan atau tindakan subjek hukum

yang dapat menimbulkan suatu akibat hukum

yang dikehendaki oleh pelaku. Hak dan kewajiban yang timbul inilah yang dimaksud dengan akibat hukum.

  Perbuatan hukum dibedakan menjadi dua: Perbuatan hukum bersegi satu (sepihak).

  Perbuatan hukum bersegi dua (timbal balik). Perbuatan hukum bersegi banyak, seperti perjanjian