Pengaruh Pendekatan Joyful Learning Berb
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
PENGARUH PENDEKATAN JOYFUL LEARNING BERBASIS
MULTIMEDIA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS PADA
SISWA KELAS V SD GUGUS 8 I GUSTI NGURAH RAI
DENPASAR SELATAN
Dwi Hermawan1, Made Putra2, Ni Wayan Suniasih3
1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: [email protected], [email protected],
[email protected]
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar
IPS siswa yang mengikuti pembelajaran pendekatan joyful learning berbasis multimedia
dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada kelas V SD Gugus 8 I
Gusti Ngurah Rai Denpasar Selatan tahun ajaran 2013/2014. Penelitian ini merupakan
penelitian eksperimen semu (quasy experiment) yang menggunakan non equivalent
control group design. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas V di SD Gugus 8 I Gusti
Ngurah Rai Denpasar Selatan tahun ajaran 2013/2014 berjumlah 330 siswa yang
tersebar dalam 8 kelas. Dalam pengambilan sampel menggunakan teknik random
sampling. Data yang dikumpulkan adalah hasil belajar IPS siswa, menggunakan tes hasil
belajar IPS dalam bentuk pilihan ganda biasa. Data dianalisis dengan uji t. Rata-rata hasil
belajar IPS yang diperoleh siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan joyful learning
berbasis multimedia lebih dari siswa yang dibelajarkan secara konvensional yaitu
X =
80,18 > X = 74,38. Analisis menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan hasil
belajar IPS siswa yang mengikuti pembelajaran melalui pendekatan joyful learning
berbasis multimedia dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional dengan
thitung = 3,648 > ttabel (α=0,05;78) = 2,00. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
pendekatan joyful learning berbasis multimedia berpengaruh terhadap hasil belajar IPS
siswa kelas V SD Gugus 8 I Gusti Ngurah Rai Denpasar Selatan tahun ajaran
2013/2014.
Kata-kata kunci : Pendekatan joyful learning berbasis multimedia, hasil belajar, IPS.
Abstract
The purpose of this study is to determine significant differences of social science (IPS)
result of students who follow joyful approach of multimedia based learning and
conventional learning in the fifth grade on SD Gugus 8 I Gusti Ngurah Rai Denpasar
Selatan academic year of 2013/2014. This study is a quasi-experimental study that uses
non equivalent control group design. Population of this study is the fifth grade of SD
Gugus 8 I Gusti Ngurah Rai Denpasar Selatan academic year of 2013/2014 amounted to
330 students spread in the eight classes. The sampling uses random sampling. The data
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
collected is social science students learning result, using social studies test results in the
form of multiple-choices answer. Data were analyzed by t test.The average results of
students social science who learned with multimedia based joyful learning approach is
higher than students who learned by conventional learning with X = 80.18 > X = 74.38.
The results showed that there were significant differences in learning results of students
social science who took multimedia based joyful learning approach than conventional
learning with t count = 3.648 > t table ( α = 0.05, 78 ) = 2.00. From these results it can be
concluded that multimedia based joyful learning approach effect on learning outcomes
social science of fifth grade students of SD Gugus 8 I Gusti Ngurah Rai Denpasar
Selatan academic year of 2013/2014.
Key words : multimedia based joyful learning approach, learning outcomes , IPS
PENDAHULUAN
Pembelajaran
pada
dasarnya
merupakan suatu cara untuk merubah
perilaku yang terjadi akibat hasil dari
pengalaman yang tidak disengaja ataupun
sengaja
dirancang.
Dapat
dikatakan
pembelajaran telah terjadi ketika seorang
individu berperilaku, bereaksi, dan merespon
sebagai hasil dari pengalaman dengan satu
cara yang berbeda dari caranya berperilaku
sebelumnya. Pada suatu pembelajaran dapat
melibatkan interaksi dari dua belah pihak
yang merupakan siswa sebagai pembelajar
dan guru sebagai fasilitator. Tetapi saat ini
interaksi siswa tidak dibatasi oleh kehadiran
guru secara fisik, melainkan siswa dapat
belajar melalui media cetak, media elektronik,
atau media lainnya.
Tentunya guru
memegang
peranan
penting
dalam
merancang setiap kegiatan pembelajaran.
Dalam pembelajaran terdapat lima
konsep yang terkandung di dalamnya, yakni
interaksi, peserta didik, pendidik, sumber
belajar, dan lingkungan belajar (Winatapura,
2007:1.20). Dalam interaksi antara siswa dan
guru pada suatu pembelajaran, seorang guru
akan berusaha secara maksimal dengan
menggunakan berbagai keterampilan dan
kemampuannya, hal tersebut juga didukung
dengan sumber belajar yang variatif serta
lingkungan
belajar
yang
rileks
dan
menyenangkan agar siswa dapat mencapai
tujuan yang diharapkan. Jika dibandingkan
dengan pembelajaran tradisional tentu hal
tersebut sangat berlawanan. Pembelajaran
tradisional yang dari dulu sudah diterapkan
oleh banyak guru merupakan suatu
pembelajaran yang pasif. Pembelajaran
tersebut hanya bertumpu pada seberapa jauh
pengetahuan yang dimiliki oleh guru. Siswa
hanya memperhatikan guru dan mendengar
informasi yang diberikan oleh guru.
Pembelajaran ini lebih berpusat pada guru
(teacher center) artinya gurulah yang aktif
pada proses pembelajaran. Pembelajaran
saat ini sudah mulai melangkah maju dimana
sebelumnya pembelajaran tradisional yang
pembelajaran berpusat pada guru masih
serentak dilakukan, namun saat ini
pembelajaran tradisional
sudah
mulai
ditinggalkan dan melangkah ke pembelajaran
yang menganut paham konstruktivistik
dimana pembelajaran berpusat pada siswa
(student
center).
Banyak
para
ahli
mengemukakan teori pembelajaran yang
membuat siswa aktif dalam pembelajaran.
Dengan keaktifan siswa dalam pembelajaran
tentunya akan menambah pengalaman yang
dimilikinya sehingga siswa akan cepat dalam
memahami materi dan tentunya tidak mudah
dilupakan.
Pembelajaran yang aktif tentunya
memerlukan interaksi yang terjadi di
dalamnya. Baik antara siswa dengan guru
maupun siswa dengan sumber belajar atau
lingkungan belajarnya. Sumber belajar yang
variatif tentunya dapat membantu siswa
dalam memahami materi, sebab setiap siswa
memiliki gaya belajar yang berbeda-beda.
Tahap awal yang harus dilakukan oleh guru
untuk mengenali gaya belajar siswa adalah
mengenali modalitas belajar siswa sebagai
modalitas visual, auditorial, atau kinestetik
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
(DePorter, 1999). Jika guru hanya bertumpu
dengan media visual maka siswa dengan
modalitas belajar auditorial dan kinestik tentu
akan merasa tidak tertarik dan tidak fokus
pada
pembelajaran.
Tetapi
dengan
menggunakan media yang variatif siswa tentu
akan fokus dalam pembelajaran sehingga
akan tercipta suasana yang nyaman dan
tentunya
menyenangkan
bagi
siswa.
Lingkungan atau suasana belajar yang
nyaman
dan
menyenangkan
akan
memotivasi siswa untuk aktif dalam
pembelajaran, berbeda dengan pembelajaran
tradisional
yang
lebih
cenderung
menggunakan metode ceramah sehingga
siswa cepat merasa jenuh dan bosan.
Motivasi yang ada dalam diri siswa ditunjang
dengan guru yang memfasilitasi motivasi
tersebut akan membawa keberhasilan dalam
pencapaian target. Target tersebut tentunya
merupakan hasil belajar yang tinggi.
Selama melakukan observasi di SD
Gugus 8 I Gusti Ngurah Rai Denpasar
Selatan , terlihat masih banyak para guru
yang menggunakan pembelajaran tradisional.
Selain itu guru juga tidak memfasilitasi siswa
dengan media pembelajaran yang variatif,
tentunya akan menimbulkan suasana yang
tidak nyaman dan membosankan. Demikian
pula akan memberatkan siswa dalam
memahami
materi
pelajaran
yang
cakupannya cukup luas, salah satu
contohnya adalah Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS). Pada dasarnya dalam mata pelajaran
IPS diperlukan ketekunan dalam membaca
sebab IPS mencakup informasi yang sangat
luas dan siswa cenderung diharuskan
menghapal materi. Pembelajaran IPS
menuntut penguasaan atas konsep-konsep
dasar berbagai cabang ilmu-ilmu sosial dan
fakta-fakta dari masyarakat serta lingkungan
alam sekitar. Cabang ilmu-ilmu sosial
tersebut mencakup geografi, ekonomi,
sejarah, sosiologi, antropologi, dan tata
negara. Pembelajaran IPS di SD yang cukup
luas menuntut siswa untuk mengahapal
materi
pelajaran.
Untuk
melekatkan
pemahaman ke dalam diri siswa diperlukan
keragaman pendekatan dan metode pada
proses pembelajaran IPS, hal tersebut juga
dapat mempertahankan suasana yang tetap
hangat dan menarik, sehingga para siswa
tidak dihinggapi kejenuhan dan kebosanan.
Pembelajaran IPS yang menyenangkan
dapat meningkatkan motivasi dalam diri
siswa sehingga akan terjadi interaksi dan
pembelajaranpun akan menjadi aktif. Sejalan
dengan pembelajaran yang berlandaskan
teori kosnruktivisme, guru berperan penuh
sebagai fasilitator dan pembelajaran berpusat
pada siswa (student center). Terlihat bahwa
penerapan pendekatan joyful learning dalam
pembelajaran IPS akan berdampak postif
dalam proses pembelajarannya.
Pembelajaran IPS di SD sebaiknya
memperhatikan kebutuhan siswa yang sesuai
dengan usianya. Piaget (dalam Winatapura,
2007:3.40)
berpendapat
bahwa
perkembangan kognitif anak dibagi menjadi
empat tahap yaitu tahap sensori motor, praoperasional, konkret operasional, dan formal
operasi. Anak yang berada pada kisaran
umur 7-11 tahun berada pada perkembangan
kognitif dalam tingkatan konkret operasional.
Berdasarkan tingkatan tersebut siswa masih
berpikir secara konkret dan belum cukup
mampu untuk berpikir secara abstrak,
sedangkan dari segi mata pelajaran bahan
materi IPS penuh dengan pesan-pesan atau
materi yang abstrak. Konsep-konsep seperti
waktu, arah mata angin, ritual, lingkungan,
demokrasi, nilai dan yang lainnya merupakan
konsep-konsep abstrak yang terdapat dalam
mata
pelajaran
IPS
dimana
harus
dibelajarkan kepada siswa di SD.
Untuk mengimbangi hal tersebut
guru harus memiliki kemampuan dan
keterampilan
dalam
memilih
bahan,
menciptakan
lingkungan
belajar
yang
berkualitas serta memfasilitasi siswa seperti
media pembelajaran yang variatif sehingga
mampu meningkatkan proses pembelajaran
IPS. Dalam proses pembelajaran IPS, ragam
pendekatan dan metode yang diterapkan
disesuaikan dengan kondisi lingkungan
masyarakat serta aspek kehidupan sosial
yang menjadi pokok bahasan. Keragaman
pendekatan dan metode yang diterapkan
pada proses pembelajaran IPS, dapat
mempertahankan suasana yang tetap hangat
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
dan menarik, sehingga para siswa tidak
dihinggapi kejenuhan dan
kebosanan
(Sumaatmadja, 2008:1.33).
Untuk dapat mengatasinya guru
harus bisa merancang pembelajaran yang
sesuai sehingga siswa bisa memahami
materi dengan mudah. Siswa dapat belajar
dengan baik dalam lingkungan yang ditandai
dengan adanya minat dan kebahagiaan serta
kesenangan bukan dalam lingkungan yang
ditandai dengan rasa stres, intimidasi,
kebosanan. Bagi siswa yang tidak merasa
senang dalam pembelajaran akan membuat
perhatiannya tidak fokus pada materi yang
sedang dibelajarkan, jika seluruh siswa
merasa bosan, maka penyampaian materi
akan
mengalami
kesulitan.
Apabila
berlangsung secara terus menerus tentu
akan mempengaruhi motivasi pada diri siswa
sehingga akan mempengaruhi hasil belajar
yang
dicapai.
Guru
harus
mampu
memberikan pembelajaran yang diinginkan
oleh siswa,
seperti yang
dijelaskan
sebelumnya guru merupakan fasilitator dalam
pembelajaran.
Guru
harus
mampu
merancang
pembelajaran
yang
dapat
membuat siswa nyaman, senang, dan fokus
sehingga siswa menjadi aktif dalam kegiatan
pembelajaran. Jika siswa sudah merasa
senang
dalam
mengikuti
kegiatan
pembelajaran, maka akan mempermudah
tercapainya tujuan pembelajaran. Keragaman
pendekatan dan metode yang diterapkan
pada proses pembelajaran IPS, dapat
mempertahankan suasana yang tetap hangat
dan menarik, sehingga para siswa tidak
dihinggapi kejenuhan dan
kebosanan
(Sumaatmadja,
2008:1.33).
Pernyataan
tersebut sejalan dengan joyful learning
dengan
berbantuan
multimedia
yang
tentunya mengedepankan rileksasi dan rasa
senang pada diri siswa sehingga memotivasi
siswa untuk aktif dalam pembelajaran.
Sejalan dengan pendapat dari Suyono dan
Hariyanto
(2012:238-239)
pembelajaran
disebut
menyenangkan
jika
suasana
pembelajaran dapat menciptakan gairah
belajar,
menggembirakan
hati
siswa,
membuat siswa nyaman di kelas atau di
tempat belajar yang lain, sehingga siswa
fokus secara penuh dalam pembelajaran.
Didukung pendapat dari DePorter (1999)
yang menyatakan kegembiraan membuat
siswa siap belajar dengan lebih mudah, dan
bahkan dapat mengubah sikap negatif pada
diri siswa. Pada hakikatnya joyful learning
tidak mengharuskan siswa untuk tertawa
terbahak-bahak, melainkan joyful learning
menciptakan interaksi antar guru dan siswa
dalam suasana yang rileks dan tanpa
tekanan. Rusman (2011:326) menyatakan
joyful learning adalah adanya pola hubungan
yang baik antara guru dengan siswa dalam
proses pembelajaran. Kosasih (2010)
mengemukakan
pembelajaran
yang
menyenangkan dalam pelaksanaannya perlu
memperhatikan hal-hal berikut : memahami
sifat yang dimiliki siswa, mengenal siswa
secara perorangan, menguasai substansi
ilmu, metodologi dan teknologi, memiliki sikap
nilai dan kebiasaan berpikir produktif,
memutahirkan
ilmu
pengetahuan,
keterampilan dan sikap.
Suasana
pembelajaran
perlu
diperhatikan dengan baik oleh guru, sebab
menciptakan suasana yang menyenangkan
dan jauh dari rasa tertekan dapat
membangkitkan motivasi siswa. Untuk
merealisasikan hal tersebut guru harus
bertindak kreatif dengan merancang kegiatan
yang dapat membuat siswa tertarik untuk
berinteraksi dalam pembelajaran sehingga
tidak akan muncul kebosanan dalam diri
siswa. Maka dari itu dalam pendekatan joyful
learning media berperan sangat penting agar
tercipta kesenangan dan interkasi pada diri
siswa. Perlu diperhatikan bahwa semakin
banyak jenis media yang digunakan akan
membuat siswa semakin tertarik dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran. Menurut
Asyhar (2012:5) menyatakan bahwa media
memiliki peranan yang sangat penting, yaitu
suatu sarana atau perangkat yang berfungsi
sebagai perantara atau saluran dalam suatu
proses komunikasi antara komunikator dan
komunikan. Media merupakan salah satu
komponen yang sangat penting dalam
pembelajaran dan dapat dipandang sebagai
salah satu alternatif strategi yang efektif
dalam
membantu
pencapaian
tujuan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
pembelajaran. Pentingnya peran media
dalam pembelajaran mengharuskan guru
untuk lebih kreatif dan inovatif dalam
memanfaatkan berbagai sumber belajar dan
media.
Melihat perkembangan dunia pendidikan
yang
sudah maju dengan berbagai
banyaknya teori-teori pembelajaran yang
telah dikemukakan para ahli, ternyata
kenyataannya masih banyak guru yang
menggunakan pembelajaran konvensional.
Sebagaimana dikatakan oleh Wallace (dalam
Sunarto,2009)
tentang
Pendekatan
konservatif,
pendekatan
konvensional
memandang bahwa proses pembelajaran
yang dilakukan sebagai mana umumnya guru
mengajarkan materi kepada siswanya. Guru
mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa,
sedangkan siswa lebih banyak sebagai
penerima. Selain itu Nasution (dalam
Widyanto, 2011) berpendapat bahwa dalam
pembelajaran konvensional, komunikasi yang
terjadi satu arah, siswa pasif, siswa hanya
menggunakan
satu
alat
indra
yaitu
pendengaran, siswa tidak diharuskan berpikir
dan mengutamakan hapalan. Dilihat dari
pendapat-pendapat
tersebut
jelas
pembelajaran konvensional menganut paham
behaviorisme. Behavioristik berasal dari kata
behavior yang berarti perilaku, oleh sebab itu
aliran pembelajaran ini sangat menekankan
kepada perlunya perilaku yang dapat diamati.
Dalam teori belajar behavioristik, belajar
merupakan perubahan tingkah laku hasil
interaksi antara stimulus dan respons, yaitu
proses manusia untuk memberikan respon
tertentu berdasarkan stimulus yang datang
dari luar (Winataputra, 2007). Maka dari hal
tersebut siswa hanya mendapat pengetahuan
dari guru artinya apa yang diketahui oleh
guru itulah yang akan dipelajari oleh siswa
yang tidak lain merupakan karakterisitk
pembelajaran konvensional.
Dengan mulai berubahnya paradigma
pembelajaran yang berlandaskan teori
behavioristik menuju pembelajaran yang
berlandaskan teori konstruktivistik, perlu
adanya pemahaman yang harus diketahui
oleh guru. Dalam setiap diri siswa memiliki
karakter yang berbeda-beda, seperti gaya
belajar yang digunakannya. Suyono dan
Hariyanto (2012:147) mengemukakan bahwa
dengan mengetahui gaya belajar setiap
siswa, guru akan mampu mengorganisasikan
kelas sedemikian rupa sebagai respon
terhadap kebutuhan individu siswanya. Gaya
atau modalitas belajar siswa ada tiga macam
yaitu visual, audio, dan kinetik (VAK). Tetapi
sering terjadi siswa memiliki gabungan dari
gaya belajar tersebut, maka guru sebaiknya
menggunakan
metode
dan
media
pembelajaran yang bervariasi sehingga
seluruh gaya belajar akan difasilitasi. Dalam
penggunaan
multimedia
akan
dapat
membangkitkan motivasi dalam diri siswa.
Multimedia akan menciptakan interaksi baik
itu siswa dengan siswa lainya maupun siswa
dengan guru. Tentunya jika interaksi dalam
pembelajaran dapat berjalan dengan baik
akan menciptakan suasana pembelajaran
yang menyenangkan. Tidak terlepas dari
pengaruh yang ditimbulkan pada hasil
belajar, pembelajaran menyenangkan akan
memberikan suatu pengalaman kepada
siswa
sehingga
siswa
akan
terus
bersemangat untuk mengikuti pembelajaran
selanjutnya.
Sebagai seorang guru yang berperan
penting
dalam
keberhasilan
suatu
pembelajaran sebaiknya memperhatikan
kondisi fisik dan psikis siswa. Sebab banyak
faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar
siswa baik itu dari faktor internal maupun
eksternal siswa. Jika siswa merasa
terganggu dan tidak nyaman dalam
pembelajaran pastinya akan mempengaruhi
hasil
belajarnya.
Suasana
dalam
pembelajaran seperti membosankan dan
atau tidak menyenangkan akan memicu
reaksi dari siswa. Reaksi yang terlihat dari
siswa biasanya muncul stress, bosan,
mengantuk,
dan
hilang
motivasi
(Darmansyah, 2011:6). Hal tersebut tentunya
mempengaruhi hasil belajar siswa, dan
sebagai
seorang
guru
hendaknya
memperhatikan dan memahami karakteristik
dari setiap siswanya untuk mencapai
keberhasilan dalam pembelajaran serta
meningkatnya hasil belajar siswa.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Dari penjelasan di atas terlihat
bahwa suasana yang menyenangkan dalam
pembelajaran memiliki dampak yang tinggi
pada motivasi dalam diri siswa. Juga
penggunaan sumber belajar yang bervariasi
akan menciptakan pembelajaran yang
menyenangkan sehingga siswa tidak akan
merasa jenuh dan bosan. Hal tersebut sangat
mendukung
dalam
membantu
proses
pembelajaran IPS yang memiliki cakupan
materi yang luas.
Maka
diharapkan
dengan pendekatan joyful learning berbasis
multimedia akan dapat menciptakan suasana
pembelajaran yang menarik dan bermakna
bagi siswa sehingga dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS.
METODE
Dalam melakukan penelitian, desain
yang digunakan adalah nonequivalent control
group design, dan pada rancangan
penelitiannya diberikan pretest, lalu diberi
perlakuan kemudian terakhir diberikan post
test. Dantes (2012:97) menyatakan bahwa
pada penelitian bentuk ini, pemberian pretest
biasanya
digunakan
untuk
mengukur
ekuivalensi atau penyetaraan kelompok.
Berdasarkan hal tersebut data yang diperoleh
pada pretest tidak akan dilakukan analisis,
hanya data yang diperoleh pada post test
yang dilakukan analisis. Populasi
pada
penelitian ini adalah Siswa Kelas V di SD
Gugus 8 I Gusti Ngurah Rai Denpasar
Selatan Tahun Ajaran 2013/2014 yang terdiri
dari empat sekolah yaitu SDN 3 Sanur, SDN
4 Sanur, SDN 10 Sanur dan SDN 11 Sanur.
Variabel bebas pada penelitian ini adalah
pendekatan
joyful
learning
berbasis
multimedia dan untuk variabel terikat yaitu
hasil belajar IPS.
Dalam
pengambilan
sampel
menggunakan sampel random (random
sampling) yang merupakan pemilihan sampel
sedemikian rupa sehingga semua orang
dalam populasi mempunyai kesempatan dan
kebebasan yang sama untuk terpilih sebagai
sampel
(Sugiyono,
2012:118).
Dari
pengundian yang dilakukan didapatkan SDN
10 Sanur yang berjumlah 40 siswa dan SDN
3 Sanur yang berjumlah 40 siswa, jumlah
sampel seluruhnya adalah 80 orang siswa.
Setelah
dilakukan
pengundian
untuk
mendapatkan 2 kelompok, selanjutnya
dilakukan lagi pengundian untuk menentukan
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Sebelum melakukan pengundian perlu
dilakukan uji kesetaraan antar kelompok
tersebut, setelah didapatkan kedua kelompok
setara maka dilakukan pengundian. Dari
pengundian yang telah dilakukan didapatkan
SDN 10 Sanur menjadi kelompok eksperimen
dan SDN 3 Sanur menjadi kelompok kontrol.
Pada penelitian ini variabel bebas
yang digunakan adalah pendekatan joyful
learning
berbantuan
multimedia
yang
diterapkan pada kelas eksperimen dan
pendekatan pembelajaran konvensional yang
diterapkan pada kelas kontrol. Sedangkan
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
hasil belajar IPS. Untuk menghindari terjadi
perbedaan
dalam
menginterpretasikan
variabel yang diteliti maka dikemukakan
definisi operasional variabel sebagai berikut.
Pendekatan joyful learning berbantuan
multimedia yang dimaksud dalam penelitian
ini
merupakan
pembelajaran
yang
menggunakan
media
variatif
untuk
menciptakan rasa nyaman dan senang
sehingga
memotivasi
siswa
serta
menciptakan
interaksi
saat
proses
pembelajaran. Hasil Belajar yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah kemampuan,
kecakapan yang di peroleh siswa setelah
melakukan serangkaian proses pembelajaran
yang diukur dengan menggunakan instrumen
berupa tes hasil belajar. IPS yang dimaksud
dalam penelitian ini merupakan mata
pelajaran yang mencakup ilmu-ilmu sosial
dimana diantaranya yaitu geografi, ekonomi,
sejarah, sosiologi, antropologi, dan tata
negara yang di dalamnya mengandung
konsep, fakta, generalisasi.
Tes
yang
digunakan
dalam
mengumpulkan data adalah tes objektif. Tes
objektif yang dimaksud adalah tes pilihan
ganda (multiple choice) yang menggunakan
satu jawaban yang benar dan berjumlah 50
butir tes. Pada setiap soal memiliki empat
pilihan jawaban dan hanya salah satu yang
benar ( A, B, C, D) untuk melengkapi soal
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
yang diberikan. Soal yang dijawab benar
mendapatkan nilai 1 dan soal yang dijawab
salah mendapatkan nilai 0, sehingga rentang
nilai tes hasil belajar tersebut berada pada
skor 0-100. Butir soal yang berjumlah 50
yang diberikan pada siswa kelas V terlebih
dahulu harus dilakukan validasi agar dapat
dipergunakan untuk mengumpulkan data
hasil belajar IPS. Data tentang hasil belajar
merupakan hasil dari post test yang telah
diberikan kepada siswa. Untuk menganalisis
data dalam penelitian ini, digunakan uji t.
Namun sebelumnya dilakukan uji prasyarat
yang meliputi uji normalitas dan homogenitas.
Dalam uji prasyarat analisis menggunakan uji
normalitas sebaran data dengan uji ChiKuadrat,
uji
homogenitas
varians
menggunakan uji F, dan uji hipotesis
menggunakan uji-t separated varians.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil perhitungan yang telah
dilakukan diperoleh rata-rata nilai hasil
belajar IPS pada kelompok eksperimen yang
mengikuti pembelajaran dengan pendekatan
joyful learning berbasis multimedia X =
80,18 dengan varians S2 = 51,79 dan standar
deviasi S = 7,19. Sedangkan rata-rata nilai
hasil belajar IPS pada kelompok kontrol yang
mengikuti pembelajaran konvensional X =
74,38 dengan varians S2 = 50,29 dan standar
deviasi S = 7,09. Berdasarkan data tersebut
maka
kelompok
eksperimen
yang
dibelajarkan menggunakan pendekatan joyful
learning berbasis multimedia memiliki nilai
rata-rata hasil belajar yang lebih dari
kelompok
kontrol
yang
dibelajarkan
menggunakan pembelajaran konvensional.
Sebelum melakukan uji hipotesis terlebih
dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yang
meliputi uji normalitas dan uji homogenitas
varians.
Uji normalitas sebaran data dilakukan
pada kedua kelompok yaitu kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Dalam uji
normalitas ini digunakan rumus chi square
(X2) pada taraf signifikan 5% dan derajat
kebebasan db = k-1. Berdasarkan uji chi
square pada kelas eksperimen diperoleh X2hit
= 2,37 sedangkan pada kelas kontrol
diperoleh X2hit = 1,97 dan untuk X2tabel =
11,07. Kriteria data sampel berdistribusi
normal apabila X2hit < X2tabel .Oleh karena X2hit
< X2tabel maka dapat disimpulkan bahwa
sebaran data pada kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol telah berdistribusi
normal.
Setelah melakukan uji normalitas,
kemudian dilanjutkan dengan melakukan uji
homogenitas. Uji homogenitas data dianalisis
dengan menggunakan rumus uji F.
Berdasarkan hasil perhitungan Fhitung = 1,03.
Sedangkan untuk Ftabel dengan derajat
kebebasan (dk) pembilang dan penyebut
adalah 39 diperoleh Ftabel = 1,76, oleh karena
Fhitung X = 74,38, sedangkan dalam uji t
didapatkan hasil nilai thitung > ttab yaitu 3,648 >
2,000. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa siswa yang dibelajarkan dengan
3,648
2,000
Kesimpulan
Ha diterima
pendekatan
joyful
learning
berbasis
multimedia dan siswa yang dibelajarkan
dengan pembelajaran konvensional terdapat
perbedaan signifikan dalam hasil belajar IPS
siswa.
Perbedaan hasil belajar yang
diperoleh antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol merupakan dampak dari bagaimana
proses pembelajaran berlangsung. Pada
proses pembelajaran dalam pendekatan
joyful learning siswa diarahkan untuk aktif
berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran,
sehingga pembelajaran akan berpusat pada
siswa. Sedangkan dalam pembelajaran
konvensional guru cenderung lebih aktif
dalam pembelajaran, pembelajaran yang
berpusat pada guru membuat siswa
cenderung
tidak
aktif
dan
hanya
mendengarkan apa yang dijelaskan oleh
guru. Pada pembelajaran konvensional,
aktivitas belajar hanya berpedoman pada
buku pelajaran saja, begitu juga sumber
pengetahuan yang utama adalah guru
sehingga pengetahuan siswa akan berbatas
pada buku pelajaran yang ada dan seberapa
pengetahuan yang dimiliki guru. Metode dan
media yang digunakan cenderung tidak
bervariasi, penggunaan metode ceramah
tanpa menggunakan media sering terjadi
pada pembelajaran konvensional. Tentunya
hal
tersebut
mempengaruhi
suasana
pembelajaran di kelas, siswa akan cenderung
cepat merasa bosan dan pasif dalam
kegiatan pembelajaran. Siswa akan sulit
dalam memecahkan permasalahan dalam
kegiatan pembelajaran dan akan berdampak
pada hasil belajar yang diperoleh siswa.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Menurut
pendapatnya,
Darmansyah
(2011:12) menyatakan bahwa pembelajaran
yang menyenangkan atau joyful learning
akan dapat meningkatkan pemahaman,
mempertinggi daya ingat dan memberi
peluang kepada siswa untuk memfungsikan
otak memori dan otak berpikirnya secara
optimal. Pendekatan joyful learning yang
dipadukan dengan penggunaan multimedia
membuat siswa tertarik perhatiannya untuk
ikut
serta
berinteraksi
pada
proses
pembelajaran
seperti
pendapat
yang
dikemukakan
Riyana
(dalam
Asyhar,
2012:29), melalui media suatu proses
pembelajaran bisa lebih menarik dan
menyenangkan. Secara umum manfaat yang
dapat diperoleh dari pembelajaran multimedia
adalah proses pembelajaran lebih menarik,
lebih interaktif, jumlah waktu mengajar dapat
dikurangi, kualitas belajar siswa dapat
ditingkatkan (Daryanto, 2010:52). Melihat
pernyataan tersebut terlihat kaitan antara
pendekatan
joyful
learning
dengan
multimedia yang saling terintegrasi untuk
mengembangkan pembelajaran sehingga
bisa mencapai tujuan yang diinginkan. Suatu
pembelajaran yang menyenangkan akan
terwujud jika guru bisa menggunakan media
yang variatif dan inovatif.
Dari uraian tersebut dapat terlihat
keunggulan yang dimiliki pendekatan joyful
learning berbasis multimedia antara lain
pengkondisian
suasana
kelas
yang
membuat siswa rileks sehingga siswa
berani aktif untuk berinteraksi dalam
proses pembelajaran ditambah pula
penggunaan multimedia yang membuat
proses pembelajaran menjadi menarik dan
dapat
menimbulakan
suasana
pembelajaran
yang
menyenangkan.
Dibandingkan pembelajaran konvensional
yang hanya berpedoman pada guru
sebagai sumber belajar selain itu metode
yang digunakan lebih banyak pada
ceramah sehingga timbul rasa bosan pada
siswa dan berdampak pasifnya siswa
dalam proses pembelajaran. Hal tersebut
memperlihatkan bagaimana perbedaan
yang terjadi antara siswa yang mengikuti
pembelajaran melalui pendekatan joyful
learning berbasis multimedia dengan siswa
yang mengikuti pembelajaran konvensional
pada hasil belajar IPS.
Dari uraian tersebut dapat terlihat
keunggulan yang dimiliki pendekatan joyful
learning berbasis multimedia antara lain
pengkondisian
suasana
kelas
yang
membuat siswa rileks sehingga siswa
berani aktif untuk berinteraksi dalam
proses pembelajaran ditambah pula
penggunaan multimedia yang membuat
proses pembelajaran menjadi menarik dan
dapat
menimbulakan
suasana
pembelajaran
yang
menyenangkan.
Dibandingkan pembelajaran konvensional
yang hanya berpedoman pada guru
sebagai sumber belajar selain itu metode
yang digunakan lebih banyak pada
ceramah sehingga timbul rasa bosan pada
siswa dan berdampak pasifnya siswa
dalam proses pembelajaran. Hal tersebut
memperlihatkan bagaimana perbedaan
yang terjadi antara siswa yang mengikuti
pembelajaran melalui pendekatan joyful
learning berbasis multimedia dengan siswa
yang mengikuti pembelajaran konvensional
pada hasil belajar IPS.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah
dilaksanakan dan diperoleh hasilnya maka
dapat
disimpulkan
bahwa
terdapat
perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS
siswa yang mengikuti pembelajaran melalui
pendekatan
joyful
learning
berbasis
multimedia dengan siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional siswa kelas V SD
Gugus 8 I Gusti Ngurah Rai Denpasar
Selatan tahun ajaran 2013/2014. Hal ini
dapat terlihat dari skor rata-rata yang
diperoleh pada siswa yang mengikuti
pendekatan
joyful
learning
berbasis
multimedia yaitu X = 80,18 dan siswa yang
menguikuti pembelajaran konvensional yaitu
X =
74,38.
Demikian
pula
hasil
penghitungan uji t diperoleh ttab (α=0,05;78) =
2,000 dan thitung = 3,648. Ternyata diperoleh
nilai thitung = 3,648 > ttab (α=0,05;78) = 2,000,
dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
pendekatan
joyful
learning
berbasis
multimedia berpengaruh terhadap hasil
belajar IPS siswa kelas V SD Gugus 8 I Gusti
Ngurah Rai Denpasar Selatan tahun ajaran
2013/2014.
Adapun saran pada penelitian ini
yaitu bagi guru Sebelum memulai proses
pembelajaran
guru
hendaknya
memperhatikan kondisi kelas, buatlah
suasana kelas menjadi nyaman sehingga
siswa merasa rileks dan siap untuk memulai
proses
pembelajaran.
Suasana
yang
menegangkan atau membosankan dapat
menggangu
siswa
dalam
kegiatan
pembelajaran, tentunya akan mempengaruhi
hasil belajarnya. Guru bisa menerapkan
pendekatan
joyful
learning
berbasis
multimedia untuk menciptakan pembelajaran
yang menyenangkan, juga tentunya akan
menarik perhatian siswa untuk ikut serta aktif
dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
Dengan
demikian
siswa
akan
bisa
membangun
pengetahuannya
sendiri
sehingga pembelajaran akan berpusat pada
siswa.
Bagi siswa yaitu siswa harus aktif
dalam kegiatan pembelajaran, jangan takut
untuk bertanya atau memberikan tanggapan.
Semakin aktif siswa dalam kegiatan
pembelajaran, tentunya akan semakin
interaktif proses pembelajaran.
Kepada peneliti lain bahwa penelitian
ini terbatas hanya mata pelajaran IPS kelas V
dengan materi peninggalan-peninggalan
sejarah dari masa Hindu, Budha, dan Islam di
Indonesia serta menghargai keragaman suku
bangsa dan budaya di Indonesia tahun
ajaran
2013/2014.
Untuk
penelitian
selanjutnya diharapkan agar dilakukan pada
mata pelajaran dan materi yang berbeda
sehingga dapat menguatkan teori pada
penelitian ini.
Daftar Rujukan
Asyhar,
Rayandra.
2012.
Kreatif
Mengembangkan
Media
Pembelajaran. Jakarta: Referensi.
Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian.
Yogyakarta: Andi
Darmansyah. 2011. Strategi Pembelajaran
Menyenangkan
dengan
Humor.
Jakarta: Bumi Aksara.
Daryanto. 2010. Media Pembelajaran.
Yogyakarta: Gava Media
Deporter, Bobbi, dkk. 2000. Quantum
Teaching. Terjemahan Ary Nilandari.
Bandung: Kaifa
Kosasih, Andreas. 2011. Joyful Learning.
Tersedia
pada
http://www.ikawinamadiun.com/news
2.php?op=7 (diakses tanggal 7
januari 2013)
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran.
Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Sumaatmadja, Nursid, dkk. Konsep Dasar
IPS. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sunarto. 2009. Pembelajaran Konvensional
Banyak Dikritik Namun Paling
Disukai.
Tersedia
pada
http://sunartombs
.wordpress.com
/2009/03/02/pembelajarankonvensional-banyak-dikritik-namunpaling-disukai/ (diakses tanggal 7
januari 2013)
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis.
Bandung: Alfabeta
Suyono dan Hariyanto. 2012. Belajar dan
Pembelajaran. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Widyanto,
Putu.
2011.
Pembelajaran
Konvensional.
Tersedia
pada
http://putuwidyanto.wordpress.com/2
011/01/14/pembelajarankonvensional/ (diakses pada tanggal
7 januari 2013)
Winataputra, Udin S., dkk. 2007. Teori
Belajar dan Pembelajaran. Jakarta :
Universitas Terbuka.
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
PENGARUH PENDEKATAN JOYFUL LEARNING BERBASIS
MULTIMEDIA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS PADA
SISWA KELAS V SD GUGUS 8 I GUSTI NGURAH RAI
DENPASAR SELATAN
Dwi Hermawan1, Made Putra2, Ni Wayan Suniasih3
1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: [email protected], [email protected],
[email protected]
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar
IPS siswa yang mengikuti pembelajaran pendekatan joyful learning berbasis multimedia
dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada kelas V SD Gugus 8 I
Gusti Ngurah Rai Denpasar Selatan tahun ajaran 2013/2014. Penelitian ini merupakan
penelitian eksperimen semu (quasy experiment) yang menggunakan non equivalent
control group design. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas V di SD Gugus 8 I Gusti
Ngurah Rai Denpasar Selatan tahun ajaran 2013/2014 berjumlah 330 siswa yang
tersebar dalam 8 kelas. Dalam pengambilan sampel menggunakan teknik random
sampling. Data yang dikumpulkan adalah hasil belajar IPS siswa, menggunakan tes hasil
belajar IPS dalam bentuk pilihan ganda biasa. Data dianalisis dengan uji t. Rata-rata hasil
belajar IPS yang diperoleh siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan joyful learning
berbasis multimedia lebih dari siswa yang dibelajarkan secara konvensional yaitu
X =
80,18 > X = 74,38. Analisis menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan hasil
belajar IPS siswa yang mengikuti pembelajaran melalui pendekatan joyful learning
berbasis multimedia dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional dengan
thitung = 3,648 > ttabel (α=0,05;78) = 2,00. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
pendekatan joyful learning berbasis multimedia berpengaruh terhadap hasil belajar IPS
siswa kelas V SD Gugus 8 I Gusti Ngurah Rai Denpasar Selatan tahun ajaran
2013/2014.
Kata-kata kunci : Pendekatan joyful learning berbasis multimedia, hasil belajar, IPS.
Abstract
The purpose of this study is to determine significant differences of social science (IPS)
result of students who follow joyful approach of multimedia based learning and
conventional learning in the fifth grade on SD Gugus 8 I Gusti Ngurah Rai Denpasar
Selatan academic year of 2013/2014. This study is a quasi-experimental study that uses
non equivalent control group design. Population of this study is the fifth grade of SD
Gugus 8 I Gusti Ngurah Rai Denpasar Selatan academic year of 2013/2014 amounted to
330 students spread in the eight classes. The sampling uses random sampling. The data
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
collected is social science students learning result, using social studies test results in the
form of multiple-choices answer. Data were analyzed by t test.The average results of
students social science who learned with multimedia based joyful learning approach is
higher than students who learned by conventional learning with X = 80.18 > X = 74.38.
The results showed that there were significant differences in learning results of students
social science who took multimedia based joyful learning approach than conventional
learning with t count = 3.648 > t table ( α = 0.05, 78 ) = 2.00. From these results it can be
concluded that multimedia based joyful learning approach effect on learning outcomes
social science of fifth grade students of SD Gugus 8 I Gusti Ngurah Rai Denpasar
Selatan academic year of 2013/2014.
Key words : multimedia based joyful learning approach, learning outcomes , IPS
PENDAHULUAN
Pembelajaran
pada
dasarnya
merupakan suatu cara untuk merubah
perilaku yang terjadi akibat hasil dari
pengalaman yang tidak disengaja ataupun
sengaja
dirancang.
Dapat
dikatakan
pembelajaran telah terjadi ketika seorang
individu berperilaku, bereaksi, dan merespon
sebagai hasil dari pengalaman dengan satu
cara yang berbeda dari caranya berperilaku
sebelumnya. Pada suatu pembelajaran dapat
melibatkan interaksi dari dua belah pihak
yang merupakan siswa sebagai pembelajar
dan guru sebagai fasilitator. Tetapi saat ini
interaksi siswa tidak dibatasi oleh kehadiran
guru secara fisik, melainkan siswa dapat
belajar melalui media cetak, media elektronik,
atau media lainnya.
Tentunya guru
memegang
peranan
penting
dalam
merancang setiap kegiatan pembelajaran.
Dalam pembelajaran terdapat lima
konsep yang terkandung di dalamnya, yakni
interaksi, peserta didik, pendidik, sumber
belajar, dan lingkungan belajar (Winatapura,
2007:1.20). Dalam interaksi antara siswa dan
guru pada suatu pembelajaran, seorang guru
akan berusaha secara maksimal dengan
menggunakan berbagai keterampilan dan
kemampuannya, hal tersebut juga didukung
dengan sumber belajar yang variatif serta
lingkungan
belajar
yang
rileks
dan
menyenangkan agar siswa dapat mencapai
tujuan yang diharapkan. Jika dibandingkan
dengan pembelajaran tradisional tentu hal
tersebut sangat berlawanan. Pembelajaran
tradisional yang dari dulu sudah diterapkan
oleh banyak guru merupakan suatu
pembelajaran yang pasif. Pembelajaran
tersebut hanya bertumpu pada seberapa jauh
pengetahuan yang dimiliki oleh guru. Siswa
hanya memperhatikan guru dan mendengar
informasi yang diberikan oleh guru.
Pembelajaran ini lebih berpusat pada guru
(teacher center) artinya gurulah yang aktif
pada proses pembelajaran. Pembelajaran
saat ini sudah mulai melangkah maju dimana
sebelumnya pembelajaran tradisional yang
pembelajaran berpusat pada guru masih
serentak dilakukan, namun saat ini
pembelajaran tradisional
sudah
mulai
ditinggalkan dan melangkah ke pembelajaran
yang menganut paham konstruktivistik
dimana pembelajaran berpusat pada siswa
(student
center).
Banyak
para
ahli
mengemukakan teori pembelajaran yang
membuat siswa aktif dalam pembelajaran.
Dengan keaktifan siswa dalam pembelajaran
tentunya akan menambah pengalaman yang
dimilikinya sehingga siswa akan cepat dalam
memahami materi dan tentunya tidak mudah
dilupakan.
Pembelajaran yang aktif tentunya
memerlukan interaksi yang terjadi di
dalamnya. Baik antara siswa dengan guru
maupun siswa dengan sumber belajar atau
lingkungan belajarnya. Sumber belajar yang
variatif tentunya dapat membantu siswa
dalam memahami materi, sebab setiap siswa
memiliki gaya belajar yang berbeda-beda.
Tahap awal yang harus dilakukan oleh guru
untuk mengenali gaya belajar siswa adalah
mengenali modalitas belajar siswa sebagai
modalitas visual, auditorial, atau kinestetik
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
(DePorter, 1999). Jika guru hanya bertumpu
dengan media visual maka siswa dengan
modalitas belajar auditorial dan kinestik tentu
akan merasa tidak tertarik dan tidak fokus
pada
pembelajaran.
Tetapi
dengan
menggunakan media yang variatif siswa tentu
akan fokus dalam pembelajaran sehingga
akan tercipta suasana yang nyaman dan
tentunya
menyenangkan
bagi
siswa.
Lingkungan atau suasana belajar yang
nyaman
dan
menyenangkan
akan
memotivasi siswa untuk aktif dalam
pembelajaran, berbeda dengan pembelajaran
tradisional
yang
lebih
cenderung
menggunakan metode ceramah sehingga
siswa cepat merasa jenuh dan bosan.
Motivasi yang ada dalam diri siswa ditunjang
dengan guru yang memfasilitasi motivasi
tersebut akan membawa keberhasilan dalam
pencapaian target. Target tersebut tentunya
merupakan hasil belajar yang tinggi.
Selama melakukan observasi di SD
Gugus 8 I Gusti Ngurah Rai Denpasar
Selatan , terlihat masih banyak para guru
yang menggunakan pembelajaran tradisional.
Selain itu guru juga tidak memfasilitasi siswa
dengan media pembelajaran yang variatif,
tentunya akan menimbulkan suasana yang
tidak nyaman dan membosankan. Demikian
pula akan memberatkan siswa dalam
memahami
materi
pelajaran
yang
cakupannya cukup luas, salah satu
contohnya adalah Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS). Pada dasarnya dalam mata pelajaran
IPS diperlukan ketekunan dalam membaca
sebab IPS mencakup informasi yang sangat
luas dan siswa cenderung diharuskan
menghapal materi. Pembelajaran IPS
menuntut penguasaan atas konsep-konsep
dasar berbagai cabang ilmu-ilmu sosial dan
fakta-fakta dari masyarakat serta lingkungan
alam sekitar. Cabang ilmu-ilmu sosial
tersebut mencakup geografi, ekonomi,
sejarah, sosiologi, antropologi, dan tata
negara. Pembelajaran IPS di SD yang cukup
luas menuntut siswa untuk mengahapal
materi
pelajaran.
Untuk
melekatkan
pemahaman ke dalam diri siswa diperlukan
keragaman pendekatan dan metode pada
proses pembelajaran IPS, hal tersebut juga
dapat mempertahankan suasana yang tetap
hangat dan menarik, sehingga para siswa
tidak dihinggapi kejenuhan dan kebosanan.
Pembelajaran IPS yang menyenangkan
dapat meningkatkan motivasi dalam diri
siswa sehingga akan terjadi interaksi dan
pembelajaranpun akan menjadi aktif. Sejalan
dengan pembelajaran yang berlandaskan
teori kosnruktivisme, guru berperan penuh
sebagai fasilitator dan pembelajaran berpusat
pada siswa (student center). Terlihat bahwa
penerapan pendekatan joyful learning dalam
pembelajaran IPS akan berdampak postif
dalam proses pembelajarannya.
Pembelajaran IPS di SD sebaiknya
memperhatikan kebutuhan siswa yang sesuai
dengan usianya. Piaget (dalam Winatapura,
2007:3.40)
berpendapat
bahwa
perkembangan kognitif anak dibagi menjadi
empat tahap yaitu tahap sensori motor, praoperasional, konkret operasional, dan formal
operasi. Anak yang berada pada kisaran
umur 7-11 tahun berada pada perkembangan
kognitif dalam tingkatan konkret operasional.
Berdasarkan tingkatan tersebut siswa masih
berpikir secara konkret dan belum cukup
mampu untuk berpikir secara abstrak,
sedangkan dari segi mata pelajaran bahan
materi IPS penuh dengan pesan-pesan atau
materi yang abstrak. Konsep-konsep seperti
waktu, arah mata angin, ritual, lingkungan,
demokrasi, nilai dan yang lainnya merupakan
konsep-konsep abstrak yang terdapat dalam
mata
pelajaran
IPS
dimana
harus
dibelajarkan kepada siswa di SD.
Untuk mengimbangi hal tersebut
guru harus memiliki kemampuan dan
keterampilan
dalam
memilih
bahan,
menciptakan
lingkungan
belajar
yang
berkualitas serta memfasilitasi siswa seperti
media pembelajaran yang variatif sehingga
mampu meningkatkan proses pembelajaran
IPS. Dalam proses pembelajaran IPS, ragam
pendekatan dan metode yang diterapkan
disesuaikan dengan kondisi lingkungan
masyarakat serta aspek kehidupan sosial
yang menjadi pokok bahasan. Keragaman
pendekatan dan metode yang diterapkan
pada proses pembelajaran IPS, dapat
mempertahankan suasana yang tetap hangat
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
dan menarik, sehingga para siswa tidak
dihinggapi kejenuhan dan
kebosanan
(Sumaatmadja, 2008:1.33).
Untuk dapat mengatasinya guru
harus bisa merancang pembelajaran yang
sesuai sehingga siswa bisa memahami
materi dengan mudah. Siswa dapat belajar
dengan baik dalam lingkungan yang ditandai
dengan adanya minat dan kebahagiaan serta
kesenangan bukan dalam lingkungan yang
ditandai dengan rasa stres, intimidasi,
kebosanan. Bagi siswa yang tidak merasa
senang dalam pembelajaran akan membuat
perhatiannya tidak fokus pada materi yang
sedang dibelajarkan, jika seluruh siswa
merasa bosan, maka penyampaian materi
akan
mengalami
kesulitan.
Apabila
berlangsung secara terus menerus tentu
akan mempengaruhi motivasi pada diri siswa
sehingga akan mempengaruhi hasil belajar
yang
dicapai.
Guru
harus
mampu
memberikan pembelajaran yang diinginkan
oleh siswa,
seperti yang
dijelaskan
sebelumnya guru merupakan fasilitator dalam
pembelajaran.
Guru
harus
mampu
merancang
pembelajaran
yang
dapat
membuat siswa nyaman, senang, dan fokus
sehingga siswa menjadi aktif dalam kegiatan
pembelajaran. Jika siswa sudah merasa
senang
dalam
mengikuti
kegiatan
pembelajaran, maka akan mempermudah
tercapainya tujuan pembelajaran. Keragaman
pendekatan dan metode yang diterapkan
pada proses pembelajaran IPS, dapat
mempertahankan suasana yang tetap hangat
dan menarik, sehingga para siswa tidak
dihinggapi kejenuhan dan
kebosanan
(Sumaatmadja,
2008:1.33).
Pernyataan
tersebut sejalan dengan joyful learning
dengan
berbantuan
multimedia
yang
tentunya mengedepankan rileksasi dan rasa
senang pada diri siswa sehingga memotivasi
siswa untuk aktif dalam pembelajaran.
Sejalan dengan pendapat dari Suyono dan
Hariyanto
(2012:238-239)
pembelajaran
disebut
menyenangkan
jika
suasana
pembelajaran dapat menciptakan gairah
belajar,
menggembirakan
hati
siswa,
membuat siswa nyaman di kelas atau di
tempat belajar yang lain, sehingga siswa
fokus secara penuh dalam pembelajaran.
Didukung pendapat dari DePorter (1999)
yang menyatakan kegembiraan membuat
siswa siap belajar dengan lebih mudah, dan
bahkan dapat mengubah sikap negatif pada
diri siswa. Pada hakikatnya joyful learning
tidak mengharuskan siswa untuk tertawa
terbahak-bahak, melainkan joyful learning
menciptakan interaksi antar guru dan siswa
dalam suasana yang rileks dan tanpa
tekanan. Rusman (2011:326) menyatakan
joyful learning adalah adanya pola hubungan
yang baik antara guru dengan siswa dalam
proses pembelajaran. Kosasih (2010)
mengemukakan
pembelajaran
yang
menyenangkan dalam pelaksanaannya perlu
memperhatikan hal-hal berikut : memahami
sifat yang dimiliki siswa, mengenal siswa
secara perorangan, menguasai substansi
ilmu, metodologi dan teknologi, memiliki sikap
nilai dan kebiasaan berpikir produktif,
memutahirkan
ilmu
pengetahuan,
keterampilan dan sikap.
Suasana
pembelajaran
perlu
diperhatikan dengan baik oleh guru, sebab
menciptakan suasana yang menyenangkan
dan jauh dari rasa tertekan dapat
membangkitkan motivasi siswa. Untuk
merealisasikan hal tersebut guru harus
bertindak kreatif dengan merancang kegiatan
yang dapat membuat siswa tertarik untuk
berinteraksi dalam pembelajaran sehingga
tidak akan muncul kebosanan dalam diri
siswa. Maka dari itu dalam pendekatan joyful
learning media berperan sangat penting agar
tercipta kesenangan dan interkasi pada diri
siswa. Perlu diperhatikan bahwa semakin
banyak jenis media yang digunakan akan
membuat siswa semakin tertarik dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran. Menurut
Asyhar (2012:5) menyatakan bahwa media
memiliki peranan yang sangat penting, yaitu
suatu sarana atau perangkat yang berfungsi
sebagai perantara atau saluran dalam suatu
proses komunikasi antara komunikator dan
komunikan. Media merupakan salah satu
komponen yang sangat penting dalam
pembelajaran dan dapat dipandang sebagai
salah satu alternatif strategi yang efektif
dalam
membantu
pencapaian
tujuan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
pembelajaran. Pentingnya peran media
dalam pembelajaran mengharuskan guru
untuk lebih kreatif dan inovatif dalam
memanfaatkan berbagai sumber belajar dan
media.
Melihat perkembangan dunia pendidikan
yang
sudah maju dengan berbagai
banyaknya teori-teori pembelajaran yang
telah dikemukakan para ahli, ternyata
kenyataannya masih banyak guru yang
menggunakan pembelajaran konvensional.
Sebagaimana dikatakan oleh Wallace (dalam
Sunarto,2009)
tentang
Pendekatan
konservatif,
pendekatan
konvensional
memandang bahwa proses pembelajaran
yang dilakukan sebagai mana umumnya guru
mengajarkan materi kepada siswanya. Guru
mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa,
sedangkan siswa lebih banyak sebagai
penerima. Selain itu Nasution (dalam
Widyanto, 2011) berpendapat bahwa dalam
pembelajaran konvensional, komunikasi yang
terjadi satu arah, siswa pasif, siswa hanya
menggunakan
satu
alat
indra
yaitu
pendengaran, siswa tidak diharuskan berpikir
dan mengutamakan hapalan. Dilihat dari
pendapat-pendapat
tersebut
jelas
pembelajaran konvensional menganut paham
behaviorisme. Behavioristik berasal dari kata
behavior yang berarti perilaku, oleh sebab itu
aliran pembelajaran ini sangat menekankan
kepada perlunya perilaku yang dapat diamati.
Dalam teori belajar behavioristik, belajar
merupakan perubahan tingkah laku hasil
interaksi antara stimulus dan respons, yaitu
proses manusia untuk memberikan respon
tertentu berdasarkan stimulus yang datang
dari luar (Winataputra, 2007). Maka dari hal
tersebut siswa hanya mendapat pengetahuan
dari guru artinya apa yang diketahui oleh
guru itulah yang akan dipelajari oleh siswa
yang tidak lain merupakan karakterisitk
pembelajaran konvensional.
Dengan mulai berubahnya paradigma
pembelajaran yang berlandaskan teori
behavioristik menuju pembelajaran yang
berlandaskan teori konstruktivistik, perlu
adanya pemahaman yang harus diketahui
oleh guru. Dalam setiap diri siswa memiliki
karakter yang berbeda-beda, seperti gaya
belajar yang digunakannya. Suyono dan
Hariyanto (2012:147) mengemukakan bahwa
dengan mengetahui gaya belajar setiap
siswa, guru akan mampu mengorganisasikan
kelas sedemikian rupa sebagai respon
terhadap kebutuhan individu siswanya. Gaya
atau modalitas belajar siswa ada tiga macam
yaitu visual, audio, dan kinetik (VAK). Tetapi
sering terjadi siswa memiliki gabungan dari
gaya belajar tersebut, maka guru sebaiknya
menggunakan
metode
dan
media
pembelajaran yang bervariasi sehingga
seluruh gaya belajar akan difasilitasi. Dalam
penggunaan
multimedia
akan
dapat
membangkitkan motivasi dalam diri siswa.
Multimedia akan menciptakan interaksi baik
itu siswa dengan siswa lainya maupun siswa
dengan guru. Tentunya jika interaksi dalam
pembelajaran dapat berjalan dengan baik
akan menciptakan suasana pembelajaran
yang menyenangkan. Tidak terlepas dari
pengaruh yang ditimbulkan pada hasil
belajar, pembelajaran menyenangkan akan
memberikan suatu pengalaman kepada
siswa
sehingga
siswa
akan
terus
bersemangat untuk mengikuti pembelajaran
selanjutnya.
Sebagai seorang guru yang berperan
penting
dalam
keberhasilan
suatu
pembelajaran sebaiknya memperhatikan
kondisi fisik dan psikis siswa. Sebab banyak
faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar
siswa baik itu dari faktor internal maupun
eksternal siswa. Jika siswa merasa
terganggu dan tidak nyaman dalam
pembelajaran pastinya akan mempengaruhi
hasil
belajarnya.
Suasana
dalam
pembelajaran seperti membosankan dan
atau tidak menyenangkan akan memicu
reaksi dari siswa. Reaksi yang terlihat dari
siswa biasanya muncul stress, bosan,
mengantuk,
dan
hilang
motivasi
(Darmansyah, 2011:6). Hal tersebut tentunya
mempengaruhi hasil belajar siswa, dan
sebagai
seorang
guru
hendaknya
memperhatikan dan memahami karakteristik
dari setiap siswanya untuk mencapai
keberhasilan dalam pembelajaran serta
meningkatnya hasil belajar siswa.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Dari penjelasan di atas terlihat
bahwa suasana yang menyenangkan dalam
pembelajaran memiliki dampak yang tinggi
pada motivasi dalam diri siswa. Juga
penggunaan sumber belajar yang bervariasi
akan menciptakan pembelajaran yang
menyenangkan sehingga siswa tidak akan
merasa jenuh dan bosan. Hal tersebut sangat
mendukung
dalam
membantu
proses
pembelajaran IPS yang memiliki cakupan
materi yang luas.
Maka
diharapkan
dengan pendekatan joyful learning berbasis
multimedia akan dapat menciptakan suasana
pembelajaran yang menarik dan bermakna
bagi siswa sehingga dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS.
METODE
Dalam melakukan penelitian, desain
yang digunakan adalah nonequivalent control
group design, dan pada rancangan
penelitiannya diberikan pretest, lalu diberi
perlakuan kemudian terakhir diberikan post
test. Dantes (2012:97) menyatakan bahwa
pada penelitian bentuk ini, pemberian pretest
biasanya
digunakan
untuk
mengukur
ekuivalensi atau penyetaraan kelompok.
Berdasarkan hal tersebut data yang diperoleh
pada pretest tidak akan dilakukan analisis,
hanya data yang diperoleh pada post test
yang dilakukan analisis. Populasi
pada
penelitian ini adalah Siswa Kelas V di SD
Gugus 8 I Gusti Ngurah Rai Denpasar
Selatan Tahun Ajaran 2013/2014 yang terdiri
dari empat sekolah yaitu SDN 3 Sanur, SDN
4 Sanur, SDN 10 Sanur dan SDN 11 Sanur.
Variabel bebas pada penelitian ini adalah
pendekatan
joyful
learning
berbasis
multimedia dan untuk variabel terikat yaitu
hasil belajar IPS.
Dalam
pengambilan
sampel
menggunakan sampel random (random
sampling) yang merupakan pemilihan sampel
sedemikian rupa sehingga semua orang
dalam populasi mempunyai kesempatan dan
kebebasan yang sama untuk terpilih sebagai
sampel
(Sugiyono,
2012:118).
Dari
pengundian yang dilakukan didapatkan SDN
10 Sanur yang berjumlah 40 siswa dan SDN
3 Sanur yang berjumlah 40 siswa, jumlah
sampel seluruhnya adalah 80 orang siswa.
Setelah
dilakukan
pengundian
untuk
mendapatkan 2 kelompok, selanjutnya
dilakukan lagi pengundian untuk menentukan
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Sebelum melakukan pengundian perlu
dilakukan uji kesetaraan antar kelompok
tersebut, setelah didapatkan kedua kelompok
setara maka dilakukan pengundian. Dari
pengundian yang telah dilakukan didapatkan
SDN 10 Sanur menjadi kelompok eksperimen
dan SDN 3 Sanur menjadi kelompok kontrol.
Pada penelitian ini variabel bebas
yang digunakan adalah pendekatan joyful
learning
berbantuan
multimedia
yang
diterapkan pada kelas eksperimen dan
pendekatan pembelajaran konvensional yang
diterapkan pada kelas kontrol. Sedangkan
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
hasil belajar IPS. Untuk menghindari terjadi
perbedaan
dalam
menginterpretasikan
variabel yang diteliti maka dikemukakan
definisi operasional variabel sebagai berikut.
Pendekatan joyful learning berbantuan
multimedia yang dimaksud dalam penelitian
ini
merupakan
pembelajaran
yang
menggunakan
media
variatif
untuk
menciptakan rasa nyaman dan senang
sehingga
memotivasi
siswa
serta
menciptakan
interaksi
saat
proses
pembelajaran. Hasil Belajar yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah kemampuan,
kecakapan yang di peroleh siswa setelah
melakukan serangkaian proses pembelajaran
yang diukur dengan menggunakan instrumen
berupa tes hasil belajar. IPS yang dimaksud
dalam penelitian ini merupakan mata
pelajaran yang mencakup ilmu-ilmu sosial
dimana diantaranya yaitu geografi, ekonomi,
sejarah, sosiologi, antropologi, dan tata
negara yang di dalamnya mengandung
konsep, fakta, generalisasi.
Tes
yang
digunakan
dalam
mengumpulkan data adalah tes objektif. Tes
objektif yang dimaksud adalah tes pilihan
ganda (multiple choice) yang menggunakan
satu jawaban yang benar dan berjumlah 50
butir tes. Pada setiap soal memiliki empat
pilihan jawaban dan hanya salah satu yang
benar ( A, B, C, D) untuk melengkapi soal
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
yang diberikan. Soal yang dijawab benar
mendapatkan nilai 1 dan soal yang dijawab
salah mendapatkan nilai 0, sehingga rentang
nilai tes hasil belajar tersebut berada pada
skor 0-100. Butir soal yang berjumlah 50
yang diberikan pada siswa kelas V terlebih
dahulu harus dilakukan validasi agar dapat
dipergunakan untuk mengumpulkan data
hasil belajar IPS. Data tentang hasil belajar
merupakan hasil dari post test yang telah
diberikan kepada siswa. Untuk menganalisis
data dalam penelitian ini, digunakan uji t.
Namun sebelumnya dilakukan uji prasyarat
yang meliputi uji normalitas dan homogenitas.
Dalam uji prasyarat analisis menggunakan uji
normalitas sebaran data dengan uji ChiKuadrat,
uji
homogenitas
varians
menggunakan uji F, dan uji hipotesis
menggunakan uji-t separated varians.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil perhitungan yang telah
dilakukan diperoleh rata-rata nilai hasil
belajar IPS pada kelompok eksperimen yang
mengikuti pembelajaran dengan pendekatan
joyful learning berbasis multimedia X =
80,18 dengan varians S2 = 51,79 dan standar
deviasi S = 7,19. Sedangkan rata-rata nilai
hasil belajar IPS pada kelompok kontrol yang
mengikuti pembelajaran konvensional X =
74,38 dengan varians S2 = 50,29 dan standar
deviasi S = 7,09. Berdasarkan data tersebut
maka
kelompok
eksperimen
yang
dibelajarkan menggunakan pendekatan joyful
learning berbasis multimedia memiliki nilai
rata-rata hasil belajar yang lebih dari
kelompok
kontrol
yang
dibelajarkan
menggunakan pembelajaran konvensional.
Sebelum melakukan uji hipotesis terlebih
dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yang
meliputi uji normalitas dan uji homogenitas
varians.
Uji normalitas sebaran data dilakukan
pada kedua kelompok yaitu kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Dalam uji
normalitas ini digunakan rumus chi square
(X2) pada taraf signifikan 5% dan derajat
kebebasan db = k-1. Berdasarkan uji chi
square pada kelas eksperimen diperoleh X2hit
= 2,37 sedangkan pada kelas kontrol
diperoleh X2hit = 1,97 dan untuk X2tabel =
11,07. Kriteria data sampel berdistribusi
normal apabila X2hit < X2tabel .Oleh karena X2hit
< X2tabel maka dapat disimpulkan bahwa
sebaran data pada kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol telah berdistribusi
normal.
Setelah melakukan uji normalitas,
kemudian dilanjutkan dengan melakukan uji
homogenitas. Uji homogenitas data dianalisis
dengan menggunakan rumus uji F.
Berdasarkan hasil perhitungan Fhitung = 1,03.
Sedangkan untuk Ftabel dengan derajat
kebebasan (dk) pembilang dan penyebut
adalah 39 diperoleh Ftabel = 1,76, oleh karena
Fhitung X = 74,38, sedangkan dalam uji t
didapatkan hasil nilai thitung > ttab yaitu 3,648 >
2,000. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa siswa yang dibelajarkan dengan
3,648
2,000
Kesimpulan
Ha diterima
pendekatan
joyful
learning
berbasis
multimedia dan siswa yang dibelajarkan
dengan pembelajaran konvensional terdapat
perbedaan signifikan dalam hasil belajar IPS
siswa.
Perbedaan hasil belajar yang
diperoleh antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol merupakan dampak dari bagaimana
proses pembelajaran berlangsung. Pada
proses pembelajaran dalam pendekatan
joyful learning siswa diarahkan untuk aktif
berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran,
sehingga pembelajaran akan berpusat pada
siswa. Sedangkan dalam pembelajaran
konvensional guru cenderung lebih aktif
dalam pembelajaran, pembelajaran yang
berpusat pada guru membuat siswa
cenderung
tidak
aktif
dan
hanya
mendengarkan apa yang dijelaskan oleh
guru. Pada pembelajaran konvensional,
aktivitas belajar hanya berpedoman pada
buku pelajaran saja, begitu juga sumber
pengetahuan yang utama adalah guru
sehingga pengetahuan siswa akan berbatas
pada buku pelajaran yang ada dan seberapa
pengetahuan yang dimiliki guru. Metode dan
media yang digunakan cenderung tidak
bervariasi, penggunaan metode ceramah
tanpa menggunakan media sering terjadi
pada pembelajaran konvensional. Tentunya
hal
tersebut
mempengaruhi
suasana
pembelajaran di kelas, siswa akan cenderung
cepat merasa bosan dan pasif dalam
kegiatan pembelajaran. Siswa akan sulit
dalam memecahkan permasalahan dalam
kegiatan pembelajaran dan akan berdampak
pada hasil belajar yang diperoleh siswa.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Menurut
pendapatnya,
Darmansyah
(2011:12) menyatakan bahwa pembelajaran
yang menyenangkan atau joyful learning
akan dapat meningkatkan pemahaman,
mempertinggi daya ingat dan memberi
peluang kepada siswa untuk memfungsikan
otak memori dan otak berpikirnya secara
optimal. Pendekatan joyful learning yang
dipadukan dengan penggunaan multimedia
membuat siswa tertarik perhatiannya untuk
ikut
serta
berinteraksi
pada
proses
pembelajaran
seperti
pendapat
yang
dikemukakan
Riyana
(dalam
Asyhar,
2012:29), melalui media suatu proses
pembelajaran bisa lebih menarik dan
menyenangkan. Secara umum manfaat yang
dapat diperoleh dari pembelajaran multimedia
adalah proses pembelajaran lebih menarik,
lebih interaktif, jumlah waktu mengajar dapat
dikurangi, kualitas belajar siswa dapat
ditingkatkan (Daryanto, 2010:52). Melihat
pernyataan tersebut terlihat kaitan antara
pendekatan
joyful
learning
dengan
multimedia yang saling terintegrasi untuk
mengembangkan pembelajaran sehingga
bisa mencapai tujuan yang diinginkan. Suatu
pembelajaran yang menyenangkan akan
terwujud jika guru bisa menggunakan media
yang variatif dan inovatif.
Dari uraian tersebut dapat terlihat
keunggulan yang dimiliki pendekatan joyful
learning berbasis multimedia antara lain
pengkondisian
suasana
kelas
yang
membuat siswa rileks sehingga siswa
berani aktif untuk berinteraksi dalam
proses pembelajaran ditambah pula
penggunaan multimedia yang membuat
proses pembelajaran menjadi menarik dan
dapat
menimbulakan
suasana
pembelajaran
yang
menyenangkan.
Dibandingkan pembelajaran konvensional
yang hanya berpedoman pada guru
sebagai sumber belajar selain itu metode
yang digunakan lebih banyak pada
ceramah sehingga timbul rasa bosan pada
siswa dan berdampak pasifnya siswa
dalam proses pembelajaran. Hal tersebut
memperlihatkan bagaimana perbedaan
yang terjadi antara siswa yang mengikuti
pembelajaran melalui pendekatan joyful
learning berbasis multimedia dengan siswa
yang mengikuti pembelajaran konvensional
pada hasil belajar IPS.
Dari uraian tersebut dapat terlihat
keunggulan yang dimiliki pendekatan joyful
learning berbasis multimedia antara lain
pengkondisian
suasana
kelas
yang
membuat siswa rileks sehingga siswa
berani aktif untuk berinteraksi dalam
proses pembelajaran ditambah pula
penggunaan multimedia yang membuat
proses pembelajaran menjadi menarik dan
dapat
menimbulakan
suasana
pembelajaran
yang
menyenangkan.
Dibandingkan pembelajaran konvensional
yang hanya berpedoman pada guru
sebagai sumber belajar selain itu metode
yang digunakan lebih banyak pada
ceramah sehingga timbul rasa bosan pada
siswa dan berdampak pasifnya siswa
dalam proses pembelajaran. Hal tersebut
memperlihatkan bagaimana perbedaan
yang terjadi antara siswa yang mengikuti
pembelajaran melalui pendekatan joyful
learning berbasis multimedia dengan siswa
yang mengikuti pembelajaran konvensional
pada hasil belajar IPS.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah
dilaksanakan dan diperoleh hasilnya maka
dapat
disimpulkan
bahwa
terdapat
perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS
siswa yang mengikuti pembelajaran melalui
pendekatan
joyful
learning
berbasis
multimedia dengan siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional siswa kelas V SD
Gugus 8 I Gusti Ngurah Rai Denpasar
Selatan tahun ajaran 2013/2014. Hal ini
dapat terlihat dari skor rata-rata yang
diperoleh pada siswa yang mengikuti
pendekatan
joyful
learning
berbasis
multimedia yaitu X = 80,18 dan siswa yang
menguikuti pembelajaran konvensional yaitu
X =
74,38.
Demikian
pula
hasil
penghitungan uji t diperoleh ttab (α=0,05;78) =
2,000 dan thitung = 3,648. Ternyata diperoleh
nilai thitung = 3,648 > ttab (α=0,05;78) = 2,000,
dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
pendekatan
joyful
learning
berbasis
multimedia berpengaruh terhadap hasil
belajar IPS siswa kelas V SD Gugus 8 I Gusti
Ngurah Rai Denpasar Selatan tahun ajaran
2013/2014.
Adapun saran pada penelitian ini
yaitu bagi guru Sebelum memulai proses
pembelajaran
guru
hendaknya
memperhatikan kondisi kelas, buatlah
suasana kelas menjadi nyaman sehingga
siswa merasa rileks dan siap untuk memulai
proses
pembelajaran.
Suasana
yang
menegangkan atau membosankan dapat
menggangu
siswa
dalam
kegiatan
pembelajaran, tentunya akan mempengaruhi
hasil belajarnya. Guru bisa menerapkan
pendekatan
joyful
learning
berbasis
multimedia untuk menciptakan pembelajaran
yang menyenangkan, juga tentunya akan
menarik perhatian siswa untuk ikut serta aktif
dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
Dengan
demikian
siswa
akan
bisa
membangun
pengetahuannya
sendiri
sehingga pembelajaran akan berpusat pada
siswa.
Bagi siswa yaitu siswa harus aktif
dalam kegiatan pembelajaran, jangan takut
untuk bertanya atau memberikan tanggapan.
Semakin aktif siswa dalam kegiatan
pembelajaran, tentunya akan semakin
interaktif proses pembelajaran.
Kepada peneliti lain bahwa penelitian
ini terbatas hanya mata pelajaran IPS kelas V
dengan materi peninggalan-peninggalan
sejarah dari masa Hindu, Budha, dan Islam di
Indonesia serta menghargai keragaman suku
bangsa dan budaya di Indonesia tahun
ajaran
2013/2014.
Untuk
penelitian
selanjutnya diharapkan agar dilakukan pada
mata pelajaran dan materi yang berbeda
sehingga dapat menguatkan teori pada
penelitian ini.
Daftar Rujukan
Asyhar,
Rayandra.
2012.
Kreatif
Mengembangkan
Media
Pembelajaran. Jakarta: Referensi.
Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian.
Yogyakarta: Andi
Darmansyah. 2011. Strategi Pembelajaran
Menyenangkan
dengan
Humor.
Jakarta: Bumi Aksara.
Daryanto. 2010. Media Pembelajaran.
Yogyakarta: Gava Media
Deporter, Bobbi, dkk. 2000. Quantum
Teaching. Terjemahan Ary Nilandari.
Bandung: Kaifa
Kosasih, Andreas. 2011. Joyful Learning.
Tersedia
pada
http://www.ikawinamadiun.com/news
2.php?op=7 (diakses tanggal 7
januari 2013)
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran.
Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Sumaatmadja, Nursid, dkk. Konsep Dasar
IPS. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sunarto. 2009. Pembelajaran Konvensional
Banyak Dikritik Namun Paling
Disukai.
Tersedia
pada
http://sunartombs
.wordpress.com
/2009/03/02/pembelajarankonvensional-banyak-dikritik-namunpaling-disukai/ (diakses tanggal 7
januari 2013)
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis.
Bandung: Alfabeta
Suyono dan Hariyanto. 2012. Belajar dan
Pembelajaran. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Widyanto,
Putu.
2011.
Pembelajaran
Konvensional.
Tersedia
pada
http://putuwidyanto.wordpress.com/2
011/01/14/pembelajarankonvensional/ (diakses pada tanggal
7 januari 2013)
Winataputra, Udin S., dkk. 2007. Teori
Belajar dan Pembelajaran. Jakarta :
Universitas Terbuka.