Pengaruh Media Tanam terhadap Proses Per

Pengaruh Media Tanam terhadap Proses Perkecambahan

Menurut para pendapat tokoh, perkecambahan biji merupakan bentuk awal embrio
yang berkembang menjadi sesuatu yang baru yaitu tanaman anakan yang sempurna menurut
Baker, 1950. Sedangkan, menurut Kramer dan Kozlowski, 1979, perkecambahan biji adalah
proses tumbuhnya embrio atau keluarnya redicle dan plumulae dari kulit biji.
Dalam perkecambahan, biji selalu mengalami pertumbuhan dan mengalami
perkembangan. Pertumbuhan adalah proses kenaikan volume karena adanya penambahan
substansi (bahan dasar) yang bersifat irreversibel (tidak dapat kembali). Sedangkan,
perkembangan adalah proses menuju tercapainya kedewasaan yang tidak dapat diukur.
Pertumbuhan dalam suatu perkecambahan biji dapat langsung diukur apabila tunasnya sudah
keluar dan tumbuh. Sama halnya dengan pertumbuhan, perkembangan juga dapat dilihat dari
tunas/awal, hanya saja tidak diukur melainkan melihat apa saja struktur tubuh kecambah yang
mulai ada dari awal/tunas. Seperti pada awalnya, berkembang batang, akar, dan sebagainya.
Pertumbuhan dan perkembangan suatu kecambah biji akan selalu berbeda-beda tergantung
media tanam yang dipakai dan unsur-unsur yang terdapat dalam media tanam tersebut.
Media tanam merupakan media/tempat dimana tanaman/biji dapat tumbuh dan
berkembang didalamnya. Contohnya seperti tanah, sekam, kapas, dan sejenis lainnya. Saat
ini, di kehidupan sehari-hari atau dalam perkebunan, tanah selalu menjadi media tanam bagi
benih yang akan ditanam. Tapi, dalam kegiatan penelitian, siswa-siswi selalu memakai kapas
untuk perkecambahan biji mereka. Sedangkan, media tanam yang menggunakan air biasanya

dikhususkan untuk tumbuhan hidroponik.

Dalam hal ini, dapat terlihat bahwa kegunaan antara berbagai media tanam itu
berbeda-beda. Tidak hanya kegunaannya saja tapi pengaruhnya terhadap perkecambahan
suatu biji. Pengaruh tersebut dapat disebabkan karena setiap media tanam mengandung
unsur-unsur dan struktur yang berbeda-beda. Hal yang demikian itu menjadi latar belakang
penelitian ini dilakukan pada biji jagung, kacang tanh dan kacang merah, sehingga dapat
dimengerti apa pengaruh media tanam terhadap perkecambahan biji tersebut.
Proses perkecambahan
Perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari lingkungan sekitar biji, baik
tanah, udara, maupun media lainnya. Perubahan yang teramati adalah membesarnya ukuran
biji yang disebut tahap imbibisi (berarti "minum"). Biji menyerap air dari lingkungan
sekelilingnya, baik dari tanah maupun udara (dalam bentuk embun atau uap air. Efek yang
terjadi adalah membesarnya ukuran biji karena sel-sel embrio membesar) dan biji melunak.
Proses ini murni fisik.
Kehadiran air di dalam sel mengaktifkan sejumlah enzim perkecambahan awal.
Fitohormon asam absisat menurun kadarnya, sementara giberelin meningkat. Berdasarkan
kajian ekspresi gen pada tumbuhan model Arabidopsis thaliana diketahui bahwa pada
perkecambahan lokus-lokus yang mengatur pemasakan embrio, seperti ABSCISIC ACID
INSENSITIVE 3 ,FUSCA 3 dan LEAFY COTYLEDON 1 menurun perannya dan sebaliknya

lokus-lokus yang mendorong perkecambahan meningkat perannya (upregulated), seperti
GIBBERELIC ACID 1 GAI, ERA1, PKL, SPY, dan SLY. Diketahui pula bahwa dalam proses
perkecambahan yang normal sekelompok faktor transkripsi yang mengatur auksin (disebut
Auxin Response Factors, ARFs) diredam oleh miRNA.
Perubahan pengendalian ini merangsang pembelahan sel di bagian yang aktif
melakukan mitosis, seperti di bagian ujung radikula. Akibatnya ukuran radikula makin besar
dan kulit atau cangkang biji terdesak dari dalam, yang pada akhirnya pecah.
Tipe Perkecambahan
a. Hipogeal
Pada tipe ini memperlihatkan terjadinya pertumbuhan memanjang dari epikotil
sehingga menyebabkan plumula keluar dan menembus pada kulit bijinya yang
nantinya akan muncul di atas tanah, sedangkan kotiledonnya masih tetap berada di
dalam tanah. Contoh perkecambahan ini terjadi pada kacang kapri.
b. Epigeal

Pada tipe in hipokotil tumbuh memanjang yang mengakibatkan kotiledon dan
plumula sampai keluar ke permukaan tanah, sehingga kotiledon terdapat di atas
tanah. Contoh perkecambahan ini terjadi pada kacang tanah, kacang hijau

Faktor yang Mempengaruhi Perkecambahan

A. Faktor Dalam
Faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan benih antara lain :
a. Tingkat kemasakan benih
Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai tidak mempunyai
viabilitas yang tinggi karena belum memiliki cadangan makanan yang cukup serta
pembentukan embrio belum sempurna (Sutopo, 2002). Pada umumnya sewaktu kadar air biji
menurun dengan cepat sekitar 20 persen, maka benih tersebut juga telah mencapai masak
fisiologos atau masak fungsional dan pada saat itu benih mencapat berat kering maksimum,
daya tumbuh maksimum atau dengan kata lain benih mempunyai mutu tertinggi (Kamil,
1979).
b. Ukuran benih
Benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan yang lebih banyak
dibandingkan dengan yang kecil pada jenis yang sama. Cadangan makanan yang terkandung
dalam jaringan penyimpan digunakan sebagai sumber energi bagi embrio pada saat
perkecambahan (Sutopo, 2002). Berat benih berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan
dan produksi karena berat benih menentukan besarnya kecambah pada saat permulaan dan
berat tanaman pada saat dipanen (Blackman, dalam Sutopo, 2002).
c. Dormansi

Benih dikatakan dormansi apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak berkecambah

walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum dianggap telah memenuhi persyaratan
bagi suatu perkecambahan atau juga dapat dikatakan dormansi benih menunjukkan suatu
keadaan dimana benih-benih sehat (viabel) namun gagal berkecambah ketika berada dalam
kondisi yang secara normal baik untuk berkecambah, seperti kelembaban yang cukup, suhu
dan cahaya yang sesuai (Lambers 1992, Schmidt 2002).
d. Penghambat perkecambahan
Menurut Kuswanto (1996), penghambat perkecambahan benih dapat berupa kehadiran
inhibitor baik dalam benih maupun di permukaan benih, adanya larutan dengan nilai osmotik
yang tinggi serta bahan yang menghambat lintasan metabolik atau menghambat laju respirasi.
Faktor luar utama yang mempengaruhi perkecambahan diantaranya :
a. Air
Penyerapan air oleh benih dipengaruhi oleh sifat benih itu sendiri terutama kulit
pelindungnya dan jumlah air yang tersedia pada media di sekitarnya, sedangkan jumlah air
yang diperlukan bervariasi tergantung kepada jenis benihnya, dan tingkat pengambilan air
turut dipengaruhi oleh suhu (Sutopo, 2002). Perkembangan benih tidak akan dimulai bila air
belum terserap masuk ke dalam benih hingga 80 sampai 90 persen (Darjadi,1972) dan
umumnya dibutuhkan kadar air benih sekitar 30 sampai 55 persen (Kamil, 1979).
Menurut Kamil (1979), kira-kira 70 persen berat protoplasma sel hidup terdiri dari air dan
fungsi air antara lain:
1. Untuk melembabkan kulit biji sehingga menjadi pecah atau robek agar terjadi

pengembangan
embrio dan endosperm.
2. Untuk memberikan fasilitas masuknya oksigen kedalam biji.
3. Untuk mengencerkan protoplasma sehingga dapat mengaktifkan berbagai fungsinya.
4. Sebagai alat transport larutan makanan dari endosperm atau kotiledon ke titik tumbuh,
dimana
akan terbentuk protoplasma baru.
b. Suhu
Suhu optimal adalah yang paling menguntungkan berlangsungnya perkecambahan benih
dimana presentase perkembangan tertinggi dapat dicapai yaitu pada kisaran suhu antara 26.5

sd 35°C (Sutopo, 2002). Suhu juga mempengaruhi kecepatan proses permulaan
perkecambahan dan ditentukan oleh berbagai sifat lain yaitu sifat dormansi benih, cahaya dan
zat tumbuh gibberallin.
c. Oksigen
Saat berlangsungnya perkecambahan, proses respirasi akan meningkat disertai dengan
meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan CO2, air dan energi panas. Terbatasnya
oksigen yang dapat dipakai akan menghambat proses perkecambahan benih (Sutopo, 2002).
Kebutuhan oksigen sebanding dengan laju respirasi dan dipengaruhi oleh suhu, mikroorganisme yang terdapat dalam benih (Kuswanto. 1996). Menurut Kamil (1979) umumnya
benih akan berkecambah dalam udara yang mengandung 29 persen oksigen dan 0.03 persen

CO2. Namun untuk benih yang dorman, perkecambahannya akan terjadi jika oksigen yang
masuk ke dalam benih ditingkatkan sampai 80 persen, karena biasanya oksigen yang masuk
ke embrio kurang dari 3 persen.
d. Cahaya
Kebutuhan benih akan cahaya untuk perkecambahannya berfariasi tergantung pada jenis
tanaman (Sutopo, 2002). Adapun besar pengaruh cahanya terhadap perkecambahan
tergantung pada intensitas cahaya, kualitas cahaya, lamanya penyinaran (Kamil, 1979).
Brison dalam Sutopo (2002) pengaruh cahaya terhadap perkecambahan benih dapat dibagi
atas 4 golongan yaitu golongan yang memerlukan cahaya mutlak, golongan yang
memerlukan cahaya untuk mempercepat perkecambahan, golongan dimana cahaya dapat
menghambat perkecambahan, serta golongan dimana benih dapat berkecambah baik pada
tempat gelap maupun ada cahaya.
e. Medium
Medium yang baik untuk perkecambahan haruslah memiliki sifat fisik yang baik, gembur,
mempunyai kemampuan menyerap air dan bebas dari organisme penyebab penyakit terutama
cendawan (Sutopo, 2002). Pengujian viabilitas benih dapat digunakan media antara lain
substrat kertas, pasir dan tanah. Banyak media tanam yang bisa dipilih untuk tanaman kita.
Meskipun begitu, sebagian besar kegiatan pertanian dan pertamanan sampai saat ini masih
bergantung kepada tanah. Mahluk-mahluk hidup di dalam tanah membantu memecah materi
sisa tumbuhan dan bangkai hewan menjadi zat hara, yang kemudian diserap oleh akar

tumbuhan.

Dalam media tanam / tumbuh, tanah memiliki peran yang penting di bidang pertanian
maupun perkebunan. Sebelumnya, dijelaskan terlebih dahulu, sifat fisik tanah dan apa saja
yang terkandung dalam tanah sehingga menyebabkan tanah sering dipakai sebagai media
tanam:
1. Warna tanah
Warna adalah petunjuk untuk beberapa sifat tanah. Biasanya perbedaan warna permukaan
tanah disebabkan oleh perbedaan kandungan bahan organik. Semakin gelap warna semakin
tinggi kandungan bahan organiknya. Warna tanah dilapisan bawah yang kandungan bahan
organik rendah lebih banyak dipengaruhi oleh jumlah kandungan dan bentuk senyawa besi
(Fe). Didaerah yang mempunyai sistem darinase (serapan air) buruk, warna tanahnya abu-abu
karena ion besi yang terdapat didalam tanah berbentuk Fe 2+
2. Tekstur tanah
Komponen mineral dalam tanah terdiri dari campuran partikel-partikel yang secara individu
berbeda ukurannya. Menurut ukuran partikelnya, komponen mineral dalam tanah dapat
dibedakan menjadi tiga yaitu :
Pasir, berukuran 50 mikron – 2 mm
Debu, berukuran 2-50 mikron
Liat, berukuran dibawah 2 mikron

Tanah bertekstur pasir sangat mudah diolah, tanah jenis ini memiliki aerasi (ketersediaan
rongga udara) dan drainase yang baik, namun memiliki luas permukaan kumulatif yang
relatif kecil, sehingga kemampuan menyimpan air sangat rendah atau tanahnya lebih cepat
kering.
Tabel 1. Perbandingan hara yang terdapat dalam jenis tekstur tanah
Jenis Tekstur
Pasir
Debu
Liat

Ca
0,08
0,10
0,20

Fe2O3
2,53

MgO
2,92


P

K

5,19

1,02

3,44

6,58

9,42

4,20

5,73

17,10


2,22
1,77

Tekstur tanah sangat berpengaruh pada proses pemupukan, terutama jika pupuk diberikan
lewat tanah, pemupukan pada tanah bertekstur pasir tentunya berbeda dengan tanah
bertekstur lempung atau liat, tanah bertekstur pasir memerlukan pupuk lebih besar karena
unsur hara yang tersedia pada tanah berpasir lebih rendah. Disamping itu aplikasi pemupukan
juga berbeda karena pada tanah berpasir pupuk tidak bisa diberikan sekaligus karena akan
segera hilang terbawa air atau menguap. Sedangkan, kapas memiliki struktur kapas yang
lembut, dan juga memiliki daya serap air yang rendah. Sehingga, media tanam dengan kapas
dapat terjaga kelembabannya, dan juga memiliki persediaan air dalam jangka waktu yang
lama.