PENCERDASAN HAK ASASI PEREMPUAN INDONESI

PENCERDASAN HAK ASASI PEREMPUAN INDONESIA UNTUK
KEMAJUAN DAN MENCAPAI KESETARAAN GENDER MELALUI
CEDAW
Zaeda Zulfa
[email protected]

DATA BUKU
Judul Buku

: CEDAW: Menegakkan Hak Asasi Perempuan

Penulis

: Achie Sudiarti Luhulima

Penerbit

: Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Tahun Terbit


: 2014

Kota Penerbit

: Jakarta

Bahasa Buku

: Indonesia

Jumlah Halaman : xviii + 364 hlm
ISBN Buku

: 978-979-461-868-4

DISKUSI/PEMBAHASAN REVIEW
CEDAW (Convention on the
Elimination
of
all

Forms
of
Discrimination
Againts Women) atau Konvensi
mengenai
Penghapusan
Segala
Bentuk Diskriminasi terhadap wanita
merupakan
sebuah
perjanjian
internasional yang ditetapkan oleh
Majelis Umum Perserikatan BangsaBangsa pada tahun 1979. Konvensi
CEDAW berlaku sejak 3 Desember
1981. Ada sekitar 180 negara di
dunia yang ikut bergabung dengan
perjanjian internasional ini. Pada
bagian I Pasal 2 menyatakan bahwa
negara-negara Peserta mengutuk
diskriminasi terhadap perempuan

dalam
segala
bentuknya,
bersepakat
untuk
menjalankan
dengan segala cara yang tepat dan
tanpa ditunda-tunda melaksanakan
kebijakan
untuk
menghapus
diskriminasi terhadap perempuan

dan, untuk mencapai tujuan itu,
perempuan
di
dalam
melakukan:
konstitusi
nasional

atau
a) Mencantumkan
prinsip
perundang-undangan lainnya
kesetaraan
laki-laki
dan
yang tepat, jika
belum dicantumkan, dan untuk memastikan melalui hukum dan
cara-cara lainnya yang tepat, realisasi praktis prinsip ini
b) Mengambil langkah-langkah legislatif dan lainnya yang tepat, termasuk
sanksi jiia diperlukan, yang melarang segala segala tindak diskriminasi
terhadap perempuan.
c) Menetapkan perlindungan hukum bagi hak-hak perempuan atas dasar
kesetaraan dengan laki-laki dan menjamin melalui peradilan nasional
yang kompeten dan lembaga publik lainnya perlindungan efektif bagi
perempuan dari segala tindak diskriminasi
d) Tidak melakukan tindakan atau praktek diskriminasi terhadap
perempuan dan memastikan bahwa pejabat dan lembaga publik
bertindak sesuai dengan kewajiban ini

e) Melakukan segala langkah-tindak yang diperlukan untuk menghapus
diskriminasi terhadap perempuan oleh siapapun, organisasi atau
perusahaaan apaapun
f) Melakukan
segala
langkah-tindak
yang
diperlukan,
termasuk
pembuatan perundang-undngan, untuk mengubah atau menghapus
undang-undang, peraturan-peraturan, kebiasaan dan praktek yang ada
yang diskriminatif terhadap perempuan
g) Mencabut semua ketentuan pidana nasional yang diskriminatif terhadap
perempuan
Buku CEDAW Menegakkan Hak Asasi Perempuan pada Bab II
menjelaskan dengan rinci mengenai pasal-pasal yang berhubungan
dengan hak asasi perempuan. Ada juga proses sejarah Deklarasi
Universal Hak Asasi Manusia yang disahkan Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) pada 10 Desember 1948 sebagai instrumen Hak Asasi Manusia
Internasional untuk memajukan hak dan kebebasan manusia. Indonesia

memiliki perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia yaitu terdapat dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 dan juga pada Pasal 28A – 28J, Ketetapan MPR RI Nomor
XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia, Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi CEDAW,
dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia terkhusus pada bagian 9 Pasal 45 – 41 yang mengatur
mengenai hak wanita.
Dalam buku ini menjelaskan bahwa Indonesia telah meratifkasi
banyak Undang-Undang dari konvenan Internasional yang tidak hanya
mengatur hak perempuan melainkan hak-hak ekonomi, sosial, budaya
dan hak-hak sipil. Penjelasan yang begitu mudah dimengerti dengan
pasal-pasal dan organisasi internasional yang berperan dalam
perlindungan hak wanita. Banyak ulasan mengenai perubahan yang
dilakukan para wanita di dunia untuk memperjuangkan hak-haknya
sebagai perempuan. Beberapa Konferensi Dunia dilakukan dibeberapa
negara dengan tujuan untuk mendapatkan pengakuan dari dunia dalam
mewujudkan kesetaraan gender, tidak ada diskrimasi bagi perempuan,
dan untuk meningkatkan pemajuan perempuan.


Konferensi Dunia yang dijelaskan dalam Bab II ini memperlihatkan
keadaan kritis yang terjadi di Beijing dan ada juga memberikan langkahlangah strategis dalam menyikapi keadaan krisisnya kesadaran
perempuan untuk memperjuangkan hak asasinya. Berbagai tujuan dan
strategi dilakukan negara-negara di dunia untuk melindungi hak asasi
perempuan. Undang-Undang yang ditetapkan pemerintah menunjukkan
bahwa peran perempuan di berbagai bidang seperti di rumah, kantor,
atau tempat umum perlu untuk dilindungi dan dijamin keselamatannya
dari bahaya luar, kesamaan gender juga menjadi bagian dari hak
asasinya untuk menerima upah yang tidak dibeda-bedakan berdasarkan
jenis kelamin.
Banyak penjelasan pasal-pasal mengenai kebijakan pembangunan
nasional mengenai peran perempuan, perlindungan perempuan, kesetaraan
gender, dan mencegah terjadinya tindak kekerasan terhadap perempuan dan
anak-anak. Pemerintah di sini juga menerapkan standar Hak Asasi perempuan
dengan meningkatan pemahaman kesetaraan antara laki-laki dam perempuan
dan meningkatkan kualitas para penegak hukum dalam melindungi hak-hak
perempuan melalui sosialisasi kepada masyarakat-masyarakat, merencanakan
dan memberikan anggaran khusus untuk melaksanakan kegiatan yang
berkaitan
perlindungan,

pencerdasan
kepada
perempuan-perempuan
Indonesia, memberikan pelatihan dan juga melakukan pengkajian terhadap
Undang-Undang yang masih berlawanan dengan ketidakadilan kesetaraan
gender.
Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskrimasi Terhadap
Perempuan (Konvensi CEDAW) merupakan konvensi yang mengatur
khusus terhaadap kaum perempuan, konvensi ini adalah upaya
Internasional untuk
melindungi
dan memperkenalkan hak-hak
perempuan di seluruh dunia dan anak-anak serta remaja perempuan.
Perjanjian yang dilaksanakan oleh negara-negara di dunia dalam
menyelesaikan permasalahan dengan cara perundingan kemudian
mengajukan arbitrase yang diajukan oleh pemohon salah satu negaranegara yang melakukan perjanjian. Akan tetapi, negara Indonesia tidak
bersedia untuk mengikatkan diri dalam perjanjian tersebut, dapat dilihat
dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1984 Pasal 1.
Indonesia telah meratifkasi banyak konvensi dengan tujuan untuk
mrnghapus segala diskriminasi terhadap perempuan karena tidak sesuai

dengan landasan negara Indonesia.
Pada Bab III penulis menjelaskan makna dari pengesahan atau
ratifkasi konvensi internasional yang dilakukan negara Indonesia.
Ratifkasi dilakukan asalkan tidak bertentangan dengan pancasila dan
Undang-Undang. Telah dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 39
Tahun 1999 bahwa Indonesia menerima konvensi internasional karena
menyangkut dengan haka asasi manusia yang kemudian dijadikan
sebagai hukum nasional. Pemerintah harus memberikan penghormatan,
perlindungan, penegakan dan memberikan kemajuan terhadap hak-hak
asasi manusia. Dalam Undang-Undang Hak Asasi Manusia juga dalamnya
mengatur hak perempuan. Adapun unsur-unsur konvensi CEDAW yang
dijelaskan seperti adanya ratifkasi, remondasi umum komite CEDAW
guna melakukan kajian atas laporan-laporan dan informasi dari negara
yang bersangkutan. Unsur-unsur konvensi CEDAW yang ditulis
menjelaskan secara rinci dan runtut.

Asas-asas konvensi CEDAW dan prinsip-prinsip CEDAW telah ditulis
dengan rapi dan baik. Prinsip CEDAW di sini dipaparkan secara rinci.
Beberapa prinsip yang ditulis dalam buku CEDAW ini adalah prinsip
persamaan substansif yang dirinci mengenai kesetaraan dan keadilan,

ada juga prinsip non diskriminasi yang dimuat dalam Pasal 1 Konvensi
CEDAW. Pasal ini memaparkan defnisi, tujuan dan mengapa bentuk
diskriminasi ini harus dilarang serta ada peraturan yang mengaturnya
sendiri, juga menjelaskan perbuatan apa yang dapat digolongkan ke
dalam perbuatan diskriminasi. Prinsip memberikan pemahaman
mengapa perlu adanya pengetahuan mengenai diskriminasi dan kita
dapat mengetahui hukuman apa yang akan diberikan kepada pelaku
diskriminasi. Beberapa bentuk Deklarasi juga ditulis dalam Bab III,
deklarasi yang menyatakan hak-hak perempuan, menyuarakan untuk
menghapus segala tindak kekerasan terhadap perempuan. Pada Bab III
lebih memberikan pengetahuan peraturan pasal-pasal dengan
penjelasan mengenai hak asasi manusia khususnya hak perempuan.
Kekurangan di Bab III ini tidak dijelaskan lebih spesifk mengenai
konvensi CEDAW, Deklarasi-Deklarasi dan lainnya, pembahasannya lebih
mengarah ke pasal-pasal yang sudah diratifkasi oleh negara Indonesia yang
kemudian dijadikan sebagai hukum nasional. Pasal-pasal yang ada lebih
mengarah kepada tugas komite-komite konvensi CEDAW.
Pada Bab selanjunya membahas tentang rekomendasi umum komite
CEDAW. Rekomendasi umum komite CEDAW mengurus hal-hal yang harus
mendapat perhatian khusus untuk memperoleh hasil kajian dan mendapat

pertimbangan laporan serta informasi dari negara-negara lain. Ada kekuatan
hukum yang mengikat (legally binding) dalam ketentuan-keentuan
rekomendasi umum komite CEDAW. Bab ini lebih menjelaskan ke pemahaman
makna dari rekomendasi umum CEDAW. Beberapa pernyataan yang dimuat
dalam terbitan Kelompok Kerja Convension Watch dan Yayasan Pustaka Obor
Indonesia dijelaskan secara lengkap. Dalam rekomendasi umum nomor 9
membahas tentang data statistik terhadap keadaan perempuan. Rekomendasi
ini mengupayakan untuk memberikan jaminan melalui pengumpulan data
statistik sensus dan melakukan survei untuk memudahkan dalam mencari
informasi mengenai keadaan perempuan. Banyak remondasi yang dipaparkan
dalam buku ini mulai dari rekomendasi umum nomor 16 hingga rekomendasi
umum nomor 28 disertai dengan beberapa pasal dan butir.
Pada pernyataan umum komite penghapusan diskriminasi terhadap
perempuan di pedesaan diberi amanah untuk menangani hak, kebutuhan dan
kepentingan para perempuan di desa. Komite ini lebih memperhatikan
masalah-masalah yang sedang dihadapi perempuan di desa, juga diperlukan
langkah-tindak guna memastikan penerapan ketentuan Konvensi yang akan
diterapkan. Para perempuan di desa lebih berisiko mengalami kekerasan dalam
persamaan gender laki-laki dan perempuan. Perempuan akan mendapatkan
kekerasan dan diasingkan apabila meninggalkan desanya untuk mencari
pekerjaan di luar daerah. Banyak perempuan dan gadis desa yang buta aksara
karena kebanyakan para perempuan yang dirasa sudah cukup untuk
membangun rumah tangga maka perempuan tersebut segera dinikahkan oleh
pasangan yang sudah ditentukan oleh orangtuanya sehingga untuk
mendapatkan pendidikan masih sangatlah rendah. Penjelasan yang begitu
rinci
memperlihatkan
keadaan
perempuan
di
desa
yang
begitu
memprihatinkan karena banyaknya diskriminasi yang marak terjadi.

Observasi penutup komite penghapusan diskriminasi terhadap
perempuan (komite CEDAW) mempertimbangkan laporan awal Indonesia
dengan memberikan paparan mengenai gerakan perempuan Indonesia dengan
prinsip kesetaraan yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar guna menjamin
pengembangan dan pemajuan perempuan. Masalah dan kendala yang dihadapi
dalam peningkatan peranan perempuan yaitu masih tingginya buta aksara oleh
perempuan yang ada di desa, masih terbatasnya kemampuan untuk
memberikan bimbingan dan minimnya pengetahuan perihal kesehatan, gizi,
pemeliharaan anak, dan sanitasi. Para perempuan juga memiliki kemampuan
yang masih dibatasi dalam bekerja. Sejak di undangkannya Undang-Undang
Republik Indonesia tentang Perkawinan, perempuan semakin memiliki
kedudukan yang kuat.
Bab yang menjelaskan observasi penutup memiliki berbagai pertanyaan
seperti apakah GBHN yang berkaitan dengan bab peranan wanita ada bab
yang ditujukan bagi laki-laki dan juga pertanyaan mengenai “Ketuhanan Yang
Maha Esa” dalam Undang-Undang Dasar Negara Indonesia apabila ada seorang
warga negaranya ada yang anatonistik. Berbagai macam pertanyaan
internasional ditujukan kepada Indonesia dipaparkan pada bab ini. Dilain
pertanyaan yang dikemukakan juga ada jawaban-jawaban yang ditulis
berdasarkan pertanyaan-pertanyaan. Penjelasan yang dipaparkan di buku ini
mengulas tentang banyak hal komentar-komentar komite, saran dan
rekomendasi yang diberikan juga terdapat kritikan-kritikan.
Pembahasan bab berikutnya mengenai protokol opsional terhadap
konvensi penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan
(optional protocol to the convention on the elimination of all forms of
discrimination againts women). Protokol opsional berlaku pada 22 Desember
2000 dan Indonesia ikut serta menandatanginya pada tahun 2000 di markas
besar Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York. Pertimbangan untuk
diadakannya protokol kyoto yaitu dengan memperbaiki dan menambah
mekanisme yang sudah ada untuk penegakan Hak Asasi Manusia perempuan,
mendorong negara-negara untuk menjalankan prinsip-prinsip dan ketentuanketentuan substansif konvensi CEDAW, menciptakan kesadaran yang lebih
besar dari masyarakat tentang standar hak asasi manusia yang berkaitan
dengan diskriminasi terhadap perempuan. Pembahasan protokol opsional
memiliki beberapa elemen-elemen penting yang terdiri dari Mukadimah dari 21
pasal telah dijelaskan. Prosedur-prosedur komunikasi menjelaskan tiap pasalpasal mulai dari pasal 1 hingga pasal 10 dan diikuti oleh kewajiban negara
pihak-pelindung pelopor untuk memastikan bahwa orang-orang dalam
yurisdiksi negara itu tidak akan dikenakan perlakuan yang tidak baik atau
mendapat intimidasi sebagai akibat dari komunikasi yang disampaikan kepada
komite. Bab ini lebih rinci membrikan penjelasan bagian-bagian protokol
opsional dibanding dengan bab lainnya. Ada juga aturan prosedur komite,
amandemen, pembatalan ikatan pada protokol kyoto opsional dan
pemberitahuan oleh Sekretaris Jendral Perserikatan Bangsa-Bangsa serta di
jelaskan kekuatan otentik yang tedapat pada pasal 21 yang menyatakan
bahwa protokol ini, yang naskahnya dibuat dalam bahasa Arab, Cina, Inggris,
Perancis, Rusia, dan Spanyol mempunyai kekuatan otentik yang sama dan
wajib disimpan pada Sekretaris Jendral Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Sebanyak 189 negara telah sepakat diadakanna Deklarasi Milenium pada
tahun 2000 yang melahirkan tujuan pembangunan milenium. Deklarasi yang
diikuti oleh banyak negara membangun visi bersama-sama untuk melakukan

perbaikan terhadaap kondisi kemanusiaan di dunia, baik dalam bidang
pembangunan, pengurangan kemiskinan, menciptakan perdamaian dan
keamanan, perlindungan lingkungan dan hak asasi manusia dan demokrasi.
Memprkenalkan kestaraan dan keadilan gender antara laki-laki dan perempuan
dan melakukan pemberdayaan perempuan sebagai langkah-tindak yang efektif
untuk memerangi kemiskinan, kelaparan dan penyakit untuk memicu
pembangunan yang benar-benar berkelanjutan. Bab ini memperlihatkan
delapan komitmen kunci yang ditetapkan Deklaraasi Milenium menjadi Tujuan
Pembangunan Milenium. Tujuan ini merupakan target dan indikator untuk
mendorong tindakan yang efektif untuk mencapai pembangunan dan
menghapus kemiskinan yang menjadi sasaran deklarasi.
Pada bab ini mengarah ke keterkaitan pencapaian tujuan MDG dengan
CEDAW dan landasan beijing. Landasan aksi beijing merupakan perjuangan
untuk mencapai kesetaraan dalam akses pendidikan dan menghapus
diskriminasi terhadap anak-anak dan perempuan dalam pendidikan ,
pengembangan keterampilan dan pelatihan serta mengalokasikan sumber
daya yang cukup unuk memantau implementasi reformasi pendidikan. Ada
begitu banyak landasan aksi Beijing yang ditulis dalam buku ini.
Buku ini memberikan banyak pencerahan mengenai hak perempuan yang
harus dipromosikan dan diterapkan. Buku ini memberikan pengarahan akan
pentingnya hak asasi manusia dan bagaimana proses sejarah terbentuknya
konvensi-konvensi perlindungan terhadap hak asasi di dunia. Konvensi CEDAW
sangat berpengaruh dalam perkembangan disiplin ilmu hukum.
Tulisan ini juga bisa digunakan sebagai bahan ajar dan sosialisasi akan
kestaraan dan gender. Perincian pasal-pasal yang ada di buku dimaksudkan
untuk mempermudah pemahaman para pembaca. Apabila akan melakukan
kajian, buku ini juga dapat digunakan mengenai kajian Tujuan Pembangunan
Milenium untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender.