TUGAS KAPITA SELEKTA Pengaruh Keberadaan

TUGAS KAPITA SELEKTA
“ Pengaruh Keberadaan Minimarket Modern di Wilayah Strategis terhadap Pedagang
Warung Kelontong di Sekitarnya,
Study Kasus Mengenai: Dampak yang ditimbulkan Minimarket Modern Bagi Warung
Kelontong di Jalan Tentara Palagan, Sleman, Yogyakarta ”

Anggota :
1. Agnes Dwi Jayani

10/305588/SP/24379

2. Benno Lintang Abhinawa Widagda

10/302701/SP/24299

3. Faishol Adib Tsani

10/299841/SP/24231

4. Luluk Salsabila


10/303052/SP/24308

5. Widya Adhiatmoko

10/299514/SP/24156

JURUSAN PEMBANGUNAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2013

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pasar merupakan tempat berlangsungnya transaksi barang antara pembeli dan penjual.
Pasar itu sendiri terdiri dari dua yaitu pasar tradisional dan pasar modern. Pasar tradisional
adalah tempat berjual beli dimana konsumen masih bisa melakukan tawar menawar, salah
satu contoh dari pasar tradisional yang sering terlihat di pinggir jalan atau di pemukiman
penduduk yang biasa disebut pedagang kelontong. Sedangkan pasar modern tempat dimana

konsumen dapat membeli barang-barang yang diinginkan tapi di tempat ini tidak dapat lagi
melakukan tawar-menawar seperti pasar tradisional karena harganya sudah terpatok. Salah
satu contoh dari pasar modern ini adalah minimarket seperti alfamart, alfamidi, indomart dan
sebagainya.
Industri ritel modern telah berkembang pada tahun 1960-an tepatnya pada tahun 1964
yang ditandai dengan berdirinya Sarinah building. Industri ini mulai menampakkan
pertumbuhannya dari tahun 1970-1977 dengan adanya perubahan jenis gerai misalnya
supermarket, department store dan sebagainya. Pada awalnya bisnis ritel modern ini
didominasi oleh peritel dalam negeri seperti Matahari, Ramayana, Hero, dan sebagainya.
Dalam perkembangannya, pada tahun 1998 terjadi kesepakatan antara IMF dengan
pemerintah Indonesia mengenai perjanjian peritel asing untuk dapat berinvestasi atau
membuka gerai tanpa harus bekerjasama dengan peritel lokal. Pertumbuhan pasar-pasar
modern itu sendiri disebut kawasan yang mencerminkan suatu bentuk aktifitas perdagangan
retail, pusat perbelanjaan serta daerah hiburan yang terletak di tengah kota yang memiliki
pengaruh besar terhadap kegiatan ekonomi. Pasar tradisional atau pedagang kelontong kian
semakin terjepit akibat kehadiran usaha ritel pasar modern yang dalam rentang waktu 2003
sampai 2008 pertumbuhan gerai ritel mencapai 162 persen.
Pada tahun 2003 pertumbuhan gerai mini market mencapai 254,8 persen, dari 2.058
gerai menjadi 7.301 pada tahun 2008, sementara jumlah pasar tradisional dalam kurun waktu
yang singkat cenderung menurun. Pesatnya pertumbuhan pasar modern itu seiring gencarnya

penetrasi ritel asing ke Indonesia. Data BisInfocus 2008 menyebutkan, jika pada tahun 19701990 pemegang merek ritel asing yang masuk ke Indonesia hanya lima, dengan jumlah 275

gerai, tahun 2004 sudah 14 merek ritel asing yang masuk, dengan 500 gerai. Tahun 2008,
merek

ritel

asing

yang

masuk

sudah

18,

dengan

532


gerai.

(http://eprints.undip.ac.id/6093/1/ronyTA.pdf)
Akibat dari munculnya pasar-pasar modern di Indonesia seperti mini market yang kian
lama kian banyak berakibat pada pedagang-pedagang kecil seperti pedagang kelontong yang
semakin resah karena usaha yang mereka rintis selama ini terancam gulung tikar. Itu karena
para konsumen lebih memilih berbelanja di minimarket, di samping tempatnya bersih dan
pelayanannya memuaskan, juga harga-harga yang terjangkau. Bagi pedagang kelontong,
hadirnya mini market dengan segala kelebihannya telah menjadi satu kekuatan pasar yang
dahsyat. Dominasinya telah menggeser dan

mampu

menggusur keberadaan pedagang

kelontong sebagai kekuatan ekonomi informal warga kota Yogyakarta, khususnya di wilayah
Sleman ini. Apabila hanya ada satu atau dua minimarket yang masuk ke daerah tersebut
mungkin tidak begitu berdampak pada persaingan usaha, namun lama kelamaan mini market
ini mulai berdiri di setiap wilayah di daerah tersebut dan fantastisnya bukan hanya satu mini

market dalam satu wilayah namun bisa 3 atau 4 mini market.
Menjadi menarik kemudian untuk dibahas selanjutnya adalah bagaimana dampak yang
ditimbulkan dengan kemunculan mini market ini, khususnya di wilayah Jalan Tentara
Palagan, Sleman, Yogyakarta yang menjadi daerah observasi kelompok kami selanjutnya
akan dijelaskan lebih rinci dan detai pada bahasan selanjutnya. Pembahasan selanjutnya juga
akan menjelaskan mengenai diskripsi lokasi, jumlah mini market yang ada diwilayah
tersebut, jumlah warung kelontong yang ada disekitarnya, pola urbanisasi yang terjadi di
lokasi tersebut, analisis dampak dan pengaruh adanya mini market serta hasil wawancara
dengan narasumber terkait dalam hal ini pedangang kelontong disekitar minimarket.

BAB II
PEMBAHASAN
Pola berdirinya mini market disetiap daerah hampir sama, bila ada satu mini market
berlabel “A” maka beberapa meter dari mini market tersebut berdiri mini market berlabel “I”
Sejauh yang saya ketahui, untuk mendirikan sebuah mini market di suatu wilayah, harus ada
ijin dari pemerintah daerah setempat, sehingga logikanya, bila Pemerintah daerah setempat
peduli dengan pedagang tradisional di daerah tersebut maka Ijin mendirikan mini market
seharusnya dapat dibatasi. Namun yang menjadi polemik kemudian adalah, apakah
pemerintah daerah juga mampu menolak bila ada kesempatan pemasukan dana dengan
mengeluarkan ijin tersebut? Beralih sejenak dari dampak persaingan yang dirasakan oleh

pedagang tradisional, beberapa dampak adanya mini market dipandang dari sisi konsumen:
1. Di perkotaan, mini market ini biasanya masuk hingga ke komplek perumahan,
sehingga untuk berbelanja kebutuhan harian kita tidak perlu lagi jauh-jauh ke luar
komplek. Begitu juga halnya dengan di daerah, warga setempat tidak perlu ke pusat
pertokoan untuk berbelanja.
2. Dengan sistem swalayan, tempat yang bersih, barang ditata dengan rapi, membuat kita
lebih nyaman untuk berbelanja.
Untuk dapat bertahan menghadapi menjamurnya mini market ini, maka pedagang
tradisonal harus mampu mengimbangi kelebihan yang diberikan mini market kepada
konsumen. Berdasarkan hasil observasi kelompok kami yang mengambil sampel di Jalan
Tentara Palagan sampai dengan KM 8,5 (gtw batesnya lulu ma isol sampe mana).
Jalan Tentara Palagan sendiri berada diwilayah Sleman, Yogyakarta. Wilayah ini berada
di lokasi stategis perbatasan antar kabupaten dan Kota di Yogyakarta.( tlg di cari ya deskripsi
wilayahnya)
Jumlah minimarket yang ada diwilayah Jalan Tentara Palagan sampai dengan km...
adalah...(agnes wam ada 4 blm ditambah lulu isol). Berdasarkan hasil observasi kami sampai
pada km 7 terdapat empat buah mini market yaitu, Indomart di antara KM 5 dan 6 tidak jauh
dari tempat itu sekitar 100 meter terdapat Alfamart dan sekitar 50 meter kemudian terdapat
Circle K dan pada KM 7 terdapat lagi Indomart. Diantara lokasi minimarket pertama, kedua,
dan ketiga terdapat dua toko kelontong yang dimiliki oleh satu orang pemilik yang sama yaitu


Mas Ade. Kedua toko tersebut adalah toko anugrah dan toko eksa. Sedangkan dua toko yang
ada diantara lokasi minimarket ke tiga dan keempat ada dua buah toko yaitu toko 19 dan toko
FCU Sunaryo.
Berdasarkan penuturan informan di dapatkan informasi bahwa minimarket yang pertama
kali berdiri adalah Indomart tepatnya empat tahun yang lalu kemudian disusul dua tahun
kemudian oleh Alfamart dan satu tahun kemudian disusul oleh Circle K. Kebetulan informan
ini memiliki dua buah toko kelontong yang berlokasi di sebelah indomart dan di sebelah
Circle K. Menurut penuturannya, omset penjualannya terus menurun dari tahun ketahun
semenjak munculnya Minimarket tersebut. Sebelumnya toko kelontong miliknya berkembang
pesat hingga ia bisa membersarkan toko dan memiliki cabang di tempat lain. Akan tetapi,
semenjak munculnya mini market tersebut, pendapatan warungnya terus menurun dan
terancam bangkrut. Seperti warung yang yang berada di sebelah persis indomart selama satu
tahun ini pendapatan nya terus berkurang dan mereka kesulitan untuk menggaji pegawai
sehingga dampaknya mereka mengambil keputusan untuk menutup toko saja di bulan depan
sambil menghabiskan barang dagangan yang masih ada. (tambahin lg ya wam )

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulakan beberapa hal diantaranya, pertama
berkurangnya pendapatan warung kelontong serta matinya usaha pasar tradisional ini karena
tidak kuatnya modal dan metode pemasaran untuk bersaing dengan Minimarket modern yang
ada, sehingga banyak dari mereka yang memutuskan untuk menutup tokonya karena tidak
bisa menutup kerugian dan pengeluaran. Akan tetapi, saat ini harga masih menjadi
pertimbangan utama seorang konsumen untuk memilih dimana ia akan berbelanja, tentu
dengan kualitas barang yang sama. Beberapa pedagang tradisional yang saat ini mampu
bertahan adalah yang berjualan dengan harga jauh lebih murah di banding dengan mini
market.
Bisa menjual lebih murah tentu karena biaya operasional yang dikleuarkan oleh pedagang
tradisional lebih sedikit daripada mini market dan sebagian pemasok masih banyak yang
senang memasok barang ke pedagang tradisional, jadi harga mampu bersaing.
Selain dengan cara di atas, di lokasi perumahan saya, ada yang membuka usaha mirip dengan
mini market yang di franchise khan itu, dan harganya pun jauh lebih murah, terutama untuk
kebutuhan pokok seperti susu balita (selisih harga bisa mencapai Rp. 5.000,-/per kotak).
Saat ini mungkin baru mini market yang menyediakan kebutuhan sehari hari yang menjamur
di kota besar maupun kecil, besar kemungkinan ke depan akan muncul Franchise serupa
untuk kebutuhan lain. Jadi, untuk dapat bertahan menghadapi persaingan usaha, seorang
wirausahawan dituntut untuk kreatif dan pintar membaca keinginan konsumen. (tlg
ditambahin)