Kebijakan Pendidikan Nasional id. docx

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam kata pengantar buku Sistem Pendidikan Nasional Visioner karya
Muhamad Mastuhu, Komarudin Hidayat menyimpulkan sebagai berikut1:
“Muhamad Mastuhu memiliki pandangan inklusivisme dalam politik
pendidikannya. Maka model pendidikan yang harus dikembangkan oleh
Bangsa ini, yaitu, suatu pendidikan dan pengajaran yang senantiasa
melakukan proses internalisasi akan nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan
yang adil dan beradab (humanity adn equality), persatuan Indonesia
(nasionalisme dan keindonesiaan), kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan (freedom and
democracy), dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (fairness)”.
Dari dasar tersebut, Muhamad Mastuhu menjelaskan bahwa substansi dari
strategi Sistem Pendidikan Nasional Visioner (SPNV) adalah “kukuh dalam
akidah, dinamis dalam syari’ah, dan santun serta bermoral dalam kerja
pendidikannya”.2
Ahmad Tafsir dalam buku nya Filsafat Pendidikan Islami mengatakan
bahwa kesulitan yang dihadapi para pendidik Muslim untuk mencapai
Internalisasi Pendidikan Islami yang ketiga, yaitu being muslim sangat sulit
karena ahli pendidikan Islami tidak memiliki metode nya. Sedangkan ahli-ahli

pendidikan Barat malu membicarakan being muslim. Untuk aspek knowing
dan doing para ahli pendidikan Islami punya metode yang jauh lebih variatif
dan lebih canggih.3
Metode internalisasi sampai Tahun 2005 adalah istilah dari Prof. Achmad
Sanusi, UPI. Prof. Djawad Dahlan menyebutnya metode personalisasi.4
1Muhamad Mastuhu, Sistem Pendidikan Nasional Visioner, Ciputat: Lentera Hati, 2007,
Cet.I, hlm.ix.
2Ibid, hlm.ix.
3Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islami, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2012, Cet-V,
hlm. 228.
4Ibid, hlm 228. Akhmad Alim mencantumkan dalam buku nya Islamisasi Ilmu Pendidikan
Bab III yaitu Internalisasi Adab. Namun sepanjang yang terbaca dalam buku tersebut bukannya
Internalisasi Ilmu dan Adab, akan tetapi Integrasi keduanya. (Akmad Alim, Islamisasi Ilmu

1

Maka untuk mewujudkan cita-cita Internalisasi diatas, maka diperlukan
sistem pendidikan. Muhammad Maftuhu memberikan definisi sistem
pendidikan sebagai berikut:
“Totalitas interaksi dari seperangkat unsur-unsur pendidikan yang

bekerjasama secara terpadu dan saling melengkapi satu sama lain menuju
tercapainya tujuan pendidikan yang dicita-citakan bersama para
pelakunya. Kerjasama harus didasari, dijiwai, digerakkan, digairahkan
dan diarahkan oleh nilai-nilai luhur yang dijunjung bersama. Unsur
organik maupun anorganik, yakni dana, sarana, alat-alat perangkat keras
maupun lunak. Hubungan tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan”.
Tantangan pendidikan dewasa ini, manusia dituntut berusaha tahu banyak
(knowing much), berbuat banyak (doing much), mencapai keunggulan (being
exellence), menjalin hubungan dan kerjasama dengan orang lain (being
sociable), sertaterus memegang teguh nilai-nilai (being morally). Dasar-dasar
manusia “unggul, bermoral, dan bekerja keras” diberikan di sekolah.5
Maka untuk menanggulangi persoalan-persoalan pendidikan diatas,
ditetapkanlah Standar Nasional Pendidikan di suatu Negara. Dalam hal ini
kriteria minimal tentang sistem pendidikan yang berlaku di seluruh wilayah
hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.6

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Standar Nasional Pendidikan di Indonesia?
2. Bagaimana penerapannya hingga saat ini?

C. TUJUAN & MANFAAT
1. Mengetahui Standar Nasional Pendidikan di Indonesia saat ini
2. Mengetahui keunggulan dan cara pengembangannya ke depan.
Pendidikan, Menjawab Problematika Krisis Pendidikan Kontemporer, Bogor: UIKA Press, hlm.46.
5Nana Syaodih Sukmadinata, et al., Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah:
Konsep, Prinsif, dan Instrumen, Bandung: PT Refika Aditama, 2006, hlm. 5.
6Redaksi Sinar Grafika, Standar Nasional Pendidikan: Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Jakarta: Sinar Grafika,
2009, Cet-IV, hlm. 2.

2

BAB II
PEMBAHASAN
A. STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN
1. Landasan Dasar
Pertama adalah filsafat Negara yaitu Pancasila, yang dimana di
dalam nya terdapat lima sila dan Ketuhanan Yang Maha Esa adalah
core nya. Maka bila dibaca setiap butir maka seharusnya sebagai
berikut7:

7Ahmad Tafsir, Ibid, hlm.154.

3

1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa
3. Persatuan Indonesia berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan berdasarkan Ketuhaan Yang
Maha Esa
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa.
Dan apabila digambarkan, maka gambar yang benar adalah sebagai
berikut8:

Keadilan
Sosial Kemanusiaan
Kerakyatan yang
Dipimpin..

Ketuhanan
Yang Maha
Esa Persatuan

Gambar: 1 Gambar Pancasila
Kedua adalah Undang-undang Dasar Tahun 1945 Pasal 31 Ayat 1
hingga ayat 5, sebagaimana berikut9:
“Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan (Ayat 1). Setiap
warna negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya
(Ayat
2). Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undangundang (Ayat 3). Negara memprioritaskan anggaran pendidikan
sekurang-kurangnya 20% dari anggaran pendidikan dan belanja negara
serta anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi
kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional (Ayat 4). Pemerintah
memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi
nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban

serta kesejahteraan umat manusia (Ayat 5).”

8Ibid, hlm.154.
9Undang-undang Dasar 1945

4

Ketiga adalah Undang-undang. Sudah dilakukan dan banyak
sekali, diantaranya: Undang-undang Sistem Pendidikan nasional
(UUSPN) No.2 Tahun 198910 yang kemudian diganti dengan Undangundang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No.20 Tahun 2003 yang
berlaku hingga saat ini.11
Keempat adalah Peraturan Pemerintah. Untuk saat ini Standar
Nasional Pendidikan masih menggunakan Peraturan Pemerintah No.
19 Tahun 2005.12
Kelima, Peraturan Pemerintah itu harus diturunkan kedalam Surat
Keputusan Menteri (SKM).
Keenam, Surat Keputusan Menteri itu (bila perlu) dituangkan
dalam Petunjuk Pelaksanaan (JUKLAK) atau Petunjuk Tekhnis
(JUKNIS).
Maka urutan operasional dari teori diatas bila digambarkan akan

tampak sebagai berikut13:
FILSAFAT NEGARA
UU
PP
SKM

UUD

UU

PP
SKM

JUKLAK

JUKLAK

Gambar: 2 Petunjuk tekhnis landasan operasional pendidikan
2. Pengertian


10M.Ali Hasan, Mukti Ali, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: CV Pedoman Ilmu
Jaya, 2002, Cet-II, hlm.37.
11Ahmad Tafsir, Ibid, hlm.72.
12Tim Fokus Media, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Undang-undang
Sisdiknas, Bandung: Fokus Media, 2011, hlm.61.
13Ahmad Tafsir, Ibid, hlm.72.

5

Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang
sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan
Republik Indonesia (PP No.19 Tahun 2015 Pasal 1 Ayat 1).
3. Fungsi dan Tujuan
a) Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam
rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu (PP
No.19 Tahun 2005 Pasal 3).
b) Standar Nasional Pendidikan bertujuan menajmin mutu
pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat (PP No.19 Tahun 2005 Pasal 4)
c) Standar Nasional Pendidikan disempurnakan secara terencana,
terarah, dan berkelanjutan sesuai dengan tuntutan perubahan
kehidupan lokal, nasional, dan global (PP No.19 Tahun 2005
Pasal 2 Ayat 3).

B. LINGKUP STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN
Implementasi Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara lain
Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan. Peraturan Pemerintah ini memberikan arahan tentang perlunya
disusun dan dilaksanakan delapan standar nasional pendidikan, yaitu:
standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik
dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar
pembiayaan, standar penilaian pendidikan.14
Dalam makalah ini penulis akan memaparkan empat standar nasional
pendidikan sebagimana berikut:
1. Standar Isi
Pendidikan Nasional harus merata, maka pemerintah melalui
undang-undang mewujudkan program wajib belaajr 9 tahun.

Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas
14I. Wayan AS, 8 Standar Nasional Pendidikan, Jakarta: CV Azzahra, 2012, hlm.135.

6

manusia Indonesia seutuhnya melalui olah hati, olah pikir, olah rasa,
serta olah raga agar mampu menghadapi tantangan blobal.
Standar Isi meliputi: Pertama, kerangka dasar dan struktur
kurikulum Kedua, beban belajar. Ketiga, kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP) yang berubah menjadi K13. Keempat, kalender
pendidikan.
Peraturan Menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 59 tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 SMA/MA.
a) Struktur Kurikulum15
Kompetensi Inti Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
(SMA/MA) merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) yang harus dimiliki seorang peserta didik
SMA/MA pada setiap tingkat kelas.
Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut:16
1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual;

2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial;
3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan
4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.
Uraian tentang Kompetensi Inti untuk jenjang SMA/MA dapat dilihat
pada Tabel berikut.
Tabel 1: Kompetensi Inti SMA/MA
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI INTI
KELAS X
KELAS XI
KELAS XII
1. Menghayati dan
1. Menghayati dan
1. Menghayati dan
mengamalkan ajaran
mengamalkan ajaran
mengamalkan ajaran
agama yang
agama yang
agama yang
dianutnya
dianutnya
dianutnya
2. Menghayati dan
2. Menghayati dan
2. Menghayati dan
mengamalkan
mengamalkan
mengamalkan
perilaku jujur,
perilaku jujur,
perilaku jujur,
disiplin,
disiplin,
disiplin,
tanggungjawab,
tanggungjawab,
tanggungjawab,
peduli (gotong
peduli (gotong
peduli (gotong
royong, kerjasama,
royong, kerjasama,
royong, kerjasama,
toleran, damai),
toleran, damai),
toleran, damai),
santun, responsif dan
santun, responsif dan
santun, responsif dan
pro-aktif dan
pro-aktif dan
pro-aktif dan
15Peraturan Menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia Nomor 59 tahun
2014 Tentang Kurikulum 2013 SMA/MA.
16Purwadi Sutanto, Panduan Penilaian oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan SMA,
Jakarta: Direktorat Pembinaan SMA, 2017, hlm.4 (pdf).

7

KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI INTI
KELAS X
KELAS XI
KELAS XII
menunjukkan sikap
menunjukkan sikap
menunjukkan sikap
sebagai bagian dari
sebagai bagian dari
sebagai bagian dari
solusi atas berbagai
solusi atas berbagai
solusi atas berbagai
permasalahan dalam
permasalahan dalam
permasalahan dalam
berinteraksi secara
berinteraksi secara
berinteraksi secara
efektif dengan
efektif dengan
efektif dengan
lingkungan sosial
lingkungan sosial
lingkungan sosial
dan alam serta dalam
dan alam serta dalam
dan alam serta dalam
menempatkan diri
menempatkan diri
menempatkan diri
sebagai cerminan
sebagai cerminan
sebagai cerminan
bangsa dalam
bangsa dalam
bangsa dalam
pergaulan dunia.
pergaulan dunia
pergaulan dunia
3. Memahami,menerap 3. Memahami,
3. Memahami,
kan, menganalisis
menerapkan, dan
menerapkan,
pengetahuan faktual,
menganalisis
menganalisis dan
konseptual,
pengetahuan faktual,
mengevaluasi
prosedural
konseptual,
pengetahuan faktual,
berdasarkan rasa
prosedural, dan
konseptual,
ingintahunya tentang
metakognitif
prosedural, dan
ilmu pengetahuan,
berdasarkan rasa
metakognitif
teknologi, seni,
ingin tahunya tentang berdasarkan rasa
budaya, dan
ilmu pengetahuan,
ingin tahunya tentang
humaniora dengan
teknologi, seni,
ilmu pengetahuan,
wawasan
budaya, dan
teknologi, seni,
kemanusiaan,
humaniora dengan
budaya, dan
kebangsaan,
wawasan
humaniora dengan
kenegaraan, dan
kemanusiaan,
wawasan
peradaban terkait
kebangsaan,
kemanusiaan,
penyebab fenomena
kenegaraan, dan
kebangsaan,
dan kejadian, serta
peradaban terkait
kenegaraan, dan
menerapkan
penyebab fenomena
peradaban terkait
pengetahuan
dan kejadian, serta
penyebab fenomena
prosedural pada
menerapkan
dan kejadian, serta
bidang kajian yang
pengetahuan
menerapkan
spesifik sesuai
prosedural pada
pengetahuan
dengan bakat dan
bidang kajian yang
prosedural pada
minatnya untuk
spesifik sesuai
bidang kajian yang
memecahkan
dengan bakat dan
spesifik sesuai
masalah
minatnya untuk
dengan bakat dan
memecahkan
minatnya untuk
masalah
memecahkan
masalah
4. Mengolah, menalar, 4. Mengolah, menalar, 4. Mengolah, menalar,
dan menyaji dalam
dan menyaji dalam
menyaji, dan
ranah konkret dan
ranah konkret dan
mencipta dalam
ranah abstrak terkait
ranah abstrak terkait
ranah konkret dan

8

KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI INTI
KELAS X
KELAS XI
KELAS XII
dengan
dengan
ranah abstrak terkait
pengembangan dari
pengembangan dari
dengan
yang dipelajarinya di
yang dipelajarinya di
pengembangan dari
sekolah secara
sekolah secara
yang dipelajarinya di
mandiri, dan mampu
mandiri, bertindak
sekolah secara
menggunakan
secara efektif dan
mandiri serta
metoda sesuai kaidah
kreatif, serta mampu
bertindak secara
keilmuan
menggunakan
efektif dan kreatif,
metoda sesuai kaidah
dan mampu
keilmuan
menggunakan
metoda sesuai kaidah
keilmuan
b) Mata Pelajaran
Tabel 2: Struktur Kurikulum SMA/MA
MATA PELAJARAN

ALOKASI WAKTU PER
MINGGU
X
XI
XII

KELOMPOK A (UMUM)
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
3
3
3
2. Pendidikan Pancasila dan
2
2
2
Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia
4
4
4
4. Matematika
4
4
4
5. Sejarah Indonesia
2
2
2
6. Bahasa Inggris
2
2
2
KELOMPOK B (UMUM)
7 Seni Budaya
2
2
2
.
8 Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan
3
3
3
. Kesehatan
9 Prakarya dan Kewirausahaan
2
2
2
.
Jumlah jam pelajaran kelompok A dan B
24
24
24
per minggu
KELOMPOK C (PEMINATAN)
Mata pelajaran peminatan akademik
9 atau 12 12 atau 16 12 atau 16
Mata pelajaran pilihan lintas minat
6 atau 9
4 atau 8
4 atau 8
dan/atau pendalaman minat
Jumlah jam pelajaran kelompok A, B,
42
44
44
dan C per minggu
Keterangan:

9

1) Mata pelajaran Kelompok A dan C merupakan kelompok mata
pelajaran yang muatan dan acuannya dikembangkan oleh pusat.
2) Mata pelajaran Kelompok B merupakan kelompok mata pelajaran
yang muatan dan acuannya dikembangkan oleh pusat dan dapat
dilengkapi dengan muatan/konten lokal.
3) Mata pelajaran Kelompok B dapat berupa mata pelajaran muatan
lokal yang berdiri sendiri.
4) Muatan lokal dapat memuat Bahasa Daerah
5) Satu jam pelajaran beban belajar tatap muka adalah 45 menit.
6) Beban belajar penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri, maksimal
60% dari waktu kegiatan tatap muka mata pelajaran yang
bersangkutan.
7) Satuan pendidikan dapat menambah beban belajar per minggu sesuai
dengan kebutuhan belajar peserta didik dan/atau kebutuhan
akademik, sosial, budaya, dan faktor lain yang dianggap penting,
namun yang diperhitungkan Pemerintah maksimal 2 (dua)
jam/minggu.
8) Untuk Mata Pelajaran Seni Budaya dan Mata Pelajaran Prakarya dan
Kewirausahaan, satuan pendidikan wajib menyelenggarakan
minimal 2 aspek dari 4 aspek yang disediakan. Peserta didik
mengikuti salah satu aspek yang disediakan untuk setiap semester,
aspek yang diikuti dapat diganti setiap semesternya.
9) Khusus untuk Madrasah Aliyah struktur kurikulum dapat
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan yang diatur oleh
Kementerian Agama.
10) Kegiatan ekstrakurikuler terdiri atas Pendidikan Kepramukaan
(wajib), usaha kesehatan sekolah (UKS), palang merah remaja
(PMR), dan lainnya sesuai dengan kondisi dan potensi masingmasing satuan pendidikan.
11) Mata Pelajaran Umum
Mata pelajaran umum kelompok A merupakan program kurikuler
yang bertujuan mengembangkan kompetensi sikap, kompetensi
pengetahuan, dan kompetensi keterampilan peserta didik sebagai
dasar penguatan kemampuan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
Mata pelajaran umum kelompok B merupakan program kurikuler
yang bertujuan mengembangkan kompetensi sikap, kompetensi
pengetahuan, dan kompetensi keterampilan peserta didik terkait
lingkungan dalam bidang sosial, budaya, dan seni.
12) Mata Pelajaran Peminatan Akademik
Mata pelajaran peminatan akademik kelompok C merupakan
program kurikuler yang bertujuan mengembangkan kompetensi
sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan
peserta didik sesuai dengan minat, bakat dan/atau kemampuan
akademik dalam sekelompok mata pelajaran keilmuan.
c) Beban Belajar

10

Beban belajar merupakan keseluruhan kegiatan yang harus diikuti peserta
didik dalam satu minggu, satu semester, dan satu tahun pembelajaran.
1.

2.
3.
4.

Beban belajar di SMA/MA dinyatakan dalam jam pelajaran per
minggu.
a. Beban belajar satu minggu Kelas X adalah minimal 42 jam
pelajaran.
b. Beban belajar satu minggu Kelas XI dan XII adalah minimal 44
jam pelajaran.
Beban belajar di Kelas X dan XI dalam satu semester minimal 18
minggu.
Beban belajar di kelas XII pada semester ganjil minimal 18 minggu
Beban belajar di kelas XII pada semester genap minimal 14 minggu.
Beban belajar bagi SMA/MA yang menyelengarakan Sistem Kredit

Semester (SKS), diatur dalam pedoman SKS.
d) Kalender Pendidikan17
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Kegiatan
Minggu efektif
belajar
Jeda tengah semester
Jeda antar semester
Libur akhir tahun

Alokasi Waktu
Min. 34 pekan
Mak. 38 pekan
Mak. 2 pekan
Mak. 2 pekan
Mak. 3 pekan

Hari libur
keagamaan
Hari libur Nasional

2-4 pekan

Keterangan
Pembelajaran efektif
Sepekan tiap semester
Antara semster I dan II
Persiapan administrasi
akhir dan awal tahun
pelajaran
Daerah khusus

Mak. 2 pekan

Sesuai peraturan
pemerintah
Hari libur khusus
Mak. 1 pekan
Sesuai ciri kekhususan
masing-masing
Kegiatan khusus
Mak. 3 pekan
Kegiatan yang
sekolah
diprogramkan secara
khusus
Tabel: 3 Alokasi waktu pada Kalender Pendidikan

17I. Wayan AS, Ibid, hlm.176.

11

2. Standar Proses
Standar Proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran
pada satuan pendidikan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan.
Standar Proses dikembangkan mengacu pada Standar Kompetensi
Lulusan dan Standar Isi yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.18
Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
a) Prinsip Proses Pembelajaran sebagai berikut:
1) Dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari
tahu;
2) Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi
belajar berbasis aneka sumber belajar;
18Ade Nurhudaya (Koordinator Pengawas Disdik Kabupaten Bogor),
Presentasi:.Intisari Lampiran Permendikbud No.22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses.

Slide

12

3) Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan
penggunaan pendekatan ilmiah;
4) Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran
berbasis kompetensi;
5) Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu;
6) Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal
menuju pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya
multi dimensi;
7) Dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif;
8) Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal
(hardskills) dan keterampilan mental (softskills);
9) Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang
hayat;
10) Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi
keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan
(ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas
peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri
handayani);
11) Pembelajaran yang berlangsung di rumah di sekolah, dan di
masyarakat;
12) Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja
adalah guru, siapa saja adalah peserta didik, dan di mana saja
adalah kelas;
13) Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan
14) Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang
budaya peserta didik.
b) Karasteristik Pembelajaran
1) Satuan pendidikan terkait erat pada Standar Kompetensi
Lulusan dan Standar Isi.
2) Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran
pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk
setiap satuan pendidikan
3) Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan
perolehan (proses psikologis) yang berbeda. Sikap
diperoleh melalui aktivitas “menerima, menjalankan,
menghargai, menghayati, dan mengamalkan”. Pengetahuan
diperoleh melalui aktivitas “mengingat, memahami,
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta”.
Keterampilan diperoleh melalui aktivitas “mengamati,
menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”.
Karaktersitik kompetensi beserta perbedaan lintasan
perolehan turut serta mempengaruhi karakteristik standar
proses. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific),

13

tematik terpadu (tematik antar matapelajaran), dan tematik
(dalam suatu mata pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran
berbasis
penyingkapan/penelitian
(discovery/inquiry
learning). Untuk mendorong kemampuan peserta didik
untuk menghasilkan karya kontekstual, baik individual
maupun kelompok maka sangat disarankan menggunakan
pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya
berbasis pemecahan masalah (project based learning).
Tabel:4 Ranah Kompetensi
SIKAP

PENGETAHUAN

KETERAMPILAN

Menerima

Mengingat

Mengamati

Menjalankan

Memahami

Menanya

Menghargai

Menerapkan

Mencoba

Menghayati

Menganalisis

Menalar

Mengamalkan

Mengevaluasi

Menyaji
Mencipta

c) Sillabus Pembelajaran
Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap
bahan kajian mata pelajaran. Silabus dikembangkan berdasarkan Standar
Kompetensi Lulusan dan Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah
sesuai dengan pola pembelajaran pada setiap tahun ajaran tertentu. Silabus
digunakan

sebagai

acuan

dalam

pengembangan

rencana

pelaksanaan

pembelajaran.
Mata Pelajaran
:
Tabel:
5
Silabus
Satuan Pendidikan
: Pembelajaran
d)
Rencana
Pelaksanaan
Kompetensi Inti
: Pembelajaran
Kompetensi
Dasar

Indikator
Materi Kegiatan
Alokasi Penilaian Su
Pencapaian Pokok Pembelajaran Waktu
mb
er

14

NAMA SEKOLAH
:
MATA PELAJARAN
:
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) adalah rencana kegiatan
KELAS/PEMINATAN
:
SEMESTER
:
pembelajaran
tatap muka untuk satu
pertemuan atau lebih. RPP
MATERI POKOK
:
ALOKASI WAKTU
: ..... X 45 Menit ( ...... x pertemuan)
dikembangkan
dari silabus untuk mengarahkan
kegiatan pembelajaran

Kompetensi inti
• Tujuan Pembelajaran
peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap
• Kompetensi Dasar dan Indikator:

pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara
lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik

No.

Uraian

No.

1.1

2.1

1.1.1

2.1.1

1.1.2

2.1.2

Uraian

Tabel: 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
RPP Terbaru 2017
Pengembangan kecerdasan abad 21
1) Harus memunculkan 4 c
a) Critical thingking : berfikir kritis
b) Collaboration
: berkelompok
c) Creative
: kreatif
d) Communication
: komunikasi
2) Harus memunculkan pembentukan karakter
Nilai-nilai Pembentuk Karakter
Satuan pendidikan sebenarnya selama ini sudah mengembangkan
dan melaksanakan nilai-nilai pembentuk karakter melalui program
operasional satuan pendidikan masing-masing. Hal ini merupakan
prakondisi pendidikan karakter pada satuan pendidikan yang untuk
selanjutnya pada saat ini diperkuat dengan 18 nilai hasil kajian
15

empirik Pusat Kurikulum. Nilai prakondisi (the existing values) yang
dimaksud antara lain takwa, bersih, rapih, nyaman, dan santun.
Dalam rangka lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter
telah teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila,
budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu:
a) Jujur
b) Toleransi
c) Disiplin
d) Kerja keras
e) Kreatif
f) Mandiri
g) Demokratis
h) Rasa Ingin Tahu
i) Semangat Kebangsaan
j) Cinta Tanah Air
k) Menghargai Prestasi
l) Bersahabat/Komunikatif
m)Cinta Damai
n) Gemar Membaca
o) Peduli Lingkungan
p) Peduli Sosial
q) Tanggung Jawab
r) Religius
3) Harus memunculkan literasi :
Literasi berasal dari istilah latin 'literature' dan bahasa inggris 'letter'.
Literasi merupakan kualitas atau kemampuan melek huruf/aksara yang di
dalamnya meliputi kemampuan membaca dan menulis. Namun lebih dari
itu, makna literasi juga mencakup melek visual yang artinya
"kemampuan untuk mengenali dan memahami ide-ide yang disampaikan
secara visual (adegan, video, gambar)."
4) Harus memunculkan soal hots
5) Ki 1 dan ki 2 untuk mapel selain pkn dan agama harus digabungkan
untuk membedakan antara direct theaching dgn indirect theaching
6) Tujuan pembelajaran sebaiknya deskripsi dengan memunculkan tujuan
pembelajaran dari pengetahuan, ketrampilan dan sikap
7) Materi pembelajaran boleh dikelompokkan berdasarkan fakta, konsep
dan prosedur maupun metakognitif
e) Penilaian Proses dan Hasil Pembelajaran
1) Penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian
otentik (authentic assesment) yang menilai kesiapan peserta didik,
proses, dan hasil belajar secara utuh. Keterpaduan penilaian ketiga
komponen tersebut akan menggambarkan kapasitas, gaya, dan
perolehan belajar peserta didik yang mampu menghasilkan dampak

16

instruksional (instructional effect) pada aspek pengetahuan dan
dampak pengiring (nurturant effect) pada aspek sikap.
2) Hasil penilaian otentik digunakan guru untuk merencanakan
program perbaikan (remedial) pembelajaran, pengayaan
(enrichment), atau pelayanan konseling.
3) Selain itu, hasil penilaian otentik digunakan sebagai bahan untuk
memperbaiki proses pembelajaran sesuai dengan Standar Penilaian
Pendidikan.
4) Evaluasi proses pembelajaran dilakukan saat proses pembelajaran
dengan menggunakan alat: lembar pengamatan, angket sebaya,
rekaman, catatan anekdot, dan refleksi.
f) Aspek yang Diukur Dalam Penilaian Berbasis Kompetensi
Ada tiga aspek yang diukur, yaitu: Kognitif, Afektif, Psikomotor.
Aspek yang pertama yaitu Kognitif memiliki 6 tingkatan berfikir. Hal ini
sebagimana dipaparkan dalm Taxonomy Bloom (Bloom, Englehart, Furst,
Hill, Krathwohl) sebagi berikut:19
Kognitif20
1) Pengetahuan (Knowledge), Kemampuan mengingat (misalnya: nama
ibu kota, rumus).
2) Pemahaman (Comprehension), Kemampuan memahami (misalnya:
menyimpulkan suatu paragraf).
3) Aplikasi (Application), Kemampuan Penerapan (Misalnya:
menggunakan suatu informasi/ pengetahuan yang diperolehnya
untuk memecahkan masalah).
4) Analisis (Analysis), Kemampuan menganalisis suatu informasi yang
luas menjadi bagian-bagian kecil (Misalnya: menganalisis bentuk,
jenis atau arti suatu puisi).
5) Sintesis (Synthesis), Kemampuan menggabungkan beberapa
informasi menjadi suatu kesimpulan (misalnya: memformulasikan
hasil penelitian di laboratorium).
6) Evaluasi (Evaluation), Kemampuan mempertimbangkan mana yang
baik dan mana yang buruk dan memutuskan untuk mengambil
tindakan tertentu.
Afektif
1) Mencakup penilaian a.l. : Sikap, Tingkah Laku, Minat, Emosi dan
Motivasi, Kerjasama, Koordinasi dari setiap peserta didik.
19Ella Yulaelawati, Kurikulum dan Pembelajaran (Filosofi, Teori, dan Aplikasi), Bandung:
Pakar Raya, 2004, hlm.59.
20Ibid, hlm.60.

17

2) Dilakukan melalui pengamatan dan interaksi langsung secara terus
menerus. Pada umumnya dilakukan secara non-ujian (misalnya;
untuk mengetahui siapa peserta didik yang bisa dipercaya, siapa
peserta didik yang disiplin, siapa yang berminat ke jurusan Ilmu
Sosial atau Ilmu Alam dll)
3) Setiap informasi yang diperoleh dikumpulkan dan disimpan sebagai
referensi dalam penilaian berikutnya.
4) Penilaian afektif dibagi atas penilaian afektif secara umum (budi
pekerti) dan penilaian afektif per mata pelajaran.

Psikomotorik
1) Tidak semua mata pelajaran dapat dinilai aspek psikomotornya
(disesuaikan dengan tuntutan kompetensi dasar yang harus dicapai
oleh peserta didik).
2) Digunakan untuk pembelajaran yang banyak memerlukan praktik:
Pendidikan Agama, Pendidikan Seni, Pendidikan Jasmani, Praktik
IPA dan Bahasa
Untuk penyusunan soal, sesuai dengan indikator yang telah disusun dalam silabus,
hendaknya memiliki tingkat berpikir menengah sampai tinggi.
g) Pengawasan Proses Pembelajaran
Pengawasan dilakukan dengan prinsip objektif dan transparan guna
peningkatan mutu secara berkelanjutan. Sistem pengawasan internal
dilakukan oleh kepala sekolah, pengawas, dan dinas pendidikan dan
Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan. Kepala Sekolah, Pengawas dan
Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan melakukan pengawasan dalam
rangka peningkatan mutu. Kepala Sekolah dan Pengawas melakukan
pengawasan dalam bentuk supervisi akademik dan supervisi manajerial.
1) Pengawasan meliputi pemantauan, supervisi, pelaporan, dan
tindak lanjut.
2) Pemantauan proses pembelajaran dilakukan pada tahap
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran.
Pemantauan dilakukan melalui antara lain, diskusi kelompok
terfokus, pengamatan, pencatatan, perekaman, wawancara, dan
dokumentasi.
3) Supervisi proses pembelajaran dilakukan pada tahap
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran

18

yang dilakukan melalui antara lain, pemberian contoh
pembelajaran di kelas, diskusi, konsultasi, atau pelatihan.
4) Pelaporan hasil kegiatan pemantauan, supervisi, dan evaluasi
proses pembelajaran disusun dalam bentuk laporan untuk
kepentingan tindak lanjut pengembangan keprofesionalan
pendidik secara berkelanjutan.
5) Tindak lanjut hasil pengawasan dilakukan dalam bentuk:
- Penguatan dan penghargaan kepada guru yang
menunjukkan kinerja yang memenuhi atau melampaui
standar; dan
- Pemberian kesempatan kepada guru untuk mengikuti
program pengembangan keprofesionalan berkelanjutan

3. Standar Kompetensi Lulusan
Setiap lulusan satuan pendidikan dasar dan menengah memiliki
kompetensi pada tiga dimensi yaitu sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Hal ini sesuai dengan Peraturan menteri pendidikan dan
kebudayaan nomor 20 tahun 2016 tentang standar kompetensi lulusan
pendidikan dasar dan menengah.21

Lulusan SD/MI/SDLB/Paket A; SMP/MTs/SMPLB/Paket B; dan
SMA/MA/SMALB/Paket C memiliki kompetensi pada dimensi sikap
sebagai berikut.
Tabel: 7 Dimensi Sikap
SD/MI/SDLB/ Paket A

Memiliki perilaku yang
mencerminkan sikap:
1. beriman dan bertakwa
kepada Tuhan YME,
2. berkarakter, jujur, dan
peduli,
3. bertanggungjawab,
4. pembelajar sejati

SMP/MTs/SMPLB/
Paket B
Rumusan
Memiliki perilaku yang
mencerminkan sikap:
1. beriman dan bertakwa
kepada Tuhan YME,
2. berkarakter, jujur, dan
peduli,
3. bertanggungjawab,
4. pembelajar sejati

SMA/MA/SMALB/
Paket C
Memiliki perilaku yang
mencerminkan sikap:
1. beriman dan bertakwa
kepada Tuhan YME,
2. berkarakter, jujur, dan
peduli,
3. bertanggungjawab,
4. pembelajar sejati

21Salinan Putusan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 20 Tahun 2016
Tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah.

19

sepanjang hayat, dan
5. sehat jasmani dan
rohani sesuai dengan
perkembangan anak di
lingkungan keluarga,
sekolah, masyarakat dan
lingkungan alam sekitar,
bangsa, dan negara.

sepanjang hayat, dan
5. sehat jasmani dan
rohani sesuai dengan
perkembangan anak di
lingkungan keluarga,
sekolah, masyarakat dan
lingkungan alam sekitar,
bangsa, negara, dan
kawasan regional.

sepanjang hayat, dan
5. sehat jasmani dan
rohani sesuai dengan
perkembangan anak di
lingkungan keluarga,
sekolah, masyarakat dan
lingkungan alam sekitar,
bangsa, negara, kawasan
regional, dan
internasional

Lulusan SD/MI/SDLB/Paket A; SMP/MTs/ SMPLB/Paket B; dan
SMA/MA/ SMALB/Paket C memiliki kompetensi pada dimensi pengetahuan
sebagai berikut.
Tabel: 8 Dimensi Pengetahuan
SD/MI/SDLB/ Paket A

SMP/MTs/SMPLB/ Paket B

Rumusan
Memiliki pengetahuan
Memiliki pengetahuan
faktual, konseptual,
faktual, konseptual,
prosedural, dan
prosedural, dan
metakognitif pada tingkat metakognitif pada tingkat
dasar berkenaan dengan: teknis dan spesifik
1. ilmu pengetahuan,
sederhana berkenaan
2. teknologi,
dengan:
3. seni, dan
1. ilmu pengetahuan,
4. budaya.
2. teknologi,
Mampu mengaitkan
3. seni, dan
pengetahuan di atas
4. budaya.
dalam konteks diri
Mampu mengaitkan
sendiri, keluarga,
pengetahuan di atas
sekolah, masyarakat dan dalam konteks diri
lingkungan alam sekitar, sendiri, keluarga,
bangsa, dan negara.
sekolah, masyarakat dan
lingkungan alam sekitar,
bangsa, negara, dan
kawasan regional.

SMA/MA/SMALB/ Paket C

Memiliki pengetahuan
faktual, konseptual,
prosedural, dan
metakognitif pada tingkat
teknis, spesifik, detil, dan
kompleks berkenaan
dengan:
1. ilmu pengetahuan,
2. teknologi,
3. seni,
4. budaya, dan
5. humaniora.
Mampu mengaitkan
pengetahuan di atas
dalam konteks diri
sendiri, keluarga,
sekolah, masyarakat dan
lingkungan alam sekitar,
bangsa, negara, serta
kawasan regional dan
internasional.

20

Istilah pengetahuan Faktual, Konseptual, Prosedural, dan Metakognitif
pada masing-masing satuan pendidikan dijelaskan pada matriks berikut

Tabel: 9 Matriks Standar Kompetensi Lulusan
Penjelasan
Faktual

Konseptual

SD/MI/SDLB/
Paket A
Pengetahuan dasar
berkenaan dengan
ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, dan
budaya terkait
dengan diri sendiri,
keluarga, sekolah,
masyarakat dan
lingkungan alam
sekitar, bangsa, dan
negara.

SMP/MTs/SMPLB/
Paket B

SMA/MA/SMALB/
Paket C

Pengetahuan teknis
dan spesifik tingkat
sederhana berkenaan
dengan ilmu
pengetahuan,
teknologi, seni, dan
budaya terkait dengan
masyarakat dan
lingkungan alam
sekitar, bangsa,
negara, dan kawasan
regional.

Pengetahuan teknis
dan spesifik, detail
dan kompleks
berkenaan dengan
ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, dan
budaya terkait
dengan masyarakat
dan lingkungan
alam sekitar,
bangsa, negara,
kawasan regional,
dan internasional.

Terminologi/ istilah
yang digunakan,
klasifikasi, kategori,
prinsip, dan
generalisasi
berkenaan dengan
ilmu pengetahuan,
teknologi, seni dan
budaya terkait
dengan diri sendiri,
keluarga, sekolah,
masyarakat dan
lingkungan alam
sekitar, bangsa, dan
negara

Terminologi/ istilah
dan klasifikasi,
kategori, prinsip,
generalisasi dan teori,
yang digunakan
terkait dengan
pengetahuan teknis
dan spesifik tingkat
sederhana berkenaan
dengan ilmu
pengetahuan,
teknologi, seni, dan
budaya terkait dengan
masyarakat dan
lingkungan alam
sekitar, bangsa,
negara, dan kawasan
regional.

Terminologi/
istilah dan
klasifikasi,
kategori, prinsip,
generalisasi,
teori,model, dan
struktur yang
digunakan terkait
dengan
pengetahuan teknis
dan spesifik, detail
dan kompleks
berkenaan dengan
ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, dan
budaya terkait
dengan masyarakat
dan lingkungan
alam sekitar,
21

bangsa, negara,
kawasan regional,
dan internasional.

Prosedural

Pengetahuan tentang
cara melakukan
sesuatu atau
kegiatan yang
berkenaan dengan
ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, dan
budaya terkait
dengan diri sendiri,
keluarga, sekolah,
masyarakat dan
lingkungan alam
sekitar, bangsa dan
negara.

Pengetahuan tentang
cara melakukan
sesuatu atau kegiatan
yang terkait dengan
pengetahuan teknis,
spesifik, algoritma,
metode tingkat
sederhana berkenaan
dengan ilmu
pengetahuan,
teknologi, seni, dan
budaya terkait dengan
masyarakat dan
lingkungan alam
sekitar, bangsa,
negara, dan kawasan
regional.

Metakogniti
f

Pengetahuan tentang
kekuatan dan
kelemahan diri
sendiri dan
menggunakanny a
dalam mempelajari
ilmu pengetahuan,
teknologi, seni dan
budaya terkait
dengan diri sendiri,
keluarga, sekolah,
masyarakat dan
lingkungan alam
sekitar, bangsa dan
negara

Pengetahuan tentang
kekuatan dan
kelemahan diri sendiri
dan menggunakannya
dalam mempelajari
pengetahuan teknis
dan spesifik tingkat
sederhana berkenaan
dengan ilmu
pengetahuan,
teknologi, seni, dan
budaya terkait dengan
masyarakat dan
lingkungan alam
sekitar, bangsa,

Pengetahuan
tentang cara
melakukan sesuatu
atau kegiatan yang
terkait dengan
pengetahuan
teknis, spesifik,
algoritma, metode,
dan kriteria untuk
menentukan
prosedur yang
sesuai berkenaan
dengan ilmu
pengetahuan,
teknologi, seni, dan
budaya, terkait
dengan masyarakat
dan lingkungan
alam sekitar,
bangsa, negara,
kawasan regional,
dan internasional.
Pengetahuan
tentang kekuatan
dan kelemahan diri
sendiri dan
menggunakannya
dalam mempelajari
pengetahuan
teknis, detail,
spesifik, kompleks,
kontekstual dan
kondisional
berkenaan dengan
ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, dan
budaya terkait

22

negara, dan kawasan
regional.

Lulusan

SD/MI/SDLB/Paket A;

dengan masyarakat
dan lingkungan
alam sekitar,
bangsa, negara,
kawasan regional,
dan internasional.

SMP/MTs/SMPLB/Paket

B;

dan

SMA/MA/ SMALB/Paket C memiliki kompetensi pada dimensi keterampilan
sebagai berikut.
Tabel: 10 Dimensi Keterampilan
SD/MI/SDLB/ Paket A

SMP/MTs/SMPLB/
Paket B
Rumusan
Memiliki keterampilan
Memiliki keterampilan
berpikir dan bertindak:
berpikir dan bertindak:
1. kreatif,
1. kreatif,
2. produktif,
2. produktif,
3. kritis,
3. kritis,
4. mandiri,
4. mandiri,
5. kolaboratif, dan
5. kolaboratif, dan
6. komunikatif melalui
6. komunikatif melalui
pendekatan ilmiah sesuai pendekatan ilmiah sesuai
dengan tahap
dengan yang dipelajari di
perkembangan anak yang satuan pendidikan dan
relevan dengan tugas
sumber lain secara
yang diberikan
mandiri

SMA/MA/SMALB/
Paket C
Memiliki keterampilan
berpikir dan bertindak:
1. kreatif,
2. produktif,
3. kritis,
4. mandiri,
5. kolaboratif, dan
6. komunikatif melalui
pendekatan ilmiah
sebagai pengembangan
dari yang dipelajari di
satuan pendidikan dan
sumber lain secara
mandiri

Gradasi untuk dimensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan antar jenjang
pendidikan memperhatikan: a. perkembangan psikologis anak; b. lingkup dan
kedalaman; c. kesinambungan; d. fungsi satuan pendidikan; dan e. lingkungan.
23

4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
A. Pendidik
Untuk Standar Nasional Pendidikan yaitu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan. Mengenai standar keempat diatas dapat dirincikan
sebagai berikut:
Pertama dalam UUSPN No.20 Tahun 2003 Pasal 39 Ayat 2,22
2) Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai
hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan,
serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat,
terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.
Kedua Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Bab VI Pasal 28
Ayat 1,2, dan 3 sebagi berikut:23
1) Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi
sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional.
2) Kualifikasi akademik sebagimana dimaksud pada ayat (1)
adalah tingkatan pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh
seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau
sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundangundangan yang berlaku.
3) Kompetensi24 sebagai agen pembelajaran pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini
meliputi:
a) Kompetensi pedagogik
b) Kompetensi kepribadian
c) Kompetensi profesional; dan
d) Kompetensi sosial
Ketiga dalam Undang-undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005
tentang Guru dan Dosen Pasal 1 ayat 1 sebagi berikut 25:

1) Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
22Tim Fokus Media, Ibid, hlm. 21.
23Redaksi Sinar Grafika, Ibid, hlm.17.
24Menurut Akhmad Alim, selain Empat Kompetensi yang diharuskan oleh Pemerintah
harusnya ditambah satu Kompetensi lagi yaitu; Kompetensi Diyanah.
25Undang-undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

24

anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,
dan pendidikan menengah.

B. Tenaga Kependidikan
Tenaga kependidikan sebagaimana dalam UUSPN No.20
Tahun 2003 Pasal 39 Ayat 1 adalah;
1) Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi,
pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan
teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan
pendidikan.
Tenaga kependidikan dalam Peraturan Pemerintah No. 19
Tahun 2005 bagian kedua tentang Tenaga Kpeendidikan Pasal 35
sebagai berikut:
Tenaga Kpeendidikan unutk tingkat SMA/MA sekurangkurangnya terdiri dari:
a)
b)
c)
d)
e)

Kepala sekolah
Tenaga administrasi
Tenaga perpustakaan
Tenaga laboratorium
Tenaga kebersihan sekolah

C. Rasio Pendidik terhadap Peserta Didik
Sesuai Permendikbud Nomor 17 tahun 2017 pasal 24 rasio
peserta didik sebagimana tabel dibawah ini.
Tabel: 11 rasio Pendidik terhadap peserta didik
No
1
2
3
4
5
6

Nama Satuan
SD
SMP
SMA
SMK
SDLB
SMPLB dan SMALB

Minimal
20 orang
20 orang
20 orang
15 orang
-

Maksimal
28 orang
32 orang
36 orang
36 orang
5 orang
8 orang

25

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah yang dipaparkan dapat dipahami bahwa Kebijakan
Pemerintah atas penetapan Standar Nasional Pendidikan sudah sangat
bagus dan tepat. Akan tetapi Infrastruktur untuk memenuhi Standar
Nasional Pendidikan diatas belumlah memadai. Hal ini tampaknya
disebabkan beberapa hal:
Pertama, masih minimnya Sumber Daya Manusia (SDM) dalam
bidang pendidikan yang profesional (linieritas), baik itu dari Pendidik
maupun Tenaga Kependidikan.
Kedua, Fasilitas yang masih sangat terbatas, di masa ini dimana di
belahan dunia lain sudah menggunakan teknologi seperti: papan tulis
touch screen, slide dan proyektor, video, serta bahan belajar-mengajar
yang tanpa buku (e-book). Sementara di Indonesia masih ada yang
berkutat dengan kapur tulis dan black board, sebahagian besar baru pakai
spidol dan white board.
Ketiga, ketersediaan sumber ajar dan literasi yang masih sangat
minim. Di daerah Jabodetabek saja masih banyak sekolah yang belum
memiliki perpustakaan yang memadai sebagai sumber dan fasilitas literasi.
B. Saran
Kepada Pemerintah agar terus berbenah memperbaiki pendidikan
di Indonesia dengan lebih melihat kepada law imporcement daripada terus
menerus memperbaiki peraturan maupun perundang-undangan yang ada.
Kepada Pemangku kebijakan di Universitas agar menelurkan
Peraturan Kampus tentang Linieritas mulai dari Strata 1 hingga Strata 3.
26

Sehingga akan muncul manusia Indonesia yang Profesional dlam bidang
dengan keahlian masing-masing.
Kepada Masyarakat agar menuntut hak yang telah diamantkan
undang-undang, yaitu; wajib belajar 9 tahun (minimal), di beberapa
provinsi sudah menerapkan wajib belajar 12 tahun seperti DKI Jakarta.
Terlebih lagi sudah banyaknya program beasiswa yang digelontorkan
pemerintah melalui Mendikbud, Kemenag dan Kemenkeu atau pun pihak
swasta lainnya.
C. Harapan
Semoga pendidikan di Indoensia sesuai harapan para pemangku
kebijakan dan juga masyarakat, yaitu pada tahun 2030 menjelma sebagai
negara dengan melahirkan banyak Ilmuan sehingga pada tahun 2045
benar-benar manusia Indonesia menjadi Generasi Emas.

REFERENSI
.

27

Alim, Akhmad, Islamisasi Ilmu Pendidikan, Menjawab Problematika
Krisis Pendidikan Kontemporer, Bogor: UIKA Press
AS, I. Wayan, 2012, 8 Standar Nasional Pendidikan, Jakarta: CV Azzahra.
Hasan, M.Ali, Ali, Mukti, 2002, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta:
CV Pedoman Ilmu Jaya.
Mastuhu, Muhamad, 2007, Sistem Pendidikan Nasional Visioner, Ciputat:
Lentera Hati
Nurhudaya, Ade, (Koordinator Pengawas Disdik Kabupaten Bogor), Slide
Presentasi:.Intisari Lampiran Permendikbud No.22 Tahun 2016 Tentang Standar
Proses.
Sutanto, Purwadi, 2017, Panduan Penilaian oleh Pendidik dan Satuan
Pendidikan SMA, Jakarta: Direktorat Pembinaan SMA (pdf).
Syaodih Sukmadinata, Nata, et al., 2006, Pengendalian Mutu Pendidikan
Sekolah Menengah: Konsep, Prinsif, dan Instrumen, Bandung: PT Refika
Aditama
Tafsir, Ahmad, 2012, Filsafat Pendidikan Islami, Bandung: PT Remaja
Rosda Karya
Yulaelawati, Ella, 2004, Kurikulum dan Pembelajaran (Filosofi, Teori,
dan Aplikasi), Bandung: Pakar Raya
Fokus Media, Tim, 2011, Himpunan Peraturan Perundang-undangan
Undang-undang Sisdiknas, Bandung: Fokus Media.
Sinar Grafika, Redaksi, Standar Nasional Pendidikan: Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, Jakarta: Sinar Grafika, 2009
Peraturan Menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia Nomor
59 tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 SMA/MA.
Salinan Putusan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 20
Tahun 2016 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Undang-undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen

28