Analisis Permukiman Kumuh Slum Area di W

Analisis Permukiman Kumuh (Slum Area) di Wilayah
Kota Salatiga : Studi Kasus di Kelurahan Pancuran.
Prasetyo Budi Widagdo
prasetyo.budi.w@mail.ugm.ac.id
Program Studi Pembangunan Wilayah, Fakultas Geografi, Universitas
Gadjah Mada

Kondisi permukiman yang terdapat di Dusun Pancuran, Kelurahan
Kutowinangun Lor, Salatiga berdasarkan hasil observasi serta indepth interview
dengan penduduk serta pemangku kepentingan lokal (RT/RW) bukan merupakan
kawasan kumuh, akan tetapi lebih pada sebuh permukiman padat penduduk. Hasil
observasi lapangan menunjukkan bahwa kualitas bangunan baik karena sebagian
besar berupa tembok dan hanya sebagian kecil yang bahan bangunannya selain
tembok seperti kayu.
Analisis kelayakan permukiman di wilayah Dusun Pancuran secara
sederhana daat menggunakan Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor 03-17332004 tentang Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan. Analisis
permukiman di Dusun Pancuran akan dilihat dari sudut pandang lokasi permukiman
yang dipersyaratkan dalam SNI tersebut, antara lain : keamanan, kesehatan,
kenyamanan, keindahan, fleksibilitas, keterjangkauan jarak dan jati diri lingkungan
(budaya lokal).
Berdasarkan peta kesesuaian lahan permukiman yang telah dibuat dengan

parameter kemiringan lereng, fungsi ruang, penggunaan lahan, kerawanan bencana,
dan jenis tanah, wilayah Dusun Pancuran termasuk ke dalam wilayah dalam
kategori sangat sesuai untuk fungsi permukiman sehingga secara fisik tidak ada
permasalahan. Observasi awal yang dilakukan di Dusun Pancuran tersebut dapat
dilihat bahwa kemiringan lereng di wilayah tersebut datar hingga berombak, tidak
ada kerawanan bencana fisik sepeeri longsor, banjir dll serta menurut Rencana Tata
Ruang Wilayah, Dusun Pancuran termasuk ke dalam kawasan budidaya. Fungsi
ruang juga termasuk ke dalam aspek yang dipersyaratkan sebagai lokasi perumahan
yang termasuk ke dalam aspek keamanan

Kriteria keamanan dapat memiliki beberapa macam syarat lagi yaitu bukan
kawasan lindung, bukan olahan pertanian, bukan hutan produksi, bukan area
pembuangan limbah pabrik, keberadaan bandara serta saluran udara tegangan
ekstra tinggi (SUTET). Kriteria-kriteria keamanan tersebut lebih bersifat regional
atau dalam luasan area yang cukup luas sehingga wilayah Dusun Pancuran masih
memiliki satu kriteria yang sama menyangkut tentang aspek keamanan diatas.
Wilayah Dusun Pancuran menurut RTRW merupakan kawasan budidaya terutama
untuk kegiatan bermukim, sehingga sudah sesuai peruntukannya menurut RTRW.
Kriteria selanjutnya adalah olahan pertanian, wilayah Dusun Pancuran juga bukan
merupakan kawasan pertanian maupun hutan produksi sehingga sudah sesuai

dengan SNI. Wilayah Dusun Pancuran juga bukan merupakan area pembuangan
limbah pabrik, tidak terdapat bandara serta tidak ada SUTET sehingga menurut
aspek keamanan, wilayah Dusun Pancuran sudah sesuai SNI untuk dijadikan
sebagai kawasan permukiman
Kriteria kesehatan lebih merujuk pada pencemaran yang terjadi di suatu
wilayah. Pencemaran sebenarnya tidak dapat langsung diamati karena terdapat
parameter fisis maupun kimia yag harus dilakukan pengujian di dalam
laboratorium, sehingga dalam observasi lapangan hanya merujuk pada indikasi
awal terjadi pencemaran khususnya pencemaran air yang secara kasat mata dapat
dilihat dari warna serta bau air tersebut. Indikasi awal pencemaran yang terjadi
wilayah Dusun Pancuran adalah pencemaran air yang dapat dilihat dari kondisi
selokan yang banyak sampah serta sedikit berbau. Hal ini diakibatkan karena
limbah rumah tangga terutama limbah sisa MCK langsung dibuang ke selokan
tanpa melalui proses penetralan, akan tetapi pencemaran tersebut tidak terlalu
menimbulkan kesan kekumuhan karena air yang mengalir masih relatif jernih serta
berarus kuat (selokan tidak mampet) sehingga limbah yang dibuang akan langsung
mengalir ke arah hilir atau ke sungai yang lebih besar. Pencemaran akibat sampah
padat rumah tangga sendiri tidak terjadi karena sampah sudah diagkut oleh
pemerintah kota menuju ke TPA, hanya saja masih ada beberapa warga yang
membuang sampah ke sungai dan menyebabkan sampah-sampah banyak terdapat

di saluran-saluran drainase.

Kriteria kenyamanan dapat dilihat melalui aspek aksesibilitas serta sarana
dan prasarana. Kondisi jalan lingkungan yang terdapat di Dusun Pancuran mamiliki
kualitas yang cukup baik karena materialnya terbuat dari semen dan di beberapa
lokas suda diaspal. Lebar jalan lingkungan juga cukup untuk bermobilitas dengan
berjalan kaki maupun sepeda motor dengan lebar jalan lingkungan berkisar 2 meter,
dengan lebar jalan lingkungan 2 meter memang mobil tidak dapat keluar masuk
dengan nyaman akan tetapi cukup untuk mendukung mobilitas di wilayah Dusun
Pancuran. Sarana prasaran serta fasilitas umum juga sangat menunjang karena
Dusun Pancuran terletak di belakang Pasar Blauran serta pusat grosir Salatiga, dan
fasilitas-fasilitas sosial lainnya seperti posyandu. Aspek kenyamanan juga dapat
dilihat dari hubungan antar tetangga dimana komunikasi merupakan salah satu cara
untuk bersosialisasi antar tetangga. Dari 7 responden yang dilakukan indepth
interview di Dusun Pancuran, kesemuanya mengatakan bahwa hubungan antar

tetangga termasuk komunikasi baik dan jarang terjadi konflik antar tetangga
sehingga kondisi permukiman di wilayah Dusun Pancuran memenuhi aspek
kenyamanan menurut SNI
Aspek keindahan/keserasian diliat dari kondisi vegetasi serta ada tidaknya

perubahan topografi. Berdasarkan observasi di wilayah Dusun Pancuran memang
sangat jarang ditemui vegetasi hijau karena dominan penggunaan lahan berupa
permukiman serta tidak adanya usaha warga untuk menanami pekarangan.
Sedikitnya jumlah vegetasi yang terdapat di wilayah Dusun Pancuran akan
menyebabkan iklim mikro di wilayah tersebut cenderung panas terutama di siang
hari, panasnya udara ini akan menyebabkan menurunnya tingkat kenyamanan untuk
berada di wilayah Dusun Pancuran. Perubahan topografi dapat terjadi akibat proses
cut and fill lahan dalam rangka meratakan lahan sehingga dapat dibangun rumah.

Topografi yang datar hingga bergelombang di wilayah Dusun Pancuran membuat
proses cut and fill tidak dapat dihindari terutama di tempat-tempat yang lerengnya
tidak datar. Proses cut and fill akan menyebabkan lahan menjadi tidak stabil
sehingga tidak serasi dengan lingkungan. Dusun Pancuran dilihat dari apek
keserasian/keindahan kurang sesuai dengan SNI
Kondisi permukiman yang padat di wilayah Dusun Pancuran menyebabkan
pemekaran permukiman akan sulit dilakukan. Luasan area yang sempit untuk setiap

persil tanah akan menyebabkan sulitnya proses fragmentasi lahan, bahkan apabila
lahan terlalu sempit akan membuat proses fragmentasi lahan tidak akan diizinkan
oleh lembaga yang berwenabg yaitu Badan Pertanahan Nasional, sehingga dari

aspek fleksibilitas berupa kesempatan/kemungkinan penambahan rumah baru
memiliki kemungkinan yang sangat kecil bahkan sulit untuk terjadi karena
padatnya peduduk serta persil tanah yang ada saat ini sudah sangat sempit sehingga
tidak memenuhi standar SNI untuk aspek fleksibilitas
Aspek jadi diri lingkungan (budaya) dapat dilihat dari kondisi budaya
masyarakat apakah masih eksis sampai saat ini atau tidak. Berdasarkan hasil
wawancara dengan responden, dapat diketahui bahwa budaya lokal seperti “drum
blek” masih ada bahkan mendapat dukungan dari Pemerintah Kota Salatiga. Selain
itu masih eksis pula budaya gotong royong terutama dalam rangka merawat
lingkungan di wilayah Dusun Pancuran. Bertahannya budaya lokal serta kearifan
lokal ini merupakan indikasi bahwa kondisi permukiman saat ini yang begitu padat
tidak menghilangkan budaya lokal sehingga untuk kriteria jati diri lingkungan
sesuai dengan SNI
Kriteria fisik yang terdapat dalam SNI tersebut adalah apakah permukiman
berada diatas permukaan air serta kemiringan lereng. Ketinggian rumah relatif
terhadap muka air memiliki makna apakah wilayah tersebut akan terjadi genangan
ketika hujan terjadi. Genangan yang terjadi setelah hujan akan membuat bau tidak
sedap, air lindi serta selokan naik dan menyebabkan kesan kekumuhan menjadi
tampak. Kondisi rumah di Dusun Pancuran keseluruhan berada di permukaan air
dalam hal ini adalah selokan sehingga genangan akan langsung terbuang ke selokan

tersebut sehingga tidak akan berkepanjangan. Permukiman di wilayah Dusun
Pancuran tersebut juga tidak ada yang dibangun diatas lahan dengan kemiringan
lereng >15%, akan tetapi ada yang dibangun pada kelerengan antara 8-15%
sehingga harus dilakukan proses cut and fill, sehingga kriteria fisik untuk
permukiman di pancuran memenuhi kriteria SNI.
Kualitas permukiman yang terdapat di Dusun Pancuran sudah baik dimana
sebagian besar sudah berupa rumah permanen dan hanya beberapa saja yang berupa
semi permanen. Dari 7 responden yang dilakukan indepth interview di Dusun

Pancuran, hanya 2 responden yang rumahnya berupa rumah semi permanen dan
sisanya berupa rumah permanen. Hanya saja, mengenai aspek legalitas pendirian
bangunan sebagian besar tidak memiliki IMB, hanya 3 responden yang menyatakan
memiliki IMB sehingga dapat dikatakan bahwa permukiman di wilayah Dusun
Pancuran merupakan squatter settelement atau permukiman liar. Permukiman liar
merupakan permukiman yang tidak memiliki legalitas/izin pendirian bangunan.
Permukiman liar berbeda dengan permukiman kumuh dimana permukiman kumuh
dilihat dari aspek kualitas lingkungan. Atap yang digunakan juga berupa genteng
dan beberapa ada yang menggunakan asbes/seng sehingga tidak menampakkan
kesan kekumuhan, berbeda dengan permukiman-permukiman kumuh di wilayah
lain seperti di Jakarta yang bahkan dinding dan atapnya terbuat dari kayu/kardus,

begitupula kondisi lantai bangunan yang terbuat dari semen/plester, keramik serta
tegel.
Kelengkapan ruangan setiap rumah juga sudah cukup lengkap dimana
semua rumah dari responden memiliki ruang tamu, ruang keluarga, teras hanya daja
ada 6 responden dari 7 yang tidak memiliki pekarangan serta 6 responden pula yang
rumahnya tidak memiliki pagar. Keberadaan pekarangan terjadi ketika ruang untuk
permukiman masih terdapat sisa atau permukiman masih dikatakan kepadatan
rendah hingga sedang, sehingga ketiadaan pekarangan mengindikasikan bahwa
permukiman tersebut termasuk ke dalam kategori padat. Keberadaan pagar rumah
sendiri merupakan salah satu aspek pelengkap dalam pendirian rumah. Tidak
adanya pagar di keenam responden mengindikasikan bahwa tingkat keamanan di
wilayah Dusun Pancur sangat baik dan dari indepth interview dapat diketahui
bahwa tidak pernah terjadi kriminalitas akhir-akhir ini, hanya kasus pencurian yang
sudah terjadi sangat lama, sehingga tingkat keamanan di Dusun Pancuran dapat
dikatakan sangat baik.