Indonesia dalam Integrasi Ekonomi ASEAN

Analisa kekuatan Indonesia dalam Integrasi
Ekonomi ASEAN
“Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kuliah Kerja Lapangan
(KKL)”

Alvan Neira Putra

2012 230 117

IISIP Jakarta 2014-2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan ekonomi dunia yang begitu pesat telah meningkatkan kadar hubungan
saling ketergantungan dan mempertajam persaingan serta menambah semakin rumitnya strategi
pembangunan yang hanya mengandalkan ekspor di satu pihak,hal ini merupakan tantangan dan
kendala yang membatasi perdagangan internasional saat ini.
Pada umumnya,negara di dunia menghadapi perkembangan tersebut dengan melakukan
berbagai langkah penyesuaian yang cenderung bersifat proteksionis.Timbulnya berbagai blok
perdagangan seperti General Agreement of Tariff and Trade (GATT) /World Trade Organization

(WTO) dalam proses globalisasi memungkinkan kegiatan finansial,produksi dan investasi
menjadi saling ketergantungan antar negara.Proses globalisasi tersebut juga menimbulkan
menyatunya ekonomi dunia,sehingga batas-batas antarnegara dalam berbagai praktik dunia
usaha/bisnis seakan-akan dianggap tidak berlaku lagi.
Salah satu kemajuan yang akan dibahas dalam makalah ini bagaimana kita bisa melihat
bagaimana peluang Indonesia sendiri dalam memasuki era yang dinamakan dengan integrasi
ekonomi ASEAN dimana salah satu bentuknya ialah dengan terciptanya ASEAN Economic
Community yang akan dilaksanakan pada tahun 2015. Dengan kata lain,kita bisa melihat
bagaimana prospek Indonesia dalam memanfaatkan Integrasi ini sebagai sarana untuk bisa
meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran negara
Secara teoritis integrasi ekonomi menjanjikan peningkatan kesejahteraan bagi Indonesia
dan Negara ASEAN lainya, diantaranya melalui pembukaan akses pasar yang lebih besar,
dorongan mencapai efisiensi dan daya saing ekonomi yang lebih tinggi, termasuk terbukanya
peluang penyerapan tenaga kerja yang lebih besar.Dalam hal ini,Indonesia berpeluang
memperoleh keuntungan lebih dalam integrasi jika mampu memanfaatkan potensi serta Sumber
Daya Alam (SDA) yang dimilikinya

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang bagaimana cara kita melihat bagaimana kekuatan Indonesia
sendiri dalam menghadapi Integrasi Ekonomi ASEAN,maka rumusan masalah yang akan

diangkat oleh makalah ini adalah :



“Bagaimana prospek keunggulan Indonesia dalam menghadapi

Integrasi Ekonomi ASEAN ? “
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penulisan penelitian ini ialah untuk mengetahui sejauh mana prospek dan
kekuatan Indonesia dalam menghadapi Integrasi Ekonomi ASEAN.

1.4 Kegunaan Penelitian
Dalam hal ini,penulis mencoba mengaplikasian Teori yang pernah dipelajari ke dalam
suatu kasus,secara spesifik di daerah Asia Tenggara yakni tentang Integrasi Ekonomi.Salah satu
kegunaan penelitian ini ialah untuk memandang bagaimana kekuatan Indonesia dalam memasuki
era perekonomian yang sudah terintegasi secara global serta melatih cara pandang dan berpikir
secara kritis dalam memandang suatu masalah.

1.5 Sistematika Penulisan





Dalam makalah ini,penulis membagi sistematika penulisan kedalam beberapa bab yakni,
Bab I yang terdiri dari Pendahuluan tentang makalah
Bab II berisi tentang landasan teori yang digunakan untuk analisis makalah
Bab III yang menjelaskan tentang isi makalah tentang bagaimana analisa kekuatan
Indonesia dalam menghadapi Integrasi Ekonomi ASEAN berdasarkan sudut pandang



penulis
Bab IV yang berisi tinjauan pustaka dan referensi yang penulis gunakan dalam
penyelesaian makalah.

BAB II
2.1 Landasan Teori
Sesuai dengan definisi Kerlinger (1973), bahwa teori adalah seperangkat konstruk
(konsep), definisi, dan proporsi yang menyajikan gejala-gejala sistematis, merinci hubungan


antar variable-variabel, dengan tujuan meramalkan dan menerangkan gejala tersebut.
Berdasar pengertian tersebut, definisi teori mengandung tiga hal.


Pertama, teori adalah serangkaian proposisi antar konsep-konsep yang saling



berhubungan.
Kedua, teori merangkan secara sistematis atau fenomena sosial dengan sosial



dengan cara menentukan hubungan antar konsep.
Ketiga, teori menerangkan fenomena-fenomena tertentu dengan cara menentukan
konsep mana yang berhubungan dengan konsep lainnya dan bagaimana bentuk
hubungannya.

2.1.1 Globalisasi
Era globalisasi ekonomi dapat dimaknai menyatunya negara-negara di dunia yang

”berintegrasi” secara ekonomi, globalisasi juga telah membuat pola dan dimensi baru, yang
selalu diidentikkan dengan mulai memudarnya batas-batas negara, menyempitnya ruang dan
waktu, serta menjadikan sebuah dunia baru yakni dunia tanpa batas (borderless).
Joseph Stiglitz, dalam buku Making Globalization Work, memberikan gambaran yang
lebih rinci tentang globalisasi, menurutnya tak ada satupun negara yang bisa menghindar diri dari
globalisasi. Konsekuensinya, mau tidak mau, suka tidak suka, setiap negara akan masuk dalam
pusaran dinamika dunia, termasuk dalam pusaran ekonomi global.
Dalam kaitannya dengan globalisasi ekonomi, tampaknya kawasan Asean akan
memainkan peran yang strategis yang akan mewarnai lanskap pertumbuhan ekonomi dunia pada
masa mendatang, di tengah lemahnya geliat ekonomi Eropa dan Amerika.
Ketika globalisasi ekonomi terjadi, batas-batas suatu negara akan menjadi kabur dan
keterkaitan antara ekonomi nasional dengan perekonomian internasional akan semakin erat.
Globalisasi perekonomian di satu pihak akan membuka peluang pasar produk dari dalam negeri
ke pasar internasional secara kompetitif, sebaliknya juga membuka peluang masuknya produkproduk global ke dalam pasar domestik.

2.1.2 Kekuatan Nasional
Power merupakan kekuatan suatu pihak atas pemikiran dan tindakan pihak lain, yang
fenomena tersebut dapat ditemukan manakala manusia hidup dalam hubungan interaksi dan

pergaulan sosial. Negara merupakan abstraksi dari sejumlah kelompok individu maupun

golongan yang mempunyai kesamaan cirri khas yang menjadikan mereka anggota negara yang
sama (nationality). Hans J Morgenthau dalam bukunya Politics Among Nation ia menjelaskan
tentang apa yang disebutnya sebagai “The elements of National Powers” yang berarti beberapa
unsur yang harus dipenuhi suatu negara agar memiliki kekuatan nasional. Secara etimologis,
istilah ketahanan berasal dari kata dasar “tahan” yang berarti tahan penderitaan, tabah, kuat,
dapat menguasai diri, gigih, dan tidak mengenal menyerah. Ketahanan memiliki makna mampu,
tahan dan kuat menghadapi segala bentuk tantangan dan ancaman yang ada guna menjamin
kelangsungan hidupnya.
Morgenthau dalam bukunya mengatakan bahwa :
“Ada 2 (dua) faktor yang memberikan kekuatan bagi suatu negara, yaitu : pertama,
faktor-faktor yang relatif stabil (stable factors), terdiri atas geografi dan sumber daya
alam; dan kedua, faktor-faktor yang relatif berubah (dinamic factors), terdiri atas
kemampuan industri, militer, demografi, karakter nasional, moral nasional, kualitas
diplomasi dan kualitas pemerintah”
Dalam makalah ini,penulis memfokuskan titik kekuatan Indonesia pada faktor yang
relatif stabil (stable factors) dan faktor yang relatif berubah (dinamic factors) antara lain:
1. Faktor Geografis
Letak geografis merupakan andalan kekuatan yang memengaruhi politik luar negeri suatu
negara. Misalnya, sebuah fakta bahwa Indonesia yang diapit oleh dua samudera,yaitu Hindia dan
Pasifik menjadikan Indonesia sebagai kawasan lalu lintas perdagangan yang sering dilewati oleh

negara timur dan barat,terutama pada Samudera Hindia dimana merupakan salah satu tingkat lalu
lintas perdagangan terpadat. Dengan kata lain, letak geografis Indonesia tetap menjadi faktor
dasar pertimbangan oleh politik luar negeri global.
2. Sumber Daya Alam (SDA)
Faktor ini melingkupi ketersediaan pangan, potensi minyak bumi, bahan mentah, dll.
Dalam kasus ketersediaan pangan, negara yang menikmati sumber pangan yang besar tidak perlu
mengalihkan politik luar negeri dari kepentingan nasionalnya, dengan menjamin penduduknya
tidak akan mengalami kelaparan. Bahan mentah pada zaman perang hingga zaman industri
modern menjadi bahan utama pengolahan industri. Negara dengan bahan mentah yang berlimpah
dan memiliki akses mudah menguasainya di luar teritori negara, sangat berimplikasi pada
kekuatan nasional negara tersebut.

Sebagai contoh,Indonesia merupakan negara yang kaya akan SDA bahan baku dan
industri,bisa menjadikan ini sebagai faktor keunggulan dalam berintegrasi (terutama produkproduk tekstil) sebagai jalan untuk tetap bisa bersaing dengan negara lainnya.Dengan kualitas
SDA yang melimpah,ditambah dengan cara pengelolaan yang tepat akan membuat Indonesia
berpeluang memainkan peran lebih dalam Integrasi.
3. Penduduk
Penduduk. Tidak tepat untuk mengatakan bahwa semakin besar jumlah penduduk,
semakin besar pula kekuatan nasional. Misalnya kasus RRC, yang memiliki penduduk 1.3
miliyar, dan India yang berpenduduk 1 miliyar, tidak menjadikan diri mereka kekuatan

superpower global. Jumlah penduduk yang besar dan berkualitas dapat digunakan untuk
menggerakan roda gerak industri.Namun,jumlah penduduk Indonesia yang besar membuat
Indonesia memiliki kelebihan dalam kualitas Sumber Daya Manusia (SDM),kualitas SDM inilah
yang diharapkan bisa memainkan peran lebih dalam Integrasi ASEAN.

BAB III
3.1 Perkembangan Integrasi Ekonomi ASEAN
Secara teoritis integrasi ekonomi menjanjikan peningkatan kesejahteraan bagi Indonesia
dan Negara ASEAN lainya, diantaranya melalui pembukaan akses pasar yang lebih besar,
dorongan mencapai efisiensi dan daya saing ekonomi yang lebih tinggi, termasuk terbukanya
peluang penyerapan tenaga kerja yang lebih besar.
Pada tahun 2015,akan disepakati dibentuknya kawasan ASEAN melalui Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan menjadi pasar terbuka yang berbasis produksi,dimana aliran
barang,jasa dan investasi akan bergerak bebas tanpa adanya pembatasan (borderless)
MEA dibentuk berdasarkan 4 tujuan utama,antara lain:



Mewujudkan kawasan ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi (single
market/production base),yang ditandai dengan bebasnya sirkulasi barang,jasa dan arus

investasi



Mewujudkan kawasan ekonomi yang mempunyai daya saing tinggi (highly competitive
economic region)



Fokus pada pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM),mewujudkan kawsasan
dengan pembangunan ekonomi yang merata



Mewujudkan kawasan yang terintegrasi
Jika dilihat dari sisi potensi ekonomi, Indonesia merupakan salah satu emerging country

yang saat ini menjadi salah satu kekuatan ekonomi ASEAN. Dimana rata-rata pertumbuhan
ekonomi Indonesia 6,3 persen jika dibandingkan dengan Malaysia 5,4 persen, Thailand 5 persen,
Singapura 1,2 persen, Filipina 6,6 persen, dan Vietnam 5,7. Dari sisi jumlah penduduk, Indonesia

adalah negara berpenduduk terbesar yakni 247 juta jiwa sebagai pasar potensial dan tenaga kerja.
Prospek Indonesia sebagai negara dengan perekonomian nomor 16 di dunia, nomor 4 di
Asia setelah China, Jepang dan India, serta terbesar di Asia Tenggara, semakin menjanjikan
karena didukung oleh melimpahnya sumber daya alam, pertumbuhan konsumsi swasta dan iklim
investasi yang makin kondusif. Karena itu, Indonesia diprediksi bersama negara-negara BRIC
akan mendominasi PDB dunia dengan share lebih dari 50% pada tahun 2025 dimana PDB
perkapita kita diperkirakan akan mencapai sekitar 15.000 dollar AS.
Dengan AEC 2015 Indonesia akan berkesempatan menggenjot ekspor ke berbagai
negara, disisi lain bila tidak siap dunia usaha lokal akan tergulung diterpa produk impor, AEC
2015 akan membuat pertukaran tenaga kerja, modal dan perdagangan berlangsung terbuka antar
negara ASEAN. Dengan karakter seperti itu, persaingan tidak lagi semata-mata dalam konteks
antar negara, tetapi juga antar daerah (region) dan bahkan antar individu.
Bagi Indonesia AEC merupakan salah satu peluang, sekaligus tantangan dalam
menghadapi persaingan global, melalui AEC, akan terjadi integrasi sektor ekonomi yang
meliputi Free Trade Area (FTA), penghilangan tarif perdagangan antar negara ASEAN, pasar

tenaga kerja dan modal yang bebas, serta kemudahan arus keluar masuk prosedur kepabeanan
antar negara ASEAN.
Secara teoritis integrasi ekonomi menjanjikan peningkatan kesejahteraan bagi Indonesia
dan Negara ASEAN lainya, diantaranya melalui pembukaan akses pasar yang lebih besar,

dorongan mencapai efisiensi dan daya saing ekonomi yang lebih tinggi, termasuk terbukanya
peluang penyerapan tenaga kerja yang lebih besar.

Pada dasarnya setiap negara memiliki berpeluang untuk berkembang sesuai dengan
keunikan dan comparative advantage yang dimiliki. AEC 2015 bisa menjadi peluang yang
membawa manfaat (land of opportunities) atau menjadi musibah (lost of opportunities)sangat
tergantung dari bagaimana kita menyikapinya. Potensi ekonomi yang kita miliki sejatinya dapat
menjadi nilai lebih kita dalam menghadapi “pertarungan” AEC 2015, bila dilakukan persiapan
yang matang dan optimisme dalam memenangkan persaingan dalam sisa waktu mendatang.
Program Masyarakat Ekonomi ASEAN

1. ASEAN telah menetapkan 5 sektor jasa barang prioritas dari 12 yang akan
diliberalisasi yaitu :

Jasa kesehatan,Jasa pariwisata,e-ASEAN,Jasa logistik dan jasa

transportasi udara.Masing-masing sektor prioritas tersebut telah dilengkapi peta
kebijakan (roadmaps) seperti langkah-langkah fasilitasi perdagangan
Target penghapusan dilakukan secara bertahap yaitu tahun 2010 untuk Jasa
perhubungan udara,e-ASEAN,kesehatan dan pariwisata kemudian untuk tahun 2013 yaitu
jasa logistik dan terakhir tahun 2015 untuk liberalisasi dibidang jasa

2. Menetapkan program MRA (Mutual Recognition Arrangement) di bidang jasa
Pentingnya MRA dalam integrasi di bidang jasa guna memfasilitasi pergerakan
penyedia jasa profesional di kawasan ASEAN serta pengakuan terhadap produk tertentu
antar 2 negara untuk mempermudah perdagangan (ekspor-impor) tanpa melalui banyak
pengujian.Tujuan lainnya adalah untuk penciptaan produk dan mekanisme akreaditasi

untuk mencapai kesamaan/kesetaraan,pengurangan biaya,kepastian akses pasar serta
peningkatan daya saing.Berikut ini ialah daftar MRA yang telah diratifikasi

Daftar MRA

Negara

Tanggal

MRA on Engineering Services

Kuala Lumpur

9 Desember 2005

MRA on Nursing Services

Filiphina

8 Desember 2006

MRA on Architectural Services

Singapura

19 November 2007

MRA on Tourism Professional

Hanoi,Vietnam

9 Januari 2009

MRA on Accountary Services

Pharam,Thailand

26 Februari 2009

MRA of Medical Practicioners

Pharam,Thailand

26 Februari 2009

MRA on Dental Practicioners

Pharam,Thailand

26 Februari 2009

Menurut Soesastro ( 2003), pembentukan badan-badan regional independen seperti ” unit
regional” dikelola oleh warga negara yang secara formal independen dari pemerintah ASEAN
akan mampu mengelola program untuk mempercepat integrasi ekonomi, menegakkan keadilan
dalam perdagangan, serta bantuan bagi pemerintah yang akan menjadi inovasi kelembagaan
utama bagi ASEAN. Badan supranasional harus dipertimbangkan secara serius dalam konteks
pengembangan AEC

3.2 Tantangan Integrasi Ekonomi Bagi Indonesia


Laju Peningkatan Ekspor dan Impor
Tantangan yang dihadapi Indonesia dalam memasuki Integrasi Ekonomi ASEAN
tidak hanya yang bersifat internal di dalam negeri tetapi berlebih lagi dengan persaingan
dengan negara sesama ASEAN atau negara yang berada diluar ASEAN,semisal China
dan India.Kinerja ekspor selama periode 2004-2008 yang berada di urutan keempat
setelah Singapura,Malaysia dan Thailand dan importer tertinggi ke-3 setelah Singapura
dan Malaysia merupakan tantangan yang sangat serius ke depan karena telah
mengakibatkan neraca perdagangan Indonesia yang defisit terhadap beberapa negara
ASEAN tersebut.



Dampak Negatif Arus modal yang lebih bebas
Arus modal yang lebih bebas sangat mendukung transaksi keuangan yang lebih
efisien serta merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan serta fasilitasi
perdagangan internasional.Namun demikian proses liberalisasi arus modal dapat
menimbulkan ketidakstabilan melalui dampak langsungnya maupun tidak langsung yang
cenderung berujung pada Inflasi.Selain itu,konsentrasi arus modal yang lebih bebas ke
kawasan tertentu dapat menimbulkan ketidakstabilan pada sektor makroekonomi.



Daya Saing sektor prioritas Integrasi
Tantangan lain yang harus dihadapi Indonesia adalah peningkatan keunggulan
komparatif di sektor prioritas Integrasi.Saat ini Indonesia memiliki keunggulan di
sektor/komoditi seperti produk berbasis kayu,pertanian,minyak sawit,perikanan dan
elektronik sedangkan untuk tekstil,mineral,mesin-mesin produk kimia,karet dan kertas
masih dengan tingkat keunggulan yang terbatas



Kepentingan Nasional
Kepentingan Nasional merupakan yang utama harus diamankan oleh negara
anggota ASEAN.Kepentingan kawasan,apabila tidak sejalan dengan kepentingan
nasional akan menghambat integrasi kawasan secara keseluruhan.Tentu saja hal ini
berkonsekuensi pada perwujudan integrasi ekonomi kawasan akan terwujud dalam waktu
yang lebih lama

Bab IV
Kesimpulan

ASEAN Economic Community (AEC) dalah bentuk integrasi regional yang direncanakan
untuk dicapai pada tahun 2015.Dengan pencapaian tersebut maka ASEAN akan menjadi pasar
berbasis tunggal dan basis produksi dimana terdapat arus barang,jasa dan tenaga kerja yang
bebas serta aliran modal yang lebih bebas..Adanya aliran komoditi dan faktor produksi tersebut
diharapkan bisa membawa ASEAN menjadi kawasan yang lebih makmur dan kompetitif dengan
perkembangan ekonomi yang merata serta mengurangi kesenjangan sosial yang terjadi antar
negara ASEAN.

Namun untuk mencapai tujuan tersebut,diperlukan usaha dan kerja keras dari semua
pihak,baik

pemerintah

maupun

masyarakat

agar

harapan

yang

dicita-citakan

dapat

terwujud.Keterlibatan semua pihak di kawasan ASEAN sangat dibutuhkan agar upaya ASEAN
Economic Community itu sendiri dapat memberikan manfaat bagi seluruh negara ASEAN.

Bagi Indonesia,keberadaaan AEC bisa menjadi peluang untuk bisa meningkatkan
posisinya di mata internasional serta sarana peningkatan kesejahteraan negara.Dengan merujuk
pada teori Kekuatan Nasional,bisa dilihat bahwa Indonesia memiliki kelebihan-kelebihan yang
tidak dimiliki oleh negara ASEAN lainnya, Indonesia mampu untuk bersaing serta menjadi pasar
potensial bagi seluruh negara.Oleh karena itu diharapkan Indonesia bisa memanfaatkan
kelebihan yang dimilikinya dengan semaksimal mungkin.

Daftar Pustaka


Djafar,Zainuddin (2008). Indonesia,ASEAN,dan Dinamika Asia Timur

.Jakarta: Dunia Pustaka Jaya
 Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN (2010). ASEAN Selayang Pandang.
Jakarta: Kemenlu RI
 Kementerian Perdagangan (2010). Perkembangan Masyarakat Ekonomi
ASEAN.Jakarta
 Morgenthau,J.Hans (1967). Politics Among Nation :The Struggle for Power
and Peace (4th Ed). New York: Alfred.A Knopt
 Stiglitz,Joseph (2006). Making Globalization Work. United States: W.W.
Norton & Company, Inc.

Website


http://www.setkab.go.id/artikel-10740-integrasi-ekonomi-asean.html diakses
pada tanggal 21 juni pukul 15.45

 http://datacenterukp.wordpress.com/2014/01/12/posisi-integrasi-ekonomiindonesia-terhadap-asean-community-2015/ diakses pada tanggal 22 juni
pukul 18.45

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

OPTIMASI FORMULASI dan UJI EFEKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN KRIM EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum L) dalam BASIS VANISHING CREAM (Emulgator Asam Stearat, TEA, Tween 80, dan Span 20)

97 464 23

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Diskriminasi Perempuan Muslim dalam Implementasi Civil Right Act 1964 di Amerika Serikat

3 55 15

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Kekerasan rumah tangga terhadap anak dalam prespektif islam

7 74 74

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147