Sejarah dan Perkembangan Islam di Peranc
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ISLAM DI PERANCIS
Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Islam di Eropa, Australia, dan
Amerika
Nama Dosen
Saiful Umam, M. A., Ph. D.
Oleh
Ilham Edlian (1113022000029)
PROGRAM STUDI SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M
BAB II
PEMBAHASAN
A. Masuknya Islam ke Perancis
Menurut buku The New Cambridge History of Islam, pertama kali Islam
merambah ke wilayah Perancis terjadi pada tahun 721 M. Ketika itu, pasukan
1
Islam berhasil menyerang Kota Toulouse, dan juga berhasil merebut Autun dan
Poitiers. Namun, pasukan muslim berhasil dikalahkan oleh pasukan Karel
Martel pada tahun 732 M. Kekalahan tersebut dinilai oleh para sejarawan
sebagai penghambat utam perluasan kekuasaan Islam di Eropa1. Dimana pada
masa itu, kekuasaan Dinasti Muawiyah sedang gencar-gencarnya melakukan
perluasan wilayah dunia Islam.
B. Migrasi Pra dan Pasca Perang Dunia Pertama
Setelah Perang Dunia Pertama, banyak buruh migran yang mencari
penghidupan yang lebih layak di Perancis. Mayoritas imigran berasal dari
negara-negara Afrika Utara yang juga merupakan protektorat Perancis, seperti
Aljazair, Tunisia, serta Maroko. Jumlah yang paling besar berasal dari Aljazair,
pada tahun 1912, sekitar 4000 hingga 5000 pekerja di Perancis berasal dari
Aljazair, yang separuhnya bekerja di pabrik pengilangan minyak dan
sejenisnya di sekitar Kota Marseille2. Eksodus besar-besaran penduduk Afrika
Utara, khususnya Aljazair ini terjadi akibat pemukiman di negeri mereka
semakin terjepit oleh koloni Perancis yang bermukim di daerah perkotaan,
sehingga membuat mereka sulit mendapatkan penghasilan. Selain itu,
kebijakan kolonial Perancis juga mendukung mereka untuk bermigrasi dalam
bentuk izin tinggal dan penduduk Perancis3.
Para imigran tiba pada awal abad ke-18 dan ke-19 karena proses
industrialisasi. Hal ini adalah dampak dari penurunan tingkat kelahiran yang
mengakibatkan negara kekurangan tenaga kerja. Perancis adalah pengecualian
di Eropa Barat selama periode ini. Kebanyakan negara industri lainnya,
termasuk Jerman, memiliki tingkat kelahiran yang lebih tinggi dan terutama
negara-negara emigrasi. Kekurangan di pasar tenaga kerja Perancis dsemakin
buruk sebagai akibat dari penurunan populasi yang dibawa oleh perang 18701871 dan 1914-1918. Untuk mengurangi ini, Perancis menmbuat perjanjian
perekrutan tenaga kerja dengan Italia (1904, 1906, 1919), Belgia (1906),
Polandia (1906) dan Cekoslowakia (1920). Pada awal tahun 1930-an, Perancis
1 Chase F. Robinson, dkk., The New Cambridge History of Islam Volume 1, The
Formation of Islamic World Sixth to Eleventh Centuries (Cambridge: Cambridge
University Press, 2010), h. 232.
2 Jorgen Nielsen, Muslims in Western Europe, Second Edition (Edinburgh:
Edinburgh University Press, 1995), h. 6.
3 Francis Robinson, dkk., The New Cmbridge History of Islam Volume 5, The
Islamic World in the Age of Western Dominance (Cambridge: Cambridge
University Press, 2011), h. 116-117.
2
adalah negara yang paling penting kedua di dunia dalam hal imigrasi setelah
Amerika Serikat. Pada saat itu ada sekitar 2,7 juta imigran tinggal di Perancis
(6,6% dari total penduduk). Setelah Perang Dunia Kedua dan saat kemajuan
ekonomi dari tahun 1950-an dan 1960-an, Prancis sekali lagi merekrut
(terutama laki-laki) pekerja dari Italia, Portugal, Spanyol, Belgia, Jerman,
Polandia dan Rusia. Pada saat yang sama, imigrasi dari bekas koloni meningkat
karena perang pembebasan dan proses dekolonisasi. Sebagai hasil dari Perang
Aljazair (1954-1962) dan selanjutnya kemerdekaan Aljazair pada tahun 1962,
sebagian besar pemukim Perancis dan Aljazair pro-Prancis pindah ke Prancis4.
Di antara faktor penyebab migrasi penduduk negara protektorat Perancis
adalah karena sulitnya hidup di tanah air sendiri dengan konflik yang terjadi
dengan bangsa kolonial. Selain itu, Perancis juga sangat membutuhkan
pekerja-pekerja kasar yang tidak diisi oleh tenaga kerja dari dalam negeri.
Dengan demikian, dinamika yang terjadi di negara-negara protektorat Perancis
dalam aspek politik, sosial, dan ekonomi telah berdampak pada pergerakan
rakyat yang mulai terdesak oleh kolonialisme.
Pasca Perang Dunia Kedua, imigrasi warga Afrika Utara didominasi oleh
penduduk Aljazair. Pada tahun 1957, sekitar 190.000 imigran Aljazair
menyeberangi Laut Mediterania, kebanyakan dari mereka berasal dari daerah
Tizi Ouzou, Setif, dan Constantine di timur laut Aljazair. Bahkan pada dekade
berikutnya jumlah mereka mencapai seperempat juta jiwa 5. Pada akhir 1950an, imigran yang tiba bukan hanya dari Aljazair, namu juga dari Tunisia dan
Maroko. Sehingga penduduk imigran di Perancis mencapai jumlah 48.000 pada
tahun 19646.
4 “Focus Migration,” artikel diakses pada 30 Maret 2015 dari http://focusmigration.hwwi.de/France.1231.0.html?&L=1
5 Jorgen Nielsen, Muslims in Western Europe, Second Edition (Edinburgh:
Edinburgh University Press, 1995), h. 8.
6 Ibid..
3
C. Masjid dan Organisasi Muslim
Posisi Islam sebagai komunitas agama Perancis telah dimuat dalam
undang-undang pada 9 Desember tahun 19057. Dalam pasal pertama undangundang tersebut berbunyi, “Negara menjamin kebebasan kepercayaan”. Ini
menjamin kebebasan dalam menjalankan ibadah, selama tidak mengganggu
kepentingan publik. Pasal dua undang-undang tersebut menyebutkan bahwa ,
“Negara tidak memberikan pengakuan, memberikan gaji, atau menyediakan
subsidi bagi agama mana pun8. Dengan demikian, karena Perancis menerapkan
sekularisasi antara negara dan agama, berbagai kegiatan keagamaan legal
dilaksanakan, selama tidak mengganggu kepentingan publik. Dalam hal ini,
agama Islam yang berkembang di Perancis tidak mendapatkan pengakuan,
sebagaimana agama Kristen juga tidak diberikan fasilitas apa pun dalam gereja
mau pun kependetaan.
Terdapat kurang lebih 1500 organisasi muslim di Perancis, masing-masing
organisasi memiliki masjid tersendiri. Kecenderungan muslim Perancis adalah
mereka berafiliasi kepada kelompok etnis atau asal tanah air9. Keadaan ini
adalah dampak dari undang-undang nomor 4 tahun 1905 yang menjamin
7 Jorgen Nielsen, Muslims in Western Europe, Second Edition (Edinburgh:
Edinburgh University Press, 1995), h. 12.
8 Ibid..
9 “Islam in France,” artikel diakses pada 28 Maret 2015 dari http://www.euroislam.info/country-profiles/france/
4
kebebasan
berorganisasi10.
Undang-undang
ini
menjamin
kebebasan
berorganisasi bagi seluruh penduduk Perancis, entah warga negara asli Perancis
atau pun penduduk asing. Dengan syarat harus terdaftar resmi dalam
pemerintah. Kebebasan ini berdampak pada menjamurnya jumlah organisasi
yang didirikan oleh penduduk asing, khususnya yang berlatarbelakang
muslim11.
Masjid pertama di Perancis adalah Grande Mosquée de Paris ("Masjid
Raya Paris") adalah sebuah masjid yang terletak di arondisemen Ve. Masjid ini
didirikan setelah Perang Dunia I sebagai tanda terima kasih Perancis kepada
tirailleurs Muslim dari koloni yang turut berperang melawan pasukan Jerman.
Masjid ini dibangun mengikuti gaya mudejar. Menaranya memiliki tinggi 33
meter. Masjid ini diresmikan oleh Presiden Gaston Doumergue pada tanggal 15
Juli 1926Pada bulan September 1976, pemerintah mengeluarkan surat edaran
melalui Sekretariat Negara Pekerja Imigran yang berisi dukungan untuk
meningkatkan kondisi sosial dan menjaga akar dan identitas budaya para
pekerja migran12. Dengan adanya surat edaran ini, para buruh migran
mendapatkan bantuan keuangan yang diperuntukkan untuk berbagai tujuan.
Dalam hal ini, para imigran muslim memeroleh pengakuan dan bantuan
keuangan dari pemerintah Perancis. Mereka mungkin lupa bahwa Islam adalah
sebuah unsur integral dari sebuah budaya13.
Perkembangan Islam dan masjid di Prancis juga ditulis oleh seorang
wartawan Prancis yang juga pakar tentang Islam, Xavier Ternisien. Dalam
buku terbarunya, Ternisien menulis, di kawasan Saint Denis, sebelah utara
Prancis, terdapat kurang lebih 97 masjid, sementara di selatan Prancis
sebanyak 73 masjid. Ternisien menambahkan, masjid-masjid yang banyak
berdiri di Prancis dengan kubah-kubahnya yang khas menunjukkan bahwa
Islam kini makin mengemuka di negara itu. Islam di Prancis bukan lagi agama
yang di masa lalu bergerak secara diam-diam14.
Masjid pertama yang dibangun di Perancis adalah Masjid Paris yang
dibangun pada tahun 1926. Istilah yang digunakan oleh pemerintah Perancis
10 Jorgen Nielsen, Muslims in Western Europe, Second Edition (Edinburgh:
Edinburgh University Press, 1995), h. 13.
11 Ibid..
12 Ibid., h. 14.
13 Ibid..
14 “Islam di Perancis Terbesar di Eropa,” artikel diakses pada 30 Maret 2015
dari http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islammancanegara/09/07/27/65037-islam-di-prancis-terbesar-di-eropa
5
untuk mengidentifikasi tempat ibadah umat Islam adalah mosquee, istilah lain
juga menyebutkan salles de priere15. Perancis tidak melakukan sensus khusus
untuk menghitung jumlah masjid saat ini, Penghitungan ini sifatnya hanya
perkiraan yang dilakukan oleh lembaga Legrain16. Sementara itu, menurut
survei yang dilakukan kelompok Muslim Prancis, sampai tahun 2003, jumlah
masjid di seantero Prancis mencapai 1.554 buah 17. Mulai dari yang berupa
ruangan sewaan di bawah tanah sampai gedung yang dimiliki oleh warga
Muslim dan dibangun di tempat-tempat umum.
1976
1978
1980
1982
1984
1985
Total
Total
131
197
322
451
578
619
941
of which foyers
93
125
178
212
234
238
187
other
38
72
144
239
344
381
516
Namun hingga saat ini, diperkirakan terdapat 1500 tempat ibadah umat
Islam, meskipun kebanyakan ukuran sangat kecil dan minim perlengkapan 18.
Hal ini tentu sangat bertolakbelakang dengan kebutuhan umat Islam akan
tempat ibadah, terutama untuk ibadah sholat Jumat. Selain itu, bukan hal yang
mudah untuk membangun sebuah masjid di Perancis, selain proses administrasi
yang rumit, dari segi arsitektur pun harus diperhatikan agar sesuai dengan
infrastruktur kota. Hingga tahun 2010, diperkirakan jumlah muslim di Perancis
telah mencapai lebih dari empat juta jiwa19.
D. Pendidikan
Pada tahun 1980, data statistik menunjukkan bahwa hampir sembilan
persen anak-anak di bawah usia 14 tahun adalah imigran. Data tersebut juga
15 Ibid..
16 Jorgen Nielsen, Muslims in Western Europe, Second Edition (Edinburgh:
Edinburgh University Press, 1995), h. 15.
17 “Islam di Perancis Terbesar di Eropa,” artikel diakses pada 29 Maret 2015
dari http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islammancanegara/09/07/27/65037-islam-di-prancis-terbesar-di-eropa
18 “Islam in France,” artikel diakses pada 29 Maret 2015 dari http://www.euroislam.info/country-profiles/france/
19“Pemerintah Perancis: Ada 4000 Muallaf Setiap Tahun,” artikel diakses pada
29 Maret 2015 pada
http://www.muslimdaily.net/berita/internasional/pemerintah-prancis-ada-4000muallaf-di-prancis-setiap-tahun.html
6
menunjukkan bahwa dua per tiga dari mereka duduk di bangku taman kanakkanak dan sekolah dasar20. Berikut adalah data jenjang pendidikan imigran di
Perancis.
Country of Origin
Algeria
Morocco
Tunisia
Sub-Saharan Africa
Immigrant Population
Non-Immigrant
Population
National Population
No
Elem.
School
Ed.
45
53
48
34
41
HS or Prof.
Deg. (CAP,
BEP)
GCE University
32
22
28
24
27
8
9
9
15
11
15
16
15
27
21
21
42
14
23
22
41
14
23
Source: Population Cencus
INSEE 1999
Sementara itu, dengan semakin meningkatnya populasi muslim di Perancis,
kebutuhan akan tersedianya fasilitas pendidikan Islam pun makin bertambah.
Menurut peraturan, sekolah swasta tidak mendapat biaya operasional tahunan
dari negara. Hambatan lainnya adalah, pada tingkat sekolah dasar pelajaran
agama belum mendapatkan tempat di dalam kurikulum sekolah 21. Hal ini
tentunya akan mempersulit anak-anak penduduk muslim untuk memeroleh
pendidikan agama secara komprehensif.
Selama beberapa tahun, sekolah swasta lebih sering disponsori oleh
perusahaan-perusahaan swasta yang peduli dengan pendidikan muslim. Hukum
Negara mengatur hal ini pada tahun 1959. Terdapat dua pilihan, yaitu kontrak
sederhana dan juga kontrak asosiasi22. Pendidikan agama untuk komunitas
muslim lebih signifikan dilaksanakan dalam keluarga, masjid, atau pun
organisasi muslim. Sektor pendidikan ini lebih mengutamakan terhadap belajar
mengajar al-Qur’an di luar jam sekolah reguler.
Awalnya, sebuah sekolah didirikan di Vitrerie, pinggiran selatan Paris.
kurikulumnya disesuaikan dengan kurikulum pendidikan nasional Prancis,
20 Jorgen Nielsen, Muslims in Western Europe, Second Edition (Edinburgh:
Edinburgh University Press, 1995), h. 20.
21 “Islam in France,” artikel diakses pada 30 Maret 2015 dari http://www.euroislam.info/country-profiles/france/
22 Ibid..
7
namun ada tambahan pelajaran khusus muatan lokal tentang keislaman, seperti
bahasa Arab dan agama Islam. Education et Savior adalah sekolah kedua yang
dibuka di Paris setelah sekolah Reussite di pinggiran Aubervilliers, utara Paris,
dan yang keempat di Prancis. Dua sekolah swasta Islam lainnya adalah Ibn
Rushd di Kota Lille, utara Prancis, dan Al-Kindi di Kota Lyon23.
E. Kondisi Ekonomi
Mayoritas penduduk muslim Perancis bekerja sebagai buruh pabrik yang
terkonsentrasi
di kota-kota industri seperti Marseilles, Lyons, Lille, dan
tentunya Paris24. Kondisi ini pada masa awal imigran datang terjadi karena
rendahnya pendidikan dan keterampilan para imigran. Dalam jumlahnya yang
minoritas, muslim Perancis ternyata mendapat predikat sebagai komunitas
muslim dengan tingkat pengangguran terendah di antara negara-negara Eropa
bagian barat25. Di antara para pemuda, terdapat pekerja yang memiliki
pendidikan yang cukup tinggi dan dipekerjaan di bidang yang membutuhkan
keterampilan khusus. Hingga tahun, 1980, kesulitan ekonomi dan terbukanya
lapangan kerja memengaruhi wanita untuk juga ikut bekerja. Namun, hanya
wanita keturunan Turki yang menunjukkan kesiapan untuk menangkap peluang
ini.
F. Keterlibatan Muslim dalam Masyarakat
Dalam bidang politik, belum ada yang terlibat dalam parlemen negara
Perancis. Tetapi, terdapat beberapa perwakilan Perancis di Parlemen Uni Eropa
yang berlatarbelakang muslim. Sementara itu, anggota kabinet muslim pertama
dalam sejarah Perancis adalah Menteri Kesetaraan, Azouz Begag. Beliau
ditunjuk oleh Perdana Menteri Dominique de Villepin hal pada bulan Juni
200526.
Sementara itu, kontribusi muslim dalam masyarakat Perancis terlihat lebih
signifikan dalam bidang olahraga. Setidaknya, saat ini terdapat empat pemain
beragama Islam dalam Piala Dunia 201427. Banyaknya warga imigran, maupun
23 “Islam di Perancis Terbesar di Eropa,” artikel diakses pada 30 Maret 2015
dari http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islammancanegara/09/07/27/65037-islam-di-prancis-terbesar-di-eropa
24 Jorgen Nielsen, Muslims in Western Europe, Second Edition (Edinburgh:
Edinburgh University Press, 1995), h. 12.
25 Ibid..
26 “Islam in France,” artikel diakses pada 30 Maret 2015 dari http://www.euroislam.info/country-profiles/france/
27“Brazil 2014 FIFA World Cup,” artikel diakses pada 30 Maret 2015 dari
http://www.uefa.com/worldcup/season=2014/teams/team=43/index.html
8
generasi selanjutnya dari para imigran yang tinggal di Perancis, menuntut
adanya kesetaraan dalam berbagai bidang. Dalam hal ini, olahraga adalah
media yang tepat untuk menunjukkan hak yang sama bagi semua lapisan
masyarakat tanpa memandang latar belakang suku, agama, maupun ras.
G. Hambatan Ibadah Muslim di Perancis28
1. Tempat Ibadah
Setidaknya ada 1.500 tempat ibadah Islam di Perancis, meskipun cukup
banyak, tetapi sebagian besar masjid tidak memadai kapasitasnya.
Membangun masjid baru sangat sulit, dan acap kali mengundang protes
dari masyarakat lokal dan peemblokiran oleh otoritas setempat. Namun,
ada beberapa tanda-tanda bahwa segala sesuatu telah meningkat selama
beberapa tahun terakhir.
2. Pemakaman
Selain pemakaman sekuler, peraturan yang telah dibuat oleh pemerintah
daerah telah memungkinkan praktik penguburan Islam. Namun, kurangnya
ruang, pemerintah membuat peraturan untuk memberikan hak pemakaman
hanya untuk beberapa periode waktu tertentu. Karena ini adalah
bertentangan dengan ajaran Islam, kebijakan telah menimbulkan protes dari
masyarakat.
3. Penyembelihan Halal
Penyembelihan halal diperbolehkan dalam pemotongan hewan yang
ditunjuk dan paling banyak kali tidak kesulitan di Perancis. Namun, ketika
permintaan daging sedang tinggi, kapasitas fasilitas penyembelihan
konvensional tersebut dapat dialihkan ke praktek penyembelihan halal di
tempat-tempat yang ditunjuk. Terdapat masalah terus-menerus dengan label
dan distribusi makanan halal. Dewan Eksekutif Muslim telah berjanji untuk
mengatasi masalah, tapi banyak masyarakat khawatir bahwa hal itu tidak
akan memiliki kewenangan yang cukup luas untuk menerapkan ide-idenya.
Pada tahun 2005, sebuah restoran cepat saji baru dibuka di Paris yang
direncanakan hanya untuk menyediakan makanan halal. Dalam plesetan
dari kata Perancis untuk Arab, ia dinamai "Beurger King Muslim".
4. Hijab
28 “Islam in France,” artikel diakses pada 30 Maret 2015 dari http://www.euroislam.info/country-profiles/france/
9
Mengenakan jilbab (hijab) oleh perempuan di sekolah dasar memicu
kontroversi pada tahun 1989 di Creil. Situasi ini pada tahun 1994 mendapat
perhatian pemerintah, tetapi dalam setiap kasus, solusi yang dicapai melalui
mediasi di tingkat lokal yang diselenggarakan oleh Hanifa Cherifi, yang
kini menjabat sebagai inspektur jenderal di Departemen Pendidikan. Kasus
pada tahun 1994 yang melibatkan 300 siswa dan mediasi individu yang
diperlukan dalam setiap kasus. Sebagian siswi setuju untuk melepas jilbab
mereka di dalam kelas daripada berada dalam konflik dengan polisi.
Sementara itu, siswa yang menolak untuk melepaskan jilbab, mereka
memilih untuk bergabung dengan sekolah swasta atau dalam home
chooling.
10
DAFTAR PUSTAKA
“Focus Migration,” artikel diakses pada 30 Maret 2015 dari http://focusmigration.hwwi.de/France.1231.0.html?&L=1
“Islam di Perancis Terbesar di Eropa,” artikel diakses pada 30 Maret 2015 dari
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islammancanegara/09/07/27/65037-islam-di-prancis-terbesar-di-eropa
“Islam in France,” artikel diakses pada 28 Maret 2015 dari http://www.euroislam.info/country-profiles/france/
“Pemerintah Perancis: Ada 4000 Muallaf Setiap Tahun,” artikel diakses pada 29
Maret
2015
pada
http://www.muslimdaily.net/berita/internasional/pemerintah-prancis-ada4000-muallaf-di-prancis-setiap-tahun.html
Brazil 2014 FIFA World Cup,” artikel diakses pada 30 Maret 2015 dari
http://www.uefa.com/worldcup/season=2014/teams/team=43/index.html
Nielsen, Jorgen. Muslims in Western Europe. Edinburgh: Edinburgh University
Press, 1995.
Robinson, Chase F., dkk. The New Cambridge History of Islam Volume 1, The
Formation of Islamic World Sixth to Eleventh Centuries. Cambridge:
Cambridge University Press, 2010.
Robinson, Francis dkk. The New Cmbridge History of Islam Volume 5, The Islamic
World in the Age of Western Dominance. Cambridge: Cambridge
University Press, 2011.
11
Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Islam di Eropa, Australia, dan
Amerika
Nama Dosen
Saiful Umam, M. A., Ph. D.
Oleh
Ilham Edlian (1113022000029)
PROGRAM STUDI SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M
BAB II
PEMBAHASAN
A. Masuknya Islam ke Perancis
Menurut buku The New Cambridge History of Islam, pertama kali Islam
merambah ke wilayah Perancis terjadi pada tahun 721 M. Ketika itu, pasukan
1
Islam berhasil menyerang Kota Toulouse, dan juga berhasil merebut Autun dan
Poitiers. Namun, pasukan muslim berhasil dikalahkan oleh pasukan Karel
Martel pada tahun 732 M. Kekalahan tersebut dinilai oleh para sejarawan
sebagai penghambat utam perluasan kekuasaan Islam di Eropa1. Dimana pada
masa itu, kekuasaan Dinasti Muawiyah sedang gencar-gencarnya melakukan
perluasan wilayah dunia Islam.
B. Migrasi Pra dan Pasca Perang Dunia Pertama
Setelah Perang Dunia Pertama, banyak buruh migran yang mencari
penghidupan yang lebih layak di Perancis. Mayoritas imigran berasal dari
negara-negara Afrika Utara yang juga merupakan protektorat Perancis, seperti
Aljazair, Tunisia, serta Maroko. Jumlah yang paling besar berasal dari Aljazair,
pada tahun 1912, sekitar 4000 hingga 5000 pekerja di Perancis berasal dari
Aljazair, yang separuhnya bekerja di pabrik pengilangan minyak dan
sejenisnya di sekitar Kota Marseille2. Eksodus besar-besaran penduduk Afrika
Utara, khususnya Aljazair ini terjadi akibat pemukiman di negeri mereka
semakin terjepit oleh koloni Perancis yang bermukim di daerah perkotaan,
sehingga membuat mereka sulit mendapatkan penghasilan. Selain itu,
kebijakan kolonial Perancis juga mendukung mereka untuk bermigrasi dalam
bentuk izin tinggal dan penduduk Perancis3.
Para imigran tiba pada awal abad ke-18 dan ke-19 karena proses
industrialisasi. Hal ini adalah dampak dari penurunan tingkat kelahiran yang
mengakibatkan negara kekurangan tenaga kerja. Perancis adalah pengecualian
di Eropa Barat selama periode ini. Kebanyakan negara industri lainnya,
termasuk Jerman, memiliki tingkat kelahiran yang lebih tinggi dan terutama
negara-negara emigrasi. Kekurangan di pasar tenaga kerja Perancis dsemakin
buruk sebagai akibat dari penurunan populasi yang dibawa oleh perang 18701871 dan 1914-1918. Untuk mengurangi ini, Perancis menmbuat perjanjian
perekrutan tenaga kerja dengan Italia (1904, 1906, 1919), Belgia (1906),
Polandia (1906) dan Cekoslowakia (1920). Pada awal tahun 1930-an, Perancis
1 Chase F. Robinson, dkk., The New Cambridge History of Islam Volume 1, The
Formation of Islamic World Sixth to Eleventh Centuries (Cambridge: Cambridge
University Press, 2010), h. 232.
2 Jorgen Nielsen, Muslims in Western Europe, Second Edition (Edinburgh:
Edinburgh University Press, 1995), h. 6.
3 Francis Robinson, dkk., The New Cmbridge History of Islam Volume 5, The
Islamic World in the Age of Western Dominance (Cambridge: Cambridge
University Press, 2011), h. 116-117.
2
adalah negara yang paling penting kedua di dunia dalam hal imigrasi setelah
Amerika Serikat. Pada saat itu ada sekitar 2,7 juta imigran tinggal di Perancis
(6,6% dari total penduduk). Setelah Perang Dunia Kedua dan saat kemajuan
ekonomi dari tahun 1950-an dan 1960-an, Prancis sekali lagi merekrut
(terutama laki-laki) pekerja dari Italia, Portugal, Spanyol, Belgia, Jerman,
Polandia dan Rusia. Pada saat yang sama, imigrasi dari bekas koloni meningkat
karena perang pembebasan dan proses dekolonisasi. Sebagai hasil dari Perang
Aljazair (1954-1962) dan selanjutnya kemerdekaan Aljazair pada tahun 1962,
sebagian besar pemukim Perancis dan Aljazair pro-Prancis pindah ke Prancis4.
Di antara faktor penyebab migrasi penduduk negara protektorat Perancis
adalah karena sulitnya hidup di tanah air sendiri dengan konflik yang terjadi
dengan bangsa kolonial. Selain itu, Perancis juga sangat membutuhkan
pekerja-pekerja kasar yang tidak diisi oleh tenaga kerja dari dalam negeri.
Dengan demikian, dinamika yang terjadi di negara-negara protektorat Perancis
dalam aspek politik, sosial, dan ekonomi telah berdampak pada pergerakan
rakyat yang mulai terdesak oleh kolonialisme.
Pasca Perang Dunia Kedua, imigrasi warga Afrika Utara didominasi oleh
penduduk Aljazair. Pada tahun 1957, sekitar 190.000 imigran Aljazair
menyeberangi Laut Mediterania, kebanyakan dari mereka berasal dari daerah
Tizi Ouzou, Setif, dan Constantine di timur laut Aljazair. Bahkan pada dekade
berikutnya jumlah mereka mencapai seperempat juta jiwa 5. Pada akhir 1950an, imigran yang tiba bukan hanya dari Aljazair, namu juga dari Tunisia dan
Maroko. Sehingga penduduk imigran di Perancis mencapai jumlah 48.000 pada
tahun 19646.
4 “Focus Migration,” artikel diakses pada 30 Maret 2015 dari http://focusmigration.hwwi.de/France.1231.0.html?&L=1
5 Jorgen Nielsen, Muslims in Western Europe, Second Edition (Edinburgh:
Edinburgh University Press, 1995), h. 8.
6 Ibid..
3
C. Masjid dan Organisasi Muslim
Posisi Islam sebagai komunitas agama Perancis telah dimuat dalam
undang-undang pada 9 Desember tahun 19057. Dalam pasal pertama undangundang tersebut berbunyi, “Negara menjamin kebebasan kepercayaan”. Ini
menjamin kebebasan dalam menjalankan ibadah, selama tidak mengganggu
kepentingan publik. Pasal dua undang-undang tersebut menyebutkan bahwa ,
“Negara tidak memberikan pengakuan, memberikan gaji, atau menyediakan
subsidi bagi agama mana pun8. Dengan demikian, karena Perancis menerapkan
sekularisasi antara negara dan agama, berbagai kegiatan keagamaan legal
dilaksanakan, selama tidak mengganggu kepentingan publik. Dalam hal ini,
agama Islam yang berkembang di Perancis tidak mendapatkan pengakuan,
sebagaimana agama Kristen juga tidak diberikan fasilitas apa pun dalam gereja
mau pun kependetaan.
Terdapat kurang lebih 1500 organisasi muslim di Perancis, masing-masing
organisasi memiliki masjid tersendiri. Kecenderungan muslim Perancis adalah
mereka berafiliasi kepada kelompok etnis atau asal tanah air9. Keadaan ini
adalah dampak dari undang-undang nomor 4 tahun 1905 yang menjamin
7 Jorgen Nielsen, Muslims in Western Europe, Second Edition (Edinburgh:
Edinburgh University Press, 1995), h. 12.
8 Ibid..
9 “Islam in France,” artikel diakses pada 28 Maret 2015 dari http://www.euroislam.info/country-profiles/france/
4
kebebasan
berorganisasi10.
Undang-undang
ini
menjamin
kebebasan
berorganisasi bagi seluruh penduduk Perancis, entah warga negara asli Perancis
atau pun penduduk asing. Dengan syarat harus terdaftar resmi dalam
pemerintah. Kebebasan ini berdampak pada menjamurnya jumlah organisasi
yang didirikan oleh penduduk asing, khususnya yang berlatarbelakang
muslim11.
Masjid pertama di Perancis adalah Grande Mosquée de Paris ("Masjid
Raya Paris") adalah sebuah masjid yang terletak di arondisemen Ve. Masjid ini
didirikan setelah Perang Dunia I sebagai tanda terima kasih Perancis kepada
tirailleurs Muslim dari koloni yang turut berperang melawan pasukan Jerman.
Masjid ini dibangun mengikuti gaya mudejar. Menaranya memiliki tinggi 33
meter. Masjid ini diresmikan oleh Presiden Gaston Doumergue pada tanggal 15
Juli 1926Pada bulan September 1976, pemerintah mengeluarkan surat edaran
melalui Sekretariat Negara Pekerja Imigran yang berisi dukungan untuk
meningkatkan kondisi sosial dan menjaga akar dan identitas budaya para
pekerja migran12. Dengan adanya surat edaran ini, para buruh migran
mendapatkan bantuan keuangan yang diperuntukkan untuk berbagai tujuan.
Dalam hal ini, para imigran muslim memeroleh pengakuan dan bantuan
keuangan dari pemerintah Perancis. Mereka mungkin lupa bahwa Islam adalah
sebuah unsur integral dari sebuah budaya13.
Perkembangan Islam dan masjid di Prancis juga ditulis oleh seorang
wartawan Prancis yang juga pakar tentang Islam, Xavier Ternisien. Dalam
buku terbarunya, Ternisien menulis, di kawasan Saint Denis, sebelah utara
Prancis, terdapat kurang lebih 97 masjid, sementara di selatan Prancis
sebanyak 73 masjid. Ternisien menambahkan, masjid-masjid yang banyak
berdiri di Prancis dengan kubah-kubahnya yang khas menunjukkan bahwa
Islam kini makin mengemuka di negara itu. Islam di Prancis bukan lagi agama
yang di masa lalu bergerak secara diam-diam14.
Masjid pertama yang dibangun di Perancis adalah Masjid Paris yang
dibangun pada tahun 1926. Istilah yang digunakan oleh pemerintah Perancis
10 Jorgen Nielsen, Muslims in Western Europe, Second Edition (Edinburgh:
Edinburgh University Press, 1995), h. 13.
11 Ibid..
12 Ibid., h. 14.
13 Ibid..
14 “Islam di Perancis Terbesar di Eropa,” artikel diakses pada 30 Maret 2015
dari http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islammancanegara/09/07/27/65037-islam-di-prancis-terbesar-di-eropa
5
untuk mengidentifikasi tempat ibadah umat Islam adalah mosquee, istilah lain
juga menyebutkan salles de priere15. Perancis tidak melakukan sensus khusus
untuk menghitung jumlah masjid saat ini, Penghitungan ini sifatnya hanya
perkiraan yang dilakukan oleh lembaga Legrain16. Sementara itu, menurut
survei yang dilakukan kelompok Muslim Prancis, sampai tahun 2003, jumlah
masjid di seantero Prancis mencapai 1.554 buah 17. Mulai dari yang berupa
ruangan sewaan di bawah tanah sampai gedung yang dimiliki oleh warga
Muslim dan dibangun di tempat-tempat umum.
1976
1978
1980
1982
1984
1985
Total
Total
131
197
322
451
578
619
941
of which foyers
93
125
178
212
234
238
187
other
38
72
144
239
344
381
516
Namun hingga saat ini, diperkirakan terdapat 1500 tempat ibadah umat
Islam, meskipun kebanyakan ukuran sangat kecil dan minim perlengkapan 18.
Hal ini tentu sangat bertolakbelakang dengan kebutuhan umat Islam akan
tempat ibadah, terutama untuk ibadah sholat Jumat. Selain itu, bukan hal yang
mudah untuk membangun sebuah masjid di Perancis, selain proses administrasi
yang rumit, dari segi arsitektur pun harus diperhatikan agar sesuai dengan
infrastruktur kota. Hingga tahun 2010, diperkirakan jumlah muslim di Perancis
telah mencapai lebih dari empat juta jiwa19.
D. Pendidikan
Pada tahun 1980, data statistik menunjukkan bahwa hampir sembilan
persen anak-anak di bawah usia 14 tahun adalah imigran. Data tersebut juga
15 Ibid..
16 Jorgen Nielsen, Muslims in Western Europe, Second Edition (Edinburgh:
Edinburgh University Press, 1995), h. 15.
17 “Islam di Perancis Terbesar di Eropa,” artikel diakses pada 29 Maret 2015
dari http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islammancanegara/09/07/27/65037-islam-di-prancis-terbesar-di-eropa
18 “Islam in France,” artikel diakses pada 29 Maret 2015 dari http://www.euroislam.info/country-profiles/france/
19“Pemerintah Perancis: Ada 4000 Muallaf Setiap Tahun,” artikel diakses pada
29 Maret 2015 pada
http://www.muslimdaily.net/berita/internasional/pemerintah-prancis-ada-4000muallaf-di-prancis-setiap-tahun.html
6
menunjukkan bahwa dua per tiga dari mereka duduk di bangku taman kanakkanak dan sekolah dasar20. Berikut adalah data jenjang pendidikan imigran di
Perancis.
Country of Origin
Algeria
Morocco
Tunisia
Sub-Saharan Africa
Immigrant Population
Non-Immigrant
Population
National Population
No
Elem.
School
Ed.
45
53
48
34
41
HS or Prof.
Deg. (CAP,
BEP)
GCE University
32
22
28
24
27
8
9
9
15
11
15
16
15
27
21
21
42
14
23
22
41
14
23
Source: Population Cencus
INSEE 1999
Sementara itu, dengan semakin meningkatnya populasi muslim di Perancis,
kebutuhan akan tersedianya fasilitas pendidikan Islam pun makin bertambah.
Menurut peraturan, sekolah swasta tidak mendapat biaya operasional tahunan
dari negara. Hambatan lainnya adalah, pada tingkat sekolah dasar pelajaran
agama belum mendapatkan tempat di dalam kurikulum sekolah 21. Hal ini
tentunya akan mempersulit anak-anak penduduk muslim untuk memeroleh
pendidikan agama secara komprehensif.
Selama beberapa tahun, sekolah swasta lebih sering disponsori oleh
perusahaan-perusahaan swasta yang peduli dengan pendidikan muslim. Hukum
Negara mengatur hal ini pada tahun 1959. Terdapat dua pilihan, yaitu kontrak
sederhana dan juga kontrak asosiasi22. Pendidikan agama untuk komunitas
muslim lebih signifikan dilaksanakan dalam keluarga, masjid, atau pun
organisasi muslim. Sektor pendidikan ini lebih mengutamakan terhadap belajar
mengajar al-Qur’an di luar jam sekolah reguler.
Awalnya, sebuah sekolah didirikan di Vitrerie, pinggiran selatan Paris.
kurikulumnya disesuaikan dengan kurikulum pendidikan nasional Prancis,
20 Jorgen Nielsen, Muslims in Western Europe, Second Edition (Edinburgh:
Edinburgh University Press, 1995), h. 20.
21 “Islam in France,” artikel diakses pada 30 Maret 2015 dari http://www.euroislam.info/country-profiles/france/
22 Ibid..
7
namun ada tambahan pelajaran khusus muatan lokal tentang keislaman, seperti
bahasa Arab dan agama Islam. Education et Savior adalah sekolah kedua yang
dibuka di Paris setelah sekolah Reussite di pinggiran Aubervilliers, utara Paris,
dan yang keempat di Prancis. Dua sekolah swasta Islam lainnya adalah Ibn
Rushd di Kota Lille, utara Prancis, dan Al-Kindi di Kota Lyon23.
E. Kondisi Ekonomi
Mayoritas penduduk muslim Perancis bekerja sebagai buruh pabrik yang
terkonsentrasi
di kota-kota industri seperti Marseilles, Lyons, Lille, dan
tentunya Paris24. Kondisi ini pada masa awal imigran datang terjadi karena
rendahnya pendidikan dan keterampilan para imigran. Dalam jumlahnya yang
minoritas, muslim Perancis ternyata mendapat predikat sebagai komunitas
muslim dengan tingkat pengangguran terendah di antara negara-negara Eropa
bagian barat25. Di antara para pemuda, terdapat pekerja yang memiliki
pendidikan yang cukup tinggi dan dipekerjaan di bidang yang membutuhkan
keterampilan khusus. Hingga tahun, 1980, kesulitan ekonomi dan terbukanya
lapangan kerja memengaruhi wanita untuk juga ikut bekerja. Namun, hanya
wanita keturunan Turki yang menunjukkan kesiapan untuk menangkap peluang
ini.
F. Keterlibatan Muslim dalam Masyarakat
Dalam bidang politik, belum ada yang terlibat dalam parlemen negara
Perancis. Tetapi, terdapat beberapa perwakilan Perancis di Parlemen Uni Eropa
yang berlatarbelakang muslim. Sementara itu, anggota kabinet muslim pertama
dalam sejarah Perancis adalah Menteri Kesetaraan, Azouz Begag. Beliau
ditunjuk oleh Perdana Menteri Dominique de Villepin hal pada bulan Juni
200526.
Sementara itu, kontribusi muslim dalam masyarakat Perancis terlihat lebih
signifikan dalam bidang olahraga. Setidaknya, saat ini terdapat empat pemain
beragama Islam dalam Piala Dunia 201427. Banyaknya warga imigran, maupun
23 “Islam di Perancis Terbesar di Eropa,” artikel diakses pada 30 Maret 2015
dari http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islammancanegara/09/07/27/65037-islam-di-prancis-terbesar-di-eropa
24 Jorgen Nielsen, Muslims in Western Europe, Second Edition (Edinburgh:
Edinburgh University Press, 1995), h. 12.
25 Ibid..
26 “Islam in France,” artikel diakses pada 30 Maret 2015 dari http://www.euroislam.info/country-profiles/france/
27“Brazil 2014 FIFA World Cup,” artikel diakses pada 30 Maret 2015 dari
http://www.uefa.com/worldcup/season=2014/teams/team=43/index.html
8
generasi selanjutnya dari para imigran yang tinggal di Perancis, menuntut
adanya kesetaraan dalam berbagai bidang. Dalam hal ini, olahraga adalah
media yang tepat untuk menunjukkan hak yang sama bagi semua lapisan
masyarakat tanpa memandang latar belakang suku, agama, maupun ras.
G. Hambatan Ibadah Muslim di Perancis28
1. Tempat Ibadah
Setidaknya ada 1.500 tempat ibadah Islam di Perancis, meskipun cukup
banyak, tetapi sebagian besar masjid tidak memadai kapasitasnya.
Membangun masjid baru sangat sulit, dan acap kali mengundang protes
dari masyarakat lokal dan peemblokiran oleh otoritas setempat. Namun,
ada beberapa tanda-tanda bahwa segala sesuatu telah meningkat selama
beberapa tahun terakhir.
2. Pemakaman
Selain pemakaman sekuler, peraturan yang telah dibuat oleh pemerintah
daerah telah memungkinkan praktik penguburan Islam. Namun, kurangnya
ruang, pemerintah membuat peraturan untuk memberikan hak pemakaman
hanya untuk beberapa periode waktu tertentu. Karena ini adalah
bertentangan dengan ajaran Islam, kebijakan telah menimbulkan protes dari
masyarakat.
3. Penyembelihan Halal
Penyembelihan halal diperbolehkan dalam pemotongan hewan yang
ditunjuk dan paling banyak kali tidak kesulitan di Perancis. Namun, ketika
permintaan daging sedang tinggi, kapasitas fasilitas penyembelihan
konvensional tersebut dapat dialihkan ke praktek penyembelihan halal di
tempat-tempat yang ditunjuk. Terdapat masalah terus-menerus dengan label
dan distribusi makanan halal. Dewan Eksekutif Muslim telah berjanji untuk
mengatasi masalah, tapi banyak masyarakat khawatir bahwa hal itu tidak
akan memiliki kewenangan yang cukup luas untuk menerapkan ide-idenya.
Pada tahun 2005, sebuah restoran cepat saji baru dibuka di Paris yang
direncanakan hanya untuk menyediakan makanan halal. Dalam plesetan
dari kata Perancis untuk Arab, ia dinamai "Beurger King Muslim".
4. Hijab
28 “Islam in France,” artikel diakses pada 30 Maret 2015 dari http://www.euroislam.info/country-profiles/france/
9
Mengenakan jilbab (hijab) oleh perempuan di sekolah dasar memicu
kontroversi pada tahun 1989 di Creil. Situasi ini pada tahun 1994 mendapat
perhatian pemerintah, tetapi dalam setiap kasus, solusi yang dicapai melalui
mediasi di tingkat lokal yang diselenggarakan oleh Hanifa Cherifi, yang
kini menjabat sebagai inspektur jenderal di Departemen Pendidikan. Kasus
pada tahun 1994 yang melibatkan 300 siswa dan mediasi individu yang
diperlukan dalam setiap kasus. Sebagian siswi setuju untuk melepas jilbab
mereka di dalam kelas daripada berada dalam konflik dengan polisi.
Sementara itu, siswa yang menolak untuk melepaskan jilbab, mereka
memilih untuk bergabung dengan sekolah swasta atau dalam home
chooling.
10
DAFTAR PUSTAKA
“Focus Migration,” artikel diakses pada 30 Maret 2015 dari http://focusmigration.hwwi.de/France.1231.0.html?&L=1
“Islam di Perancis Terbesar di Eropa,” artikel diakses pada 30 Maret 2015 dari
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islammancanegara/09/07/27/65037-islam-di-prancis-terbesar-di-eropa
“Islam in France,” artikel diakses pada 28 Maret 2015 dari http://www.euroislam.info/country-profiles/france/
“Pemerintah Perancis: Ada 4000 Muallaf Setiap Tahun,” artikel diakses pada 29
Maret
2015
pada
http://www.muslimdaily.net/berita/internasional/pemerintah-prancis-ada4000-muallaf-di-prancis-setiap-tahun.html
Brazil 2014 FIFA World Cup,” artikel diakses pada 30 Maret 2015 dari
http://www.uefa.com/worldcup/season=2014/teams/team=43/index.html
Nielsen, Jorgen. Muslims in Western Europe. Edinburgh: Edinburgh University
Press, 1995.
Robinson, Chase F., dkk. The New Cambridge History of Islam Volume 1, The
Formation of Islamic World Sixth to Eleventh Centuries. Cambridge:
Cambridge University Press, 2010.
Robinson, Francis dkk. The New Cmbridge History of Islam Volume 5, The Islamic
World in the Age of Western Dominance. Cambridge: Cambridge
University Press, 2011.
11