Fraksi Etanol Daun Kersen Muntingia cara

Fraksi Etanol Daun Kersen (Muntingia carabula L.) Sebagai Anti
Bakteri Terhadap Straphylococcus Epidermidis dan
Propionibacterium Acne

Rizka Oktavia
Program study Farmasi Universitas Tulang Bawang Lampung, Indonesia
E-mail:Rizkaoktavia5@gmail.com

Indonesia memiliki banyak jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan
sebagai obat tradisional

Di Indonesia secara tradisional masyarakatnya

menggunakan rebusan daun kersen sebagai antiseptik. Aktivitas antibakteri
daun kersen ini disebabkan oleh adanya kandungan senyawa tanin,
flavonoid, dan saponin yang dimilikinya. Jerawat merupakan penyakit yang
sering terjadi pada permukaan kulit wajah, leher, dada dan punggung.
Jerawat muncul pada saat kelenjar minyak kulit terlalu aktif, sehingga poripori kulit akan tersumbat oleh timbunan lemak yang berlebihan timbunan
lemak dengan bintik hitam di atasnya yang disebut komedo. Jika pada
komedo itu terdapat infeksi bakteri, maka terjadilah peradangan yang
dikenal dengan jerawat Saat ini telah banyak dilakukan perlakuan khusus

untuk mengobati ataupun mencegah timbulnya jerawat, antara lain melalui
pencegahan bakteri pada saluranfolikel rambut, pencegahan pertumbuhan
bakteri

dengan menggunakan antibakteri. Antibakteri bermacam-macam

asalnya, dapat berasal dari senyawa sintetik misalnya clindamycin,
erithomycin, benzoyl peroksida, azelaic acid, sulfur dan dapat berasal dari
alam

Pemanfaatan bahan alam sebagai obat tradisional di Indonesia

meningkat. Beberapa bahan alam telah diproduksi secara fabrikasi dalam
skala besar. Penggunaan obat bahan alam dinilai memiliki efek samping

yang lebih kecil dibandingkan obat yang berasal dari bahan kimia, di
samping itu harganya lebih terjangkau. Indonesia memiliki banyak jenis
tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional

untuk


dikembangkan sebagai obat tradisional adalah daun kersen Bakteri yang
akan digunakan dalam penelitian ini adalah Staphylococcus epidermidis dan
propionibacterium acne, bakteri tersebut yang menyebabkan masalah pada
kulit yaitu penyebab infeksi pada jerawat. Berdasarkan latar belakang yang
menyebutkan bahwa daun kersen dapat memiliki efek sebagai anti bakteri
serta banyak digunakan secara empirik oleh masyarakat Indonesia.
Rumusan Masalah

:

Apakah Fraksi Etanol Daun Kersen(Muntingia carabula L.)dapat
menghambat aktifitas pertumbuhan bakteri straphylococcus epidermidis dan
propionibacterium acne secara In-Vitro
Tujuan Penelitian :
Tujuan dari penelitian ini adalah

:

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah fraksi etanol daun

Kersen (Muntingia carabula L.) memiliki daya antibakteri terhadap bakteri
straphylococcus epidermidis dan propionibacterium acne secara In-Vitro
Manfaat Penelitian

:

Memberikan informasi kepada masyarakat bahwa fraksi etanol daun
Kersen (Muntingia carabula L.) dapat menghambat pertumbuhan bakteri
straphylococcus epidermidis dan propionibacterium acne secara In-Vitro

Hipotesis

:

1. Fraksi etanol daun Kersen (Muntingia carabula L.) memiliki daya
anti bakteri.
2. Fraksi etanol daun Kersen (Muntingia carabula L.)

dapat


menghambat pertumbuhan bakteri straphylococcus epidermidis dan
propionibacterium acne
Alasan pemilihan judul :
1. Pemilihan

bakteri

straphylococcus

epidermidis

dan

propionibacterium acne
Bakteri yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
Staphylococcus epidermidis dan propionibacterium acne, bakteri
tersebut yang menyebabkan masalah pada kulit yaitu penyebab infeksi
pada jerawat.
2. Pemilihan fraksi etanol Daun Kersen(Muntingia carabula L.)
Daun kersen ini memiliki kandungan senyawa seperti tanin,

flavonoid dan saponin yang dimilikinya. Kandungan saponin dan
flavonoid pada daun kersen sangat memiliki peranan penting dalam
menurunkan tingkat kejadian mastitis. Kedua senyawa tersebut
terbukti memiliki kandungan zat antibakteri.
Metode kerja

:

1. Alat dan Bahan
Alat alat yang digunakan : cawan porselin, cawan petri, corong
Buchner, rotary evaporator, kertas saring, beaker glass, gelas ukur,
Erlenmeyer, labu ukur, tabung reaksi, pembakar bunsen, pipet mikro,
timbangan analitik, jarum ose, pinset, batang pengaduk, spatel,

autoclaf, inkubator, viskometer, stopwatch, pH meter digital,
(Laminar Air Flow), jangka sorong , vacum destilator , pipet
mikro ,sarung tangan, corong pisah.
Bahan yang digunakan : daun kersen, aquades, media Nutrient Agar
(NA),


media

Nutrient

Broth

(NB),

bakteristraphylococcus

epidermidis dan propionibacterium acne, ciprofloxacin 500mg, kertas
cakram, kapas, rol tisu, alcohol 70%, aluminium foil,

dan label

clindamisin sampel fraksi dari ekstrak daun kersen.
2. Sterilisasi alat dan bahan
Alat gelas yang digunakan seperti cawan petri, batang pengaduk,
tabung reaksi, erlenmeyer, pipet gondok, pipet ukur, gelas ukur, dan
labu


ukur,

dibungkus

dengan

kertas

perkamen,

disterilkan

menggunakan oven pada suhu 170 °C selama 30 menit. Untuk jarum
ose dan pinset disterilkan dengan cara pemijaran. Bahan yang tidak
tahan panas dikerjakan secara aseptis, sedangkan bahan yang tahan
panas seperti aquades, NA, dan NB masing-masing dimasukkan
dalam erlenmeyer, ditutup dengan kertas perkamen, disterilkan
menggunakan autoklaf pada suhu 121 °C dan tekanan 1 atm selama
15 – 2 menit (Irawan, 2008)

3. Pengambilan sampel
Sampel diambil di Desa Jabung, Kecamatan Jabung, Kabupaten
Lmpung Timur .
4. Determinasi tanaman
terlebih dahulu di

determinasi.

Determinasi

dilakukan

Laboratorium Farmasi Univesitas Tulang Bawang Lampung
5. Pembuatan simplisia Daun Kersen (Muntingia carabula L.)

di

Daun kersen yang telah dikumpulkan, disortasi
dicuci


menggunakan

air

mengalir

hingga

basah, kemudian
bersih,

dirajang,

dikeringanginkan 5 hari menggunakan kain hitam.Selanjutnya
simplisia disortasi kering, dihaluskan menggunakan blender hingga
diperoleh

serbuk

simplisia


daun

kembang

bulan,

dilakukan

pengepakan dan penyimpanan.
6. Pembuatan Fraksi Etanol daun kersen
Sebanyak 500 gram serbuk simplisia

daun kersen dimasukkan

kedalam bejana maserasi kemudian dilakukan maserasi dengan
menggunakan pelarut

etanol 70 % sampai


serbuk

simplisia

terendam semua. Kemudian ditutup dan didiamkan sambil sesekali
diaduk. Proses maserasi dilakukan dengan mengganti pelarut tiap
1x24 jam selama 3x24. Hasil maserasi dikumpulkan dan disaring.
Filtratnya kemudian diuapkan menggunakan rotary evaporator
hingga diperoleh ekstrak etanol daun kersen. Pengentalan ekstrak
dilanjutkan menggunakan water bath. Ekstrak kemudian disimpan
dalam wadah kaca yang dilapisi aluminium foil. Ekstrak etanol kental
yang didapat kemudian difraksinasi dengan metode ekstrasi cair-cair,
yaitu dengan menambahkan pelarut n-heksan, kloroform, etanol
secara sinambung dengan sifat kepolaran pelarut yang berbeda-beda.
Fraksinasi dilakukan sebagai berikut : Ekstrak etanol dilarutkan dalam
etanol. Selanjutnya dimasukkan ke dalam corong pisah, ditambahkan
n-heksan, dikocok secara perlahan setelah didiamkan terjadi
pemisahan antara fraksi n-heksan dan etanol. Fraksi n-heksan
dipisahkan, kemudian diulangi beberapa kali sampai larutan berwarna
bening. Fraksinasi dilanjutkan menggunakan kloroform dengan proses
yang sama dengan n-heksan. Fraksi n-heksan cair, fraksi kloroform
cair dan fraksi etanol diuapkan dengan alat vakum putar, sehingga

diperoleh fraksi kental. Fraksi kental diuapkan dengan penangas air
sampai diperoleh fraksi kering. Ketiga fraksi yang diperoleh diujikan
aktivitas antibakterinya (Salni, 2011).
7. Pembuatan Media
1) Media NA
Sebanyak 8 gram dan 15 gram agar-agar dilarutkan dala
1000ml aquades dan dipanaskan hingga mendidih selama 10-15
menit lalu disterilkan dengan menggunkan autoklaf pada
temperature

121

0

C dan tekanan 1 atm selama 15 menit

(lay,1994)
2) Media NB
Sebanyak 8 gram dilarutkan dala 1000ml aquades dan
dipanaskan hingga mendidih selama 10-15 menit lalu
disterilkan dengan menggunkan autoklaf pada temperature
121

0

C dan tekanan 1 atm selama 15 menit (lay,1994)

8 .Pembuatan Inokulasi Bakteri
Suspensi bakteri uji sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam 100 ml
medium NB. Selanjutnya medium NB diinkubasi di shaker incubator
dengan kecepatan shaker 120 rpm, suhu ruang, sampai bakteri uji
mencapai 8 jam.
9 .Penyiapan biakan bakteri
Biakan

murni

bakteri

straphylococcus

epidermidis

dan

propionibacterium acne diperbanyak dengan menginokulasikan pada
media agar miring, masing-masing diambil dari satu biakan dengan
menggunakan jarum ose sebanyak 1 mata ose, kemudian digoreskan
pada media NA miring dalam tabung dan diinkubasi selama 24 jam

pada temperature 37°C. setelah biakan staphylococcus epidermidis
dan propionibacterium acne itu tumbuh, media NA miring tersebut
disimpan pada lemari pendingin.
10.Pembuatan suspensi bakteri
Bakteri straphylococcus epidermidis dan propionibacterium acne
murni yang telah diperbanyak dalam media agar miring NA yang
telah diingkubasi selama 24 jam pada suhu 37°C. biarkan diambil 1
mata ose kemudian disuspensikan dengan aquades steril sampai
homogeny, diukur transmitan 90% pada panjang gelombang 600nm
(Lay, 1994)
11.Uji daya antibakteri
Menyiapkan cawan petri yang berisi 15 ml media NA kemudian
tuangkan suspense bakteri kedalam media yang berada dalam cawan
petri yang sudah dingin tapi belum memadat, homogenkan selama 5
menit dan biarkan memadat. Masing-masing kertas cakram yang
sudah direndam seama 15 menit dalam larutan uji pada beberapa
konsentrasi, antibiotik sebagai kontrol positif dan aquadest sebagai
control negative diletakkan pada permukaan media yang telah
ditanami bakteri. Inkubasi selama 24 jam pada temperature 37˚C.
Pengamatan dilakukan dengan mengukur zona hambat yang terbukti
disekeliling kertas cakram dengan menggunakan jangka sorong.
Konsentrasi terkecil yang menghasilkan zona hambat divariasikan
untuk digunakan dalam penentuan konsentrasi hambat minimum.