Terti Anjayani 2014 (PENGARUH CHINA-ASEAN FREE TRADE AREA ( CAFTA) TERHADAP INDUSTRI MIKRO DI INDONESIA )

  .13, .1 ( ) URNAL NLINE OL O ANUARI JUNI 2014

  J O WESTPHALIA

  V N J

  JURNAL MASALAH-MASALAH HUBUNGAN INTERNASIONAL P

  • WESTPHALIA

  PROMOTING INTER UNIVERSITY COOPERATION NETWORKING BETWEEN

  INDONESIA AND SOUTH AMERICAN AND THE CARIBBEAN COUNTRIES Alif Oktavian PELUANG PENINGKATAN KERJASAMA DI SEKTOR PENDIDIKAN DENGAN NEGARA-NEGARA AMERIKA LATIN (KUBA, BRAZIL, ARGENTINA, CILE, KOLOMBIA DAN VENEZUELA) Lies Widyawati MEMAHAMI KEBUDAYAAN AMERIKA LATIN SERTA PELUANG KERJASAMA INDONESIA DENGAN NEGARA-NEGARA AMERIKA LATIN Iwan B. Irawan MARKETING POLITIK SEBAGAI FAKTOR DETERMINAN DALAM PEMILU 2014 Kunkunrat

  2014 PROGRAM STUDI

  ILMU HUBUNGAN

  INTERNASIONAL FAKULTAS

  ILMU SOSIAL DAN

  ILMU POLITIK UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG

  • - PROMOTING INTER UNIVERSITY COOPERATION NETWORKING BETWEEN

  DAFTAR ISI JURNAL ONLINE WESTPHALIA

  INDONESIA AND SOUTH AMERICAN AND THE CARIBBEAN COUNTRIES Alif Oktavian

  1-10 PELUANG PENINGKATAN KERJASAMA DI SEKTOR PENDIDIKAN DENGAN NEGARA- NEGARA AMERIKA LATIN (KUBA, BRAZIL, ARGENTINA, CILE, KOLOMBIA DAN

  VENEZUELA) Lies Widyawati

  11-40 MEMAHAMI KEBUDAYAAN AMERIKA LATIN SERTA PELUANG KERJASAMA

  INDONESIA DENGAN NEGARA-NEGARA AMERIKA LATIN Iwan B. Irawan

  41-56 MARKETING POLITIK SEBAGAI FAKTOR DETERMINAN DALAM PEMILU 2014 Kunkunrat

  57-80 DAYA SAING INVESTASI DAN PERDAGANGAN KEPULAUAN RIAU SEBAGAI GARDA TERDEPAN PERBATASAN INDONESIA-SINGAPURA Ade Priangani

  81-105 SISTEM POLITIK DAN PEMERINTAHAN DI INDONESIA M. Budiana

  106-115 DINAMIKA PEMERINTAHAN MESIR MENUJU NEGARA YANG DEMOKRATIS: DITANDAI PERSAINGAN ANTARA DEMOKRAT ISLAM DENGAN MILITER Bulbul Abdurahman

  116-155 Journal Review : DUA WAJAH NASIONALISME (The Two Faces of Nationalism) by Edmund S. Glenn, University of Delaware Awang Munawar

  156-164 KONTRIBUSI PERUSAHAAN MNCs SEKTOR PERMINYAKAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Dea Triana Fauzi dan Dewi Astuti Mudji

  165-174 PERUBAHAN PERAN DAN TRANSFORMASI FUNGSI SUMBER DAYA MANUSIA DALAM MEWUJUDKAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY Nur Muchalis dan Fahremi Imri

  175-194 PENGARUH CHINA-ASEAN FREE TRADE AREA ( CAFTA) TERHADAP INDUSTRI MIKRO DI INDONESIA Terti Anjayani dan Iwan Gunawan

  195-217 DINAMIKA POLITIK DAN PEMERINTAHAN INDIA Fahremi Imri

  218-242

  

Jurnal Hubungan Internasional WESTPHALIA merupakan sebuah Jurnal yang

secara khusus membahas tentang tema-tema keilmuan Hubungan Internasional.

Redaksi mengundang para pemerhati hubungan internasional untuk menulis

dengan panjang minimal 15 halaman kwarto, spasi ganda. Redaksi berhak

mengedit tanpa mengubah substansinya. Tulisan dapat dialamatkan ke

atau Prodi Ilmu

Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pasundan Bandung 40261, tel/faks : 022-4205945.

  Susunan Pengelola Jurnal WESTPHALIA:

Pemimpin Umum: Ade Priangani; Pemimpin Redaksi : Agus Herlambang; Dewan

Redaksi: Aswan Haryadi, M.Budiana, Kunkunrat, Awang Munawar, Iwan

Gunawan, Iwan B.Irawan, Fahremi Imri, Bulbul Abdurahman, Rini Afriantari, Dewi

Astuti, Sigid Harimurti, Anton Minardi, Alif Oktavian, Ch. Faurozi; Penyunting

Pelaksana: Sigid Harimurti; Sekretaris Redaksi : Tine Ratna Poerwantika;

Sekretariat: Jajang Rohidin, Sri Susanti

  ISSN 0853-

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014)

  2265 PENGARUH CHINA-ASEAN FREE TRADE AREA ( CAFTA) TERHADAP

  INDUSTRI MIKRO DI INDONESIA Terti Anjayani dan Iwan Gunawan Mahasiswa dan Dosen Prodi Ilmu Hubungan Internasional FISIP UNPAS Bandung

  Pendahuluan

  Suatu negara dalam interaksinya dengan negara lain, tentunya mempunyai hubungan ekonomi, politik, sosial maupun budaya yang telah dijalani oleh negara. Dalam konteks perekonomian suatu negara, salah satu wacana yang menonjol adalah mengenai pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan pembangunan. Salah satu hal yang dapat dijadikan motor penggerak bagi pertumbuhan adalah perdagangan internasional.

  Cina resmi menghapuskan "direct budgetary outlays" untuk ekspor pada Namun, diyakini banyak produsen ekspor Cina menerima banyak subsidi lainnya. Bentuk subsidi ekspor lainnya termasuk energi, bahan material atau penyediaan tenaga kerja. Ekspor dari produk agkrikultur, seperti masih menikmati subsidi ekspor langsung. Namun, Cina telah mengurangi jumlah subsidi ekspor jagung pada

  Biaya bahan mentah yang rendah merupakan satu lagi aspek ekonomi Cina. Ini disebabkan persaingan di sekitarnya yang menyebabkan hasil berlebihan yang turut menurunkan biaya pembelian bahan mentah. Ada juga pengawasan harga dan jaminan sumber-sumber yang tinggal dari sistem ekonomi lama. Saat negara terus menswastakan perusahaan- perusahaan miliknya dan pekerja berpindah ke sektor yang lebih menguntungkan, pengaruh yang bersifat deflasi ini akan terus menambahkan tekanan keatas harga dalam ekonomi.

  ISSN 0853- 2265

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014)

  Insentif pajak "preferensial" adalah salah satu contoh lainnya dari subsidi ekspor. Cina mencoba mengharmoniskan sistem pajak dan bea cukai yang dijalankan di perusahaan domestik dan asing. Sebagai hasil, pajak "preferensial" dan kebijakan bea cukai yang menguntungkan eksportir dalam zona ekonomi spesial dan kota pelabuhan telah ditargetkan untuk diperbaharui.

  Pada 2003, PDB Cina dari segi

  mencapai $6,4 trilyun, menjadi terbesar kedua di dunia.

  Menggunakan penghitungan konvensional Cina diurutkan di posisi ke-7. Meski jumlah populasinya sangat besar, ini masih hanya memberikan PNB rata-rata per orang hanya sekitar $5.000, sekitar 1/7 Amerika Serikat. Laporan pertumbuhan ekonomi resmi untuk 2003 adalah 9,1%. Diperkirakan olehpada 2002 bahwa agrikultur menyumbangkan sebesar 14,5% dariCina, industri dan konstruksi sekitar 51,7% dan jasa sekitar 33,8%. Pendapatan rata- rata pedesaan sekitar sepertiga di daerah perkotaan, sebuah perbedaan yang telah melebar di dekade terakhir.

  Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan suatu negara dengan negara lain atas dasar kesepakatan bersama dan saling menguntungkan. Perdagangan internasional tidak hanya dilakukan oleh negara maju saja, namun juga negara berkembang. Perdagangan internasional ini dilakukan melalui kegiatan ekspor impor. Ekspor adalah kegiatan menjual barang dan jasa dari dalam negeri ke luar negeri. Adapun impor adalah kegiatan membeli barang dan jasa dari luar negeri ke dalam negeri. Dengan melakukan perdagangan internasional melalui kegiatan ekspor impor, negara maju akan memperoleh bahan-bahan baku yang dibutuhkan industrinya sekaligus dapat menjual produknya ke negara-negara berkembang. Sementara itu, negara berkembang dapat mengekspor hasil-hasil produksi dalam negeri sehingga memperoleh devisa. Devisa adalah alat pembayaran luar negeri atau semua barang yang dapat diterima di dunia

  ISSN 0853- 2265

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014)

  internasional sebagai alat pembayaran Perdagangan bebas yakni adalah sebuah konsep ekonomi yang mengacu kepada Harmonized Commodity Description and Coding System (HS) dengan ketentuan dari World Customs Organization yang berpusat di Brussels, Belgium. penjualan produk antar negara tanpa pajak ekspor-impor atau hambatan perdagangan lainnya. Dapat juga didefinisikan sebagai tidak adanya hambatan buatan (hambatan yang diterapkan pemerintah) dalam perdagangan antar individual-individual dan perusahaan-perusahaan yang berada di negara yang berbeda. Elemen-elemen dalam perdagangan bebas yang kita juga kenal adalah merkantilisme, proteksionisme, isolasionisme.

  Pembahasan

  Ide untuk menerapkan kawasan perdagangan bebas di ASEAN sebenarnya sudah ada beberapa tahun yang lalu. Thailand merupakan negara yang pertama kali mengajukannya, tapi pada saat itu kurang mendapat respon yang positif dari beberapa anggota ASEAN; yakni Indonesia dan Filipina dengan alasan keadaan ekonomi dari kedua negara yang kurang memadai untuk memulai perdagangan bebas di kawasan Asia Tenggara.

  AFTA (ASEAN Free Trade Area) adalah Organisasi kerjasama ekonomi regional yang mempunyai sepuluh anggota dari negara – negara anggota ASEAN itu sendiri. Kesepuluh anggota itu adalah: Brunei Darussalam, Myanmar, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam.

  ASEAN didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 berdasarkan deklarasi Bangkok yang merupakan dari lima negara anggota awal ASEAN yakni Indonesia, Filipina, Malaysia, Thailand dan Singapura. Tujuan ASEAN adalah untuk meningkatkan kerjasama ekonomi, perdagangan dan sosial budaya antar negara – negara di dalam kawasan Asia Tenggara. Adanya tingkat perkembangan pembangunan atau pertumbuhan ekonomi yang berbeda dan banyaknya produk yang lebih bersifat bersaing dari pada saling melengkapi yang menyebabkan

  ISSN 0853- 2265

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014)

  kerjasamaantara negara – negara ASEAN khususnya dalam bidang perdagangan agak sulit dan lambat berkembang.

  Untuk memperluas jaringan kerjasama perdagangan bebas maka ASEAN mengadakan kerjasama dengan berbagai negara di luar ASEAN, salah satunya yaitu dengan China. Hubungan China-ASEAN telah dimulai sejak ASEAN Ministerial

  Meeting (AMM) ke-24 pada bulan

  Juli 1991 di Kuala Lumpur Malaysia. Kerjasama terjalin semakin erat sejak ditandatanganinya Deklarasi Bersama antara Kepala Negara/Pemerintah China dan ASEAN dalam Kerjasama Strategis untuk Perdamaian dan Kesejahteraan dalam acara China- ASEAN Summit ke-7 pada Oktober 2003 di Bali, Indonesia.

  Selanjutnya, dalam periode 2005- 2010 disusun Rencana Aksi untuk menerapkan Deklarasi Bersama tersebut. Rencana Aksi tersebut berisi master plan untuk memperluas dan memperdalam hubungan kerjasama China- ASEAN dalam kerangka memperkuat kerjasama strategis untuk perdamaian, pembangunan dan kesejahteraan regional.

  ASEAN dan China telah sepakat dalam 11 hal area kerjasama yang menjadi prioritas, yaitu energi, transportasi, budaya, kesehatan masyarakat, pariwisata, pertanian, teknologi informasi, investasi, SDM, pembangunan sungai Mekong dan lingkungan hidup.

  Zona Perdagangan Bebas China - ASEAN atau China -

  ASEAN Free Trade Area (AFTA)

  telah di implementasikan sejak tanggal 1 Januari 2010. China dan ASEAN menyetujui dibentuknya AFTA melalui dua tahapan waktu, yaitu: (1) tahun 2010 dengan melibatkan 6 negara ASEAN atau biasa disebut ASEAN-6, yang meliputi Thailand, Malaysia, Singapura, Indonesia, Filipina dan Brunei Darussalam; serta (2) tahun 2012 melibatkan 4 negara lain di ASEAN meliputi Vietnam, Kamboja, Laos dan Myanmar.

  Sidang AEM (ASEAN

  Economic Ministers Meeting) ke-

  36 di Jakarta pada September 2004 menghasilkan kesepakatan perdagangan dalam barang dan jasa, serta pokok-pokok pemecahan sejumlah masalah

  ISSN 0853- 2265

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014)

  yang kemudian diformalkan ke pertemuan di Laos. Dalam rangka CAFTA, kebanyakan barang yang diperdagangkan antara Indonesia dan China implementasi penurunan/penghapusan tarifnya sebanyak 5.250 kategori produk,

  Secara umum Indonesia hanya mengalami sedikit dalam hal defisit perdagangan dengan negara asing, hal ini dikarenakan Indonesia masih bisa mengandalkan ekspor Minyak dan Gas. Namun saat ini industri di Indonesia mulai bergantung pada industri manufaktur karena bisa dibilang ladang minyak dan gas di Indonesia lebih cepat habisnya daripada penemuan sumber barunya. Kontribusi perdagangan ASEAN cukup memberikan kontribusi yang cukup besar bagi Indonesia pada dari tahun 2009 sampai 2010 ekspor Indonesia mengalami kenaikan sebanyak 20,1% namun masih berada dibawah Vietnam yang kenaikan ekspornya mencapai 27,9%, ironisnya Dari sisi Impor, Indonesia mencatat kenaikan tertinggi yakni 73,5%. Disusul Brunei 48,1%, Vietnam 29%, dan Thailand 26,9%. Dalam kaitannya dengan transaksi perdagangan antara

  China, pertumbuhan ekspor Indonesia ke China tidak sebanding dengan pertumbuhan impor dari negara itu. Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perdagangan, Distribusi, dan Logistik Beny Sutrisno mengatakan, sejak terjadinya perdagangan bebas surplus perdagangan Indonesia ke China menurun signifikan. Penurunan tersebut, kata Beny diantaranya ditandai dengan menurunnya surplus perdagangan Indonesia- China yang defisit 3,61 miliar dolar AS pada 2008.

  Begitu juga dengan perdagangan pada sektor non migas juga mengalami defisit yang sangat besar dari surplus 79 juta dolar AS di tahun 2004 menjadi defisit 7,16 miliar dolar AS pada tahun 2008. Pada 2008 neraca perdagangan Indonesia menurun tajam dari 32,75 miliar dolar AS pada 2007 menjadi hanya 23,31 dolar AS. Penurunan tersebut terbanyak dialami oleh sektor non migas yang mencapai 42,5 persen. Sektor-sektor industri yang akan terkena pengaruh akibat pemberlakuan CAFTA, terutama industri padat karya, seperti tekstil dan produk tektil (TPT), alas kaki,

  ISSN 0853- 2265

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014)

  elektronik, kimia, baja, dan mainan anak-anak. Industri manufaktur, khususnya sektor garmen dan elektronik, Ini terkait kemungkinan menurunnya pasar produk industri dan UKM. Jika industri dan UKM sektor produksi bangkrut, maka akan sulit untuk bangkit kembali. Dalam perdagangan bebas setiap negara menginginkan keuntungan maksimal namun apabila dalam realisasinya malah mendapat sedikit sekali keuntungan bahkan kerugian, bisa jadi Indonesia akan menjadi negara dengan pilihan terakhir untuk berinvestasi. Penanaman modal asing misalnya, banyak pengusaha asing mengeluhkan mekanisme perijinan di Indonesia yang berbelit-belit dan banyak mengeluarkan uang.

  Keputusan Indonesia untuk masuk ke perjanjian CAFTA, adalah karena kepentingan prestige Indonesia dengan negara- negara ASEAN lainnya, segera setelah Malaysia, Vietnam dan mayoritas negara-negara lainnya menandatangani Indonesia melalui Rini. Point-point pada perjanjian kerjasama bilateral China- Indonesia mencerminkan leverage China yang lebih besar ketimbang

  Indonesia banyaknya proyek- proyek bantuan yang diberikan kepada Indonesia menjadi akses bagi kemudahan masuknya produk-produk China ke Indonesia.

  Tentangan datang dari himpunan-himpunan pengusaha di Indonesia mengenai implementasi CAFTA. Hingga saat ini terdapat sekitar 16 sektor usaha yang menghendaki penundaan implementasi CAFTA. Sektor yang keberatan dibukanya pasar bebas ASEAN-China ini antara lain tekstil, baja, ban, mebel, pengolahan kakao, industri alat kesehatan, kosmetik, aluminium, elektronik, petrokimia hulu, kaca lembaran, sepatu, mesin perkakas, dan kendaraan bermotor. Saat ini produk China, sudah mulai masuk ke Pasar Indonesia. Peluang bagi Indonesia untuk memasuki pasar China antara lain: dengan tingkat tarif relatif rendah dan jumlah penduduk yang besar; meningkatnya kerjasama antara pelaku bisnis di kedua negara melalui pembentukan “alliansi strategis”; Meningkatnya kepastian bagi produk unggulan Indonesia dalam memanfaatkan peluang pasar China; serta Terbukanya

  ISSN 0853- 2265

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014)

  transfer teknologi antara pelaku bisnis di kedua negara.

  Sedangkan tantangan bagi indonesia yaitu Indonesia harus dapat meningkatkan efisiensi sehingga produktifitas meningkat, Menciptakan ilkim usaha yang kondusif sehingga daya saing Indonesia meningkat, antara lain dilakukan melalui penghapusan ekonomi biaya tinggi, termasuk penyederhanaan perijinan, Memperluas akses pasar, serta Meningkatkan kemampuan dalam penguasaan teknologi informasi dan komunikasi, termasuk promosi pemasaran.

  Perkembangan Perekonomian Cina

  Chang hua renmin Gonhe Kuo adalah nama resmi China daratan atau Republik Rakyat China (RRC) yang berdiri pada 1 Oktober 1949. secara geografis China terletak di Asia Timur dan berbatasan langsung dengan banyak negara. Di sebelah utara China berbatasan dengan Mongolia dan Rusia. Di sebelah selatan China berbatasan dengan Vietnam, Laos, Myanmar, Bhutan dan Nepal. Selain itu China berbatasan dengan India,

  Pakistan, dan Afghanistan di bagian barat, serta dengan Laut China Timur dan Laut Kuning di bagian timur.

  Dengan wilayah kurang lebih 3.691.430 mil persegi, China merupakan negara terbesar ketiga di dunia. China membentang sejauh 2500 mil dari utara ke selatan, dan sejauh 300 mil dari timur ke barat. Sebagian besar wilayahnya berada di wilayah beriklim sedang, meskipun membentang dari daerah Siberia yang beku sampai ke daerah tropis.

  Dengan ibu kota di Beijing, China merupakan negara kesatuan yang dipimpin langsung oleh pemerintah pusat yang bersifat sentralistik. Menurut konstitusinya, China menganut sistem tunggal yang sentralistik dengan persuasi komunis (Domes 1985:6). China terdiri dari 31 propinsi, termasuk di dalamnya empat kota besar yang setingkat propinsi. Propinsi yang terletak di bagian Timur dan Selatan, yaitu propinsi yang berada di pinggir atau dekat pantai, merupakan daerah yang relative maju , sedangkan propinsi yang berada di

  ISSN 0853- 2265

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014)

  tengah dan barat relatif kurang berkembang..

  Mayoritas penduduk China (lebih dari 90%) adalah bangsa Han, sedangkan sisanya merupakan etnis minoritas yang terdiri dari 55 suku bangsa, diantaranya adalah Manchu, Hui, Uygur, Miaop, Yi, Mongol, Tibet, Korea, dan Kazak.

  Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, China menganut ideologi sosialis komunis. Hal ini ditandai dengan adanya Partai Komunis China (PKC) sebagai partai terbesar China. Dalam prakteknya PKC berfungsi sebagai penentu kebijakan Negara, sedangkan pengimplementasiannya diserahkan kepada pemerintah.

  Di China, kekuasaan tertinggi terletak di tangan negara (pemerintah). Segala prosedur harus lewat persetujuan negara. Dalam hal ini negara bertindak sangat otoriter. Negara melakukan kontrol secara ketat terhadap segala aktifitas masyarakat.

  Kehidupan politik yang serba otoriter ternyata membuat China tidak berkembang dan cenderung menutup diri terhadap dunia luar. Masyarakat China itidak pernah tahu akan inovasi yang terjadi di luar sana. Mereka hanya sibuk dengan dunianya sendiri. Bagai sebuah lingkaran, melakukan proses produksi distribusi dan komsumsi, hanya untuk memenuhi kebutuhan diri mereka sendiri.

  Kondisi yang tidak berkembang akibat tindakannya yang cenderung mengisolasi diri kemudian di dobrak oleh Deng Xiao Ping dengan melakukan banyak restrukturisasi baik di bidang politik maupun di bidang ekonomi. Hal ini membuat nuansa politik China berubah drastis. China tidak lagi menjadi sebuah negara yang tertutup, melainkan secara perlahan tetapi pasti mulai terbuka terhadap setiap inovasi yang terjadi. China kemudian menjalin hubungan dengan banyak negara di dunia, tidak hanya hubungan politik, melainkan juga ekonomi, terutama di bidang perdagangan.

  Restrukturisasi di bidang politik ini ternyata berimplikasi positif bagi kehidupan masyarakat China, yaitu berubahnya norma- norma politik yang semakin menumbuhkan sikap kritis dikalangan masyarakat China.

  ISSN 0853- 2265

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014)

  Mereka menggunakan kesempatan ini sebagai ajang untuk mengimprovisasikan diri. Dengan adanya perubahan kultur politik yang demikian, masyarakat menjadi lebih terbuka. Itulah yang kemudian mengantar China pada restrukturisasi bidang ekonomi.

  Dengan membuka diri terhadap dunia luar ternyata membawa China menuju kepada globalisasi ekonomi. Sehingga, sistem ekonomi terencana secara terpusat tidak lagi dianggap cocok bagi perkembangan perekonomian China. Oleh karena itu, China kembali melakukan restrukturisasi ekonomi, yaitu dengan menerapkan “sosialisme dengan ciri khas China” yang kemudian di kenal sebagai “sistem ekonomi pasar sosialis”.

  Pada era globalisasi ini, suatu negara dituntut untuk dapat menguasai teknologi, mampu bersaing dengan negara-negara lain dalam hal ekonomi dan pasar, serta rakyat yang memilki tingkat pengetahuan yang tinggi akan

  IPTEK dan modernisasi. China sekarang merupakan salah satu negara yang berhasil dalam era globalisasi ini, China tumbuh menjadi negara yang menunjukan peningkatan ekonomi yang di atas rata-rata, mampu bertahan dari goncangan krisis ekonomi dunia pada akhir abad ke 20.

  China mampu menjadi seperti sekarang karena beberapa faktor, yang paling utama adalah China mampu memanfaatkan peluang. Tetapi faktor-faktor seperti aspek politik, ekonomi, sosial, dan budaya juga memiliki peranan yang sangat penting dalam kemajuan China. Jika kita buat periode perkembangan China dari awal tahun terbentuknya sampai China menjadi raksasa dunia kita bisa bagi menjadi tiga periode. Pertama, China tahun 1949-1958. Kedua, China periode 1958-1978. Ketiga, China periode 1978-sekarang.

  China periode pertama merupakan China pada awal berdirinya, pada periode ini China masih menjadi sebuah negara yang kental dengan komunismenya, semua aspek kehidupan bernegara diatur oleh komunisme, dengan Mao Zedong sebagai pemimpinnya. Pada masa ini China mencoba untuk meningkatkan ekonominya misalnya dengan membuat kebijakan Lompatan Jauh

  ISSN 0853- 2265

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014)

  Kedepan, tetapi gagal. Pada periode kedua, karena kegagalan demi kegagalan pada kebijakan dalam usaha meningkatkan ekonomi China, maka timbul dua golongan dalam China yaitu Pragmatis dengan Dogmatis. Kedua golongan ini berbeda dalam menafsirkan komunisme China yang tentunya berimplikasi pada pengambilan kebijakan untuk memajukan ekonomi. Pada periode yang ketiga merupakan batu loncatan China menjadi sebuah negara seperti sekarang. “Kemenangan” kelompok pragmatis mengakibatkan titik tolak reformasi China yang nantinya mengakibatkan kemajuan China dalam bidang ekonomi.

  Sejak Deng Xiaoping meluncurkan program reformasi ekonomi tahun 1979, ekonomi China mengalami pertumbuhan amat menakjubkan. Akibat pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 10 persen setahun dan berlangsung hampir 30 tahun— sebelum negara ini terkena dampak krisis finansial global akhir 2008—ekonomi China diukur dari besarnya produk domestik bruto menjadi negara ketiga terbesar di dunia sesudah ekonomi Amerika

  Serikat (AS) dan Jepang. Bahkan, menurut proyeksi, dalam beberapa tahun mendatang China akan melampaui Jepang jadi ekonomi kedua terbesar di dunia sesudah AS.

  Selain itu, menurut perkiraan Bank Dunia, persentase penduduk China yang hidup di bawah garis kemiskinan telah menurun dari 60 persen pada 1978 menjadi 7,0 persen pada 2007. Ini berarti sejak 1979 kesejahteraan ratusan juta penduduk China yang miskin dapat ditingkatkan, suatu kinerja yang tiada taranya dalam sejarah ekonomi dunia.

  Menurut Profesor Deepak Lal dari Universitas California, Los Angeles, faktor penting mengapa pimpinan China berbeda dengan elite politik India dan Indonesia, telah berhasil menempuh kebijakan reformasi ekonomi yang lebih konsisten dan berkelanjutan, adalah karena mereka sepenuhnya merangkul ideologi kapitalisme. Di sisi lain, dalam pidato baru-baru ini, Presiden Hu Jintao menegaskan demokrasi Barat tidak cocok bagi China.

  Kebijakan ekonomi China adalah pragmatis yang didasarkan

  ISSN 0853- 2265

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014)

  atas evaluasi pengalaman dalam pelaksanaan berbagai eksperimen program pembangunan yang mereka sebut ”mencari kebenaran dari kenyataan konkret”, seperti ”sistem tanggung jawab rumah tangga” yang pada akhir 1970-an telah meninggalkan sistem pertanian kolektif dan mengembalikan usaha tani kepada para petani. Hasilnya, kenaikan pesat dalam produktivitas, hasil produksi, dan pendapatan petani tanpa memerlukan pengeluaran besar dari Pemerintah China.

  Kebijakan ekonomi yang pragmatis juga tecermin pada kebijakan ”pintu terbuka” bagi investasi asing. Meski dari tahun ke tahun sistem insentif dan peraturan mengenai investasi asing terus disempurnakan, insentif dan peraturan tentang investasi asing tetap menarik bagi investor asing. Dengan demikian, China menerima investasi asing dalam jumlah amat besar, jauh melebihi investasi asing ke negara-negara kawasan Asia- Pasifik lainnya (di luar Jepang).

  Semula, Pemerintah China juga memberi prioritas pada pembangunan industri-industri manufaktur ringan dan menengah yang padat karya dan berorientasi ekspor—yang hanya memerlukan jumlah investasi kecil—tetapi dalam waktu singkat menghasilkan lonjakan jumlah produksi, seperti tekstil, garmen, alas kaki, mainan anak, dan barang elektronik konsumsi. Kenyataannya, industri ini telah mempekerjakan puluhan juta orang yang datang dari pedesaan. Namun, setelah krisis finansial global juga melanda China, puluhan juta pekerja ini kembali ke pedesaan karena pasar ekspor mereka mengalami kontraksi.

  Program reformasi ekonomi China yang diluncurkan Deng Xiaoping disebut Gai Ge Kai Feng, terdiri dari dua unsur utama.

  Pertama, ”mengubah sistem insentif dan kepemilikan” di mana milik pribadi menjadi lebih dominan daripada milik negara. Kedua, ”membuka pintu”, artinya liberalisasi perdagangan luar negara, investasi asing, dan domestik. Kebijakan investasi asing yang liberal dilengkapi peraturan ketat, yang mewajibkan berbagai perusahaan asing untuk mengalihkan teknologinya ke berbagai perusahaan domestik, sebagai imbalan dibukanya pasar

  ISSN 0853- 2265

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014)

  domestik China yang besar bagi berbagai perusahaan asing.

  Cina kemungkinan besar bakal menjadi negara besar pertama yang pulih dari downturn global saat ini. Laju ekspansi ekonominya mungkin tidak mencapai dua digit seperti tahun- tahun terakhir ini, tapi Cina pada 2010 mungkin bakal tumbuh lebih cepat dari negara mana pun di Eropa atau di belahan bumi Barat.

  Perdana Menteri China, Wen Jiabao, menjanjikan pertumbuhan kuat tahun ini dan mengatakan bahwa pemerintah akan melawan inflasi dan mengambil risiko terhadap bank- bank untuk menjaga pemulihan ekonomi terbesar ketiga di dunia itu tetap pada jalurnya. Dalam sebuah laporan tahunan ke legislatif China, Wen mengumumkan target pertumbuhan 8% dalam tahun penting untuk pemulihan. Ia mengatakan bahwa belanja stimulus dan kredit mudah akan dilanjutkan karena basis baru pertumbuhan global masih lemah.

  Pertumbuhan ekonomi China sendiri telah ditargetkan sekira delapan persen setiap tahunnya sejak 2005. Tetapi, kebanyakan perekonomiannya tumbuh jauh lebih cepat daripada yang ditargetkan, hingga pada akhirnya krisis keuangan terjadi pada akhir 2008. Berdasarkan target pemerintah pusat, pertumbuhan ekonomi sekira delapan persen. Sementara untuk pertumbuhan industri sekira 11 persen,” ungkap Menteri Perindustrian dan Teknologi Informasi Li Yizhong, yang dilansir dari AFP, Selasa (22/12/2009).

  Pembentukan AFTA

  Berbagai perkembangan yang mewarnai perekonomian dunia sejak beberapa dasawarsa dari tahun tujuh puluhan telah merubah pola hubungan ekonomi antar bangsa di dunia. Kemajuan luar biasa dalam bioteknologi dan penelitian material, mikroelektronik, pemrosesan informasi dan teknologi komunikasi telah merubah secara drastis hubungan antar negara di atas; oleh karena kemajuan tersebut telah mendorongadanya liberisasi global pasar dalam persaingan, merubah hubungan produksi dan finansial serta mempercepat pengembangan teknologi itu sendiri. Perkembangan tersebut

  ISSN 0853- 2265

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014)

  telah membuat kegiatan ekonomi dan operasi di dunia usaha tidak lagi dapat diidentifikasi sebagai kegiatan nasional saja, akan tetapi telah bersifat trans-nasional atau global.

  Seiring dengan adanya kondisi – kondisi tersebut dimana dengan berakhirnya putaran Uruguay yang berusaha mengintegrasikan perekonomian negara – negara di dunia baik negara maju maupun negara berkembang yang dalam perkembangan dewasa ini secara serius mengejar ketertinggalannya dalam hal perekonomian dari negara maju; ditambah juga dengan berakhirnya perang dingin ( Cold War ) juga menjadi momentumyang tepat sehingga mengakibatkan berkurangnya pertentangan ideologis yang terjadi diantara negara – negara di kawasan ASEAN khususnya yaitu antara komunis dan kapitalis, sehingga perhatian para pemimpin negara – negara di kawasan ASEAN dapat lebih diarahkan pada masalah – masalah yang lebih mendasar yakni pada masalah pemenuhan kebutuhan hidup manusia yaitu masalah ekonomi

  Berbagai negara yang berada dalam kawasan yang sama berusaha bekerjasama dalam satu wadah kerjasama regional; sama halnya dengan negara – negara dalam kawasan Asia Tenggara yang kemudian bersama – sama membentuk suatu bentuk liberalisasi perdagangan yang disebut AFTA (ASEAN Free Trade

  Area).

  Cita – cita kerjasama ekonomi ASEAN sudah dicanangkan dalam KTT I ASEAN di Bali pada Tahun 1976 dengan tindak lanjutnya yaitu tercapainya persetujuan untuk mengatur perdagangan ASEAN (Agreement

  on ASEAN Prefential Trading Arrangement – ASEAN PTA) yang

  dicapai pada tanggal 24 Februari 1977 di Manila. Dalam KTT ini menghasilkan dua keputusan yang sangat penting dan mendasar sekali bagi kelanjutan pelaksanaan strategi kerjasama ekonominya adalah persetujuan untuk pengaturan perdagangan ASEAN dan PTA yang kemudian pada akhirnya nanti terbukti mengalami kegagalan. Kegagalan ASEAN dan PTA dalam upayanya untuk meningkatkan kerja sama perdagangan antar negara –

  ISSN 0853-

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014)

  2265

  negara ASEAN secara jelas (ASEAN Economic Minister

  Meeting – Tahun 1987), JCM

  dikarenakan beberapa hal seperti :

  a. Pengaturannya belim (Join Consultative Meeting – tahun meliputi mata dagangannya 1987) dan SEOM (Senior Official yang secara riil Meeting – tahun 1987 ). Jelas ini diperdagangkan. mencerminkan proses kerjasama b. Pengaturannya belum ASEAN dalam memantapkan diri menyajikan tingkat melalui penyusunan tatanan preferensi yang memadai. Organisasi yang jelas.

  c. Pengaturannya Disamping kerjasama ini, dilaksanakan atas dasar negara – negara ASEAN pendekatan selektif lewat menandatangani persetujuan urusan administratif yang kerjasama proyek – proyek sangat rumit. pembangunan ASEAN ( ASEAN

  d. Pengaturannya belum Industry Project) pada tahun 1980 memasukan hambatan – dan juga kerjasama Industri hambatan non – tarif (ASEAN Industrial

  Complementation – AIC) pada Diluar itu, ada beberapa tahun 1981, dan juga ASEAN Joint faktor penting yang terlepas dari Venture tahun 1983. Namun pantauanASEAN – PTA, yaitu demikian, kerjasama ekonomi peranan Private Sector yang

  ASEAN melalui skema – skema kurang dilibatkan, penekanan yang diatas belum menghasilkan lebih besar pada regional Import sebagaimana diharapkan. substitution dari pada Export – Pengaturan perdagangan Orientation, serta masih ASEAN ( PTA ) yang semula rendahnya tingkat dianggap sudah cukup progresif komplementaritas dalam dan akan mampu meningkatkan berproduksi diantara sesama perdagangan intra ASEAN anggota, juga telah menyebabkan ternyata hanya mampu mencakup kurang suksesnya PTA. Selain itu, 5 % dari perdagangan diantara ASEAN banyak disibukan oleh negara – negara anggota ASEAN. sejumlah penyusunan stuktur Salah satu penyebabnya adalah organisasinya, seperti AEM ketidaksiapan dari negara –

  ISSN 0853- 2265

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014)

  negara tersebut untuk membuka pasarnya.

  Kegagalan ASEAN – PTA hanya dalam usahanya membangun dan membantu kerjasama antar negara anggota ASEAN, dimana dalam perkembangannya terjadi persaingan yang semakin ketat antara negara – negara yang pada intinya nanti dikhawatirkan dapat memperlemah perdagangan intra ASEAN dan adanya kesulitan dalam menarik investor asing ke negara – negara ASEAN sehingga perlu memperluas pasar dan peluang investasi melalui penggabungan dan membebaskan lalu lintas barang dan jasa.

  Menyadari kelembagaan ini KTT III di manila 1987 menyepakati terobosan – terobosan baru dalam bidang kerjasama ekonomi, dengan menerapkan sejumlah elemen yang mampu merangsang pertumbuhan kerjasama ekonomi pada umumnya dan perdagangan khususnya. Hasil – hasil KTT III belum beranjak secara radikal dari konsep PTA dan masih bersifat hati – hati menuju suatu perdagangan bebas ASEAN. Jangka waktu lima tahun sampai

  KTT IV di Singapura 1992 cukup bagi negara – negara anggota untuk mengusulkan gagasan – gagasan yang sangat maju dan berani. KTT ini menghasilkan Framework Agreement on Enchancing ASEAN Economic Coorporation, sebagai penegas tekad ASEAN untuk mewujudkan suatu iklim kerjasama ekonomi intra ASEAN yang kondusif serta mengantisipasi dinamika perubahan perkembangan bebas

  ASEAN; ASEAN Free Trade Area

  ( AFTA ). Dengan instrumen utama adalah skema tarif Preferential Efektif bersama (

  Common Effective Preferential Tariff / CPET ).

  Paling tidak ada tiga elemen pokok dalam AFTA yang harus diketahui secara baik; yaitu :

  1. Deklarasi Singapura atau Singapore Declaration of 1992

  Ditandatangani oleh enam kepala negara / pemerintahan yaitu : Sultan Haji Hassanal Bolkiah ( Brunei Darussalam ), Presiden Soeharto ( Indonesia ), Perdana Menteri DR. Mahathir Muhammad ( Malaysia ), Presiden Corazon C. Aquino ( Filipina ), Perdana Menteri Goh Chock Tong

  ISSN 0853-

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014)

  2265

  ( Singapura ), dan Perdana Dalam kerangka kerjasama Menteri Anand Panyarakum ( untuk meningkatkan kerjasama Thailand ); Pada tanggal 28 ekonomi politik paling tidak ada Januari 1992. dua hal yang mendasari dan harus

  Isi deklarasi itu pada sangat diperhatikan oleh negara – dasarnya adalah bahwa setelah negara anggota ASEAN, yaitu : melihat pengalaman selama 25

  a. Kerjasama ekonomi tahun para kepala negara / antar negara anggota pemerintahan yakin bahwa ASEAN harus kerjasama tetap sangat didasari oleh pentinguntuk meningkatkan orientasi keluar atau

  outword – looking

  kesejahteraan warga negara. Oleh karena itu, perlu meningkatkan attitude sehingga hubungan dan kerjasama antar kerjasama akan negara – negara anggota ASEAN dapat menyumbang dalam 5 hal, yaitu : kepada peningkatan

  a. Kerjasama di bidang liberalisasi politik dan perdagangan dunia. keamanan.

  b. Kerjasama mencakup

  b. Arah dari kerjasama – bidang bidang ekonomi di perdagangan; tingkatkan melalui industri, mineral dan AFTA. energi, keuangan dan

  c. Tinjauan atas perbankan, pangan, hubungan eksternal. pertanian dan d. Kerjasama kehutanan, fungsional; dan transportasi serta e. Restrukturisasi komunikasi. lembaga ASEAN.

  Tujuan Perdagangan Bebas

  2. Kerangka kerja untuk AFTA meningkatkan Kerjasama Alasan atau latar belakang Ekonomi ASEAN memutuskan untuk membentuk kawasan

  ISSN 0853- 2265

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014)

  perdagangan bebas karena faham regionalisme sudah tumbuh di kawasan ini menjelang berakhirnya perang dingin seperti yang dikutip oleh Joseph L. H. Tan; bahwa kecenderungan global dan saling ketergantungan ekonomi di Kawasan Asia Tenggara ini telah mendorong dibentuknya kawasan perdagangan bebas Asia Tenggara melalui konsep AFTA. Melalui konsep AFTA diharapkan ASEAN dapat menjawab tantangan terutama untuk mempertahankan hubungan ekonomi yang erat dengan partner dagangnya yang utama dan sekaligus untuk mendapatkan akses pasar dengan Amerika Serikat, Jepang dan Eropa.

  Dalam perkembangannya pun dapat disebutkan pada saat ini ada enam negara ASEAN yang bertekad untuk mampu menghadapi persaingan internasional terutama untuk menarik modal asing secara langsung ( foreign direct

  investment ) serta mengupayakan

  beban biaya produksi yang memberikan keuntungan; singkatnya AFTA adalah respon ASEAN secara kolektif dan strategis untuk mengejar tujuan – tujuannya di lingkup intra dan ekstra regional di bidang perdagangan, meningkatkan iklim investasi dan meningkatnya daya saingdi bidang industri diantara negara – negara anggotanya.

  Tujuan utama dari penerapan konsep AFTA adalah pada akhirnya adalah berusaha untuk meningkatkan volume perdagangan antara sesama negara anggota ( trade creation ) serta berupaya meningkatkan daya saing ekonomi negara – negara ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi pasar dunia, untuk menarik investasi dan meningkatkan perdagangan antara negara anggota ASEAN. Keadaan ini dimungkinkan karena melalui kawasan perdagangan bebas, bea masuk / tarif semua komoditas perdagangan diantara semua negara anggota diturunkan sampai mencapai 0% disamping itu hambatan – hambatan yang bukan disebabkan bea masuk / Non Tariff

  Barriers ( NTB ) seperti penerapan

  kuota terhadap komoditi tertentu juga harus dihilangkan.

  Peningkatan volume perdagangan itu sangat penting

  ISSN 0853- 2265

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014)

  artinya bagi meninggkatkan pertumbuhan ekonomi masing – masing negara. Perluasan kegiatan perdagangan berarti terdapat kemungkinan untuk memperluas pasar bagi para pengusaha, hal ini merupakan faktor pendorong untuk melakukan perluasan kegiatan produksi, sehingga keuntungan dalam skala besar dapat dimanfaatkan untuk menekan biaya produksi yang dikeluarkan. Dengan demikian perluasan kegiatan perdagangan bukan hanya berperan besar dalam meningkatkan kegiatan produksi tetapi juga penting artinya untuk meningkatkan daya saing di pasar internasional. Bagi para konsumen adanya kawasan perdagangan bebas juga sangat penting artinya karena persaingan antara sesama penjual semakin tajam, sehingga ini memiliki kecenderungan penurunan harga karena masing – masing pengusaha harus mempertahankan posisi yang telah diperolehnya di pasaran selama ini.dalam situasi demikian pengusaha yang terbiasa dengan perlindungan dan proteksi yang tidak benar dari penguasa atau pihak lain akan tersingkir dari pasaran.

  Meningkatkan persaingan tersebut akan mendorong pengusaha untuk meningkatkan kualitas produknya agak tidak kalah dalam persaingan, selanjutnya kondisi persaingan yang tajam ini akan memaksa pengusaha untuk meningkatkan pelayanan konsumen. Dengan demikian penerapan sasaran AFTA akan mendorong perekonomian negara – negara anggota menjadi efisien dan sehat baik dari segi produksi maupun perdagangan. Meskipun demikian penerapan kawasan bebas seharusnya tidak menimbulkan pergeseran perdagangan ( trade

  diversion ) dari satu daerah ke

  daerah lainnya, maka bila hal ini terjadi maka tujuan AFTA untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional masing –masing negara anggota tidak tercapai.

  Kritik yang selalu dilemparkan terhadap konsumen perdagangan bebas adalah negara

  • – negara yang kondisi ekonominya belum berkembang dengan baik cenderung akan dirugikan. Hal ini terjadi karena daya saing komoditas yang dihasilkan oleh

  ISSN 0853- 2265

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014)

  negara – negara yang ekonominya belum berkembang biasanya relatif lemah, akibatnya negara tersebut akan cenderung kalah dalam persaingan dengan negara yang relatif baik kondisi perekonomiannya dan bila hal ini terjadi, penerapan daerah perdagangan bebas akan cenderung merugikan negara yang lemah dan menguntungkan negara yang kuat. Jadi negar yang memiliki perekonomian yang kuat akan semakin kuat sementara negara yang lemah perekonomiannya akan dikhawatirkan tidak dapat menikmati keuntungan dari adanya AFTA. Oleh karena itu, dalam penerapan AFTA ini Indonesia dan Filipina yang tingkat perekonomiannya belum baik jika dibandingkan dengan negara – negara lain pada saat – saat awal pembentukan AFTA ragu – ragu bahkan cenderung menolak pemberlakuan AFTA pada negara – negara anggota ASEAN.

  AFTA yang diprakarsai pada tahun 1992 ditujukan untuk meningkatkan pasar yang terintegrasi antara negara – negara anggota ASEAN dengan penduduk yang sudah lebih dari

  500 juta jiwa. Dengan adanya AFTA diharapkan perekonomian menjadi lebih efisien dan bersaing serta menarik bagi penanaman modal asing ke dalam kawasan ini.

  Seperti tercantum dalam “Framework Agreement on

  Enhancing ASEAN Economic Coorporation” yang disepakati oleh

  ke enam kepala pemerintah ASEAN; Tujuan AFTA adalah sebagai berikut : “Untuk

  meningkatkan kerjasama ekonomi antar negara ASEAN guna mencapai pertumbuhan ekonomi dan pembangunan yang berkesinambungan bagi semua negara anggota ASEAN dimana hal tersebut sangatlah penting bagi pencapaian stabilitas dan kemakmuran di kawasan”.

  Sedangkan dalam deklarasi deklarasi bangkok sudah tercantum dengan jelas bahwa tujuan ASEAN – dalam hal ini AFTA – adalah sebagai berikut :

  1. Mempercepat pertumbuhan ekonomi, perkembangan sosial dan pembangunan budaya di kawasan Asia tenggara melalui kerjasama di berbagai bidang dalam semangat kebersamaan dan kemitraan demi

  ISSN 0853-

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014)

  2265

  mewujudkan masyarakat

  2. Tingkat tarif akan turun Asia Tenggara yang damai menjadi 0 – 5% dalam dan sejahtera. kurun waktu 10 tahun

  2. Memelihara perdamaian dan stabilitas kawasan Secara resmi baru pada bulan melalui sikap saling januari 1992 pembentukan AFTA menghormati sistem disepakati dalam pertemuan peradilan dan peraturan puncak ASEAN ke-4 di Singapura. perundang undangan – Dalam pertemuan itu Filipina yang berlaku disetiap menginginkan agar perjanjian negara anggota sesuai AFTA dinyatakan secara

  “mengikat” atau “politically binding” dengan Piagam Perserikatan Bangsa – untuk menunjukan kekuatan Bangsa. ASEAN. Tetapi yang dipilih oleh para kepala negara lainnya justru

  Apabila sudah berjalan secara sebaliknya yaitu “yang tidak penuh, AFTA akan dapat mengikat” atau “less legally meningkatkan keuntungan binding”. kompetitif dan daya saing ASEAN sebagai suatu kesatuan unit

  China – ASEAN Free Trade

  produksi ke arah pasar global. AREA Setelah beberapa kali pertemuan Perdagangan bebas dapat dan negosiasi yang melelahkan didefinisikan sebagai tidak adanya akhirnya pada bulan oktober 1991 hambatan dalam perdagangan para menteri Ekonomi ASEAN antar individu dan perusahaan memutuskan bahwa dalam AFTA : yang berada di negara yang

  1. Perdagangan antara berbeda. Dalam perdagangan negara – negara anggota bebas, semua hambatan dalam ASEAN; hambatan tarif dan perdagangan dihapuskan. Tujuan non tarif dihapuskan dari perdagangan bebas adalah dengan tujuan untuk mampu meningkatkan standar meningkatkan efisiensi hidup melalui keuntungan ekonomi, produktifitas, dan komparatif dan ekonomi skala daya saing. besar apabila pihak-pihak yang

  ISSN 0853- 2265

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014)

  bersaing memiliki dan mendapat kualitas faktor-faktor ekonomi yang berimbang. Negara-negara ASEAN dan China mengadakan suatu perjanjian CAFTA (China-

  ASEAN Free Trade Area) dimana

  berisi penurunan tarif antara 0-5 persen antara negara-negara yang terlibat.

  Daya saing merupakan kemampuan suatu komoditi untuk memasuki pasar luar negeri dan kemampuan untuk dapat bertahan di dalam pasar tersebut, dalam pengertian jika produk mempunyai daya saing maka produk tersebutlah yang banyak diminati konsumen (Tambunan, 2001). Dilihat dari keberadaannya mengenai keunggulan daya saing, daya saing dapat dibedakan menjadi keunggulan absolut dan keunggulan komparatif. Daya saing sangat diperlukan bagi Indonesia dalam pemberlakuan perjanjian CAFTA agar sektor industri bisa memasuki pasar internasional.

  peranan yang sangat penting bagi Indonesia. Produk-produk industri dinilai selalu memiliki nilai tukar 62 Ibid yang tinggi atau lebih menguntungkan serta menciptakan nilai tambah yang lebih besar dibandingkan dengan produk-produk sektor lain (Dumairy, 2000). Tabel 2. menunjukkan nilai ekspor Indonesia menurut sektor. Dilihat dari kontribusinya terhadap ekspor keseluruhan, produk industri memiliki kontribusi terbesar dibandingkan sektor lainnya. Kontribusi ekspor produk industri pada Januari - Oktober 2004 naik dari 66,61 persen menjadi 68,31 persen sedangkan kontribusi ekspor produk pertanian turun dari 4,06 persen menjadi 3,74 persen.

  Demikian juga ekspor produk pertambangan turun dari 6,88 persen menjadi 5,96 persen, dan ekspor migas turun dari 22,45 persen menjadi 21,99 persen.

  Penutup

  Industri yang menjadi unggulan dalam neraca perdagangan Indonesia adalah industri TPT dan Produk Teksil (TPT) dan Indonesia sebagai salah satu negara pengekspor terbesar di dunia. Industi TPT ini dapat menyerap tenaga kerja yang menganggur cukup besar

62 Industri mempunyai

  ISSN 0853-

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014)

  2265