Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Binfar dan Alkes Tahun 2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas izin dan karunia-NYA Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2015 dapat diselesaikan.
Laporan kinerja Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2015 disusun sebagai wujud pertanggungjawaban atas kinerja berdasarkan perencanaan strategis yang telah ditetapkan. Laporan kinerja ini disusun sesuai amanat Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2416/Menkes/Per/XII/2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Kesehatan.
Laporan kinerja merupakan media pertanggungjawaban dan sebagai wujud transparansi pelaksanaan tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Selain itu laporan kinerja merupakan salah satu kendali sekaligus alat untuk memacu peningkatan kinerja Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Tahun 2015, Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan memasuki tahun pertama dalam pembangunan kesehatan periode 2015-2019. Program ini didesain untuk mencapai sasaran meningkatnya akses, kemandirian, dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan.
Pelaksanaan Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan di tahun 2015 memiliki berbagai inovasi dan terobosan, namun tidak terlepas dari berbagai kekurangan. Untuk itu, atas nama Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, saya berterima kasih atas saran dan masukan perbaikan bagi penyempurnaan dokumen perencanaan serta pelaksanaan program dan kegiatan di periode berikutnya.
Jakarta, 5 Februari 2016 Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Dra. Maura Linda S, Ph.D
NIP. 195805031983032001
IKHTISAR EKSEKUTIF
Laporan kinerja Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2015 disusun sebagai wujud pertanggungjawaban atas kinerja berdasarkan perencanaan strategis yang telah ditetapkan. Laporan kinerja disusun sesuai amanat Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2416/Menkes/Per/XII/2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Kesehatan. Pada dasarnya laporan ini menginformasikan pencapaian kinerja Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2015 sebagai bagian dari pencapaian sasaran strategis Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan pada Rencana Stategis (Renstra) Kementerian Kesehatan 2015-2019.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35 Tahun 2013, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pembinaan kefarmasian dan alat kesehatan. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 526, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menyelenggarakan fungsi:
1. perumusan kebijakan di bidang pembinaan kefarmasian dan alat kesehatan;
2. pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan kefarmasian dan alat kesehatan;
3. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pembinaan kefarmasian dan alat kesehatan;
4. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pembinaan kefarmasian dan alat kesehatan; dan
5. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/52/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019, sasaran Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan adalah meningkatnya akses, kemandirian, dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan, dengan tujuan yang akan dicapai pada tahun 2015 adalah:
1. Persentase ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas menjadi 77%.
2. Jumlah bahan baku obat, obat tradisional serta alkes yang diproduksi di dalam negeri sebanyak 7 jenis.
3. Persentase produk alkes dan PKRT di peredaran yang memenuhi syarat sebesar 75%.
Dari indikator pencapaian kinerja tahun 2015 tersebut diatas, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan telah mencapai target yang telah ditetapkan, yaitu dengan capaian:
1. Realisasi persentase ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas sebesar 79,38%.
2. Realisasi jumlah bahan baku obat, obat tradisional serta alkes yang diproduksi di dalam negeri sebanyak 11 jenis.
3. Realisasi persentase produk alkes dan PKRT di peredaran yang memenuhi syarat sebesar 78,18%.
Tercapaianya indikator yang telah ditetapkan pada tahun pertama Renstra 2015-2019 tersebut menjadi penting sebagai modal dalam pencapaian target ditahun-tahun berikutnya. Untuk itu diperlukan kerja keras seluruh komponen, pendayagunaan sumber daya yang optimal dan diperlukan penguatan terutama dalam perencanaan penyusunan peraturan perundang-undangan bidang kefarmasian dan alat kesehatan serta monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan.
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan didukung oleh anggaran DIPA tahun 2015 Pagu di awal tahun anggaran sebesar Rp.1.689.955.800.000. Setelah dilakukan refocusing terhadap alokasi anggaran perjalanan dinas dan hasil refocusing dana Dekonsentrasi Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan serta Hibah Langsung dari GAVI, merubah alokasi pagu Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menjadi sebesar Rp.1.826.044.116.000 (Satu triliun delapan ratus dua puluh enam miliar empat puluh empat juta seratus enam belas ribu rupiah). Realisasi anggaran tahun 2015 sebesar Rp.1.742.663.280.209 (Satu triliun tujuh ratus empat puluh dua miliar enam ratus enam puluh tiga juta dua ratus delapan puluh ribu dua ratus sembilan rupiah) dengan persentase sebesar 95,43%.
Upaya dan prestasi yang telah dicapai oleh Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan pada tahun 2015 antara lain:
1. Pencanangan Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat (GeMa CerMat) dan selanjutnya dilakukan sosialisasi pelaksanaannya kepada Dinas Kesehatan Provinsi seluruh Indonesia, Ikatan Apoteker Indonesia dan Akademisi. Selanjutnya setelah pedoman pelaksanaan GeMa CerMat tersebut tersusun maka akan dilakukan penerapan yang diawali dengan model percontohan GeMa CerMat di Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota.
Gambar 1 Pencanangan Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat oleh Menteri Kesehatan RI
Tahun 2015
2. Farmasi dan Alat Kesehatan Online (Faralkes Online)
a. e-regalkes Track & trace system e-regalkes adalah sistem perizinan registrasi alat kesehatan dan PKRT secara online yang dapat dilacak dan ditelusuri di setiap tahapan proses evaluasi perizinan atau sertifikasi. Dengan sistem ini maka stakeholder (pelaku usaha) dapat memantau proses perizinan nya sesuai janji layanan. Sistem ini juga terkoneksi dengan Portal INSW milik Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Kementerian Keuangan.
b. e-payment Penerapan e-payment, yaitu aplikasi yang menghubungkan antara sistem registrasi online alkes dan PKRT dengan sistem informasi PNBP online (SIMPONI) milik Kementerian Keuangan. Dengan aplikasi ini pemohon dapat melakukan pembayaran 24 jam realtime online melalui ATM atau Internet banking bank persepsi di seluruh
Indonesia. Pembayaran PNBP dengan metode ini dapat lebih terpercaya kebenarannya, efektif dan efisien dibandingkan pembayaran dengan formulir Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP) atau pembayaran manual. Selain itu dapat meningkatkan akuntabilitas pencatatan dan pelaporan keuangan.
c. e-suka Penerapan e-suka yaitu pelayanan surat keterangan secara online sebagai terobosan banyaknya permohonan surat keterangan yang dibutuhkan masyarakat untuk informasi produk, baik untuk kebutuhan pribadi, pengadaan, ekspor-impor, dan untuk melakukan proses registrasi alat kesehatan dan PKRT. E-sistem surat keterangan alat kesehatan yang dinamakan e-suka yang dapat diakses melalui www.esuka.binfar.kemkes.go.id.
Gambar 2
Launching Faralkes Online oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia
3. Predikat terbaik ketiga pada penilaian website di lingkungan Kementerian Kesehatan di tahun 2015. Penilaian ini dilakukan oleh Pusat Data dan Informasi, Sekretariat Jenderal, Kementerian Kesehatan dalam rangka peringatan Hari Kesehatan Nasional ke-51. Hal ini menunjukkan komitmen Direktorat Jenderal Binfar dan Alkes untuk menjamin keterbukaan informasi dan pelayanan publik yang lebih baik.
Gambar 3 Piagam Penghargaan Website Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2015
4. Tahun 2015 Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan menerima Piagam Penghargaan dari KPPN Jakarta VII untuk kategori “Satuan Kerja dengan Rekonsiliasi dan LPJ Terbaik 2015”. Penghargaan tersebut diberikan sebagai apresiasi atas kerja keras Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan dalam melaksanakan rekonsiliasi yang baik, benar, dan tepat waktu. Kategori dan penilaian dititikberatkan pada hasil rekonsiliasi dan kecepatan/ketepatan penyerahan LPJ. Atas prestasi tersebut, selain piagam penghargaan, Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan memperoleh Fasilitas Kartu Apresiasi. Fasilitas tersebut dapat digunakan untuk mendapatkan fasilitas Rekonsiliasi dan Penyerahan SPM ke Loket Pelayanan tanpa antrian atau menjadi satker prioritas selama 4 bulan (Desember 2015 hingga Maret 2016).
Gambar 4
Piagam Penghargaan Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekkes Tahun 2015
5. Semakin meningkatnya kemampuan SDM dalam pengelolaan keuangan sehingga kualitas penggunaan anggaran semakin membaik dari tahun ke tahun yang ditandai dengan index plan materiality (PM) 0,000% pada Laporan Keuangan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan selama kurun waktu tiga tahun terakhir (2012, 2013 dan 2014) yang berkontribusi positif terhadap capaian WTP Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan serta Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2015.
6. Pelayanan perizinan yang dilaksanakan oleh Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan telah memenuhi komponen standar pelayanan publik sesuai dengan UU No.
25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Hal ini dapat dilihat dari Hasil Penilaian oleh Ombudsman Republik Indonesia dimana pelayanan perizinan untuk kategori izin penyalur kesehatan dan sertifikat produksi alkes/PKRT mendapatkan nilai 105,5 dalam kategori hijau.
7. Penyelenggaraan Pameran Pembangunan Kesehatan dalam rangka Hari Kesehatan Nasional Tahun 2015. Pameran ini berhasil menarik perhatian masyarakat untuk mengetahui upaya-upaya terkini pembangunan kesehatan, dan menjadi metode sosialisasi program yang tepat sasaran untuk mencapai tujuan program-program kesehatan.
Gambar 5 Pameran Pembangunan Kesehatan sebagai bagian dari Peringatan
Hari Kesehatan Nasional Tahun 2015
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.
Indikator Kinerja dan Target Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2015-2019 ........................................................................................
Tabel 2.
Cara Perhitungan Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan ...................................................................................................
Sasaran Kegiatan pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan ............
Tabel 4.
Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2015 ...............................................................................
Tabel 5.
Capaian Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2015 .................................................................................................
Tabel 6.
Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin di Puskesmas Tahun 2015 .......................................................
Tabel 7.
Target, Realisasi dan Capaian Indikator Jumlah Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional serta Alat Kesehatan (Alkes) yang Diproduksi di Dalam Negeri Tahun 2015 .....................................................................................
Tabel 8.
Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Produk Alat Kesehatan dan PKRT di Peredaran yang Memenuhi Syarat Tahun 2015 ...
Tabel 9.
Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Puskesmas yang Melaksanakan Pelayanan Kefarmasian Sesuai Standar Tahun 2015..........
25 Tabel 10. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Penggunaan Obat Rasional di Puskesmas Tahun 2015 ...........................................................
29 Tabel 11. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang Melakukan Manajemen Pengelolaan Obat dan Vaksin Sesuai Standar Tahun 2015 ............................................................
33 Tabel 12. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Persentase Sarana Produksi Alat Kesehatan dan PKRT yang Memenuhi Cara Pembuatan yang Baik (GMP/CPAKB) Tahun 2015 ........................................................
36 Tabel 13. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Penilaian Pre-Market Tepat Waktu Sesuai Good Review Practices Tahun 2015 ..........................
38 Tabel 14. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Jumlah Industri yang Memanfaatkan Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional Produksi Dalam Negeri Tahun 2015 .....................................................................................
41 Tabel 15. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Kepuasan Klien Terhadap Dukungan Manajemen Tahun 2015 ............................................
Tabel 16. Alokasi Dana dan Realisasi Anggaran DIPA Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2015 ......................
44 Tabel 17. Alokasi Dana dan Realisasi Anggaran DIPA Dekonsentrasi Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2015 ......................
45 Tabel 18. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2015 Menurut Jabatan .................
46 Tabel 19. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2015 Menurut Golongan ..............
46 Tabel 20. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2015 Menurut Pendidikan ............
47 Tabel 21. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2015 Menurut Jenis Kelamin .......
48
orat
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 1.
Target dan Realisasi Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Tahun 2015 ...............................................................................
Grafik 2.
Target dan Realisasi Indikator Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin
di Puskesmas Tahun 2015 ..........................................................................
Grafik 3.
Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin di Puskesmas di 34 Provinsi
Jumlah Item Obat dan Vaksin yang Tersedia di Puskesmas di 34 Provinsi
Target dan Realisasi Indikator Jumlah Bahan Baku Obat dan Obat
ina
Tradisional serta Alat Kesehatan (Alkes) yang Diproduksi di Dalam Negeri Tahun 2015 .................................................................................................
Grafik 6.
Target dan Realisasi Indikator Persentase Produk Alat Kesehatan dan PKRT di Peredaran yang Memenuhi Syarat Tahun 2015 ............................
Grafik 7.
Target dan Realisasi Indikator Persentase Puskesmas yang Melaksanakan Pelayanan Kefarmasian Sesuai Standar Tahun 2015..........
Grafik 8.
Target dan Realisasi Indikator Persentase Penggunaan Obat Rasional di Puskesmas Tahun 2015..............................................................................
Grafik 9.
Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang Melakukan Manajemen Pengelolaan Obat dan Vaksin Sesuai Standar Tahun 2015 ............................................................
33 Grafik 10. Skor Rata-Rata Persentase IFK yang Melaksanakan Manajemen Pengelolaan Obat dan Vaksin Sesuai Standar berdasarkan Provinsi Tahun 2015 .................................................................................................
34 Grafik 11. Target dan Realisasi Indikator Persentase Persentase Sarana Produksi Alat Kesehatan dan PKRT yang Memenuhi Cara Pembuatan yang Baik (GMP/CPAKB) Tahun 2015 ........................................................................
36 Grafik 12. Target dan Realisasi Indikator Persentase Penilaian Pre-Market Tepat Waktu Sesuai Good Review Practices Tahun 2015 ....................................
39 Grafik 13. Target dan Realisasi Indikator Jumlah Industri yang Memanfaatkan Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional Produksi Dalam Negeri Tahun 2015 ........
41 Grafik 14. Target dan Realisasi Indikator Persentase Kepuasan Klien Terhadap Dukungan Manajemen Tahun 2015 ............................................................
42 Grafik 15. Komposisi Sumber Daya Manusia di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2015 Menurut Jabatan .................
Grafik 16. Komposisi Sumber Daya Manusia di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2015 Menurut Golongan ..............
47 Grafik 17. Komposisi Sumber Daya Manusia di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2015 Menurut Pendidikan ............
47 Grafik 18. Komposisi Sumber Daya Manusia di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2015 Menurut Jenis Kelamin .......
48
Bina
DAFTAR GAMBAR
Pencanangan Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat oleh Menteri Kesehatan RI Tahun 2015 .............................................................
Launching Faralkes Online oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia .... v
Gambar 3.
Piagam Penghargaan Website Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2015 .................................................................
vi
Gambar 4.
Piagam Penghargaan Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekkes Tahun 2015 ...........................................................................................................
vi
Gambar 5.
Pameran Pembangunan Kesehatan sebagai bagian dari Peringatan Hari Kesehatan Nasional Tahun 2015 ................................................................ vii
Gambar 6.
Peta Strategi Kemandirian, Aksesibilitas dan Mutu Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan ...........................................................................................
Gambar 7.
Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan ..................................................................................................
Gambar 8.
Sosialisasi Penerapan Katalog Obat Bagi Industri Farmasi Tahun 2015 di Jakarta .................................................................................................... 16
Gambar 9.
Menteri Kesehatan RI, Prof. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M (K) Membuka Pameran Alat Kesehatan dan PKRT Dalam Negeri di Hall B Jakarta Convention Center, Senayan Jakarta ......................................................... 20
Gambar 10. Rapat Pleno Formularium Nasional Tahun 2015 ......................................... 26 Gambar 11. Sertifikasi ISO 9000:2008 Tahun 2015 ....................................................... 28 Gambar 12. Kegiatan Pencanangan Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan
Obat Tahun 2015 ........................................................................................ 30 Gambar 13. Pemberian Pengharagaan Tenaga Kefarmasian Berprestasi dalam Pengelolaan Obat dan Perbekkes Tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota Tahun 2015 ................................................................................................ 34
Gambar 14. Workshop Pembinaan Industri dan Pengendalian Alkes, Balai Kartini, Jakarta, 15 Desember 2015 ........................................................................ 37 Gambar 15. Launching Faralkes Online oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia .... 39
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara Serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara,Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan mempunyai tugas pembinaan kefarmasian dan alat kesehatan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dituntut untuk melaksanakan pemerintahan berbasis kinerja dalam rangka mewujudkan birokrasi yang bersih dan akuntabel, efektif dan efisien, serta memiliki pelayanan publik yang berkualitas.
Sesuai amanah Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, akuntabilitas kinerja merupakan perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan program dan kegiatan yang diamanatkan para pemangku kepentingan dalam rangka mencapai misi organisasi secara terukur dengan sasaran atau target kinerja yang telah ditetapkan melalui laporan kinerja instansi pemerintah yang disusun secara periodik. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menyusun laporan kinerja sebagai bentuk pertanggungjawaban dalam melaksanakan tugas dan fungsi dalam rangka mencapai tujuan atau sasaran strategis dan sekaligus sebagai alat kendali dan pemacu peningkatan kinerja serta sebagai salah satu alat untuk mendapat masukan bagi stakeholder demi perbaikan kinerja Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Penyusunan laporan kinerja mengacu kepada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2416/Menkes/Per/XII/2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Kesehatan.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan atas penggunaan anggaran. Pelaporan kinerja memberikan informasi kinerja yang terukur atas kinerja yang telah dan seharusnya dicapai dan sebagai upaya perbaikan berkesinambungan untuk meningkatkan kinerja.
C. ASPEK STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
Sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara Serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara, pembinaan kefarmasian dan alat kesehatan menjadi tugas Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Pembinaan Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan secara berkelanjutan terus dilakukan kepada stakeholder terkait. Pada Renstra 2015-2019, program yang dilakukan merupakan suatu kesinambungan terhadap program yang dilakukan pada periode sebelumnya. Adapun kondisi pada awal tahun 2015 dapat digambarkan sebagai berikut:
Peningkatan ketersediaan di tingkat Instalasi Farmasi Kabupaten/kota terus meningkat dari tahun ke tahun. Walaupun demikian, ketersediaan obat dan vaksin belum terdistribusi secara merata baik antar puskesmas, antar kabupaten/kota maupun antar provinsi. Hal ini mencerminkan belum optimalnya manajemen logistik obat dan vaksin. Untuk itu perlu didorong pemanfaatan sistem pengelolaan logistik online serta skema relokasi obat-vaksin antar Puskesmas/Kabupaten/Kota/Provinsi yang fleksibel dan akuntabel. Perbaikan manajemen logistik obat dan vaksin telah dimulai dengan adanya pengimplementasian e-catalogue dan e-logistic obat. Melalui e-logistic pemantauan ketersediaan obat dan vaksin akan semakin real time dan memudahkan pengelolaannya bagi pelaksanaan program kesehatan. Adapun jumlah item obat yang tersedia dalam e-catalogue semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pelayanan Kefarmasian di fasilitas pelayanan kesehatan pada umumnya masih belum sesuai standar. Untuk itu terus dilakukan peningkatan pembinaan dalam pelayanan kefarmasian. Penggunaan obat generik sudah cukup tinggi, tetapi penggunaan obat rasional di fasilitas pelayanan kesehatan masih harus ditingkatkan. Hal ini terutama disebabkan oleh masih rendahnya penerapan formularium dan pedoman penggunaan obat secara rasional.
Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional yang telah dimulai pada 1 Januari 2014 memiliki potensi untuk meningkatkan kebutuhan akan obat esensial dan alat kesehatan. Dalam upaya peningkatan ketersediaan obat dan alat kesehatan yang aman, bermutu dan berkhasiat tersebut, pemerintah telah menyusun Formularium Nasional (Fornas) dan e-catalogue untuk menjamin terlaksananya penggunaan obat rasional. Konsep Obat Esensial diterapkan pada Formularium Nasional sebagai acuan dalam pelayanan kesehatan, sehingga pelayanan kefarmasian dapat menjadi cost effective. Fornas selalu direview dan diperbaiki menyesuaikan dengan standar pelayanan kedokteran terbaru. Pembinaan terhadap produksi dan distribusi alat kesehatan terus dilakukan, dimana Alat Kesehatan dan PKRT yang memenuhi syarat keamanan, mutu dan manfaat terus meningkat. Selain itu, hal ini juga meningkatkan sarana produksi alkes dan PKRT yang memiliki sertifikat Good Manufacturing Process terkini dan memenuhi cara produksi yang baik. Impor bahan baku obat, produk kefarmasian lain dan alat-alat kesehatan mengakibatkan tingginya harga obat dan kurangnya kemandirian dalam pelayanan kesehatan. Hampir 90% kebutuhan obat nasional sudah dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri. Namun, industri farmasi masih bergantung pada bahan baku obat impor. Sebanyak 96% bahan baku yang digunakan industri farmasi diperoleh melaui impor. Komponen bahan baku obat berkontribusi 25-30% dari total biaya produksi obat, sehingga intervensi pada komponen ini akan memberikan dampak bagi harga obat. Untuk mencapai kemandirian tersebut, Ditjen Binfar dan Alkes telah membuat roadmap kemandirian bahan baku obat sebagai pedoman seluruh stakeholder. Dari sisi sumber daya alam, Indonesia sangat kaya akan tumbuhan obat. Ditjen Binfar dan Alkes telah membangun beberapa sentra pengembangan obat tradisional dan meluncurkan program andalan demi mendorong penggunaan obat tradisional. Bila dukungan pemerintah untuik kemandirian bangsa konsisten, peneliti yang dedikatif pasti mampu menghasilkan bahan baku obat dari tanah air sendiri. Sejarah kemandirian bahan baku obat membuktikan bahwa peran regulasi dan komitmen lintas sektor kesehatan sangat besar untuk keberhasilan pencapaiannya. Dengan demikian, kegiatan prioritas yang harus dilakukan adalah pencapaian kemandirian bahan baku obat di samping pengembangan e-catalogue dan e-logistic.
Kementerian Kesehatan telah mencanangkan Program Indonesia Sehat. Melihat kondisi yang ada, tantangan Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk Pilar Paradigma
Sehat adalah “meningkatkan peran tenaga kefarmasian dalam upaya promotif-preventif” yang meliputi:
1. Tinjauan terapi berbasis bukti; membantu menghilangkan disparitas dalam pelayanan kesehatan.
2. Pencegahan Penyakit dan Peningkatan keamanan penggunaan obat melalui program rekonsiliasi obat, pengkajian resep.
3. Edukasi masyarakat, melalui program edukasi mengenai penggunaan obat yang efektif dan aman.
4. Melaksanakan Kebijakan Obat Nasional, termasuk penetapan ketersediaan obat esensial.
5. Riset dan Training terutama di bidang keamanan penggunaan obat, farmakoekonomi, farmakoepidemiologi, kualitas hidup pasien dan penggunaan obat berbasis bukti.
Untuk menghadapi tantangan tersebut, telah dicanangkan Strategi Kemandirian, Aksesibilitas dan Mutu Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan, dimana ada 3 tujuan yang ingin dicapai. Ketiga tujuan tersebut meliputi:
1. Terwujudnya peningkatan ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas. Strategi yang disusun untuk mencapai tujuan ini adalah:
a. Menyusun regulasi perusahaan farmasi memproduksi bahan baku obat dan obat tradisional dan menggunakannya dalam produksi obat dan obat tradisional dalam negeri, serta bentuk insentif bagi percepatan kemandirian nasional.
b. Mengembangkan Pokja ABGC (Academic-Business-Goverment-Community) dalam pengembangan dan produksi bahan baku obat, obat tradisional, dan alat kesehatan dalam negeri.
c. Membangun sistem informasi dan jaringan informasi terintegrasi di bidang kefarmasian dan alat kesehatan.
d. Menjadikan tenaga kefarmasian sebagai tenaga kesehatan strategis.
e. Meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat rasional melalui penguatan manajerial, regulasi, edukasi serta sistem monev.
2. Terwujudnya kemandirian bahan baku obat, obat tradisional dan alat kesehatan. Strategi yang disusun untuk mencapai tujuan ini adalah:
a. Menyusun regulasi perusahaan farmasi memproduksi bahan baku obat dan obat tradisional dan menggunakannya dalam produksi obat dan obat tradisional dalam negeri, serta bentuk insentif bagi percepatan kemandirian nasional.
b. Mengembangkan Pokja ABGC dalam pengembangan dan produksi bahan baku obat, obat tradisional, dan alat kesehatan dalam negeri.
c. Membangun sistem informasi dan jaringan informasi terintegrasi di bidang kefarmasian dan alat kesehatan.
d. Meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat dan tenaga kesehatan tentang pentingnya kemandirian bahan baku obat, obat tradisional dan alat kesehatan dalam negeri yang berkualitas dan terjangkau.
e. Percepatan tersedianya produk generik bagi obat-obat yang baru habis masa patennya.
3. Terjaminnya produk alat kesehatan & PKRT yang memenuhi syarat di peredaran. Strategi yang disusun untuk mencapai tujuan ini adalah:
a. Menyusun regulasi penguatan kelembagaan dan sistem pengawasan pre dan post market alat kesehatan serta PKRT
b. Menyusun regulasi penguatan penggunaan dan pembinaan industri alat kesehatan dalam negeri
c. Membangun sistem informasi dan jaringan informasi terintegrasi di bidang kefarmasian dan alat kesehatan
Gambar 6
Peta Strategi Kemandirian, Aksesibilitas dan Mutu Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35 Tahun 2013, Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pembinaan kefarmasian dan alat kesehatan.
Dalam rangka melaksanakan tugas tersebut Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menyelenggarakan fungsi:
1. Perumusan kebijakan di bidang pembinaan kefarmasian dan alat kesehatan;
2. Pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan kefarmasian dan alat kesehatan;
3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pembinaan kefarmasian dan alat kesehatan;
4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pembinaan kefarmasian dan alat kesehatan; dan
5. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
D. STRUKTUR ORGANISASI
Untuk melaksanakan tugas dan fungsi, Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan terdiri atas:
1. Sekretariat Direktorat Jenderal.
2. Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan.
3. Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian.
4. Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan.
5. Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian.
Gambar 7
Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
E. SISTEMATIKA
Sistematika laporan kinerja Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2015 sebagai berikut:
Ikhtisar Eksekutif Bab I
Pendahuluan
Pada bab ini disajikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan kepada aspek strategis organisasi serta permasalahan utama yang sedang dihadapi organisasi.
Bab II Perencanaan Kinerja
Pada bab ini diuraikan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja tahun yang bersangkutan.
Bab III Akuntabilitas Kinerja
A. Capaian Kinerja Organisasi Pada sub bab ini disajikan capaian kinerja organisasi untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi. Untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis tersebut dilakukan analisis capaian kinerja.
B. Realisasi Anggaran Pada sub bab ini diuraikan realisasi anggaran yang digunakan dan yang telah digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokumen Perjanjian Kinerja.
Bab IV Penutup
Pada bab ini diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk meningkatkan kinerjanya.
Lampiran
BAB II PERENCANAAN KINERJA
A. RENCANA STRATEGIS
Visi dan Misi Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan mengikuti visi dan misi Presiden Republik Indonesia yaitu “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-royong”. Upaya untuk mewujudkan visi ini adalah melalui 7 misi pembangunan yaitu:
1. Terwujudnya keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.
2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis berlandaskan
negara hukum.
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas dan aktif serta memperkuat jati diri sebagai
negara maritim.
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia lndonesia yang tinggi, maju dan sejahtera.
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat dan
berbasiskan kepentingan nasional, serta
7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
Tujuan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan:
1. Terwujudnya peningkatan ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas.
2. Terwujudnya kemandirian bahan baku obat, obat tradisional dan alat kesehatan.
3. Terjaminnya produk alat kesehatan & PKRT yang memenuhi syarat di peredaran.
Salah satu strategi pembangunan kesehatan 2015-2019 adalah Meningkatkan Ketersediaan, Keterjangkauan, Pemerataan, dan Kualitas Farmasi dan Alat Kesehatan. Arah kebijakan dan strategi Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan didasarkan pada arah kebijakan dan strategi nasional yaitu meningkatkan akses, kemandirian, dan mutu Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan. Untuk mewujudkan kemandirian bahan baku obat dibutuhkan komitmen politik yang tinggi. Strategi yang perlu dilakukan dari berbagai upaya antara lain:
1. Regulasi perusahaan farmasi memproduksi bahan baku dan obat tradisional dan menggunakannya dalam produksi obat dan obat tradisonal dalam negeri, serta bentuk insentif bagi percepatan kemandirian nasional.
2. Regulasi penguatan kelembagaan dan sistem pengawasan pre dan post market alat kesehatan.
3. Pokja ABGC dalam pengembangan dan produksi bahan baku obat, obat tradisional dan alat kesehatan dalam negeri.
4. Regulasi penguatan penggunaan dan pembinaan industri alat kesehatan dalam negeri.
5. Meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat dan tenaga kesehatan tentang pentingnya kemandirian bahan baku obat, obat tradisional dan alat kesehatan dalam negeri yang berkualitas dan terjangkau.
6. Mewujudkan Instalasi Farmasi Nasional sebagai center of excellence manajemen pengelolaan obat, vaksin dan perbekalan kesehatan di sektor publik.
7. Memperkuat tata laksana HTA dan pelaksanaannya dalam seleksi obat dan alat kesehatan untuk program pemerintah maupun manfaat paket JKN.
8. Percepatan tersedianya produk generik bagi obat-obat yang baru habis masa patennya.
9. Membangun sistem informasi dan jaringan informasi terintegrasi di bidang kefarmasian dan alat kesehatan.
10. Menjadikan tenaga kefarmasian sebagai tenaga kesehatan strategis, termasuk menyelenggarakan program PTT untuk mendorong pemerataan distribusinya.
11. Meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat rasional melalui penguatan manajerial, regulasi, edukasi serta sistem monitoring dan evaluasi.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/52/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan melaksanakan salah satu dari 5 (lima) program teknis Kementerian Kesehatan yaitu Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Sasaran Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan adalah meningkatnya akses dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT).
Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Meningkatnya akses dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan dan
Sasaran
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT)
Tercapainya sasaran tersebut direpresentasikan dengan indikator kinerja beserta target Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1
Indikator Kinerja dan Target Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2015-2019
Target Indikator Kinerja
Persentase ketersediaan obat dan
vaksin di Puskesmas Jumlah bahan baku obat dan obat
tradisional serta alat kesehatan (alkes) yang diproduksi di dalam negeri
*)kumulatif
Persentase produk alat kesehatan dan
PKRT di peredaran yang memenuhi syarat
Cara perhitungan indikator kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2
Cara Perhitungan Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Indikator Kinerja
Cara Perhitungan
Persentase
Jumlah kumulatif item obat indikator yang tersedia di (n) puskesmas x 100%
ketersediaan obat dan
Jumlah (n) Puskesmas yang Melapor x jumlah total item obat indikator
vaksin di Puskesmas Jumlah bahan baku
Penambahan jenis BBO yang siap diproduksi, dan/atau dibuat di Indonesia;
obat dan obat
serta jenis alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri, setiap tahunnya,
tradisional serta alat
secara kumulatif
kesehatan (alkes) yang diproduksi di dalam negeri
Persentase produk
Jumlah sampel alkes dan PKRT yang diuji dan memenuhi syarat x 100%
alat kesehatan dan
Jumlah sampel alkes dan PKRT yang di uji
PKRT di peredaran yang memenuhi syarat
Untuk mencapai sasaran tersebut, maka kegiatan yang akan dilakukan sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3
Sasaran Kegiatan pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kegiatan
Sasaran
Peningkatan Pelayanan Kefarmasian Meningkatnya pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat rasional di fasilitas kesehatan
Peningkatan Ketersediaan Obat Publik Tersedianya obat, vaksin dan perbekalan dan Perbekalan Kesehatan
kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau di pelayanan kesehatan pemerintah
Peningkatan Pembinaan Produksi dan Meningkatnya pengendalian pra dan pasca Distribusi Alat Kesehatan
pemasaran alat kesehatan dan PKRT Peningkatan Pembinaan Produksi dan
Meningkatnya produksi bahan baku dan obat Distribusi Kefarmasian
lokal serta mutu sarana produksi dan distribusi kefarmasian
Dukungan Manajemen dan Tugas Teknis Meningkatnya dukungan manajemen dan Lainnya pada Program Kefarmasian dan
pelaksanaan tugas teknis lainnya pada program Alat Kesehatan
kefarmasian dan alat kesehatan
B. PERJANJIAN KINERJA
Perjanjian Kinerja merupakan lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Melalui perjanjian kinerja, terwujudlah komitmen penerima amanah dan kesepakatan antara penerima dan pemberi amanah atas kinerja terukur tertentu berdasarkan tugas, fungsi, dan wewenang serta sumber daya yang tersedia.
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menyusun perjanjian kinerja mengacu kepada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. Target ini menjadi komitmen bagi Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk mencapainya dalam tahun 2015.
Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2015 sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4
Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2015 Target
Sasaran
Indikator Kinerja
2015
Meningkatnya akses dan
Persentase ketersediaan obat dan vaksin di 77%
mutu sediaan farmasi,
Puskesmas
alat kesehatan dan Perbekalan Kesehatan
Jumlah bahan baku obat dan obat tradisional serta 7
Rumah Tangga (PKRT)
alat kesehatan (alkes) yang diproduksi di dalam negeri
Persentase produk alat kesehatan dan PKRT di 75%
peredaran yang memenuhi syarat
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI
1. PENGUKURUAN KINERJA
Salah satu fondasi utama dalam menerapkan manajemen kinerja adalah pengukuran kinerja dalam rangka menjamin adanya peningkatan dalam pelayanan publik dan meningkatkan akuntabilitas dengan melakukan klarifikasi output dan outcome yang akan dan seharusnya dicapai untuk memudahkan terwujudnya organisasi yang akuntabel. Pengukuran kinerja adalah proses sistematis dan berkesinambungan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program, kebijakan, sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam mewujudkan visi, misi dan strategi instansi pemerintah. Pengukuran kinerja menggunakan alat ukur berupa indikator sebagaimana yang telah ditetapkan pada dokumen perencanaan kinerja.
Tahun 2015 merupakan tahun pertama dalam pelaksanaan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2015-2019. Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan antara realisasi kinerja dengan target kinerja dari masing-masing indikator kinerja yang telah ditetapkan dalam perencanaan kinerja. Melalui pengukuran kinerja diperoleh gambaran pencapaian masing-masing indikator sehingga dapat ditindaklanjuti dalam perencanaan kegiatan di masa yang akan datang agar setiap kegiatan yang direncanakan dapat lebih berhasil guna dan berdaya guna.
Hasil pengukuran kinerja Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2015 sebagai berikut:
Tabel 5
Capaian Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2015
Target
Realisasi Capaian
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
Meningkatnya akses Persentase ketersediaan obat
dan mutu sediaan dan vaksin di Puskesmas farmasi, alat kesehatan dan Jumlah bahan baku obat dan
Perbekalan
obat tradisional serta alat
Kesehatan Rumah kesehatan (alkes) yang Tangga (PKRT)
diproduksi di dalam negeri Persentase produk alat 75%
kesehatan dan PKRT di peredaran yang memenuhi syarat
Grafik 1
Target dan Realisasi Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Persentase ketersediaan Jumlah bahan baku obat Persentase produk alat
obat dan vaksin di
dan obat tradisional serta kesehatan dan PKRT di
Puskesmas
alat kesehatan (alkes)
peredaran yang
yang diproduksi di dalam
memenuhi syarat
negeri
2. ANALISIS AKUNTABILITAS KINERJA
Sasaran merupakan hasil yang akan dicapai secara nyata oleh instansi pemerintah dalam rumusan yang lebih spesifik, terukur dalam kurun waktu yang lebih pendek dari tujuan. Sasaran Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan adalah meningkatnya akses dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT).
Analisis capaian kinerja dari masing-masing indikator adalah sebagai berikut:
1. Persentase ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas
Kondisi yang dicapai: Realisasi indikator persentase ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas tahun 2015 sebesar 79,38%, melebihi target yang telah ditetapkan dalam Renstra Kemenkes Tahun 2015-2019 yaitu sebesar 77% dengan capaian sebesar 103,09%.
Sosialisasi yang terus menerus kepada petugas Provinsi di setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di sepanjang tahun 2015 adalah salah satu faktor yang menunjang keberhasilan pencapaian indikator kinerja kegiatan melebihi target yang telah ditetapkan, karena indikator kinerja tahun 2015 merupakan indikator baru yang berbeda dengan indikator kinerja periode tahun 2010-2014, baik dari segi definisi operasionalnya, cara perhitungan maupun cara pengumpulan data dan pelaporannya.
Untuk itu Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan menerbitkan buku “Petunjuk Teknis Pemantauan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Tahun 2015-2019” yang telah dibagikan kepada seluruh petugas Provinsi sebagai pedoman dalam melaksanakan pengumpulan, perhitungan dan pelaporan data indikator kinerja Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di daerahnya masing- masing.
Selain itu, dikeluarkannya surat keputusan Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan nomor HK.02.04/5/1025/2015 tanggal 8 Juni 2015 tentang penunjukan panitia pengumpulan dan pengolahan data indikator kinerja kegiatan Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di 34 Provinsi memungkinkan terbangunnya koordinasi dan komunikasi yang baik dengan daerah yang ikut mendukung pencapaian indikator kinerja kegiatan yang melebihi target yang telah ditetapkan.
Tabel 6
Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Ketersediaan Obat
dan Vaksin di Puskesmas Tahun 2015
Indikator Kinerja
Target 2015
Realisasi 2015 Capaian 2015
Persentase ketersediaan obat dan
vaksin di Puskesmas
Grafik 2
Target dan Realisasi Indikator Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin
di Puskesmas Tahun 2015
Sosialisasi Penerapan Katalog Obat Bagi Industri Farmasi
Tahun 2015 di Jakarta
Hasil tersebut diperoleh dari periode pelaporan bulan November tahun 2015 dimana Jumlah Puskesmas yang melapor sebanyak 1.013 dari 1.328 Puskesmas sampel dan terdapat empat Provinsi yang Puskesmasnya sama sekali tidak Hasil tersebut diperoleh dari periode pelaporan bulan November tahun 2015 dimana Jumlah Puskesmas yang melapor sebanyak 1.013 dari 1.328 Puskesmas sampel dan terdapat empat Provinsi yang Puskesmasnya sama sekali tidak
Grafik 3
Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin di Puskesmas
di 34 Provinsi Tahun 2015
Item obat yang memiliki ketersediaan tertinggi di Puskesmas adalah Parasetamol 500 mg Tablet, sedangkan item obat yang memiliki ketersediaan terendah di Puskesmas adalah Magnesium Sulfat Injeksi 20%.
Grafik 4
Jumlah Item Obat dan Vaksin yang Tersedia di Puskesmas di 34 Provinsi
Tahun 2015
Permasalahan: Pelaksanaan kegiatan pengumpulan data indikator persentase ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas tahun 2015 menghadapi beberapa permasalahan sebagai berikut:
a. Laporan yang dikirimkan oleh Provinsi setiap bulannya tidak lengkap dan tidak tepat waktu seperti yang telah dituangkan di dalam buku Petunjuk Teknis Pemantauan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Direktorat Bina Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan Tahun 2015-2019 yang sudah disosialisasikan kepada seluruh Provinsi.
b. Jumlah tenaga kefarmasian yang terbatas dan kompetensi yang belum sesuai di Puskesmas.
c. Seringnya mutasi tenaga kefarmasian yang bertugas di Instalasi Farmasi.
d. Kurangnya koordinasi antara Puskesmas, Kabupaten/Kota dan Provinsi.
Usul Pemecahan Masalah: Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas antara lain sebagai berikut :
a. Pemberian reward bagi petugas/pengelola data di daerah.
b. Melakukan peningkatan kapasitas SDM dalam pengelolaan obat di Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota.
c. Melakukan pembinaan terhadap SDM pengelola obat secara berkesinambungan.
d. Perlu dibangun koordinasi yang baik untuk pelaporan data ketersediaan obat dan vaksin dari unit pelayanan ke instansi penanggung jawab kesehatan di daerah (Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Provinsi).
2. Jumlah bahan baku obat dan obat tradisional serta alat kesehatan (alkes) yang diproduksi di dalam negeri
Kondisi yang dicapai: Pada tahun 2015, jumlah bahan baku obat dan obat tradisional serta alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri mencapai 11 jenis dari target sebanyak 7 jenis yang telah ditetapkan. Upaya yang dilakukan adalah dengan pendirian kelompok kerja kemandirian bahan baku obat beranggotakan lintas kementerian dan stakeholder terkait lain dengan Kementerian Kesehatan sebagai koordinator. Pencapaian kemandirian obat dan bahan baku obat juga terutama dilakukan melalui kerjasama dan fasilitasi penelitian dengan lembaga penelitian (BPPT dan LIPI) dan Perguruan Tinggi di bidang pengembangan bahan baku obat serta pembentukan jejaring dengan berbagai stakeholder diantaranya institusi penelitian, kalangan industri dan asosiasi pengusaha.
Pada tahun 2015 dilakukan kerjasama dengan Kementerian Riset dan Teknologi (BPPT) dan Kementerian Pendidikan melalui Perguruan Tinggi yaitu Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Padjadjaran (UNPAD).