BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Edukasi Perawatan Diri Terhadap Aktivitas Sehari-Hari Pasien Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Penyakit gagal ginjal kronis dapat diartikan suatu sindrome klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut. Penyakit gagal ginjal kronis mengakibatkan laju filtrasi

  glomerator kurang dari 50 ml/menit. Gagal ginjal kronik juga dapat diartikan suatu

  penyakit ginjal tahap akhir mengakibatkan terjadinya gangguan fungsi ginjal menahun bersifat progresif dan irreversible, berakibat menurunnya kemampuan tubuh untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan elektrolit (Rendy & Margareth, 2012).

  Pasien gagal ginjal kronis akan mengalami kehilangan fungsi ginjal sampai 90% atau lebih, sehingga kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit menjadi terganggu, fungsi sekresi menjadi tidak adequat, fungsi hormonal terganggu serta mengakibatkan kondisi uremia atau azotemia (Parson, Toffelmire & Valack, 2006).

  Penyakit gagal ginjal kronis merupakan masalah kesehatan yang berkembang pesat. Diperkirakan sekitar 11% atau 19,2 juta orang penduduk Amerika Serikat mengalami gagal ginjal kronis (Black & Hawks, 2009). Gagal ginjal kronis merupakan ancaman global terhadap populasi secara umum, khususnya bagi negara-negara berkembang. Menurut data WHO (2011) dalam Zachariah dan Ghopalcrisnan (2014) memperkirakan secara global bahwa

  1 penyakit gagal ginjal kronis merupakanpenyebab utama kematian diurutan ke-12 dan urutan ke-17 penyebab kecacatan.

  Menurut Smeltzer dan Bare (2002) bahwa untuk mengatasi masalah gagal ginjal kronis dapat dilakukan berbagai terapi, salah satunya dengan terapi hemodialisis. Hemodialisis merupakan tindakan untuk mengganti sebagian fungsi dari ginjal. Tindakan ini dilakukan secara rutin pada penderita gagal ginjal kronis stadium V.Menurut data Indonesia Renal Registry (2012) bahwa jumlah pasien di unit hemodialisis tahun 2012 sekitar 19621 orang pasien baru dan pasien aktif sebanyak 9161 orang.

  Pasien hemodialisa memiliki gangguan pemenuhan perawatan diri (self-care

  deficit) yang berdampak terhadap kemampuan penderita untuk melakukan

  aktivitas-sehari-hari seperti kemampuan perawatan fisik, pemenuhan asupan cairan dan nutrisi, regiment terapi pengobatan, perawatan akses vaskular, kemampuan berinteraksi, pemanfaatan fasilitas kesehatan, melaporkan gejala yang muncul dan juga perilaku kesehatan. Gangguan perawatan diri sehari-hari tersebut akan berdampak terhadap pemenuhan kemapuan aktivitas sehari-hari pasien seperti makan, minum, mandi, berpakaian, berdandan, kebersihan diri, toileting dan mobilitas (Curtin, Mapes, Schatell & Hudson, 2005; Cook & Jassal, 2008). Menurut Cook dan Jassal (2008) bahwa dari 168 responden yang diteliti, responden yang mengalami ketergantungan terhadap pekerjaan rumah tangga (80%), belanja (81%), mencuci (80%), memasak (68%), menaiki tangga (52%), mandi (68%), transportasi (49%) dan ambulasi atau pergerakan (29%).

  Pasien hemodialisa yang mengalami gangguan aktivitas sehari-hari akan berdampak terhadap kesehatan fisik, mobilisasi dan perlunya perawatan berulang dalam jangka panjang akibat anemia, uremia, miopati, gangguan tulang dan mineral. Kebuthan mobilisasi yang tidak terpenuhi dapat menjadi salah satu faktor penyebab kematian pada pasien hemodialisa. Keterbatasan aktivitas sehari-hari pasien hemodialisa dapat mengakibatkan terjadinya stress, frustasi, depresi, penurunan daya ingat, mudah tersinggung dan sesitif (Demarco et al., 2012; Gomes et al., 2015; Rulli & Rusli, 2001).

  Perawatan diri pasien hemodialisa sudah menjadi perhatian di dunia akibat keterbatasan dalam memenuhi perawatan diri dan aktivitas sehari-harinya, hal ini terjadi akibat minimnya informasi yang diperoleh dari petugas kesehatan selama terapi, mengakibatkan kurangnya informasi dan pengetahuan pasien dan keluarga tentang perawatan diri sehari-hari akibat penyakit dan proses terapi yang dijalninya (Taylor & Renpenning, 2011). Menurut Notoadmodjo (2007) bahwa peran pendidikan kesehatan seperti bimbingan dan penyuluhan merupakan salah satu upaya yang dapat mengubah prilaku individu untuk tetap mempertahankan status kesehatnannya. Thornton dan Lingertfelt (2011) mengatakan bahwa edukasi perawatan diri (self-care)secara signifikan dapat meningkatkan pengetahuan dan kemandirian serta meningkatkan kemampuan pasien dalam melakukan perawatan sehari-hari di rumah seprti manajemen diri untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi dan mengikuti program terapi pengobatan.

  Teori Orem dalam Tomey dan Alligood (2006) mengatakan bahwa pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa akan dapat mempertahnkan kesehatannya setelah banyak mengetahui tentang penyakit serta gejala yang dialaminya, hal ini akan dapat terjadi lewat salah satu intervensi non farmakologis yaitu edukasi kesehatan tentang pengolahan gaya hidup serta memberikan sentuhan dan motivasi agar pasien tetap dapat menjaga dirinya sendiri atau dapat melakukan perawatan dirinya sendiri (self-care).

  Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh penulis pada bulan maret tahun 2016 terhadap salah seorang perawat di Rumah Sakit Umum daerah Dr.Pirngadi Medan bahwa pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa tahun 2016 sebanyak 136 orang, beberapa diantaranya mengalami keterbatasan kemampuan dalam melakukan perawatan dirinya sehari-hari seperti takut untuk berjalan ke ruang unit hemeodialisa saat mau melakukan terapi meskipun edukasi sudah diberikan sebelumnya, namun edukasi tersebut belum terrealisasikan dengan baikakibat edukasi belum menjadi bagian dari prosedur operasional yang sudah ditetapkan semestinya.

  Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik meneliti tentang pengaruh edukasi perawatan diri (self-care) terhadap aktivitas sehari-hari pasien hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan

1.2 Permasalahan

  Penyakit gagal ginjal kronis merupakan suatu gangguan dalam tubuh yang mengakibatkan gagalnya fungsi tubuh untuk membuang sisa metabolisme yang tidak dibutuhkan lagi, mengakibatkan terjadinya penimbunan racun atau sindrome uremia. Salah satu upaya untuk membantu pembuangan sisa metabolisme tersebut harus menjalani proses terapi pengobatan dialisis atau hemodialisa, namun program terapi hemodialisa akan dijalani seumur hidup dan berdampak terhadap gangguan tubuh seperti ketergantungan terhadap orang lain dalam memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari atau perawatan dirinya. Perawatan diri (Self-

  care) pada pasien hemodialisa merupakan upaya pasien secara aktif untuk

  mempertahankan kesehatan dan berespon terhadap aktivitas sehari hari yang akan dilakukannya. Program perawatan diri (self-care)ini mampu meningkatkan kualitas hidup terkait aktivitas sehari-hari pasien gagal ginjal kronis, namun kenyataan yang ditemui masih tingginya kejadian rehospitalisasi pasien dan ketidakmampuan pasien melakukan aktivitas sehari hari akibat kurangnya dorongan dan pengetahuan terkait dengan penyakit dan gangguan psikologis yang dialami, hal tersebut disebabkan karenapasien belum mengikuti dengan benar upaya pelaksanaan perawatan diri, yaitu edukasi perawatan diri.

1.3 Tujuan Penelitian

  1.3.1 TujuanUmum

  Mengidentifikasi pengaruh edukasi perawatan diriterhadap aktivitas sehari– hari pasien hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan tahun 2016.

  1.3.2 Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Mengidentifikasi karakteristik responden (umur, jenis kelamin, pendidikan, status pernikahan dan status ekonomi)

  3. Mengidentifikasi aktivitas sehari–hari responden sebelum edukasi perawatan diri pada kelompok intervensi dan kontrol berdasarkan aktivitas manajemen nutrisi dan cairan, mobilisasi atau pergerakan, aktivitas rumah, istirahat tidur dan tanggung jawab terhadap pengobatan

  4. Mengidentifikasi aktivitas sehari–hari responden sesudah edukasi perawatan diri pada kelompok intervensi dan kontrol berdasarkan aktivitas manajemen nutrisi dan cairan, mobilisasi atau pergerakan, aktivitas rumah, istirahat tidur dan tanggung jawab terhadap pengobatan

  5. Mengidentifikasi perbedaan aktivitas sehari–hari responden sesudah edukasi perawatan diri pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol berdasarkan aktivitas manajemen nutrisi dan cairan, mobilisasi atau pergerakan, aktivitas rumah, istirahat tidur dan tanggung jawab terhadap pengobatan

  6. Mengidentifikasi kekuatan pengaruh edukasi perawatan diri sebelum dan sesudah edukasi perawatan diri terhadap aktivitas sehari-hari manajemen nutrisi dan cairan, mobilisasi atau pergerakan, aktivitas rumah, istirahat tidur dan tanggung jawab terhadap pengobatan pada kelompok intervensi dan kontrol

1.4 Hipotesis

  Ada pengaruh edukasi perawatan diri terhadap aktivitas sehari– hari pada pasien hemodialisa.

1.5 Manfaat Penelitian

  1.5.1 Pelayanan Kesehatan

  Menambah pemahaman bagi perawat akan pentingnya edukasi perawatan diri

  (self-care) bagi pasien hemodialisa dalam melakukan aktivitas sehari–hari

  manajemen nutrisi, mobilisasi atau pergerakan, aktivitas rumah, istirahat tidur dan tanggung jawab terhadap pengobatan serta memberikan pelayanan asuhan keperawatan bagi pasien hemodialisa dengan memberikan intervensi edukasi perawatan diri (self-care)sehingga dapat melakukan aktivitas sehari-hari.

  1.5.2 Perkembangan Ilmu Keperawatan

  Manfaat penelitian bagi ilmu keperawatan yaitu memberikan pengetahuan bagi Ilmu Keperawatan yang berbasis penelitian terhadap edukasi perawatan diri

  (self-care) pada pasien hemodialisa, memberikan masukan bagi institusi pendidikan

  khususnya mahasiswa menyangkut edukasi perawatan diripasien hemodialisa dalam melakukan aktivitas sehari hari manajemen nutrisi, mobilisasi atau pergerakan, aktivitas rumah, istirahat tidur dan tanggung jawab terhadap pengobatan dan meningkatkan peran perawat spesialis keperawatan medikal bedah dalam memberikan asuhan keperawatan terkait dengan perawatan diri sehari-hari pasien hemodialisa.

  1.5.3 Penelitian Keperawatan

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi peneliti selanjutnya, memperkaya riset keperawatan di Indonesia, sehingga dapat mengembangkan ilmu keperawatan dengan berbagai inovasi intervensi sesuai kebutuhan pasien. Melalui hasil penelitian ini akan memberikan kejelasan

Dokumen yang terkait

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sampah 2.1.1. Definisi Sampah - Pengaruh Karakteristik, Personal Hygiene dan Alat Pelindung Diri (APD) Dengan Gangguan Kelainan Kulit Pada Petugas Pengangkut Sampah Di Kota Padangsidimpuan Tahun 2016

0 0 52

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Karakteristik, Personal Hygiene dan Alat Pelindung Diri (APD) Dengan Gangguan Kelainan Kulit Pada Petugas Pengangkut Sampah Di Kota Padangsidimpuan Tahun 2016

0 0 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori - Pengaruh Likuiditas, Leverage, dan Aktivitas Terhadap Pertumbuhan Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Perkebunan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

0 0 16

Perbandingan Nilai Neutrofil Limfosit Rasio (NLR) pada Pasien Tuberkulosis Paru dan Multi-Drug Resistant (MDR) TB di RSUP H. Adam Malik Medan

0 1 34

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan TB paru dan MDR TB di Indonesia - Perbandingan Nilai Neutrofil Limfosit Rasio (NLR) pada Pasien Tuberkulosis Paru dan Multi-Drug Resistant (MDR) TB di RSUP H. Adam Malik Medan

1 4 56

Perbandingan Nilai Neutrofil Limfosit Rasio (NLR) pada Pasien Tuberkulosis Paru dan Multi-Drug Resistant (MDR) TB di RSUP H. Adam Malik Medan

0 3 19

Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

0 1 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENYAKIT DIABETES MELLITUS (DM) 2.1.1 Definisi DM - Pengaruh Puasa Ramadhan Terhadap Profil Lipid Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2

0 0 9

Pengaruh Puasa Ramadhan Terhadap Profil Lipid Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2

1 2 20

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Edukasi Perawatan Diri Terstrukutur Berbasis Teori Perilaku - Pengaruh Edukasi Perawatan Diri Terhadap Aktivitas Sehari-Hari Pasien Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan

0 0 19