BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Personal Hygiene 2.1.1 Pengertian - Hubungan Personal Hygiene Dengan Keluhan Kulit dan Fasilitas Sanitasi di TPA Terjun Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Personal Hygiene

  2.1.1 Pengertian Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya

  perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan mereka. Kebersihan perorangan sangat penting untuk diperhatikan. Pemeliharaan kebersihan perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan dan kesehatan (Potter, 2005).

  Menurut Perry (2005), personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya.

  Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes 2000).

  2.1.2. Jenis-jenis Personal Hygiene Personal hygiene (kebersihan perorangan) meliputi (Perry, 2005): 1.

  Kebersihan Kulit Kulit merupakan lapisan terluar dari tubuh dan bertugas melindungi jaringan tubuh di bawahnya dan organ-organ yang lainnya terhadap luka, dan masuknya berbagai macam mikroorganisme ke dalam tubuh. Untuk itu diperlukan perawatan terhadap kesehatan dan kebersihan kulit. Menjaga kebersihan kulit dan perawatan

  5 kulit ini bertujuan untuk menjaga kulit tetap terawat dan terjaga sehingga bisa meminimalkan setiap ancaman dan gangguan yang akan masuk melewati kulit.

  Perawat sebagai tenaga kesehatan penting untuk menginformasikan kepada klien di pelayanan kesehatan untuk pentingnya menjaga kebersihan dan perawatan kulit.

  Setiap kondisi yang mengenai pada kulit (misalnya : kelembaban, kerusakan lapisan epidermis, penekanan yang terlalu lama pada kulit, dan sebagainya) sudah cukup untuk mengganggu fungsional kulit sebagai organ proteksi.

  Peranan kulit dalam menjaga keutuhan tubuh tidak selamanya mudah. Sebagai organ proteksi peranan kulit tidak luput dari berbagai masalah-masalah yang bisa membahayakan kulit itu sendiri.

  Kebiasaan-kebiasaan yang sehat dalam memelihara kebersihan kulit seperti menggunakan barang-barang keperluan sehari-hari milik sendiri, mandi minimal 2x sehari, mandi memakai sabun, menjaga kebersihan pakaian, makan yang bergizi terutama banyak sayur dan buah dan menjaga kebersihan lingkungan.

2. Kebersihan Rambut

  Penampilan dan kesejahteraan seseorang seringkali tergantung dari cara penampilan dan perasaan mengenai rambutnya. Kurangnya perawatan rambut pada manusia akan membuat penampilan rambut menjadi kusut, kusam, tidak rapi dan tampak acak-acakan.

  Dengan selalu memelihara kebersihan rambut dan kulit kepala, maka perlu diperhatikan sebagai berikut: a.

  Memperhatikan kebersihan rambut dengan mencuci rambut sekurang-kurangnya 2x seminggu b.

  Mencuci rambut memakai shampoo/bahan pencuci rambut lainnya c. Sebaiknya menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut sendiri

  Sebagaimana struktur tubuh yang lainnya, maka rambut juga tidak akan lepas dari permasalahan/gangguan yang bisa ditimbulkan akibat dari kurangnya menjaga kebersihan dan perawatan rambut.

  3. Kebersihan Tangan, Kaki, dan Kuku Manusia melakukan aktivitas memerlukan perlengkapan diantaranya adalah sepatu dan kaus kaki. Kebiasaan buruk pada seseorang adalah memakai kaus kaki yang kotor, sepatu yang tidak bersih. Kebiasaan buruk dapat menumbuhkan jamur pada sela-sela kaki, walaupun kelihatannya sudah biasa namun dapat berkembang menjadi penyakit kulit yang lebih serius (Maryunani, 2013).

  Perawatan kaki, tangan yang baik dimulai dengan menjaga kebersihan termasuk didalamnya membasuh dengan air bersih, mencucinya dengan sabun atau detergen, dan mengeringkannya dengan handuk. Hindari penggunaan sepatu yang sempit, karena merupakan sebab utama gangguan kaki dan bisa mengakibatkan katimumul (kulit ari menjadi mengeras, menebal, bengkak pada ibu jari kaki dan akhirnya melepuh). Hindari juga penggunaan kaos kaki yang sempit, sudah usang, dan kotor, karena bisa menimbulkan bau pada kaki, alergi dan infeksi pada kulit kaki. Sedangkan perawatan pada kuku dapat dilakukan dengan memotong kuku jari tangan dan kaki dengan rapi dengan terlebih dahulu merendamnya dalam sebaskom air hangat, hal ini sangat berguna untuk melunakkan kuku sehingga mudah dipotong. Kuku jari tangan dipotong sedemikian rupa mengikuti alur pada jari tangan sedangkan kuku jari kaki dipotong lurus. Kuku merupakan salah satu dermal

  

appendages yang mengandung lapisan tanduk yang terdapat pada ujung-ujung jari

tangan dan kaki.

  Seperti halnya kulit, tangan kaki dan kuku harus dipelihara dan ini tidak terlepas dari kebersihan lingkungan sekitar dan kebiasaan hidup sehari-hari. Selain indah dipandang mata, tangan, kaki dan kuku yang bersih juga menghindarkan kita dari berbagai penyakit. Kuku dan tangan yang kotor dapat membahayakan kontaminasi dan menimbulkan penyakit-penyakit tertentu.

  Untuk menghindari bahaya kontaminasi maka harus membersihkan kuku sebelum makan, memotong kuku secara teratur, dan mencuci kaki sebelum tidur.

2.1.3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene

  Menurut Depkes (2000) Faktor

  • – faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah: 1.

  Citra tubuh ( Body Image) Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.

  2. Praktik Sosial Pada anak

  • – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene .

  3. Status Sosial Ekonomi

  Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.

  4. Budaya Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.

  5. Kebiasaan seseorang Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain

  • – lain.

  6. Kondisi fisik atau psikis Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

2.1.4. Pengetahuan Personal Hygiene

  Menurut Notoatmodjo (2007), perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistemm pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan yang diuraikan sebagai berikut : a.

  Perilaku seseorang terhadap sakit atau penyakit yaitu bagaimana manusia merespon, baik secara passif maupun aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit tersebut.

  b.

  Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan adalah respon seseorang terhadap sistem pelayanan kesehatan baik yang tradisional maupun yang modern.

  c.

  Perilaku terhadap makanan adalah respon seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan.

  d.

  Perilaku terhadap lingkungan kesehatan adalah respon terhadap lingkungan sebagai determinan.

  Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai tingkat yang berbeda-beda termasuk dalam hal ini kemampuan pemulung dalam menjaga kesehatan individu dalam pencegahan terjadi keluhan penyakit maupun dalam pengobatan. Pengetahuan tentang usaha-usaha kesehatan perseorangan untuk memelihara kesehatan diri sendiri, memperbaiki nilai kesehatan serta mencegah timbulnya penyakit.

  Menurut Depkes (2000), Pengetahuan merupakah salah satu faktor yang mempengaruhi personal hygiene. Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus, ia harus menjaga kebersihan kakinya.

2.2 Kulit

2.2.1. Pengertian

  Kulit merupakan selimut yang menutupi permukaan tubuh dan mempunyai fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar.fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus

  • – menerus (keratinisasi dan pelepasan selsel yang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, serta pembentukan pigmen untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultraviolet matahari. Selain itu kulit juga berfungsi sebagai peraba dan perasa, serta pertahanan terhadap tekanan dan infeksi dari luar (Azhara, 2011).

  Kulit sangat kompleks, elastis dan sensitif, bervariasi pada keadaan iklim, umur,seks, ras dan juga bergantung pada lokasi tubuh. Warna kulit juga berbeda- beda, dari kulit yang berwarna terang ( fair skin ), pirang dan hitam, warna merah muda pada telapak tangan dan kaki bayi, serta warna hitam kecoklatan pada genitalia orang dewasa (Azhara, 2011).

  2.2.2. Anatomi Kulit

  Kulit terletak pada bagian tubuh yang paling luar.Luas kulit orang dewasa 1,5

  2

  m dengan berat kira

  • – kira 15% berat badan. Rata – rata tebal kulit 1-2 mm. Paling tebal 6 mm yaitu ada di telapak tangan dan kaki dan yang paling tipis ada di penis. Kulit terbagi atas tiga lapisan pokok yaitu epidermis, dermis atau korium dan jaringan subkutan atau subkutis (Harahap, 2000).

  Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu: a. Lapisan Epidermis, terdiri atas stratum korneum, stratum lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum, dan stratum basale.

  b.

  Lapisan dermis, terdiri atas lapisan elastic dan fibrosa padat dengan elemen- elemen selular dan folikel rambut.

  c.

  Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya (Djuanda, 2008).

  2.2.3. Fungsi Kulit

  Kulit mempunyai fungsi bermacam-macam untuk menyesuaikan tubuh dengan lingkungan. Fungsi kulit adalah sebagai: a.

  Pelindung Jaringan tanduk sel-sel epidermis paling luar membatasi masuknya benda-benda dari luar dan keluarnya cairan berlebihan dari tubuh. Melanin yang member warna pada kulit melindungi kulit dari akibat buruk sinar ultra violet. b.

  Pengatur suhu Di waktu suhu dingin, peredaran darah dikulit berkurangguna mempertahankan suhu badan. Pada waktu suhu panas, peredaran darah di kulit meningkat dan terjadi penguapan keringat dari kelenar keringat, sehingga suhu tubuh dapat dijaga tidak terlalu panas.

  c.

  Penyerap Kulit dapat menyrap bahan-bahan tertentu seperti gas dan zat yang larut dalam lemak, tetapi air dan elektrolit sukar masuk melalui kulit. Zat-zat yang larut dalam lemak lebih mudah masuk ke dalam kulit dan masuk peredaran darah, karena dapat bercampur dengan lemak yang menutupi permukaan kulit. Masuknya zat- zat tersebut melalui folikel rambut dan hanya sedikit sekali yang melalui muara kelenjar keringat.

  d.

  Indera perasa Indera perasa terjadi di kulit karena rangsangan saraf sensoris dalam kulit. Fungsi indera peras yang poko yaitu merasakan nyeri, perabaa, panas, dan dingin.

  e.

  Fungsi pergetahan Kulit diliputi oleh dua jenis pergetahan, yaitu sebum dan keringat. Getah sebum dihasilkan oleh kelenjar sebaseus dan keringat dihasilkan oleh kelenjar keringat.

  Sebum adalah sejenis zat lemak yang membuat kulit menjadi lentur (Harahap, 2000).

2.2.4. Penyakit Kulit

  Salah satu bagian tubuh yang cukup sensitif terhadap berbagai macam penyakit adalah kulit. Kulit merupakan pembungkus yang elastik yang melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan. Lingkungan yang sehat dan bersih akan membawa efek yang baik bagi kulit. Demikian pula sebaliknya, lingkungan yang kotor akan menjadi sumber munculnya berbagai macam penyakit antara lain penyakit kulit (Harahap, 2000).

  Faktor- faktor yang mempengaruhi tingginya prevalensi penyakit kulit adalah iklim yang panas dan lembab yang memungkinkan bertambah suburnya jamur, kebersihan perorangan yang kurang baik dan faktor ekonomi yang kurang memadai (Harahap, 2000).

  Menurut Sitorus (2008), penyakit kulit merupakan suatu penyakit yang menyerang kulit permukaan tubuh dan disebabkan oleh berbagai macam penyebab.

  Beberapa penyebab penyakit kulit yaitu kebersihan diri yang tidak baik, bahan kimia, sinar matahari, virus, jamur, bakteri, alergi, kutu kulit atau kutu kudis (sarcoptes

  scabiei).

  Menurut Ganong (2006), penyakit kulit merupakan peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon terhadap factor endogen berupa alergi atau eksogen berasal dari bakteri dan jamur. Gambarannya polimorfi, dalam artian berbagai macam bentuk, dari bentol-bentol, bercak-bercak merah, basah, keropeng kering, penebalan kulit disertai lipatan kulit yang semakin jelas, serta gejala utama adalah gatal. Dermatitis termasuk penyakit kulit yang menyebalkan, karena kekambuhannya, serta penyebabnya yang sukar untuk dicari dan ditentukan. Sifat dermatitis adalah residif, dalan artian bisa kambuh-kambuh, tergantung dari jenisnya dan factor pencetusnya, maka kekambuhan bias dihindari. Sebagai contoh Dermatitis

  

numularis yang memiliki bentuk-bentuk seperti koin-koin ( uang logam ) yang basah

dan gatal.

2.2.5. Penyebab Penyakit Kulit

  Menurut Fregert (1988), jumlah agen yang menjadi penyebab penyakit kulit sangat banyak antara lain :

  1. Agen-agen fisik, antara lain disebabkan oleh tekanan atau gesekan, kondisi cuaca, panas, radiasi dan serat-serat mineral. Agen-agen fisik menyebabkan trauma mekanik, termal atau radiasi langsung pada kulit. Kebanyakan iritan kulit langsung merusak kulit dengan jalan : a.

  Mengubah pHnya b. Bereaksi dengan protein-proteinnya (denaturasi) c. Mengekstrasi lemak dari lapisan luarnya d. Merendahkan daya tahan kulit.

2. Agen-agen kimia, terbagi menjadi 4 kategori yaitu : a.

  Iritan primer berupa asam, basa, pelarut lemak, deterjen, garam-garam logam.

  b.

  Sensitizer berupa logam dan garam-garamnya, senyawa-senyawa yang berasal dari anilin, derivat nitro aromatik, resin, bahan-bahan kimia karet, obatobatan, antibiotik,kosmetik, tanam-tanaman, dan lain-lain.

  c.

  Agen-agen aknegenik berupa nafialen dan bifenil klor, minyak mineral, dll d. Photosensitizer berupa antrasen, pitch, derivat asam amni benzoat, hidrokarbon aromatik klor, pewarna akridin, dll.

3. Agen-agen biologis, seperti mikroorganisme, parasit kulit dan produkproduknya.

  Jenis agen biologis ini umumnya merupakan zat pemicu terjadinya penyakit kulit.

  Zat kimia dapat menyebabkan penyakit kulit. Zat kimia tersbut anatar lain adalah kromium, nikel, cobalt, dan merkuri.

2.2.6. Jenis-jenis Keluhan Kulit

  Menurut Harahap (2000), Pada penyakit kulit terdapat berbagai keluhan pada kulit, yaitu:

  1. Gatal-gatal Gatal adalah perasaan yang timbul secara spontan ingin menggaruk. Namun tindakan penggarukan itu sendiridapat mengakibatkan sesuatu yang lebih parah lagi yakni munculnya kemerahan pada kulit dan goresan.

  2. Kemerahan Kemerahan atau rubor, biasanya merupakan hal pertama yang terlihat didaerah yang mengalami perdangan.

  3. Panas Panas atau kalor, berjalan sejajar dengan kemerahan reaksi perdangan akut.

2.2.7. Pemeriksaan Penderita

  Menurut Harahap (2000), pemeriksaan penderita di tempat terang. Ruam pada kulit penderita dapat primer atau sekunder. a.

  Ruam primer Gambar 1. Makula

  • Makula : kelainan kulit yang sama tinggi dengan permukaan kulit, warnanya berubah dan berbatas jelas.

  Gambar 2. Papula

  • Papula : kelainan kulit yang lebih tinggi dari permukaan kulit, padat, berbatas jelas, dan ukurannya tidak lebih dai 1 cm.

  Gambar 3. Nodula

  • Nodula : sama dengan papula tetapi ukurannya lebih dari 1 cm.

  Gambar 4. Vesikula

  • Vesikula : kelainan kulit yang lebih tinggi dari permukaan kulit, berisi cairan dan ukurannya tidak lebih dari 1 cm.

  Gambar 5. Bula

  • Bula : sama dengan vesikula tetapi ukurannya lebih dari 1 cm.

  Gambar 6. Pustula

  • Pustula : sama dengan vesikula tetapi berisi nanah.

  Gambar 7. Urtika

  • Urtika : kelainan kulit yang lebih tinggi dari permukaan kulit, berwarna merah jambu, dan bentuknya bermacam-macam.

  Gambar 8. Tumor

  • Tumor : kelainan kulit yang menonjol dan ukurannya lebih besar dari 2,5 cm.
b.

  Ruam sekunder Gambar 9. Skuama

  • Skuama : jaringan mati dari lapisan tanduk yang terlepas. Sebagian kulit menyerupai sisik.

  Gambar 10. Krusta

  • Krusta : kumpulan eksudat atau 20 ecret di atas kulit.

  Gambar 11. Erosio

  • Erosio : kulit yang epidermis bagian atasnya terkelupas.

  Gambar 12. Ekskoriasio

  • Ekskoriasio : kulit yang epidermisnya terkelupas. Lebih dalam dari erosion.

  Gambar 13. Ulkus

  • Ulkus : kulit (epidermis dan dermis) terlepas karena destruksi penyakit.

  Gambar 14. Parut

  • Parut : jaringan ikat yang kemudian terbentuk menggantikan jaringan dermis atau jaringan lebih dalam yang telah hilang.

2.2.8. Jenis-jenis Penyakit Kulit a.

  Penyakit kulit karena infeksi bakteri adalah skrofuloderma, tuberkolosis kutis

  

verukosa, kusta (lepra), patek. Gangguan kulit karena infeksi bakteri pada kulit

yang paling sering adalah pioderma (Harahap, 2000).

  Gambar 15. Pioderma b. Penyakit kulit karena parasit dan insekta adalah scabies, pedikulosis kapitis,

  

pedikulosis korporis, pedikulosis pubis, creeping eruption, amebiasis kutis,

gigitan serangga, trikomoniasis

  Gambar 16. Ruam pada scabies c. Penyakit kulit karena jamur adalah Pitariasis Versikolor (panu), tinea nigra

  

palmaris, tinea kapitis, tinea barbae, tinea korporis, tinea imbrikata, tinea pedis,

tinea manus, tinea kruris, kandidiasis, sporotrikosis, aktinomikosis,

kromomikosis, fikomikosis, misetoma.

  Gambar 17. Penyakit kulit panu Gangguan kulit karena infeksi jamur pada kulit yang paling sering adalah

  

Pitariasis Versikolor (panu). Penyebab Pitariasis Versikolor (panu) adalah

Malazessia furfur ini akan terlihat sebagai spora yang bundar dengan dinding yang

  tebal atau dua lapis dinding, ditemukan dalam kelompok bersama pseudohifa yang biasanya pendek seperti gambaran spaghetti dan meatballs. Pitariasis Versikolor (panu) terjadi bila terdapat perubahan keseimbangan hubungan antara hospes dengan ragi sebagai flora normal kulit. Keadaan yang mempengaruhi keseimbangan antara hospes dengan ragi tersebut diduga adalah faktor lingkungan atau faktor suseptibilitas individual. Faktor lingkungan di antaranya adalah lingkungan mikro pada kulit misalnya kelembaban kulit. Sedangkan faktor individual antara lain adanya kecenderungan genetik, atau adanya penyakit yang mendasari misalnya sindrom

  chusing atau malnutrisi (Harahap, 2000).

  Lesi Pitariasis Versikolor dijumpai di bagian atas dada dan meluas ke lengan atas, leher dan perut atau tungkai atas/bawah. Lesi khususnya dijumpai pada bagian yang tertutup atau mendapat tekanan pakaian, misalnya pada bagian yang tertutup pakaian dalam. Keluhan Pitariasis Versikolor yang di alami penderita adalah adanya bercak/ muncul berwarna putih (hipopigmentasi) atau kecoklatan (hiperpigmentasi) dengan rasa gatal ringan yang munculnya saat berkeringat. Pada kulit hitam atau coklat umumnya berwarna putih sedang pada kulit putih atau terang cenderung berwarna coklat atau kemerahan (Soebono, 2001).

  Menurut Harahap (2000), Gangguan kulit karena infeksi bakteri pada kulit yang paling sering adalah dermatofitosis (kurap). Dermatofitosis (kurap) yang terdiri atas tinea kapitis menyerang kulit kepala, tinea korporis pada permukaan kulit, tinea

  

kruris pada lipatan kulit, tinea pedis pada sela jari kaki (athlete's foot), tinea manus

  pada kulit telapak tangan, tinea imbrikata berupa sisik pada kulit di daerah tertentu, dan Tinea Ungium (pada kuku).

  Umumnya berbentuk sisik kemerahan pada kulit atau sisik putih. Pada kuku, terjadi peradangan di sekitar kuku, dan bisa menyebabkan bentuk kuku tak rata permukaannya, berwarna kusam, atau membiru. Keluhan yang dialami penderita

  

tinea kapitis, tinea korporis, tinea imbrikata, tinea pedis dan tinea kruris adalah rasa

gatal (Harahap, 2000).

  d.

  Penyakit kulit alergi adalah dermatitis kontak toksik, dermatitis kontak alergik,

  

dermatitis okupasional, dermatitis atopic, dermatitis stasis, dermatitis numularis,

dermatitis solaris, pompliks, eritema nodosum dan lain-lain (Harahap, 2000).

  Gambar 18. Gangguan kulit karena alergi Pada umumnya keluhan gangguan pada kulit adalah rasa gatal-gatal (saat pagi, siang, malam, ataupun sepanjang hari), muncul bintik-bintik merah/ bentolbentol/ bula-bula yang berisi cairan bening ataupun nanah pada kulit permukaan tubuh timbul ruam-ruam (Graham, 2005).

  Menurut Harahap (2000), pada infeksi jamur superficial yang terinfeksi adalah kulit (epidermis), selaput lendir mulut dan genitalia, kuku, dan rambut.

  Seseorang mendapat penyakit ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor yaitu : a.

  Predisposisi b. Pekerjaan c. Perubahan pH kulit atau metabolisme kulit d. Daya tahan tubuh seseorang yang menurun e. Menderita penyakit kronik atau tumor ganas f. Kebersihan perorangan yang kurang baik g.

  Gangguan hormonal Sumber penularan bisa dari tanah (geophilic), hewan (zoophilic), atau manusia (antrophilic) .

2.3. Sanitasi Lingkungan

  Menurut Notoadmojo (2003), sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup peruahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebagainya. Banyak sekali permasalahan lingkungan yang harus dicapain dan sangat mengganggu teradap tercapainya kesehatan lingkungan.kesehatan lingkungan bisa berdampak positif terhadap kondisi elemen-elemen hayati dan non hayati dalam ekosistem. Bila lingkungan tidak sehat maka sakitlah elemennya, tapi sebaliknya jika lingkungan sehat maka sehat pulalah ekosistem tersebut. Perilaku yang baik manusia telah mengakibatkan perubahan ekosistem dan timbulnya sejumlah masalah sanitasi.

  2.3.1. Hygiene dan Sanitasi Lingkungan

  Menurut Entjang (2000), hygiene dan sanitasi lingkungan adalah pengawasan lingkungan fisik, biologi, social, dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan manusia, dimana lingkungan yang berguna di tingkatkan dan diperbanyak sedangkan yang merugikan diperbaiki atau dihilangkan. Usaha dalam hygiene dan sanitasi lingkungan di cara hidup sehat sehingga terhindar dari penyakit, tetapi dalam penerapannya mempunyai arti yang sedikit berbeda. Usaha sanitasi lebih menitik beratkan pada faktor lingkungan hidup manusia, sementara hygiene lebih menitik beratkan pada usaha-usaha kebersihan perorangan (Kusnoputranto, 2000).

  2.3.2. Sanitasi Lingkungan Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS)

  Lingkungan kerja merupakan tempat yang potensial mempengaruhi kesehatan pekerja. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan pekerja antara lain faktor fisik, faktor kimia, dan faktor biologis. Lingkungan kerja ataupun jenis pekerjaan dapat menimbulkan masalah kesehatan dan penyakit (Subaris dan Haryono, 2008).

  Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) adalah suatu area yang menampung sampah hasil pengangkutan dari Tempat Pembuangan Sementara (TPS) maupun langsung dari sumbernya (bak atau tong sampah) dengan tujuan untuk mengurangi permasalahan kapasitas atau timbunan sampah yang ada di masyarakat umumnya. Sebenarnya setelah sampah sampai pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dapat mengurangi permasalahan yang ada di masyarakat, namun permasalahan baru akan terjadi di tempat pembuangan akhir yang pada akhirnya juga akan merugikan masyarakat. Permasalahan akan terjadi apabila proses yang ada di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) ini dianggap sudah selesai dengan cara open dumping (dibuang pada areal atau lahan terbuka dan dibiarkan berproses sendiri) tanpa ada proses lebih lanjut. Sampah yang dibuang di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) akan memberikan dampak, baik dari segi estetika maupun gangguan lain seperti pencemaran lingkungan dan terjadinya gangguan kesehatan serta bencana atau kecelakaan (Suyono dan Budiman, 2010).

  Kondisi lingkungan kerja pemulung berada di lingkungan terbuka sehingga kondisinya berhubungan langsung dengan sengatan matahari, debu, dan bau dari sampah. Dengan kondisi tersebut dapat menimbulkan gangguan kesehatan atau penyakit akibat kerja. Lingkungan yang tidak terjaga kebersihannya menjadi sumber penularan penyakit (Junaedi, 2007).

2.3.2.1. Fasilitas Sanitasi Lingkungan Kerja

  Setiap tempat kerja terdapat fasilitas sanitasi pada lingkungan kerja, seperti Tempat sampah, penyediaan air minum/air bersih, tempat cuci tangan, WC, Tempat ganti pakaian, kantin dan tempat istirahat (Departemen kesehatan,1994)

  Berdasarkan kepmenkes RI No. 1405 tahun 2002 tentang persyaratan kesehatan lingkungan kerja perkantoran dan industri, lingkungan kerja harus terdapat fasilitas sanitasi. Salah satu fasilitas sanitasi di lingkungan kerja yakni toilet. Syarat-syarat toilet, yaitu: 1.

  Toilet karyawan harus terpisah antara wanita dan pria 2. Setiap tempat kerja harus memiliki toilet dengan jumlah wastafel, jamban, dan peturasan minimal seperti pada table table berikut: a.

  Untuk pria Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah

  No karyawan kamar mandi jamban peturasan wastafel 1 s/d 25

  1

  1

  2

  2 2 26 s/d 50

  2

  2

  3

  3 3 51 s/d 100

  3

  3

  5

  5 Setiap penambahan 40-100 karyawan harus ditambah satu kamar mandi, satu jamban dan satu peturasan b.

  Untuk wanita Jumlah Jumlah Jumlah

  No Jumlah kamar mandi karyawan jamban wastafel 1 s/d 20

  1

  1

  2 2 21 s/d 40

  2

  2

  3 3 41 s/d 70

  3

  3

  5 4 71 s/d 100

  4

  4

  6 5 101 s/d 140

  5

  5

  7 6 141 s/d 180

  6

  6

  8 Setiap penambahan 40-100 karyawan harus ditambah satu kamar mandi, satu jamban dan satu peturasan

2.4. KERANGKA KONSEP

  

Variabel Independen Variabel dependen

Personal Hygiene

  • Keluhan kulit

  Pengetahuan tentang personal

  hygiene Kebersihan kulit

  • Ya -

  Kebersihan tangan, kaki dan kuku tidak

  • Fasilitas Sanitasi

  Kebersihan rambut

  Toilet

2.5. Hipotesis Penelitian

  Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sabagai berikut:

  1. Ada hubungan pengetahuan pemulung tentang personal hygiene dengan keluhan kulit.

  2. Ada hubungan kebersihan kulit dengan keluhan kulit.

  3. Ada hubungan kebersihan tangan, kuku dan kaki dengan keluhan kulit.

  4. Ada hubungan kebersihan rambut dengan keluhan kulit.

Dokumen yang terkait

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Oral Higiene - Hubungan Oral Higiene dengan Pengalaman Karies anak Usia 12 Tahun Menggunakan Indeks DMFT dan SiC (WHO) di SD Swasta Al-Ulum Medan dan SD Negeri di Kecamatan Medan Kota

0 0 11

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Prevalensi fraktur akar gigi anterior berdasarkan umur dan jenis kelamin yang dicabut di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU tahun 2010-2012

0 0 15

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Studi Karakteristik Abu Sekam Padi Dengan Kitosan Molekul Tinggi Nanopartikel Sebagai Bahan Dentinogenesis Pada Kavitas Profunda (In Vitro)

0 1 32

Kode responden FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Nama : Siska Oktavia Saragih Judul Penelitian : Tingkat Kecemasan Anak Usia Prasekolah Akibat Hospitalisasi Di RSUP Haji Adam Malik Medan

1 1 24

Analisis Usahatani Semangka (Studi Kasus: Desa Lestari Dadi Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 28

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Tanaman Semangka - Analisis Usahatani Semangka (Studi Kasus: Desa Lestari Dadi Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai)

0 1 14

Analisis Usahatani Semangka (Studi Kasus: Desa Lestari Dadi Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai)

1 4 12

BAB II KERANGKA TEORI 2.1. Strategi 2.1.1 Pengertian Strategi - Strategi Pengembangan Bisnis pada Usaha Rumah Makan Ikan Bakar Masto Jalan Ringroad Medan

0 0 37

Strategi Pengembangan Bisnis pada Usaha Rumah Makan Ikan Bakar Masto Jalan Ringroad Medan

0 1 13

c. perawatan untuk memelihara kesehatan se-dunia 2. menurut saudara, apa saja yang termasuk kebersihan diri itu? a. Kebersihan kulit, rambut, tangan, kaki dan kuku b. Kebersihan pakaian, topi dan kaca mata c. Kebersihan sandal, tangan dan sepatu 3. Berapa

0 0 29