BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Potensi Konflik Antara Peternak Babi Dengan Masyarakat Sekitar Daerah Simalingkar B di Medan (Studi Kasus di Daerah Gang Maju III Lingkungan X Simalingkar B,Kwala Bekala, Medan)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

  Konflik dapat diartikan sebagai hubungan antar dua pihak atau lebih (individu maupun kelompok) yang memiliki atau merasa memiliki sasaran- sasaran yang tidak sejalan. Pengertian ini harus dibedakan dengan kekerasan, yaitu sesuatu yang meliputi tindakan, perkataan, sikap atau berbagai struktur dan sistem yang mengakibatkan kerusakan secara fisik, mental, sosial dan lingkungan dan atau menghalangi seseorang meraih potensinya secara penuh. (Fisher,et.al., 2001) .

  Dalam bentuknya yang ekstrem, konflik itu dilangsungkan tidak hanya sekedar untuk mempertahankan hidup dan eksistensi (jadi bersifat defensif), akan tetapi juga bertujuan sampai ke taraf pembinasaan eksistensi orang atau kelompok lain yang dipandang sebagai lawan atau saingannya. Dari catatan sejarah kita dapat melihat bagaimana orang-orang Roma yang berkonflik dan memusnahkan penduduk carthago; dan bagaimana imigran-migran eropa membinasakan eksistensi suku-suku india (Narwoko 2004;68-69).

  Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya konflik-konflik. Perbedaan pendirian dan keyakinan orang perorangan telah menyebabkan konflik -konflik antar individu. Dalam konflik-konflik seperti ini terjadilah bentrokan-bentrokan pendirian, dan masing masing pihak pun berusaha membinasakan lawannya (tidak selalu harus diartikan sebagai pembinasaan fisik, tetapi bisa pula diartikan dalam pemusnahan simbolik alias melenyapkan pikiran-pikiran lawan yang tak disetujui).

  Kecuali perbedaan pendirian, perbedaan kebudayaan pun menimbulkan konflik. Perbedaan kebudayaan tidak hanya akan menimbulkan konflik antar individu, akan tetapi malahan antar kelompok. Pola-pola kebudayaan yang berbeda akan menimbulkan pola-pola kepribadian dan pola-pola perilaku yang berbeda pula dikalangan khalayak kelompok yang luas, sehingga apabila terjadi konflik-konflik karena alasan ini, konflik-konflik itu akan bersifat luas dan karenanya akan bersifat konflik antar kelompok.

  Kepentingan-kepentingan yang berbeda pun memudahkan terjadinya konflik. Mengejar tujuan kepentingan masing-masing yang berbeda-beda, kelompok-kelompok akan bersaing dan berkonflik untuk memperebutkan kesempatan dan sarana. Kepentingan para peternak babi dengan masyarakat sekitar misalnya jelas berbeda dan salah-salah bisa berbenturan kedalam suatu konflik yang keras (suyanto 2004;68-69).

  Untuk mengatasi hal itu, cara terbaik menyelesaikan konflik bukanlah meredamnya dengan kekerasan (penggunaan satuan tentara) karena potensi konflik akan tetap hidup seperti api dalam sekam yang sewaktu-waktu dapat meledak bila ada kesempatan melainkan dengan memahaminya guna menemukan penyebab-penyebabnya (Suparlan 2003:27).

  Kota Medan adalah salah satu dari beberapa kota besar yang ada diIndonesia. Masyarakat kota Medan yang terdiri dari berbagai etnis, suku bangsa dan agama dapat hidup rukun. Masyarakat ini mencerminkan kondisi masyarakat Indonesia yang plural dan memiliki keanekaragaman budaya. Mereka juga hidup seperti halnya masyarakat lainnya dengan saling ketergantungan, saling menghargai dan menghormati, saling menjaga keharmonisan satu dengan yang lain.

  Dengan beragamnya masyarakat kota Medan, mustahil tidak ada konflik dikota Medan. Apalagi konflik yang berhubungan dengan masalah perbedaan kepentingan. Di kota Medan banyak masyarakat yang mengandalkan hidup dalam sektor peternakan. Baik peternakan hewan berkaki dua maupun hewan berkaki empat. Peternakan itu sendiri banyak terdapat di pinggiran kota Medan. Peternakan yang terdapat dikota Medan sendiri tidak jarang dapat menimbulkan permasalahan yang dapat memicu potensi konflik dikalangan masyarakat.

  Pasalnya keberadaan ternak babi ini sangat mengganggu masyarakat muslim yang berada di sekitar petenakan. Selain mengeluarkan bau yang tidak sedap, kotoran berupa limbah cair dan padat yang dikeluarkan juga mencemari lingkungan karena tidak diolah secara tuntas. Selain itu ternak babi tersebut berada di daerah padat penduduk serta dekat dengan rumah ibadah masyarakat muslim.

  Akhir-akhir ini seperti yang penulis ketahui banyak masyarakat kota Medan yang mempermasalahkan adanya peternakan babi yang ada disekitar mereka. Diketahui bahwa di kota Medan terdapat lokasi ternak babi yang sangat banyak yang hampir merata mengelilingi kota Medan. Dimulai dari Medan Belawan, Marelan, Helvetia, Sunggal, Selayang, Tuntungan, Amplas, Area, Kota Medan Denai, serta Medan Johor.

  Kecamatan Medan johor juga terdapat peternakan babi yang berada di daerah padat penduduk. Peternakan babi tersebut berada tidak jauh dari rumah warga yang ada disekitarnya. Contohnya saja peternakan yang berada didaerah Gang Maju Lingkungan X Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor.

  Kelurahan kwala bekala merupakan salah satu kelurahan yang ada di kecamatan Medan johor. Jumlah penduduk kelurahan kwala bekala sebanyak 35529 jiwa. Dimana jumlah penduduk yang beragama islam sendiri berjumlah 10.687 jiwa. Sedangkan penduduk yang beragama Kristen berjumlah 17120 jiwa dan yang beragama katolik berjumlah 6803 jiwa . Kelurahan Kwala Bekala sendiri banyak terdapat kandang babi yang berada di dekat rumah penduduk (Kelurahan Kwala Bekala, 2011).

  Salah satu daerah yang paling banyak dikelilingi ternak babi adalah daerah Gang Maju dimana hampir disetiap lokasi padat penduduk terdapat kandang babi yang berdiri disekitar mereka. Setiap harinya masyarakat disekitar sini mendapatkan dampak yang sangat terasa dengan adanya peternakan babi ini sendiri. Misalnya masyarakat sekitar setiap harinya harus mencium aroma yang tidak sedap dari kandang babi tersebut.

  Selain itu masyarakat juga menerima dampak pencemaran lingkungan disekitar mereka. Dikarenakan setiap harinya para peternak babi membuang limbah hasil dari peternakan babi ke aliran sungai kwala yang berada di sekitar mereka. Dengan cara menarik pipa dari kandang dan ditujukan ke pinggiran sungai kwala sehingga membuat air sungai tidak layak digunakan untuk kebutuhan sehari-hari mereka.

  Banyak penduduk kelurahan Kwala Bekala menganut agama islam. Dalam ajaran agam islam, babi merupakan hewan yang diharamkan. Baik itu dagingnya, darahnya serta yang berhubungan dengan hewan berkaki empat ini. banyak masyarakat yang mengeluh dengan adanya ternak babi disekitar mereka, pasalnya dalam menjalankan ibadah puasa setiap harinya mereka harus menghirup udara yang tidak sedap yang dikeluarkan oleh peternakan babi yang ada disekitar mereka.

  Oleh karena itu banyak masyarakat yang mulai berontak dengan keberadaan ternak babi tersebut, dikarenakan ternak babi tersebut memberikan dampak yang negative bagi penduduk sekitar. Seperti pencemaran udara, pencemaran air juga dapat memberikan wabah penyakit pada masyarakat sekitar.

  Sejarah awalnya daerah tersebut merupakan daerah lahan garapan. Penduduk lokal yang menghuni daerah tersebut merupakan orang-orang melayu. Dimana penduduk lokal tersebut merupakan pemeluk agama islam. Banyak dari orang-orang tersebut menjadi tuan tanah. Dikarenakan penduduk lokal tersebut hampir keseluruhan memiliki tanah yang luas.

  Dalam mengelola tanah penduduk lokal tidak memperjual-belikan tanah yang mereka miliki. Namun mereka memberikan tanahnya sebagai warisan kepada anak-anaknya. Masuknya peternak babi didaerah tersebut dimulai pada awal tahun 1980. Dimana para peternak babi yang mempersunting putra-putri penduduk lokal. Perkawinan mereka merupakan perkawinan campuran. Dimana para peternak babi yang menganut agama non muslim mengawini putra dan putri penduduk lokal yang menganut agama islam. Dari perkawinan mereka, para orang tua memberikan warisan untuk anak-anaknya untuk digunakan membangun rumah serta menunjang kehidupan mereka.

  Tidak disangka pada awal tahun 1984 salah seorang pendatang yang sudah mengawini putri penduduk lokal tersebut mendirikan peternakan babi didaerah ini. Namun peternakan tersebut tidak berada dekat dengan penduduk lokal. Peternakan ini terletak jauh dan terkesan sembunyi-sembunyi, dikarenakan saat itu untuk memlihara babi para peternak masih tidak berani. Semakin memasuki tahun 90-an banyak dari para penduduk lokal yang menjuali tanahnya kepada pendatang dikarenakan kebutuhan ekonomi yang mendesak.

  Diiringi dengan penjualan tanah didaerah ini peternakan babi pun semakin bertumbuh didaerah ini. Para peternak babi tidak lagi sembunyi-sembunyi dalam memelihara babinya namun mereka semakin terang-terangan beternak babi diderah ini. Bahkan kandangnya berdekatan dengan rumah penduduk lokal. Oleh karena itu semakin banyaknya kandang babi yang terdapat didaerah ini sering menimbulkan problem bagi kelompok masyarakat lainnya. Dikarenakan masyarakat sekitar yang sudah gerah akan polusi yang didapat serta dampak yang diterima.

  Pasalnya masalah ini bukanlah masalah sehari-hari yang didapatkan oleh masyarakat tersebut, namun masalah ini merupakan masalah yang berkepanjangan. Hal ini memicu keberatan dari warga sekitar peternakan babi ini. Masyarakat sekitar tidak tinggal diam, mereka segera melaporkan apa yang mereka alami kepada pemerintah agar pemerintah dapat memberikan jalan keluar dari permasalahan peternakan babi yang ada disekitar mereka.

  Selain itu hal ini juga membuat kerukunan antar umat beragama menjadi berkurang. Pasalnya dalam memandang para peternak babi ini, masyarakat beranggapan bahwa peternak babi ini tidak mengerti akan kehidupan yang layak dan sehat. Dikarenakan kurangnya kesadaran peternak babi ini dalam menjaga lingkungan yang asri.

  Pemerintah pun tidak tinggal diam dengan keresahan warganya. Pemerintah mengeluarkan peraturan peraturan Walikota nomor 23 Tahun 2009 tentang larangan dan pengawasan usaha peternakan hewan berkaki empat.

  Peraturan ini dibuat untuk melarang masyarakat ataupun kelompok untuk memelihara ternak berkaki empat di daerah kota Medan.

   Tidak hanya dengan peraturan semata Pemko Medan langsung bergerak dengan melakukan razia terhadap ternak babi yang ada didaerah tersebut. Namun razia tersebut mendapatkan perlawanan dari para pemilik peternakan babi tersebut. Banyak dari kaum laki-laki membawa senjata tajam untuk melawan petugas yang merazia sedangkan kaum ibu-ibunya melawan dengan melakukan aksi membuka pakaian mereka dihapadan petugas Satpol PP.

  Dengan adanya perlawanan yang dilakukan masyarakat peternak babi, Pemko Medan seakan tidak memiliki ketegasan dalam merelokasi peternakan babi itu sendiri. Ketidaktegasan pemerintah membuat para peternak masih dapat memelihara hewan ternaknya sebagaimana biasanya. Hal ini membuat masyarakat mulai mendesak pemerintah agar lebih amanah dalam menjalankan peraturan yang di buat. Keresahan yang dialami masyarakat musemakin menjadi-jadi sehingga timbul berbagai tuntutan kepada pemerintah baik dari masyarkat itu sendiri maupun organisasi yang ada di kota Medan.

  .Oleh karena itu kurangnya rasa kebersamaan serta tidak terciptanya interaksi yang baik antara masyarakat sekitar peternakan babi dengan para peternak babi yang seharusnya manusia itu merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, membuat peneliti tertarik mengambil judul “ Potensi Konflik Antara Peternak Babi dengan Masyarakat sekitar”.

  1.2. Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, maka yang menjadi perumusan masalah adalah:

  1. Bagaimana potensi konflik yang terjadi dikalangan masyarakat peternak babi dengan masyarakat sekitarnya?

  2. Bagaimana interaksi social masyarakat dengan para peternak peternak babi disekitar mereka?

  1.3. Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis sumber potensi konflik yang terjadi di daerah Lingkungan X

  Kelurahan Kwala Bekala Medan 2. Untuk mengetahui interaksi social masyarakat sekitar terhadap masyarakat peternak terjadi di daerah Lingkungan X Kelurahan Kwala Bekala Medan

  1.4. Manfaat Penelitian

  Ada pun manfaat penelitian ini adalah :

  1. Manfaat Teoritis Untuk menambah referensi hasil penelitian yang juga dijadikan sebagai bahan rujukan untuk penelitian bagi mahasiswa sosiologi selanjutnya, serta diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan memperluas cakrawala pengetahuan dibidang ilmu sosial.

  2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penulis dalam membuat karya ilmiah, serta diharapkan dapat menambah wawasan pembaca guna mengetahui potensi konflik yang terjadi.

1.5. Defenisi konsep

  Konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Melalui konsep peneliti diharapkan dapat menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan satu istilah untuk beberapa kejadian yang berkaitan antara satu dengan yang lainnya 1.

  Potensi konflik adalah suatu proses sosial di mana orang perorangan atau kelompok manusia berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan atau kekerasan. 2.

  (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu- individu yang berada dalam kelompok tersebut.

Dokumen yang terkait

Analisis Pelaksanaan Program Kesehatan Lingkungan Periode Januari – Desember 2013 Di Puskesmas Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2014

1 0 14

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian dan Tujuan Kriptografi - Implementasi Kombinasi Tiny Encryption Algorithm (TEA) Dan Algoritma Least Significant Bit(LSB)Untuk Keamanan File Text

0 1 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sabun Mandi 2.1.1 Definisi Sabun Mandi - Penetapan kadar air pada sediaan sabun mandi sere padat secara gravimetri

0 0 14

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Ginjal Manusia 2.1.1. Anatomi ginjal - Karakteristik Penderita Gagal Ginjal yang Menjalani Hemodialisis di RSUP. H. Adam Malik pada Tahun 2013

0 1 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Perencanaan Transportasi Terdapat beberapa konsep perencanaan transportasi yang telah berkembang - Bangkitan Perjalanan pada Perumahan Nasional (PERUMNAS) Helvetia

0 1 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan Syariah - Analisis Perbandingan Tingkat Efisiensi antara BPR Syariah dengan BPR Konvensional di Indonesia dengan Menggunankan Metode Data Envelopment Analysis (DEA)

0 0 18

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Perbandingan Tingkat Efisiensi antara BPR Syariah dengan BPR Konvensional di Indonesia dengan Menggunankan Metode Data Envelopment Analysis (DEA)

0 0 8

Analisis Perbandingan Tingkat Efisiensi antara BPR Syariah dengan BPR Konvensional di Indonesia dengan Menggunankan Metode Data Envelopment Analysis (DEA)

0 0 13

BAB I PENDAHULUAN H. Latar Belakang - Tanggung Jawab Negara Indonesia Selaku Negara Khatulistiwa dan Negara Kolong (GSO)

0 1 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 - Potensi Konflik Antara Peternak Babi Dengan Masyarakat Sekitar Daerah Simalingkar B di Medan (Studi Kasus di Daerah Gang Maju III Lingkungan X Simalingkar B,Kwala Bekala, Medan)

0 0 41