BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Laporan Keuangan - Analisis Kinerja Keuangan Tahun Buku 2014, 2013, 2012, 2011, Dan 2010 Pada PT. Bank Sumut Cabang Medan Iskandar Muda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Laporan Keuangan

  Sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI No.64 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1998 Tentang Informasi Keuangan Tahunan Perusahaan bahwa yang dimaksud dengan Laporan Keuangan adalah meliputi Neraca, Laporan laba-rugi, Laporan perusahaan ekuitas, Laporan arus kas, dan Catatan atas laporan keuangan yang mengungkapkan utang piutang termasuk kredit bank dan daftar penyertaan modal. Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari aktivitas akuntansi. Laporan ini mengiktisarkan data transaksi dalam bentuk yang berguna bagi pengambilan keputusan. Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatuyang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan hasil proses akuntansi yang dimaksudkan sebagai sarana mengkomunikasikan informasi keuangan terutama kepada pihak eksternal.

  Menurut Munawir (2004:2) pengertian lap oran keuangan adalah “hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas dari perusahaan t ersebut.” Menurut Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 1 (IAI:2004:04) ditegaskan bahwa “laporan keuangan merupakan laporan periodik yang disusun menurut prinsip- prinsip akuntansi yang diterima secara umum tentang status keuangan dari individu, asosiasi atau organisasi bisnis yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.

  ” Sedangkan menurut PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009) mengemukakan bahwa “Laporan Keuangan adalah suatu penyajian tersrtuktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas”. Dari uaraian diatas peneliti menyimpulkan bahwa Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari neraca, laporan laba rugi dan laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.

2.2. Tujuan Laporan Keuangan

  hwa tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan. Laporan keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan perusahaan saat ini dan untuk memperkirakan hasil operasi serta arus kas di masa depan. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan memenuhi kebutuhan pengguna/pemakai. Laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang dibutuhkan pemakai dalam mengambil keputusanrena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dan kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan.

2.3. Jenis – Jenis Laporan Keuangan

  2.3.1.Neraca Neraca adalah laporan keuangan yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan pada tanggal tertentu. Daftar aset, kewajiban, dan ekuitas pemilik pada tanggal tertentu, biasanya pada akhir bulan atau akhir tahun. Bagian aset dalam neraca biasanya disusun berdasarkan urutan cepat lambatnya aset tersebut dikonversikan menjadi kas atau digunakan dalam operasi. Pada bagian kewajiban, utang usaha merupakan satu-satunya kewajiban. Jika terdapat satu atau lebih jenis kewajiban, maka setiap kewajiban harus disajikan dan jumlah seluruh kewajiban.

  Neraca menyajikan akun riil yaitu aset, kewajiban, dan modal.

  2.3.2.Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi adalah laporan yang menunjukkan kemampuan perusahaan atau entitas bisnis dalam menghasilkan keuntungan selama suatu periode tertentu. Dalam laporan laba rugi terdapat unsur akun nominal, yakni akun pendapatan dan akun beban. Dengan laporan laba rugi dapat diketahui sejauh mana perkembangan perusahaan, apakah mengalami kemajuan dalam artian mendapat laba atau kerugian. Hasil akhir dari suatu laporan laba rugi adalah keuntungan bersih atau kerugian. Kemudian bila perusahaan tidak membagi dividen, maka seluruh hasil akhir tersebut menjadi laba ditahan. Bentuk-bentuk laporan laba rugi adalah berentuk tunggal dan ganda.

  2.3.3.Laporan Perubahan Ekuitas/Laporan Laba Ditahan Laporan perubahan ekuitas adalah laporan yang menggambarkan perubahan ekuitas suatu perusahaan dalam satu periode tertentu. Laporan laba ditahan adalah laporan menggambarkan perubahan posisi laba ditahan suatu perusahaan selama periode tertentu.

  2.3.4.Laporan Arus Kas Menurut Harahap (2002:93) mengemukakan bahwa : Laporan arus kas dinilai banyak memberikan informasi tentang yang akan datang. Laporan arus kas ini memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas dari suatu perusahaan pada suatu periode tertentu, dengan mengklasifikasikan transaksi berdasarkan pada kegiatan operasi, pembiayaan dan investasi.

2.4. Pengertian dan Jenis Rasio Keuangan

  Menurut Home, bahwa “Rasio keuangan merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya. Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Dari hasil rasio keuangan ini akan terlihat kondisi kesehata n perusahaan yang bersangkutan.”

  Jenis-jenis rasio keuangan menurut Weston adalah “Rasio

   Rasio Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan yang ditunjukkan dari laba yang dihasilkan dari penjualan atau dari pendapatan investasi.

  Rasio keuangan digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Rasio profitabilitas atau rasio rentabilitas dibagi dua yaitu sebagai berikut : a. Rentabilitas ekonomi, yaitu dengan membandingkan usaha dengan seluruh modal (modal sendiri dan asing).

  b. Rentabilitas usaha (sendiri), yaitu dengan membandingkan laba yang disedikan untuk pemilik dengan modal sendiri. Rentabilitas tinggi lebih penting dari keuntungan yang besar.

  c. RasioRasio Likuiditas atau sering disebut juga rasio modal kerja merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan. Caranya adalah dengan membandingkan seluruh komponen yang ada di aktiva lancar dengan komponen di passiva lancar (utang jangka pendek).

  Rasio Likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek (Fred Weston). Fungsi lain rasio likuiditas adalah untuk menunjukkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan (likuiditas badan usaha) maupun di dalam perusahaan (likuiditas perusahaan). Rasio ini antara lain Rasio Kas (cash ratio), Rasio Sangat Lancar (quick ratio), Rasio Lancar (current ratio). d. RasioRasio ini digunakan untuk mengukur tingkat pengelolaan sumber dana perusahaan. Beberapa rasio ini antara lain Rasio Total Hutang terhadap Modal Sendiri, Total Hutang terhadap Total Asset, TIE (Time Interest Earned).

  e. RasioRasio Aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan (penjualan, persediaan, penagihan piutang, dan lainnya). Rasio yang menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian, dan kegiatan lainnya. Ada dua penilaian rasio aktivitas yaitu: 1)

  Rasio rusahaan. Rasio ini antara lain : PER (Price Earning Ratio) , Devidend Yield, Devideng Payout Ratio, PBV (Price to Book Value).

  2) RasioRasio perputaran digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mengelola asset-assetnya sehingga memberikan aliran kas masuk bagi perusahaan. Rasio ini antara lain

  f. Rasio Penilaian. Rasio penilaian (valuation ratio), yaitu rasio yang memberikan ukuran kemampuan manajemen menciptakan nilai pasar usahanya atas biaya investasi seperti Rasio harga saham terhadap pendapatan dan Rasio nilai pasar saham terhadap nilai buku. g. Rasio Pertumbuhan. Rasio pertumbuhan (growth ratio) merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan posisi ekonominya ditengah pertumbuhan perekonomian dan sektor usahanya. Dalam rasio pertumbuhan yang dianalisis adalah pertumbuhan penjualan, laba bersih, pendapatan per saham dan dividen per saham. Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya.

  Hasil rasio keuangan ini digunakan untuk menilai kinerja keuangan dalam suatu periode apakah mencapai target seperti yang telah ditetapkan. Kemudian dapat dinilai kemampuan manajemen dalam memberdayakan sumber daya perusahaan secara efektif. Dari pencapaian (performance) kinerja keuangan dapat dijadikan sebagai alat evaluasi perbaikan yang perlu dilakukan ke depan untuk meningkatkan dan atau mempertahankan target perusahaan.

  Rasio keuangan digunakan sebagai alat atau parameter dalam mengevaluasi atau menganalisis data laporan keuangan yang telah ada sebagai dasar penilaian.

  Analisis rasio keuangan dimaksudkan untuk menilai segala risiko dan peluang pada masa yang akan datang. Pengukuran dan hubungan satu pos dengan pos lain dalam laporan keuangan yang tampak dalam rasio-rasio keuangan dapat memberikan kesimpulan atau proyeksi baik buruknya tingkat kesehatan suatu perusahaan. Analisis rasio keuangan yang menghubungkan pos-pos neraca dan perhitungan laba rugi dari periode yang satu dengan periode yang lain dan membandingkan terhadap trend/perkembangan dengan periode sebelumnya, termasuk membandingkan dengan perusahaan yang sama (per group).

2.5. Rasio Keuangan Bank Umum

  Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 pada pasal 3 tantang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 tanggal 25 Oktober 2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum bahwa Tingkat kesehatan Bank mencakup penilaian terhadap faktor-faktor CAMELS sebagai berikut : Permodalan (Capital), Kualitas Asset (Asset Quality), Manajemen (Management), Rentabilitas (Earning), Likuiditas (Liquidity) dan Sensitivitas terhadap risiko pasar (Sensitivity to market risk).

  Penilaian terhadap faktor-faktor tersebut dilakukan melalui penilaian kuantitatif dan atau kualitatif setelah mempertimbangkan unsur judgement yang didasarkan atas materialitas dan signifikansi dari faktor-faktor penilaian serta pengaruh dari faktor lainnya seperti kondisi industri perbankan dan perekonomian nasional. Penilaian tingkat kesehatan bank mencakup penilaian terhadap faktor-faktor CAMELS yang terdiri: a. Capital, dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen antara lain

  Kecukupan pmenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM), Komposisi Permodalan, Trend ke depan/Proyeksi KPMM, akses kepada sumber permodalan dan kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan.

  b. Asset Quality (Kualitas Aset), dilakukan melalui penilaian terhadap komponen- komponen antara lain Aktiva Produktif yang diklasifikasikan dibanding dengan total aktiva produktif, Perkembangan aktiva produktif bermasalah dibanding dengan aktiva produktif, kinerja penanganan aktiva produktif dan tingkat kecukupan pembentukan PPAP.

  c. Management, dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen antara lain manajemen umum, penerapan sisitim manajemen risiko dan kepatuhan bank terhadap ketentuan berlaku.

  d. Earning (Rentabilitas), dilakukan melalui penilaian terhadap komponen- komponen antara lain ROA, ROE, NIM, BOPO, Perkembaangan Laba Operasional dan penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya.

  e. Liquidity (Likuiditas), dilakukan melalui penilaian terhadap komponen- komponen antara lain Aktiva Likuid kurang dari 1 bulan dibanding dengan passiva likuid kurang dari 1 bulan dan LDR.

  f. Sensitivity to Market Risk (sensitivitas terhadap risiko pasar).

  Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 tentang tata cara penilaian tingkat kesehatan bank umum secara individual (self assessment) berdasarkan peringkat komposit, yaitu peringkat akhir dari hasil penilaian tingkat kesehatan Bank. Penetapan penilaian tingkat kesehatan Bank digolongkan menjadi 5 peringkat komposit yaitu sebagai berikut :

Tabel 2.1 Peringkat Komposit Tingkat Kesehatan Bank

  Peringkat Keterangan Komposit PK 1 Mencerminkan kondisi Bank yang secara umum sangat sehat sehingga dinilai sangat mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya tercermin dari peringkat faktor-faktor penilaian, antara lain profil risiko, penerapan GCG, rentabilitas, dan permodalan yang secara umum baik. Apabila terdapat kelemahan maka secara umum kelemahan tersebut tidak signifikan. PK 2 Mencerminkan kondisi Bank yang secara umum sehat sehingga dinilai mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya tercermin dari peringkat faktor-faktor penilaian, antara lain profil risiko, penerapan GCG, rentabilitas, dan permodalan yang secara umum cukup baik. Apabila terdapat kelemahan maka secara umum kelemahan tersebut kurang signifikan. Mencerminkan kondisi Bank yang secara umum cukup sehat sehingga dinilai PK 3 cukup mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya tercermin dari peringkat faktor-faktor penilaian, antara lain profil risiko rentabilitas, dan permodalan yang secara umum sangat baik. Apabila terdapat kelemahan maka secara umum kelemahan tersebut cukup signifikan dan apabila tidak berhasil diatasi dengan baik oleh manajemen dapat mengganggu kelangsungan usaha Bank.

  PK 4 Mencerminkan kondisi Bank yang secara umum kurang sehat sehingga dinilai kurang mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya tercermin dari peringkat faktor-faktor penilaian, antara lain profil risiko rentabilitas, dan permodalan yang secara umum kurang baik. Apabila terdapat kelemahan maka secara umum signifikan dan apabila tidak berhasil diatasi dengan baik oleh manajemen dapat mengganggu kelangsungan usaha Bank. Mencerminkan kondisi Bank yang secara umum tidak sehat sehingga dinilai tidak mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya tercermin dari peringkat faktor-faktor penilaian, PK 5 antara lain profil risiko rentabilitas, dan permodalan yang secara umum kurang baik. Terdapat kelemahan yang secara umum sangat signifikan sehingga untuk mengatasinya dibutuhkan dukungan dana dari pemegang saham atau sumber dana dari pihak lain untuk memperkuat kondisi keuangan Bank.

  Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum hasil self assesment (oleh Bank sendiri) adalah Tingkat Kesehatan Bank secara komprehensive (konsolidasi), mencakup seluruh faktor-faktor CAMELS Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 pada pasal 3. Apabila hasil penilaian tingkat kesehatan Bank menunjukkan peringkat 4 (kurang sehat) atau peringkat 5 (tidak sehat) maka Bank harus mempersiapkan action plan yang memuat langkah perbaikan untuk kemudian dievaluasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. Mengacu kepada Ketentuan Bank Indonesia yang mengatur penilaian tingkat kesehatan Bank, maka Bank menyusun matriks perhitungan/anilisis komponen faktor CAMELS untuk komponen- komponen permodalan, komponen kualitas aset, komponen manajemen, komponen rentabilitas, komponen Likuiditas dan komponen sensitivitas terhadap risiko pasar, yaitu :

  a. Permodalan (Capital). Penilaian terhadap komponen ini antara lain adalah “Kecukupan Pemenuhan Kewajiban Modal Minimum (KPMM)” dengan formula dan indikator pendukung atau Rasio :

  KPMM / CAR = × 100% Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 3/21/PBI/2001 tanggal 13 Desember 2001 bahwa : Bank-bank diwajibkan untuk memenuhi rasio kewajiban penyediaan modal minimum sebesar 8%. Kemudian dalam Peraturan Bank Indonesia No. 5/12/PBI/2003 tanggal 17 Juli 2003 dan SE Bank Indonesia No.7/10/DPNP tanggal 31 Maret 2005 dinyatakan bahwa bank-bank di Indonesia dengan kualifikasi tertentu wajib memperhitungkan risiko kredit (credit risk) dan risiko pasar (market risk) dalam pemenuhan kewajiban penyediaan modal minimum sebesar 8%. Tinggi rendahnya CAR suatu bank akan dipengaruhi oleh besarnya modal sendiri yang dimiliki bank (modal inti, modal pelengkap dan penyertaan) dan jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) risiko kredit dan risiko pasar yang dikelola oleh bank tersebut.

  Matriks Parameter/Indikator Penilaian Faktor Permodalan Sesuai Lampiran 1.4 SE Bank Indonesia No.13/24/DPNP/2011 tanggal 25 Oktober 2011 dapat dilihat pada Lampiran 1.

  b. Kualitas aset (asset quality). Penilaian terhadap komponen ini antara lain adalah: b.1

  Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan dibandingkan dengan total aktiva produktif, dengan formula dan indikator pendukung (Rasio) :

  Kolektibilitas Pinjaman = ℎ

  Aktiva Produktif yang diklasifikasikan adalah aktiva produktif, baik yang sudah maupun yang akan mengandung potensi tidak memberikan pengahsilan yang besarnya ditetapkan sebagai berikut :

  1) 25 % dari kredit yang tergolong kategori Dalam Perhatian Khusus. 2) 50 % dari kredit yang tergolong kategori Kurang Lancar. 3) 75 % dari kredit yang tergolong kategori Diragukan. 4) 100 % dari kredit yang tergolong Macet. b.2 Perkembangan Aktiva Produktif Bermasalah/Non Performing Loan dibanding dengan aktiva produktif, dengan formula dan indikator pendukung atau rasio :

  ℎ

  =

  Kolektibilitas Aktiva Produktif

  Aktiva produktif bermasalah (Non Performing Loan) adalah aktiva produktif dengan kualitas Lancar, Diragukan dan Macet. Ukuran NPL terbaik ditetapkan adalah bila berada dibawah 5% dan bila berada diatas 5% dianggap buruk.

  c. Manajemen (management). Penilaian terhadap komponen-komponen ini antara lain adalah mencakup :

1) Kualitas manajemen umum dan penerapan manajemen risiko.

  2) Kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku dan komitmen kepada Bank Indonesia dan atau pihak lainnya.

  3) Kepatuhan Bank, seperti Batas Maksimum Pemberian Kredit

  d. Rentabilitas. Penilaian terhadap komponen-komponen ini antara lain adalah mencakup rasio : a)

  ROA (Return on Asset) dengan formula dan indikator pendukung atau rasio:

  

ROA = × 100%

  b) ROE (Return on Equity) dengan formula dan indikator pendukung atau rasio:

  ℎ ROE =

  × 100% c) NIM (Net Interest Margin), dengan formula dan indikator pendukung atau rasio :

  ℎ

NIM = × 100%

  −

  d) CER (Cost Effisiensi Ratio), dengan formula dan indikaor pendukung atau rasio :

  

CER = × 100%

. ℎ+ .

  e) BOPO (Biaya Operasional Pendapatan Operasional), dengan formula dan indikator pendukung atau rasio :

  BOPO = × 100%

  f) Perkembangan laba operasional, dengan formula dan indikator pendukung atau rasio :

  Perkembangan Laba Operasional = Pendapatan Operasional

  • – Biaya Operasional Matriks Parameter/Indikator Penilaian Faktor Rentabilitas Sesuai Lampiran 1.3

  SE Bank Indonesia No.13/24/DPNP/2011 tanggal 25 Oktober 2011 dapat dilihat pada Lampiran 2.

  e. Likuiditas. Penilaian terhadap komponen-komponen ini adalah antara lain mencakup : 1)

  Loan to Deposit Ratio (LDR) dengan formula dan indikator pendukung atau rasio :

  ℎ

LDR = × 100%

  ℎ

  Berdasarkan Pasal 11, Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/15/PBI/2013 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum dalam Rupiah dan Valuta Asing Bagi Bank Umum Konvensional bahwa besaran dan parameter yang digunakan dalam perhitungan GWM LDR dalam rupiah ditetapkan sebesar 78 % untuk batasan bawah LDR target dan 92 % untuk batasan atas target.

  2) Aktiva likuid kurang dari 1 bulan dibandingkan dengan pasiva likuid kurang dari 1 bulan, proyeksi cash flow dan konsentrasi pendanaan. Pedoman

  Perhitungan Rasio Keuangan Sesuai Lampiran 14 SE Bank Indonesia No.13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 dapat dilihat pada Lampiran 3.

2.6. Kualitas Aktiva Produktif

  Pernyataan Standard Akuntansi Keuangan No. 31 tanggal 31 Maret 2000,

  paragraf 24 menegaskan bahwa : Kredit Non Performing pada umumnya merupakan kredit yang pembayaran angsuran pokok dan/atau bunganya telah lewat 90 hari atau lebih atau pembayarannya secara tepat waktu sangat diragukan. Kredit non performing terdiri atas kredit yang digolongkan sebagai kredit kurang lancar, diragukan dan macet.

  Penilaian Kualitas Aktiva Produktif berpedoman kepada : A. Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009, tanggal 29 Januari 2009 tentang perubahan ketiga atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/2/PBI/2005, tanggal 20 Januari 2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum.

  B.

  Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/33/DPNP tanggal 08 Desember 2009 perihal Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/4/DPNP tanggal 27 Januari 2009 tentang Pelaksanaan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia, dan C. Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/33/DPNP tanggal 08

  Desember 2009 tentang Penyesuaian Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI) 2008 dapat dilihat pada lampiran 4.

  Mengacu pada Peraturan Bank Indonesia diatas Kualitas Kredit ditetapkan berdasarkan faktor penilaian sebagai berikut : a. Prospek Usaha, yang meliputi penilaian terhadap komponen-komponen potensi petumbuhan usaha, kondisi pasar dan posisi debitur dalam persaingan, kualitas manajemen dan permasalahan tenaga kerja, dukungan dari grup atau afiliasi dan

  b. Kinerja (performance), yang meliputi penilaian terhadap komponen perolehan laba, struktur permodalan, arus kas dan sensitivitas terhadap risiko pasar.

  c. Kemampuan membayar, yang meliputi penilaian terhadap komponen- komponen keketapan pembayaran pokok dan bunga, ketersediaan dan keakuratan informasi keuangan debitur, kelengkapan dokumentasi kredit, kepatuhan terhadap perjanjian kredit, kesesuaian penggunaan dana dan kewajaran sumber pembayaran kewajiban. 1) point A

  Kriteria dari masing-masing komponen sebagaimana dimaksud diuraikan dalam Lampiran 5 Skipsi ini.

  2) Penetapan kualitas kredit dilakukan dengan mempertimbangkan materialitas dan signifikansi dari faktor penilaian, komponen dan relevansi dari faktor penilaian dan komponen tersebut terhadap karakteristik debitur yang bersangkutan.

  Selanjutnya berdasarkan penilaian pada angka 1) dan 2) diatas Kualitas kredit yang diklasifikasikan kedalam kategori Lancar, Dalam Perhatian Khusus, Kurang Lancar, Diragukan dan Macet memiliki kriteria :

  a. Lancar (pass) apabila memenuhi kriteria, 1)

  Pembayaran tepat waktu, perkembangan rekening baik dan tidak terdapat tunggakan serta sesuai dengan persyaratan kredit.

  Hubungan debitur dengan Bank baik dan debitur selalu menyampaikan informasi keuangan secara teratur dan akurat.

  3) Dokumentasi kredit lengkap dan pengikatan agunan kuat.

  b. Dalam Perhatian Khusus (special mention) apabila memenuhi kriteria.

  1) Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/atau bunga sampai 90 hari. 2) Jarang mengalami cerukan. 3)

  Hubungan debitur dengan Bank baik dan debitur selalu menyampaikan informasi keuangan secara teratur dan akurat.

  4) Dokumentasi kredit lengkap dan pengikatan agunan kuat. 5) Pelanggaran perjanjian kredit tidak prinsipil.

  c. Kurang Lancar (sub standard) apabila memenuhi kriteria,

  1) Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 90 hari sampai 120 hari.

  2) Terdapat cerukan yang berulangkali, khususnya untuk menutupi kerugian operasional dan kekurangan arus kas.

  3) Hubungan debitur dengan Bank memburuk dan informasi keuangan tidak dapat dipercaya.

  4) Dokumentasi kredit kurang lengkap dan pengikatan agunan lemah. 5)

  Pelanggaran terhadap persyaratan pokok kredit 6) Perpanjangan kredit untuk menyembunyikan kesulitan keuangan.

  d. Diragukan (doubtful) apabila memenuhi kriteria 1)

  Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 120 hari sampai dengan 180 hari.

  2) Terjadi cerukan yang bersifat permanen khususnya untuk menutupi kerugian operasional dan kekurangan arus kas.

  3) Hubungan debitur dengan Bank semakin memburuk dan informasi keuangan tidak tersedia dan tidak dapat dipercaya.

  4) Dokumen kredit tidak lengkap dan pengikatan agunan yang lemah. 5)

  Pelanggaran yang prinsipil terhadap persyaratan pokok dalam perjanjian kredit.

  e. Macet (loss) apabila memenuhi kriteria, 1) Terdapat tunggakan pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 180 hari. 2) Dokumentasi kredit dan/atau pengikatan agunan tidak ada.

  Pendapatan dari rekening kredit dengan kualitas Kurang Lancar, Diragukan dan Macet hanya boleh diakui apabila telah diterima secara tunai. Pendapatan dari rekening kredit dengan kualitas Kurang Lancar, Diragukan dan Macet yang telah diakui secara akrual harus dikoreksi apabila kualitas kredit menjadi Kurang Lancar, Diragukan dan Macet.

2.7. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN)

  Pembentukan CKPN atas Kredit secara kolektif dilakukan dengan mengacu pada pembentukan cadangan umum dan cadangan khusus sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum, yaitu sebagai berikut : a. 1 %, berupa cadangan umum atas Kredit yang memenuhi kualitas Lancar, kecuali untuk agunan yang dijamin dengan agunan tunai sesuai ketentuan Bank

  Indonesia.

  b. 5 %, berupa cadangan khusus atas Kredit yang memenuhi kualitas Dalam Perhatian Khusus setelah dikurangi nilai agunan sesuai ketentuan Bank Indonesia.

  c. 15 %, berupa cadangan khusus atas Kredit yang memenuhi kualitas Kurang Lancar setelah dikurangi nilai agunan sesuai ketentuan Bank Indonesia.

  d. 50 %, berupa cadangan khusus atas Kredit yang memenuhi kualitas Diragukan setelah dikurangi nilai agunan sesuai ketentuan Bank Indonesia.

  e. 100 %, berupa cadangan khusus atas Kredit yang memenuhi kualitas Macet setelah dikurangi nilai agunan sesuai ketentuan Bank Indonesia. f. Cadangan Khusus pada poin b. Sampai poin e. diatas untuk Aktiva Non Produktif yang terdiri dari Agunan Yang Diambil Alih (AYDA), Properti Terbengkalai, Rekening Antar Kantor (RAK) dan Suspense Account.

  Perhitungan penyisihan penghapusan aktiva (PPAP) atau CKPN dapat dilihat pada lampiran 5.

  Mengacu pada PAPI (Revisi 2008) dan Surat Edaran Bank Indonesia No.11/33/DPNP tanggal 8 Desember 2009 bahwa pembentukan CKPN dengan menggunakan pola pembentukan PPAP hanya dapat dilakukan sampai Bank telah memiliki data kerugian historis yang memadai unutk menentukan besarnya penurunan nilai kredit secara kolektif atau selambta-lambatnya pada akhir bulan Desember 2011. Penerapan estimasi penurunan nilai kredit secara Kolektif dan secara Individual atas dasar probability of default dan kerugian historis mengacu pada pembentukan cadangan umum dan cadangan khusus sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum.

  Jumlah Cadangan Penghapusan Aktiva/CKPN wajib dibentuk oleh Bank minimal sebesar 105 % dari yang seharusnya dibentuk dan apabila lebih kecil maka kekurangannya wajib diperhitungkan sebagai pengurang modal inti dalam perhitungan kewajiban Penyediaan Modal Minimum.

2.8. Peneliti Terdahulu

  Dibawah ini terdapat lima hasil penelitian terdahulu, yaitu :

  a. (2009) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Laporan Keuangan

  Pada PT. Bank SUMUT Medan”. Laporan keuangan yang teliti dari tahun 2004, 2005, dan 2006. Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio likuiditas (cash ratio dan Giro wajib minimum), rasio produktivitas (ROA, ROE, NIM, Profit Margin, Produktivitas Aset, Produktivitas Pinjaman, PPAP), dan rasio efisiensi (TbaTA, COF, OHC, BTKaBO dan BTKaP). Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa jumlah aktiva yang diperlukan untuk periode tahun 2004 sampai dengan 2006 cukup besar untuk membiayai kredit yang diberikan. Terdapat perbedaan mendasar antara data penelitian terdahulu ini dengan data peneliti dalam hal antara lain : 1)

  Peneliti meneliti dan akan mengungkap Rencana Kerja Tahunan tahun buku 2014 dan membandingkannya terhadap realisasi 4 tahun sebelumnya, sedangkan peneliti terdahulu ini mengevaluasi realisasi (performance) tahun buku 2006 dengan perbandingan kinerja 2 tahun sebelumnya tanpa mengungkap data Rencana Kerja Tahunan (target). 2)

  Peneliti terdahulu ini menggunakan data kinerja keuangan secara konsolidasi, dapat dilihat dari perbandingan ROE (laba setelah pajak terhadap rata-rata equity/modal inti) sedangkan peneliti tidak meneliti kecukupan modal minimum Bank (secara ROE dan CAR) mengingat tempat peneliti adalah pada tingkat kantor Cabang, bukan pada kantor pusat PT.

  Bank Sumut. 3)

  Peneliti akan meneliti standar kriteria peringkat komponen rasio keuangan berdasarkan ketetapan PT. Bank Sumut mencakup ROA, BOPO, LDR, NIM, NPL, Kolektibilitas, CER, Perkembangan Kredit, Perkembangan DPK, Perkembangan Laba/Rugi, Perkembangan Aset, dan membandingkannya dengan tingkat pencapaian periode 5 tahun.

  b. Pratiwi (2010) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Laporan Keuangan Dalam Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan Pada PT. Bank Sumut Medan”.

  Laporan keuangan yang diteliti adalah tahun 2007 dan tahun 2008. Kriteria kinerja keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah CAR, PPAP, ROA, ROE, NIM, BOPO, LDR. Hasil dari penelitian bahwa CAR PT. Bank Sumut Medan pada tahun 2007 dan tahun 2008 dapat dikatakan sangat baik, meskipun terjadi penurunan sebesar 4,47% dari tahun 2007 ke tahun 2008.

  PPAP pada tahun 2007 dan tahun 2008 memasuki kategori sangat baik.. ROA pada tahun 2007 dan tahun 2008 termasuk dalam kategori sangat baik. ROE pada tahun 2007 dan tahun 2008 termasuk dalam kategori sangat baik. NIM pada tahun 2007 dan tahun 2008 termasuk dalam kategori sangat baik. BOPO pada tahun 2007 dan 2008 termasuk kedalam kategori sangat baik, meskipun terjadi penurunan sebesar 0,33% dari tahun 2007 ke 2008. LDR pada tahun

  2007 termasuk ke dalam kategori baik, sedangkan pada tahun 2008 termasuk ke dalam kategori sangat baik.

  Dengan peneliti terdahulu ini juga terdapat perbedaan mendasar dengan penelitian ni dalam hal antara lain : 1)

  Peneliti meneliti dan akan mengungkap realisasi terhadap Rencana Kerja Tahunan tahun buku 2014 dan membandingkannya terhadap realisasi 4 tahun sebelumnya, sedangkan peneliti terdahulu ini mengevaluasi realisasi (performance) tahun buku 2008 dengan perbandingan kinerja 1 tahun sebelumnya tanpa mengungkap Rencana Kerja Tahunan (target).

  2) Peneliti terdahulu ini juga menggunakan data kinerja keuangan secara konsolidasi, dapat dilihat dari perbandingan ROE (laba setelah pajak terhadap rata-rata equity/modal inti) sedangkan peneliti tidak meneliti kecukupan modal minimum Bank (secara ROE dan CAR) mengingat tempat peneliti adalah pada tingkat kantor Cabang, bukan pada kantor pusat PT.

  Bank Sumut. 3)

  Peneliti akan meneliti standar kriteria peringkat komponen rasio keuangan (bench mark) berdasarkan ketetapan PT. Bank Sumut mencakup ROA, BOPO, LDR, NIM, NPL, Kolektibilitas, CER, Perkembangan Kredit, Perkembangan DPK, dan Perkembangan Laba/Rugi Perkembangan Aset, dan membandingkannya dengan tingkat pencapaian periode 5 tahun. Sebagai contoh ROA, BOPO dan NIM PT.Bank Sumut untuk tahun 2007 dan 2008 termasuk kategori “Sangat Baik” dan LDR termasuk kategori “Baik” tanpa mengungkap kriteria (bench mark) Sangat baik dan baik.

  c. Natan, dkk (2010) dengan judul penelitian “Analisis Laporan Keuangan untuk

  Menilai Kinerja Keuangan pada PT Astra International Tbk Periode 2007- 2009

  .” Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rasio likuiditas, Rasio solvabilitas, Rasio aktivitas, dan Rasio profitabilitas. Hasil penelitian adalah Kondisi kinerja keuangan PT Astra International Tbk serta perkembangannya selama periode 2007-2009. Berdasarkan analisis laporan keuangan yang telah teliti maka peneliti dapat disimpulkan bahwa dari keempat rasio yang digunakan memiliki perkembangan yang cukup signifikan terdapat pada rasio aktivitas dimana tingkat keefisienan aktivitas perusahaan terbaik dimiliki pada tahun 2007, sedangkan di tahun berikutnya memiliki Akurat.

  d.

  Inanda (2007) dengan judul penelitian “Analisis Laporan Keuangan Sebagai Alat Penilaian Kinerja Keuangan Pada PT.Pertamina EP.Area Rantau

  • – Aceh Tamiang.” Laporan keuangan yang diteliti adalah tahun 2003 dan tahun 2004. Kriteria yang digunaan dalam penelitian ini adalah Return On Asset (ROA), (ROE), Cash Ratio, Current Ratio, Collection Periods, Inventory Turn Over, Total Assets Turn Over, Total Equity to Total Assets. Jenis Penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian kuantitatif deskriptif. ROE pada tahun 2003 sebesar 54,77% mendapat skor 20 dan rasio ini mengalamai peningkatan pada tahun 2004 sebesar 162,18% namun masih dengan skor yang sama yakni 20. ROI pada tahun 2003 memiliki bobot sebesar 14,98% pada skor 12 yang
kemudian mengalami kenaikan pada tahun 2004 sebesar 18,70% dengan jumlah skor 15 dan kenaikan ini disebabkan oleh meningkatnya laba perusahaan. Cash Ratio pada tahun 2003 sebesar 3,61% dan mengalami kenaikan pada tahun 2004 sebesar 10,43% dengan skor 2. Kenaikan ini disebabkan oleh kenaikan kas dan setara kas serta pengurangan hutang lancar pada tahun 2004. Current Ratio pada tahun 2003 memiliki bobot sebesar 314,63% sedangkan pada tahun 2004 adalah 183,91% yang masing-masing mendapat skor 5. Collection Periods pada tahun 2003 memiliki bobot sebesar 299,66% dan pada tahun 2004 sebesar 46,52% dan hal tersebut mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya.

  Perputaran Persediaan pada tahun 2003 memiliki bobot sebesar 124,24% yang mendapat skor 3,5 dan pada tahun 2004 mengalami kenaikan sebesar 42,79% dengan mendapat skor 5. Perputaran total aktiva pada tahun 2003 sebesar 31,01% dengan skor 2 dan pada tahun 2004 mengalami kenaikan sebesar 83,42% dengan skor 3,5. Kenaikan ini disebabkan oleh adanya peningkatan pada total pendapatan usaha pada tahun 2004. Rasio total modal sendiri terhadap total aktiva pada tahun 2003 sebesar 20,02% dengan skor 7,25 dan rasio ini mengalami penurunan pada tahun 2004 sebesar 8,32% dengan skor 4.

  Penurunan ini disebabkan oleh total pendanaan aktiva yang berasal dari modal sendiri sangat kecil.

  e.

  Rubianti (2013) dengan judul penelitian “Analisa Rasio Keuangan Untuk Menilai Kinerja Perusahaan Pada PT. Admiral Lines Cabang Tanjungpinang.” Laporan keuangan yang diteliti adalah tahun 2009 sampai dengan 2012. Jenis

  Penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian kuantitatif deskriptif. Pada rasio likuiditas angka menunjukkan diatas standar industri. Sedangkan rasio aktivitas pada tahun 2012, perputaran piutang menjadi lebih lama dari rata-rata industri. Rasio profitabilitas menunjukkan angka dibawah rata-rata industri.

  Secara keseluruhan kinerja perusahaan masih tergolong baik, tetapi tetap perlu peningkatan. Saran Dari hasil penelitian terhadap perusahaan ini agar dapat menjadi masukan bagi manajemen perusahaan antara lain : 1. Perusahaan sebaiknya menyajikan analisis rasio keuangan sehingga dapat mengukur kinerja keuangan perusahaan, sehingga dapat diketahui tingkat rasio apakah pada saat tersebut perusahaan dalam kondisi sehat atau tidak 2. Meningkatkan likuiditas perusahaan, sehingga kemampuan perusahaan meningkat dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. 3. Kinerja penagihan piutang harus ditingkatkan.

  f.

  BAPPENAS (2011) dengan judul penelitian “Krisis Keuangan Eropa Dampak Terhadap Perekonomian Indonesia.” Beberapa indikator seperti CAR, NPL dan pertumbuhan kredit menunjukkan hal yang positif. Total aset perbankan masih menunjukkan tren peningkatan. Data sampai dengan Agustus 2011 menunjukkan pertumbuhan total aset mencapai 8,1 persen. Pertumbuhan kredit dan penghimpunan dana juga masih melanjutkan tren peningkatan yang masingmasing tumbuh sebesar 19,28 persen dan 10,63 persen. CAR perbankan cukup memadai dengan berada pada level 17,2 persen pada Oktober. Level ini jauh di atas batas minimum 8 persen yang ditetapkan Bank Indonesia. NPL pada bulan Juli juga terhitung aman karena berada pada level 2,7 persen atau masih dibawah batas 5 persen sebagaimana ditetapkan BI. Perkembangan likuiditas menunjukkan peningkatan dimana rasio LDR naik dari 75,5 persen pada Desember 2010 menjadi 81,36 persen pada bulan Oktober 2011. Krisis yang terjadi di Eropa dan Amerika Serikat membawa pengaruh terhadap harga- harga komoditas yang cenderung menurun (Gambar IV.1.8). Penurunan harga harga komoditas di pasaran dunia ini terutama untuk bahan-bahan baku.

  Penurunan harga komoditas secara drastis sebelumnya juga pernah terjadi saat krisis Global tahun 2008. Namun demikian, pada masa krisis masih terdapat kecenderungan peningkatan harga pada komoditi investasi yaitu emas terkait sifat investasi yang lebih aman dalam jangka panjang. Inflasi nasional masih terkendali dan berada dalam rentang yang diharapkan (Gambar IV.1.9 dan Gambar IV.1.10). Terkendalinya inflasi ini didorong oleh melambatnya inflasi harga bahan pangan.

Tabel 2.2 Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti Judul Penelitian

  

Jenis

Penelitian Rasio yang Diteliti Hasil Penelitian

  1. Analisis Laporan Keuangan Pada PT.Bank SUMUT Medan Jenis

  Penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian kuantitatif deskriptif.

  Rasio lukuiditas, Rasio produktivitas, dan Rasio Efisiensi Jumlah aktiva yang diperlukan untuk periode tahun 2004 sampai dengan 2006 cukup besar untuk membiayai kredit yang diberikan.

  2. Ernanda Pratiwi Analisis Laporan Keuangan Dalam Menilai

  Jenis Penelitian yang dilakukan

  CAR,ROA, ROE,NIM,

  PT. Bank Sumut Medan pada tahun 2007 dan tahun 2008 dapat

BOPO, LDR.

  Kinerja termasuk dikatakan sangat Keuangan jenis baik, PPAP pada Perusahaan penelitian tahun 2007 dan Pada PT. Bank kuantitatif tahun 2008 Sumut Medan deskriptif. memasuki kategori sangat baik. ROA,

  ROE, NIM, BOPO pada tahun 2007 dan tahun 2008 termasuk dalam kategori sangat baik. LDR pada tahun 2007 termasuk ke dalam kategori baik, sedangkan pada tahun 2008 termasuk ke dalam kategori sangat baik.

  3. Fredrik Analisis Jenis Rasio Kondisi kinerja

Natan Laporan Penelitian likuiditas keuangan PT Astra

dan Keuangan untuk yang Rasio International Tbk

Sinta Setiana Menilai Kinerja dilakukan solvabilitas serta

  Keuangan pada termasuk Rasio perkembangannya PT Astra jenis aktivitas selama periode International penelitian Rasio 2007-2009. Tbk Periode kuantitatif profitabilitas Berdasarkan 2007-2009 deskriptif. analisis laporan keuangan yang telah teliti maka peneliti dapat disimpulkan bahwa dari keempat rasio yang digunakan memiliki perkembangan yang cukup signifikan terdapat pada rasio aktivitas dimana tingkat keefisienan aktivitas perusahaan terbaik dimiliki pada tahun 2007, sedangkan di tahun berikutnya memiliki Akurat.

  4. Silvani Analisis Jenis Return On ROE tahun 2003 Inanda Laporan Penelitian Asset (ROA), sebesar 54,77% Keuangan yang Return On dan tahun 2004 Sebagai Alat dilakukan Equity (ROE), sebesar 162,18% . Penilaian termasuk Cash Ratio, ROI tahun 2003 Kinerja jenis Current Ratio, memiliki bobot Keuangan Pada penelitian Collection sebesar 14,98% PT.Pertamina kuantitatif Periods, dan mengalami EP.Area Rantau deskriptif. Inventory kenaikan tahun Turn Over, 2004 sebesar

  • – Aceh Tamiang Total Assets 18,70%. Cash Turn Over, Ratio tahun 2003 Total Equity sebesar 3,61% dan to Total mengalami Assets. kenaikan tahun 2004 sebesar 10,43%. Current Ratio tahun 2003 memiliki bobot sebesar 314,63% sedangkan tahun 2004 adalah 183,91%. Collection Periods tahun 2003 sebesar 299,66% dan tahun

  2004 sebesar 46,52%. Perputaran Persediaan tahun 2003 memiliki bobot sebesar 124,24% yang mendapat skor 3,5 dan tahun 2004 mengalami kenaikan sebesar 42,79%. Perputaran total aktiva tahun 2003 sebesar 31,01% dan thn 2004 mengalami kenaikan sebesar 83,42%. Rasio total modal sendiri terhadap total aktiva tahun 2003 sebesar 20,02% dan rasio ini mengalami penurunan tahun 2004 sebesar 8,32%.

  5. Nana Analisa Rasio Jenis Current Ratio, Pada rasio Rubianti Keuangan penelitian Acid Test likuiditas angka Untuk Menilai yang Ratio/Quick, menunjukkan Kinerja digunakan Ratio diatas standar Perusahaan adalah Perputaran industri. Pada PT. penelitian Piutang, Sedangkan rasio Admiral Lines deskriptif Periode aktivitas pada Cabang kualitatif. Pengumpulan tahun 2012, Tanjungpinang. Piutang, perputaran piutang

  Gross Profit menjadi lebih lama Margin, Net dari rata-rata Profit Margin, industri. Rasio Return On profitabilitas Investment menunjukkan angka dibawah rata-rata industri. Secaran keseluruhan kinerja perusahaan masih tergolong baik, tetapi tetap perlu peningkatan.

  6. BAPPENAS Krisis Jenis CAR, NPL, Data sampai Keuangan penelitian Deposits, dengan Agustus Eropa Dampak deskriptif ROA, LDR, 2011 menunjukkan Terhadap kualitatif Total Aset pertumbuhan total Perekonomian dan aset mencapai 8,1 Indonesia kuatitatif. persen.

  Pertumbuhan kredit dan penghimpunan dana juga masih melanjutkan tren peningkatan yang masingmasing

tumbuh 19,28%

dan 10,63%. CAR

perbankan cukup

memadai dengan

berada level 17,2%

pada Oktober. NPL bulan Juli juga terhitung aman karena

berada pada level

2,7% atau masih

dibawah batas 5%

sebagaimana ditetapkan BI. Perkembangan likuiditas menunjukkan peningkatan

dimana rasio LDR

naik dari 75,5%

pada Desember

2010 menjadi

81,36% pada bulan

Oktober 2011

2.9. Kerangka Konseptual PT. BANK SUMUT RBB (Rencana Bisnis Bank)-Konsolidasi RKT (Rencana Kerja Tahunan) CABANG MEDAN ISKANDAR MUDA Rencana Rencana Rencana Rencana Rencana Rencana Rencana Dana Pihak

  Laba / Kredit NPL Pendapatan Biaya Lainnya Rugi Ketiga Realisasi : Realisasi : Dana Pihak Ketiga (Giro,

   Neraca Tabungan, dan Simpanan

   Laba/Rugi Berjangka)

   Informasi Keuangan Lain Kredit (Lancar dan Non Lancar) (Tahun buku 2014, 2013,

   Pendapatan Operasional 2012, 2011, dan 2010). Biaya Operasional CKPN Laba/Rugi Rasio Kinerja Keuangan (Utama). Asset Lainnya ROA

  Trend Perkembangan 2014 CER terhadap tahun 2013, 2012, 2011,

   BOPO dan 2010 :

   NIM LDR

   ROA, CER, BOPO, NIM, LDR, NPL

  NPL, dan Kolektibilitas Kolektibilitas Perkembangan DPK,

   Perkembangan Kredit, Perkembangan Laba/Rugi. Perkembangan Aset

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.10. Penjelasan Kerangka Konseptual

  PT.Bank Sumut berkantor pusat di Medan mempuyai Rencana Bisnis Bank (RBB) secara konsolidasi untuk jangka waktu 3 tahun yang kemudian dibagi (break down) per tahunnya menjadi Rencana Kerja Tahunan (RKT).

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh Bauran Pemasaran terhadap Keputusan Pembelian Mobil Honda pada PT. Istana Deli Kencana Adam Malik Medan

0 0 9

Pengaruh Bauran Pemasaran terhadap Keputusan Pembelian Mobil Honda pada PT. Istana Deli Kencana Adam Malik Medan

0 2 11

A. Data Responden - Analisis Persepsi Pergeseran Konsumen dari Retail Tradisional ke Retail mMdern di Kecamatan Medan Merelan, Kota Medan

0 0 22

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Teori Pasar - Analisis Persepsi Pergeseran Konsumen dari Retail Tradisional ke Retail mMdern di Kecamatan Medan Merelan, Kota Medan

0 0 18

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Analisis Persepsi Pergeseran Konsumen dari Retail Tradisional ke Retail mMdern di Kecamatan Medan Merelan, Kota Medan

0 0 8

BAB II PENGELOLAAN KEUANGAN YANG DILAKUKAN OLEH BUMN PERSERO A. Ruang Lingkup Badan Usaha Milik Negara - Analisis Yuridis Terhadap Fungsi Pengawasan Pengelolaan Keuangan BUMN Oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

0 0 31

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Analisis Yuridis Terhadap Fungsi Pengawasan Pengelolaan Keuangan BUMN Oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

0 0 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) - Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Luas Wilayah terhadap Alokasi Belanja Modal pada Kabupaten/Kota di Sumatera Utara

0 0 16

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Luas Wilayah terhadap Alokasi Belanja Modal pada Kabupaten/Kota di Sumatera Utara

0 0 7

Analisis Kinerja Keuangan Tahun Buku 2014, 2013, 2012, 2011, Dan 2010 Pada PT. Bank Sumut Cabang Medan Iskandar Muda

0 0 29