MAKALAH STUDI KELAYAKAN BISNIS ASPEK ASP
MAKALAH STUDI KELAYAKAN BISNIS
ASPEK-ASPEK DALAM MANAJEMEN, POAC,
BALANCE SCROECARD, DAN SIX SIGMA
Laporan dibuat guna memenuhi syarat tugas mata kuliah Studi Kelayakan Bisnis
serta nilai guna yang dapat dipelajari dari materi yang dibahas
Dosen Pengampu :
Mar’atul Fahima, S.P., M.M.
Disusun oleh :
Vindi Nur Maharani
(1405140013)
Nurlaili Munasifah
(14051400__)
Agus Syarifudin
(14051400__)
PRODI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KH. A. WAHAB HASBULLAH
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas karunia yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Aspek-Aspek dalam
Manajemen, POAC, Balance Scorecard, dan Sig Sigma”, makalah ini kami buat
untuk memenuhi tugas kelompok matakuliah Pengantar Bisnis.
Kami ucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini, sehingga kami dapat menyelesaikannya tepat pada
waktunya. Ucapan terimakasih ini kami berikan kepada :
1. Mar’atul Fahima, S.P., M.M. .selaku dosen pengampu,
2. Teman – teman yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
3. Para penulis buku dan pemilik situs web yang telah berbagi ilmu dan
wawasannya kepada kami.
Kami selaku penyusun makalah ini sepenuhnya menyadari bahwa makalah
ini belum sempurna, sehingga kami berharap uluran tangan dari para pembaca
untuk memberi kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah
ini sesuai dengan harapan anda.
Akhir kata kami ucapkan terimakasih. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
kami selaku penyusun maupun para pembaca sekalian.
Jombang, 05 Maret 2017
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1
LATAR BELAKANG.......................................................................... 1
1.2
RUMUSAN MASALAH ..................................................................... 2
1.3
TUJUAN .............................................................................................. 2
1.4
MANFAAT .......................................................................................... 2
BAB 2 PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
2.1
KONSEP DASAR STUDI KELAYAKAN BISNIS ........................... 3
2.2 LEMBAGA-LEMBAGA YANG MEMERLUKAN STUDI
KELAYAKAN BISNIS ................................................................................ 4
2.3
ASPEK-ASPEK STUDI KELAYAKAN BISNIS ............................... 5
2.4
FUNGSI MANAGEMEN (POAC) ...................................................... 6
2.5
BALANCE SCORE CARD DAN SIX SIGMA ...................................... 9
BAB 3 PENUTUPAN ......................................................................................... 26
3.1
SIMPULAN ....................................................................................... 26
3.2
SARAN .............................................................................................. 27
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 28
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dewasa ini bisnis adalah bukan hal yang baru lagi dalam dunia
ekonomi, banyak orang yang mulai giat ngeadakan kegiatan bisnis tersebut
dengan semakin banyaknya pelaku bisnis maka banyak pula yang harus diulas
oleh para pelaku bisnis dalam menjalankan bisnisnya.
Menurut Raymond E Glos yang dikutip oleh Umar dalam bukunya
yang berjudul “Business : its nature and environment : An Introduction”
yang dikutip oleh Umar, bisnis adalah seluruh kegiatan yang diorganisasikan
oleh orang-orang yang berkecimpung dalam bidang perniagaan dan industry
yang menyediakan barang dan jasa untuk kebutuhan mempertahankan dan
memperbaiki standard serta kualitas hidup mereka.
Dunia Manajemen sebagian besar menggunakan POAC ( Planning,
Organizing, Actuating dan Controlling ). Prinsip Manajemen POAC ini sangat
banyak sekali digunakan oleh organisasi kecil maupun besar yang bertujan
untuk lebih mengembangkan dan mengelola organisasi mereka.
Di era globalisasi tingkat persaingan semakin ketat, setiap perusahaan
semakin dihadapkan pada kelangkaan dalam pengadaan, penguasan, dan
pemilikan sumber-sumber daya sehingga tidak ada alasan untuk membenarkan
terjadinya
inefisiensi.
Disamping
itu,
pimpinan
perusahaan
perlu
mengevaluasi fungsi-fungsi dalam organisasi untuk menentukan apakah
perusahaan sudah mencapai tujuan organisasi secara efisien dan untuk
mengenali tanda-tanda bahaya . Oleh karena itu organisasi perlu melakukan
evaluasi/pengukuran kinerja. 2 Pengukuran kinerja merupakan salah satu
faktor yang penting bagi perusahaan. Pengukuran kinerja dapat digunakan
1
untuk menilai keberhasilan organisasi dan dapat digunakan untuk menyusun
sistem imbalan dalam perusahaan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang tersebut maka dapat ditarik sebuah rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana konsep dasar studi kelayakan bisnis ?
2. Siapa yang memerlukan studi kelayakan bisnis ?
3. Apa saja aspek-aspek manajemen studi kelayakan bisnis ?
4. Apa yang dimaksud dengan POAC ?
5. Apa yan dimaksud dengan Balance Score Card dan Six Sigma ?
1.3 TUJUAN
Adapun tujuan penulisan untuk memenuhi tugas mata kuliah studi
kelayakan bisnis, selain itu ada tujuan lain dalam penulisan makalah ini yaitu :
1. Mengetahui konsep dasar studi kelayakan bisnis
2. Mengetahui lembaga yang memerlukan suatu studi kelayakan bisnis
3. Mengetahui aspek-aspek manajemen studi kelayakan bisnis
4. Mengetahu konsep POAC
5. Mengetahui tentang balance score card dan six sigma
1.4 MANFAAT
Adapun manfaat penulisan makalah ini yang kami harapkan :
1. Memahami konsep dasar studi kelayakan bisnis
2. Memahami lembaga yang memerlukan suatu studi kelayakan bisnis
3. Memahami aspek-aspek manajemen studi kelayakan bisnis
4. Memahami konsep POAC
5. Memahami tentang balance score card dan six sigma
2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 KONSEP DASAR STUDI KELAYAKAN BISNIS
A. Definisi Studi Kelayakan Bisnis
Studi kelayakan bisnis adalah penelitian dan penilaian tentang
dapat
tidaknya
suatu
proyek
dilakukan
dengan
berhasil
(menguntungkan). Pengertian menguntungkan berhasil atau layak ada
yang menafsirkan dalam arti sempit dan arti luas. Pengertian arti
sempit, biasanya pihak swasta yang lebih berminat tentang manfaat
ekonomi suatu investasi. Pengertian dalam arti luas, biasanya
pemerintah atau lembaga non profit disamping manfaat ekonomi masih
ada manfaat lain yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan.
B. Manfaat Studi Kelayakan Bisnis
Dengan membuat suatu penilaian terlebih dahulu sebelum
melakukan investasi
yang
kemudian
dituangkan
dalam
suatu
laporan secara tertulis, Manfaat yang bisa diperoleh hasil laporan
studi kelayakan bisnis ini bisa digunakan sebagai pedoman/alat untuk
mengetahui sampai sejauh mana kegiatan investasi telah dilakukan
Pada intinya laporan SKB ini bisa untuk alat pengawasan.
C. Tujuan Studi Kelayakan Bisnis
Suatu proyek investasi pada umumnya memerlukan dana yang
cukup besar dan mempengaruhi perusahaan dalam jangka panjang
3
karenanya perlu diadakan suatu studi atau penelitian dan penilaian
sebelumnya. Banyak sebab yang mengakibatkan suatu proyek ternyata
kemudian
tidak menguntungkan/gagal. Sebab itu bisa berwujud
kesalahan perencanaan, kesalahan analisa pasar, kesalahan dalam
memprediksi
bahan
baku,
kesalahan
merekrut
tenaga
kerja.
Disamping itu juga karena kesalahan dalam analisa lingkungan.
Untuk itulah studi tentang kelayakan minimal ekonomis menjadi
sangat penting. Dengan ringkas kita bisa mengatakan bahwa tujuan
dilakukannya studi kelayakan adalah untuk menghindari keterlanjuran
penanaman modal yang terlalubesar untuk kegiatan yang ternyata tidak
menguntungkan.
2.2 LEMBAGA-LEMBAGA YANG MEMERLUKAN STUDI
KELAYAKAN BISNIS
Pembuatan studi kelayakan digunakan untuk memenuhi permintaan
pihak-pihak yang berbeda. Masing-masing pihak mempunai kepentingan
serta sudut pandang yang berbeda.
Investor
Pihak yang menanamkan dana dalam suatu proyek tentunya akan
lebih memperhatikan prospek usaha tersebut. Prospek disini dimaksudkan
keuntungan beserta resiko investasi. Gambaran pospek ini sedikit banyak
tercermin dari suatu Studi Kelayakan Bisnis (SKB)
Kreditur/Bank
Pihak kreditur/Bank memperhatikan segi keamanan dana yang
dipinjamkan. Mereka mengharapkan bunga plus angsuran pokok bisa
dibayarkan tepat waktu.
4
Pemerintah
Pemerintah terutama lebih berkepentingan dengan manfaat proyek
tersebut bagi perekonomian nasional.
2.3 ASPEK-ASPEK STUDI KELAYAKAN BISNIS
Aspek-aspek dalam studi kelayakan bisnis adalah bidang kajian studi
kelayakan tentang keadaan objek tertentu dari fungsi-fungsi bisnis
(pemasaran, operasi, manajemen/SDM, hukum, lingkungan, dan keuangan).
Pelaksanaan studi dan penelitian atas fungsi-fungsi bisnis tersebut terkadang
disesuaikan dengan kebutuhan dari analis atau stakeholder.
Berdasarkan disiplin ilmu dasarnya, aspek-aspek dalam studi
kelayakan bisnis terbagi menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Aspek primer, merupakan aspek utama dalam penyusunan studi
kelayakan. Aspek primer ada beberapa sector usaha baik pabrikasi
(manufacturing), Perdagangan (trading), maupun jasa (service). Aspek
primer terdiri dari :
a. Aspek pasar dan pemasaran (marketing),
b. Aspek teknis dan teknologis (produksi/operasi),
c. Aspek manajemen dan organisasi (SDM),
d. Aspek hukum,
e. Aspek ekonomi dan keuangan.
2. Aspek
Sekunder,
merupakan
aspek
pelengkap
yang disusun
berdasarkan permintaan instansi/lembaga yang terkait dengan objek
studi, misalnya aspek analisis mengenai dampak lingkungan. Pada
5
umumnya aspek ini dipersyaratka dalam studi kelayakan yang ojeknya
menyangkut sumber daya alam, seperti proyek pembanunan perumahan
(real estete), pembangunan pabrik pengolahan (pabrik tapioca,
plywoods,
kertas,
dan
sebagainya).
Aspek
sosial
biasanya
dipersyaratkan untuk pembangunan saranan dan prasarana public yang
didanai oemerintah aaupu donator internasional.
3. Aspek
tersier,
merupakan
aspek
yang
juga
dapat
menjadi
pertimbangan dalam studi kelayakan karena secara tidak langsung dapat
memengaruhi kegiatan bisnis, yaitu aspek politik
2.4 FUNGSI MANAGEMEN (POAC)
Prinsip Manajemen POAC ini sangat banyak sekali digunakan oleh
organisasi kecil maupun besar yang bertujan untuk lebih mengembangkan
dan mengelola organisasi mereka. Berikut ini adalah penjelasan mengenai
POAC :
1. Planning
Planning adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat
strategi untuk mencapai tujuan itu dan mengembangkan rencana aktivitas
kerja dalam sebuah organisasi. Perencanaan merupakan proses yang penting
dari segala bentuk fungsi Manajemen, karena tanpa adanya perencanaan
semua fungsi-fungsi lainnya tidak akan dapat berjalan.
Dalam perencanaan, Terdapat beberapa faktor dalam Planning yang
patut untuk dipertimbangkan, yaitu :
Specific, yaitu berarti sebuah perencanaan harus jelas apa maksut dan
tujuanya beserta ruang lingkupnya.
6
Measurable, yaitu suatu tingkat keberhasilan yang harus dapat diukur
dari program kerja dan rencana yang dibuat.
Achievable, yaitu sesuatu tersebut bisa tercapai dan diwujudkan, bukan
hanya sekedar fiktif dan khayalan belaka.
Realistic, yaitu sesuatu yang sesuai dengan kemampuan dan sumber daya
yang ada, harus seimbang tetapi tetap ada tantangan didalamnya.
Time, yaitu ada batas waktu yang jelas, sehingga bisa dinilai dan
dievaluasi.
2. Organizing
Pengorganisasian ( Organizing ) adalah fungsi kedua dalam
Manajemen. Organizing adalah proses kegiatan dalam menyusun struktur
organisasi sesuai dengan tujuan-tujuan, sumber-sumber dan lingkungannya.
Dengan demikian, hasil dari pengorganisasian itu berupa struktur organisasi.
Setiap tujuan disebuah organisasi pasti ingin dicapai, dan untuk
meraih hal tersebut, pengorganisasian sangat berperan penting. Dalam
sebuah perusahaan, pengorganisasian biasanya disusun dalam bentuk badan
organisasi atau struktur organisasi, setelah tiu baru dipecah menjadi
beberapa jabatan. Disinilah letak salah satu prinsip Manajemen yang
membagi setiap tugas dan tanggung jawab dalam sebuah perusahaan yang
dibebankan pada semua anggota organisasi menurut skill dan kemampuan
masing-masing individu.
3. Actuating
Actuating ( Pelaksanaan ) adalah suatu tindakan yang mengusahakan
agar semua perencanaan dan tujuan perusahaan bisa terwujud dengan baik
7
dan seperti yang diharapkan. Jadi, pelaksanaan merupakan suatu upaya yang
menggerakkan orang-orang untuk mau bekerja dengan sendirinya dan
dengan kesadaran yang besar demi mengabulkan seluruh cita-cita
perusahaan dengan dan secara efektif.
Perencanaan dan pengorganisasian akan berjalan kurang baik jika
tidak disertai dengan pelaksanaan. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan sekali
bentuk nyata dari kerja keras, kerjasama dan kerja nyata didalamnya.
Pengoptimalan seluruh sumber daya manusia yang ada juga sangat penting,
terutama ditujukan untuk mencapai visi, misi dan Planning yang telah
diterapkan.
Dalam poin ini, semua sumber daya manusia yang ada harus bekerja
sesuai dengan tugas yang dibebankan, fungsi serta peran dan kompetensi
dari masing-masing untuk mencapai tujuan organisasi atau perusahaan
tersebut.
4. Controlling
Pengawasan ( Controlling ) adalah proses pengamatan, penentuan
standar yang akan diwujudkan, menilai kinerja pelaksanaan, dan jika
diperlukan mengambil tindakan korektif, sehingga pelaksanaan dapat
berjalan dengan semaksimal mngkin dalam mencapai tujuan perusahaan.
Agar pekerjaan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan, maka
akan dibutuhkan pengontrolan yang optimal, baik itu dalam bentuk
supervisi, pengawasan, inspeksi dan audit.
Tujuan utama dari kegiatan pengawasan adalah menciptakan kegiatankegiatan manajemen yang dinamis dan terwujud secara efektif dan efisien.
Sesuai dengan perannya dalam sebuah organisasi, Controlling memiliki
beberapa fungsi utama :
Mencegah terjadinya penyimpangan
8
Memperbaiki
kelemahan
dan
kesalahan,
serta
menindak
penyalahgunaan dan penyelewengan
Mendinamisasikan organisasi serta kegiatan dalam manajemen
Memperkuat rasa akan tanggung jawab tiap individu
Mengambil tindakan korektif jika pelaksanaan menyimpang dari
Perencanaan atau standar yang telah ditetapkan.
2.5 BALANCE SCORE CARD DAN SIX SIGMA
A. Balance Score Card
Balanced Scorecard adalah suatu konsep pengukuran kinerja bisnis
yang menyeimbangkan pengukuran atas kinerja sebuah organisasi bisnis
yang selama ini dianggap terlalu condong pada kinerja keuangan. Sebelum
munculnya konsep balanced scorecard, yang umum dipergunakan dalam
perusahaan selama ini adalah pengukuran kinerja tradisional yang hanya
menitikberatkan pada sektor keuangan saja.
Pengukuran kinerja tradisional tersebut menyebabkan orientasi
perusahaan hanya pada keuntungan jangka pendek dan cenderung
mengabaikan kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang.
Pengukuran kinerja yang menitikberatkan pada sektor keuangan saja kurang
mampu mengukur kinerja harta-harta tak tampak (intangible assets) dan
harta-harta intelektual (sumber daya manusia) perusahaan.
Cukup disadari dewasa ini, bahwa pengukuran kinerja keuangan yang
digunakan oleh banyak perusahaan untuk mengukur kinerja eksekutif tidak
lagi memadai, sehingga lahirlah konsep “Balanced Scorecard.” Balanced
scorecard
adalah
suatu
konsep
pengukuran
kinerja
bisnis
yang
diperkenalkan oleh Robert S. Kaplan (Guru Besar Akuntansi di Harvard
9
Business School) dan David P. Norton (Presiden dari Renaissance
Solutions, Inc.).
Balanced Scorecard terdiri dari dua kata yakni kartu skor (scorecard)
dan berimbang (balanced). Kartu skor adalah kartu yang digunakan untuk
mencatat skor hasil kinerja seseorang. Kata berimbang dimaksudkan untuk
menunjukkan bahwa kinerja personel diukur secara berimbang dari dua
aspek: keuangan dan non keuangan, jangka pendek dan jangka panjang,
intern dan ekstern. Dari definisi tersebut Mulyadi (2001:1) berpendapat
bahwa secara sederhana pengertian Balanced Scorecard adalah kartu skor
yang
digunakan
untuk
mengukur
kinerja
dengan
memperhatikan
keseimbangan sisi keuangan dan non keuangan, jangka panjang dan jangka
pendek, intern dan ekstern.
Pengertian
Balanced
Scorecard menurut
Sukardi
(2003:8-14)
merupakan sistem pengukuran kinerja yang berfokus pada aspek keuangan
dan non keuangan dengan memandang 4 perspektif balanced scorecard,
yaitu keuangan, pelanggan, pembelajaran dan pertumbuhan karyawan, serta
proses bisnis internal.
Balanced Scorecard didefinisikan oleh Luis (2007:16) sebagai suatu
alat manajemen kinerja (performance management tool) yang dapat
membantu organisasi untuk menterjemahkan visi dan strategi ke dalam aksi
dengan memanfaatkan sekumpulan indikator finansial dan non finansial
yang kesemuanya terjalin dalam suatu hubungan sebab akibat.
Dari berbagai definisi dapat disimpulkan bahwa Balanced Scorecard
adalah sistem pengukuran kinerja yang berfokus pada aspek keuangan dan
non keuangan dengan memandang empat perspektif, yaitu keuangan,
pelanggan, pembelajaran dan pertumbuhan karyawan, serta proses bisnis
internal yang dapat membantu organisasi untuk menerjemahkan visi dan
strategi ke dalam aksi dimana semua perspektif tersebut terjalin dalam suatu
hubungan sebab akibat.
10
Secara umum, terdapat empat macam kinerja bisnis yang diukur
dalam balanced scorecard, yaitu:
Perspektif keuangan
Perspektif pelanggan atau konsumen
Perspektif proses internal bisnis
Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan
Empat Perspektif Balanced Scorecard tersebut masing-masing dapat
dijelaskan berikut ini :
1. PERSPEKTIF KEUANGAN (Financial Perspective)
Perspektif keuangan tetap digunakan dalam Balance Scorecard, karena
ukuran keuangan menunjukkan apakah perencanaan dan pelaksanaan
strategi perusahaan memberikan perbaikan atau tidak bagi peningkatan
keuntungan perusahaan. Perbaikan-perbaikan ini tercermin dalam sasaransasaran yang secara khusus berhubungan dengan keuntungan yang terukur,
pertumbuhan usaha, dan nilai pemegang saham. Pengukuran kinerja
keuangan mempertimbangkan adanya tahapan dari siklus kehidupan bisnis,
yaitu: growth, sustain, dan harvest (Kaplan dan Norton, 2001). Tiap tahapan
memiliki sasaran yang berbeda, sehingga penekanan pengukurannya pun
berbeda pula.
a.
Growth (bertumbuh)
Tahap pertumbuhan menjadi tahap awal dalam siklus kehidupan
bisnis. Pada tahap ini perusahaan berusaha untuk menggunakan sumber
daya yang dimiliki untuk meningkatkan pertumbuhan bisnisnya. Selain
itu, perusahaan akan menanamkan investasi sebanyak-banyaknya,
meningkatkan
produk
baru,
membangun
fasilitas
produksi,
meningkatkan kemampuan beroperasi, merebut pangsa pasar, dan
membuat jaringan distribusi. Di dalam tahap ini kemungkinan besar
11
perusahaan akan selalu dalam keadaan rugi, karena tahap ini perusahaan
memfokuskan untuk penanaman investasi yang dinikmati dalam jangka
panjang nanti.
b.
Sustain (bertahan)
Adalah tahapan kedua di mana perusahaan masih melakukan
investasi dan reinvestasi dengan mengisyaratkan tingkat pengembalian
terbaik. Pada tahap ini perusahaan masih mempunyai daya tarik yang
bagus bagi para investor untuk menanamkan modalnya. Dalam tahap
ini perusahaan harus mampu mempertahankan pangsa pasar yang sudah
dimiliki dan harus memperhatikan kualitas produk dan pelayanan yang
lebih baik sehingga secara bertahap akan mengalami pertumbuhan dari
tahun ke tahun. Tujuan keuangan pada tahap ini biasanya lebih
berorientasi pada profitabilitas. Tujuan yang berkaitan dengan
profitabilitas dapat dinyatakan dengan menggunakan ukuran yang
berkaitan dengan laba operasional.
Untuk mendapatkan profitabilitas yang baik tentunya para
manajer harus bekerja keras untuk memaksimalkan pendapat yang
dihasilkan dari investasi modal, sedangkan untuk unit bisnis yang telah
memiliki otonomi diminta tidak hanya mengelola arus pendapatan,
tetapi juga tingkat investasi modal yang telah ditanamkan dalam unit
bisnis yang bersangkutan. Tolak ukur lain yang kerap digunakan pada
tahap ini, misalnya ROI, profit margin, dan operating ratio.
c. Harvest (Menuai)
Tahap ini merupakan tahap pendewasaan bagi sebuah perusahaan,
karena pada tahap ini perusahaan tinggal menuai dari investasi yang
dilakukan pada tahap-tahap sebelumnya, yang harus dilakukan pada
tahap ini adalah perusahaan tidak lagi melakukan investasi, tetapi hanya
memelihara supaya perusahaan berjalan dengan baik.
12
2. PERSPEKTIF PELANGGAN (Customer Perspective)
Filosofi
manajemen
terkini
telah
menunjukkan
peningkatan
pengakuan atas pentingnya konsumen focus dan konsumen satisfaction.
Perspektif ini merupakanleading indicator. Jadi, jika pelanggan tidak puas
maka mereka akan mencari produsen lain yang sesuai dengan kebutuha n
mereka. Kinerja yang buruk dariperspektif ini akan menurunkan jumlah
pelanggan di masa depan meskipun saat ini kinerja keuangan terlihat baik.
Oleh Kaplan dan Norton (2001) perspektif pelanggan dibagi menjadi
dua kelompok pengukuran, yaitu: customer core measurement dan customer
value prepositions. Customer Core Measurement memiliki beberapa
komponen pengukuran, yaitu:
a. Market Share (pangsa pasar); Pengukuran ini mencerminkan bagian
yang dikuasai perusahaan atas keseluruhan pasar yang ada, yang
meliputi: jumlah pelanggan, jumlah penjualan, dan volume unit
penjualan.
b. Customer Retention (retensi pelanggan); Mengukur tingkat di mana
perusahaan dapat mempertahankan hubungan dengan konsumen.
c. Customer Acquisition (akuisisi pelanggan); mengukur tingkat di mana
suatu unit bisnis mampu menarik pelanggan baru atau memenangkan
bisnis baru.
d. Customer
Satisfaction (kepuasan
pelanggan);
Menaksir
tingkat
kepuasan pelanggan terkait dengan kriteria kinerja spesifik dalam value
proposition.
e. Customer Profitability (profitabilitas pelanggan); mengukur keuntungan
yang diperoleh perusahaan dari penjualan produk atau jasa kepada
konsumen.
13
Sedangkan Customer Value Proposition merupakan pemicu kinerja
yang terdapat pada core value proposition yang didasarkan pada atribut
sebagai berikut:
a. Product or service attributes
Meliputi fungsi dari produk atau jasa, harga, dan kualitas.
Pelanggan memiliki preferensi yang berbeda-beda atas produk yang
ditawarkan. Ada yang mengutamakan fungsi dari produk, kualitas, atau
harga yang murah. Perusahaan harus mengidentifikasikan apa yang
diinginkan pelanggan atas produk yang ditawarkan. Selanjutnya
pengukuran kinerja ditetapkan berdasarkan hal tersebut.
b. Konsumen relationship
Menyangkut perasaan pelanggan te rhadap proses pembelian
produk yang ditawarkan perusahaan. Perasaan konsumen ini sangat
dipengaruhi oleh responsivitas dan komitmen perusahaan terhadap
pelanggan berkaitan dengan masalah waktu penyampaian. Waktu
merupakan komponen yang penting dalam persaingan perusahaan.
Konsumen biasanya menganggap penyelesaian order yang cepat dan
tepat waktu sebagai faktor yang penting bagi kepuasan mereka.
c. Image dan Reputasi
Menggambarkan faktor-faktor in tangible yang menarik seorang
konsumen untuk berhubungan dengan perusahaan. Membangun image
dan reputasi dapat dilakukan melalui iklan dan menjaga kualitas seperti
yang dijanjikan.
3. PERSPEKTIF PROSES BISNIS INTERNAL (Internal Business
Process Perspective)
14
Analisis proses bisnis internal perusahaan dilakukan dengan
menggunakan analisis value-chain. Disini manajemen mengidentifikasi
proses internal bisnis yang kritis yang harus diunggulkan perusahaan.
Scorecard dalam perspektif ini memungkinkan manajer untuk mengetahui
seberapa baik bisnis mereka berjalan dan apakah produk dan atau jasa
mereka sesuai dengan spesifikasi pelanggan. Perspektif ini harus didesain
dengan hati-hati oleh mereka yang paling mengetahui misi perusahaan yang
mungkin tidak dapat dilakukan oleh konsultan luar.
Kaplan dan Norton (1996) membagi proses bisnis internal ke dalam
tiga tahapan, yaitu:
a. Proses inovasi
Dalam proses penciptaan nilai tambah bagi pelanggan, proses
inovasi merupakan salah satu kritikal proses, dimana efisiensi dan
efektifitas serta ketepatan waktu dari proses inovasi ini akan mendorong
terjadinya efisiensi biaya pada proses penciptaan nilat tambah bagi
pelanggan. Dalam proses ini, unit bisnis menggali pemahaman tentang
kebutuhan dari pelanggan dan menciptakan produk dan jasa yang mereka
butuhkan. Proses inovasi dalam perusahaan biasanya dilakukan oleh
bagian marketing sehingga setiap keputusan pengeluaran suatu produk ke
pasar telah memenuhi syarat-syarat pemasaran dan dapat dikomersialkan
(didasarkan pada kebutuhan pasar). Aktivitas marketing inimerupakan
aktivitas penting dalam menentukan kesuksesan perusahaan, terutama
untuk jangka panjang.
b. Proses Operasi
Adalah proses untuk membuat dan menyampaikan produk atau
jasa. Aktivitas di dalam proses operasi terbagi ke dalam dua bagian: 1)
proses pembuatan produk, dan 2) proses penyampaian produk kepada
pelanggan. Pengukuran kinerja yang terkait dalam proses operasi
dikelompokkan pada waktu, kualitas, dan biaya.
15
c. Proses Pelayanan Purna Jual
Proses ini merupakan jasa pelaya nan pada pelanggan setelah
penjualan produk/jasa tersebut dilakukan. Aktivitas yang terjadi dalam
tahapan ini, misalnya penanganan garansi dan perbai kan penanganan
atas barang rusak dan yang dikembalikan serta pemrosesan pembayaran
pelanggan. Perusahaan dapat mengukur apakah upayanya dalam pelaya
nan purna jual ini telah memenuhi harapan pelanggan, dengan
menggunakan tolak ukur yang bersifat kualitas, biaya, dan waktu seperti
yang dilakukan dalam proses operasi. Untuk siklus waktu, perusahaan
dapat menggunakan pengukuran waktu dari saat keluhan pelanggan
diterima hingga keluhan tersebut diselesaikan.
4. PERSPEKTIF PEMBELAJARAN & PERTUMBUHAN (Learning
& Growth Perspective)
Proses ini mengidentifikasi infrastruktur yang harus dibangun
perusahaan untuk meningkatkan pertumbuhan dan kinerja jangka panjang.
Proses pembelajaran dan pertumbuhan ini bersumber dari faktor sumber daya
manusia, sistem, dan prosedur organisasi. Yang termasuk dalam perspektif ini
adalah pelatihan pegawai dan budaya perusahaan yang berhubungan dengan
perbaikan individu dan organisasi.
Hasil dari pengukuran ketiga perspektif balanced scorecard sebelumnya
biasanya akan menunjukkan kesenjangan yang besar antara kemampuan
orang, sistem, dan prosedur yang ada saat ini dengan yang dibutuhkan untuk
mencapai kinerja yang diinginkan. Inilah alasan mengapa perusahaan harus
melakukan investasi di ketigafaktor tersebut untuk mendorong perusahaan
menjadi sebuah organisasi pembelajar (learning organization).
Dalam perspektif ini, ada faktor-faktor penting yang harus diperhatikan,
yaitu:
16
a. Kapabilitas pekerja
Dalam hal ini manajemen dituntut untuk memperbaiki pemikiran
pegawai
terhadap
organisasi,
yaitu
bagaimana
para
pegawai
menyumbangkan segenap kemampuannya untuk organisasi. Untuk itu
perencanaan dan upaya implementasi reskilling pegawai yang menjamin
kecerdasan dan kreativitasnya dapat dimobilisasi untuk mencapai tujuan
organisasi.
b. Kapabilitas system informasi
Bagaimanapun juga, meski motivasi dan keahlian pegawai telah
mendukung pencapaian tujuan-tujuan perusahaan, masih diperlukan
informasi-informasi yang terbaik. Dengan kemampuan sistem informasi
yang memadai, kebutuhan seluruh tingkatan manajemen dan pegawai
atas in formasi yang akurat dan tepat waktu dapat dipenuhi dengan
sebaik-baiknya.
c. Motivasi, kekuasaan dan keselarasan
Perspektif ini penting untuk menjamin adanya proses yang
berkesinambungan terhadap upaya pemberian motivasi dan inisiatif yang
sebe sar-besarnya bagi pegawai. Paradigma manajemen terbaru
menjelaskan bahwa proses pembelajaran sangat penting bagi pegawai
untuk melakukan trial and error sehingga turbulensi lingkungan samasama dicoba-kenali tidak saja oleh jenjang manajemen strategis tetapi
juga oleh segenap pegawai di dalam organisasi sesuai kompetensinya
masing-masing. Upaya tersebut perlu didukung dengan motivasi yang
besar dan pemberdayaan pegawai berupa delegasi wewenang yang
memadai untuk mengambil keputusan. Selain itu, upaya tersebut juga
harus dibarengi dengan upaya penyesuaian yang terus menerus yang
sejalan dengan tujuan organisasi.
Dari keempat perspektif tersebut terdapat hubungan sebab akibat yang
merupakan penjabaran tujuan dan pengukuran dari masing-masing
17
perspektif. Hubungan berbagai sasaran strategic yang di hasilkan dalam
perencanaan strategic dengan kerangka Balanced Scorecard menjanjikan
peningkatan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kinerja keuangan.
Kemampuan ini sangat diperlukan oleh perusahaan yang memasuki
lingkungan bisnis yang kompetitif.
Sebagai pengertian kesimpulan bahwa balanced scorecard adalah
sistem pengukuran kinerja yang fokus tidak hanya pada aspek keuangan
namun juga pada aspek non keuangan. Pengukuran kinerja tersebut dengan
memandang
empat perspektif balanced scorecard yakni perspektif
keuangan, pelanggan, pembelajaran dan pertumbuhan, serta perspektif
proses bisnis internal.
B. Six Sigma
Strategi penerapan six sigma yang diciptakan oleh DR. Mikel Harry dan
Richard Schroeder disebut sebagai The Six Sigma Breakthrough Strategy.
Strategi ini merupakan metode sistematis yang menggunakan pengumpulan
data dan analisis statistik untuk menentukan sumber-sumber variasi dan caracara untuk menghilangkannya (Harry dan Scroeder, 2000).
Six sigma mempunyai 2 arti penting, yaitu:
1. Six sigma sebagai filosofi manajemen
Six sigma merupakan kegiatan yang dilakukan oleh semua anggota
perusahaan yang menjadi budaya dan sesuai dengan visi dan misi
perusahaan. Tujuannya meningkatkan efisiensi proses bisnis dan
memuaskan
keiginan
pelanggan,
perusahaan.
2. Six sigma sebagai sistem pengukuran
18
sehingga
meningkatkan
nilai
Six sigma sesuai dengan arti sigma, yaitu distribusi atau penyebaran
(variasi) dari rata-rata (mean) suatu proses atau prosedur. Six
sigma diterapkan untuk memperkecil variasi (sigma).
Six sigma sebagai sistem pengukuran menggunakan Defect per
Million Oppurtunities (DPMO) sebagai satuan pengukuran. DPMO
merupakan ukuran yang baik bagi kualitas produk ataupun proses, sebab
berkorelasi langsung dengan cacat, biaya dan waktu yang terbuang.
Dengan menggunakan tabel konversi ppm dan sigma pada lampiran,
akan dapat diketahui tingkat sigma. Cara menentukan DPMO adalah
sebagai berikut:
Hitung Defect per Unit (DPU)
………. (1)
DPU =
Hitung DPMO terlebih dahulu menentukan probabilitas jumlah
kerusakan.
………. (2)
DPMO =
Tabel Hubungan sigma dan DPMO
Sigma
Parts per Million
6 Sigma
3,4 defects per million
5 Sigma
233 defects per million
4 Sigma
6.210 defects per million
19
3 Sigma
66.807 defects per million
2 Sigma
308.537 defects per million
1 Sigma
690.000 defects per million
1. Keunggulan Six Sigma
Six
Sigma sebagai
pemecahan
masalah. Six
program
kualitas
juga
sigma menekankan
sebagai tool untuk
aplikasi tool ini
secara
metodis dan sistematis yang akan dapat menghasilkan terobosan dalam
peningkatan kualitas. Metodologi yang sistematis ini bersifat generik
sehingga dapat diterapkan baik dalam industri manufaktur maupun jasa.
Six Sigma juga dikatakan sebagai metode yang berfokus pada proses
dan pencegahan cacat (defect) (Snee, 1999). Pencegahan cacat dilakukan
dengan cara mengurangi variasi yang ada di dalam setiap proses dengan
menggunakan teknik-teknik statistik yang sudah dikenal secara umum.
Keuntungan dari penerapan Six Sigma berbeda untuk tiap perusahaan
yang
bersangkutan,
tergantung
pada
usaha
yang
dijalankannya.
Biasanya Six Sigma membawa perbaikan pada hal-hal berikut ini (Pande,
Peter. 2000):
1. Pengurangan biaya
2. Perbaikan produktivitas
3. Pertumbuhan pangsa pasar
4. Retensi pelanggan
5. Pengurangan waktu siklus
6. Pengurangan cacat
20
7. Pengembangan produk / jasa
2. Metode dan Alat (Tools) Penting dalam Six Sigma
Kelebihan-kelebihan yang dimiliki Six Sigma dibanding metode lain
adalah:
a. Six Sigma jauh lebih rinci daripada metode analisis berdasarkan
statistik. Six Sigma dapat diterapkan di bidang usaha apa saja mulai
dari perencanaan strategi sampai operasional hingga pelayanan
pelanggan dan maksimalisasi motivasi atas usaha.
b. Six Sigma sangat berpotensi diterapkan pada bidang jasa atau non
manufaktur disamping lingkungan teknikal, misalnya seperti bidang
manajemen, keuangan, pelayanan pelanggan, pemasaran, logistik,
teknologi informasi dan sebagainya.
c. Dengan Six Sigma dapat dipahami sistem dan variabel mana yang dapat
dimonitor dan direspon balik dengan cepat.
d. Six Sigma sifatnya tidak statis. Bila kebutuhan pelanggan berubah,
kinerja sigma akan berubah.
Salah satu kunci keberhasilan Six Sigma adalah kerja tim dan
khususnya Black Belt yang dilatih, juga alat-alat yang digunakan dapat
memberikan kekuatan pada proses usaha perbaikan dan usaha pembelajaran.
Metode atau alat-alat tersebut antara lain:
a. SPC (Statistical Process Control) atau pengendalian proses secara
statistik, berguna untuk mengidentifikasi permasalahan.
b. Pengujian tingkat signifikan statistik (Chi-Square, T-Test dan ANOVA),
untuk
mendefinisikan
masalah
permasalahan,
21
dan
analisa
akar
penyebab
c. Korelasi dan Regresi, berguna untuk menganalisa akar penyebab
masalah dan memprediksi hasilnya.
d. Desain Eksperimen, untuk menganalisa solusi optimal dan validasi
hasil.
e. FMEA (Failure Modes and Effect Analysis), berguna untuk mencari
prioritas masalah dan pencegahannya.
f. Mistake – Proofing, berguna untuk pencegahan cacat dan perbaikan
proses.
g. QFD (Quality Function Deployment), untuk mendesain produk, proses
dan jasa.
Terminologi yang menjadi kunci utama konsep six sigma adalah
sebagai berikut:
CTQ (Critical to Quality) = atribut utama dari kebutuhan konsumen.
CTQ dapat diartikan sebagai elemen dari proses/ kegiatan yang
berpengaruh langsung terhadap pencapaian kualitas yang diinginkan
Defect = kegagalan untuk memuaskan pelanggan
Process
Capability =
kemampuan
proses
untuk
bekerja
dan
menghasilkan produk yang berkualitas
Variation = sesuatu yang dirasakan dan dilihat oleh pelanggan. Six
sigma berfoku untuk mengetahui apa penyebab variasi dan mencegah
terjadinya variasi itu, sehingga dapat meningkatkan kapabilitas dari
proses.
Stable Operation = menjaga konsistensi dari proses yang telah
diprediksi sehingga dapat meningkatkan kapabilitas proses.
Design For Six Sigma (DFSS) = suatu desain untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan dan kemampuan proses.
22
DPMO (Defect Per Million Opportunity) = ukuran kegagalan dalam six
sigma yang menunjukkan kegagalan persejuta kesempatan.
DMAIC = merupakan proses untuk peningkatan terus menerus
menuju six sigma.
3. Pihak-Pihak Pelaksana
Brue (2002) mencatat pihak-pihak yang harus bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan six sigma di dalam perusahaan. Pihak-pihak tersebut
meliputi:
a. Executive Leaders
Pimpinan puncak perusahaan yang komit untuk mewujudkan six
sigma, memulai dan memasyarakatkannya di seluruh bagian, divisi,
departemen dan cabang-cabang perusahaan.
b. Champions
Yaitu orang-orang yang sangat menentukan keberhasilan atau
kegagalan proyek six sigma. Mereka merupakan pendukung utama yang
berjuang demi terbentuknya black belts dan berupaya meniadakan berbagai
rintangan/hambatan baik yang bersifat fungsional, finansial, ataupun pribadi
agar black
belts berfungsi
kan Champions menyatu
sebagaimana
dengan
proses
mestinya.
pelaksanaan
Bisa
proyek,
dikatapara
anggotanya berasal dari kalangan direktur dan manajer, bertanggung jawab
terhadap aktivitas proyek sehari-hari, wajib melaporkan perkembangan hasil
kepada executive leaders sembari mendukung tim pelaksana. Sedangkan
tugas-tugas lainnya meliputi memilih calon-calon anggota black belt,
mengidentifikasi
wilayah kerja proyek, menegaskan sasaran
yang
dikehendaki, menjamin terlaksananya proyek sesuai dengan jadwal, dan
memastikan bahwa tim pelaksana telah memahami maksud/tujuan proyek.
23
c. Master Black Belt
Orang-orang yang bertindak sebagai pelatih, penasehat (mentor) dan
pemandu. Master black belt adalah orang-orang yang sangat menguasai
alat-alat dan taktik six sigma, dan merupakan sumber daya yang secara
teknis sangat berharga. Mereka memusatkan seluruh perhatian dan
kemampuannya pada penyempurnaan proses. Aspek-aspek kunci dari
peranan master black belt terletak pada kepiawaiannya untuk memfasilitasi
penyelesaian masalah tanpa mengambil alih proyek/tugas/pekerjaan.
d. Black Belts
Dipandang
sebagai
tulang
punggung
budaya
dan
pusat
keberhasilan six sigma, mengingat mereka adalah orang-orang yang:
memimpin proyek perbaikan kinerja perusahaan; dilatih untuk menemukan
masalah, penyebab beserta penyelesaiannya; bertugas mengubah teori ke
dalam tindakan; wajib memilah-milah data, opini dengan fakta, dan secara
kuantitatif menunjukkan faktor-faktor potensial yang menimbulkan masalah
produktivitas serta profitabilitas; bertanggung jawab mewujudnyatakan six
sigma.
Para calon anggota black belts wajib memenuhi syarat-syarat seperti:
memiliki disiplin pribadi; cakap memimpin; menguasai ketrampilan teknis
tertentu; mengenal prinsip-prinsip statistika; mampu berkomunikasi dengan
jelas; mempunyai motivasi kerja yang memadai.
e. Green Belts
Adalah orang-orang yang membantu black belts di wilayah fungsionalnya.
Pada umumnya green belts bertugas: secara paruh waktu di bidang yang
terbatas;
mengaplikasikan
alat-alat six
sigma untuk
menguji
dan
menyelesaikan problema-problema kronis; mengumpulkan/ menganalisis
data, dan melaksanakan percobaan-percobaan; menanamkan budaya six
sigma dari atas ke bawah.
24
25
BAB 3
PENUTUPAN
3.1 SIMPULAN
Studi kelayakan bisnis adalah penelitian dan penilaian tentang dapat
tidaknya suatu proyek dilakukan dengan berhasil (menguntungkan).
Pembuatan studi kelayakan digunakan untuk memenuhi permintaan pihakpihak yang berbeda. Masing-masing pihak mempunai kepentingan serta sudut
pandang yang berbeda
Aspek-aspek dalam studi kelayakan bisnis adalah bidang kajian studi
kelayakan tentang keadaan objek tertentu dari fungsi-fungsi bisnis (pemasaran,
operasi, manajemen/SDM, hukum, lingkungan, dan keuangan). Pelaksanaan studi
dan penelitian atas fungsi-fungsi bisnis tersebut terkadang disesuaikan dengan
kebutuhan dari analis atau stakeholder.
Prinsip Manajemen POAC ini sangat banyak sekali digunakan oleh
organisasi kecil maupun besar yang bertujan untuk lebih mengembangkan dan
mengelola organisasi mereka.
Balanced Scorecard adalah sistem pengukuran kinerja yang berfokus pada
aspek keuangan dan non keuangan dengan memandang empat perspektif, yaitu
keuangan, pelanggan, pembelajaran dan pertumbuhan karyawan, serta proses
bisnis internal yang dapat membantu organisasi untuk menerjemahkan visi dan
strategi ke dalam aksi dimana semua perspektif tersebut terjalin dalam suatu
hubungan sebab akibat.
Strategi penerapan six sigma yang diciptakan oleh DR. Mikel Harry dan
Richard Schroeder disebut sebagai The Six Sigma Breakthrough Strategy. Strategi
ini merupakan metode sistematis yang menggunakan pengumpulan data dan
26
analisis statistik untuk menentukan sumber-sumber variasi dan cara-cara untuk
menghilangkannya
3.2 SARAN
Sebagai pelaku bisnis yang baru ingin merencakan atau memulai
bisnisnya hendaknya melakukan studi kelayakan bisnis supaya lebih
mengetahui serta memahami kemana kedepannya bisnis akan berjalan dan
bagaimana bisnis akan dapat dilakukan.
Sebagai pembaca yang bijak dengan adanya tulisan ini semoga semkain
mengerti tentang bagaimana pentingnya studi kelayakan bisnis dan dapat
mengaplikasikan keilmuan yang diperoleh dari makalah ini sehingga dapat
memulai bisnis dengan cara yang baik dan benar.
27
Daftar Pustaka
Alfin. (2008, Juli 30). Konsep Six Sigma. Diambil kembali dari Quality Engineering:
https://qualityengineering.wordpress.com/tag/konsep-six-sigma/
Helmi, S. (2006). Buku Ajar Studi Kelayakan Bisnis. Konten Mata Kuliah E-Learning, 33165.
Pengertian POAC dalam Ilmu Manajemen Lengkap. (2015, Juni). Retrieved from Hakikat
Bisnis: https://hakikatbisnis.blogspot.co.id/2015/06/pengertian-poac-dalamilmu-manajemen-lengkap.html
Subagyo, A. (2008). Studi Kelayakan Bisnis. In Arifin Subandi. Jakarta: PT Gramedia.
Sugyono. (2016, 10). Pengertian dan Empat Prespektif Balance Score Card. Retrieved
from Tips Serba Serbi: http://tipsserbaserbi.blogspot.co.id/2016/10/pengertiandan-4-perspektif-balanced-scorecard.html
Umar, H. (1994). Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: PT Gramedia.
Wibowo, S. (2010, Januari 19). Balance Score Card. Retrieved from auditorinternal:
http://auditorinternal.com/2010/01/19/balanced-scorecard-%E2%80%93-dariperformance-measurement-hingga-strategy-focused-organization/
28
ASPEK-ASPEK DALAM MANAJEMEN, POAC,
BALANCE SCROECARD, DAN SIX SIGMA
Laporan dibuat guna memenuhi syarat tugas mata kuliah Studi Kelayakan Bisnis
serta nilai guna yang dapat dipelajari dari materi yang dibahas
Dosen Pengampu :
Mar’atul Fahima, S.P., M.M.
Disusun oleh :
Vindi Nur Maharani
(1405140013)
Nurlaili Munasifah
(14051400__)
Agus Syarifudin
(14051400__)
PRODI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KH. A. WAHAB HASBULLAH
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas karunia yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Aspek-Aspek dalam
Manajemen, POAC, Balance Scorecard, dan Sig Sigma”, makalah ini kami buat
untuk memenuhi tugas kelompok matakuliah Pengantar Bisnis.
Kami ucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini, sehingga kami dapat menyelesaikannya tepat pada
waktunya. Ucapan terimakasih ini kami berikan kepada :
1. Mar’atul Fahima, S.P., M.M. .selaku dosen pengampu,
2. Teman – teman yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
3. Para penulis buku dan pemilik situs web yang telah berbagi ilmu dan
wawasannya kepada kami.
Kami selaku penyusun makalah ini sepenuhnya menyadari bahwa makalah
ini belum sempurna, sehingga kami berharap uluran tangan dari para pembaca
untuk memberi kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah
ini sesuai dengan harapan anda.
Akhir kata kami ucapkan terimakasih. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
kami selaku penyusun maupun para pembaca sekalian.
Jombang, 05 Maret 2017
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1
LATAR BELAKANG.......................................................................... 1
1.2
RUMUSAN MASALAH ..................................................................... 2
1.3
TUJUAN .............................................................................................. 2
1.4
MANFAAT .......................................................................................... 2
BAB 2 PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
2.1
KONSEP DASAR STUDI KELAYAKAN BISNIS ........................... 3
2.2 LEMBAGA-LEMBAGA YANG MEMERLUKAN STUDI
KELAYAKAN BISNIS ................................................................................ 4
2.3
ASPEK-ASPEK STUDI KELAYAKAN BISNIS ............................... 5
2.4
FUNGSI MANAGEMEN (POAC) ...................................................... 6
2.5
BALANCE SCORE CARD DAN SIX SIGMA ...................................... 9
BAB 3 PENUTUPAN ......................................................................................... 26
3.1
SIMPULAN ....................................................................................... 26
3.2
SARAN .............................................................................................. 27
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 28
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dewasa ini bisnis adalah bukan hal yang baru lagi dalam dunia
ekonomi, banyak orang yang mulai giat ngeadakan kegiatan bisnis tersebut
dengan semakin banyaknya pelaku bisnis maka banyak pula yang harus diulas
oleh para pelaku bisnis dalam menjalankan bisnisnya.
Menurut Raymond E Glos yang dikutip oleh Umar dalam bukunya
yang berjudul “Business : its nature and environment : An Introduction”
yang dikutip oleh Umar, bisnis adalah seluruh kegiatan yang diorganisasikan
oleh orang-orang yang berkecimpung dalam bidang perniagaan dan industry
yang menyediakan barang dan jasa untuk kebutuhan mempertahankan dan
memperbaiki standard serta kualitas hidup mereka.
Dunia Manajemen sebagian besar menggunakan POAC ( Planning,
Organizing, Actuating dan Controlling ). Prinsip Manajemen POAC ini sangat
banyak sekali digunakan oleh organisasi kecil maupun besar yang bertujan
untuk lebih mengembangkan dan mengelola organisasi mereka.
Di era globalisasi tingkat persaingan semakin ketat, setiap perusahaan
semakin dihadapkan pada kelangkaan dalam pengadaan, penguasan, dan
pemilikan sumber-sumber daya sehingga tidak ada alasan untuk membenarkan
terjadinya
inefisiensi.
Disamping
itu,
pimpinan
perusahaan
perlu
mengevaluasi fungsi-fungsi dalam organisasi untuk menentukan apakah
perusahaan sudah mencapai tujuan organisasi secara efisien dan untuk
mengenali tanda-tanda bahaya . Oleh karena itu organisasi perlu melakukan
evaluasi/pengukuran kinerja. 2 Pengukuran kinerja merupakan salah satu
faktor yang penting bagi perusahaan. Pengukuran kinerja dapat digunakan
1
untuk menilai keberhasilan organisasi dan dapat digunakan untuk menyusun
sistem imbalan dalam perusahaan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang tersebut maka dapat ditarik sebuah rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana konsep dasar studi kelayakan bisnis ?
2. Siapa yang memerlukan studi kelayakan bisnis ?
3. Apa saja aspek-aspek manajemen studi kelayakan bisnis ?
4. Apa yang dimaksud dengan POAC ?
5. Apa yan dimaksud dengan Balance Score Card dan Six Sigma ?
1.3 TUJUAN
Adapun tujuan penulisan untuk memenuhi tugas mata kuliah studi
kelayakan bisnis, selain itu ada tujuan lain dalam penulisan makalah ini yaitu :
1. Mengetahui konsep dasar studi kelayakan bisnis
2. Mengetahui lembaga yang memerlukan suatu studi kelayakan bisnis
3. Mengetahui aspek-aspek manajemen studi kelayakan bisnis
4. Mengetahu konsep POAC
5. Mengetahui tentang balance score card dan six sigma
1.4 MANFAAT
Adapun manfaat penulisan makalah ini yang kami harapkan :
1. Memahami konsep dasar studi kelayakan bisnis
2. Memahami lembaga yang memerlukan suatu studi kelayakan bisnis
3. Memahami aspek-aspek manajemen studi kelayakan bisnis
4. Memahami konsep POAC
5. Memahami tentang balance score card dan six sigma
2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 KONSEP DASAR STUDI KELAYAKAN BISNIS
A. Definisi Studi Kelayakan Bisnis
Studi kelayakan bisnis adalah penelitian dan penilaian tentang
dapat
tidaknya
suatu
proyek
dilakukan
dengan
berhasil
(menguntungkan). Pengertian menguntungkan berhasil atau layak ada
yang menafsirkan dalam arti sempit dan arti luas. Pengertian arti
sempit, biasanya pihak swasta yang lebih berminat tentang manfaat
ekonomi suatu investasi. Pengertian dalam arti luas, biasanya
pemerintah atau lembaga non profit disamping manfaat ekonomi masih
ada manfaat lain yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan.
B. Manfaat Studi Kelayakan Bisnis
Dengan membuat suatu penilaian terlebih dahulu sebelum
melakukan investasi
yang
kemudian
dituangkan
dalam
suatu
laporan secara tertulis, Manfaat yang bisa diperoleh hasil laporan
studi kelayakan bisnis ini bisa digunakan sebagai pedoman/alat untuk
mengetahui sampai sejauh mana kegiatan investasi telah dilakukan
Pada intinya laporan SKB ini bisa untuk alat pengawasan.
C. Tujuan Studi Kelayakan Bisnis
Suatu proyek investasi pada umumnya memerlukan dana yang
cukup besar dan mempengaruhi perusahaan dalam jangka panjang
3
karenanya perlu diadakan suatu studi atau penelitian dan penilaian
sebelumnya. Banyak sebab yang mengakibatkan suatu proyek ternyata
kemudian
tidak menguntungkan/gagal. Sebab itu bisa berwujud
kesalahan perencanaan, kesalahan analisa pasar, kesalahan dalam
memprediksi
bahan
baku,
kesalahan
merekrut
tenaga
kerja.
Disamping itu juga karena kesalahan dalam analisa lingkungan.
Untuk itulah studi tentang kelayakan minimal ekonomis menjadi
sangat penting. Dengan ringkas kita bisa mengatakan bahwa tujuan
dilakukannya studi kelayakan adalah untuk menghindari keterlanjuran
penanaman modal yang terlalubesar untuk kegiatan yang ternyata tidak
menguntungkan.
2.2 LEMBAGA-LEMBAGA YANG MEMERLUKAN STUDI
KELAYAKAN BISNIS
Pembuatan studi kelayakan digunakan untuk memenuhi permintaan
pihak-pihak yang berbeda. Masing-masing pihak mempunai kepentingan
serta sudut pandang yang berbeda.
Investor
Pihak yang menanamkan dana dalam suatu proyek tentunya akan
lebih memperhatikan prospek usaha tersebut. Prospek disini dimaksudkan
keuntungan beserta resiko investasi. Gambaran pospek ini sedikit banyak
tercermin dari suatu Studi Kelayakan Bisnis (SKB)
Kreditur/Bank
Pihak kreditur/Bank memperhatikan segi keamanan dana yang
dipinjamkan. Mereka mengharapkan bunga plus angsuran pokok bisa
dibayarkan tepat waktu.
4
Pemerintah
Pemerintah terutama lebih berkepentingan dengan manfaat proyek
tersebut bagi perekonomian nasional.
2.3 ASPEK-ASPEK STUDI KELAYAKAN BISNIS
Aspek-aspek dalam studi kelayakan bisnis adalah bidang kajian studi
kelayakan tentang keadaan objek tertentu dari fungsi-fungsi bisnis
(pemasaran, operasi, manajemen/SDM, hukum, lingkungan, dan keuangan).
Pelaksanaan studi dan penelitian atas fungsi-fungsi bisnis tersebut terkadang
disesuaikan dengan kebutuhan dari analis atau stakeholder.
Berdasarkan disiplin ilmu dasarnya, aspek-aspek dalam studi
kelayakan bisnis terbagi menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Aspek primer, merupakan aspek utama dalam penyusunan studi
kelayakan. Aspek primer ada beberapa sector usaha baik pabrikasi
(manufacturing), Perdagangan (trading), maupun jasa (service). Aspek
primer terdiri dari :
a. Aspek pasar dan pemasaran (marketing),
b. Aspek teknis dan teknologis (produksi/operasi),
c. Aspek manajemen dan organisasi (SDM),
d. Aspek hukum,
e. Aspek ekonomi dan keuangan.
2. Aspek
Sekunder,
merupakan
aspek
pelengkap
yang disusun
berdasarkan permintaan instansi/lembaga yang terkait dengan objek
studi, misalnya aspek analisis mengenai dampak lingkungan. Pada
5
umumnya aspek ini dipersyaratka dalam studi kelayakan yang ojeknya
menyangkut sumber daya alam, seperti proyek pembanunan perumahan
(real estete), pembangunan pabrik pengolahan (pabrik tapioca,
plywoods,
kertas,
dan
sebagainya).
Aspek
sosial
biasanya
dipersyaratkan untuk pembangunan saranan dan prasarana public yang
didanai oemerintah aaupu donator internasional.
3. Aspek
tersier,
merupakan
aspek
yang
juga
dapat
menjadi
pertimbangan dalam studi kelayakan karena secara tidak langsung dapat
memengaruhi kegiatan bisnis, yaitu aspek politik
2.4 FUNGSI MANAGEMEN (POAC)
Prinsip Manajemen POAC ini sangat banyak sekali digunakan oleh
organisasi kecil maupun besar yang bertujan untuk lebih mengembangkan
dan mengelola organisasi mereka. Berikut ini adalah penjelasan mengenai
POAC :
1. Planning
Planning adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat
strategi untuk mencapai tujuan itu dan mengembangkan rencana aktivitas
kerja dalam sebuah organisasi. Perencanaan merupakan proses yang penting
dari segala bentuk fungsi Manajemen, karena tanpa adanya perencanaan
semua fungsi-fungsi lainnya tidak akan dapat berjalan.
Dalam perencanaan, Terdapat beberapa faktor dalam Planning yang
patut untuk dipertimbangkan, yaitu :
Specific, yaitu berarti sebuah perencanaan harus jelas apa maksut dan
tujuanya beserta ruang lingkupnya.
6
Measurable, yaitu suatu tingkat keberhasilan yang harus dapat diukur
dari program kerja dan rencana yang dibuat.
Achievable, yaitu sesuatu tersebut bisa tercapai dan diwujudkan, bukan
hanya sekedar fiktif dan khayalan belaka.
Realistic, yaitu sesuatu yang sesuai dengan kemampuan dan sumber daya
yang ada, harus seimbang tetapi tetap ada tantangan didalamnya.
Time, yaitu ada batas waktu yang jelas, sehingga bisa dinilai dan
dievaluasi.
2. Organizing
Pengorganisasian ( Organizing ) adalah fungsi kedua dalam
Manajemen. Organizing adalah proses kegiatan dalam menyusun struktur
organisasi sesuai dengan tujuan-tujuan, sumber-sumber dan lingkungannya.
Dengan demikian, hasil dari pengorganisasian itu berupa struktur organisasi.
Setiap tujuan disebuah organisasi pasti ingin dicapai, dan untuk
meraih hal tersebut, pengorganisasian sangat berperan penting. Dalam
sebuah perusahaan, pengorganisasian biasanya disusun dalam bentuk badan
organisasi atau struktur organisasi, setelah tiu baru dipecah menjadi
beberapa jabatan. Disinilah letak salah satu prinsip Manajemen yang
membagi setiap tugas dan tanggung jawab dalam sebuah perusahaan yang
dibebankan pada semua anggota organisasi menurut skill dan kemampuan
masing-masing individu.
3. Actuating
Actuating ( Pelaksanaan ) adalah suatu tindakan yang mengusahakan
agar semua perencanaan dan tujuan perusahaan bisa terwujud dengan baik
7
dan seperti yang diharapkan. Jadi, pelaksanaan merupakan suatu upaya yang
menggerakkan orang-orang untuk mau bekerja dengan sendirinya dan
dengan kesadaran yang besar demi mengabulkan seluruh cita-cita
perusahaan dengan dan secara efektif.
Perencanaan dan pengorganisasian akan berjalan kurang baik jika
tidak disertai dengan pelaksanaan. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan sekali
bentuk nyata dari kerja keras, kerjasama dan kerja nyata didalamnya.
Pengoptimalan seluruh sumber daya manusia yang ada juga sangat penting,
terutama ditujukan untuk mencapai visi, misi dan Planning yang telah
diterapkan.
Dalam poin ini, semua sumber daya manusia yang ada harus bekerja
sesuai dengan tugas yang dibebankan, fungsi serta peran dan kompetensi
dari masing-masing untuk mencapai tujuan organisasi atau perusahaan
tersebut.
4. Controlling
Pengawasan ( Controlling ) adalah proses pengamatan, penentuan
standar yang akan diwujudkan, menilai kinerja pelaksanaan, dan jika
diperlukan mengambil tindakan korektif, sehingga pelaksanaan dapat
berjalan dengan semaksimal mngkin dalam mencapai tujuan perusahaan.
Agar pekerjaan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan, maka
akan dibutuhkan pengontrolan yang optimal, baik itu dalam bentuk
supervisi, pengawasan, inspeksi dan audit.
Tujuan utama dari kegiatan pengawasan adalah menciptakan kegiatankegiatan manajemen yang dinamis dan terwujud secara efektif dan efisien.
Sesuai dengan perannya dalam sebuah organisasi, Controlling memiliki
beberapa fungsi utama :
Mencegah terjadinya penyimpangan
8
Memperbaiki
kelemahan
dan
kesalahan,
serta
menindak
penyalahgunaan dan penyelewengan
Mendinamisasikan organisasi serta kegiatan dalam manajemen
Memperkuat rasa akan tanggung jawab tiap individu
Mengambil tindakan korektif jika pelaksanaan menyimpang dari
Perencanaan atau standar yang telah ditetapkan.
2.5 BALANCE SCORE CARD DAN SIX SIGMA
A. Balance Score Card
Balanced Scorecard adalah suatu konsep pengukuran kinerja bisnis
yang menyeimbangkan pengukuran atas kinerja sebuah organisasi bisnis
yang selama ini dianggap terlalu condong pada kinerja keuangan. Sebelum
munculnya konsep balanced scorecard, yang umum dipergunakan dalam
perusahaan selama ini adalah pengukuran kinerja tradisional yang hanya
menitikberatkan pada sektor keuangan saja.
Pengukuran kinerja tradisional tersebut menyebabkan orientasi
perusahaan hanya pada keuntungan jangka pendek dan cenderung
mengabaikan kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang.
Pengukuran kinerja yang menitikberatkan pada sektor keuangan saja kurang
mampu mengukur kinerja harta-harta tak tampak (intangible assets) dan
harta-harta intelektual (sumber daya manusia) perusahaan.
Cukup disadari dewasa ini, bahwa pengukuran kinerja keuangan yang
digunakan oleh banyak perusahaan untuk mengukur kinerja eksekutif tidak
lagi memadai, sehingga lahirlah konsep “Balanced Scorecard.” Balanced
scorecard
adalah
suatu
konsep
pengukuran
kinerja
bisnis
yang
diperkenalkan oleh Robert S. Kaplan (Guru Besar Akuntansi di Harvard
9
Business School) dan David P. Norton (Presiden dari Renaissance
Solutions, Inc.).
Balanced Scorecard terdiri dari dua kata yakni kartu skor (scorecard)
dan berimbang (balanced). Kartu skor adalah kartu yang digunakan untuk
mencatat skor hasil kinerja seseorang. Kata berimbang dimaksudkan untuk
menunjukkan bahwa kinerja personel diukur secara berimbang dari dua
aspek: keuangan dan non keuangan, jangka pendek dan jangka panjang,
intern dan ekstern. Dari definisi tersebut Mulyadi (2001:1) berpendapat
bahwa secara sederhana pengertian Balanced Scorecard adalah kartu skor
yang
digunakan
untuk
mengukur
kinerja
dengan
memperhatikan
keseimbangan sisi keuangan dan non keuangan, jangka panjang dan jangka
pendek, intern dan ekstern.
Pengertian
Balanced
Scorecard menurut
Sukardi
(2003:8-14)
merupakan sistem pengukuran kinerja yang berfokus pada aspek keuangan
dan non keuangan dengan memandang 4 perspektif balanced scorecard,
yaitu keuangan, pelanggan, pembelajaran dan pertumbuhan karyawan, serta
proses bisnis internal.
Balanced Scorecard didefinisikan oleh Luis (2007:16) sebagai suatu
alat manajemen kinerja (performance management tool) yang dapat
membantu organisasi untuk menterjemahkan visi dan strategi ke dalam aksi
dengan memanfaatkan sekumpulan indikator finansial dan non finansial
yang kesemuanya terjalin dalam suatu hubungan sebab akibat.
Dari berbagai definisi dapat disimpulkan bahwa Balanced Scorecard
adalah sistem pengukuran kinerja yang berfokus pada aspek keuangan dan
non keuangan dengan memandang empat perspektif, yaitu keuangan,
pelanggan, pembelajaran dan pertumbuhan karyawan, serta proses bisnis
internal yang dapat membantu organisasi untuk menerjemahkan visi dan
strategi ke dalam aksi dimana semua perspektif tersebut terjalin dalam suatu
hubungan sebab akibat.
10
Secara umum, terdapat empat macam kinerja bisnis yang diukur
dalam balanced scorecard, yaitu:
Perspektif keuangan
Perspektif pelanggan atau konsumen
Perspektif proses internal bisnis
Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan
Empat Perspektif Balanced Scorecard tersebut masing-masing dapat
dijelaskan berikut ini :
1. PERSPEKTIF KEUANGAN (Financial Perspective)
Perspektif keuangan tetap digunakan dalam Balance Scorecard, karena
ukuran keuangan menunjukkan apakah perencanaan dan pelaksanaan
strategi perusahaan memberikan perbaikan atau tidak bagi peningkatan
keuntungan perusahaan. Perbaikan-perbaikan ini tercermin dalam sasaransasaran yang secara khusus berhubungan dengan keuntungan yang terukur,
pertumbuhan usaha, dan nilai pemegang saham. Pengukuran kinerja
keuangan mempertimbangkan adanya tahapan dari siklus kehidupan bisnis,
yaitu: growth, sustain, dan harvest (Kaplan dan Norton, 2001). Tiap tahapan
memiliki sasaran yang berbeda, sehingga penekanan pengukurannya pun
berbeda pula.
a.
Growth (bertumbuh)
Tahap pertumbuhan menjadi tahap awal dalam siklus kehidupan
bisnis. Pada tahap ini perusahaan berusaha untuk menggunakan sumber
daya yang dimiliki untuk meningkatkan pertumbuhan bisnisnya. Selain
itu, perusahaan akan menanamkan investasi sebanyak-banyaknya,
meningkatkan
produk
baru,
membangun
fasilitas
produksi,
meningkatkan kemampuan beroperasi, merebut pangsa pasar, dan
membuat jaringan distribusi. Di dalam tahap ini kemungkinan besar
11
perusahaan akan selalu dalam keadaan rugi, karena tahap ini perusahaan
memfokuskan untuk penanaman investasi yang dinikmati dalam jangka
panjang nanti.
b.
Sustain (bertahan)
Adalah tahapan kedua di mana perusahaan masih melakukan
investasi dan reinvestasi dengan mengisyaratkan tingkat pengembalian
terbaik. Pada tahap ini perusahaan masih mempunyai daya tarik yang
bagus bagi para investor untuk menanamkan modalnya. Dalam tahap
ini perusahaan harus mampu mempertahankan pangsa pasar yang sudah
dimiliki dan harus memperhatikan kualitas produk dan pelayanan yang
lebih baik sehingga secara bertahap akan mengalami pertumbuhan dari
tahun ke tahun. Tujuan keuangan pada tahap ini biasanya lebih
berorientasi pada profitabilitas. Tujuan yang berkaitan dengan
profitabilitas dapat dinyatakan dengan menggunakan ukuran yang
berkaitan dengan laba operasional.
Untuk mendapatkan profitabilitas yang baik tentunya para
manajer harus bekerja keras untuk memaksimalkan pendapat yang
dihasilkan dari investasi modal, sedangkan untuk unit bisnis yang telah
memiliki otonomi diminta tidak hanya mengelola arus pendapatan,
tetapi juga tingkat investasi modal yang telah ditanamkan dalam unit
bisnis yang bersangkutan. Tolak ukur lain yang kerap digunakan pada
tahap ini, misalnya ROI, profit margin, dan operating ratio.
c. Harvest (Menuai)
Tahap ini merupakan tahap pendewasaan bagi sebuah perusahaan,
karena pada tahap ini perusahaan tinggal menuai dari investasi yang
dilakukan pada tahap-tahap sebelumnya, yang harus dilakukan pada
tahap ini adalah perusahaan tidak lagi melakukan investasi, tetapi hanya
memelihara supaya perusahaan berjalan dengan baik.
12
2. PERSPEKTIF PELANGGAN (Customer Perspective)
Filosofi
manajemen
terkini
telah
menunjukkan
peningkatan
pengakuan atas pentingnya konsumen focus dan konsumen satisfaction.
Perspektif ini merupakanleading indicator. Jadi, jika pelanggan tidak puas
maka mereka akan mencari produsen lain yang sesuai dengan kebutuha n
mereka. Kinerja yang buruk dariperspektif ini akan menurunkan jumlah
pelanggan di masa depan meskipun saat ini kinerja keuangan terlihat baik.
Oleh Kaplan dan Norton (2001) perspektif pelanggan dibagi menjadi
dua kelompok pengukuran, yaitu: customer core measurement dan customer
value prepositions. Customer Core Measurement memiliki beberapa
komponen pengukuran, yaitu:
a. Market Share (pangsa pasar); Pengukuran ini mencerminkan bagian
yang dikuasai perusahaan atas keseluruhan pasar yang ada, yang
meliputi: jumlah pelanggan, jumlah penjualan, dan volume unit
penjualan.
b. Customer Retention (retensi pelanggan); Mengukur tingkat di mana
perusahaan dapat mempertahankan hubungan dengan konsumen.
c. Customer Acquisition (akuisisi pelanggan); mengukur tingkat di mana
suatu unit bisnis mampu menarik pelanggan baru atau memenangkan
bisnis baru.
d. Customer
Satisfaction (kepuasan
pelanggan);
Menaksir
tingkat
kepuasan pelanggan terkait dengan kriteria kinerja spesifik dalam value
proposition.
e. Customer Profitability (profitabilitas pelanggan); mengukur keuntungan
yang diperoleh perusahaan dari penjualan produk atau jasa kepada
konsumen.
13
Sedangkan Customer Value Proposition merupakan pemicu kinerja
yang terdapat pada core value proposition yang didasarkan pada atribut
sebagai berikut:
a. Product or service attributes
Meliputi fungsi dari produk atau jasa, harga, dan kualitas.
Pelanggan memiliki preferensi yang berbeda-beda atas produk yang
ditawarkan. Ada yang mengutamakan fungsi dari produk, kualitas, atau
harga yang murah. Perusahaan harus mengidentifikasikan apa yang
diinginkan pelanggan atas produk yang ditawarkan. Selanjutnya
pengukuran kinerja ditetapkan berdasarkan hal tersebut.
b. Konsumen relationship
Menyangkut perasaan pelanggan te rhadap proses pembelian
produk yang ditawarkan perusahaan. Perasaan konsumen ini sangat
dipengaruhi oleh responsivitas dan komitmen perusahaan terhadap
pelanggan berkaitan dengan masalah waktu penyampaian. Waktu
merupakan komponen yang penting dalam persaingan perusahaan.
Konsumen biasanya menganggap penyelesaian order yang cepat dan
tepat waktu sebagai faktor yang penting bagi kepuasan mereka.
c. Image dan Reputasi
Menggambarkan faktor-faktor in tangible yang menarik seorang
konsumen untuk berhubungan dengan perusahaan. Membangun image
dan reputasi dapat dilakukan melalui iklan dan menjaga kualitas seperti
yang dijanjikan.
3. PERSPEKTIF PROSES BISNIS INTERNAL (Internal Business
Process Perspective)
14
Analisis proses bisnis internal perusahaan dilakukan dengan
menggunakan analisis value-chain. Disini manajemen mengidentifikasi
proses internal bisnis yang kritis yang harus diunggulkan perusahaan.
Scorecard dalam perspektif ini memungkinkan manajer untuk mengetahui
seberapa baik bisnis mereka berjalan dan apakah produk dan atau jasa
mereka sesuai dengan spesifikasi pelanggan. Perspektif ini harus didesain
dengan hati-hati oleh mereka yang paling mengetahui misi perusahaan yang
mungkin tidak dapat dilakukan oleh konsultan luar.
Kaplan dan Norton (1996) membagi proses bisnis internal ke dalam
tiga tahapan, yaitu:
a. Proses inovasi
Dalam proses penciptaan nilai tambah bagi pelanggan, proses
inovasi merupakan salah satu kritikal proses, dimana efisiensi dan
efektifitas serta ketepatan waktu dari proses inovasi ini akan mendorong
terjadinya efisiensi biaya pada proses penciptaan nilat tambah bagi
pelanggan. Dalam proses ini, unit bisnis menggali pemahaman tentang
kebutuhan dari pelanggan dan menciptakan produk dan jasa yang mereka
butuhkan. Proses inovasi dalam perusahaan biasanya dilakukan oleh
bagian marketing sehingga setiap keputusan pengeluaran suatu produk ke
pasar telah memenuhi syarat-syarat pemasaran dan dapat dikomersialkan
(didasarkan pada kebutuhan pasar). Aktivitas marketing inimerupakan
aktivitas penting dalam menentukan kesuksesan perusahaan, terutama
untuk jangka panjang.
b. Proses Operasi
Adalah proses untuk membuat dan menyampaikan produk atau
jasa. Aktivitas di dalam proses operasi terbagi ke dalam dua bagian: 1)
proses pembuatan produk, dan 2) proses penyampaian produk kepada
pelanggan. Pengukuran kinerja yang terkait dalam proses operasi
dikelompokkan pada waktu, kualitas, dan biaya.
15
c. Proses Pelayanan Purna Jual
Proses ini merupakan jasa pelaya nan pada pelanggan setelah
penjualan produk/jasa tersebut dilakukan. Aktivitas yang terjadi dalam
tahapan ini, misalnya penanganan garansi dan perbai kan penanganan
atas barang rusak dan yang dikembalikan serta pemrosesan pembayaran
pelanggan. Perusahaan dapat mengukur apakah upayanya dalam pelaya
nan purna jual ini telah memenuhi harapan pelanggan, dengan
menggunakan tolak ukur yang bersifat kualitas, biaya, dan waktu seperti
yang dilakukan dalam proses operasi. Untuk siklus waktu, perusahaan
dapat menggunakan pengukuran waktu dari saat keluhan pelanggan
diterima hingga keluhan tersebut diselesaikan.
4. PERSPEKTIF PEMBELAJARAN & PERTUMBUHAN (Learning
& Growth Perspective)
Proses ini mengidentifikasi infrastruktur yang harus dibangun
perusahaan untuk meningkatkan pertumbuhan dan kinerja jangka panjang.
Proses pembelajaran dan pertumbuhan ini bersumber dari faktor sumber daya
manusia, sistem, dan prosedur organisasi. Yang termasuk dalam perspektif ini
adalah pelatihan pegawai dan budaya perusahaan yang berhubungan dengan
perbaikan individu dan organisasi.
Hasil dari pengukuran ketiga perspektif balanced scorecard sebelumnya
biasanya akan menunjukkan kesenjangan yang besar antara kemampuan
orang, sistem, dan prosedur yang ada saat ini dengan yang dibutuhkan untuk
mencapai kinerja yang diinginkan. Inilah alasan mengapa perusahaan harus
melakukan investasi di ketigafaktor tersebut untuk mendorong perusahaan
menjadi sebuah organisasi pembelajar (learning organization).
Dalam perspektif ini, ada faktor-faktor penting yang harus diperhatikan,
yaitu:
16
a. Kapabilitas pekerja
Dalam hal ini manajemen dituntut untuk memperbaiki pemikiran
pegawai
terhadap
organisasi,
yaitu
bagaimana
para
pegawai
menyumbangkan segenap kemampuannya untuk organisasi. Untuk itu
perencanaan dan upaya implementasi reskilling pegawai yang menjamin
kecerdasan dan kreativitasnya dapat dimobilisasi untuk mencapai tujuan
organisasi.
b. Kapabilitas system informasi
Bagaimanapun juga, meski motivasi dan keahlian pegawai telah
mendukung pencapaian tujuan-tujuan perusahaan, masih diperlukan
informasi-informasi yang terbaik. Dengan kemampuan sistem informasi
yang memadai, kebutuhan seluruh tingkatan manajemen dan pegawai
atas in formasi yang akurat dan tepat waktu dapat dipenuhi dengan
sebaik-baiknya.
c. Motivasi, kekuasaan dan keselarasan
Perspektif ini penting untuk menjamin adanya proses yang
berkesinambungan terhadap upaya pemberian motivasi dan inisiatif yang
sebe sar-besarnya bagi pegawai. Paradigma manajemen terbaru
menjelaskan bahwa proses pembelajaran sangat penting bagi pegawai
untuk melakukan trial and error sehingga turbulensi lingkungan samasama dicoba-kenali tidak saja oleh jenjang manajemen strategis tetapi
juga oleh segenap pegawai di dalam organisasi sesuai kompetensinya
masing-masing. Upaya tersebut perlu didukung dengan motivasi yang
besar dan pemberdayaan pegawai berupa delegasi wewenang yang
memadai untuk mengambil keputusan. Selain itu, upaya tersebut juga
harus dibarengi dengan upaya penyesuaian yang terus menerus yang
sejalan dengan tujuan organisasi.
Dari keempat perspektif tersebut terdapat hubungan sebab akibat yang
merupakan penjabaran tujuan dan pengukuran dari masing-masing
17
perspektif. Hubungan berbagai sasaran strategic yang di hasilkan dalam
perencanaan strategic dengan kerangka Balanced Scorecard menjanjikan
peningkatan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kinerja keuangan.
Kemampuan ini sangat diperlukan oleh perusahaan yang memasuki
lingkungan bisnis yang kompetitif.
Sebagai pengertian kesimpulan bahwa balanced scorecard adalah
sistem pengukuran kinerja yang fokus tidak hanya pada aspek keuangan
namun juga pada aspek non keuangan. Pengukuran kinerja tersebut dengan
memandang
empat perspektif balanced scorecard yakni perspektif
keuangan, pelanggan, pembelajaran dan pertumbuhan, serta perspektif
proses bisnis internal.
B. Six Sigma
Strategi penerapan six sigma yang diciptakan oleh DR. Mikel Harry dan
Richard Schroeder disebut sebagai The Six Sigma Breakthrough Strategy.
Strategi ini merupakan metode sistematis yang menggunakan pengumpulan
data dan analisis statistik untuk menentukan sumber-sumber variasi dan caracara untuk menghilangkannya (Harry dan Scroeder, 2000).
Six sigma mempunyai 2 arti penting, yaitu:
1. Six sigma sebagai filosofi manajemen
Six sigma merupakan kegiatan yang dilakukan oleh semua anggota
perusahaan yang menjadi budaya dan sesuai dengan visi dan misi
perusahaan. Tujuannya meningkatkan efisiensi proses bisnis dan
memuaskan
keiginan
pelanggan,
perusahaan.
2. Six sigma sebagai sistem pengukuran
18
sehingga
meningkatkan
nilai
Six sigma sesuai dengan arti sigma, yaitu distribusi atau penyebaran
(variasi) dari rata-rata (mean) suatu proses atau prosedur. Six
sigma diterapkan untuk memperkecil variasi (sigma).
Six sigma sebagai sistem pengukuran menggunakan Defect per
Million Oppurtunities (DPMO) sebagai satuan pengukuran. DPMO
merupakan ukuran yang baik bagi kualitas produk ataupun proses, sebab
berkorelasi langsung dengan cacat, biaya dan waktu yang terbuang.
Dengan menggunakan tabel konversi ppm dan sigma pada lampiran,
akan dapat diketahui tingkat sigma. Cara menentukan DPMO adalah
sebagai berikut:
Hitung Defect per Unit (DPU)
………. (1)
DPU =
Hitung DPMO terlebih dahulu menentukan probabilitas jumlah
kerusakan.
………. (2)
DPMO =
Tabel Hubungan sigma dan DPMO
Sigma
Parts per Million
6 Sigma
3,4 defects per million
5 Sigma
233 defects per million
4 Sigma
6.210 defects per million
19
3 Sigma
66.807 defects per million
2 Sigma
308.537 defects per million
1 Sigma
690.000 defects per million
1. Keunggulan Six Sigma
Six
Sigma sebagai
pemecahan
masalah. Six
program
kualitas
juga
sigma menekankan
sebagai tool untuk
aplikasi tool ini
secara
metodis dan sistematis yang akan dapat menghasilkan terobosan dalam
peningkatan kualitas. Metodologi yang sistematis ini bersifat generik
sehingga dapat diterapkan baik dalam industri manufaktur maupun jasa.
Six Sigma juga dikatakan sebagai metode yang berfokus pada proses
dan pencegahan cacat (defect) (Snee, 1999). Pencegahan cacat dilakukan
dengan cara mengurangi variasi yang ada di dalam setiap proses dengan
menggunakan teknik-teknik statistik yang sudah dikenal secara umum.
Keuntungan dari penerapan Six Sigma berbeda untuk tiap perusahaan
yang
bersangkutan,
tergantung
pada
usaha
yang
dijalankannya.
Biasanya Six Sigma membawa perbaikan pada hal-hal berikut ini (Pande,
Peter. 2000):
1. Pengurangan biaya
2. Perbaikan produktivitas
3. Pertumbuhan pangsa pasar
4. Retensi pelanggan
5. Pengurangan waktu siklus
6. Pengurangan cacat
20
7. Pengembangan produk / jasa
2. Metode dan Alat (Tools) Penting dalam Six Sigma
Kelebihan-kelebihan yang dimiliki Six Sigma dibanding metode lain
adalah:
a. Six Sigma jauh lebih rinci daripada metode analisis berdasarkan
statistik. Six Sigma dapat diterapkan di bidang usaha apa saja mulai
dari perencanaan strategi sampai operasional hingga pelayanan
pelanggan dan maksimalisasi motivasi atas usaha.
b. Six Sigma sangat berpotensi diterapkan pada bidang jasa atau non
manufaktur disamping lingkungan teknikal, misalnya seperti bidang
manajemen, keuangan, pelayanan pelanggan, pemasaran, logistik,
teknologi informasi dan sebagainya.
c. Dengan Six Sigma dapat dipahami sistem dan variabel mana yang dapat
dimonitor dan direspon balik dengan cepat.
d. Six Sigma sifatnya tidak statis. Bila kebutuhan pelanggan berubah,
kinerja sigma akan berubah.
Salah satu kunci keberhasilan Six Sigma adalah kerja tim dan
khususnya Black Belt yang dilatih, juga alat-alat yang digunakan dapat
memberikan kekuatan pada proses usaha perbaikan dan usaha pembelajaran.
Metode atau alat-alat tersebut antara lain:
a. SPC (Statistical Process Control) atau pengendalian proses secara
statistik, berguna untuk mengidentifikasi permasalahan.
b. Pengujian tingkat signifikan statistik (Chi-Square, T-Test dan ANOVA),
untuk
mendefinisikan
masalah
permasalahan,
21
dan
analisa
akar
penyebab
c. Korelasi dan Regresi, berguna untuk menganalisa akar penyebab
masalah dan memprediksi hasilnya.
d. Desain Eksperimen, untuk menganalisa solusi optimal dan validasi
hasil.
e. FMEA (Failure Modes and Effect Analysis), berguna untuk mencari
prioritas masalah dan pencegahannya.
f. Mistake – Proofing, berguna untuk pencegahan cacat dan perbaikan
proses.
g. QFD (Quality Function Deployment), untuk mendesain produk, proses
dan jasa.
Terminologi yang menjadi kunci utama konsep six sigma adalah
sebagai berikut:
CTQ (Critical to Quality) = atribut utama dari kebutuhan konsumen.
CTQ dapat diartikan sebagai elemen dari proses/ kegiatan yang
berpengaruh langsung terhadap pencapaian kualitas yang diinginkan
Defect = kegagalan untuk memuaskan pelanggan
Process
Capability =
kemampuan
proses
untuk
bekerja
dan
menghasilkan produk yang berkualitas
Variation = sesuatu yang dirasakan dan dilihat oleh pelanggan. Six
sigma berfoku untuk mengetahui apa penyebab variasi dan mencegah
terjadinya variasi itu, sehingga dapat meningkatkan kapabilitas dari
proses.
Stable Operation = menjaga konsistensi dari proses yang telah
diprediksi sehingga dapat meningkatkan kapabilitas proses.
Design For Six Sigma (DFSS) = suatu desain untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan dan kemampuan proses.
22
DPMO (Defect Per Million Opportunity) = ukuran kegagalan dalam six
sigma yang menunjukkan kegagalan persejuta kesempatan.
DMAIC = merupakan proses untuk peningkatan terus menerus
menuju six sigma.
3. Pihak-Pihak Pelaksana
Brue (2002) mencatat pihak-pihak yang harus bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan six sigma di dalam perusahaan. Pihak-pihak tersebut
meliputi:
a. Executive Leaders
Pimpinan puncak perusahaan yang komit untuk mewujudkan six
sigma, memulai dan memasyarakatkannya di seluruh bagian, divisi,
departemen dan cabang-cabang perusahaan.
b. Champions
Yaitu orang-orang yang sangat menentukan keberhasilan atau
kegagalan proyek six sigma. Mereka merupakan pendukung utama yang
berjuang demi terbentuknya black belts dan berupaya meniadakan berbagai
rintangan/hambatan baik yang bersifat fungsional, finansial, ataupun pribadi
agar black
belts berfungsi
kan Champions menyatu
sebagaimana
dengan
proses
mestinya.
pelaksanaan
Bisa
proyek,
dikatapara
anggotanya berasal dari kalangan direktur dan manajer, bertanggung jawab
terhadap aktivitas proyek sehari-hari, wajib melaporkan perkembangan hasil
kepada executive leaders sembari mendukung tim pelaksana. Sedangkan
tugas-tugas lainnya meliputi memilih calon-calon anggota black belt,
mengidentifikasi
wilayah kerja proyek, menegaskan sasaran
yang
dikehendaki, menjamin terlaksananya proyek sesuai dengan jadwal, dan
memastikan bahwa tim pelaksana telah memahami maksud/tujuan proyek.
23
c. Master Black Belt
Orang-orang yang bertindak sebagai pelatih, penasehat (mentor) dan
pemandu. Master black belt adalah orang-orang yang sangat menguasai
alat-alat dan taktik six sigma, dan merupakan sumber daya yang secara
teknis sangat berharga. Mereka memusatkan seluruh perhatian dan
kemampuannya pada penyempurnaan proses. Aspek-aspek kunci dari
peranan master black belt terletak pada kepiawaiannya untuk memfasilitasi
penyelesaian masalah tanpa mengambil alih proyek/tugas/pekerjaan.
d. Black Belts
Dipandang
sebagai
tulang
punggung
budaya
dan
pusat
keberhasilan six sigma, mengingat mereka adalah orang-orang yang:
memimpin proyek perbaikan kinerja perusahaan; dilatih untuk menemukan
masalah, penyebab beserta penyelesaiannya; bertugas mengubah teori ke
dalam tindakan; wajib memilah-milah data, opini dengan fakta, dan secara
kuantitatif menunjukkan faktor-faktor potensial yang menimbulkan masalah
produktivitas serta profitabilitas; bertanggung jawab mewujudnyatakan six
sigma.
Para calon anggota black belts wajib memenuhi syarat-syarat seperti:
memiliki disiplin pribadi; cakap memimpin; menguasai ketrampilan teknis
tertentu; mengenal prinsip-prinsip statistika; mampu berkomunikasi dengan
jelas; mempunyai motivasi kerja yang memadai.
e. Green Belts
Adalah orang-orang yang membantu black belts di wilayah fungsionalnya.
Pada umumnya green belts bertugas: secara paruh waktu di bidang yang
terbatas;
mengaplikasikan
alat-alat six
sigma untuk
menguji
dan
menyelesaikan problema-problema kronis; mengumpulkan/ menganalisis
data, dan melaksanakan percobaan-percobaan; menanamkan budaya six
sigma dari atas ke bawah.
24
25
BAB 3
PENUTUPAN
3.1 SIMPULAN
Studi kelayakan bisnis adalah penelitian dan penilaian tentang dapat
tidaknya suatu proyek dilakukan dengan berhasil (menguntungkan).
Pembuatan studi kelayakan digunakan untuk memenuhi permintaan pihakpihak yang berbeda. Masing-masing pihak mempunai kepentingan serta sudut
pandang yang berbeda
Aspek-aspek dalam studi kelayakan bisnis adalah bidang kajian studi
kelayakan tentang keadaan objek tertentu dari fungsi-fungsi bisnis (pemasaran,
operasi, manajemen/SDM, hukum, lingkungan, dan keuangan). Pelaksanaan studi
dan penelitian atas fungsi-fungsi bisnis tersebut terkadang disesuaikan dengan
kebutuhan dari analis atau stakeholder.
Prinsip Manajemen POAC ini sangat banyak sekali digunakan oleh
organisasi kecil maupun besar yang bertujan untuk lebih mengembangkan dan
mengelola organisasi mereka.
Balanced Scorecard adalah sistem pengukuran kinerja yang berfokus pada
aspek keuangan dan non keuangan dengan memandang empat perspektif, yaitu
keuangan, pelanggan, pembelajaran dan pertumbuhan karyawan, serta proses
bisnis internal yang dapat membantu organisasi untuk menerjemahkan visi dan
strategi ke dalam aksi dimana semua perspektif tersebut terjalin dalam suatu
hubungan sebab akibat.
Strategi penerapan six sigma yang diciptakan oleh DR. Mikel Harry dan
Richard Schroeder disebut sebagai The Six Sigma Breakthrough Strategy. Strategi
ini merupakan metode sistematis yang menggunakan pengumpulan data dan
26
analisis statistik untuk menentukan sumber-sumber variasi dan cara-cara untuk
menghilangkannya
3.2 SARAN
Sebagai pelaku bisnis yang baru ingin merencakan atau memulai
bisnisnya hendaknya melakukan studi kelayakan bisnis supaya lebih
mengetahui serta memahami kemana kedepannya bisnis akan berjalan dan
bagaimana bisnis akan dapat dilakukan.
Sebagai pembaca yang bijak dengan adanya tulisan ini semoga semkain
mengerti tentang bagaimana pentingnya studi kelayakan bisnis dan dapat
mengaplikasikan keilmuan yang diperoleh dari makalah ini sehingga dapat
memulai bisnis dengan cara yang baik dan benar.
27
Daftar Pustaka
Alfin. (2008, Juli 30). Konsep Six Sigma. Diambil kembali dari Quality Engineering:
https://qualityengineering.wordpress.com/tag/konsep-six-sigma/
Helmi, S. (2006). Buku Ajar Studi Kelayakan Bisnis. Konten Mata Kuliah E-Learning, 33165.
Pengertian POAC dalam Ilmu Manajemen Lengkap. (2015, Juni). Retrieved from Hakikat
Bisnis: https://hakikatbisnis.blogspot.co.id/2015/06/pengertian-poac-dalamilmu-manajemen-lengkap.html
Subagyo, A. (2008). Studi Kelayakan Bisnis. In Arifin Subandi. Jakarta: PT Gramedia.
Sugyono. (2016, 10). Pengertian dan Empat Prespektif Balance Score Card. Retrieved
from Tips Serba Serbi: http://tipsserbaserbi.blogspot.co.id/2016/10/pengertiandan-4-perspektif-balanced-scorecard.html
Umar, H. (1994). Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: PT Gramedia.
Wibowo, S. (2010, Januari 19). Balance Score Card. Retrieved from auditorinternal:
http://auditorinternal.com/2010/01/19/balanced-scorecard-%E2%80%93-dariperformance-measurement-hingga-strategy-focused-organization/
28