PENDEKATAN KONSELING ISLAMI UNTUK MENGAT
PENDEKATAN KONSELING ISLAMI UNTUK MENGATASI SELF DISCLOUSER
PADA REMAJA YANG MENGALAMI BROKEN HOME
¹
Putri Annisa Fajarningrum ¹
Lita Ayu Juniar ²
Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Jl Raya Dukuh Waluh, PO BOX 202 Purwokerto 53182
¹ Email : [email protected]
² Email : [email protected]
ABSTRAK
Broken home bagi sebagaian mayarakat indonesia biasa dikenal dengan keluarga yang hancur atau
tidak harmonis, dari ketidak harmonisan keluarga tersebut tidak jarang ada yang merasa dirugikan
atau dikorbankan dari keluarga tersebut, salah satunya yaitu anak. Maka dari itu tidak sedikit anak
dari korban broken home stress atau frustasi, karena mereka merasa bahwa mereka sudah tidak di
perhatikan dan diberi kasih sayang yang baik oleh kedua orangtuanya, banyak juga anak korban dari
broken home lebih banyak menutup diri dan lebih suka untuk tidak bergaul dengan teman-temannya.
maka dari itu anak broken home sangat membutuhkan sekali bimbingan atau arahan dari keluarga
atau saudara terdekat karena sesungguhnya mereka sangat kesepian dan frustasi dengan kondisi
keluarganya.
ABSTRACT
Part of a broken home for Indonesian society is commonly known by the family destroyed or
not in harmony, disharmony of the family is not uncommon there who feel aggrieved or
victimized of the family, one of them is a child. It is therefore not a little child of a victim of a
broken home stress or frustration, because they felt that they had not noticed and given
affection by both parents, many child victims of a broken home more shut down and would
prefer not to mingle with his friends. therefore the child of a broken home desperately need
all the guidance or direction of the family or next of kin because they are very lonely and
frustrated with the condition of his family.
Pendahuluan
Broken home adalah kurangnya kasih sayang dan perhatian dari orangtua sehingga
membuat mental seorang anak menjadi frustasi, brutal dan susah diatur. Selain itu, istilah
broken home juga digunakan untuk menggambarkan keluarga yang tidak harmonis dan tidak
berjalan layaknya keluarga yang rukun dan sejahtera akibat seiringnya terjadi konflik yang
menyebabkan perpisahan atau perceraian.
Broken home merupakan puncak tertinggi dari penyesuaian perkawinan yang buruk yang
buruk dan terjadi bila suami istri sudah tidak mampu lagi mencari cara penyelesaian masalah
yang dapat memuaskan kedua belah pihak. Perpisahan atau pembaalan perkawinan dapat
ilakukan secara hukum maupun dengan diam-diam dan kadang ada juga kasus dimana salah
satu pasangan (suami, istri) meninggalkan keluarga (Hurlock, 2008, p.310).
Broken Home adalah situasi rusaknya integritas keluarga, kemesraan dan hubungan
akrab, solidaritas dan toleransi oleh ketegangan dan konflik. Keluarga broken home
mengakibatkan penderitaan bagi suami atau isteri dan anak, karena sering terjadi
percekcokan, keributan, pertengkaran antara suami dan isteri. Keluarga broken home
mengakhirkan penderitaan bagi suami istri dan anak-anaknya karena sering terjadi
percekcokan, keributan antara suami dan istri suasana keluarga menjadi tegang panas tidak
nyaman dan tiak adanya suasana rumah bagi siapapun terutama bagi si anak.
Agama islam pada dasarnya sangat membenci orang-orang yang tidak menjalankan
aturannya, seperti yang disebutkan Al-Quran surat An-Nisa ayat 1. Dalam ayat tersebut
menjelaskan bahwa Alah sebagai fondasi pembangunan keluarga, bukan selainnya seperti
keluarga yang sudah rusak integritasnya sebagai sepasang suami istri. Namun yang terjadi
dikalangan masyarakat indonesia broken home sudah menjadi hal yang sering terjai
dikalangan remaja. Maka dari pada itu, didalam artikel ini akan dibahas bagaimana
permasalahan self disclosure remaja yang mengalami broken home yang dapat di atasi
dengan menggunakan konseling islam.
Tinjauan Teori
1. Pengertian Konseling
Kata konseling (counseling) berasal dari kata counsel yang diambil dari bahasa Latin
yaitu counselium, artinya “bersama” atau “bicara bersama”. Pengertian “berbicara
bersama-sama” dalam hal ini adalah pembicaraan konselor (counselor) dengan seorang
atau beberapa klien (conselee). (Latipun, 2008).
Robinson dalam Luddin A. B. (2010) mengartikan Konseling adalah semua bentuk
hubungan antara dua orang, dimana seorang yaitu klien di bantu untuk lebih mampu
menyesuaikan diri secara efektif terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya, hubungan
konseling menggunakan wawancara untuk memperoleh dan memerikan berbagai
informasi, melatih atau mengajar meningkatkan kematangan, memberikan bantuan
melalui pengambilan keputusan.
Pepensky dalam Luddin A. B (2010) Konseling adalah yang terjadi antara dua orang
individu, masing masing disebut konselor dan klien, terjadi dalam suasana yang
profesional, dilakukan dan dijaga sebagai alat memudahkan perubahan aalam tingkah
laku klien.
Gibson 1981 dalam Luddin A. B (2010) pula menekankan bahwa konseling ialah
hubungan tolong menolong yagng berpusat kepada perkembangan dan pertumbunhan
seseorang individu serta penyesuaian dirinya dan kehendak nya kepada penyelesaiaan
masalah, juga kehendaknya untuk membuat keputusan terhadap masalah yang
dihadapinya.
2. Pengertian Konseling Islami
Konseling islam diartikan sebagai suatu aktivitas memberikan bimbingan, pelajaran,
dan pedoman kepada idividu yang meminta bimbingan atau (klien) yang mengalami
penyimpangan perkembangan fitrah beragama, dengan mengembangkan potensi akal
fikiran kepribadiannya, keimanan dan keyakinannya yang dimiliki, sehingga klien dapat
menggulangi problematika hidup secara mandiri yang berpanangan pada Al-Qur’an dan
sunnah Rosul SAW, demi tercapainya kebahagiaan hidup didunia dan akhirat
(Mustahidin, 2004 : 4)
Konseling islami adalah suatu aktifitas memberikan bimbingan, pelajaran, dan
pedoman kepada individu yang meminta bimbingan (klien) dalam hal bagaimana
seharusnya seorang klien dapat mengembangkan potensi akal fikirannya, kejiwaannya,
keimanan dan keyakinan serta dapat menanggulangi problematika hidup dan
kehidupannya dengan baik dan benar secara mandiri yang berparadigma kepada AlQur’an dan As-Sunnah Rasulullah SAW. (Adz-Dzaky, 2002).
Helen (2002 : 22) mendefinisikan konseling islam sebagai sesuatu usaha membantu
individu dalam menanggulangi penyimpangan perkembangan fitrah beragama yang
dimilikinya, sehingga ia kembali menyadari perannya sebagai khalifah di bumi dan
berfungsi untuk menyembah atau mengabdi kepada Allah, akhirnya tercipta kembali
hubungan yang baik dengan Allah, manusia dan alam semesta.
3. Aspek-Aspek Konseling Islam
Konseling islami mencakup tiga aspek sebagai berikut:
1. Aspek Preventif, dimana orientasinya mengarah kepada penjagaan individu dari
semua guncangan jiwa dan membentengi mereka dalam segala hal penyimpangan.
Hal ini dilakukan dalam banyak cara diantaranya dengan perintah untuk selalu
menyembah Allah, menunaikan solat serta membayar zakat, sebagaimana firmanNya dalam surah Al-Bayyinah ayat 5, “ Padahal mereka tidak disuruh kecuali
supaya menyembah Allah dengan membuktikan ketaatan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan solat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.”
2. Aspek Perkembangan, dimana orientasiny mengarah kepada pembentukan
kepribadian muslim agar mampu menjadi individu yang optimis, penuh dengan
produktifitas serta mampu mengoptimalkan segala potensi dan kemampuannya. Hal
ini sebagaimana firman Allah dalam surah An-Nisaa ayat 58, “ Sesungguhnya Allah
menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan
(menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran sebaik-baiknya
kepada kamu sesunguhnya Allah maha mendengan lagi maha melihat.
3. Aspek Terapi, dimana orientasinya mengarah kepada pembebabasa dan pelepasan
indiviu dari segala kekhawatiran dan kegeisahannya serta membantunya dalam
memecahkan masalah yang dihadapinya. Allah berfirman dalam surah Al-A’raaf
ayat 200-201, “Dan jika kamu ditimpa suatu godaan setan, maka kamu
berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui. Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa bila mereka ditimpa waswas dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat
kesalahan-kesalahannya.”
4. Teori-Teori Konseling dalam Islam
a. Teori Al-Mau’izhoh Al-Hasanah
Yaitu teori konseling dengan cara mengambil peajaran-pelajaran atau I’tibarI’tibar dari perjalanan kehidupan para Nabi, Rasul dan para Auliya-Allah. Bagaimana
Allah membimbing dan mengarahkan cara berfikir, cara berperasaan, cara berperilaku
serta menanggulangi berbagai problem kehidupan.
b. Teori Mujadalah yang Baik
Yang dimaksud teori mujadalah ialah teori konseling yang terjadi dimana
seorang klien sedang dalam kebimbangan. Prinsip-prinsip dan khas teori ini adalah
sebagai berikut :
• Harus adanya kesabaran yang tinggi dari konselor
• Konselor harus menguasai akar permasalahan dan terapinya dengan baik
• Saling menghormati dan menghargai
• Bukan bertujuan menjatuhkan atau mengalahkan klien, tetapi membimbing klien
dalam mencari kebenaran
• Rasa persaudaraan dan penuh kaksih sayang
• Tutur kata dan bahasa yang mudah difahami dan halus
5. Pengertian Self Discosure
Self Disclosure didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk
mengungkapkan informasi tentang diri seniri kepada orang lain (Wheeles, 1978).
Menurut Devito 1992 Self Disclosure merupakan kemampuan dalam memberikan
informai. Informasi yang akan disampaikan terdiri atas 5 aspek, yaitu perilaku,
perasaan, keinginan, motivasi, dan ide yang sesuai dengan diri orang yang
bersangkutan. Selain itu Devito (1997) mengemukakan bahwa self disclosure
mempunyai beberapa karakteristik umum antara lain :
• Keterbukaan diri adalah suatu tipe komunikasi tentang informasi diri yang pada
umumnya tersimpan, yang dikomunikasikan kepada orang lain.
• Keterbukaan diri adalh informasi diri yang seseorang berikan merupakan
pengetahuan yang sebelumnya tidak diketahui oleh orang lain dengan demikian
harus dikomunikasikan.
• Keterbukaan diri adalah informasi tentang diri sendiri yakni tentang pikiran,
perasan dan sikap.
• Keterbukaan diri dapat bersifat informasi secara khusus.
• Keterbukaan diri melibatkan sekurang-kurangnya seorag individu lain, oleh karena
itu keterbukaan diri merupakan informasi yang harus diterima dan dimengerti oleh
individu lain.
Ada beberapa dimensi self disclosure yang dikemukakan oleh Culbert (1968),
Person (1987), Cox (1989, Watson (1984) dan Altman Taylor, meliputi 5 asek yaitu:
(1) Ketepatan
Ketepatan untuk mengacu pada apakah seorang individu mengungkapkan
informasi pribadinya dengan relevan dan untuk peristiwa di mana individu terlibat
atau tidak (sekarang dan disini). Self Disclosure sering sekali tidak tepat atau tidak
sesuai ketika menyimpang dari norma-norma. Self Disclosure yang tepat dan
sesuai meningkatkan reaksi yang positif dari partisipan atau pendengar.
Pernyataan negatif berkaitan dengan penilaian diri yang sifatnya menyalahkan
diri, sedangkan pernyataan positif merupakan pernyataan yang termasuk kategori
pujian.
(2) Motivasi
Motivasi berkaitan dengan apa yang menjadi dorongan seseorang untuk
mengungkapkan dirinya kepada orang lain. Dorongan tersebut berasal dari dalam
diri maupun luar diri. Dorongan dari dalam berkaitan dengan apa yang menjadi
keinginan atau tujuan seseorang melakukan self disclosure. Sedangkan, dari luar,
dipengaruhi lingkungan keluarga, sekolah, dan pekerjaan.
(3) Waktu
Waktu yang digunakan dengan seseorang akan cenderung meningkatkan
kemungkinan terjadinya self disclosure. Bila waktunya kurang tepat yaitu
kondisinya capek serta dalam keadaan sedih maka orang terseut cenderung kurang
terbuka dengan orang lain. Sedangkan waktunya tepat yaitu bahagia atau senang
maka ia cenderung untuk terbuka dengan orang lain.
(4) Keintensifan
Keintensifan seseorang dalam keterbukaan diri (self disclosure) tergantung kepada
siapa seseorang mengungkapkan diri, apakah teman dekat, orang tua, teman biasa,
orang yang baru dikenal.
(5) Kedalaman dan Keluasan
Kedalaman self diclosure terbagi atas dua dimensi yakni self disclosure yang
dangkal dan yang dalam. Self Disclosure yang dangkal biasanya diungkapkan
kepada orang yang baru dikenal. Self Disclosure yang dalam, diceritakan kepada
orang-orang yang memiliki kedekatan hubungan (intimacy). Ada dua dimensi self
disclosure seseorang yaitu keluasan dan kedalaman. Keluasaan berkaitan dengan
siapa seseorang mengungkapkan dirinya (target person) seperti orang yang baru
dikenal, teman biasa, orang tua dan teman dekat. Kedalaman berkaitan dengan
topik umun dan topik khusus. Pada umumnya ketika seseorang terbuka dengan
orang asing atau baru dikenal topik pembicaraan umum dan kurang mendalam.
Sedangkan bila seseorang terbuka dengan temn dekat maka topik pembicaraannya
khusus dan lebih mendalam Sears, dkk, 1999 (dalam Gainau, 2010).
6. Broken Home
Broken home merupakan puncak tertinggi dari penyesuaian perkawinan yang
buruk yang buruk dan terjadi bila suami istri sudah tidak mampu lagi mencari cara
penyelesaian masalah yang dapat memuaskan kedua belah pihak. Perpisahan atau
pembaalan perkawinan dapat ilakukan secara hukum maupun dengan diam-diam dan
kadang ada juga kasus dimana salah satu pasangan (suami, istri) meninggalkan
keluarga (Hurlock, 2008, p.310).
Broken Home adalah situasi rusaknya integritas keluarga, kemesraan dan
hubungan akrab, solidaritas dan toleransi oleh ketegangan dan konflik. Keluarga
broken home mengakibatkan penderitaan bagi suami atau isteri dan anak, karena
sering terjadi percekcokan, keributan, pertengkaran antara suami dan isteri. Keluarga
broken home mengakhirkan penderitaan bagi suami istri dan anak-anaknya karena
sering terjadi percekcokan, keributan antara suami dan istri suasana keluarga menjadi
tegang panas tidak nyaman dan tiak adanya suasana rumah bagi siapapun terutama
bagi si anak.
Beberpa kasus pada anak broken home yaitu mereka tidak pernah bisa
menghabiskan waktu-waktu berkwalitas lebih banyak bersama orangtua mereka
karena orang tua mereka sibuk.
Pembahasan
Broken home dalam bahasa indonesia lebih di kenal dengan sebutan kehancuran
keluarga atau rumah tangga atau tidak adanya keharmonisan rumah tangga, hal tersebut
terjadi karena alasan tertentu. Dalam kehancuran rumah tangga itu pasti ada yang merasa
tersakiti atau ada yang harus dikorbankan. Salah satu yang tersakiti yaitu anak, karena
anaklah yang menjadi korban dari keluarga yang tidak harmonis atau broken home. Banyak
anak yang menilai bahwa anak-anak broken home itu pasti di anggap buruk, karena secara
logika anakanak yang kurang kasih sayang dan perhhatian dari orangtuanya memang berbeda
dengan anak-anak yang mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari kedua orang tuanya
terkadang anak-anak yang brokrn home juga pengungkapan dirinya kurang, karena biasanya
anak-anak yang broken home malu untuk mengungkapkan atau menginformasikan tentang
identidasnya, dan sulit untuk mengemukakan pendapat pada banyak orang.
Konseling islami dapat di terapkan pada anak yan mengalami broken home, saya
menggunakan konseling islami menurut Hamdani Bakran Adz-Dzaky yaitu :
1. Teori Al-hikmah adalah sebuah pedoman, penuntun dan bantuan pada individu yang
sangat membutuhkan pertologandalam mendidik dan mengembangkan eksistensi
dirinya.
2. Teori Al-Mauizhoh Al-Hasanah adalah bimbingan atau konseling dengan cara
mengambil pelajaran dari perjalanan hidup nabi.
3. Teori Mujadalah yang baik adalah teori konseling yang terjadi dimana seseorang
klien sedang dalam kebimbangan.
Teori konseling yang kami ambil yaitu teori Mujadalah yang dimaksud teori mujadalah
ialah teori konseling yang terjadi dimana seorang klien sedang dalam kebimbangan.
Prinsip-prinsip dan khas teori ini adalah sebagai berikut :
• Harus adanya kesabaran yang tinggi dari konselor
• Konselor harus menguasai akar permasalahan dan terapinya dengan baik
• Saling menghormati dan menghargai
• Bukan bertujuan menjatuhkan atau mengalahkan klien, tetapi membimbing klien
dalam mencari kebenaran
• Rasa persaudaraan dan penuh kaksih saying
• Tutur kata dan bahasa yang mudah difahami dan halus
Kesimpuln dari teori ini adalah, konselor dapat memberi bimbingan kepada klien
mengenai broken home. Konselor dapat memberi masukan kepada klien, bahwa tidak semua
anak broken home itu tidak memiiki masa depan yang baik, bahwa anak broken home itu
harus kuat dan tetap semangat meskipun memiliki sedikit perhatia dan kasih sayang oleh
orangtuanya.
Kesimpulan
broken home adalah kurangnya kasih sayang dan perhatian dari orangtua sehingga
membuat mental seorang anak menjadi frustasi, brutal dan susah diatur. Selain itu, istilah
broken home juga digunakan untuk menggambarkan keluarga yang tidak harmonis dan tidak
berjalan layaknya keluarga yang rukun dan sejahtera akibat seiringnya terjadi konflik yang
menyebabkan perpisahan atau perceraian. Broken home sangat berpengaaruh besar pada
mental seseorang anak, dan akibanya anak memiliki pengungkapan diri yang kurang. Anak
menjadi lebih tertutup pada umum, dan sulit untuk mengungkapkan identitasnya di depan
teman-teman sebayanya. Maka dari itu, untuk mengatasi anak-anak yang broken home
dengan cara pendekatan konseling islami salah satunya yaitu dengan teori Mudjadalah yaitu
dengan cara mendekati klien dengan penuh kasih sayang, dan berbicara dengan bahasa yang
dipahami oleh klien, konselor juga harus menguasi permasalahan yang sesungguhnya dengan
baik.
Daftar Pustaka
AR, S. W. (2012). Perilaku Memaafkan Di Kalangan Remaja Broken Home. Empathy Jurnal
Fakultas Psikologi, 1, (1), 23-25.
Az-Zahrani, M. B. (2005). Konseling Terapi. Jakarta: Gema Insani.
Gainau, M. B. (2010). Keterbukaan Diri (Self Disclosure) Siswa Dalam Perspektif Budaya
Dan Implikasinya Bagi Konseling . Jurnal Psikologi , 4, (1), 4-6.
Hasanah, H. (2014). Peran Bimbingan Konseling Islam Dalam Menurunkan Tekanan Emosi
Remaja. Jurnal Bimbingan Konseling Islami, 5, (1), 63-64.
Luddin, A. B. (2010). Dasar- Dasar Konseling. Bandung: CV. Perdana Mulya Sarana.
Adz-Dzaky, Hamdani Bakran. 2002. Psikoterapi dan Konseling Islami, Yogyakarta: Fajar
Pustaka Baru.
PADA REMAJA YANG MENGALAMI BROKEN HOME
¹
Putri Annisa Fajarningrum ¹
Lita Ayu Juniar ²
Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Jl Raya Dukuh Waluh, PO BOX 202 Purwokerto 53182
¹ Email : [email protected]
² Email : [email protected]
ABSTRAK
Broken home bagi sebagaian mayarakat indonesia biasa dikenal dengan keluarga yang hancur atau
tidak harmonis, dari ketidak harmonisan keluarga tersebut tidak jarang ada yang merasa dirugikan
atau dikorbankan dari keluarga tersebut, salah satunya yaitu anak. Maka dari itu tidak sedikit anak
dari korban broken home stress atau frustasi, karena mereka merasa bahwa mereka sudah tidak di
perhatikan dan diberi kasih sayang yang baik oleh kedua orangtuanya, banyak juga anak korban dari
broken home lebih banyak menutup diri dan lebih suka untuk tidak bergaul dengan teman-temannya.
maka dari itu anak broken home sangat membutuhkan sekali bimbingan atau arahan dari keluarga
atau saudara terdekat karena sesungguhnya mereka sangat kesepian dan frustasi dengan kondisi
keluarganya.
ABSTRACT
Part of a broken home for Indonesian society is commonly known by the family destroyed or
not in harmony, disharmony of the family is not uncommon there who feel aggrieved or
victimized of the family, one of them is a child. It is therefore not a little child of a victim of a
broken home stress or frustration, because they felt that they had not noticed and given
affection by both parents, many child victims of a broken home more shut down and would
prefer not to mingle with his friends. therefore the child of a broken home desperately need
all the guidance or direction of the family or next of kin because they are very lonely and
frustrated with the condition of his family.
Pendahuluan
Broken home adalah kurangnya kasih sayang dan perhatian dari orangtua sehingga
membuat mental seorang anak menjadi frustasi, brutal dan susah diatur. Selain itu, istilah
broken home juga digunakan untuk menggambarkan keluarga yang tidak harmonis dan tidak
berjalan layaknya keluarga yang rukun dan sejahtera akibat seiringnya terjadi konflik yang
menyebabkan perpisahan atau perceraian.
Broken home merupakan puncak tertinggi dari penyesuaian perkawinan yang buruk yang
buruk dan terjadi bila suami istri sudah tidak mampu lagi mencari cara penyelesaian masalah
yang dapat memuaskan kedua belah pihak. Perpisahan atau pembaalan perkawinan dapat
ilakukan secara hukum maupun dengan diam-diam dan kadang ada juga kasus dimana salah
satu pasangan (suami, istri) meninggalkan keluarga (Hurlock, 2008, p.310).
Broken Home adalah situasi rusaknya integritas keluarga, kemesraan dan hubungan
akrab, solidaritas dan toleransi oleh ketegangan dan konflik. Keluarga broken home
mengakibatkan penderitaan bagi suami atau isteri dan anak, karena sering terjadi
percekcokan, keributan, pertengkaran antara suami dan isteri. Keluarga broken home
mengakhirkan penderitaan bagi suami istri dan anak-anaknya karena sering terjadi
percekcokan, keributan antara suami dan istri suasana keluarga menjadi tegang panas tidak
nyaman dan tiak adanya suasana rumah bagi siapapun terutama bagi si anak.
Agama islam pada dasarnya sangat membenci orang-orang yang tidak menjalankan
aturannya, seperti yang disebutkan Al-Quran surat An-Nisa ayat 1. Dalam ayat tersebut
menjelaskan bahwa Alah sebagai fondasi pembangunan keluarga, bukan selainnya seperti
keluarga yang sudah rusak integritasnya sebagai sepasang suami istri. Namun yang terjadi
dikalangan masyarakat indonesia broken home sudah menjadi hal yang sering terjai
dikalangan remaja. Maka dari pada itu, didalam artikel ini akan dibahas bagaimana
permasalahan self disclosure remaja yang mengalami broken home yang dapat di atasi
dengan menggunakan konseling islam.
Tinjauan Teori
1. Pengertian Konseling
Kata konseling (counseling) berasal dari kata counsel yang diambil dari bahasa Latin
yaitu counselium, artinya “bersama” atau “bicara bersama”. Pengertian “berbicara
bersama-sama” dalam hal ini adalah pembicaraan konselor (counselor) dengan seorang
atau beberapa klien (conselee). (Latipun, 2008).
Robinson dalam Luddin A. B. (2010) mengartikan Konseling adalah semua bentuk
hubungan antara dua orang, dimana seorang yaitu klien di bantu untuk lebih mampu
menyesuaikan diri secara efektif terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya, hubungan
konseling menggunakan wawancara untuk memperoleh dan memerikan berbagai
informasi, melatih atau mengajar meningkatkan kematangan, memberikan bantuan
melalui pengambilan keputusan.
Pepensky dalam Luddin A. B (2010) Konseling adalah yang terjadi antara dua orang
individu, masing masing disebut konselor dan klien, terjadi dalam suasana yang
profesional, dilakukan dan dijaga sebagai alat memudahkan perubahan aalam tingkah
laku klien.
Gibson 1981 dalam Luddin A. B (2010) pula menekankan bahwa konseling ialah
hubungan tolong menolong yagng berpusat kepada perkembangan dan pertumbunhan
seseorang individu serta penyesuaian dirinya dan kehendak nya kepada penyelesaiaan
masalah, juga kehendaknya untuk membuat keputusan terhadap masalah yang
dihadapinya.
2. Pengertian Konseling Islami
Konseling islam diartikan sebagai suatu aktivitas memberikan bimbingan, pelajaran,
dan pedoman kepada idividu yang meminta bimbingan atau (klien) yang mengalami
penyimpangan perkembangan fitrah beragama, dengan mengembangkan potensi akal
fikiran kepribadiannya, keimanan dan keyakinannya yang dimiliki, sehingga klien dapat
menggulangi problematika hidup secara mandiri yang berpanangan pada Al-Qur’an dan
sunnah Rosul SAW, demi tercapainya kebahagiaan hidup didunia dan akhirat
(Mustahidin, 2004 : 4)
Konseling islami adalah suatu aktifitas memberikan bimbingan, pelajaran, dan
pedoman kepada individu yang meminta bimbingan (klien) dalam hal bagaimana
seharusnya seorang klien dapat mengembangkan potensi akal fikirannya, kejiwaannya,
keimanan dan keyakinan serta dapat menanggulangi problematika hidup dan
kehidupannya dengan baik dan benar secara mandiri yang berparadigma kepada AlQur’an dan As-Sunnah Rasulullah SAW. (Adz-Dzaky, 2002).
Helen (2002 : 22) mendefinisikan konseling islam sebagai sesuatu usaha membantu
individu dalam menanggulangi penyimpangan perkembangan fitrah beragama yang
dimilikinya, sehingga ia kembali menyadari perannya sebagai khalifah di bumi dan
berfungsi untuk menyembah atau mengabdi kepada Allah, akhirnya tercipta kembali
hubungan yang baik dengan Allah, manusia dan alam semesta.
3. Aspek-Aspek Konseling Islam
Konseling islami mencakup tiga aspek sebagai berikut:
1. Aspek Preventif, dimana orientasinya mengarah kepada penjagaan individu dari
semua guncangan jiwa dan membentengi mereka dalam segala hal penyimpangan.
Hal ini dilakukan dalam banyak cara diantaranya dengan perintah untuk selalu
menyembah Allah, menunaikan solat serta membayar zakat, sebagaimana firmanNya dalam surah Al-Bayyinah ayat 5, “ Padahal mereka tidak disuruh kecuali
supaya menyembah Allah dengan membuktikan ketaatan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan solat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.”
2. Aspek Perkembangan, dimana orientasiny mengarah kepada pembentukan
kepribadian muslim agar mampu menjadi individu yang optimis, penuh dengan
produktifitas serta mampu mengoptimalkan segala potensi dan kemampuannya. Hal
ini sebagaimana firman Allah dalam surah An-Nisaa ayat 58, “ Sesungguhnya Allah
menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan
(menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran sebaik-baiknya
kepada kamu sesunguhnya Allah maha mendengan lagi maha melihat.
3. Aspek Terapi, dimana orientasinya mengarah kepada pembebabasa dan pelepasan
indiviu dari segala kekhawatiran dan kegeisahannya serta membantunya dalam
memecahkan masalah yang dihadapinya. Allah berfirman dalam surah Al-A’raaf
ayat 200-201, “Dan jika kamu ditimpa suatu godaan setan, maka kamu
berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui. Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa bila mereka ditimpa waswas dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat
kesalahan-kesalahannya.”
4. Teori-Teori Konseling dalam Islam
a. Teori Al-Mau’izhoh Al-Hasanah
Yaitu teori konseling dengan cara mengambil peajaran-pelajaran atau I’tibarI’tibar dari perjalanan kehidupan para Nabi, Rasul dan para Auliya-Allah. Bagaimana
Allah membimbing dan mengarahkan cara berfikir, cara berperasaan, cara berperilaku
serta menanggulangi berbagai problem kehidupan.
b. Teori Mujadalah yang Baik
Yang dimaksud teori mujadalah ialah teori konseling yang terjadi dimana
seorang klien sedang dalam kebimbangan. Prinsip-prinsip dan khas teori ini adalah
sebagai berikut :
• Harus adanya kesabaran yang tinggi dari konselor
• Konselor harus menguasai akar permasalahan dan terapinya dengan baik
• Saling menghormati dan menghargai
• Bukan bertujuan menjatuhkan atau mengalahkan klien, tetapi membimbing klien
dalam mencari kebenaran
• Rasa persaudaraan dan penuh kaksih sayang
• Tutur kata dan bahasa yang mudah difahami dan halus
5. Pengertian Self Discosure
Self Disclosure didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk
mengungkapkan informasi tentang diri seniri kepada orang lain (Wheeles, 1978).
Menurut Devito 1992 Self Disclosure merupakan kemampuan dalam memberikan
informai. Informasi yang akan disampaikan terdiri atas 5 aspek, yaitu perilaku,
perasaan, keinginan, motivasi, dan ide yang sesuai dengan diri orang yang
bersangkutan. Selain itu Devito (1997) mengemukakan bahwa self disclosure
mempunyai beberapa karakteristik umum antara lain :
• Keterbukaan diri adalah suatu tipe komunikasi tentang informasi diri yang pada
umumnya tersimpan, yang dikomunikasikan kepada orang lain.
• Keterbukaan diri adalh informasi diri yang seseorang berikan merupakan
pengetahuan yang sebelumnya tidak diketahui oleh orang lain dengan demikian
harus dikomunikasikan.
• Keterbukaan diri adalah informasi tentang diri sendiri yakni tentang pikiran,
perasan dan sikap.
• Keterbukaan diri dapat bersifat informasi secara khusus.
• Keterbukaan diri melibatkan sekurang-kurangnya seorag individu lain, oleh karena
itu keterbukaan diri merupakan informasi yang harus diterima dan dimengerti oleh
individu lain.
Ada beberapa dimensi self disclosure yang dikemukakan oleh Culbert (1968),
Person (1987), Cox (1989, Watson (1984) dan Altman Taylor, meliputi 5 asek yaitu:
(1) Ketepatan
Ketepatan untuk mengacu pada apakah seorang individu mengungkapkan
informasi pribadinya dengan relevan dan untuk peristiwa di mana individu terlibat
atau tidak (sekarang dan disini). Self Disclosure sering sekali tidak tepat atau tidak
sesuai ketika menyimpang dari norma-norma. Self Disclosure yang tepat dan
sesuai meningkatkan reaksi yang positif dari partisipan atau pendengar.
Pernyataan negatif berkaitan dengan penilaian diri yang sifatnya menyalahkan
diri, sedangkan pernyataan positif merupakan pernyataan yang termasuk kategori
pujian.
(2) Motivasi
Motivasi berkaitan dengan apa yang menjadi dorongan seseorang untuk
mengungkapkan dirinya kepada orang lain. Dorongan tersebut berasal dari dalam
diri maupun luar diri. Dorongan dari dalam berkaitan dengan apa yang menjadi
keinginan atau tujuan seseorang melakukan self disclosure. Sedangkan, dari luar,
dipengaruhi lingkungan keluarga, sekolah, dan pekerjaan.
(3) Waktu
Waktu yang digunakan dengan seseorang akan cenderung meningkatkan
kemungkinan terjadinya self disclosure. Bila waktunya kurang tepat yaitu
kondisinya capek serta dalam keadaan sedih maka orang terseut cenderung kurang
terbuka dengan orang lain. Sedangkan waktunya tepat yaitu bahagia atau senang
maka ia cenderung untuk terbuka dengan orang lain.
(4) Keintensifan
Keintensifan seseorang dalam keterbukaan diri (self disclosure) tergantung kepada
siapa seseorang mengungkapkan diri, apakah teman dekat, orang tua, teman biasa,
orang yang baru dikenal.
(5) Kedalaman dan Keluasan
Kedalaman self diclosure terbagi atas dua dimensi yakni self disclosure yang
dangkal dan yang dalam. Self Disclosure yang dangkal biasanya diungkapkan
kepada orang yang baru dikenal. Self Disclosure yang dalam, diceritakan kepada
orang-orang yang memiliki kedekatan hubungan (intimacy). Ada dua dimensi self
disclosure seseorang yaitu keluasan dan kedalaman. Keluasaan berkaitan dengan
siapa seseorang mengungkapkan dirinya (target person) seperti orang yang baru
dikenal, teman biasa, orang tua dan teman dekat. Kedalaman berkaitan dengan
topik umun dan topik khusus. Pada umumnya ketika seseorang terbuka dengan
orang asing atau baru dikenal topik pembicaraan umum dan kurang mendalam.
Sedangkan bila seseorang terbuka dengan temn dekat maka topik pembicaraannya
khusus dan lebih mendalam Sears, dkk, 1999 (dalam Gainau, 2010).
6. Broken Home
Broken home merupakan puncak tertinggi dari penyesuaian perkawinan yang
buruk yang buruk dan terjadi bila suami istri sudah tidak mampu lagi mencari cara
penyelesaian masalah yang dapat memuaskan kedua belah pihak. Perpisahan atau
pembaalan perkawinan dapat ilakukan secara hukum maupun dengan diam-diam dan
kadang ada juga kasus dimana salah satu pasangan (suami, istri) meninggalkan
keluarga (Hurlock, 2008, p.310).
Broken Home adalah situasi rusaknya integritas keluarga, kemesraan dan
hubungan akrab, solidaritas dan toleransi oleh ketegangan dan konflik. Keluarga
broken home mengakibatkan penderitaan bagi suami atau isteri dan anak, karena
sering terjadi percekcokan, keributan, pertengkaran antara suami dan isteri. Keluarga
broken home mengakhirkan penderitaan bagi suami istri dan anak-anaknya karena
sering terjadi percekcokan, keributan antara suami dan istri suasana keluarga menjadi
tegang panas tidak nyaman dan tiak adanya suasana rumah bagi siapapun terutama
bagi si anak.
Beberpa kasus pada anak broken home yaitu mereka tidak pernah bisa
menghabiskan waktu-waktu berkwalitas lebih banyak bersama orangtua mereka
karena orang tua mereka sibuk.
Pembahasan
Broken home dalam bahasa indonesia lebih di kenal dengan sebutan kehancuran
keluarga atau rumah tangga atau tidak adanya keharmonisan rumah tangga, hal tersebut
terjadi karena alasan tertentu. Dalam kehancuran rumah tangga itu pasti ada yang merasa
tersakiti atau ada yang harus dikorbankan. Salah satu yang tersakiti yaitu anak, karena
anaklah yang menjadi korban dari keluarga yang tidak harmonis atau broken home. Banyak
anak yang menilai bahwa anak-anak broken home itu pasti di anggap buruk, karena secara
logika anakanak yang kurang kasih sayang dan perhhatian dari orangtuanya memang berbeda
dengan anak-anak yang mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari kedua orang tuanya
terkadang anak-anak yang brokrn home juga pengungkapan dirinya kurang, karena biasanya
anak-anak yang broken home malu untuk mengungkapkan atau menginformasikan tentang
identidasnya, dan sulit untuk mengemukakan pendapat pada banyak orang.
Konseling islami dapat di terapkan pada anak yan mengalami broken home, saya
menggunakan konseling islami menurut Hamdani Bakran Adz-Dzaky yaitu :
1. Teori Al-hikmah adalah sebuah pedoman, penuntun dan bantuan pada individu yang
sangat membutuhkan pertologandalam mendidik dan mengembangkan eksistensi
dirinya.
2. Teori Al-Mauizhoh Al-Hasanah adalah bimbingan atau konseling dengan cara
mengambil pelajaran dari perjalanan hidup nabi.
3. Teori Mujadalah yang baik adalah teori konseling yang terjadi dimana seseorang
klien sedang dalam kebimbangan.
Teori konseling yang kami ambil yaitu teori Mujadalah yang dimaksud teori mujadalah
ialah teori konseling yang terjadi dimana seorang klien sedang dalam kebimbangan.
Prinsip-prinsip dan khas teori ini adalah sebagai berikut :
• Harus adanya kesabaran yang tinggi dari konselor
• Konselor harus menguasai akar permasalahan dan terapinya dengan baik
• Saling menghormati dan menghargai
• Bukan bertujuan menjatuhkan atau mengalahkan klien, tetapi membimbing klien
dalam mencari kebenaran
• Rasa persaudaraan dan penuh kaksih saying
• Tutur kata dan bahasa yang mudah difahami dan halus
Kesimpuln dari teori ini adalah, konselor dapat memberi bimbingan kepada klien
mengenai broken home. Konselor dapat memberi masukan kepada klien, bahwa tidak semua
anak broken home itu tidak memiiki masa depan yang baik, bahwa anak broken home itu
harus kuat dan tetap semangat meskipun memiliki sedikit perhatia dan kasih sayang oleh
orangtuanya.
Kesimpulan
broken home adalah kurangnya kasih sayang dan perhatian dari orangtua sehingga
membuat mental seorang anak menjadi frustasi, brutal dan susah diatur. Selain itu, istilah
broken home juga digunakan untuk menggambarkan keluarga yang tidak harmonis dan tidak
berjalan layaknya keluarga yang rukun dan sejahtera akibat seiringnya terjadi konflik yang
menyebabkan perpisahan atau perceraian. Broken home sangat berpengaaruh besar pada
mental seseorang anak, dan akibanya anak memiliki pengungkapan diri yang kurang. Anak
menjadi lebih tertutup pada umum, dan sulit untuk mengungkapkan identitasnya di depan
teman-teman sebayanya. Maka dari itu, untuk mengatasi anak-anak yang broken home
dengan cara pendekatan konseling islami salah satunya yaitu dengan teori Mudjadalah yaitu
dengan cara mendekati klien dengan penuh kasih sayang, dan berbicara dengan bahasa yang
dipahami oleh klien, konselor juga harus menguasi permasalahan yang sesungguhnya dengan
baik.
Daftar Pustaka
AR, S. W. (2012). Perilaku Memaafkan Di Kalangan Remaja Broken Home. Empathy Jurnal
Fakultas Psikologi, 1, (1), 23-25.
Az-Zahrani, M. B. (2005). Konseling Terapi. Jakarta: Gema Insani.
Gainau, M. B. (2010). Keterbukaan Diri (Self Disclosure) Siswa Dalam Perspektif Budaya
Dan Implikasinya Bagi Konseling . Jurnal Psikologi , 4, (1), 4-6.
Hasanah, H. (2014). Peran Bimbingan Konseling Islam Dalam Menurunkan Tekanan Emosi
Remaja. Jurnal Bimbingan Konseling Islami, 5, (1), 63-64.
Luddin, A. B. (2010). Dasar- Dasar Konseling. Bandung: CV. Perdana Mulya Sarana.
Adz-Dzaky, Hamdani Bakran. 2002. Psikoterapi dan Konseling Islami, Yogyakarta: Fajar
Pustaka Baru.