PROFIL KETERAMPILAN PROSES SAINS KPS SIS

PROFIL KETERAMPILAN PROSES SAINS (KPS) SISWA PADA PENERAPAN
RAGAM MEDIA DALAM KONSEP HUKUM NEWTON DI SMA
Kamiliyatul Wardiyah1, Wiwik Dwi Rahayu2, Satriadi3, Setya Utari4
1234

Jurusan Pendidikan Fisika Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi 229 Bandung 40154
Email: Kamiliyatulwardiyah@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran respon KPS berdasarkan penerapan ragam media
pada topik Hukum Newton di SMA. Penelitian deskriptif kualitatif menggunakan populasi kelas X di
salah satu di SMA Negeri 1 Lembang yang berjumlah 4 kelas dengan menggunakan sampel 1 kelas yang
diperoleh secara random. KPS yang diamati meliputi keterampilan observasi, keterampilan mengenal
variabel, keterampilan berhipotesis, keterampilan mengoperasionalkan variabel, dan keterampilan
membuat kesimpulan . Analisis dilakukan berdasarkan data yang tertulis dalam LKS dan diolah dengan
menggunakan tafsiran persentasi. Hasil penelitian menunjukkan hampir setengahnya siswa telah memiliki
keterampilan observasi dan berhipotesis meskipun hipotesis yang diajukan tidak di dukung oleh asumsi,
dengan bantuan guru melalui kegiatan demonstrasi dan diskusi siswa mampu mengoperasionalkan
variabel penelitian, mengungkapkan cara mengukur variabel bebas dan terikat, namun siswa belum
mendapatkan data yang berkualitas dari alat yang di gunakan sehingga siswa masih merasa kesulitan

dalam menyimpulkan. Pengembangan ragam media perlu mendapat penekanan cara-cara yang baik untuk
mendapatkan data yang berkualitas sehingga data yang ada mampu mendukung siswa dalam membuat
kesimpulan yang sesuai.
Kata Kunci: Respon KPS, Ragam Media, Hukum Newton
ABSTRACT
This study aims to obtain an overview of the KPS response based on the application of various media on
topic of Newton’s Law in SMA. This qualitative descriptive research uses 4 classes as population with 1
class as the sample by random sampling technique. KPS observed include observation skill, variable
recognition skill, hypothesis skill, operational skill variable , and skill to make conclusion. Analysesis
done based on data written in LKS and processed by using percentage interpretation. The result of
research shows almost half of students have observation and hypothesized skill although hypothesis
which is proposed is not supported by assumptions, with the help of teacher through demonstration
activities and discussion students are able to operationalize research variables, reveals how to measure
free and bound variables, but students have not get quality data from the tools in use so that students still
feel difficult in concluding. The development of various media needs to get the emphasis of good ways to
get quality data so that the existing data can support students in making the appropriate conclusions.
Keywords: KPS Response, Various Of Media, Newton’s Law
1. Pendahuluan

Kompetensi seorang guru yang professional memilki kaitan erat dengan rumusan dari

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 1 ayat 4. Rumusan tersebut menjelaskan tentang
ukuran penting yang menjadikan guru dianggap sebagai sebuah profesi, yaitu (1) menjadi
sumber penghasilan kehidupan; (2) memerlukan keahlian; (3) memerlukan kemahiran; (4)
1

memerlukan kecakapan; (5) adanya standar mutu atau norma tertentu; dan (6) memerlukan
pendidikan profesi.
Guru professional adalah guru yang dapat meningkatkan kemampuan siswanya, baik
kognitif maupun non kognitif. Untuk tercapainya tujuan tersebut, guru haruslah kretif dan
inovatif dalam melakukan dan menyiapkan pembelajaran. Kasus yang ada dilapangan adalah
guru masih cenderung menggunakan metode ceramah daripada memberikan kesempatan seluasluasnya kepada siswa untuk menemukan sendiri konsep–konsep yang dipelajari (Sucipta:
2014)[1]. Seorang guru harusalah memiliki pengetahuan yang tinggi tentang konsep yang
diajarkan, selain itu juga guru harus tahu bagaimana kemampuan siswanya dalam menerima
materi. Dalam proses pembelajaran fisika di sekolah, seorang guru harus mampu memilih serta
mengembangkan metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi sekolah (Gancang: 2014)[2].
Fisika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam, atau sains. Dalam
memahami setiap konten fisika bukanlah hal yang mudah karena sifatnya yang abstrak atau sulit
untuk dinalar. Fisika merupakan ilmu yang bersifat empirik, sehingga pembelajaran fisika
sedapat mungkin dimulai dengan atau melibatkan praktikum di laboratorium serta pengamatan
gejala atau fenomena alam yang berkaitan dengan materi yang diajarkan. Selain itu,

pembelajaran juga harus memperhatikan hakikat fisika sebagai produk, proses, dan sikap
(Gancang: 2014). Proses pembelajaran ilmu Fisika akan lebih menarik dan mudah dipahami
siswa jika didukung dengan kegiatan praktikum dan eksperimen di laboratorium.
Materi fisika yang bersifat abstrak menjadi satu diantara masalah dalam mempelajari
fisika, sehingga perlu suatu kegiatan pembelajaran yang mampu merealisasikan suatu materi
tersebut. Satu diantara masalah fisika tersebut bias menggunakan media pembelajaran alat peraga
yang dapat membantu pembelajaran fisika supaya lebih dapat diterima secara nalar. Tidak sedikit
pula materi fisika yang perlu direalisasikan meski sudah bersifat kontekstual, hal tersebut karena
siswa tidak langsung mengamati kejadiannya. Hukum Newton merupakan salah satu materi
fisika yang bersifat kontekstual namun jarang dilakukan suatu percobaan atau dengan
demonstrasi karena keterbatasan alat ataupun waktu yang tidak memadai untuk dilakukannya
percobaan. Hal ini dimungkinkan karena salah satu penyebabnya adalah penggunaan model
pembelajaran atau pendekatan pembelajaran yang kurang tepat oleh guru dalam mengajar (Juhji,
2016)[3]. Oleh karena itu, guru hendaknya melatih dan mengembangkan keterampilan proses
sains melalui media pembelajaran yaitu alat peraga.
2

2. Metode
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Eksperimen dengan Analisis
Deskriptif. Penelitian ini menggunakan Populasi kelas X di SMA Negeri 1 Lembang yang

berjumlah 4 kelas dengan menggunakan 1 kelas sampel penelitian siswa kelas X MIA 4 SMA
Negeri 1 Lembang secara random. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Media
Pembelajaran dan variabel terikat adalah Kemampuan Proses Saintifik (KPS). Teknik
pengumpulan data penelitian ini menggunakan Media Pembelajaran dan membagikan Lembar
Kerja Siswa untuk mengetahui Kemampuan Proses Saintifik.
Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap yaitu Tahap Persiapan Penelitian (Studi
pendahuluan, Konsultasi dengan pihak sekolah, Mempersiapkan silabus, RPP, sistem media dan
LKS). Tahap kedua adalah Tahap Pelaksanaan Penelitian (Memberikan perlakuan, Evaluasi
terhadap proses pembelajaran. Tahap ketiga adalah Tahap Akhir Penelitian (Mengolah data,
Menarik kesimpulan, Menyusun laporan penelitian). Instrumen penelitian digunakan adalah alat
peraga sebagai media dan LKS untuk mengetahui Kemampuan Proses Saintifik.
3. Hasil dan Pembahasan
1. Data Hasil Pengamatan
Dari hasil pengamatan menggunakan sampel Kelas X MIA 4 di SMA Negeri 1 Lembang
didapatkan data sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Pengamatan Respon Siswa terhadap Media Pembelajaran
No
1

Keterampilan Proses Saintifik/

Respon Siswa
Observasi

Nilai
Hasil
52

2

Hipotesis

55

3

Prosedur

86

4


Alat dan Bahan

100

5

Mengumpulkan Data

79

6

Menyimpulkan

34

3

Deskripsi Hasil Pengamatan

Sebagian besar peserta didik sudah
mampu mengobservasi
Sebagian besar peserta didik sudah
mampu berhipotesis
Hampir seluruh peserta didik sudah
mampu merencanakan prosedur
percobaan
Seluruh peserta didik sudah mampu
merencanakan alat dan bahan
Sebagian besar peserta didik sudah
mampu mengumpulkan data
Sebagian kecil peserta didik sudah
mampu menyimpulkan

Nilai hasil didapatkan dari
Ʃ Jumlah Jawaban Benar Tiap Aspek

x 100%

Ʃ Jumlah Keseluruhan Siswa

Adapun interpretasi terhadap persentase yang diperoleh menurut Koentjaraningrat
(Suryani, 2005)[4] berikut ini:
Tabel 2. Interpretasi Persentase Jawaban Siswa
Persentase
Tafsiran
0
Tidak ada
1 - 25
Sebagian kecil
26 - 49
Hampir separuhnya
50
separuhnya
51 - 75
Sebagian besar
76 - 99
Hampir seluruhnya
100
Seluruhnya
Dalam menganalisis data hasil pengamatan yaitu dengan menggunakan analisis deskriptif

untuk mengetahui gambaran tentang variabel yang diteliti, sehingga diketahui tinggi rendahnya
skor variabel respon siswa. Analisis deskriptif ini bedasarkan pada hasil dari Lembar Kerja
Siswa dan dianalisa secara umum untuk mengetahui gambaran hasil pengamatan secara
keseluruhan. Berdasarkan data hasil pengamatan respon siswa atau keterampilan proses saintifik
siswa terhadap media pembelajaran adalah pada keterampilan proses saintifik observasi, siswa
yang sebelumnya diberi apersepsi tentang Hukum Newton II sebagian besar sudah mampu untuk
mengobservasi tentang Hukum Newton II. Selanjutnya pada keterampilan proses saintifik
hipotesis, sebelum memulai percobaan siswa diminta untuk menghipotesis percobaan yang akan
dilakukan dan sebagian besar siswa sudah mampu menghipotesis percobaan yang akan
dilakukan. Kemudian pada keterampilan proses saintifik prosedur, siswa diminta untuk membuat
langkah-langkah dalam melakukan percobaan dan hampir seluruh siswa sudah mampu untuk
merencanakan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam percobaan. Selanjutnya pada
keterampilan proses saintifik alat dan bahan, siswa diminta untuk merencanakan alat dan bahan
yang akan digunakan dalam percobaan dan seluruh siswa sudah mampu merencanakan alat dan
bahan yang akan digunakan dalam percobaan. Kemudian pada keterampilan proses saintifik
mengumpulkan data, siswa diminta melakukan percobaan dan mengambil data dan sebagian
4

besar siswa sudah mampu mengumpulkan data percobaan. Keterampilan proses saintifik yang
terakhir yaitu keterampilan proses saintifik menyimpulkan, siswa diminta untuk menyimpulkan

hasil dari percobaan yang dilakukan dan sebagian kecil yang mampu menyimpulkan hasil
percobaan yang dilakukannya.
2. Pembahasan
Keterampilan Proses Saintifik (KPS) adalah pendekatan yang mengarahkan bahwa untuk
menemukan pengetahuan memerlukan suatu keterampilan mengamati, melakukan eksperimen,
menafsirkan data, mengkomunikasikan gagasan dan sebagainya. Keterampilan siswa seperti
mengamati, menghipotesis, merancang alat dan bahan dan menggunakan alat bahan sesuai
prosedur, mengukur atau mengambil data dan menyimpulkan hasil eksperimen. Keberhasilan
pendidik dalam membimbing siswa adalah siswa mampu melakukan keterampilan-keterampilan
dasar (Riska, 2011)[5].
I.

Kegiatan Awal
Pada awal pembelajaran sebenarnya siswa sudah memahami konsep Hukum Newton secara

umum walaupun pemahaman siswa masih sebatas pemahaman konsep dasar. Pada kegiatan
mengamati siswa bisa menentukan berapa besar gaya pada saat mobil diberi dorongan. Sesaat
sebelum alat peraga di demonstrasikan kepada siswa, alat peraga terlebih dahulu diuji coba.
Akan tetapi hasil dari ujicoba nilai gaya tidak konstan. Hal ini dikarenakan dinamometer digital
yang digunakan adalah dinamometer untuk ukuran massa yang lebih besar maka pada saat

demonstrasi dinamometer yang digunakan adalah neraca pegas.

Gambar 1. Siswa Melakukan Pengamatan Mengukur Gaya
Pada Mobil Dengan Massa Berbeda-beda
5

II. Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti ini siswa melakukan eksperimen Hukum II Newton. Alat yang digunakan
untuk melakukan eksperimen ini berupa eksperimen untuk menunjukkan hubungan antar
variabel pada konsep Hukum II Newton yakni massa, percepatan dan gaya. Sebelum alat
digunakan, alat di ujicoba terlebih dahulu untuk memastikan kesiapan alat pada saat demonstrasi.
Kereta yang digunakan kurang sesuai karena keterbatasan untuk tempat massa sistem dan tidak
adanya bagian yang dapat dijadikan pengait tali dengan gantungan beban. Oleh karena itu, untuk
menunjang berjalannya percobaan disediakan tempat massa. Data dari hasil uji coba sebelum
demonstrasi yaitu dengan massa 50 gram dan 100 gram maka didapatkan jarak 68 cm dengan
waktu tempuh 0,70 detik dan 0,63 detik. Maka didapatkan lah percepatan 1,42 m/s2 dan 1,5
m/s2.

Gambar 2. Siswa Melakukan Percobaan Hukum II Newton
III. Kegiatan Penutup
Pada kegiatan penutup, siswa melakukan projek berupa sebuah lintasan balap dengan
kemiringan lintasan berbeda-beda yakni 2 cm, 4 cm dan 6 cm dengan diameter 100 cm dan jarijari 60 cm.. Dengan kemiringan yang berbeda diharapkan siswa dapat mengatur kecepatan mobil
untuk dapat belok pada lintasan miring. Lintasan yang dibuat tidak dapat membuat mobil naik ke
lintasan, maka dibuatkan lintasan lurus untuk membantu mobil dapat melintas.

6

Gambar 3. Siswa Melakukan Project Lintasan Balap Mobil Dengan Kemiringan
Yang Berbeda
Dari ketiga kegiatan yang dilakukan siswa dalam pengamatan ini mendapatkan responrespon siswa berbeda-beda. Dalam Lembar Kerja Siswa yang dibagikan tiap siswa terdapat enam
keterampilan proses sains yakni mengamati/observasi, menghipotesis/memprediksi, merancang
prosedur percobaan, merancang alat dan bahan percobaan, mengambil data dan menyimpulkan
hasil percobaan.
Menurut Nur Muhammad dan Muchlis Samawi[6] terdapat 8 (delapan) jenis KPS yang
meliputi: mengamati, menafsirkan pengamatan, meramalkan, menggunakan alat dan bahan,
menerapkan konsep, merencanakan penelitian, berkomunikasi dan mengajukan pertanyaan. Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan KPS, antara lain:
1. Dalam menyusun strategi mengajar dengan menggunakan KPS, keterampilan-keterampilan
proses sains bersama-sama dikembangkan dengan fakta dan konsep-konsep dan prinsipprinsip sains.
2. Keterampilan-keterampilan proses sains yang telah diuraikan diatas mulai dari mengamati
hingga mengajukan pertanyaan tidak perlu merupakan “suatu urutan” yang harus diikuti
dalam pembelajaran. Kedelapan proses pembelajaran proses sains tersebut sejumlah
keterampilan yang diperkirakan sesuai dengan tingkat perkembangan anak didik mulai dari
sekolah dasar hingga sekolah menengah.
3. Setiap metode atau pendekatan mengajar yang diterapkan dalam pembelajaran sains dapat
digunakan untuk mengembangkan KPS itu. Jumlah dan macam KPS beserta sub KPSnya
7

tidak perlu sama untuk setiap metode atau pendekatan mengajar yang digunakan guru asal
sesuai dengan tingkat perkembangan anak didik dan materi yang diberikan.
4. Dengan metode ceramah kemungkinan untuk mengembangkan KPS paling sedikit,
sedangkan metode memecahkan masalah atau inkuiri bebas kemungkinan yang terbanyak
untuk mengembangkan KPS.
5. Dalam satu satuan waktu, misalnya satu semester, seluruh KPS beserta sub KPSnya
hendaknya pernah dikembangkan, dan tersebar pada seluruh materi yang harus diberikan
dalam satu satuan waktu itu. Pengembangan hendaknya dilakukan semaksimal mungkin
sesuai dengan waktu yang tersedia. Juga perlu diperhatikan keseimbangan antara
keterampilan-keterampilan

proses

IPA

yang

dikembangkan.

Jadi

jangan

hanya

mengembangkan keterampilan proses “Mengamati” saja, tetapi harus dikembangkan pula
keterampilan proses IPA yang lain seperti “Menerapkan Proses” dan lain-lain.
Semiawan dkk[7] mengungkapkan bahwa aspek-aspek dalam

KPS terdiri dari

Keterampilan:
1. Mengobservasi merupakan kegiatan pengamatan yang dilakukan dengan melakukan alatalat indera seperti mata, hidung, telinga, lidah dan kulit. Selain itu, kegiatan menghitung,
mengklasifikasi, mengukur, dan mencari hubungan ruang dan waktu juga termasuk dalam
keterampilan mengobservasi.
2. Kemampuan berhipotesis merupakan kemampuan yang mendasar dalam kerja ilmiah.
Hipotesis sendiri adalah jawaban sementara terhadap suatu permasalahan berdasarkan
teori-teori/fakta-fakta yang ada. Kebenaran suatu hipotesis diuji melalui sebuah
eksperimen. Oleh karena itu, suatu hipotesis ada kalanya benar dan ada kalanya tidak.
3. Merencanakan penelitian (eksperimen) meliputi kemampuan dalam menentukan alat dan
bahan yang akan digunakan dalam penelitian, langkah kerja, melakukan pengamatan dan
pengukuran (pengambilan data), menganalisis hasil data dan cara menarik kesimpulan.
4. Mengendalikan variabel adalah kemampuan untuk mengontrol faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil penelitian. Pengendalian variabel sering dianggap kegiatan yang
paling sulit dilakukan, tetapi sebenarnya tergantung dari jenis penelitiannya itu sendiri.
5. Menginterpretasi (menafsirkan data)meliputi kemampuan menghimpun hasil pengamatan
secara terpisah, menghubungkan hasil-hasil pengamatan, menemukan pola dalam dalam
satu seri pengamatan.
8

6. Menyusun kesimpulan sementara (inferensi) sering dilakukan oleh para ilmuwan ketika
melakukan penelitian. Dengan melakukan inferensi, kita akan termotivasi untuk
melanjutkan penelitian lebih mendalam, karena biasanya inferensi akan menimbulkan
rasa ingin tahu yang lebih mendorong seseorang untuk menemukan jawabannya.
Inferensi bukanlah kesimpulan akhir, tapi hanya untuk sementara waktu berdasarkan
penemuan yang sudah ada sebelum penelitian selesai dilakukan.
7. Meramalkan merupakan kemampuan membuat prediksi atau perkiraan menggunakan
pola-pola tertentu terhadap sesuatu yang mungkin

terjadi sebelum dilakukan

pengamatan. Meramalkan dalam sains tentu berbeda dengan meramalkan secara magis,
karena meramalkan dalam sains tidak berdasarkan hal-hal yang sifatnya tahayul, tetapi
berdasarkan teori/fakta yang sudah ada sebelumnya.
8. Menerapkan disini dalam artian menerapkan konsep untuk menyelesaikan masalah
tertentu atau untuk menjelaskan suatu peristiwa baru. Jika seorang siswa memiliki
kemampuan untuk menerapkan konsep sains dalam kehidupan sehari-harinya, maka
dengan sendirinya ia telah menjadi sosok yang mandiri dan teguh dalam menghadapi
problema hidup.
9. Mengkomunikasikan merupakan kemampuan dalam menjelaskan hasil pengamatan,
menjelaskan grafik, tabel dan diagram, menyusun dan menyampaikan laporan,
melakukan diskusi tentang hasil penelitian.
Dalam pengamatan respon siswa pada setiap aspek keterampilan berbeda-beda. Berikut
respon siswa pada setiap aspek keterampilan proses sains:
1. Mengobservasi (Mengamati)
Pada keterampilan ini sebagian siswa sudah mampu memahami konsep Hukum II
Newton sehingga siswa dapat menunjukkan pemahamannya melalui pertanyaan yang
diajukan siswa seperti pada gambar dibawah ini

9

Gambar 4. Pertanyaan Yang Diajukan Siswa
2. Menghipotesis (Memprediksi)
Pada keterampilan menghipotesis sebagian siswa sudah mampu untuk memprediksi hasil
dari percobaan Hukum II Newton sebelum memulai percobaan. Pada saat siswa
melakukan hipotesis sedikit kesulitan dalam memahami arti dari hipotesis. Akan tetapi
untuk tahap awal melakukan hipotesis siswa sudah bisa dikatakan baik untuk melakukan
hipotesis. Berikut gambar hipotesis siswa sebelum melakukan percobaan

Gambar 5. Hipotesis Yang Diajukan Siswa
3. Merancang Prosedur Percobaan
Pada keterampilan merancang prosedur percobaan sebagian besar siswa mampu
merancangnya dimulai dari mempersiapkan alat dan bahan sampai pada langkah-langkah
pengambilan data.

10

Gambar 6. Prosedur/Langkah-langkah Percobaan
4. Merancang Alat dan Bahan
Pada keterampilan merancang alat dan bahan yang akan digunakan seluruh siswa mampu
merancang alat dan bahan mana saja yang akan dalam melakukan percobaan Hukum II
Newton. Bahkan siswa sudah mampu mengidentifikasi nama-nama alat seperti katrol,
massa dan penggaris sebagai skala. Dan siswa juga mengetahui fungsi dari alat dan bahan
tersebut.

Gambar 7. Alat Dan Bahan Yang Akan Digunakan Pada Percobaan
5. Mengambil Data
Pada keterampilan mengambil data siswa melakukannya secara berkelompok. Dengan
mengikuti prosedur yang telah dirancang siswa mengambil data dengan massa sebagai
variabel bebas dan percepatan sebagai variabel terikat. Data yang diperoleh diolah
dengan menggunakan persamaan Hukum II Newton. Siswa menentukan formulasi dari
data yang diperoleh yakni massa, jarak dan selang waktu.

11

Gambar 8. Hasil Data Yang Diperoleh Siswa Dalam Percobaan
6. Menyimpulkan
Pada keterampilan menyimpulkan ini siswa memiliki respon rendah dibandingkan
dengan keterampilan-keterampilan lainnya bahkan presentase siswa yang merespon
keterampilan menyimpulkan ini 37%. Sebagian besar siswa menyimpulkan berdasarkan
proses dalam percobaan yang mereka amati bukan berdasarkan hasil dari percobaan. Jadi
siswa menyimpulkannya seperti “apabila benda diam akan diam dan apabila bergerak
akan bergerak lurus”.

Gambar 9. Salah Satu Jawaban Siswa Yang Mampu Melakukan Kesimpulan
Maka secara keseluruhan respon siswa berdasarkan keterampilan proses sains baik
meskipun ada beberapa aspek yang memiliki respon rendah.

12

4. Kesimpulan
Berdasarkan data dan pembahasan maka kesimpulan yang didapat adalah (1) Dari segi
alat peraga, alat peraga atau demonstrasi cukup baik walaupun ada beberapa alat yang
mengalami kendala atau kurang sesuai seperti dinamometer digital, kereta yang digunakan dalam
kegiatan eksperimen dan lintasan balap mobil. (2) Dari ketiga kegiatan terdapat 6 aspek
keterampilan yang diamati maka respon siswa pada setiap aspek keterampilan tersebut baik
walaupun ada beberapa aspek keterampilan yang respon siswa nya rendah seperti pada
keterampilan menyimpulkan.
5. Saran
Saran agar pada pengamatan selanjutnya lebih baik dari pengamatan sekarang adalah (1)
Dalam pembuatan alat demosntrasi untuk lebih menggunakan yang benar-benar khusus untuk
percobaan Hukum II Newton seperti kereta, tempat gantung beban dan mobil yang akan
digunakan. (2) Alat dan bahan yang digunakan pada kegiatan penutup yakni project lintasan
balap mobil menggunakan kertas duplex dan tidak dapat dikeahui koefisien geseknya maka
untuk kedepannya menggunakan bahan yang sudah diketahui koefisien geseknya untuk
kelengkapan data.

13

Daftar Pustaka
[1]

Saroja, Gancang, dkk. 2014. Pemanfaatan Alat Peraga Untuk Proses Pembelajaran Fisika di
SLTA (Studi Persepsi Guru-Guru Fisika SLTA di Kabupaten Lombok Timur). ERUDIO,
Vol. 2, No. 2, Desember 2014 ISSN: 2302-9021. Malang. FMIPA Universitas Brawijaya.

[2[

Sucipta, A. A. G, dkk. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Heuristik Vee Terhadap Pemahaman
Konsep Fisika dan Sikap Ilmiah Siswa SMA. e-Journal Program Pascasarjana Universitas
Pendidikan Ganesha Program Studi IPA (Volume 4 Tahun 2014). Singaraja. Universitas
Pendidikan Ganesha.
[3]
Juhji. 2016. Peningkatan Keterampilan Proses Sains Siswa Melalui Pendekatan Inkuiri Terbimbing.
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran IPA (JPPI) Vol. 2, No. 1, Juni 2016, Hal. 58-70 e-ISSN
2477-2038. Serang. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah IAIN Sultan Maulana
Hasanuddin.
[4]
Suryani. 2005. Komunikasi Terapeutik: teori dan praktik. Jakarta : EGC.
[5]
Dewi, Riska Sartika. 2011. Pengaruh Pendekatan Keterampilan Proses Sains Terhadap Keterampilan
Proses Sains Siswa Pada Konsep Suhu dan Kalor. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
[6]
Bambang, Suhartawan dkk. 2004. Mengoptimalkan Pendekatan Keterampilan Proses IPA Dalam
Pembelajaran Di Laboratorium. Jurnal Pendidikan & Pengajaran. Vol. 2, No. 2 Agustus 2004:
109-122 Hal. 110-112.
[7]
Semiawan, Conny. 1992. Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: Gramedia.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG
GURU DAN DOSEN

14