Pengembangan Model DAn Pembelajaran Kompeten

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN
KOMPETENSI SPASIAL (MODEL PETA)
BAGI CALON PENDIDIK GEOGRAFI

R. M. Amin Sunarhadi1, Suharjo1, Baharudin Syaiful Anwar2, Siti Azizah Susilawati1
amin.sunarhadi@ums.ac.id
1

Program Studi Pendidikan Geografi, FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta
Laboratorium Geomedia, Universitas Muhammadiyah Surakarta

2

Abstrak:
Paper ini bertujuan untuk mendeskripsikan faktor-faktor apa yang perlu diperhatikan dalam
pengembangan Model Pembelajaran Kompetensi Spasial, disingkat Model PETA, bagi calon
pendidik Geografi serta proses dalam pengembangan modelnya. Tahapan pengembangan
Model PETA dilakukan dengan merujuk tahapan pengembangan dalam perancangan
pembelajaran dari Dick, Carey, & Carey (2009) yang menggunakan pendekatan sistem.
Analisis kebutuhan untuk penetapan tujuan Model PETA dirumuskan bersama masukan dari
pendidik maupun calon lulusan. Tujuan yang ingin dicapai Model PETA adalah calon lulusan

memiliki kompetensi untuk membuat peta tematik kepadatan obyek yang merujuk pada standar
SNI 6502.X-2010 dengan menggunakan aplikasi ArcGIS. Instrumen evaluasi hasil belajar
Model PETA adalah berbasis ujian praktek. Strategi pembelajaran Model PETA menggunakan
kombinasi strategi peer teaching dan drill simulation serta bahan ajar yang dikembangkan
adalah Modul SIG.
Kata kunci: kompetensi pendidik, spasial, Model PETA

1. Pendahuluan
Geografi merupakan kajian dengan konteks spasial. Kajian ekologi dan kewilayahan yang
dilakukan dalam Geografi menuntut basis spasial. Geografi sebagai bagian kajian sosial juga
menjadi platform spasial yang merangkaikan integrasi kajian dari berbagai bidang.
Pembelajaran Geografi dan IPS Konteks keruangan memerlukan dukungan spasial selama
proses yang berlangsung. Kompetensi spasial menjadi tuntutan bagi para pendidik Geografi dan
IPS. Kometensi spasial ditunjukkan dengan kemampuan untuk menyediakan sendiri peta yang
merujuk Standar Nasional Indonesia (SNI), yaitu dengan seri 6502.X-2010.
Pembelajaran dengan menggunakan peta yang sesuai standar akan mendasari pemahaman
peserta didik mengenai peta dan kecerdasan spasial yang baik. Pada akhirnya, peserta didik
akan mendapatkan gambaran yang tepat mengeni Ilmu Geografi dan kajian sosial yang

dilakukan dalam IPS. Terlebih pada kenyataannya pembelajaran dengan peta sangat disukai

oleh peserta didik karena peta adalah miniatur dunia yang ada di sekeliling peserta didik
(Watters, 1996; Eui-kyung Shin, 2006).
Kaitannya dengan lingkungan peserta didik di Indonesia yang merupakan Negara kepulauan
serta memiliki ancaman bencana alam maka pemberian informasi yang lengkap secara terpadu
menjadi kebutuhan. Sunarhadi dan Khoirunisa (2015) menyatakan bahwa kesiapsiagaan
bencana peserta didik dipengaruhi oleh ketersediaan informasi. Pendidik Geografi dan IPS
memiliki tanggung jawab untuk dapat menyajikan informasi kesiapsiagaan bencana ini.
Pendidik Geografi dan IPS yang memiliki kompetensi spasial akan lebih efektif
pembelajarannya. West (2003) menyajikan bahwa penggunaan ArcView GIS mempunyai kaitan
erat dengan implementasi proses kognitif pada peserta didik baik pada saat data decoding,
pengelolaan data, dan pemberian perlakuan pada data. Gambar 1 menunjukkan bahwa layout
berkaitan dengan level evaluasi pada Taksonomi Bloom. Pengolahan atribut pada ArcView
merupakan proses pembelajaran yang melibatkan level kedua kognisi. Proses pembuatan peta
dengan menggunakan ArcGis produksi ESRI merupakan implementasi pembelajaran kognitif
Geografi.

Gambar 1. Hubungan antara ArcView GIS, Taksonomi Bloom, dan Keingintahuan secara
Geografis (West, 2003)

2. Tujuan

Tujuan dalam tulisan ini mendeskripsikan faktor-faktor apa yang perlu diperhatikan dalam
pengembangan Model PETA bagi calon pendidik Geografi. Tujuan lainnya adalah
mendeskripsikan proses pengembangan model yang telah dilakukan. Kompetensi Spasial
diharapkan menjadi bagian profesionalisme Pendidik Geografi dan IPS di sekolah.

3. Metode
Pengembangan Model PETA ini mendasarkan pada penelitian dan pengembangan (R & D) yang
mendasarkan pada pendekatan sistem. Pendekatan sistem dalam rancangan pembelajaran,
sebagaimana disampaikan Dickdan Carey (2009), memperhatikan komponen-komponen input
dari para piahk yang terlibat dengan pembelajaran (dosen, mahasiswa, dan rujukan para ahli).
Masukan ini dipergunakan untuk merancang proses pembelajaran yang diikuti peserta didik
sehingga menghasilkan luaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Secara sistematis,
pengembangan Model PETA sebagai sistem pembelajaran untuk menghasilkan luaran calon
pendidik dengan kompetensi spasial. Secara diagramatik, pengembangan Model PETA
dilakukan sebagaimana Gambar 2.

Gambar 2.Tahapan Pengembangan Model PETA
Model PETA dikembangkan dengan memperhatikan input dari seluruh dosen pengampu mata
kuliah di Program Studi Pendidikan Geografi FKIP UMS, mahasiswa semester 6 ke atas yang
melibatkan Angkatan 2009, 2010, dan 2011. Pengembangan Model PETA dilakukan multiyears

sejak Tahun 2012. Dosen yang terlibat adalah 11 dosen dan 300 mahasiswa.

4. Hasil dan Pembahasan
Penentuan tujuan pembelajaran Model PETA
Penentuan tujuan pembelajaran dilakukan melalui diskusi diantara dosen di Program Studi
Pendidikan Geografi FKIP UMS. Latar belakang dan keahlian dosen yang berbeda-beda
memperkaya materi diskusi terutama mengenai keterkaitan kompetensi spasial dengan ragam
materi pembelajaran yang harus disampaikan dalam perkuliahan. Masing-masing dosen
memberikan pendapat mengenai kedudukan materi yang diajarkan dengan kurikulum Geografi
dan IPS di sekolah dan implementasi pembelajaran berbasis spasial di semua materi.
Kompetensi spasial disepakati merupakan keharusan bagi pendidik Geografi dan IPS di sekolah
terutama dalam pembuatan dan penyajian peta.
Agenda lain dalam diskusi dosen adalah identifikasi kondisi masa depan dalam proses
pembelajaran Mata Pelajaran Geografi dan IPS di sekolah. Hal ini untuk mengetahui apa yang
menjadi tuntutan (standar minimal), tantangan, dan peluang para calon pendidik Geografi.
Kemampuan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi merupakan isu yang harus

dihadapi baik dalam proses pembelajaran, manajemen sekolah, maupun pembinaan keprofesian
pendidik Geografi dan IPS. Seluruh dosen menyepakati bahwa kompetensi spasial dengan
menggunakan teknologi mutakhir menjadi tantangan untuk mendapatkan peluang untuk

menunjang profesionalisme pendidik Geografi dan IPS di sekolah.
Mahasiswa para calon lulusan juga dimintai pendapat mengenai kompetensi spasial bagi calon
pendidik Geografi dan IPS di sekolah. Mereka menyatakan merasa lebih bangga dan
bersemangat bila pembelajaran kompetensi spasial menggunakan piranti lunak maupun piranti
keras yang mutakhir. Berkaitan dengan jenis peta, mahasiswa menginginkan berupa peta
tematik yang bersifat kontekstual.
Salah satu ketrampilan dasar dalam IPS, dan tentu saja sangat terkait dengan Geografi, adalah
berkaitan dengan pembelajaran penggunaan peta (Eui-kyung Shin, 2006; Maryani, Syamsudin,
2009). Peta yang dipergunakan seharusnya adalah peta yang memenuhi standar peta nasional.
Penggunaan peta yang tidak standar dalam pembelajaran Geografi dan IPS berimplikasi pada
kerancuan pemahaman siswa mengenai peta seperti apa yang seharusnya.
Badan Standar Nasional (BSN) pada Tahun 2010 telah mengeluarkan Standar Spesifikasi
Penyajian Peta Rupa Bumi (RBI) dengan seri 6502.X-2010. Standar ini tersedia untuk skala
1:25.000 (seri 6502.2-2010), 1:50.000 (seri 6502.3-2010), dan yang terkecil adalah 1:250.000
(seri 6502.4-2010). Standar ini menetapkan spesifikasi teknis, prosedur penyajian, dan
reproduksi peta rupa bumi.
Peta RBI merupakan peta yang menjadi rujukan dalam pemetaan tematik di Indonesia. Peta RBI
yang telah diproduksi meliputi hampir seluruh wilayah Indonesia serta isinya dapat menjadi
data awal bagi berbagai kepentingan. Penggunaan yang luas terstandar menjadi pertimbangan
untuk mengakomodasikan Standar 6502.X-2010 sebagai standar Kompetensi Spasial calon

pendidik Geografi dan IPS.
Tiga sumber informasi tersebut di atas, yaitu hasil diskusi dosen yang terlibat dalam proses
pendidikan S1 Pendidikan Geografi, masukan mahasiswa calon lulusan, serta rujukan terhadap
pustaka maka ditetapkan tujuan pembelajaran Model PETA. Tujuan Model PETA adalah calon
lulusan memiliki kompetensi untuk membuat peta tematik kepadatan obyek yang merujuk pada
standar SNI 6502.X-2010 dengan menggunakan aplikasi ArcGIS.Tujuan Model PETA yang
sudahdirumuskankemudianmenjadidasarpembuatan instrument evaluasidanmateripembelajaran.
Tujuan pembelajaran ini khusus ditujukan untuk dicapai calon pendidik Geografi dan IPS dan
tidak sama dengan kompetensi spasial untuk mereka yang akan menggeluti pekerjaan non
pendidikan yang terkait bidang pengelolaan sumberdaya alam maupun lingkungan maupun
pemetaan. Wing dan Sessions (2007) menyebutkan bahwa salah satu kompetensi spasial adalah
mampu membuat peta tematik. Bagi mereka yang bekerja di non pendidikan tentu saja
memerlukan indicator kompetensi lainnya seperti melakukan perancangan, analisis, pemecahan
masalah, restrukturisasi data, penyesuaian proyeksi, dan mengkomunikasikan peta.

Instrumen evaluasi Model PETA
Instrumen evaluasi hasil belajar Model PETA dikembangkan dengan merujuk pada tujuan
pembelajaran Model PETA yaitu membuat peta tematik sesuai standar nasional. Sesuai dengan
masukan dari mahasiswa calon lulusan untuk menggunakan piranti mutakhir maka
dipergunakan piranti lunak SIG mutakhir ArcGIS yang diproduksi oleh ESRI. Penggunaan

aplikasi ini diarahkan untuk mengolah data yang terdiri atas peta suatu wilayah kecamatan atau
kabupaten yang terdiri atas layer batas administrasi, jaringan jalan, dan jaringan sungai. Data
yang disediakan dilengkapi dengan data tabular pada file berekstensi .xls yang berisi koordinat
pusat pemerintahan serta jumlah penduduk laki-laki dan perempuan.
Instrumen evaluasi disediakan dalam bentuk dijital. Setiap calon pendidik Geografi dan IPS
yang sudah semester 7 atau sudah mengambil skripsi dalam Kartu Rencana Studi dipersilahkan
mengerjakan instrument kompetensi spasial atau disebut Ujian Spasial. Ujian spasial dikerjakan
selama 1,5 jam.
Adapun instrument yang harus dikerjakan sesuai dengan SNI 6502.X-2010 dapat dikategorikan
sebagaimana berikut.
1. Lay out
a. Pembuatan frame peta dan frame info tepi,
b. Informasi tepi meliputi Judul, Orientasi, Skala angka, skala bar, Informasi Koordinat,
Grid, Proyeksi dan Datum
c. Inset meliputi Skala, Grid, batang koordinat, keterangan, Label Wilayah sekitar, Simbol,
Label daratan dan samudera
d. Sumber Peta, Penyusun, Grid Koordinat, Label
3. Pengendalian data dinamis,membuat ID dalam shapefile, georeference, polygon, dan atribut
4. Join data tabular dengan atribut
5. Pengolahan data menggunakan formula perhitungan atribut sehingga diketahui kepadatan

obyek
6. Pembuatan representasikantor pemerintah, batas administrasi, simbol sungai, dan simbol
jalan
7. Pembuatan label (labelling) multi dan berkategori dengan SQL QUERRY
Strategi pembelajaran Model PETA
Merujuk pada kemampuan yang akan dicapai adalah membuat peta tematik maka komponen
psikomotor dan kognitif sangat kental. Semakin sering calon pendidik melakukan latihan maka
akan semakin mahir. Afeksi mahasiswa untuk secara mandiri melakukan latihan merupakan
tantangan terberat. Strategi yang dipergunakan adalah menjadikan kelulusan ujian spasial
sebagai hook atau prasayarat untuk menempuh ujian skripsi sehingga memunculkan motivasi
mahasiswa untuk berusaha lulus ujian spasial.
Motivasi yang kuat dari mahasiswa sangat diperlukan agar secara sadar dan bertanggung jawab
mereka mau berlatih. Kankaanrinta (2006) menyebutkanbahwapembelajaran yang
efektifharusberpolakonstruktifdimanapesertadidikberperansecaraaktifdalam
proses
pembelajarankompetensispasial. Strategi pembelajaran yang sesuai adalah drill and simulation

yang sebenarnya berasal dari drill and practice serta simulation. Melalui kegiatan drull anfd
practive memilikiorientasi pada capaian ketrampilan. Sementara simulation dipergunakan untuk
menunjukkan beroperasinya sebuah sistem.

Guna mendukung berjalannya drill and practice maka dipergunakan peer teaching untuk
memastikan bahwa para calon lulusan berlatih dengan sungguh-sungguh. Keberadaan peer
teacher dimaksudkan untuk memberikan bimbingan pada calon pendidik. Secara grafis, struktur
pelaksanaan bimbingan pembelajar kompetensi adalah sebagaimana Gambar 3.

Keterangan: QC: Quality Control (Mahasiswa Sejawat yang mendapat mandat sebagai peer teacher)
IQC: Independent Quality Control (Dosen)

Gambar 3. Struktur Pelaksanaan Bimbingan Model PETA

Materi pembelajaran Model PETA
Berdasarkan tujuan dan instrumen evaluasi maka disusun bahan ajar untuk Model PETA berupa
modul pembelajaran. Modul disusun dalam dua bagian, yaitu bagian pertama berisi materi
Georeference dan Dijitasi. Materi dijitasi terdiri atas pembuatan shapefile dan proses dalam
dijitasi. Modul yang kedua terdiri atas materi layout, representasi, dan operasi atribut. Modul ini
juga dilengkapi dengan video tutorial.
Materi di dalam modul mengacu pada SNI 6502.X-2010. Dalam SNI ini telah diatur semua
ukuran besarnya data grafis baik untuk titik, garis, dan area. Ukuran komposisi spektrum
pewarnaan juga sudah diatur baik berbasis RGB maupun CMYK. Modul dapat digunakan
secara mandiri maupun dibawah instruksi QC selama kegiatan drill and practice.


Evaluasi pengembangan Model PETA
Pengembangan Model PETA selalu dievaluasi dan hasilnya dipergunakan untuk melakukan
perbaikan model. Terjadi perbaikan sejak Tahun 2012 baik dari sisi tujuan, instrumen, strategi,
maupun materi sebagaimana disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Rekapitulasi Evaluasi Pengembangan Model PETA
Tahun

Tujuan
Pembelajaran

Instrumen
Evaluasi

Strategi

Materi

Keterangan


2012

Calon Pendidik
dapat membuat
peta dengan
menggunakan
ArcGIS

o Ujian Spasial
berbasis praktek
selama 0,5 jam
o Ujian spasial
dilakukan secara
closed book
o Ujian spasial
sebagai inspeksi
kemampuan spasial
calon pendidik

o Latihan mandiri
berkelompok
o Peer teaching
terjadi atas
inisiatif
mahasiswa dan
tidak
menyeluruh
o Ujian setiap 2
hari sekali

Pembuatan
peta tematik
tanpa
standar
Tidak
tersedia
bahan ajar
untuk
Kompetensi
Spasial

Evaluasi
merekomendasikan
perlunya
acuan
standar

2013

Calon Pendidik
dapat membuat
peta dengan
menggunakan
ArcGIS mengacu
SNI 6502.X-2010

o Ujian Spasial
berbasis praktek
selama 1 jam
o Ujian spasial
dilakukan secara
closed book
o Atas dasar masukan
mahasiswa, ujian
spasial sebagai
monitor tingkat
kemampuan spasial
calon pendidik hasil
belajar selama
kuliah. Bukan
inspeksi

o Latihan mandiri
secara
individual
o Ujian setiap 1
minggu sekali

Pembuatan
peta tematik
mengacu
SNI
6502.X2010 pada
representasi
jalan dan
kantor
pemerintah
Tidak
tersedia
bahan ajar
untuk
Kompetensi

Latihan
mandiri
individual
dan posisi
ujian
spasial
hanya
monitor
mempenga
ruhi
kesiapan
ujian
spasial dan
gagal
acuan

Tahun

Tujuan
Pembelajaran

Instrumen
Evaluasi

Strategi

2014

Calon Pendidik
dapat membuat
peta dengan
menggunakan
ArcGIS mengacu
SNI 6502.X-2010

o Ujian Spasial
berbasis praktek
selama 1 jam
o Ujian spasial
dilakukan secara
closed book

o Latihan mandiri
secara
individual
o Ujian setiap 1
minggu sekali

2015

Calon Pendidik
dapat membuat
peta tematik
kepadatan obyek
dengan
menggunakan
ArcGIS mengacu
SNI 6502.X-2010

o Ujian Spasial
berbasis praktek
selama 1,5 jam
o Berlaku opened
book untuk
memastikan SNI
sudah benar
diimplementasikan

o Latihan mandiri
secara
terbimbing oleh
sejawat (peer
teaching)
o Ujian bisa
dilakukan
sebanyak
mungkin
sebagai bagian
drill and
practice

Materi

Keterangan

Spasial
Pembuatan
peta tematik
mengacu
SNI
6502.X2010 pada
representasi
jalan dan
kantor
pemerintah.
Modul
masih
dalam
bentuk
sederhana
dan terbatas
untuk bisa
diakses.
Pembuatan
peta tematik
mengacu
SNI
6502.X2010 pada
representasi
jalan dan
kantor
pemerintah
serta simbol
sungai pada
legenda.
Disediakan
modul baik
berbentuk
buku
maupun
video
tutorial.

standar
Ujian
spasial
dikembalikan sebagai
inspeksi
standarisasi. Latihan
mandiri
perlu
intervensi
dalam
mengemba
ngkan peer
teaching

Intervensi
peer
teaching
dilakukan
dengan
mengemba
ngkan
struktur
pembelajar
an
kompetensi
spasial

Perbaikan yang paling menentukan adalah penempatan instrumen evaluasi ujian spasial sebagai
inspeksi kompetensi spasial setiap calon pendidik Geografi dan IPS.Perbaikan model yang
signifikan dilakukan melalui intervensi adanya peer teaching. Intervensi ini mempengaruhi pada
peningkatan motivasi diri calon pendidik Geografi dan IPS untuk berusaha lulus pada ujian
spasial.
Keberadaan QC sebagai peer teaching memberikan keleluasaaan akses mahasiswa untuk
mempelajari Kompetensi Spasial. Semakin nyaman mahasiswa menjalankan ArcGIS guna
menghadapi ujian spasial maka membuka arah pengembangan diri yang lebih luas. Broda dan
Daxter (2002) menyebutkan bahwa penggunaan SIG dapat membangun kapasitas intelektual.

5. Kesimpulan dan Saran
Faktor yang perlu diperhatikan dalam pengembangan Model PETA adalah perlunya secara
konsisten diberlakukannya standar yang menjadi acuan, dalam hal ini SNI 6502.X-2010,
sebagai Standa Kompetensi Spasial. Umpan balik yang masuk dari mahasiswa calon pendidik
Geografi dan IPS perlu diperhatikan dan didiskusikan kembali secara mendalam. Hal ini
diperlukan untuk menghindari munculnya beberapa alasan yang tidak bermutu (misalnya malas
atau mencoba menghindari proses pembelajarannya) muncul sebagai dasar pengembangan.
Proses pengembangan Model PETA sangat dimudahkan dengan pendekatan sistem yang
mewadahi secara sistematis tahap pengembangan maupun tahap perbaikan model. Keterlibatan
seluruh dosen dan komunikasi yang baik dengan mahasiswa merupakan modal dalam
mengidentifikasi masalah maupun mencari pemecahannya. Komitmen pimpinan baik secara
moral maupun materiil, berupa pengadaan piranti lunak maupun piranti keras, membantu proses
pengembangan yang berjalan dengan lancar ini.

6. Daftar pustaka
Broda, Herbert W;Baxter, Ryan E, 2002, The Clearing House; Sep/Oct 2002; 76, 1; page 49
Dick, Carey., Carey, The Systematic Design of Instruction, 2009, Pearson
Publishing
Eui-kyung Shin, 2006, The Journal of Geography, 105, 3, page 109
Kankaanrinta, I-K., 2006, Teaching and learning Geographical Information Systems
effectively–reflections in teachers’ pedagogical diaries in Geographical Information Systems
Applications for Schools – GISAS. Department Geography, Faculty of Science, University of
Helsinki, page 33
Maryani, E., Syamsudin, H., 2009, Jurnal Penelitian, Vol. 9 Nomor 1, page 5
Sunarhadi, M. Amin., Khoirunnisa, N., 2015, Disaster Preparation Knowledge of Urban and
Rural's Student at Solo Region, 2nd International Conference: Planning in the Era of
Uncertainty 2015, March 3-4, 2015, Brawijaya University
Watters, Ron., 1996, Journal of Physical Education, Recreation & Dance; May/Jun 1996; 67, 5,
page 55
West, Bryan A., 2003, The Journal of Geography; Nov/Dec 2003; 102, 6; page 267
Wing, Michael G., Sessions, John. 2007, Journal of Forestry, Vol. 105 No. 4, pages 175-177

Tentang penulis pertama

R. M. Amin Sunarhadi, S.Si., M.P.
Menempuh S1 di Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS)lulus pada
Tahun 1998. Pada tahun 1998 pula, menerima Beasiswa Unggulan untuk menempuh Studi S2
pada Program Studi Pengelolaan Air dan Tanah (PTA) di Universitas Brawijaya dengan sponsor
World Bank-University Research and Graduate Education (URGE). Bekerja sebagai dosen di
Fakultas Geografi dan Program Studi Pendidikan Geografi FKIP UMS. Diantara mata kuliah
yang diampu adalah Sistem Informasi Geografis (SIG). Pernah mengembangkan Laboratorium
Perencanaan dan Pengembangan Wilayah dan membina komunitas mahasiswa berbasis
Cooperative Learning dan Experiental Learning. Penelitian yang dilakukan dalam fokus
Interaksi Manusia dan Lingkungan, sejak 1998, menggunakan berbagai aplikasi penginderaan
jauh (PJ) dan SIG dan dipublikasikan dalam Jurnal maupun Forum Pertemuan IlmiahNasional.
Saat ini, penulis sedang melakukan aktivititas penelitian implementasi pemenuhan dan
perlindungan hak-hak anak dalam pendidikan kebencanaan. Penulis menjadi anggota Ikatan
Geograf Indonesia (IGI), International Society of Photogrametry and Remote Sensing and
Photogrametry (ISPRS), dan Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI). Penulis
adalah pengurus Active Learning Facilitator Association (ALFA) berbasis ALIHE dan ALFHE.
Posisi penulis di Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) juga pengurus, sementara itu juga
sebagai Sekretaris di Pusat Studi Lingkungan (PSL) UMS, dan Pegiat Pusat Studi Mitigasi
Bencana (PSMB) UMS.