BAB 1 PENDAHULUAN 1.2. Latar Belakang - Pengaruh Pengetahuan dan Sarana Sanitasi Lingkungan Terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tatanan Rumah Tangga Di Kecamatan Teupah Barat Kabupaten Simeuleu

BAB 1 PENDAHULUAN

1.2. Latar Belakang

  Pengertian sehat sesuai dengan UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, dan spiritual yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Untuk mewujudkan konsep sehat sebagaimana yang tertuang dalam UU tersebut dan sejalan dengan konsep paradigma Indonesia sehat, tentunya dibutuhkan kerja keras dari pihak-pihak terkait, terlebih mengingat keragaman yang tinggi dari masyarakat Indonesia, apakah itu menyangkut status ekonomi, pendidikan suku bangsa, dan perbedaan-perbedaan lainnya yang mewarnai masyarakatnya dalam mempresepsikan kesehatan.

  Tujuan mempercepat pencapaian target Tujuan Pembangunan Millennium 2015 (Millenium Development Goals 2015) yaitu mengurangi setengah dari populasi penduduk yang tidak memiliki akses ke air bersih dan sarana sanitasi lingkungan. Kesepakatan dilakukan untuk memobilisasi semua sumber daya yang ada, termasuk didalamnya pemerintah, sektor swasta, lembaga non pemerintah, dan institusi lainnya di dalam pembangunan sanitasi.

  Industri pariwisata di Kabupaten Simeulue juga berkembang pesat. Banyak tempat-tempat wisata yang dapat dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun manca Negara. Berbagai objek wisata unggulan dan menarik lainnya juga terdapat di daerah ini yang meliputi situs-situs budaya/sejarah, seperti Makam Mangkudo Batu, Makam Tengku Di ujung, Makam T Silaborit, Benteng Belanda, Masjid Tabusalihon, dll. Semua objek tersebut memiliki keunikan dan sejarah tersediri, sehingga akan dapat menarik wisatawan untuk berkunjung. Objek wisata juga sangat mudah dijumpai di daerah ini, seperti terumbu karang yang indah di Teluk Sibigo, Pantai Alus-alus dan Pulau Tampak yang dikelilingi hamparan pasir putih.

  Salah satu faktor pendukung daerah tempat wisata adalah kebersihan, yaitu kondisi yang memperlihatkan bersih dan sehat baik keadaan lingkungan, fasilitas sarana dan prasarana, maupun manusia yang memberikan pelayanan yang berhubungan dengan perilaku hidup bersih dan sehat. Karena minimnya sarana hotel atau penginapan sehingga masyarakat sering menyewakan rumah pribadi atau kamar- kamar untuk wisatawan. Oleh karena itu perlu diperhatikan sarana atau prasarana sanitasi lingkungan guna menghindari berbagai penularan penyakit salah satunya penyakit kulit.

  Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS) 2006 menunjukkan 60.38% kepala keluarga di Indonesia telah memiliki sarana pengelolaan sampah skala rumah tangga, dan masih ada 19.67% t idak memiliki tempat pengelolaan sampah. Laporan lainnya menyebutkan 40.67% rumah tangga yang ada di Indonesia tidak memiliki sarana tanki septic dan selebihnya membuang limbah ke alam. Sementara itu, 56.56% keluarga di Indonesia memiliki sumber air bersih sendiri dan 77.2 % lain-nya memperoleh sumber air selain PDAM. Sekitar 67.24% populasi Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam di 21 Kabupaten mendapat air minum dari sumur gali dan hanya 19.41% mendapatkan air dari pelayanan perpipaan kota. Laporan lain menunjukkan

  68.54% penduduk telah mempunyai fasilitas kamar kecil di rumahnya, dan hanya 38.36% penduduk memiliki tempat pengolahan air limbah dalam skala rumah tangga.

  Berdasarkan data pada Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tenggara pada tahun 2006 didapatkan bahwa masih terdapat masalah kesehatan lingkungan yang memerlukan penanganan serius, diantaranya yaitu jumlah keluarga yang diperiksa yang memiliki akses sanitasi dasar masih rendah. Penyakit yang banyak timbul di masyarakat Kabupaten Aceh Tenggara adalah penyakit diare, scabies, dan penyakit yang bersumber dari binatang seperti malaria, DBD, dan lainnya. Masalah lain seperti kurang gizi, Perilaku kesehatan yang kurang bersih terhadap lingkungan, kedaruratan, kejadian bencana dan sejenisnya (Dinkes Kabupaten Aceh Tenggara, 2007).

  Gambaran sanitasi di Kecamatan Babussalam masih rendah, hal ini dapat dilihat dari persentase Kepala Keluarga (KK) yang memiliki sarana kesehatan lingkungan, yaitu: Jamban (47,33%), Tempat Sampah (31,26%), Pengelolaan Air Limbah (46,10%), Persediaan Air Bersih (83,30%), Ledeng (35%), Sumur Pompa Tangan (0,68%), Sumur Gali (35,98%), Rumah Sehat (46,24%) dan kepala keluarga berperilaku hidup bersih dan sehat (0,25%). Target cakupan higiene dan sanitasi nasional adalah 85% (Dinkes Kabupaten Aceh Tenggara, 2007).

  Dalam Pembangunan sarana sanitasi dasar bagi masyarakat di Kabupaten Simeulue yang berkaitan langsung dengan masalah kesehatan, meliputi penyediaan air bersih, jamban sehat dan perumahan sehat yang biasanya ditangani secara lintas sektor. Kondisi lingkungan fisik dan biologis untuk Kabupaten Simeulue dapat dilihat dari beberapa hal seperti: sarana air bersih, pembuangan kotoran, saluran pembungan air limbah (SPAL) dan penyehatan lingkungan. Sebagai upaya program kesehatan lingkungan yang perlu dilakukan melalui pengalokasian sumber daya dan sumber dana yang terhadap aset sebagai wujud menciptakan pelayanan kesehatan yang maksimal sebagai investasi yang sangat berharga dan sangat perlu bagi masyarakat melalui upaya – upaya program salah satunya upaya penyediaan sarana air bersih.

  Pelayanan air bersih memberi indikator dalam aspek sosial yang perlu mendapatkan perhatian. Secara umum dapat dikatakan bahwa sumber air yang banyak digunakan masyarakat di Kabupaten Simeulue antara lain Sumur Gali, Penampungan Air Hujan, Air sungai dan Air PAM (Profil Kesehatan Kab.Simeulue, 2007).

  Tahun 2007 jumlah keluarga yang memiliki sarana air bersih masih sangat minim. Dari hasil pengumpulan data melalui laporan bulanan masing-masing Puskesmas penggunaan air bersih pada setiap keluarga yang paling tertinggi adalah sumur gali ± (60,2 %), penampungan air hujan ± (16,3 %) sedangkan ledeng hanya ± (8,8 %) (Profil Kesehatan Kab.Simeulue, 2007).

  Sarana Saluran pembuangan air limbah juga erat hubungannya dengan kondisi lingkungan rumah dan sekitarnya dengan resiko pencemaran. Keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar meliputi persediaan air, bersih, kepemilikan jamban keluarga, tempat sampah dan pengelolan air limbah keluarga keseluruhan hal tersebut sangat diperlukan didalam peningkatan kesehatan lingkungan. Dari hasil pendataan yang ada dari tiap Kecamatan menggambarkan jumlah keluarga yang memiliki tempat pengelolaan air limbah keluarga di Kabupaten Simeulue masih 52,40 % dan ketersediaan tempat pembuangan sampah masih dibawah 42 %. Dan persentase sarana pengelolaan sampah masih di bawah 42% (Profil Kesehatan Kab.Simeulue, 2007).

  Perilaku hidup bersih dan sehat juga sangat penting dalam peningkatan derajat

kesehatan. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah wujud keberdayaan

  masyarakat yang sadar, mau dan mampu mempraktekkan PHBS. Dalam PHBS, beberapa program prioritas yaitu KIA, Gizi, Kesehatan Lingkungan, Personal

  

hygiene , Dana Sehat/Asuransi Kesehatan/JPKM. Dengan demikian, perlu

  diadakannya upaya untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan dalam menciptakan suatu kondisi bagi kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat secara berkesinambungan. Upaya ini dilaksanakan melalui pendekatan pimpinan (Advokasi), bina suasana (Social Support) dan pemberdayaan masyarakat (Empowerment).

  Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, terutama dalam tatanan masing-masing, dan masyarakat dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Depkes, 2005).

  Pelaku-pelaku pembangunan kesehatan yang melakukan pemberdayaan dengan penekanan upaya promotif dan preventif, harus memperhatikan karakteristik sasarannya agar tujuan yang hendak dicapai dapat terlaksana secara efektif. Perilaku hidup bersih dan sehat anggota masyarakat ikut berkontribusi pada kesehatan seluruh masyarakat. Secara umum masyarakat masih menganggap perilaku hidup bersih merupakan urusan pribadi yang tidak terlalu penting. Mereka melihat bahwa buruknya perilaku terkait sanitasi oleh satu anggota masyarakat, juga akan mempengaruhi kesehatan masyarakat lainnya (Priatna, 2007).

  Penelitian yang dilakukan oleh Kasiodihardjo dan Anwar musadad (2007) di Tangerang, Banten, seluruh responden rumah tangga di Kec. Teluk Naga, hanya

43,1% yang memiliki sarana air bersih, baik untuk minum, mandi, maupun cuci.

  

Demikian pula mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar (BAB) di

Kec. Teluk Naga 97,5% dan di Kec. Kosambi 98,7%. Sedangkan rumah tangga yang

membuang sampah di tempat semestinya, di Kec. Teluk Naga baru 47,5% dan di Kec.

Kosambi 70,2%.

  Penyakit yang muncul akibat rendahnya PHBS dan sarana sanitasi antara lain cacingan, diare, sakit gigi, sakit kulit, gizi buruk dan lain sebagainya yang pada akhirnya akan mengakibatkan rendahnya derajat kesehatan indonesia dan rendahnya kualitas hidup sumber daya manusia.

  Kulit merupakan pembungkus yang elastik yang melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan. Salah satu bagian tubuh manusia yang cukup sensitive terhadap berbagai macam penyakit adalah kulit. Lingkungan yang sehat dan bersih akan membawa efek baik bagi kulit. Demikian pula sebaliknya, lingkungan yang kotor akan menjadi sumber munculnya berbagai macam penyakit antara lain penyakit kulit (Harahap, 2000).

  Faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya prevalensi penyakit kulit adalah iklim yang panas dan lembab yang memungkinkan bertambah suburnya pertumbuhan jamur, kebersihan perorangan yang kurang baik, dan faktor sosio-ekonomi yang kurang memadai. Salah satu faktor yang menyebabkan penyakit kulit adalah kebersihan perorangan yang meliputi kebersihan kulit, kebersihan rambut dan kulit kepala, kebersihan kuku (Harahap, 2000).

  Survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, data Dinas Kesehatan

Kabupaten Simeulue tahun 2010 yang bersumber dari laporan Puskesmas dari 8

kecamatan tahun 2010 tercatat di Kecamatan Teupah Barat terdapat 20 desa dengan

jumlah penduduk total 7.575 jiwa. Kasus penyakit yang tertinggi adalah penyakit

kulit yang terjadi di Kecamatan Teupah barat ini yaitu sebanyak 1066 kasus

dermatitis dan Scabies sebanyak 626 kasus, penyakit diare 450 kasus. Pengetahuan

yang kurang dan PHBS yang tidak baik serta kondisi sanitasi lingkungan yang tidak

memenuhi syarat kesehatan dapat menjadi faktor penyebab penyakit. Oleh karena itu

perlu diadakannya penelitian lanjutan tentang perilaku hidup bersih dan sehat

masyarakat di Kecamatan Teupah Barat Kabupaten Simeulue ini.

1.2. Permasalahan

  Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan yaitu apakah ada pengaruh pengetahuan dan sarana sanitasi lingkungan terhadap perilaku hidup bersih dan sehat dalam tatanan rumah tangga di Kecamatan Teupah Barat Kabupaten Simeulue.

  1.3. Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pengetahuan dan sarana sanitasi lingkungan terhadap perilaku hidup bersih dan sehat dalam tatanan rumah tangga di Kecamatan Teupah Barat Kabupaten Simeulue.

  1.4. Hipotesis

  Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah: 1. Ada pengaruh pengetahuan terhadap perilaku hidup bersih dan sehat tatanan rumah tangga di Kecamatan Teupah Barat Kabupaten Simeulue.

  2. Ada pengaruh sarana sanitasi lingkungan (sarana air bersih, sarana pengelolaan air limbah, sarana pengelolaan sampah) terhadap perilaku hidup bersih dan sehat tatanan rumah tangga di Kecamatan Teupah Barat Kabupaten Simeulue.

  1.5. Manfaat Penelitian

  Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu: 1. Memberikan masukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Simeulue tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat di Kecamatan Teupah

  Barat Kabupaten Simeulue. Sehingga dapat di ambil suatu kebijakan dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat setempat.

  2. Memberikan informasi kepada masyarakat agar mengetahui bahaya kesehatan yang disebabkan oleh perilaku hidup bersih dan sehat yang kurang baik dan sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan, sehingga dapat dilakukan perbaikan perilaku masyarakat setempat.

  3. Dapat menjadi referensi ilmiah yang memberikan informasi di bidang ilmu pengetahuan tentang pentingnya berperilaku hidup bersih dan sehat serta faktor-faktor yang memengaruhinya khususnya dalam tatanan rumah tangga.

Dokumen yang terkait

Pengetahuan Dan Sikap Orangtua Tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Rumah Tangga Di Kelurahan Tomuan Kecamatan Siantar Timur Tahun 2012

2 75 63

Pengaruh Pengetahuan dan Sarana Sanitasi Lingkungan Terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tatanan Rumah Tangga Di Kecamatan Teupah Barat Kabupaten Simeuleu

2 47 144

Pengetahuan Masyarakat Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Lingkungan III Kelurahan Kayu Jati Kabupaten Mandailing Natal

0 54 71

Pengetahuan Orang Tua Tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Pada Keluarga Di Lingkungan XIII Kelurahan Binjai Estate

1 52 86

Efektivitas Metode Simulasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Tokoh Masyarakat Tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Tatanan Rumah Tangga Di Wilayah Puskesmas Langga Payung Kecamatan Sungai Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan

0 36 153

Pengaruh Media Massa Terhadap Sikap Ibu Rumah Tangga Tentang Perilaku Hidup Sehat Di Dalam...

0 35 5

Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang

5 109 108

Hubungan Tingkat Pengetahuan Sehat - Sakit dengan Sikap Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

0 1 7

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Manajemen Promosi Kesehatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Masa Tanggap Darurat di Lokasi Pengungsian Korban Erupsi Gunung Sinabung Tahun 2014

0 0 11

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) 2.1.1. Definisi PHBS - Pengaruh Pengetahuan dan Sarana Sanitasi Lingkungan Terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tatanan Rumah Tangga Di Kecamatan Teupah Barat Kabupaten Simeuleu

6 215 26