BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) 2.1.1. Definisi PHBS - Pengaruh Pengetahuan dan Sarana Sanitasi Lingkungan Terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tatanan Rumah Tangga Di Kecamatan Teupah Barat Kabupaten Simeuleu

2.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

2.1.1. Definisi PHBS

  Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah wujud keberdayaan masyarakat yang sadar, mau dan mampu mempraktekkan PHBS. Dalam PHBS, ada 5 program prioritas yaitu KIA, Gizi, Kesehatan Lingkungan, Gaya Hidup, Dana Sehat/Asuransi Kesehatan/JPKM. Dengan demikian, upaya untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan dalam menciptakan suatu kondisi bagi kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat secara berkesinambungan. Upaya ini dilaksanakan melalui pendekatan pimpinan (Advokasi), bina suasana (Social

  

Support ) dan pemberdayaan masyarakat (Empowerment). Dengan demikian

  masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, terutama dalam tatanan masing-masing, dan masyarakat dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Depkes, 2005).

   Manfaat PHBS adalah terwujudnya rumah tangga yang derajat kesehatannya

  meningkat dan tidak mudah sakit serta meningkatnya produktivitas kerja setiap anggota keluarga yang tinggal dalam lingkungan sehat dalam rangka mencegah timbulnya penyakit dan masalah-masalah kesehatan lain, menanggulangi penyakit dan masalah-masalah kesehatan lain, meningkatkan derajat kesehatan, dan memanfaatkan pelayanan kesehatan, serta mengembangkan dan menyelenggarakan upaya kesehatan bersumber masyarakat (Depkes, 2006).

2.2 Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

  Menurut Depkes RI (2002) menetapkan indikator yang ditetapkan pada program PHBS berdasarkan area / wilayah, ada tiga bagian yaitu sebagai berikut:

  I. Indikator Nasional dan Lokal Spesifik Indikator nasional ditambah indikator lokal spesifik masing-masing daerah sesuai dengan situasi dan kondisi daerah. Dengan demikian Ada 16 indikator yang dapat digunakan untuk mengukur perilaku sehat sebagai berikut : 1. lbu hamil memeriksakan kehamilannya.

  2. Ibu melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan.

  3. Pasangan usia subur (PUS ) memakai alat KB.

  4. Balita ditimbang.

  5. Penduduk sarapan pagi sebelum melakukan aktifitas.

  6. Bayi di imunisasi lengkap.

  7. Penduduk minum air bersih yang masak.

  8. Penduduk menggunakan jamban sehat.

  9. Penduduk mencuci tangan pakai sabun.

  10. Penduduk menggosok gigi sebelum tidur.

  11. Penduduk tidak menggunakan NAPZA (Narkotika, obat-obatan, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya).

  .

  12. Penduduk mempunyai Askes/ tabungan/ uang/ emas.

  (Pemeriksaan Payudara Sendiri).

  14. Penduduk memeriksakan kesehatan secara berkala untuk mengukur hipertensi.

  15. Penduduk wanita memeriksakan kesehatan secara berkala dengan Pap Smear.

  16. Perilaku seksual dan indikator lain yang diperlukan sesuai prioritas masalah kesehatan yang ada di Daerah.

  II. Indikator PHBS di setiap Tatanan Indikator tatanan sehat terdiri dari indikator perilaku dan indikator lingkungan di 5 (lima) tatanan, yaitu tatanan rumah tangga, tatanan tempat kerja, tatanan tempat umum, tatanan Sekolah, tatanan sarana kesehatan.

  1. Indikator Tatanan Rumah Tangga :

  a. Perilaku : 1. Tidak merokok.

  2. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.

  3. Imunisasi.

  4. Penimbangan balita.

  5. Gizi Keluarga/sarapan.

  6. Kepesertaan Askes/JPKM (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat).

  7. Menggosok gigi sebelum tidur.

  8. Olah Raga teratur.

  Selain diatas beberapa perilaku dalam menghindari penyakit kulit yaitu 1. Mencuci pakaian dengan air bersih.

  2. Mencuci handuk dengan air bersih.

  3. Tidak tidur berdesakan.

  4. Mandi teratur minimal 2x sehari.

  5. Mencuci tangan dengan sabun.

  6. Tidak memakai handuk secara bergantian.

  7. Tidak tukar menukar pakaian dengan orang lain.

  8. Menjemur kasur secara teratur.

  9. Menjaga daya tahan tubuh.

  10. Menjaga kebersihan tangan, kaki, kuku dan rambut.

  Kebersihan kaki sama halnya dengan kebersihan tangan yaitu dalam kebersihannya harus menggunakan sabun sehingga kulit kaki bersih dan bebas dari penyakit khususnya penyakit kulit (Hadijah, 2008).

  Pemeliharaan rambut sebaiknya menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut sendiri (Irianto, 2007).

  b. Lingkungan : 1. Tersedia jamban yang sehat.

  2. Tersedia air bersih.

  3. Tersedia tempat sampah.

  4. Ada SPAL (Saluran Pengaliran Air Limbah).

  5. Rumah sehat.

  2. Indikator Tatanan Tempat Kerja:

  a. Perilaku : 1. Menggunakan alat pelindung.

  2. Tidak merokok/ada kebijakan dilarang merokok.

  3. Olah raga yang teratur.

  4. Bebas NAPZA (Narkotika, obat-obatan, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya).

  5. Kebersihan lingkungan kerja.

  6. Ada Asuransi Kesehatan.

  b. Lingkungan : 1. Ada jamban.

  2. Ada air bersih.

  3. Ada tempat sampah.

  4. Ada SPAL (Saluran Pengaliran Air Limbah).

  5. Ventilasi.

  6. Pencahayaan.

  7. Ada K3 (Kesehatan Keselamatan Kerja).

  8. Ada kantin.

  9. Terbebas dari bahan berbahaya.

  10. Ada klinik.

  3. Indikator Tatanan Tempat Umum : a. Perilaku : 2. Kebersihan lingkungan.

  b. Lingkungan : 1. Ada jamban.

  2. Ada air bersih.

  3. Ada tempat sampah.

  4. Ada SPAL (Saluran Pengaliran Air Limbah).

  5. Ada K3 (Kesehatan Keselamatan Kerja).

  4. Indikator Tatanan Sekolah :

  a. Perilaku : 1. Kebersihan pribadi.

  2. Tidak merokok.

  3. Olah raga teratur.

  4. Bebas NAPZA (Narkotika, obat-obatan, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya).

  b. Lingkungan : 1. Ada jamban.

  2. Ada air bersih.

  3. Ada tempat sampah.

  4. Ada SPAL (Saluran Pengaliran Air Limbah).

  5. Ventilasi.

  7. Ada warung sehat.

  8. Ada UKS (usaha Kesehatan Sekolah).

  5. Indikator Tatanan Sarana Kesehatan :

  a. Perilaku : 1. Tidak merokok.

  2. Kebersihan lingkungan.

  3. Kebersihan kamar mandi.

  b. Lingkungan : 1. Ada jamban.

  2. Ada air bersih.

  3. Ada tempat sampah.

  4. Ada SPAL (Saluran Pengaliran Air Limbah).

  5. Ada IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) rumah sakit.

  6. Ventilasi.

  7. Tempat cuci tangan.

  8. Ada pencegahan serangga.

2.3. Manajemen PHBS

  Menurut Depkes RI (2002), manajemen PHBS adalah penerapan keempat proses manajemen pada umumnya ke dalam model pengkajian dan penindaklanjutan berikut ini:

  a. Kualitas hidup adalah sasaran utama yang ingin dicapai di bidang pembangunan sehingga kualitas hidup ini sejalan dengan tingkat tinggi. Kualitas hidup ini salah satunya dipengaruhi oleh derajat kesehatan.

  Semakin tinggi derajat kesehatan seseorang maka kualitas hidup juga semakin tinggi.

  b. Derajat kesehatan adalah sesuatu yang ingin dicapai dalam bidang kesehatan, dimana dengan adanya derajat kesehatan akan tergambarkan masalah kesehatan yang sedang dihadapi. Paling besar pengaruhnya terhadap derajat kesehatan seseorang adalah faktor perilaku dan faktor lingkungan. Misalnya, seseorang menderita diare karena minum air yang tidak dimasak, seseorang membuang sampah sembarangan karena tidak adanya fasilitas tong sampah.

  c. Faktor lingkungan adalah faktor fisik, biologis dan sosial budaya yang langsung/tidak mempengaruhi derajat kesehatan.

  d. Faktor perilaku dan gaya hidup adalah suatu faktor yang timbul karena adanya aksi dan reaksi seseorang atau organisme terhadap lingkungannya. Faktor perilaku akan terjadi apabila ada rangsangan, sedangkan gaya hidup merupakan pola kebiasaan seseorang atau sekelompok orang yang dilakukan karena jenis pekerjaannya mengikuti trend yang berlaku dalam kelompok sebayanya, ataupun hanya untuk meniru dari tokoh idolanya. Misalnya, seseorang yang mengidolakan aktor atau artis yang tidak merokok, dengan demikian suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu (Depkes RI, 2002).

2.4 Sarana Sanitasi Lingkungan

  Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebagainya (Notoadmodjo, 2005). Sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk menyediakan lingkungan pemukiman sehat yang memenuhi syarat kesehatan meliputi penyediaan air bersih, pembuangan kotoran manusia (jamban/ wc), pembuangan air limbah dan pengelolaan sampah (tempat sampah). Sarana sanitasi ini merupakan prasarana pendukung untuk melakukan program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (Azwar, 2000).

2.4.1. Rumah Sehat

  Kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman adalah kondisi fisik, kimia, dan biologik di dalam rumah, di lingkungan rumah dan perumahan, sehingga memungkinkan penghuni mendapatkan derajat kesehatan yang optimal. Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukinan adalah ketentuan teknis kesehatan yang wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni dan masyarakat yang bermukim di perumahan dan/atau masyarakat sekitar dari bahaya atau gangguan kesehatan (Soedjadi, 2005). Persyaratan kesehatan perumahan yang meliputi persyaratan lingkungan perumahan dan pemukiman serta persyaratan rumah itu sendiri, sangat diperlukan karena pembangunan perumahan berpengaruh sangat besar terhadap peningkatan derajat kesehatan individu, keluarga dan masyarakat (Sanropie, 2000). Adapun ketentuan persyaratan kesehatan rumah tinggal menurut Kepmenkes

  1. Lokasi

  a. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai, aliran lahar, tanah longsor, gelombang tsunami, daerah gempa, dan sebagainya.

  b. Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA) sampah atau bekas tambang.

  c. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti jalur pendaratan penerbangan.

  2. Kualitas udara Kualitas udara ambien di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas beracun.

  3. Kebisingan dan getaran a. Kebisingan dianjurkan 45 dB, maksimum 55 dB.A.

  b. Tingkat getaran maksimum 10 mm/detik.

  4. Kualitas tanah di daerah perumahan dan pemukiman a. Kandungan Timah hitam (Pb) maksimum 3.00 mg/kg.

  b. Kandungan Arsenik (As) total maksimum 1.00 mg/kg.

  c. Kandungan Cadmium (Cd) maksimum 2.0 mg/kg.

  d. Kandungan Benzo (a) pyrene maksimum 1 mg/kg.

  5. Komponen dan penataan ruangan a. Lantai kedap air dan mudah dibersihkan.

  b. Dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi dan kamar cuci kedap air dan mudah dibersihkan.

  d. Bumbungan rumah 10 m dan ada penangkal petir.

  e. Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya.

  f. Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap.

  6. Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi seluruh ruangan dengan intensitas penerangan minimal 60 lux dan tidak menyilaukan mata.

  Rumah yang tidak sehat dan juga perilaku tidak sehat dapat menyebabkan dan menularkan penyakit bagi penghuninya, seperti batuk-batuk, pilek, sakit mata, demam, sakit kulit, maupun kecelakaan.

2.4.2. Sarana Air Bersih

  Masyarakat selalu menggunakan air untuk keperluan dalam kehidupan sehari- hari, air juga digunakan untuk produksi pangan yang meliputi perairan, irigasi, pertanian, mengairi tanaman, kolam ikan dan untuk minum ternak. Banyaknya pemakaian air tergantung kepada kegiatan yang dilakukan sehari-hari, rata-rata pemakaian air di Indonesia 100 liter/ orang/ hari dengan perincian 5 liter untuk air minum, 5 liter untuk air masak, 15 liter untuk mencuci, 30 liter untuk mandi dan 45 liter digunakan untuk jamban (Wardhana, 2001). Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan disuatu tempat penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Perubahan keadaan tersebut dapat terjadi karena masuknya zat, energi atau komponen lain ke dalam air sehingga kualitas dari air tersebut turun hingga batas tertentu yang bisa terjadi karena pencemaran air. Penyakit kulit adalah contoh sederhana dari masalah ini. Dan bukan hanya manusia yang merasakan dampak dari tercemarnya air, bahkan makhluk yang hidup di dalam air tidak dapat mempertahankan hidupnya, baik karena suhu air menjadi tidak sesuai ataupun rendahnya kadar oksigen (Suryana, 2011).

  Berdasarkan peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/ Menkes/SK/VII/2002 tentang pengawasan dan syarat-syarat kualitas air yang disebut sebagai air minum adalah air yang memenuhi syarat kesehatan yang dapat langsung diminum, sedangkan yang disebut sebagai air bersih adalah air yang memenuhi syarat kesehatan, yang harus dimasak terlebih dahulu sebelum diminum. Syarat-syarat yang ditentukan sesuai dengan persyaratan kualitas air secara fisika, kimia dan biologi. Air yang sehat harus memenuhi standart yang telah ditentukan.

2.4.3. Masalah yang Berkaitan dengan Air

  Berdasarkan masalah yang berkaitan dengan air yaitu (Pamsimas, 2010):

  a. Sarana air bersih yang tidak sehat 1.

  Sarana air bersih yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menjadi sumber penularan penyakit.

  2. Masih ada masyarakat yang mengambil air untuk keperluan rumah tangga berasal dari air sungai atau mata air yang tidak terlindungi, tindakan ini tidak tidak baik karena air yang diambil tidak sehat.

  3. Sarana penampungan air hujan yang sudah retak-retak tidak dapat dinding yang retak menjadi tempat berkembangbiaknya lumut yang dapat mengotori air.

  4. Sumur pompa tangan yang tidak dilengkapi lantai kedap air menjadikan sumur tersebut tidak sehat, karena air bekas pakai dapat meresap kembali ke dalam sumur tersebut

  b. Perilaku yang sehat berkaitan dengan air 1.

  Kualitas air bersih harus selalu dijaga mulai dari sumbernya, sarananya, sampai air tersebut dikonsumsi oleh manusia. Tidak membuang kotoran, sampah maupun limbah ke sungai, danau, sumur akan membuat air selalu jernih.

2. Memelihara sarana air bersih agar tetap berfungsi dengan baik serta menjaga kebersihannya maka akan membuat kualitas air menjadi baik.

  3. Air bersih yang diambil dari sarana air bersih yang baik disimpan dalam wadah yang tertutup dan untuk mengambilnya harus menggunakan gayung dan tangan tidak boleh masuk ke dalam air. Air bersih yang terjaga kualitasnya sebelum diminum harus di sterilkan dari kuman penyakit terlebih dahulu, antara lain dengan cara direbus.

  c. Perilaku tidak sehat berkaitan dengan air 1.

  Mengotori sungai dengan membuang sampah dan buang air besar di sungai adalah tindakan yang tidak baik karena kualitas air sungai menjadi jelek dan menjadi sumber penyakit. Membuat sumur di dekat sungai yang kotor atau tercemar juga tidak baik karena air yang mengalir ke dalam sumur kemungkinan masih tercemar.

  3. Menggunakan sungai untuk keperluan mandi, mencuci, gosok gigi maupun untuk memasak dapat membahayakan kesehatan masyarakat.

  4. Mengambil air dari sumber atau sarana air bersih yang tidak sehat untuk keperluan rumah tangga akan membahayakan kesehatan penggunanya.

  5. Perilaku tidak baik dengan mengambil air dari sungai atau sumur yang tidak terjaga dapat menyebabkan sakit bagi pemakai air tersebut.

  6. Mengambil air dari tempat penyimpanan air seperti tempayan, bak air, dll, tidak boleh dengan tangan masuk ke dalam air karena dapat mengotori air.

  7. Menghambur-hamburkan air adalah termasuk perilaku yang tidak baik karena akan mengurangi kandungan air di dalam tanah. Air limpahan yang tidak dibuang dengan benar dapat menggenang dan menjadi tempat berkembang biak nyamuk.

  8. Minum air yang belum diolah terlebih dahulu dapat menyebabkan sakit karena kuman penyakit yang ada didalam air belum mati.

  d. Penyakit yang berhubungan dengan air Jenis penyakit yang berhubungan dengan air antara lain sakit perut, diare, sakit kulit, sakit mata, kecacingan, demam berdarah, malaria, kaki gajah (filariasis), dan lain-lain.

  Alur penularan penyakit kulit melalui air dapat dijelaskan pada gambar

  Kotoran Mandi dan

  Sampah, Masuk ke air mencuci Kotoran Hewan, sehingga air dengan air

  Sakit Kulit Air Limbah, tercemar tercemar Tanah/Debu

Gambar 2.1. Penyakit Kulit Melalui Air

  Sumber: Pamsimas Tahun 2010

  Sakit kulit disebabkan karena menggunakan air yang telah tercemar kotoran, baik yang berasal dari sampah, tinja, atau kotoran hewan untuk mandi atau mencuci baju, sehingga kotoran menempel di badan.

2.4.4. Sarana Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)

  Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya, dan pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan hidup. Batasan lain mengatakan bahwa air limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran, dan industri, bersama-sama dengan air tanah dan air permukaan (Notoadmodjo, 2003).

  1. Perilaku dan Sarana pembuangan air limbah yang sehat dan tidak sehat

  a. Sarana pembuangan air limbah yang sehat Sarana pembuangan air limbah yang sehat yaitu yang dapat mengalirkan air limbah dari sumbernya (dapur, kamar mandi) ke tempat penampungan air limbah tikus (Pamsismas 2010).

  b. Sarana pembuangan air limbah yang tidak sehat Rumah yang membuang air limbahnya di atas tanah terbuka tanpa adanya saluran pembuangan limbah akan membuat kondisi lingkungan di sekitar rumah menjadi tidak sehat. Akibatnya menjadi kotor, becek, menyebarkan bau tidak sedap dan dapat menjadi tempat berkembang biak serangga terutama nyamuk (Pamsismas, 2010).

  Saluran limbah yang bocor atau pecah menyebabkan air keluar dan menggenang serta meresap ke tanah. Bila jarak terlalu dekat dengan sumur maka dapat mencemari sumur. Tempat penampungan air limbah yang terbuka menyebabkan nyamuk dapat bertelur di tempat tersebut.

  c. Perilaku yang sehat berkaitan dengan air limbah Saluran air limbah agar tetap berfungsi dengan baik setiap saat perlu dibersihkan dari sampah, lakukan perbaikan bila ada saluran yang pecah atau retak.

  Menggunakan air limbah untuk menyiram tanaman dapat meningkatkan manfaat air limbah. Mengusir tikus dari tempat pembuangan air limbah dapat menghindari penyakit yang disebarkan oleh tikus seperti pes dan leptospirosis (Pamsisman, 2010).

  d. Perilaku yang tidak sehat berkaitan dengan air limbah Bermain di tempat pembuangan limbah sangat berbahaya karena dapat terkena bermacam-macam penyakit.

  Sakit kulit disebabkan karena menggunakan air yang telah tercemar kotoran, mencuci baju, sehingga kotoran menempel di badan.

2.4.5. Sarana Pengolahan Sampah

  Sampah adalah semua benda padat yang karena sifatnya tidak dimanfaatkan lagi, tidak termasuk kotoran manusia. Jenis sampah terdiri dari beberapa macam yaitu sampah kering, sampah basah, sampah berbahaya beracun (Pamsismas, 2010).

  a. Sampah kering Sampah kering yaitu sampah yang tidak mudah membusuk atau terurai seperti gelas, besi, plastik, b. Sampah Basah

  Sampah basah yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sisa sayuran, daun, ranting, bangkai binatang c. Sampah berbahaya beracun

  Sampah berbahaya dan beracun yaitu sampah yang karena sifatnya dapat membahayakan manusia seperti sampah yang berasal dari rumah sakit, sampah nuklir, batu baterai bekas. Identifikasi masalah dilakukan untuk memahami sarana pembuangan sampah yang sehat dan tidak sehat. Selain itu juga memahami perilaku baik dan tidak baik yang berkaitan dengan sampah (Pamsismas, 2010).

  a. Tempat sampah

  1. Sarana pembuangan sampah yang sehat harus memehuni beberapa persyaratan yaitu, cukup kuat, mudah dibersihkan dan dapat menghidarkan dari jangkauan selalu dalam keadaan tertutup, bila tutup terbuka maka menjadi tidak sehat

  2. Membuang sampah di atas tanah terbuka sangat tidak sehat karena dapat menyebarkan bau yang tidak sedap dan mengundang serangga dan tikus. Selain itu dapat mencemari sumber air seperti sungai dan sumur .

  b. Perilaku yang sehat dan tidak sehat berkaitan dengan sampah

  1. Sampah harus diperlakukan dengan benar agar tidak membahayakan manusia bahkan dapat mendatangkan manfaat.

  2. Sampah dikumpulkan di tempat sampah yang memenuhi syarat kesehatan atau dibuang di lubang tanah dan menguburnya, sehingga tidak dijangkau serangga dan tikus.

  3. Seringkali masyarakat memusnahkan sampah dengan cara dibakar, namun cara ini tidak sehat karena asap yang ditimbulkan dapat mengganggu kesehatan manusia bahkan keracunan.

  4. Sampah yang sudah terkumpul diangkut setiap hari ke tempat penampungan sampah sementara atau ke tempat pembuangan sampah akhir pada suatu lahan yang diperuntukkan atau ke tempat pengolahan sampah.

  5. Bermain di tempat sampah sangat berbahaya karena dapat sakit atau terluka oleh benda tajam seperti beling, paku. Bila tidak menggunakan alas kaki maka cacing dapat masuk melalui kaki.

  Sakit kulit disebabkan karena menggunakan air yang telah tercemar kotoran, baju, sehingga kotoran menempel di badan (Pamsismas, 2010)

2.5 Perilaku Kesehatan

  Menurut Taufik (2007), pengetahuan merupakan penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan lain sebagainya).

2.5.1. Sumber-sumber Pengetahuan

  Sumber pertama yaitu kepercayaan berdasarkan tradisi, adat dan agama, adalah berupa nilai-nilai warisan nenek moyang. Sumber ini biasanya berbentuk norma-norma dan kaidah-kaidah baku yang berlaku di dalam kehidupan sehari- hari. Di dalam norma dan kaidah itu terkandung pengetahuan yang kebenarannya boleh jadi tidak dapat dibuktikan secara rasional dan empiris, tetapi sulit dikritik untuk diubah begitu saja. Jadi, harus diikuti dengan tanpa keraguan, dengan percaya secara bulat. Pengetahuan yang bersumber dari kepercayaan cenderung bersifat tetap (mapan) tetapi subjektif (Suhartono, 2008).

  Sumber kedua yaitu pengetahuan yang berdasarkan pada otoritas kesaksian orang lain, juga masih diwarnai oleh kepercayaan. Pihak-pihak pemegang otoritas kebenaran pengetahuan yang dapat dipercayai adalah orangtua, guru, ulama, orang yang dituakan, dan sebagainya. Apa pun yang mereka katakana benar atau salah, baik atau buruk, dan indah atau jelek, pada umumnya diikuti dan dijalankan dengan patuh tanpa kritik. Karena, kebanyakan orang telah mempercayai mereka sebagai orang- jadi sumber pengetahuan ini mengandung kebenaran, tetapi persoalannya terletak pada sejauh mana orang- orang itu bisa dipercaya. Lebih dari itu, sejauh mana kesaksian pengetahuannya itu merupakan hasil pemikiran dan pengalaman yang telah teruji kebenarannya. Jika kesaksiannya adalah kebohongan, hal ini akan membahayakan kehidupan manusia dan masyarakat itu sendiri (Suhartono, 2008).

  Sumber ketiga yaitu pengalaman indriawi. Bagi manusia, pengalaman indriawi adalah alat vital penyelenggaraan kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit, orang bisa menyaksikan secara langsung dan bisa pula melakukan kegiatan hidup (Suhartono, 2008).

  Sumber keempat yaitu akal pikiran. Berbeda dengan panca indera, akal pikiran memiliki sifat lebih rohani. Karena itu, lingkup kemampuannya melebihi panca indera, yang menembus batas-batas fisis sampai pada hal-hal yang bersifat metafisis. Kalau panca indera hanya mampu menangkap hal-hal yang fisis menurut sisi tertentu, yang satu persatu, dan yang berubah-ubah, maka akal pikiran mampu menangkap hal- hal yang metafisis, spiritual, abstrak, universal, yang seragam dan yang bersifat tetap, tetapi tidak berubah-ubah. Oleh sebab itu, akal pikiran senantiasa bersikap meragukan kebenaran pengetahuan indriawi sebagai pengetahuan semu dan menyesatkan. Singkatnya, akal pikiran cenderung memberikan pengetahuan yang lebih umum, objektif dan pasti, serta yang bersifat tetap, tidak berubah-ubah (Suhartono, 2008).

  Sumber kelima yaitu intuisi. Sumber ini berupa gerak hati yang paling dalam. kedalaman pengalaman. Pengetahuan yang bersumber dari intuisi merupakan pengalaman batin yang bersifat langsung. Artinya, tanpa melalui sentuhan indera maupun olahan akal pikiran. Ketika dengan serta-merta seseorang memutuskan untuk berbuat atau tidak berbuat dengan tanpa alasan yang jelas, maka ia berada di dalam pengetahuan yang intuitif. Dengan demikian, pengetahuan intuitif ini kebenarannya tidak dapat diuji baik menurut ukuran pengalaman indriawi maupun akal pikiran.

  Karena itu tidak bisa berlaku umum, hanya berlaku secara personal belaka (Suhartono, 2008).

2.6. Penyakit Kulit

  Berdasarkan penelitian Wardhani (2007), Penyakit skabies adalah penyakit kulit yang berhubungan dengan sanitasi dan hygiene yang buruk, saat kekurangan air dan tidak adanya sarana pembersih tubuh, kekurangan makan dan hidup berdesak- desakan, terutama di daerah kumuh dengan sanitasi yang sangat jelek. Skabies dan penyakit kulit lainnya juga dapat disebabkan karena sanitasi yang buruk.

  Penyakit kulit pada manusia sulit diberantas terutama dalam lingkungan masyarakat pada hunian padat tertutup dengan pola kehidupan sederhana, serta tingkat pendidikan dan pengetahuan yang masih rendah, pengobatan dan pengendalian sangat sulit (Iskandar, 2000).

  Penyakit kulit merupakan suatu penyakit yang menyerang kulit permukaan tubuh, dan disebabkan oleh berbagai macam penyebab.

  1. Kebersihan diri yang buruk

  2. Virus

  3. Bakteri

  4. Reaksi Alergi

  5. Daya tahan tubuh rendah

  6. Akibat pencemaran lingkungan

b. Tanda dan Gejala Penyakit Kulit

  1. Gatal-gatal (saat pagi, siang, malam, ataupun sepanjang hari)

  2. Muncul bintik-bintik merah/ bentol-bentol/ bula-bula yang berisi cairan bening ataupun nanah pada kulit permukaan tubuh

  3. Timbul ruam-ruam

  4. Kadang disertai demam

c. Kemungkinan Cara Penularan

  1. Penularan langsung; sentuhan/bersinggungan langsung dengan penderita

  

2. Melalui perantara; melalui pakaian, selimut, handuk, sabun mandi yang dipakai

oleh penderita, pencemaran lingkungan seperrti air dll.

d. Upaya Pencegahan Terjadinya Penularan

  1. Tingkatkan kebersihan diri dan kebersihan sanitasi lingkungan

  

2. Tingkatkan kekebalan tubuh dengan cara banyak mengkonsumsi makanan

bergizi (multivitamin) dan istirahat yang cukup.

  

3. Hindari kontak langsung dengan penderita, bila bersinggungan/bersentuhan

perlu menggunakan sabun

  

4. Hindari penggunaan perlengkapan pribadi secara bersamaan (selimut, pakaian,

handuk, sabun mandi, dll)

5. Lakukan perawatan dan pengobatan pada anggota keluarga yang menderita penyakit kulit yang cenderung menular.

e. Cara Perawatan Penyakit Kulit

  

1. Hindari menggaruk area yang gatal, bila gatal lebih baik diusap-usap atau bisa

juga direndam air hangat (tetapi harus dipastikan tidak ada luka/ bula-bula yang berisi cairan/nanah tidak pecah).

  

2. Pada area yang gatal dan terdapat luka/ bekas bula yang pecah hindari terkena

air (bila di permukaan tubuh terdapat luka/ bekas bula yang pecah untuk sementara waktu jangan mandi).

  

3. Bila terdapat bula yang berisi nanah/cairan yang pecah, segera keringkan

menggunakan kapas, dan buang kapas pada tempat sampah (jangan dileytakkan disembarang tempat).

  4. Jaga kebersihan diri dan ganti pakaian sehari minimal sekali.

  

5. Tingkatkan kekebalan tubuh dengan mengkonsumsi makanan bergizi dan

istirahat secara cukup.

2.7. Landasan Teori

  terjadinya penyakit kulit berbasis lingkungan pada masyarakat disebabkan oleh empat simpul yang mencakup (Achmadi, 2008):

   Sumber Media Transmisi Pajanan Peny. Kulit

Komponen Tindakan Masy. -Sakit

  • Lingkungan: terhadap PHBS

  Air

  • Sehat

  Limbah

  • Fisik pada tatanan
  • Biologi rumah tangga
  • Kimia berhubungan

  Sampah

  Komponen dengan penyakit Perilaku: kulit meliputi:

  • - Pengetahuan -Peri
  • PHBS -Lingkungan

Gambar 2.2. Teori Simpul Dampak Lingkungan dan Perilaku terhadap Penyakit Kulit

  (1) Simpul pertama, yaitu sumber penyakit yaitu komponen lingkungan yang baik fisik, biologi dan kimia serta pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan sehat yang dapat menimbulkan suatu penyakit antara lain penyakit kulit.

  (2) Simpul kedua, yaitu media transmisi penyakit, dalam hal ini yaitu dan sumber air yang digunakan akibat pencemaran dari sistem pengolahan sanitasi lingkungan yang belum maksimal.

  (3) Simpul ketiga, yaitu kebiasaan atau tindakan nyata yang dilakukan oleh masyarakat berdasarkan tingkat pengetahuan maupun dari sistem pengolahan sanitasi lingkungan yang berpotensi terhadap terjadi keluhan penyakit kulit.

  (4) Simpul ke empat, yaitu kejadian penyakit, adalah bukti nyata atau outcome menyebabkan penyakit kulit.

  Menurut H.L Blum (1974), dalam Natoadmodjo (2005), bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan.

  Keturunan Lingkungan: 1.

  Fisik Pelayanan STATUS 2.

  Sosial ekonomi, Kesehatan KESEHATAN budaya dsb.

  Perilaku

Gambar 2.3. Faktor yang Memengaruhi Status Kesehatan

  Keempat faktor tersebut (keturunan, lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan) disamping berpengaruh langsung pada kesehatan, juga saling berpengaruh satu sama lainnya. Status kesehatan akan tercapai secara optimal, bilamana keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal pula. Salah satu faktor saja berada dalam keadaan yang terganggu (tidak optimal), maka status

2.8 Kerangka Konsep Peneltian Variabel Independen Variabel Dependen

  Pengetahuan Perilaku Hidup Bersih dan

  Sehat (PHBS) dalam Tatanan Rumah Tangga

  Sarana Sanitasi Lingkungan 1.

  Sarana Air Bersih 2. Sarana Pengelolaan Air Limbah 3. Sarana Pengelolaan Sampah

Dokumen yang terkait

Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan Tindakan Mahasiswi Akademi Kesehatan Pemerintah Kabupaten Langkat Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tahun 2015

3 119 115

Pengetahuan Dan Sikap Orangtua Tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Rumah Tangga Di Kelurahan Tomuan Kecamatan Siantar Timur Tahun 2012

2 75 63

Pengaruh Pengetahuan dan Sarana Sanitasi Lingkungan Terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tatanan Rumah Tangga Di Kecamatan Teupah Barat Kabupaten Simeuleu

2 47 144

Pengetahuan Masyarakat Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Lingkungan III Kelurahan Kayu Jati Kabupaten Mandailing Natal

0 54 71

Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan Kejadian Diare di Desa Pardede Onan Kecamatan Balige Tahun 2011

12 87 125

Efektivitas Metode Simulasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Tokoh Masyarakat Tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Tatanan Rumah Tangga Di Wilayah Puskesmas Langga Payung Kecamatan Sungai Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan

0 36 153

Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang

5 109 108

Hubungan Tingkat Pengetahuan Sehat - Sakit dengan Sikap Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

0 1 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku 2.1.1 Konsep Perilaku - Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan Tindakan Mahasiswi Akademi Kesehatan Pemerintah Kabupaten Langkat Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tahun 2015

0 1 28

Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan Tindakan Mahasiswi Akademi Kesehatan Pemerintah Kabupaten Langkat Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tahun 2015

0 0 13