Pengetahuan Orang Tua Tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Pada Keluarga Di Lingkungan XIII Kelurahan Binjai Estate

(1)

PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA KELUARGA

DI LINGKUNGAN XIII KELURAHAN BINJAI ESTATE

SKRIPSI

Oleh

Rini Lestari 071101013

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

PRAKATA

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayahNyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengetahuan Orang Tua Tentang Prilaku Hidup Bersih dan Sehat Pada Keluarga di Lingkuang XIII Kelurahan Binjai Estate .”

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapakan bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak dengan memberikan butir-butir pemikiran yang sangat berharga bagi penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, SKp, MNS sebagai Pembantu Dekan I, Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS sebagai pembantu dekan II, dan Ikhsanudin A. Harahap, S.Kp, MNS sebagai pembantu dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. 3. Ibu Lufthiani, S.Kep,. Ns., M.Kes sebagai dosen pembimbing skripsi penulis

yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu yang bermanfaat serta selalu sabar untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam proses penulisan skripsi ini.

4. Ibu Siti Zahara Nasution, S.Kp., MNS sebagai dosen penguji I dan Ibu Salbiah sebagai dosen Penguji II yang telah berkenan menyediakan waktu dan memberikan masukan-masukan yang berharga dalam penyelesaian skripsi ini.


(4)

5. Ibu Rika Endah Nurhidayah, S.Kp, M.Pd, sebagai dosen pembimbing akademik dan seluruh dosen Fakultas Keperawatn USU yang telah banyak mendidik penulis selama proses perkuliahan.

6. Kedua orang tua yang penulis sayangi Bapak Rahmin dan Ibu Samiyem BA yang selalu membimbing, menghibur, memperhatikan, memberikan motivasi dan semangat kepada penulis.

7. Abangku Wahyu Hardi Supriandani, S.Kom, yang selalu menghibur dan memberikan semangat kepada penulis.

8. Sahabat terbaik penulis stambuk 2007 khususnya Geng ADQ (Adek, Wina, Rianti, Yutiva, Melati, Novinda) yang selalu memberi semangat dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini semoga persahabatan kita terus bertahan sampai kakek nenek.

9. Sahabat terbaik penulis dari Geng RYNS (Uce, Neila dan Nina) yang selalu memberikan dukungan kepada penulis sejak SMA hingga sekarang.

10.Teman-teman seperjuangan stambuk 2007 yang senantiasa memberikan semangat kepada penulis khususnya kelompok A (Amel, Aidar, Yuli, Maya, Amy, Fitri, Arif, Syamsul, Septian, Meli) rindu lab bersama kalian semua dan seluruh stambuk 2007 yang senantiasa memberi semangat satu sama lain dan selalu menjaga kebersamaan dan kekompakan.

11.Sahabat penulis penghuni Sumarsono 31/39 khususnya Geng RYTA(Neisya, Rita dan Ia), kebersamaan kita selama empat tahun merupakan hal yang luar bisa serta mendewasakan.


(5)

12.Ibu Ika Handayani Tarigan, S.STP. M.Si sebagai Lurah Binjai Estate yang telah mengizinkin peneliti untuk melakukan penelitian di Kelurahan Binjai Estate.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan baik dalam penulisan, pengetikan maupun percetakan, karena itu penulis sangat mengharakan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Akhirnya, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini .

Medan, Juni 2011


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Prakata ... iii

Daftar Isi... vi

Daftar Tabel ... viii

Daftar Skema ... ix

Abstrak ... x

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian. ... 4

1.3 Pertanyaan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.4.1 Bagi Pendidikan Keperawatan ... 4

1.4.2 Bagi Pelayanan Keperawatan... ... 5

1.4.3 Bagi Orang Tua…… ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan ... 6

2.1.1 Pengertian Pengetahuan ... 6

2.2 Orang Tua ... 9

2.2.1 Pengertian Orang Tua... 9

2.2.2 Peran Orang Tua... 9

2.3 Keluarga ... 10

2.3.1 Pengertian Orang Tua... 10

2.3.2 Fungsi Pokok Keluarga... ... 11

2.3.3 Peran Keluarga …… ... 12

2.3.4 Tugas Pokok Keluarga ... 13

2.3.5 Tugas Kesehatan Keluarga ... 14

2.4 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Rumah Tangga ... 15

2.4.1 Sasaran PHBS di Rumah Tangga ... 15

2.4.2 Indikator PHBS di Rumah Tangga... ... 17

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual ... 24

3.2 Definisi Operasional... 25

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian. ... 26

4.2 Populasi dan Sampel ... 26

4.2.1 Populasi ... 26

4.2.2 Teknik Pengambilan sampel... ... 26

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28

4.4 Pertimbangan Etik ... 28


(7)

4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 30

4.7 Teknik Pengumpulan Data ... 31

4.8 Analisis Data ... 31

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian. ... 33

5.1.1 Karakteristik Responden ... 33

5.2 Pengetahun Orang Tua Tentang PHBS... 35

5.3 Pembahasan... 44

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 50

6.2 Saran ... .. 50

6.2.1 Pendidikan Keperawatan ... 50

6.2.2 Praktek Keperawatan ... 51

6.2.3 Penelitian Keperawatan ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52

LAMPIRAN ... 55

1. Lembar Persetujuan Responden ... 55

2. Kuesioner Penelitian. ... 56

3. Taksasi Dana ... 59

4. Surat Ijin Survei Awal ... 60

5. Surat Balasan Ijin Survei Awal ... 61

6. Surat Ijin Pengambilan Data ... 62

7. Surat Ijin Balasan Penganbilan Data ... 63

8. Surat Selesai Penelitian ... 64

9. Data Pengelolalaan SPSS ... 65

10. Reliabel ... 66

11. Curiculum Vitae ... 67


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel defenisis operasional penelitian pengetahuan orang tua

tentang perilaku hidup bersih dan sehat ... 26 Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan presentase karakteristik responden di

Lingkungan XIII Kelurahan Binjai Estate ... 34 Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan orang tua tentang

persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan ... 35 Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan orang tua tentang

pemberian ASI eksklusif ... 36 Tabel 5.4 Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan orang tua tentang

penimbangan balita setiap bulan ... 37 Tabel 5.5 Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan orang tua tentang

penggunaan air bersih ... 38 Tabel 5.6 Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan orang tua tentang

mencuci tangan dengan air bersih dan sabun ... 39 Tabel 5.7 Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan orang tua tentang

penggunaan jamban yang sehat ... 40 Tabel 5.8 Distribusi frekuensi dan persentase sikap orang tua tentang

membersihkan jentik di dalam rumah seminggu sekali ... 41 Tabel 5.9 Distribusi frekuensi dan persentase kategori sikap orang tua

tentang mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari ... 41 Tabel 5.10 Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan orang tua tentang

melakukan aktifitas fisik setiap hari ... 42 Tabel 5.11 Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan orang tua tentang

tidak merokok di dalam rumah ... 43 Tabel 5.12 Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan orang tua tentang

perilaku hidup bersih dan sehat pada keluarga di Lingkungan XIII


(9)

DAFTAR SKEMA

Skema 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian Pengetahuan Orangtua tentang


(10)

Judul : Pengetahuan Orang Tua tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Pada Keluarga di Lingkungan XIII Kelurahan Binjai Estate

Nama Mahasiswa : Rini Lestari

Nim : 071101013

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2011

Abstrak

Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan dasar dari pencegahan berbagai penyakit. Agar masyarakat khususnya keluarga dapat menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat maka diperlukan pengetahuan yang merupakan dasar dari pembentukan perilaku. Keluarga khususnya orangtua memilki peran penting dalam menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat sehingga untuk dapat mewujudkan perilaku hidup bersih dan sehat diperlukan pengetahuan yang memadai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengethauan orangtua tentang perilaku hidup bersih dan sehat di Lingkungan XIII Kelurahan Binjai Estate. Desain penelitian adalah deskriptif. Pengambilan sampel dengan teknik simple random sampling. Sampel pada penelitian ini sebanyak 48 orang dan penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai dengan April. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan sehat yang meliputi data demografi serta pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan sehat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh responden memilki pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan sehat dengan kategori baik (91,7%) dan 4 responden memilki pengetahun cukup (8,3%). Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang perilaku hidup bersih dan sehat serta dapat ikut serta dalam peningkatan pengetahuan dan penerepan PHBS di masyarakat.


(11)

Title : Parents Knowledge of Healthy Life Behavior among Families at 13th Block Binjai Estate.

Name of student : Rini Lestari

Nim : 071101013

Major : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Year of Academic : 2011

Abstract

Healthy lif behavior (PHBs) is the basis of prevention of various diseases. In order for the public, especialy families may apply to live clean and healthy behaviors will require knowledge that is the basis of the formation of behavior. Families may apply to live clean and healthy behavior. Families, especialy parents has an important role in implementing clean and healthy living behaviors so as to be able to realize a clean and healthy behavior are needed adequate knowledge. This study aims to know the description of parental knowledge about the healthy life behaviour at 13th Block Binjai Estate. The study design is descriptive. Sample was determined by simple random sampling. Sample of the research are 48 people and the research was conducted in March to April. The data was collected using a questionnaire of knowledge about the behavior of a clean and healthy living. The result showed that almost all respondents have the knowledge about the behavior of clean and healthy with good category (91,7%) and 4 respondent have the knowledge enough (8,3%). The study is expected to provide information about the behavior of clean and healthy and can participate in improving the knowledge and application PHBS in the community


(12)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk mencapai Indonesia Sehat, yaitu suatu keadaan dimana setiap orang hidup dalam lingkungan yang sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat, mempunyai akses terhadap pelayanan kesehatan serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Dinkes, 2009).

Visi pembangunan kesehatan saat ini adalah Indonesia sehat 2014 untuk mewujudkan masyarakat yang mandiri dan berkeadilan. Visi ini dituangkan kedalam empat misi salah satunya adalah meningkatkan kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani (Depkes RI, 2009). Misi pembangunan kesehatan tersebut diwujudkan dengan menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Perilaku hidup bersih dan sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran atas hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat (Dinkes, 2009). Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dilakukan melalui pendekatan tatanan yaitu: PHBS di rumah tangga, PHBS di sekolah, PHBS di tempat kerja, PHBS di institusi kesehatan dan PHBS di tempat umum.


(13)

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tersebut harus dimulai dari tatanan rumah tangga, karena rumah tangga yang sehat merupakan aset modal pembangunan di masa depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Beberapa anggota rumah tangga mempunyai masa rawan terkena penyakit infeksi dan non infeksi, oleh karena itu untuk mencegahnya anggota rumah tangga perlu diberdayakan untuk melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) (Depkes RI, 2009).

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah Tangga merupakan salah satu upaya strategis untuk menggerakan dan memberdayakan keluarga atau anggota rumah tangga untuk hidup bersih dan sehat. Melalui ini setiap anggota rumah tangga diberdayakan agar tahu, mau dan mampu menolong diri sendiri dibidang kesehatan dengan mengupayakan lingkungan yang sehat, mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan yang dihadapi, serta memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada. Setiap rumah tangga juga digerakkan untuk berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat (Depkes RI, 2006).

Pemberdayaan keluarga atau anggota rumah tangga untuk melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat tidak terlepas dari peran orangtua, karena orangtua akan menjadi panutan dan teladan bagi anggota keluarga lainnya sehingga pemberian informasi kesehatan akan lebih efektif apabila disampaikan oleh orangtua pada anggota keluarga yang lain (Dermawan dan Setiawan, 2008). Orangtua juga memiliki fun gsi afektif untuk memberikan pengetahuan dasar kepada anggota keluarga yang lain (Friedman, 1998). Agar dapat memberikan pengetahuan dasar tentang perilaku hidup bersih dan sehat kepada anggota keluarga lainnya diperlukan pengetahuan yang memadai dari orangtua.


(14)

Pengetahuan merupakan hasil proses pembelajaran dengan melibatkan indra pengelihatan, pendengaran, penciuman dan pengecap. Pengetahuan akan memberikan penguatan terhadap individu dalam setiap pengambilan keputusan dan dalam berprilaku (Dermawan dan Setiawan, 2008). Pengetahuan juga merupakan domain yang sangat penting untuk terbetuknya prilaku sesesorang

(over behavior), karena dari pengalaman dan penelitian ternyata prilaku yang di dasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari prilaku yang tidak di dasari oleh pengetahuan (Notoadmodjo, 2007).

Hasil penelitian Artini (2010) tentang Hubungan Pengetahuan dan Sikap Orangtua dengan Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di puskesmas Pasundan Samarinda Kalimantan Timur, menunjukkan bahwa ada hubungan antara Pengetahuan dengan Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan besarnya hubungan antara Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan pengetahuan adalah sebesar 0,471 atau 47,1 %. Dari penelitian tersebut didapatkan bahwa pengetahuan ternyata memiliki pengaruh terhadap penerapan perilaku hidup bersih dan sehat pada masyarakat di daerah tersebut.

Penelitian lain yang dilakukan Habibah (2008) tentang Hubungan Pengetahuan dengan Sikap terhadap Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dalam Rumah Tangga di Puskesmas Sidomulyo, menunjukkan adanya hubungan bermakna antara pengetahuan terhadap penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dalam Rumah tangga, dengan nilai p value 0,033 ≤ 0,05, maka pengetahuan berhubungan dengan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat dalam rumah tangga. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengetahuan ternyata berpengaruh terhadap perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat.


(15)

Survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti terhadap 10 orang tua yang ada di Lingkungan XIII Kelurahan Binjai Estate menunjukkan 4 diantaranya mengetahui tentang PHBS sedangkan sisanya tidak mengetahui tentang PHBS., tetapi kesepuluh orang tua tersebut belum memahami pentingnya PHBS dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti merasa penting untuk meneliti tentang ’’Pengetahuan Orang Tua Tentang Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Keluarga di Lingkungan XIII Kelurahan Binjai Estate’’

1.2 Tujuan Umum

Mengetahui bagaimana gambaran pengetahuan orang tua tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada keluarga di Lingkungan XIII Kelurahan Binjai Estate.

1.3 Pertanyaan Peneliti

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, permasalahan dalam penelitian ini adalah: ‘’Bagaimanakah Pengetahuan Orangtua tentang PHBS pada Keluarga di Lingkungan XIII Kelurahan Binjai Esatate’’.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan dalam pengembangan keperawatan khususnya keperawatan komunitas. Serta memberikan gambaran pengetahuan orang tua tentang perilaku hidup


(16)

bersih dan sehat pada keluarga di LIngkungan XIII Kelurahan Binjai Estate

1.4.2 Bagi Pelayanan Keperawatan

Sebagai bahan pertimbangan dalam memecahkan masalah kesehatan mengenai pencegahan penyakit dan sebagai bahan informasi dalam mengoptimalkan program-program perilaku hidup bersih dan sehat.

1.4.3 Bagi Orang Tua

Memberikan informasi tentang perilaku hidup bersih dan sehat sehingga masyarakat khususnya orang tua dapat mengetahui dan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tersebut dalam kehidupan sehari-hari.


(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

2.1.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil ”tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni: indra pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuk tindakan seseorang (overt behavior).

Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui oleh orang yang didapat secara formal dan informal. Pengetahuan formal diperoleh dari pendidikan sekolah sedangkan pengetahuan informal diperoleh dari luar sekolah. Selain itu, pengetahuan juga dapat diperoleh dari media imformasi yaitu media cetak seperti buku-buku, majalah, surat kabar, dan lain-lain, juga dari media elektronika seperti televisi, radio, dan internet (Purwanto, 1996 dalam Sonny, 2001).

Rogers (1974, dalam Notoatmodjo, 2007) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni: 1) Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (Objek). 2) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini sikap subjek sudah mulai timbul. 3) Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. 4) Trial, di mana subjek tersebut mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. 5) Adoption, di mana


(18)

subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Pengetahuan tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu: 1) Tahu (know) diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yanng diterima, 2) Memahami (Comprehension)

diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut scara benar, 3) Aplikasi

(Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain, 4) Analisis (Analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitanya satu sama lain, 5) Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, 6) Evaluasi (Evaluation) berkaitan denagn kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga, 7) Bertanggung jawab


(19)

merupakan sikap paling tinggi. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung dapat ditanya bagaimana pendapat atau pernyataan respon terhadap suatu objek. Secara langsung dapat dilakukan dengan pertanyaan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan eksternal (Notoadmodjo, 2003). Faktor internal meliputi: 1) Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok, masyarakat. Beberapa hasil penelitian mempengaruhi pendidikan terhadap perkembangan pribadi, bahwa pada umumnya pendidikan itu mempertinggi taraf intelegensi individu. 2) Persepsi mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang diambil. 3) Motivasi merupakan dorongan, keinginan dan tenaga penggerak yang berasal dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu dengan mengeyampingkankan hal-hal yang dianggap kurang bermanfaat. Dalam mencapai tujuan dan munculnya motivasi memerlukan rangsangan dari dalam individu (biasanya timbul dari perilaku yang dapat memenuhi kebutuhan sehingga menjadi puas) maupun dari luar (merupakan pengaruh dari orang lain/lingkungan). Motivasi murni adalah motivasi yang betul-betul disadari akan pentingnya suatu perilaku dan dirasakan satu kebutuhan. 4) Pengalaman adalah sesuatu yang dirasakan (diketahui, dikerjakan), juga merupakan kesadaran akan sesuatua hal yang tertangkap oleh indra manusia. Pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman yang berdasarkan kenyataan yang pasti dan pengalaman yang berulang-ulang dapat menyebabkan terbentuknya pengetahuan. Pengalaman masa lalu dan aspirasinya untuk masa yang akan datang menentukan perilaku masa kini. Faktor


(20)

eksternal yang mempengaruhi pengetahuan antara lain; meliputi lingkungan, sosial ekonomi,kebudayaan dan informasi. Lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh bagi pengembangan sikap dan perilaku individu. Sosial ekonomi, penghasilan, sering dilihat untuk menilai hubungan antara tingkat penghasilan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Kebudayaan adalah perilaku normal, kebiasaan, nilai, penggunaan sumber-sumber di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup. Informasi keterangan, pemberitahuan yang dapat menimbulkan kesadaran dan mempengaruhi perilaku. (Notoadmodjo, 2003).

2.2 Orangtua

2.2.1 Pengertian Orangtua

Orangtua adalah sosok teladan yang akan diidentifikasi dan diinternalisasi menjadi peran dan sikap oleh anak, maka salah satu tugas utama orangtua adalah mendidik keturunannya, dengan kata lain dalam relasi antara anak dan orangtua itu secara kodrati tercakup unsur pendidikan pengembangan kepribadian anak dan mendewasakannya. Karena itu orangtua merupakan pendidik paling pertama dan paling utama bagi anak-anaknya (Kartono, 1997).

2.2.2 Peran Orangtua

Gunarsa (1995) menyatakan bahwa, dalam keluarga yang ideal (lengkap) maka ada dua individu yang memainkan peranan penting yaitu peran ayah dan peran ibu. Berbagai peranan yang terdapat dalam orangtua adalah sebagai berikut: a. Peran ibu : 1) Memenuhi kebutuhan biologis dan fisik, 2) Merawat dan

mengurus keluarga dengan sabar, mesra dan konsisten, 3) Mendidik mengatur dan mengendalikan anak, 4) menjadi contoh dan teladan bagi anak.


(21)

b. Peran ayah : 1) Sebagai pencari nafkah, 2) Sebagai suami yang penuh pengertian dan memberi rasa aman, 3) Berpartisipasi dalam pendidikan anak, 4) Ayah sebagai pelindung atau tokoh yang tegas, bijaksana, mengasihi keluarga.

2.3 Keluarga

2.3.1 Pengertian Keluarga

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikata-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional serta mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 1998). WHO (1969) menyatakan bahwa, keluarga merupakan anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan (Setiadi, 2006). UU No. 10 tahun 1992 menyatakan bahwa, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-isteri, atau suami-isteri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya (Suprajitno, 2004).

Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat mempunyai arti yang strategis dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Sistem keluarga merupakan sistem terbuka atau sistem social yang hidup, terdiri dari beberapa sub-sub/komponen/sistem yaitu pasangan suami isteri, orangtua, anak, kakak adik (sibling), kakek-nenek-cucu, dan sebagainya. Semua sistem ini saling berinteraksi, saling ketergantungan, dan saling menentukan satu sama lain serta membentuk norma-norma atau ketentuan-ketentuan yang harus ditaati oleh seluruh anggota keluarga tersebut (Wahini dalam Trisfariani, 2007).


(22)

2.3.2 Fungsi Pokok Keluarga

Setiap anggota keluarga memiliki kebutuhan dasar fisik, pribadi, dan sosial yang berbeda. Oleh karena itu, keluarga harus berfungsi menjadi perantara bagi tuntutan-tuntutan dan harapan dari semua individu yang ada dalam unit tersebut. Friedman (1998) mengemukakan bahwa keluarga memiliki 5 fungsi dasar, antara lain :

a. Fungsi afektif, adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.

b. Fungsi sosialisasi, adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk bekehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah .

c. Fungsi reproduksi, adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.

d. Fungsi ekonomi, adalah fungsi untuk memnuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

e. Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan, adalah fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota kelurga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi (Setiadi, 2006).

Peraturan Pemerintah No.21 tahun 1994 BAB I pasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa, fungsi keluarga terbagi atas : fungsi cinta kasih dan fungsi melindungi. Fungsi cinta kasih yaitu dengan memberikan landasan yang kokoh terhadap hubungan anak dengan anak, suami dengan istri, orang tua dengan anaknya serta


(23)

hubungan kekerabatan antar generasi, sehingga keluarga menjadi wadah utama bersemainya kehidupan yang penuh cinta kasih lahir dan batin. Fungsi melindungi yaitu menambahkan rasa aman dan kehangatan pada setiap anggota keluarga (Akhmadi, 2009).

2.3.3 Peran Keluarga

Peran adalah sesuatu yang menunjuk kepada beberapa set perilaku yang kurang lebih bersifat homogen, yang didefenisikan dan diharapkan secara normatif dari seorang yang memegang suatu posisi dalam situasi sosial tertentu (Friedman, 1998).

Dapat dikatakan bahwa peran merupakan sesuatu yang diharapkan akan dilakukan seseorang yang kemudian akan memberikan pemenuhan kebutuhan. Jika mengaitkan peranan keluarga dengan upaya memenuhi kebutuhan individu, keluarga merupakan lembaga pertama yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Melalui perawatan, dan perlakuan yang baik dari orang tua, sehingga anak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya, baik fisik, biologis, maupun sosiopsikologisnya.

Berbagai peranan yang terdapat didalam keluarga menurut Effendy (1998), adalah sebagai berikut :

a. Peran ayah: Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.

b. Peran ibu : Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya. Ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,


(24)

pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.

c. Peran anak : Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

2.3.4 Tugas Pokok keluarga

Efendy (1998) menyatakan bahwa, tugas pokok keluarga yakni: 1) Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya, 2) Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga, 3) Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-masing, 4) Sosialisasi antaranggota keluarga, 5) Pengaturan jumlah anggota keluarga, 6) Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga, 7) Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas, 8) Membanguan dorongan dan semangat para anggota keluarga.

2.3.5 Tugas Kesehatan Keluarga

Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan. Berikut ini tugas keluarga menurut Friedman (1998), adalah sebagai berikut : 1) Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya. Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumberdaya dan dana keluarga habis. Orangtua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga (Suprajitno, 2004 dalam Trisfariani, 2007). Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung


(25)

menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka apabila menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa besar perubahannya (Setiadi, 2006), 2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan kesehatan yang tepat, tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan dapat meminta bantuan kepada orang di lingkungan sekitar keluarga (Setiadi, 2006), 3) Memberikan keperawatan anggota keluarga yang sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda. Perawatan ini dapat dilakukan di rumah apabila keluarga memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk memperoleh tindakan lanjutan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi (Setiadi, 2006), 4) Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga. Keluarga memainkan peran yang bersifat mendukung anggota keluarga yang sakit. Dengan kata lain perlu adanya sesuatu kecocokan yang baik antara kebutuhan keluarga dan asupan sumber lingkungan bagi pemeliharaan kesehatan anggota keluarga (Friedman, 1998), 5) Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada). Hubungan yang sifatnya positif akan memberi pengaruh yang baik pada keluarga mengenai fasilitas kesehatan. Diharapkan dengan hubungan yang positif terhadap pelayanan


(26)

kesehatan akan merubah setiap perilaku anggota keluarga mengenai sehat sakit (Friedman, 1998).

2.4 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Rumah Tangga

Rumah tangga sebagai elemen terkecil dari masyarakat sangat memegang peranan penting dalam peningkatan kesadaran PHBS, rumah tangga yang sehat tentunya akan menjamin terwujudnya masyarakat yang sehat, begitu pula sebaliknya (Rahmani, 2010).

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah Tangga merupakan salah satu upaya strategis untuk menggerakan dan memberdayakan keluarga atau anggota rumah tangga untuk hidup bersih dan sehat. Melalui ini setiap anggota rumah tangga diberdayakan agar tahu, mau dan mampu menolong diri sendiri dibidang kesehatan dengan mengupayakan lingkungan yang sehat, mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan yang dihadapi, serta memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada. Setiap rumah tangga juga digerakkan untuk berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat (Depkes RI, 2006).

2.4.1 Sasaran PHBS di Rumah Tangga

Sasaran PHBS rumah tangga adalah seluruh anggota rumah tangga yang terdiri dari pasangan usia subur, ibu hami dan menyusui, anak dan remaja, usia lanjut, pengasuh anak. Adapun manfaat PHBS di rumah tangga adalah: 1) Anggota keluarga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit, 2) Mampu mengupayakan lingkungan sehat, 3) Peningkatan kinerja dan citra alokasi biaya penanganan masalah kesehatan dapat di alihkan unatuk pengembangan


(27)

lingkungan sehat & penyedian sarana kesehatan merata, bermutu dan terjangkau, 4) Anak tumbuh sehat & cerdas, 5) Mampu mencegah & menanggulangi masalah kesehatan, 6) Menjadi pusat pembelajaran bagi daerah lain dalam pengembangan PHBS di rumah tangga, 7) Produktivitas anggota keluarga meningkat, 8) Memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada, 8) Pengeluaran biaya dapat di alokasikan untuk pemenuhan gizi keluarga ,pendidikan & modal usaha untuk peningkatan pendapatan, 9) Mampu mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat seperti posyandu, JPKM, tabungan bersalin, arisan jamban, kelompok pemakai air, ambulan desa (Dinkes Jawa Barat, 2007).

2.4.2 Indikator PHBS di Rumah Tangga

a. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan.

Depkes RI (2007), indikator pada tatanan rumah tangga adalah sebagai berikut:

Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan karena tenaga kesehatan merupakan orang yang sudah ahli dalam membantu persalinan, sehingga kesehatan ibu dan bayi lebih terjamin.

b. Memberi ASI eksklusif.

ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim. Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya empat bulan, tetapi bila mungkin sampai enam bulan. Setelah bayi berumur enam bulan , ia harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia dua tahun


(28)

atau bahkan lebih dari dua tahun (Roesli, 2000). Adapun manfaat pemberian ASI bagi bayi dan ibu adalah: 1) ASI sebagai nutrisi, 2) ASI meningkatkan daya tahan tubuh, 3) ASI meningkatkan kecerdasan, 4) Menyusui meningkatkan jalinan kasih ibu, 5) Mengurangi perdarahan setelah melahirkan, 6) Mengurangi terjadinya anemia, 7) Menjarangkan kehamilan, 8) Mengecilkan rahim, 9) Lebih cepat langsing. 10) Mengurangi kemungkinan menderita kanker, 11) Lebih ekonomis/murah, 12) Tidak merepotkan dan hemat waktu, 13) Portabel dan praktis, 14) Memberi kepuasan bagi ibu (Roesli, 2000).

c. Menimbang balita setiap bulan.

Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembanga bayi dan balita dilakukan penimbangan berat badan setiap bulan di posyandu, fasilitas pelayanan kesehatan lain, atau pos pelayanan Anak Usia Dini (PAUD) (Depkes RI, 2009). d. Menggunakan air bersih.

Air adalah sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia akan lebih cepat meninggal karena kekurangan air dari pada kekurangan makanan. Didalam tubuh manusia itu sendiri sebagian besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa, sekitar 55-60% badan terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65%, dan untuk bayi sekitar 80% .

Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak dan mencuci, dan sebagainya. Diantara kegunaan-kegunaan air tersebut yang sangat penting adalah kebutuhan akan air minum. Oleh karena itu, untuk keperluan minum (termasuk untuk masak) air harus mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak menimbulkan penyakit bagi manusia (Notoatmodjo, 2007).


(29)

Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa, syarat –syarat air minum yang sehat adalah sebagai berikut: 1) Syarat fisik, persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening (tidak berwarna), tidak berasa, suhu dibawah suhu udara di luarnya. Cara mengenal air yang memenuhi persyaratan fisik ini lebih sukar. 2) Syarat bakteriologis, air minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit (patogen) seperti bakteri coli melebihi batas –batas yang telah ditentukan yaitu 1 coli/100 ml air serta kandungan oksigen dalam air bersih berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No 82 / 2001 mengenai baku mutu air minum golongan B maksimum yang dianjurkan adalah 12 mg/l. Apabila nilai COD melebihi batas dianjurkan, maka kualitas air tersebut buruk. Kandungan BOD dalam air bersih menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No 82 / 2001 mengenai baku mutu air dan air minum golongan B maksimum yang dianjurkan adalah 6 mg/l, 3) Syarat kimia, air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu dalam jumlah yang tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia dalam air, akan menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia.

e. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun.

Perilaku cuci tangan pakai sabun ternyata bukan merupakan perilaku yang biasa dilakukan sehari-hari oleh masyarakat pada umumnya. Rendahnya perilaku cuci tangan pakai sabun dan tingginya tingkat efektifitas perilaku cuci tangan pakai sabun dalam mencegah penularan penyakit, maka sangat penting adanya upaya promosi kesehatan bermaterikan peningkatan cuci tangan tersebut. Dengan demikian dapat dipahami betapa perilaku ini harus dilakukan, antara lain karena berbagai alasan sebagai berikut: 1) Mencuci tangan pakai sabun dapat mencegah


(30)

penyakit yang dapat menyebabkan ratusan ribu anak meninggal setiap tahunya, 2) Mencuci tangan dengan air saja tidak cukup, 3) CTPS (cuci tangan pakai sabun) adalah satu-satunya intervensi kesehatan yang paling “cost-effective” jika dibanding dengan hasil yang diperolehnya (Rahmani, 2010).

Waktu kritis untuk cuci tangan pakai sabun yang harus diperhatikan, yaitu saat-saat sebagai berikut: 1) Sebelum makan, 2) Sebelum menyiapkan makanan, 3) Setelah buang air besar, 4) Setelah menceboki bayi/anak, 5) Setelah memegang unggas atau hewan.

Beberapa manfaat yang diperoleh setelah seseorang melakukan cuci tangan pakai sabun, yaitu antara lain : 1) Membunuh kuman penyakit yang ada di tangan, 2) Mencegah penularan penyakit seperti typus, disentri,flu burung, flu babi, 3) Tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman.

Cara mencuci tangan yang benar adalah sebagai berikut : 1) Cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun seperlunya, 2) Bersihkan telapak tangan, pergelangan tangan, sela-sela jari dan punggung tangan, 3) Bersihkan tangan menggunakan lap bersih (Rahmani, 2010).

f. Menggunakan jamban yang sehat.

Untuk mencegah sekurang-kurangnya mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan dengan baik, maksudnya pembuangan kotoran harus di suatu tempat tertentu atau jamban yang sehat (Notoadmodjo, 2007).

Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa, suatu jamban yang sehat harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1) Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut, 2) Tidak mengotori air permukaan disekitarnya, 3)


(31)

Tidak mengotori air tanah di sekitarnya, 4) Tidak terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa, dan binatang-binatang lainnya, 5) Tidak menimbulkan bau, 6) Mudah digunakan dan dipelihara, 7) Sederhana desainya, 8) Murah, 9) Dapat diterima oleh pemakainya.

Agar persyaratan- persyaratan ini dapat dipenuhi, maka perlu diperhatikan antara lain: 1) Sebaiknya jamban tertutup, artinya bangunan jamban terlindungi dari panas dan hujan, serangga dan binatang-binatang lain, terlindungi dari pandangan orang, 2) Bangunan jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat, tempat berpijak yang kuat, dan sebagainya, 3) Bangunan jamban sebaiknya ditempatkan pada lokasi yang tidak mengganggu pandangan, dan tidak menimbulkan bau dan sebagainya, 4) Sedapat mungkin disediakan alat pembersihkan seperti air atau kertas pembersih (Notoadmodjo, 2007).

Jamban yang paling diajurkan untuk digunakan menurut Soeparman dan Suparmin (2001) adalah jamban leher angsa. Tipe jamban ini terdiri dari lantai beton biasa yang dilengkapi leher angsa. Slab (leher angsa) dapat langsung dipasang di atas lubang galian, lubang hasil pengeboran atau tangki pembusukan. Dengan adanya sekat air pada leher angsa, lalat tidak dapat mencapai bahan yang terdapat pada lubang jamban, dan bau tidak dapat keluar dari lubang tersebut.

g. Memberantas jentik didalam rumah seminggu sekali.

Pemberantasan jentik didalam rumah agar rumah bebas dari jentik. Populasi nyamuk menjadi terkendali sehingga penularan penyakit dengan perantara nyamuk dapat dicegah atau dikurangi dan kemungkinan terhindar dari penyakit


(32)

semakin besar seperti Demam Berdarah Dengue (DBD), malaria, chikungunya dan kaki gajah (Depkes RI, 2007 dalam Suriyani, 2009).

h. Mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari.

Sayur merupakan salah satu sumberdaya yang banyak terdapat disekitar kita, mudah diperolah dan berharga relatif murah serta merupakan sumber vitamin dan mineral. Sayur antara lain mengandung karoten, vitamin C, vitamin B, kalsium, zat besi dan karbohidrat dalam bentu selulosa dan pektin atau disebut juga serat. Sayur umunya rendah dalam kandungan protein dan lemak tetapi tinggi dalam kandungan besi, kalsium, vitamin C dan provitamin A, kecuali untuk beberapa jenis sayur tertentu. Jenis sayur yang banyak mengandung serat adalah sayur daun hijau antara lain bayam, kangkung, daun singkong, daun katuk, dan daun melijo (Anwar, Marliyati, Sulaiman, 1992 dalam Setiowati, 2000).

Anwar, Marliyati, Sulaiman (1992 dalam Setiowati, 2000), buah merupakan salah satu sumber bahan pangan nabati yang potensial dan banyak mengandung zat gizi terutama vitamin dan mineral. Buah juga dikenal sebagai bahan pangan yang kaya akan vitamin E, mineral FE dan mineral ZN yang berfungsi menangkal radikal bebas sedangkan serat banyak berfungsi dalam memperlambat kerusakan sel secara dini.

Sayur makanan yang bersifat alkalis/basa, dinilai lebih dapat mengimbangi daging yang bersifat asam. Peran selenium dan kromium (yang terkandung dalam sayur) dalam ratio tertentu mampu mencegah terbentuknya karat lemak pada dinding pembuluh darah. Sayur yang kandungan kalsiumnya lebih banyak dari susu, lebih-lebih yang berasal dari tumbuhan laut, dapat mengatasi masalah


(33)

zat kapur. Radikal bebas yang diperoduksi dalam tubuh manusia, yang dapat mengubah sifat-sifat sel tubuh menjadi kanker, atau karat lemak pembuluh darah, dapat diredam reaksinya dengan zat antioksidan. Zt-zat yang berperan sebagai antioksidan sudah ditemukan diantaranya vitamin C, E dan selenium. Zat-zat ini terkandung dalam berbagai macam sayur, meskipun jenisnya belum diketahui secara pasti (Nadesul, 1994 dalam Setiowati, 2000).

Khomsan dan Nasution (1995 dalam Setiowati, 2000), pengetahuan gizi merupakan landasan penting menentukan konsumsi pangan keluarga. Individu yang berpengetahuan gizi baik akan mempunyai kemampuan untuk menerapkan pengetahuan gizinya di dalam pemilihan maupun pengolahan pangan sehingga konsumsi pangan yang mencukupi kebutuhan bisa lebih terjamin.

j.Melakukan aktivitas fisik setiap hari.

Melakukan aktivitas fisik setiap hari dapat terhindar dari penyakit jantung, stroke, osteoporosis, kanker, tekanan darah tinggi, kencing manis dan lain-lain. Berat badan terkendali, otot menjadi lentur dan tulang menjadi lebih kuat, bentuk tulang bagus, lebih percaya diri, lebih bertenaga, dan bugar dan secara keseluruhan keadaan kesehatan menjadi baik (Depkes RI, 2007 dalam Suriyani, 2009).

k. Tidak merokok di dalam rumah.

Rokok ibarat pabrik kimia. Dalam satu batang rokok yang dihisap akan mengeluarkan sekitar 4000 bahan kimia berbahaya, diantaranya yang paling berbahaya adalah Nikotin, Tar, dan Carbon Monoksida (CO). Nikotin ini menyebabkan ketagihan dan merusak jantung dan aliran darah. Tar menyebabkan kerusakan paru-paru dan kanker.CO menyebabkan berkurangnya


(34)

kemampuan darah membawa oksigen, sehingga sel-sel tubuh akan mati (Depkes RI, 2007 dalam Suriyani, 2009).


(35)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka konseptual

Kerangka konsep dalam penelitian ini menguraikan tentang Pengetahuan Orangtua mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada keluarga. Pengetahuan orangtua tersebut digambarkan dalam tiga kategori meliputi baik, cukup dan kurang serta untuk menggambarkan Pengetahuan Orangtua Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tersebut digunakan sepuluh indikator PHBS pada tatanan rumah tangga yaitu persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, memberi ASI eksklusif, menimbang balita setiap bulan, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban yang sehat, memberantas jentik didalam rumah seminggu sekali, makan sayur dan buah setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari dan tidak merokok di dalam rumah. Maka kerangka konsep pada penelitian ini adalah:


(36)

Ketrangan:

:Variabel yang diteliti

Skema 3.1

Kerangka Konseptual Penelitian Pengetahuan Orangtua tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Keluarga.

3.2 Defenisi Operasional

NO VARIABEL DEFENISI OPERASIONAL

INSTRUMEN SKOR SKALA

1 Pengetahuan orangtua

Segala sesuatu yang dipahami atau dimengerti oleh orang tua. mengenai

perilaku hidup bersih dan sehat di Lingkungan XIII Kelurahan Binjai Estate. Intrumen yang digunakan adalah kuesioner. Skore yang digunakan pada penelitian ini pada pertanyaan Kategori untuk pengetahuan: 1.baik dengan rentang (17-24) 2. cukup dengan rentang (9-16) Ordinal Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Keluarga meliputi:

10 ndikator PHBS pada tatanan rumah tangga :

1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan.

2. Memberi ASI eksklusif.

3. Menimbang balita setiap bulan. 4. Menggunakan air bersih.

5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun.

6. Menggunakan jamban yang sehat.

7. Memberantas jentik didalam rumah seminggu sekali.

8. Mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari.

9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari. 10. Tidak merokok di dalam rumah. Pengetahuan

Orangtua • Baik • Cukup • Kurang


(37)

positif apabila responden menjawab ya maka nilai 1(skore=1)

dan

tidak maka

nilai 0 (skore=0)

Dan pada pertanyaan

negatif apabila responden menjawab tidak maka nilai

1(skore=1) dan

ya maka nilai 0 (skore=0).

3. kurang dengan rentang (0-8)

Tabel 3.1. Defenisi Operasional Penelitian Pengetahuan Orangtua Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Keluarga.


(38)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau fenomena yaitu pengetahuan orang tua tentang perilaku hidup bersih dan sehat.

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian

4.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah para orangtua yang memiliki anak balita yang ada di Lingkungan XIII Kelurahan Binjai Estate. Jumlah populasinya adalah: 239 KK.

4.2.2 Sampel

Metode pengambilan sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik simple random sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Nursalam, 2003). Teknik random sampling yang akan digunakan adalah dengan cara memilih nomor ganjil dari nomor rumah calon responden.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengambil 20% dari seluruh jumlah populasi yaitu:

20 x 239 = 48 100


(39)

Sehingga diperoleh jumlah sampel sebanyak 48 orang. Adapun kriteria yang ditentukan untuk subjek peneliti adalah semua orangtua yang memiliki anak balita berusia 1-5 tahun, dapat menulis, membaca, berbahasa Indonesia berada di Lingkungan XIII Kelurahan Binjai Estate dan bersedia menjadi responden.

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Lingkungan XIII Kelurahan Binjai Estate. Alasan peneliti memilih lingkungan XIII karena lingkungan tersebut memiliki jumlah populasi orangtua yang memiliki anak balita lebih banyak dari lingkungan atau lokasi lain di kelurahan tersebut dan juga lokasi tersebut lebih mudah dijangkau oleh peneliti sehingga proses pengambilan data dan pelaksanaan penelitian menjadi lebih efisien. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 sampai bulan April 2011.

4.4 Pertimbangan Etik

Nursalam (2003) menyatakan bahwa, ada beberapa pertimbangan etik yang diperhatikan pada penelitian ini yaitu : 1) Self Determination, peneliti memberi kebebasan kepada responden untuk menentukan apakah bersedia atau tidak untuk mengikuti kegiatan penelitian, 2) Informed Consent, peneliti menanyakan kesediaan menjadi responden setelah peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan, dan manfaat penelitian. Jika responden bersedia menjadi peserta penelitian maka responden diminta menandatangani lembar persetujuan, 3) Anonimity, peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data, tetapi akan memberikan kode pada masing-masing lembar


(40)

persetujuan tersebut, 4) Confidentiality, peneliti menjamin kerahasiaan informasi responden dan kelompok data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.

4.5 Instrumen Penelitian

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini dalam bentuk kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti. Kuesioner terdiri dari 2 bagian besar, bagian pertama berisi Kuesioner Data Demografi (KDD) orang tua meliputi usia responden, hubungan responden dengan balita, jumlah balita, agama, suku, pendidikan terakhir, pekerjaan serta penghasilan responden. Sedangkan bagian kedua berisi Kuesioner Pengetahuan Orangtua Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang terdiri dari 24 pertanyaan dan pilihan jawaban ya dan tidak. Kuesioner tersebut terdiri dari 6 item nomor 1-6 yang berisi tentang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), 18 item nomor 7-24 tentang upaya kesehatan.

Penilaian menggunakan skala Guttman dengan pilihan jawaban: Ya dan Tidak. Pada pertanyaan positif jawaban Ya diberi nilai 1 (skore=1) dan Tidak diberi nilai 0 (skore =0) sedangkan pada pertanyaan negatif jawaban Ya diberi nilai 0 (nilai =0) dan jawaban Tidak diberi nilai 1 (skor=1). Pertanyaan positif terdiri dari 20 item nomor 1, 2, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 13, 14, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 24, sedangkan pertanyaan negatif terdiri dari 4 item nomor 3, 12, 22, 23, Pengetahuan orang tua tentang perilaku hidup bersih dan sehat pada keluarga digambarkan dalam tiga kategori yang ditentukan dengan cara (Sudjana, 2002):


(41)

Panjang kelas=skore tertinggi-skore terendah Banyak kelas

= 24-0/3 = 8 = 8

Dengan panjang kelas 8 dan nilai terendah 0 maka pengetahuan orang tua tentang perilaku hidup bersih dan sehat pada keluarga dikategorikan sebagai berikut: 0-8 kurang, 9-16 cukup dan 17-24 baik.

4.6 Uji Validitas dan Reabilitas

Uji validitas dilakukan oleh salah satu dosen keperawatan keluarga Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yaitu Ibu Lufthiani S.Kep, Ns. M.Kes. Untuk mengetahui kepercayaan (reliabilitas) instrumen dilakukan uji reliabilitas instrumen sehingga dapat digunakan untuk penelitian berikutnya dalam ruang lingkup yang sama. Instrumen yang reliable dapat menghasilkan data yang dapat dipercaya atau benar sesuai kenyataannya sehingga walaupun data diambil berulang-ulang, hasilnya akan tetap sama.

Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan komputerisasi dengan analisis KR-20 terhadap 10 orang dengan hasil koefisien reliabilitas untuk pengetahuan orang tua tentang perilaku hidup bersih dan sehat yaitu 0,9.


(42)

4.7 Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian, prosedur yang dijalankan oleh peneliti adalah sebagai berikut: Setelah proposal penelitian mendapat persetujuan dari pembimbing, peneliti mengurus surat permohonan izin penelitian dari Fakultas Keperawatan USU, mengirim permohonan izin yang diperoleh dari Fakultas Keperawatan USU kepada Kelurahan tempat penelitian, setelah mendapatkan izin dari pihak Kelurahan, peneliti kemudian mendatangi responden dari rumah ke rumah yang telah ditentukan sebelumnya untuk pengisian kuesioner dan menjelaskan pada responden tentang tujuan, manfaat, dan cara pengisian kuesioner. Calon responden yang bersedia diminta untuk menandatangani informed consent (surat persetujuan), kemudian responden diminta untuk mengisi kuesioner yang diberikan oleh peneliti selama 20 menit. Selama pengisian kuesioner responden diberi kesempatan untuk bertanya pada peneliti bila ada pertanyaan yang tidak diketahui atau dipahami. Setelah kuesioner diisi oleh responden, kemudian peneliti mengumpulkannya untuk diperiksa kelengkapannya. Kuesioner yang belum terisi lengkap, peneliti langsung meminta responden untuk melengkapinya saat itu juga. Setelah pengumpulan data selesai, peneliti melakukan analisa dengan menggunakan metode statistik.

4.8 Analisis Data

Setelah semua data terkumpul, maka dilakukan analisa data melalui beberapa tahapan antara lain pertama editing yaitu memeriksa kelengkapan data dan memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai dengan petunjuk. Tahap kedua Coding yaitu memberi angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudah


(43)

waktu melakukan tabulasi dan analisa data. Tahap ketiga Entry yaitu menyimpanan data yang telah dikumpulkan untuk selanjutnya diolah. Tahap keempat Cleaning yaitu pengecekan kembali terhadap kelengkapan data. Tahap kelima Processing yaitu proses pengelompokkan data kedalam variabel yang sesuai. Tahap kelima Analyzing yaitu pengolahan data dan dalam penelitian ini digunakan analisa univariat. Analisa univariat tersebut digunakan untuk melihat gambaran pengetahuan orangtua tentang perilaku hidup bersih dan sehat kemudian data disajikan dalam bentuk narasi dan tabel distribusi frekuensi (Arikunto, 2006).


(44)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengetahuan orangtua tentang perilaku hidup bersih dan sehat pada keluarga. Penelitian dilaksanakan tanggal 1 Maret 2011 sampai dengan 15 April 2011 di Lingkungan XIII Kelurahan Binjai Estate dengan jumlah responden 48 keluarga.

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Karakteristik Responden

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden keluarga bersuku jawa sebanyak 38 (79,2%) berumur 21-40 tahun yang merupakan usia dewasa awal sebanyak n=44 (91,7%) dengan mean 30,95; SD 6,230. Mayoritas responden beragama Islam sebanyak n=46 (95,8%), dan sebagian besar responden adalah ibu sebanyak n= 47 (97,9%) serta kebanyakan dengan tingkat pendidikan SMA sebanyak n=18 (37,5%). Berdasarkan jenis pekerjaan, pekerjaan yang paling dominan yaitu ibu rumah tangga sebanyak n=42 (87,5%) dan mayoritas responden memiliki balita sebanyak 1 orang n=29 (60,4%) serta sebagian besar reponden berpenghasilan Rp. 800.000-1.500.000 sebanyak n=26 (54.2%). Distribusi frekuensi dan persentase karateristik responden dapat dilihat pada tabel 5.1


(45)

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan presentase karakteristik responden di Lingkungan XIII Kelurahan Binjai Estate (n=48)

Data Demografi Frekuensi Persentase (%)

Umur

21 – 40 tahun (usia dewasa awal) 41 – 60 tahun (usia dewasa madya) Mean 30,95 SD 6,230

44 4

91,7 8,3

Total 48 100

Hubungan dengan balita Ayah Ibu 1 47 2,1 97,9

Total 48 100

Tingkat Pendidikan Tidak sekolah SD SMP SMA Perguruan Tinggi 2 9 14 18 5 4,2 18,8 29,2 37,5 10,4

Total 48 100

Agama Islam Kristen Protestan 46 2 95,8 4,2

Total 48 100

Pekerjaan

Ibu rumah tangga Pegawai negri Pegawai swasta Wiraswasta 42 2 2 2 87,5 4,2 4,2 4,2

Total 48 100

Penghasilan <Rp.800.000 Rp. 800.000-1.500.000 Rp. 1.500.000-3000.000 >Rp. 3000.000 15 26 6 1 31,3 54,2 12,5 2,1 Suku Batak Jawa Melayu Padang 6 38 2 2 12,5% 79,2 4,2 4,2


(46)

5.2 Pengetahuan Orangtua tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

a. Persalinan Ditolong Oleh Tenaga Kesehatan

Pada penelitian ini keseluruhan responden (100%) menjawab ya bahwa persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan bermanfaat bagi kesehatan dan keselamatan ibu dan bayi. Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan orangtua yang memiliki anak balita tentang persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan dapat dilihat pada tabel 5.2

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Orang Tua Tentang Persalinan Ditolong oleh Tenaga Kesehatan

No Pernyataan Ya Tidak

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase 1 Persalinan yang ditolong

oleh tenaga

kesehatan(dokter, bidan, perawat) bermanfaat agar bayi dan ibu sehat

48 (100 %) 0 0

b. Pemberian ASI Eksklusif

Berdasarkan hasil penelitian seluruh responden menjawab ya bahwa ASI mengandung nutrisi lengkap yang diperlukan bayi dan balita dan mengandung zat kekebalan tubuh (100%) hampir tiga perempat (3/4) responden (64,6%) menjawab ya bahwa ASI (Air Susu Ibu) baru boleh diberikan kepada bayi sehari setelah bayi lahir, mayoritas responden (91,7%) menjawab ya bahwa ASI eksklusif merupakan ASI yang diberikan kepada bayi sampai berumur 6 bulan tanpa makanan tambahan apapun. Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan orangtua yang memiliki anak balita tentang pemberian ASI eksklusif dilihat pada tabel 5.3.


(47)

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Orang Tua Tentang Pemberian ASI eksklusif .

No Pernyataan Ya Tidak

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase 2 ASI (Air Susu Ibu)

mengandung nutrisi lengkap yang

diperlukan bayi/balita serta mengandung zat kekebalan tubuh.

48 100 0 0

3 ASI (Air Susu Ibu) baru boleh diberikan kepada bayi sehari setelah bayi lahir.

31 64,6 17 35,4

4 ASI eksklusif merupakan Asi yang diberikan kepada bayi sampai berumur 6 bulan tanpa makanan tambahan apapun

44 91,7 4 8,3

c. Penimbangan Berat Badan Bayi dan Balita Setiap Bulan

Pada penelitian ini sebagian besar responden (97,9%) menjawab ya bahwa penimbangan berat badan bayi dan balita di lakukan setiap bulan, keseluruhan responden (100%) menjawab ya bahwa penimbangan berat badan bayi dan balita yang dilakukan di posyandu bermanfaat untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita. Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan orangtua yang memiliki anak balita tentang penimbangan berat badan bayi dan balita setiap bulan dapat dilihat pada tabel 5.4


(48)

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Orang Tua Tentang Penimbangan Berat Badan Bayi dan Balita Setiap Bulan.

No Pernyataan Ya Tidak

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase 5 Penimbangan berat

badan bayi/balita dilakukan setiap bulan.

47 97,9 1 2,1

6 Menimbangan

bayi/balita di posyandu bermanfaat untuk mengetahui

perkembangan berat badan bayi/balita.

48 100 0 0

d. Menggunakan Air Bersih

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh mayoritas responden (93,8%) menjawab tidak bahwa air sumur dapat langsung diminum tanpa dimasak terlebih dahulu, sebagian besar responden (97,9%) menjawab ya bahwa penggunaan air bersih bermanfaat agar terhindar dari berbagai kuman penyakit, keseluruhan responden (100%) menjawab benar bahwa memasak air bersih hingga mendidih sebelum diminum bermanfaat untuk membunuh kuman penyakit, lebih dari (1/2) responden (52,1%) menjawab ya bahwa jarak antara sumur pompa, sumur dan mata air dari tempat pembuangan kotoran adalah 5 meter. Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan orangtua yang memiliki anak balita tentang penggunaan air bersih dapat dilihat pada tabel 5.5


(49)

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Orang Tua Tentang Penggunaan Air Bersih.

No Pernyataan Ya Tidak

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase 7 Air sumur dapat

langsung diminum tanpa dimasak terlebih dahulu.

3 6,3 45 93,8

8 Penggunaan air bersih bermanfaat agar terhindar dari berbagai penyakit

47 97,9 1 2,1

9 Memasak air bersih hingga mendidih sebelum diminum bermanfaat untuk membunuh kuman penyakit.

48 100 0 0

10 Jarak antara sumber air pompa, sumur dan mata air dari tempat pembuangan kotoran adalah 5 meter

25 52,1 23 47,9

e. Mencuci Tangan dengan Air Bersih dan Sabun

Pada penelitian ini keseluruhan responden (100%) menjawab ya bahwa mencuci tangan dengan air bersih dan sabun dilakukan agar tangan terbebas dari kuman dan kotoran serta tangan menjadi bersih dan sehat, lebih dari tiga perempat (3/4) responden (81,3%) menjawab tidak bahwa mencuci tangan sebaiknya dilakukan sebelum makan dan lebih dari setengah (1/2) responden (60,4%) menjawab ya bahwa mencuci tangan cukup dengan air bersih saja. Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan orangtua yang memiliki anak balita tentang mencuci tangan dengan air bersih dan sabun dapat dilihat pada tabel 5.6.


(50)

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Orang Tua Tentang Mencuci Tangan dengan Air Bersih dan Sabun.

No Pernyataan Ya Tidak

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase 11 Mencuci tangan dengan

air bersih dan sabun dialakukan agar tangan terbebas dari kuman dan kotoran serta tangan menjadi bersih dan sehat.

48 100 0 0

12 Mencuci tangan sebaiknya dilakukan setelah makan

9 18,8 39 81,3

13 Mencuci tangan cukup dilakukan dengan air bersih saja

29 60,4 19 39,6

f. Menggunakan Jamban yang Sehat

Hasil penelitian menunjukkan hampir keseluruhan responden (95,8%) menjawab ya bahwa jamban/wc bermanfaat agar lingkungan menjadi bersih, sehat dan tidak berbau, mayoritas responden (87,5%) menjawab ya bahwa jamban/wc yang sehat adalah jamban/wc yang sehat adalah jamban/wc yang berbentuk leher angsa dan tersedia air bersih dan sabun. Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan orangtua yang memiliki anak balita tentang penggunaan jamban yang sehat dapat dilihat pada tabel 5.7


(51)

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Orang Tua Tentang Penggunaan Jamban yang Sehat

No Pernyataan Ya Tidak

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase 14 Jamban/WC

bermanfaat agar lingkungan menjadi bersih, sehat dan tidak berbau.

46 95,8 2 4,2

15 Jamban/WC yang sehat adalah jamban/wc yang berbentuk leher angsa serta tersedia air bersih dan sabun.

42 87,5 6 12,5

g. Memberantas Jentik di dalam Rumah Seminggu Sekali

Hasil penelitian menunjukkan lebih dari tiga perempat (3/4) responden (79,2%) menjawab ya bahwa membersihkan bak mandi dilakukan seminggu sekali, seluruh responden (100%) menjawab ya bahwa membersihkan bak mandi bermanfaat untuk memberantas jentik nyamuk dan mencegah penyakit DBD. Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan orangtua yang memiliki anak balita tentang membersihkan jentik didalam rumah seminggu sekali dapat dilihat pada tabel 5.8


(52)

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Orang Tua Tentang Membersihkan Jentik Didalam Rumah Seminggu Sekali

No Pernyataan Ya Tidak

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase 16 Membersihkan bak

mandi dilakukan seminggu sekali.

38 79,2 10 20,2

17 Membersihkan bak mandi bermanfaat untuk memberantas jentik nyamuk dan mencegah penyakit DBD.

48 100 0 0

h. Mengkonsumsi Sayur dan Buah Setiap Hari

Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden (97,9%) menjawab ya bahwa sayur dan buah merupakan makanan yang baik untuk dikonsumsi balita setiap hari, sebagian besar responden (97,9%) menjawab ya bahwa sayur dan buah baik bagi pertumbuhan daan perkembangan balita. Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan orangtua yang memiliki anak balita tentang mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari dapat dilihat pada tabel 5.9

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Orang Tua Tentang Mengkonsumsi Sayur dan Buah Setiap Hari.

No Pernyataan Ya Tidak

Frekuensi Persentase (%)

Frekuensi Persentase (%) 18 Sayur dan buah

merupakan makanan yang baik untuk dikonsumsi balita setiap hari.

47 97,9 1 2,1

19 Sayur dan buah baik bagi pertumbuhan dan perkembangan balita.


(53)

i. Melakukan Aktivitas Fisik Setiap Hari

Hasil penelitian menunjukkan lebih dari setengah (1/2) responden (56,3%) menjawab ya bahwa aktivitas fisik (olahraga dilakukan 30 menit setiap hari), mayoritas responden (85,4%) menjawab ya bahwa kegiatan bermain yang dilakukan oleh anak balita saya merupakan bentuk olahraga yang sederhana, lebih dari setengah (1/2) responden (52,1%) menjawab ya bahwa membersihkan rumah tidak termasuk ke dalam aktifitas fisik. Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan orangtua yang memiliki anak balita tentang melakukan aktivitas fisik setiap hari dapat dilihat pada tabel 5.10

Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Orang Tua Tentang Melakukan Aktivitas Fisik Setiap Hari.

No Pernyataan Ya Tidak

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase 20 Aktifitas fisik

(olahraga) dilakukan selama 30 menit setiap hari.

27 56,2 21 43,8

21 Kegiatan bermain yang dilakukan oleh anak balita saya merupakan bentuk olahraga yang sederhana.

41 85,4 7 14,6

22 Membersihkan rumah tidak termasuk kedalam aktifitas olahraga.

25 52,1 23 47,9

j. Tidak Merokok di dalam Rumah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden (83,3%) menjawab tidakn bahwa membiarkan anggota kelurga merokok disekitar anak balita anda karena hal tersebut tidak berbahaya, sebagian besar responden (89,6%) menjawab tidak bahwa asap rokok tidak berbahaya bagi balita. Distribusi


(54)

frekuensi dan persentase pengetahuan orangtua yang memiliki anak balita tentang tidak merokok di dalam rumah dapat dilihat pada tabel 5.11

Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Orang Tua Tentang Tidak Merokok Di Dalam Rumah.

No Pernyataan Ya Tidak

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase 23 Membiarkan anggota

keluarga merokok disekitar anak balita anda karena hal tersebut tidak berbahaya.

8 16,7 40 83,3

24 Asap rokok tidak berbahaya bagi bayi/balita.

5 10,4 43 89,6

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan orang tua tentang perilaku hidup bersih dan sehat berada pada kategori baik sebanyak 44 orang (91,7%) dan 4 orang (8,3%) berada pada kategori cukup. Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan orang tua tentang pendidikan seks pada remaja dapat dilihat pada tabel 5.12

Tabel 5.12 Distribusi frekuensi dan persentase Pengetahuan Orang Tua Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Keluarga di Lingkungan XIII Kelurahan Binjai Estate (n=48)

Kategori Frekuensi Persentase (%)

Kurang 0 0

Cukup 4 8,3

Baik 44 91,7


(55)

5.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian dapat dideskripsikan bahwa tingkat pengetahuan orang tua tentang perilaku hidup bersih dan sehat pada keluarga di Lingkungan XIII Kelurahan Binjai Estate adalah baik sebanyak 91,7% dan cukup sebanyak 8,3%. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramadaniati (2008) tentang pengetahuan dan sikap terhadap perilaku hidup bersih dan sehat pada ibu rumah tangga RW04 Kelurahan Manggarai Jakarta Selatan dan didapatkan hasil bahwa sebanyak 124 (71,3%) responden memiliki tingkat pengetahuan tinggi tentang PHBS sebanyak 95 (54,6%).

Pengetahuan merupakan faktor pemudah (predisposising factor) untuk terlaksananya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Dengan demikian faktor ini menjadi pemicu atau anteseden terhadap perilaku yang menjadi dasar atau motivasi bagi tindakanya akibat tradisi atau kebiasaan, kepercayaan, tingkat pendidikan dan tingkat sosial ekonomi (Notoadmodjo, 2007).

Artini (2010) menyatakan, ada keeratan hubungan antara pengetahuan dalam upaya penerapan PHBS. Meningkatnya pengetahuan akan memberi hasil yang cukup berarti untuk memperbaiki perilaku, hal ini sesuai dengan pernyataan Rogers dalam Notoatmodjo (2007) yang menyatakan bahwa pengetahuan/ kognitif merupakan domain yang sangat penting bagi terbentuknya perilaku dan perilaku yang didasari pengetahuan akan bertahan langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pengetahuan orangtua tentang persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan adalah baik yakni 100% begitu juga tentang penimbangan berat badan bayi/balita setiap bulan adalah baik


(56)

yakni 97,9%. Pengetahuan orang tua tentang penggunaan air bersih dan penggunaan jamban yang sehat berada pada kategori baik yakni 97,7% dan 83,3%. Pengetahuan orang tua tentang memberantas jentik nyamuk di dalam rumah seminggu sekali dan mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari adalah baik yakni 83,3% dan 97,9%. Demikian halnya dengan pengetahuan tentang tidak merokok di dalam rumah adalah baik yakni 86,6%.

Notoadmodjo (2003) menyatakan bahwa faktor-faktor yang memepengaruhi pengetahuan adalah tingkat pendidikan, informasi, budaya, pengalaman, dan sosial ekonomi. Sebanyak 37,5% dari 48 responden adalah lulusan SMA dan melanjutkan keperguruan tinggi atau diploma (10,4%). Hal ini sesuai pernyataan Notoatmodjo (2003) bahwa pendidikan bagi seorang individu merupakan pengaruh yang dinamis dalam memberikan informasi dan pendidikan yang berbeda akan memberikan jenis pengetahuan yang berbeda pula. Faktor lain yang turut mempengaruhi adalah faktor pengalaman. Sebanyak 91,7% responden berada di tahap perkembangan dewasa awal dengan rentang usia 21-40 tahun. Pengalaman yang dimaksudkan disini berkaitan dengan umur dan pendidikan individu. Semakin bertambahnya umur dan pendidkan yang tinggi maka pengalaman juga akan semakin luas yang berarti pengetahuan juga akan semakin baik (Notoatmodjo, 2003). Sehingga pengetahuan orang tua tentang tentang persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan, penimbangan berat badan bayi/balita setiap bulan, penggunaan air bersih dan penggunaan jamban yang sehat, memberantas jentik nyamuk di dalam rumah seminggu sekali dan mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari dikategorikan baik.


(57)

Dilihat dari jawaban responden atas pernyataan kuesioner terlihat bahwa terdapat 3 pernyataan yakni pernyataan nomor 3, 13, 22 yang lebih banyak dijawab salah oleh responden. Pada pernyataan nomor 3 tentang waktu pemberian ASI untuk pertama kalinya, sebagian besar responden menjawab salah (64,6%), hal tersebut dikarenakan orang tua tidak mengetahui waktu yang tepat pemberian ASI untuk pertama kalinya pada bayi baru lahir. Padahal menurut Roesli (2008) bayi yang baru lahir harus segera dilakukan IMD (Inisiasi Menyusu Dini) yaitu bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Inisisasi menyusu dini dapat meningkatkan keberhasilan ASI eksklusif enam bulan dan lama menyusui sampai dua tahun, dengan demikian dapat menurunkan angka kematian anak secara menyeluruh. Inisiasi menyusu dini juga memberikan kesempatan kepada bayi mendapatkan ASI kolostrum yaitu ASI yang pertama kali keluar kaya akan daya tahan tubuh dan penting untuk ketahanan terhadap infeksi.

Kusmawati (2010) menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang IMD dengan praktik menyusu dini, hal tersebut diperlihatkan dengan pengetahuan baik yang melakukan IMD sebanyak 72%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut terdapat beberapa hal yang menghambat IMD diantaranya takut bayinya kedinginan, ibu terlalu lelah untuk segera menyusu bayinya pada 1 jam pertama, tenaga kesehatan kurang tersedia dan kurang merespon adanya praktik IMD.

Pernyataan nomor 13 tentang mencuci tangan dengan air bersih dan sabun kebanyakan responden menjawab salah yaitu (60,4%). Rahmani (2010) menyatakan mencuci tangan menggunakan sabun dapat mencegah penyakit yang dapat menyebabkan ratusan ribu anak meninggal setiap tahunnya. Mencuci tangan


(58)

dengan sabun adalah satu-satunya intervensi kesehatan yang paling murah dan efektif jika dibandingkan dengan hasil yang diperolehnya. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan kebanyakan responden menganggap mencuci tangan merupakan hal yang sepele sehingga kebanyakan responden menganggap bahwa mencuci tangan hanya cukup dengan air bersih saja serta kurangnya informasi yang didapatkan dari petugas kesehatan tentang pentingnya mencuci tangan dengan air bersih dan sabun. Padahal menurut Effendy (1990) dalam Luthfianti (2008) bahwa informasi dapat mempengaruhi seseorang dalam berperilaku. Semakin banyak informasi yang didapat oleh seseorang maka akan semakin besar pengaruhnya terhadap perilaku seseorang. Terutama jika informasi tersebut disampaikan dengan cara yang benar, karena penyampaian informasi yang baik dapat merubah perilaku seseorang yang tadinya tidak melakukan sesuatu menjadi melakukan sesuatu.

Penelitian yang dilakukan oleh Lufthiani (2008) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku mencuci tangan memakai sabun pada siswa-siswi di MI AL Istiqomah dan SDN Kedaung Wetan Baru 2 Kota Tanggerang menyatakan bahwa kelompok yang mendapatkan informasi tentang mencuci tangan dengan air bersih dan sabun memiliki perilaku mencuci tangan yang baik sehingga semakin banyak sumber informasi yang didapat oleh responden tentang perilaku mencuci tangan memakai sabun maka semakin tinggi perilaku mereka dalam mencuci tangan memakai sabun.

Pernyataan nomor 13 tentang melakukan aktifitas fisik setiap hari kebanyakan responden menjawab salah (52,1%). Sudarko (2009) menyatakan bahwa aktifitas olahraga atau aktifitas fisik adalah semua gerakan tubuh yang


(59)

membakar kalori, misalnya menyapu, naik turun tangga, setrika, atau berkebun. Depkes RI (2007) dalam Suriyani (2009) menyatakan bahwa melakukan aktivitas fisik setiap hari dapat terhindar dari penyakit jantung, stroke, osteoporosis, kanker, tekanan darah tinggi, kencing manis dan lain-lain. Berat badan terkendali, otot menjadi lentur dan tulang menjadi lebih kuat, bentuk tulang bagus, lebih percaya diri, lebih bertenaga, dan bugar dan secara keseluruhan keadaan kesehatan menjadi baik. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan rendahnya pengetahuan orang tentang aktifitas fisik dapat disebabkan pendapatan orang tua yang rendah sehingga orang tua berorientasi pada pendapatan.

Daud (2000, dalam Amalia, 2009) menyatakan bahwa pendapatan merupakan faktor yang berhubungan dengan kualitas PHBS. Pendapatan orang tua dilingkungan XIII Kelurahan Binjai Estate tergolong berpenghasilan rendah sehingga mengakibatkan kurang terpenuhinya kebutuhan pokok dalam jumlah cukup. Hal ini juga menyebabkan orang tua kurang memperhatikan PHBS karena orang tua lebih berorientasi dengan perbaikan penghasilan. Bila ditinjau dari faktor sosial ekonomi, maka pendapatan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat wawasan masyarakat mengenai kesehatan (Sumiarto, 1993 dalam Amalia, 2009). Hal ini juga sesuai dengan pendapat Faturahman dan Mollo (1995, dalam Amalia, 2009) bahwa tingkat pendapatan berkaitan dengan kemiskinan yang berpengaruh pada status kesehatan.

Pengetahuan orang tua tentang perilaku hidup bersih dan sehat tidak terlepas dari faktor pendidikan atau pengalaman orangtua itu sendiri. Sarwono (2000) menyatakan bahwa salah satunya adalah jenjang pendidikan orang tua dan pengetahuan orang tua. Oleh karena faktor inilah yang menyebabkan orang tua


(60)

kurang berfungsi untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat pada keluarga. Namun secara umum dapat disimpulkan bahwa pengetahuan orangtua tentang perilaku hidup bersih dan sehat di Lingkungan XIII Kelurahan Binjai Estate, adalah baik yaitu 91,7%.


(61)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan pada tanggal 1 Maret 2011- 15 April di Lingkungan XIII Kelurahan Binjai Estate dan setelah membahas secara teoritis serta dilakukan pengujian hasil riset tentang pengetahuan orang tua tentang perilaku hidup bersih dan sehat pada keluarga, maka peneliti mengemukakan beberapa hal yang menjadi kesimpulan yaitu : Mayoritas responden/orang tua berada pada rentang usia 21-40 tahun (79,2%), beragama islam (95,8%). Tingkat pendidikan mayoritas responden memiliki jenjang pendidikan SMA (37,5%), pekerjaan responden sebagian besar ibu rumah tangga (87,5%) dan penghasilan mayoritas responden Rp. 800.000 – Rp 1.500.000. Pengetahuan orang tua tentang perilaku hidup bersih dan sehat mayoritas responden memiliki pengetahuan baik yakni 44 orang (91,7%) dan 4 orang memiliki pengetahuan cukup (8,3%)

6.2 Saran

6.2.1 Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan menambah pengetahuan dalam pengembangan keperawatan lebih lanjut khususnya di bidang keperawatan Komunitas.


(62)

6.2.2 Praktek Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan menambah pengetahuan bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan Komunitas di Lingkungan XIII Kelurahan Binjai Estate, serta dapat membantu dalm pemecahan masalah-masalah kesehatan mengenai pencegahan penyakit dan mengoptimalkan program-program PHBS.

6.2.3 Penelitian Keperawatan

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih memiliki keterbatasan- keterbatasan, sehingga untuk peneliti yang akan datang peneliti mengharapkan Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut tentang penerapan perilaku hidup bersih dan sehat pada keluarga.


(63)

DAFTAR PUSTAKA

Akhmadi, H. (2009). Breaking the Chains of Oppression of the Indonesian People.Equinox Publishing.

Amalia, I. (2009). Hubungan Pendidikan, Pendapatan Dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Pada Pedagang Hidangan Istimewa Kampung (HIK) Di Pasar Kliwon Dan Jebres Kota Surakarta. Dibuka pada tanggal 20 Juni 2011 dari http://etd.eprints.ums.ac.id.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rhineka Cipta.

Artini, N. N. (2010). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Orang Tua Bayi Dengan Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Puskesmas

Pasundan Samarinda Kalimanta. Dibuka pada tanggal 28 Mei 2011

dari digilib.uns.ac.id.

Depkes RI. (2002). Panduan Manajemen PHBS Menuju Kabupaten/ Kota Sehat. Dibuka pada tanggal 16 September 2010 dari http://dinkes-sulsel.go.id. _______. (2006). Pengembangan Promosi Kesehatan Didaerah Melalui Dana

Dekon 2006. Jakarta : Depkes RI.

_______. (2007). Informasi Pengendalian Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta : Depkes RI.

_______. (2007). Pusat Promosi Kesehatan dalam Pencapaian PHBS. Dibuka pada tanggal 22 september 2010, dari http://www.promosikesehatan.com. _______. (2009). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008. Dibuka pada tanggal

30 september 2010 dari http://www.depkes.go.id.

Depkes RI. (2009). Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Departemen Kesehatan dan JICA (Japan International dan Cooperation Agency).

_______. (2009). Visi dan Misi Depkes Tahun 2010-2014. Dibuka pada tanggal 18 Desember 2010 dari http://dinkesbanggai.wordpress.com.

Dermawan A.C dan Setiawan.S. (2008). Prose Pembelajaran Dalam Pendidikan Keperawatan. Jakarta: TIM

Dinas Kesehatan Jawa Barat. (2007). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Dibuka pada tanggal 24 september 2010 dari http://diskes.jabarprov.go.id.


(64)

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. (2008). PHBS Disekolah/Sub Dinas Kesehatan JPKM. Dinas Kesehatan Privinsi Sumatera Utara.

Effendy, N. (1998). Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC.

Friedman, M. M. (1998). Keperawatan Keluarga: Teori dan Praktik Edisi 3. Jakarta: EGC.

Gunarsa, S.D & Gunarsa, Y.S.D.(1995). Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Habibah. 2008. Hubungan Pengetahuan Sikap dan Penerapan Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat. Universitas Widyagama Mahakam. Samarinda di buka pada tanggal 10 oktober 2010 dari http://digilib.uns.ac.id

Kusumawati, A. (2010). Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang IMD dengan Praktek Inisiasi Menyusu Dini Di RB Harapan Bunda Pajang Surakarta. Di buka pada tanggal 28 Mei 2011 dari http://digilib.uns.ac.id.

Kartono. (1997). Pengantar Ilmu Mendidik Teoritis. Jakarta; Rajawali Press. Luthfianti, (2008). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Mencuci

Tangan Memakai Sabun Pada Siswa-Siswi Di MI AL Istiqomah dan SDN Kedaung Wetan Baru 2 Kota Tanggerang. Dibuka pada tanggal 20 Juni 2011 dari www.lontar.ui.ac.id.

Mubarak, I. W. & Cahyati, N. (2009). Ilmu Kesehatan Masyarakat Teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.

Nasution, T. (1984). Pendidikan Remaja dalam Keluarga. Jakatra: Gema Cipta. Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku. Jakarta : Rineka

Cipta.

Notoatmodjo, S. (2003). Prinsip- Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta

Nursalam. (2008). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Pratama, D.A. (2009). Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Motivasi Keluarga Untuk Melakukan Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Di Desa Mangunharjo Jatipurno. Dibuka pada tanggal 15 februari 2011 dari Rahmani. (2010). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Syamsul. Dibuka pada

tanggal 30 oktober 2010 dari http://www.scribd.com.


(1)

P8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid salah 1 2.1 2.1 2.1

benar 47 97.9 97.9 100.0

Total 48 100.0 100.0

P9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid benar 48 100.0 100.0 100.0

P10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid salah 25 52.1 52.1 52.1

benar 23 47.9 47.9 100.0

Total 48 100.0 100.0

P11

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid benar 48 100.0 100.0 100.0

P12

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid salah 9 18.8 18.8 18.8

benar 39 81.3 81.3 100.0


(2)

P13

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid salah 29 60.4 60.4 60.4

benar 19 39.6 39.6 100.0

Total 48 100.0 100.0

P14

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid salah 2 4.2 4.2 4.2

benar 46 95.8 95.8 100.0

Total 48 100.0 100.0

P15

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid salah 6 12.5 12.5 12.5

benar 42 87.5 87.5 100.0

Total 48 100.0 100.0

P16

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid salah 10 20.8 20.8 20.8

benar 38 79.2 79.2 100.0

Total 48 100.0 100.0

P17

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(3)

P18

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid salah 1 2.1 2.1 2.1

bener 47 97.9 97.9 100.0

Total 48 100.0 100.0

P19

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid salah 1 2.1 2.1 2.1

benar 47 97.9 97.9 100.0

Total 48 100.0 100.0

P20

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid salah 21 43.8 43.8 43.8

benar 27 56.3 56.3 100.0

Total 48 100.0 100.0

P21

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid salah 7 14.6 14.6 14.6

benar 41 85.4 85.4 100.0

Total 48 100.0 100.0

P22

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid salah 25 52.1 52.1 52.1

benar 23 47.9 47.9 100.0


(4)

P23

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid salah 8 16.7 16.7 16.7

benar 40 83.3 83.3 100.0

Total 48 100.0 100.0

P24

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid salah 5 10.4 10.4 10.4

benar 43 89.6 89.6 100.0


(5)

Lampiran 10

Uji Reliabilitas Kuesioner Pengetahuan Orang Tua Tentang Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat Pada Keluarga dengan Rumus KR-20

Vt

=

∑X

2

– (

∑X)

2

R

=

( k / k-1 ) (Vt-

∑pq/Vt)

N

=

(25/2) (435,6441,78/434,644)

435,644

=

4823 – (216)

2

=

0,9

10


(6)

CURICULUM VITAE

Nama

: Rini Lestari

Tempat tanggal lahir : Binjai, 30 Agustus 1989

Jenis kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Alamat

: Jl. Gunung Karang No:91 Binjai Estate

Riwayat Pendidikan :

SD Taman Siswa Binjai (1995-2001)

SMP Negeri 2 Binjai (2001-2004)

SMA Negeri 1 Binjai (2004-2007)


Dokumen yang terkait

Pengetahuan Dan Sikap Orangtua Tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Rumah Tangga Di Kelurahan Tomuan Kecamatan Siantar Timur Tahun 2012

2 75 63

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Lansia di Kelurahan Losung Batu Kecamatan Padangsidempuan Utara Kota Padangsidempuan

26 285 79

Pengetahuan Dan Sikap Orangtua Tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Keluarga di Dusun III Desa Pantai Gemi Kec. Stabat Kab. Langkat Tahun 2012

1 37 111

Pengetahuan Masyarakat Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Lingkungan III Kelurahan Kayu Jati Kabupaten Mandailing Natal

0 54 71

Hubungan Pengetahuan dan Sikap siswa Sekolah Dasar (SD) tentang Sanitasi Dasar dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Kota Medan Tahun 2011

13 117 114

Hubungan Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga Dengan Perilaku Hidup Bersih Sehat Pada Keluarga Di Desa Simalingkar Kecamatan Pancurbatu

3 49 85

Hubungan Pengetahuan Keluarga tentang Perilaku Kekerasan dengan Kesiapan Keluarga dalam Merawat Pasien di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan

18 157 71

Hubungan Pendidikan Kesehatan Dengan Perilaku Hidup Sehat Remaja Di Smu Darussalam Medan

3 77 8

Hubungan Pengetahuan dan perilaku hidup bersih dan sehat(PHBS) Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Marindal Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang

7 84 63

Hubungan Pengetahuan Dan Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga Terhadap Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Keluarga Di Kelurahan Limau Manis Selatantahun 2012.

0 1 2