Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang

(1)

PENGARUH STRATEGI PROMOSI KESEHATAN TERHADAP

TINGKAT PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)

PADA TATANAN RUMAH TANGGA DI KECAMATAN

PATUMBAK KABUPATEN DELI SERDANG

TESIS

Oleh

SUCI HATI

067012058/AKK

S

E K O L A

H

P

A

S

C

A S A RJ A

NA

S

U

U

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

M E D A N

2 0 0 8

PENGARUH STRATEGI PROMOSI KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)

PADA TATANAN RUMAH TANGGA DI KECAMATAN PATUMBAK KABUPATEN DELI SERDANG

T E S I S

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

SUCI HATI 067012058/AKK

.

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

M E D A N 2 0 0 8

Judul Tesis : PENGARUH STRATEGI PROMOSI

KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA TATANAN RUMAH TANGGA DI KECAMATAN PATUMBAK KABUPATEN DELI SERDANG

Nama Mahasiswa : Suci Hati Nomor Pokok : 067012058

Program Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Rismayani, SE, Msi Ketua

) (

Anggota Dra. Syarifah, MS)

Ketua Program Studi, Direktur,


(4)

Tanggal Lulus: 6 Agustus 2008 Telah diuji pada

Tanggal 22 Juli 2008

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Rismayani, SE,MSi

Anggota : 1. Dra. Syarifah, MS

2. Dr.Drs. Surya Utama, MS 3. Drs. Amru Nasution, M.Kes


(5)

PERNYATAAN

PENGARUH STRATEGI PROMOSI KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)

PADA TATANAN RUMAH TANGGA DI KECAMATAN PATUMBAK KABUPATEN DELI SERDANG

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Agustus 2008

Suci Hati 067012058


(6)

ABSTRAK

Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, dengan strategi yang ditekankan agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Puskesmas Patumbak Kabupaten Deli Serdang dalam meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga di wilayah kerjanya berusaha melakukan strategi promosi kesehatan sebaik-baiknya. Tingkat PHBS rumah tangga dipengaruhi oleh strategi promosi kesehatan yang dilakukan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh strategi promosi kesehatan terhadap tingkat perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada tatanan rumah tangga di Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang.

Jenis penelitian yang digunakan adalah survei dengan tipe penelitian penjelasan (Explanatory research). Populasi seluruh Kepala Keluarga di Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang: 14.394 KK. Sampel diambil dari tiap desa/ kelurahan sebanyak 100 KK dengan teknik Proposional Sampling To Size . Analisa Data dengan regresi linear berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi promosi kesehatan mempunyai pengaruh terhadap tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang. Pengaruh yang paling dominan adalah Pemberdayaan masyarakat. Koefisien Determinasi (R2) menunjukkan bahwa variabel bebas yang diteliti memberikan kontribusi 56,6 % terhadap tingkat PHBS dan sisanya 43,4 % dijelaskan oleh variabel bebas lainnya yang tidak diteliti.

Disarankan kepada pengambil keputusan dan pembuat kebijakan agar menjamin tersedianya tenaga, dana, sarana dan prasarana untuk program promosi kesehatan (advokasi, bina suasana dan pemberdayaan masyarakat). Puskesmas harus mampu mengelola potensi masyarakat dan dunia usaha yang ada di wilayah kerjanya serta melakukan analisa situasi sebagai dasar penyusunan dan pelaksanaan program strategi promosi kesehatan untuk PHBS. Puskesmas sebaiknya meningkatkan kualitas kerja sama lintas sektoral, antar unit organisasi pemerintahan dan organisasi masyarakat.


(7)

ABSTRACT

Health promotion is an effort to increase the ability of community through learning from, by, for and together with the community themselves with the strategy emphasized in order that they can help themselves and develops the community based activity with the local socio-culture and supported by the health oriented public policy. In order to improve the Healthy and Clean Life Behavior (PHBS), the Community Health Center (Puskesmas) Patumbak, Deli Serdang District has tried to apply the health promotion strategy. The level of household PHBS is influenced by the health promotion strategy.

The purpose of this survey study with explanatory research type is to analyze the influence of health promotion strategy on the level of PHBS in the households in Patumbak Sub-district, Deli Serdang District. The population of this study is all of the 14.394 heads of households in Patumbak Sub District, Deli Serdang District. Through the proportional sampling technique, 100 heads of households of each rural village/ urban village were selected to be the samples for this study. The data were analyzed by multiple linear regression analysis.

The result of this study reveals that health promotion strategy has an influence on the level of PHBS in Patumbak Sub-district, Deli Serdang District. The most dominant influence is Community Empowerment. Coefficient of Determination (R2) shows that the independent variables studied gives the contribution of 56,6 % to the level of PHBS and the remaining 43,4 % is explained by the other independent variables which are not studied.

The policy makers are suggested to guarantee the availability of power, fund, facilities and infrastructures for the health promotion program (advocating, condition development, and community empowerment). Puskesmas must be able to manage the potential of community and the available word business in its work area and to analyze the situation as the basic of the PHBS health promotion strategy program planning and development. Puskesmas should improve the quality of inter-sectoral cooperation between the unit of government organization and that of community organization

Key words: Heath Promotion Strategy, Level of Healthy and Clean Life Behavior (PHBS), Household


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat

dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul: Pengaruh

Strategi Promosi Kesehatan Terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada

Tatanan Rumah Tangga di Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang. Tesis ini

merupakan tugas akhir dalam rangka memperoleh gelar Magister Kesehatan (M.Kes)

Program Kebijakan dan Kesehatan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera

Utara Medan. Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof.Dr. Chairuddin P. Lubis,

DTM&H,DSAK selaku Rektor Universitas Sumatera Utara dan Ibu

Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa B,M.Sc., selaku Direktur Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara yang telah menyediakan fasilitas perkuliahan.

Kepada Bapak Dr.Drs. Surya Utama, MS., selaku Ketua Program. Ibu Dr.Dra.

Ida Yustina, MSi selaku Sekretaris Program Studi Administrasi Kebijakan dan

Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah mengarahkan

dan membimbing penulis selama masa perkuliahan.

Kepada Dr.Hj. Rismayani, SE,MS, dan Dra. Syarifah, MS, selaku komisi

pembimbing, yang telah memberikan bimbingan dan semangat kepada penulis

sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan baik.

Kepada Dr.Drs. Surya Utama, MS dan Drs. Amru Nasution, M.Kes., selaku


(9)

Kepada Kepala Dinas Kesehatan Deli Serdang dan Kepala Puskesmas

Patumbak, yang banyak membantu dalam pengumpulan data di lokasi penelitian.

Kepada orang tua terkasih; Prof.Dr.Ir. Meneth Ginting, M.A.D.E; Mami

(Almh) Dra.Hj. Rehmalem Sitepu; Mama Drg. Sofie Adelly, yang terus memberikan

bimbingan, semangat, dorongan, kasih sayang dan doa. Semoga Allah membalasnya

dengan yang lebih baik dan berlipat ganda.

Kepada suami Dr. Candra Syafei, SpOG dan anak anakku tercinta; Aka,

Dekka, Cika, yang selalu sabar saat ditinggalkan selama mengikuti pendidikan dan

terima kasih atas semangat, dorongan, kasih sayang dan doanya.

Kepada kakak dan adik tersayang, keluarga; Dra. Lila P. Hati Ginting, Msi.,

Cahaya Hati Ginting, SH. dan Ir. Yusuf, B.B. Ginting, Aff.

Tulisan ini diharapkan sebagai sumbangsih dan menambah wawasan dalam

membuat strategi kebijakan yang ditujukan untuk suatu lingkup masyarakat luas.

Penulis menyadari tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran

yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan tesis ini.

Medan, Agustus 2008


(10)

RIWAYAT HIDUP

Suci Hati, lahir pada tanggal 30 Januari 1970 di Medan. Anak ketiga dari

empat bersaudara dari Bapak Prof.Dr.Ir.H.Meneth Ginting, M.A.D.E dan Ibu (Almh)

Dra.Hj. Rehmalem Sitepu. Menikah dengan Dr. Candra Syafei, SpOG, dikaruniai

tiga putra/putri: 1. Rezky Pamaska/Aka; 2. Dekka Andra/Dekka; 3. Cika Radezky/

Cika.

Pada tahun 1976-1982, sekolah di SD Angkasa I Medan dengan status

berijazah. Tahun 1982–1985 SMP Angkasa Medan dengan status berijazah. Tahun

1985-1988 SMA Negeri 1 Kabanjahe dengan status berijazah. Tahun 1988-1996

Kedokteran Umum-USU Medan dengan status berijazah, serta pada tahun 2006-2008

melanjutkan pendidikan di Sekolah Pascasarjana Program Studi Administrasi dan

Kebijakan Kesehatan di Universitas Sumatera Utara.

Bekerja sejak tahun 1996-1999 sebagai staff di Puskesmas Namorambe-Kab.

Deli Serdang. Tahun 1999-2004 Kepala Puskesmas Longat-Kab.Mandailing Natal.

Tahun 2004-2006 Kepala Puskesmas Panyabungan Jae-Kab.Mandailing Natal. Tahun

2006-sekarang: Staf Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal

Medan, Agustus 2008


(11)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar belakang ... 1

1.2Permasalahan ... 8

1.3Tujuan Penelitian ... 8

1.4Hipotesis ... 9

1.5Manfaat Penelitian ... 9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... . 10

2.1Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ... 10

2.2Strategi Promosi Kesehatan... 20

2.3Landasan Teori ... 26

2.4Kerangka Konsep Penelitian ... 28

BAB 3 METODE PENELITIAN ... . 29

3.1 Jenis Penelitian ... 29

3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ... 29

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 29

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 31

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 34

3.6 Metode Pengukuran ... 40

3.7 Metode Analisis Data ... 43

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... . 44

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 44

4.2. Karakteristik Responden ... 47

4.3. Strategi Promosi Kesehatan serta Perilaku Hidup Bersih dan Sehat .... 50

4.4. Hasil Analisis ... 54


(12)

BAB 5 PEMBAHASAN ... . 58

5.1. Tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ... 58

5.2. Pengaruh Strategi Promosi Kesehatan terhadap tingkat PHBS ... 61

5.3. Keterbatasan Penelitian ... 80

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 82

6.1. Kesimpulan ... 82

6.2. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 88


(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Klasifikasi PHBS Tatanan Rumah Tangga Menurut Tingkat

Keluarga... 13

Tabel 3.1. Lokasi Sampel Penelitian ... 30

Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas Variabel Advokasi... 32

Tabel 3.3. Hasil Uji Validitas variabel Bina Suasana………... 32

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas variabel Pemberdayaan Masyarakat…………... 33

Tabel 3.5. Pengukuran Variabel Independen ... 41

Tabel 3.6. Pengukuran Variabel Dependen ... 43

Tabel 4.1. Tenaga di Puskesmas Patumbak ... 45

Tabel 4.2. Karakteristik Responden ... 48

Tabel 4.3. Strategi Promosi Kesehatan ... 50


(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Kerangka Kerja Precede ... 18 Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian ... 28 Gambar 4.1. Nilai-nilai sebaran komulatif data sebagai syarat uji regresi (uji

Normalitas data) ... 56 Gambar 4.2. Homoskedasitas pada advokasi, bina suasana dan pemberdayaan

Masyarakat terhadap PHBS ... 57


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Izin Penelitian ... 91 2. Daftar Pertanyaan ... 94 3. Output Penelitian ... 106


(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perilaku hidup bersih dan sehat hakikatnya adalah dasar pencegahan manusia

dari berbagai penyakit. Kesehatan merupakan dambaan dan kebutuhan setiap orang.

Prinsip perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) ini menjadi salah satu landasan dan

program pembangunan kesehatan di Indonesia.

Visi pembangunan kesehatan Indonesia saat ini adalah Indonesia Sehat 2010,

yang ditandai dengan penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku hidup sehat.

Visi ini dijabarkan menjadi masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat, dengan

mengajak serta memotivasi masyarakat dan penyelenggara pelayanan kesehatan

untuk mengubah pola pikir dari sudut pandang sakit menjadi sudut pandang sehat;

dan jabaran ini disebut dengan Paradigma Sehat. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) merupakan perwujudan riil paradigma sehat dalam budaya hidup perorangan,

keluarga dan masyarakat yang berorientasi sehat, bertujuan untuk meningkatkan,

memelihara dan melindungi kesehatannya (Depkes RI, 2006).

Survei Kesehatan Nasional (2004) menunjukkan bahwa pencapaian rumah

yang melaksanakan PHBS (klasifikasi IV) baru berkisar 24,38 %. Di Sumatera Utara,

rumah tangga yang ber PHBS baru mencapai 55,32 %. Salah satu kabupaten yang

termasuk rendah dalam rangka pelaksanaan PHBS ini adalah kabupaten Deli Serdang

dengan tingkat pencapaian 28,57 %, masih jauh dari target minimal pemerintah, yaitu


(17)

Peningkatan PHBS tersebut dilaksanakan melalui 5 tatanan, diantaranya

adalah tatanan rumah tangga. Terdapat 10 indikator PHBS tatanan rumah tangga,

yaitu; (1) Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, (2) Bayi diberi ASI ekslusif,

(3) Mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan, (4) Ketersediaan air bersih, (5)

Ketersediaan jamban sehat, (6) Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni, (7)

Lantai rumah bukan lantai tanah, (8) Tidak merokok di dalam rumah, (9) Melakukan

aktifitas fisik setiap hari, dan (10) Makan buah dan sayur setiap hari. Keberhasilan

program PHBS tatanan rumah tangga, didasarkan kepada 10 indikator yang dibagi

menjadi 4 tingkatan atau kategori: Sehat I, Sehat II, Sehat III, dan Sehat IV; dengan

target pemerintah yaitu tercapainya penduduk Indonesia yang ber-PHBS pada tingkat

Sehat IV (Depkes RI, 2006).

Tingkat keberhasilan PHBS di Indonesia cenderung belum maksimal. Hasil

Survei Kesehatan Nasional (2004), menunjukkan bahwa: (1) Cakupan penolong

persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 64%, dengan target nasional 90%; (2) Bayi

diberi ASI eksklusif 39,5 %, dengan target nasional 80%; (3) Cakupan JPKM 19%,

target nasional 80%; (4) Jenis sumber air yang paling banyak digunakan adalah air

sumur terlindung sebesar 35% dan ketersediaan air bersih 81 %, target nasional 85 %;

(5) Rumah tangga yang menggunakan jamban sehat 49%, target nasional 80%; (6)

Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni 35 % dengan target nasional 80 % (7)


(18)

Indonesia yang tidak merokok dalam rumah; (9) Hanya 18% penduduk yang

melakukan aktifitas fisik; (10) Hanya 16 % yang makan buah dan sayur setiap hari.

Berdasarkan Profil Kesehatan Propinsi Sumatera Utara (2007), diketahui

antara lain: cakupan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 67,78%; ASI

ekslusif 33,92%; cakupan JPKM 8,26%; ketersediaan air bersih 75 %, rumah tangga

yang menggunakan jamban sehat 68,63%; kesesuaian luas lantai dengan jumlah

penghuni 27,38 %; lantai rumah bukan lantai tanah 27,38%.

Cakupan PHBS di Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu yang

terendah di propinsi Sumatera Utara. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Propinsi

Sumatera Utara (2007) dan Surkesda Deli Serdang (2007), di ketahui cakupan PHBS

kabupaten Deli Serdang, antara lain: pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan

82,18%; bayi diberi ASI Ekslusif 38,57%; mempunyai Jaminan Pemeliharaan

Kesehatan 30,76%; ketersediaan air bersih 81,17%; ketersediaan jamban sehat

52,7%; kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni/menggunakan ruangan

bergabung 46,01% ; lantai rumah bukan lantai tanah 93%; 91,35 % penduduk yang

merokok melakukannya di dalam rumah; melakukan aktifitas fisik sedang setiap hari

38,19%; pada indikator makan buah dan sayur setiap hari dijumpai 11,15%

masyarakat yang mengkonsumsi buah; dan 86,58 % mengkonsumsi sayur setiap hari.

Salah satu kecamatan yang mempunyai cakupan rumah tangga ber-PHBS

terendah di kabupaten Deli Serdang adalah kecamatan Patumbak (urutan 20 dari 22

kecamatan), dengan indikator antara lain; pertolongan persalinan oleh tenaga


(19)

mempunyai Jaminan Pemeliharaan Kesehatan 32,43 %; ketersediaan air bersih

100 %; ketersediaan jamban sehat 64,95 %; dan 100 % penduduk merokok di dalam

rumah; 34,34 % makan buah setiap hari dan 88,70 % makan sayur setiap hari; dan

29,11 % melakukan aktifitas sedang setiap hari(Profil Kesehatan Kab.Deli Serdang

dan Surkesda, 2007).

Strategi promosi kesehatan PHBS yang dilaksanakan Dinas Kesehatan Deli

Serdang, dibiayai dengan dana yang relative terbatas, sebab proporsi anggaran

kesehatan baru mencapai 6,2% dari total APBD, masih jauh dari target 15 % dari

APBD sesuai rekomendasi Depkes RI. Pelaksanaan PHBS juga mendapat dukungan

dari organisasi non pemerintah, khususnya dari USAID dengan Health Service

Programe (HSP), dalam program kesehatan seperti program cuci tangan pakai sabun dalam peningkatan program PHBS. Namun seluruh upaya ini belum mampu

memenuhi target capaian PHBS (Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, 2006).

Saat ini Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang memprioritaskan program

PHBS, dengan menerapkan strategi pencapaian PHBS melalui kegiatan:

(1) Advokasi, (2) Bina suasana, dan (3) Gerakan pemberdayaan masyarakat. Promosi

PHBS menjadi salah satu tugas pokok puskesmas (Dinkes Deli Serdang, 2007).

Berdasarkan hasil wawancara dengan staf puskesmas Patumbak (Maret, 2008)

dapat diketahui bahwa promosi kesehatan kepada masyarakat tentang PHBS atau

penggunaan media komunikasi kepada masyarakat belum memberikan informasi


(20)

sarana atau media informasi, seperti tulisan, leaflet, penyuluhan, dan media

penyaluran informasi lainnya.

Upaya promosi kesehatan dilakukan oleh puskesmas, karena puskesmas

merupakan sarana kesehatan dasar yang memberikan pelayanan kesehatan dasar

kepada masyarakat melalui pemberdayaan kader kesehatan, tokoh masyarakat dan

lintas sektoral untuk mempromosikan berbagai program-program kesehatan termasuk

PHBS. Puskesmas merupakan penghubung langsung antara program pemerintah

dengan masyarakat, dan melalui promosi kesehatan pemberdayaan masyarakat

dilakukan untuk meningkatkan kemampuan mereka mencapai perubahan lingkungan

fisik dan sosial melalui aktivitas organisasi dan upaya bersama (Muninjaya, 2004).

Hasil penelitian Hasibuan (2004) di Kabupaten Tapanuli Selatan,

menunjukkan bahwa responden yang pernah menerima penyuluhan tentang PHBS

sebesar 44,9%; dan tidak ada hubungan antara frekuensi penyuluhan dengan tingkat

PHBS klasifikasi IV dan belum klasifikasi IV. Namun menurut Hasibuan, yang

mengutip hasil penelitian Syafrizal (2002) di Kabupaten Bungo Jambi, diketahui

bahwa penyuluhan mempunyai pengaruh terhadap PHBS. Penyuluhan merupakan

kegiatan yang sangat penting untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat

keluarga.

Hasil penelitian Sinaga, dkk (2004), di Kabupaten Bantul, menunjukkan

rendahnya cakupan PHBS disebabkan oleh kurangnya pemberdayaan masyarakat,


(21)

penyuluhan PHBS kepada masyarakat, dan rendahnya dukungan dari lintas sektoral

terhadap program PHBS.

Penelitian yang dilakukan oleh Darubekti (2001) Kabupaten Bengkulu Utara,

menyimpulkan bahwa kurangnya perilaku kesehatan masyarakat di desa Talang Pauh

akibat kurangnya pengetahuan, alasan ekonomi dan tidak adanya waktu, sehingga

sikap yang sudah positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud.

Berdasarkan pendapat para ahli (seperti Muninjaya, 2004; McKenzie, 2007;)

dapat dikatakan bahwa promosi kesehatan sebagai kombinasi terencana dari

mekanisme pendidikan, politik, lingkungan, peraturan, maupun mekanisme organisasi

yang mendukung tindakan dan kondisi kehidupan yang kondusif untuk kesehatan

individu, kelompok dan masyarakat. Promosi kesehatan adalah upaya untuk

meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan

bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta

mengembangkan kegiatan yang didukung oleh sumberdaya masyarakat, sesuai sosial

budaya setempat, dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.

Berdasarkan pendapat Green (1980), dapat disimpulkan bahwa promosi

kesehatan merupakan determinan penting dari perilaku hidup sehat masyarakat.

Promosi kesehatan mempengaruhi 3 faktor penyebab mengapa seseorang melakukan

perilaku tertentu, yaitu: (1) Faktor pemungkin atau predisposing factor, sebagai

factor pemicu perilaku yang memungkinkan suatu motivasi atau aspirasi terlaksana;


(22)

perilaku, misalnya pengetahuan, sikap, keyakinan dan nilai yang dimiliki seseorang;

(3) Faktor penguat atau enabling factor, yang terwujud dalam sikap dan perilaku

petugas kesehatan atau petugas lainnya yang dipercaya oleh masyarakat.

Berdasarkan pendapat McKenzie (2007) dan Sarwono (2004), dapat

disimpulkan bahwa untuk mengatasi persoalan kesehatan yang dihadapi oleh

masyarakat, ada dua kemampuan penting yang harus dikuasai, yaitu ketrampilan

untuk mengatur suatu masyarakat dan ketrampilan untuk merencanakan sebuah

program promosi kesehatan. Promosi kesehatan mempunyai kekuatan untuk merubah

perilaku masyarakat. Perilaku merupakan reaksi individu terhadap stimulus yang

berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respons ini dapat bersifat pasif (berfikir,

berpendapat, bersikap) dan aktif (melakukan tindakan). Dengan demikian promosi

kesehatan dapat menjadi faktor penting dalam perubahan perilaku masyarakat menuju

perilaku hidup sehat, baik dalam ukuran sifat perilaku pasif maupun perilaku aktif.

Selanjutnya berdasarkan pendapat Notoadmodjo (2003), dapat dijelaskan

bahwa proses pembentukan dan perubahan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor

yang berasal dari dalam diri individu (internal) berupa kecerdasan, persepsi, motivasi,

minat dan emosi untuk memproses pengaruh dari luar. Faktor yang berasal dari luar

(eksternal) meliputi objek, orang kelompok, dan hasil-hasil kebudayaaan yang

dijadikan sasaran dalam mewujudkan bentuk perilakunya. Promosi kesehatan yang

berisi nilai-nilai kesehatan yang berasal dari luar diri individu, cenderung dapat


(23)

Berdasarkan paparan di atas, sangat penting dianalisis peran strategi promosi

(meliputi aspek advokasi, bina suasana, dan gerakan pemberdayaan masyarakat)

terhadap tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Tatanan Rumah

Tangga, agar mencapai tingkat/ klasifikasi Sehat IV yang merupakan sasaran yang

diharapkan pemerintah.

Diharapkan hasil analisis ini dapat memberi kontribusi bagi pemecahan

masalah PHBS di lokasi penelitian, dan dapat memberi kontribusi bagi

pengembangan pengetahuan manajemen promosi kesehatan.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan penelitian,

yaitu: bagaimana pengaruh strategi promosi kesehatan (advokasi, bina suasana, dan

gerakan pemberdayaan masyarakat) terhadap tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) pada Tatanan Rumah Tangga di Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli

Serdang.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah menganalisi pengaruh strategi promosi kesehatan

(advokasi, bina suasana, dan gerakan pemberdayaan masyarakat) terhadap tingkat

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Tatanan Rumah Tangga di Kecamatan


(24)

1.4 . Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian, dapat dirumuskan, yaitu: Strategi promosi kesehatan

(advokasi, bina suasana, dan gerakan pemberdayaan masyarakat) mempunyai

pengaruh terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Tatanan

Rumah Tangga di Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang.

1.5 . Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat, sebagai berikut:

1.5.1. Sebagai masukan untuk Dinas Kesehatan dalam menyusun program promosi

kesehatan yang ada kaitannya dengan pelaksanaan kegiatan PHBS.

1.5.2. Masukan untuk puskesmas untuk menyusun pola implementasi promosi

kesehatan dalam kegiatan PHBS.

1.5.3. Masukan dalam pengembangan kebijakan promosi kesehatan dan program

PHBS, pada tingkat kabupaten, propinsi, maupun pemerintah pusat.

1.5.4. Diharapkan dapat memberi masukan dalam pengembangan konsep dan

pengetahuan bidang manajemen promosi kesehatan, khususnya aspek strategi promosi kesehatan.


(25)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau PHBS adalah upaya memberikan

pengalaman belajar bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan

membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, guna

meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan advokasi, bina

suasana (Social Support) dan gerakan masyarakat (Empowerment) sehingga dapat

menerapkan cara hidup sehat, dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan

kesehatan masyarakat . Adapun sasaran dari program PHBS tersebut mencakup lima

tatanan, yaitu: tatanan rumah tangga, institusi pendidikan, tempat kerja, tempat umum

dan sarana kesehatan (Depkes RI, 2002 dan Depkes RI, 2006).

Menurut Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI (2006) , PHBS di rumah tangga adalah upaya memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Adapun tujuan PHBS di rumah tangga adalah sebagai berikut: (1).Untuk meningkatkan dukungan dan peran aktif petugas kesehatan, petugas lintas sektor, media massa, organisasi masyarakat, LSM, tokoh masyarakat, tim penggerak PKK dan dunia usaha dalam pembinaan PHBS di rumah tangga (2).Meningkatkan kemampuan keluarga untuk melaksanakan PHBS dan berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.

Sasaran PHBS tatanan rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga yaitu:

pasangan usia subur, ibu hamil dan atau ibu menyusui, anak dan remaja, usia lanjut,


(26)

Indikator adalah suatu petunjuk yang membatasi fokus perhatian suatu

penilaian. Adapun indikator PHBS tatanan rumah tangga, adalah:

1. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, yaitu pertolongan pertama pada

persalinan balita termuda dalam rumah tangga dilakukan oleh tenaga

kesehatan (dokter, bidan dan paramedis lainnya).

2. Bayi diberi ASI ekslusif, adalah bayi termuda usia 0-6 bulan mendapat ASI

saja sejak lahir sampai usia 6 bulan;

3. Mempunyai Jaminan Pemeliharaan Kesehatan, adalah anggota-anggota rumah

tangga mempunyai pembiayaan praupaya kesehatan seperti askes, kartu sehat,

dana sehat, Jamsostek dan lain sebagainya;

4. Ketersediaan air bersih, adalah rumah tangga yang memiliki akses terhadap

air bersih dan menggunakannya untuk kebutuhan sehari-hari yang berasal dari

air dalam kemasan, air leding, air sumur terlindung dan penampungan air

hujan. Sumber air pompa, sumur dan mata air terlindung berjarak minimal 10

meter dari tempat penampungan kotoran atau limbah.

5. Ketersediaan jamban sehat, adalah rumah tangga yang memiliki atau

menggunakan jamban leher angsa dengan tangki septik atau lubang

penampungan kotoran sebagai pembuangan akhir;

6. Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni, adalah rumah tangga yang

mempunyai luas lantai rumah yang ditempati dan digunakan untuk keperluan


(27)

7. Lantai rumah bukan tanah, adalah rumah tangga yang mempunyai rumah

dengan bawah atau dasar terbuat dari semen, papan, ubin dan kayu.

8. Tidak merokok di dalam rumah, adalah penduduk / anggota keluarga umur 10

tahun keatas tidak merokok di dalam rumah selama ketika berada bersama

anggota keluarga lainnya selama 1 bulan terakhir.

9. Melakukan aktifitas fisik setiap hari, adalah penduduk/ anggota keluarga umur

10 tahun keatas dalam 1 minggu terakhir melakukan aktifitas fisik (sedang

maupun berat) minimal 30 menit setiap hari.

10.Makan buah dan sayur setiap hari, adalah anggota rumah tangga umur 10

tahun keatas yang mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran

atau sebaliknya setiap hari dalam 1 minggu terakhir (Depkes RI , 2006).

Dalam menentukan keberhasilan pelaksanaan PHBS tatanan rumah tangga,

dibuat suatu klasifikasi tingkat pencapaian berdasarkan 10 indikator. Jawaban ya/

dilaksanakannya indikator tersebut menentukan tingkat pencapaian sehat. Jawaban

ya/ dilaksanakan tidak harus berturut-turut sesuai penomoran. Hal ini dapat dilihat

pada Tabel 2.1 sebagai berikut:

Tabel 2.1.Klasifikasi PHBS Tatanan Rumah Tangga Menurut Tingkat Keluarga No Klasifikasi PHBS Indikator Tingkat PHBS %

1 Klasifikasi I 1-3 dari 10 Sehat I % sehat 4 = 0 – 25 % Variabel PHBS


(28)

2 Klasifikasi II 4-6 dari 10 Sehat II % sehat 4 = 26 – 50 % Variabel PHBS

3 Klasifikasi III 7-9 dari 10 Sehat III % sehat 4 = 51 – 75 % Variabel PHBS

4 Klasifikasi IV Sehat 3 + dana sehat Sehat IV % sehat 4 = 76 – 100 % Sumber: Depkes RI, 2002

Target yang ingin dicapai dari program PHBS pada substansi dasarnya adalah

klasifikasi/tingkat IV, sehingga penggolongan klasifikasi/tingkat kepada I,II,II dapat

saja digabungkan menjadi satu tingkat tersendiri tanpa harus mengurangi makna

target yang dicapai. Namun dari aspek pemantauan pelaksanaan program dan hasil

pelaksanaan maka dilakukan stratifikasi untuk melihat hasil yang telah dicapai. Juga

dapat terjadi keluarga yang berada di klasifikasi/ tingkat I langsung mencapai

klasifikasi / tingkat IV tanpa melalui tahapan klasifikasi/ tingkat II, dan III.

Pada Renstra Depkes 2005-2009, PHBS merupakan salah satu program

prioritas pemerintah melalui puskesmas dan menjadi sasaran luaran dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan (Depkes RI, 2006).

Menurut Azwar (1996), Puskesmas adalah suatu unit pelaksana fungsional

yang berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan , pusat pembinaan peran serta

masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama

yang menyelenggarakan kegiatan secara menyeluruh , terpadu dan berkesinambungan

pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu.

Puskesmas mempunyai tiga fungsi utama dalam menjalankan kegiatannya, yaitu: (1)

pusat penggerakan pembangunan berwawasan kesehatan, (2) pusat pelayanan


(29)

Sebagai pusat pemberdayaan masyarakat, puskesmas harus selalu berupaya

agar individu, keluarga dan masyarakat memiliki kesadaran, kemauan dan

kemampuan untuk melayani diri sendiri dan masyarakat di bidang kesehatan dengan

memperhatikan kondisi dan situasi serta perilaku sosial budaya masyarakat setempat

(Depkes, 2006).

Mengubah perilaku seseorang agar dapat mengikuti keinginan yang

disampaikan tidaklah mudah. Batasan Perilaku menurut Notoatmodjo (2003) dari

pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang

bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hekekatnya adalah aktivitas dari manusia

itu sendiri. Untuk kepentingan analisis perilaku perlu diketahui apa yang dikerjakan

oleh organisme tersebut, baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak

langsung.

Menurut Sarwono (1993) dan Notoatmodjo (2003), perilaku manusia

merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan

lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan.

Pengetahuan dan sikap merupakan respon seseorang terhadap stimulus atau rangsang

yang masih bersifat terselubung, dan disebut covert behavior. Sedangkan tindakan

nyata seseorang sebagai respon seseorang terhadap stimulus (practice) adalah

merupakan overt behavior.

Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu


(30)

penyakit, sistem pelayanan kesehaan, makanan, dan minuman serta lingkungan.

Berdasarkan batasan ini, Perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan, yaitu:

a. Perilaku pemeliharaaan kesehatan (health maintenance), yaitu perilaku atau

usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit

dan usaha untuk penyembuhan bila sakit.

b. Perilaku pencarian pengobatan (health seeking behaviour), yaitu upaya atau

tindakan seseorang pada saat menderita sakit atau kecelakaan. Perilaku ini mulai

dari mengobati sendiri sampai mencari pengobatan ke pelayanan kesehatan

tradisional maupun modern

c. Perilaku kesehatan lingkungan, yaitu bagaimana seseorang merespon lingkungan,

baik fisik maupun sosial budaya, sehingga lingkungan tersebut tidak

mempengaruhi kesehatan individu, keluarga maupun masyarakat

d. Dalam proses pembentukan dan perubahan perilaku dipengaruhi oleh beberapa

faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) berupa kecerdasan,

persepsi, motivasi, minat dan emosi untuk memproses pengaruh-pengaruh dari

luar. Faktor yang berasal dari luar (eksternal) meliputi objek, orang kelompok,

dan hasil-hasil kebudayaaan yang dijadikan sasaran dalam mewujudkan bentuk

perilakunya.

Perilaku merupakan respons/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang

berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respons ini dapat bersifat pasif (tanpa

tindakan : berfikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan).


(31)

bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang

menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan. Perilaku aktif dapat dilihat

(overt) sedangkan perilaku pasif tidaklah tampak, seperti misalnya pengetahuan, persepsi atau motivasi. Beberapa ahli membedakan bentuk-bentuk perilaku kedalam

tiga domain yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan atau sering kita dengar dengan

istilah knowledge, attitude, practice (Sarwono, 2004).

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

seseorang melakukan penginderaan terhadap sutu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indera manusia, yakni melalui mata dan telinga. Ada 6 tingkatan

pengetahuan yang tercakup dalam ranah kognitif ini, yaitu: (1). Tahu (know),

diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya

setelah mengamati sesuatu; (2). Memahami (comprehension), artinya seseorang itu

telah dapat mengenterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut;

(3).Aplikasi (application), diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang

dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahuinya pada

situasi yang lain; (4). Analisis (analysis),adalah kemampuan seseorang untuk

menjabarkan dan/ atau memisahkan , kemudian mencari hubungan antara

komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui; (5). Sintesis

(synthesis), menunjukkan kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang

dimiliki; (6). Evaluasi (evaluation), berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk


(32)

Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seorang terhadap

suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya

dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Dengan kata lain sikap

merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu

stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2005).

Notoatmodjo (2003), yang mengutip pendapat Achmadi, menjelaskan jenis sikap,

yaitu: (a) Sikap positif, yang menunjukkan atau memperlihatkan menerima,

menyetujui terhadap norma – norma yang berlaku dimana individu itu beda; (b)Sikap

negatif, menunjukkan penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma-norma yang

berlaku dimana individu itu berbeda. Setelah seseorang mengetahui stimulus atau

objek kesehatan , kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang

diketahui , proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan

apa yang diketahui atau disikapinya /dinilai baik.

Menurut Green (1980), dalam mencapai kualitas hidup yang baik (quality of

life) dapat dicapai melalui peningkatan derajat kesehatan, faktor perilaku dan gaya hidup (behaviour and lifestyle) serta lingkungan atau environment (gambar 2.1).

Faktor paling besar pengaruhnya terhadap derajat kesehatan adalah faktor perilaku

dan gaya hidup serta lingkungan, misalnya seorang menderita diare karena minum air

yang tidak di masak (masalah perilaku) atau seorang yang tidak merokok terkena

kanker paru akibat berada lingkungan orang yang merokok (masalah

lingkungan).Faktor perilaku dan gaya hidup adalah suatu faktor yang timbul karena


(33)

perilaku akan terjadi apabila ada rangsangan, sedangkan pola kebiasaan seseorang

atau sekelompok orang yang dilakukan untuk mengikuti trend atau hanya meniru

tokoh idolanya .

sumber:Green, Health Promotion Planning and Education and Environment Approach Institue of Health Promotion Research University of British Colombia (1991;44)

Gambar 2.1. Kerangka Kerja Precede

Ada 3 faktor penyebab mengapa seseorang melakukan perilaku tertentu, yaitu:

(a). Faktor pemungkin ( predisposing factor), adalah faktor pemicu terhadap perilaku

yang memungkinkan suatu motivasi atau aspirasi terlaksana. Termasuk di dalamnya

keterampilan petugas kesehatan, ketersediaan sumber daya dan komitmen pemerintah

dan masyarakat terhadap masyarakat, (b). Faktor-faktor pemudah (reinforcing factor),

adalah faktor pemicu yang menjadi dasar atau motivasi bagi perilaku, misalnya Health

promotion

Health Education

Policy regulation organization

Predisposing factor

Environment Behaviour

And Lifestyle

Enabling factor

Reinforcing factor


(34)

pengetahuan, sikap, keyakinan dan nilai yang dimiliki seseorang, dan (c). Faktor

penguat (enabling factor), yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas

kesehatan atau petugas lainnya yang dipercaya oleh masyarakat. Ketiga faktor ini

dipengaruhi oleh faktor penyuluhan (health education) dan faktor kebijakan (policy),

peraturan (regulation) serta organisasi (organization). Semua faktor-faktor tersebut

merupakan ruang lingkup promosi kesehatan (Green, 1980).

Anggota masyarakat yang memiliki potensi besar untuk mengubah sistem

nilai dan norma adalah mereka yang disebut dengan pemuka masyarakat atau tokoh

masyarakat. Tokoh masyarakat ini terdiri atas dua kategori, yaitu tokoh masyarakat

yang formal dan tokoh masyarakat yang informal. Tokoh masyarakat formal adalah

orang yang memiliki posisi menentukan dalam sistem pemerintahan (disebut juga

penentu kebijakan), seperti gubernur, bupati/walikota, anggota dewan perwakilan

rakyat, dan lain-lain. Adapun tokoh masyarakat informal ada berbagai jenis, misalnya

tokoh atau pemuka adat, tokoh atau pemuka agama, tokoh politik, tokoh pertanian,

dan lain-lain. Pemuka atau tokoh adalah seseorang yang memiliki kelebihan di antara

kelompoknya. Ia akan menjadi panutan bagi kelompoknya atau bagi masyarakat

karena ia merupakan figur yang menonjol. Di samping itu, ia dapat mengubah sistem

nilai dan norma masyarakat secara bertahap, dengan terlebih dulu mengubah sistem

nilai dan norma yang berlaku dalam kelompoknya (Depkes RI, 2006).

Kemampuan penting yang harus dikuasai dalam upaya mengatasi


(35)

mengatur suatu masyarakat dan ketrampilan untuk merencanakan sebuah program

promosi kesehatan (McKenzie, 2007).

Sejak era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma

pembangunan kesehatan. Dengan paradigma ini berarti pembangunan kesehatan

harus lebih mengutamakan upaya-upaya promotif dan preventif, tanpa mengabaikan

upaya kuratif dan rehabilitatif. Dengan demikian program promosi kesehatan

mendapat tempat yang sangat penting dalam pembangunan kesehatan.

2.2. Strategi Promosi Kesehatan

Committee on Health Education and Promotion Terminology yang

dikutip oleh McKenzie (2007) menyatakan bahwa promosi kesehatan sebagai

kombinasi terencana apapun dari mekanisme pendidikan, politik, lingkungan ,

peraturan , maupun mekanisme organisasi yang mendukung tindakan dan kondisi

kehidupan yang kondusif untuk kesehatan individu, kelompok dan masyarakat. Pada

Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan disebutkan bahwa promosi kesehatan adalah

upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh,

untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta

mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya

setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.

Dalam melakukan promosi kesehatan tidak terlepas dari perilaku.


(36)

norma, melainkan juga dimensi ekonomi .Sistem nilai dan norma merupakan

rambu-rambu bagi seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Sistem nilai

dan norma “dibuat” oleh masyarakat untuk dianut oleh individu-individu anggota

masyarakat tersebut. Namun demikian sistem nilai dan norma, sebagai sistem sosial,

adalah sesuatu yang dinamis. Artinya, sistem nilai dan norma suatu masyarakat akan

berubah mengikuti perubahan-perubahan lingkungan dari masyarakat yang

bersangkutan (Depkes RI, 2006).

Hasil Konferensi Internasional ke-4 tentang Promosi kesehatan, yang

dikutip oleh Liliweri ( 2007), menyatakan bahwa prioritas promosi kesehatan dalam

abad 21 adalah: (1). Mempromosikan tanggung jawab sosial bagi kesehatan; (2).

Meningkatkan modal untuk pengembangan kesehatan ; (3). Konsolidasi dan

perluasan kemitraan untuk kesehatan; (4) Meningkatkan kapasitas komunitas dan

memperkuat individu dan ; (5) Melindungi keamanan infrastruktur promosi

kesehatan.

Promosi kesehatan diharapkan dapat melaksanakan strategi yang bersifat

paripurna (komprehensif), khususnya dalam menciptakan perilaku baru. Kebijakan

Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga strategi dasar promosi kesehatan,

yaitu (1) advokasi, (2)gerakan pemberdayaan masyarakat dan, (3) bina suasana, yang

diperkuat oleh kemitraan serta metode dan sarana komunikasi yang tepat (Depkes RI,


(37)

Menurut Notoadmodjo (2003 yang mengutip pendapat Hopkins, defenisi

advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi kebijakan publik melalui

bermacam-macam bentuk komunikasi persuasif. Advokasi dapat diartikan sebagai upaya atau

proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari

pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Berbeda dengan bina suasana, advokasi

diarahkan untuk menghasilkan dukungan yang berupa kebijakan (misalnya dalam

bentuk peraturan perundang-undangan), dana, sarana, dan lain-lain sejenis.

Stakeholders yang dimaksud bisa berupa tokoh masyarakat formal yang umumnya berperan sebagai penentu kebijakan pemerintahan dan penyandang dana pemerintah. Juga dapat berupa tokoh-tokoh masyarakat informal seperti tokoh agama, tokoh adat, dan lain-lain yang umumnya dapat berperan sebagai penentu “kebijakan” (tidak tertulis) di bidangnya. Tidak boleh dilupakan pula tokoh-tokoh dunia usaha, yang diharapkan dapat berperan sebagai penyandang dana non-pemerintah (Puspromkes Depkes, 2006).

Strategi advokasi dilakukan dengan melalui pengembangan kebijakan yang mendukung pembangunan kesehatan melalui konsultasi pertemuan-pertemuan dan kegiatan-kegiatan lain kepada para pengambil keputusan baik kalangan pemerintah, swasta maupun pemuka masyarakat (Notoatmodjo, 2005).

Bina Suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang

mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang

diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila

lingkungan sosial di mana pun ia berada (keluarga di rumah, orang-orang yang

menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan lain-lain, dan bahkan

masyarakat umum) memiliki opini yang positif terhadap perilaku tersebut. Oleh

karena itu, untuk mendukung proses Pemberdayaan Masyarakat, khususnya dalam

upaya mengajak para individu meningkat dari fase tahu ke fase mau, perlu dilakukan


(38)

Pada pelaksanaannya terdapat tiga pendekatan dalam Bina Suasana, yaitu (1)

Pendekatan Individu, (2) Pendekatan Kelompok, dan (3) Pendekatan Masyarakat

Umum (Depkes RI, 2006), dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Bina Suasana Individu, ditujukan kepada individu tokoh masyarakat.

Melalui pendekatan ini diharapkan mereka akan menyebarluaskan opini yang positif

terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan. Mereka juga diharapkan dapat menjadi

individu-individu panutan dalam hal perilaku yang sedang diperkenalkan dengan

bersedia atau mau mempraktikkan perilaku yang sedang diperkenalkan tersebut

misalnya seorang pemuka agama yang rajin melaksanakan 3 M yaitu Menguras,

Menutup dan Mengubur demi mencegah munculnya wabah demam berdarah. Lebih

lanjut bahkan dapat diupayakan agar mereka bersedia menjadi kader dan turut

menyebarluaskan informasi guna menciptakan suasana yang kondusif bagi perubahan

perilaku individu.

2. Bina Suasana Kelompok, ditujukan kepada kelompok-kelompok dalam

masyarakat, seperti pengurus Rukun Tetangga (RT), pengurus Rukun Warga (RW),

kelompok keagamaan, perkumpulan seni, organisasi profesi, organisasi wanita,

organisasi siswa/mahasiswa, organisasi pemuda, dan lain-lain. Pendekatan ini dapat

dilakukan oleh dan atau bersama-sama dengan pemuka/tokoh masyarakat yang telah

peduli. Diharapkan kelompok-kelompok tersebut menjadi peduli terhadap perilaku

yang sedang diperkenalkan dan menyetujui atau mendukungnya. Bentuk dukungan


(39)

sedang diperkenalkan, mengadvokasi pihak-pihak yang terkait, dan atau melakukan

kontrol sosial terhadap individu-individu anggotanya.

3. Bina Suasana Masyarakat Umum, dilakukan terhadap masyarakat umum

dengan membina dan memanfaatkan media-media komunikasi, seperti radio, televisi,

koran, majalah, situs internet, dan lain-lain, sehingga dapat tercipta pendapat umum.

Dengan pendekatan ini diharapkan media-media massa tersebut menjadi peduli dan

mendukung perilaku yang sedang diperkenalkan. Suasana atau pendapat umum yang

positif ini akan dirasakan pula sebagai pendukung atau “penekan” (social pressure)

oleh individu-individu anggota masyarakat, sehingga akhirnya mereka mau

melaksanakan perilaku yang sedang diperkenalkan. Strategi bina suasana dilakukan

melalui: (1) Pengembangan potensi budaya masyarakat dengan mengembangkan

kerja sama lintas sektor termasuk organisasi kemasyarakatan, keagamaan, pemuda,

wanita serta kelompok media massa; dan (2) Pengembangan penyelenggaraan

penyuluhan, mengembangkan media dan sarana, mengembangkan metode dan teknik

serta hal-hal lain yang mendukung penyelenggaraan penyuluhan.

Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus-menerus dan

berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran,

agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek

knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice) (Natoadmodjo, 2003).


(40)

Sasaran utama dari pemberdayaan adalah individu dan keluarga, serta

kelompok masyarakat. Dalam mengupayakan agar seseorang tahu dan sadar,

kuncinya terletak pada keberhasilan membuat orang tersebut memahami bahwa

sesuatu (misalnya diare) adalah masalah baginya dan bagi masyarakatnya. Sepanjang

orang yang bersangkutan belum mengetahui dan menyadari bahwa sesuatu itu

merupakan masalah, maka orang tersebut tidak akan bersedia menerima informasi

apa pun lebih lanjut. Manakala ia telah menyadari masalah yang dihadapinya, maka

kepadanya harus diberikan informasi umum lebih lanjut tentang masalah yang

bersangkutan (Depkes RI, 2006)

Perubahan dari tahu ke mau pada umumnya dicapai dengan menyajikan

fakta-fakta dan mendramatisasi masalah. Tetapi selain itu juga dengan mengajukan harapan

bahwa masalah tersebut bisa dicegah dan atau diatasi. Di sini dapat dikemukakan fakta yang berkaitan dengan para tokoh masyarakat sebagai panutan; misalnya

tentang seorang tokoh agama yang dia sendiri dan keluarganya tak pernah terserang

diare karena perilaku yang dipraktikkannya (Depkes RI, 2006).

Bilamana sasaran sudah akan berpindah dari mau ke mampu melaksanakan,

boleh jadi akan terkendala oleh dimensi ekonomi. Dalam hal ini kepada yang

bersangkutan dapat diberikan bantuan langsung, tetapi yang seringkali dipraktikkan

adalah dengan mengajaknya ke dalam proses pengorganisasian masyarakat

(community organization) atau pembangunan masyarakat (community development).

Pemberdayaan akan lebih berhasil jika dilaksanakan melalui kemitraan serta


(41)

Lembaga-lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang kesehatan atau peduli

terhadap kesehatan. LSM ini harus digalang kerjasamanya, baik di antara mereka

maupun antara mereka dengan pemerintah, agar upaya pemberdayaan masyarakat

dapat berdayaguna dan berhasilguna (Puspromkes Depkes, 2006).

2.3. Landasan Teori

Berdasarkan hasil studi kepustakaan dapat dirumuskan bahwa perilaku sehat

adalah atribut personal seperti kepercayaan, harapan, motif, nilai, persepsi dan unsur

kognitif lainnya, dan dalam bentuk yang perrilaku yang tampak (overt) adalah

tindakan dan kebiasaan yang berhubungan dengan mempertahankan, memelihara dan

meningkatkan kesehatan .

Para ahli menekankan bahwa kualitas hidup dipengaruhi oleh kesehatan, dan

kesehatan dipengaruhi oleh perilaku. Perilaku dipengaruhi oleh predisposing factors,

reinforcing factors dan enabling factors. Ketiga factor ini dipengaruhi oleh promosi kesehatan

Promosi kesehatan sebagai kombinasi terencana apapun dari mekanisme pendidikan, politik, lingkungan, peraturan, maupun mekanisme organisasi yang mendukung tindakan dan kondisi kehidupan yang kondusif untuk kesehatan individu, kelompok dan masyarakat. Adapun strategi promosi kesehatan yang umunya diterapkan dalam implementasi program promosi kesehatan adalah: (1) kegiatan advokasi, yang dapat diartikan sebagai upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait; (2) bina suasana, adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang mendorong anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan; dan (3) Pemberdayaan masyarakat, adalah proses pemberian informasi secara kontinyu mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran, agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice). Ketiga strategi ini digunakan dalam pembangunan kesehatan di Indonesia, untuk mencapai derajat kesehatan dan kualitas hidup setinggi-tingginya yang dijabarkan sebagai keadaan klasifikasi Sehat IV.


(42)

Berdasarkan paparan di atas, maka Strategis promosi kesehatan dapat diukur

dari aspek Advokasi, Bina Suasana, dan Pemberdayaan masyarakat yang diasumsikan

mempunyai hubungan kasualitas terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Makna

Perilaku Hidup bersih dan sehat terukur dari 10 indikator, yaitu: pertolongan

persalinan oleh tenaga kesehatan, bayi diberi ASI ekslusif, jaminan pemeliharaan

kesehatan, ketersediaan air bersih, ketersediaan jamban sehat, kesesuaian luas lantai

dengan jumlah penghuni, lantai rumah bukan tanah, tidak merokok di dalam rumah,

melakukan aktifitas fisik setiap hari, dan makan buah dan sayur setiap hari.

Selanjutnya, dari kesepuluh indikator tersebut disusun atas tingkatan : sehat I,sehat II

sehat III, dan Sehat IV .

2.4. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan hasil studi kepustakaan dan landasan teoritis, dapat dirumuskan kerangka konsep penelitian (Gambar 2.2) sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel dependen

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

STRATEGI PROMOSI KESEHATAN 1. Bina Suasana

2. Advokasi

3. Pemberdayaan Masyarakat

TINGKAT PERILAKU HIDUP BERSIH DAN


(43)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah Survei dengan tipe penelitian penjelasan

(Explanatory research), yang ditujukan untuk menganalisis pengaruh strategi promosi kesehatan (advokasi, bina suasana dan pemberdayaan masyarakat) dengan

tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah wilayah kerja Puskesmas Patumbak, Kecamatan

Patumbak Kabupaten Deli Serdang. Alasan pemilihan lokasi adalah: ditemukannya

masalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di lokasi penelitian. Sesuai

data/informasi Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dan Puskesmas Patumbak,

tahun 2008.

Penelitian ini dilaksanakan selama 6 (enam) bulan terhitung bulan Desember

2007 sampai dengan Mei 2008.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga di Kecamatan


(44)

Deli Serdang (2008), diketahui jumlah kepala keluarga di Kecamatan Patumbak

sebesar 14.394 KK.

Sampel penelitian ini adalah sebagian dari kepala keluarga di atas, dengan

besar sampel dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut

(Nasir,2003):

n = N/N.d2 + 1

dengan ketentuan : n = jumlah sampel ; N = jumlah populasi; d2 = presisi yang

ditetapkan (10%); sehingga:

n = 14.394/14.394 . (0,1)2 + 1 = 14.394/ 144,94 n = 99,31 Rumah Tangga

n =

100 Rumah Tangga.

Sesuai perhitungan di atas, diperoleh jumlah sampel penelitian ini sebanyak

100 kepala rumah tangga. Pemilihan responden yang tersebar di Kecamatan

Patumbak dilakukan dengan rumus : ni = fi .n ; dengan ketentuan ni = sampel strata i;

fi = jumlah sampel tiap strata dibagi jumlah seluruh populasi; dan n = jumlah

sampel; dengan hasil perhitungannya dirinci pada Tabel 3.1

Tabel 3.1. Lokasi Sampel Penelitian

No Nama Desa Jumlah sampel tiap strata Jumlah sampel

1 Marindal I 4389 30.49 = 31

2 Marindal II 2442 16.96 = 17

3 Patumbak Kp 2712 18.84 = 19

4 Sigara-gara 1517 10.53 = 11

5 Patumbak I 1334 9.26 = 9

6 Patumbak II 1068 7.41 = 7

7 Lantasan Lama 469 3.25 = 3


(45)

Total sampel 14394 100

Pengambilan sampel KK dalam satu desa berdasarkan hasil perkalian proporsi

dengan jumlah desa, dilakukan secara simple random sampling, sampai memenuhi

jumlah 100 RT.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Data primer diperoleh melalui metode wawancara (interview) dengan tipe

wawancara langsung, berpedoman pada daftar pertanyaan ( questionaire) penelitian.

Data sekunder diperoleh melalui studi dokumentasi dari dinas kesehatan Kabupaten

Deli Serdang, dinas kesehatan propinsi Sumatera Utara , Departemen Kesehatan RI,

dan Puskesmas Patumbak.

Khusus untuk daftar pertanyaan (questionaire) penelitian, agar dapat menjadi

instrumen penelitian yang valid dan reliabel sebagai alat pengumpul data, dilakukan

pengujian validitas dan reliabilitas.

3.4.1. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau

kesahihan sesuatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu

mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang

diteliti secara tepat . Uji validitas instrumen penelitian yang digunakan adalah

Validitas Konstruk dengan memakai rumus korelasi product moment dari Pearson.

Suatu pertanyaan dikatakan valid atau bermakna sebagai alat pengumpul data bila


(46)

Taraf signifikansi yang dipilih adalah 5 %. Kegunaan validitas konstruk adalah

mencari tahu apakah setiap pertanyaan yang tersusun mempunyai validitas yang

tinggi. Sebuah pertanyaan dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar

terhadap skor total (Arikunto, 2005).

Hasil analisis uji validitas dengan mengunakan uji statistik korelasi product

moment diperoleh hasil sebagai berikut: (Tabel 3.2 s/d Tabel 3.4)

Tabel. 3.2 Hasil Uji Validitas Variabel Advokasi

No Variabel BinaSuasana r hitung R tabel Keterangan

1 Ad1 0.558

0.361

Valid

2 Ad2 0.812 Valid

3 Ad3 0.787 Valid

4 Ad4 0.796 Valid

5 Ad5 0.615 Valid

6 Ad6 0.614 Valid

7 Ad7 0.661 Valid

8 Ad8 0.714 Valid

9 Ad9 0.866 Valid

10 Ad10 0.791 Valid

11 Ad11 0.676 Valid

12 Ad12 0.617 Valid

13 Ad13 0.668 Valid

14 Ad14 0.617 Valid

15 Ad15 0.812 Valid

Sumber: Hasil penelitian, 2008 (data diolah)

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Variabel Bina Suasana

No Variabel BinaSuasana r hitung r table Keterangan

1 Bs1 0.812

0.361

Valid

2 Bs2 0.893 Valid

3 Bs3 0.716 Valid

4 Bs4 0.570 Valid

5 Bs5 0.746 Valid

6 Bs6 0.614 Valid

7 Bs7 0.713 Valid

8 Bs8 0.753 Valid


(47)

10 Bs10 0.596 Valid Sumber: Hasil penelitian, 2008 (data diolah)

Tabel 3.4. Hasil Uji Validitas Variabel Gerakan Pemberdayaan Masyarakat

No Variabel BinaSuasana R hitung R tabel Keterangan

1 GPM1 0.733

0.361

Valid

2 GPM2 0.555 Valid

3 GPM3 0.778 Valid

4 GPM4 0.805 Valid

5 GPM5 0.551 Valid

6 GPM6 0.506 Valid

7 GPM7 0.422 Valid

8 GPM8 0.821 Valid

9 GPM9 0.459 Valid

10 GPM10 0.620 Valid

Sumber: Hasil penelitian, 2008 (data diolah)

Hasil uji statistic product Moment menunjukkan bahwa item variabel

Advokasi, item variabel bina suasana, dan item variabel gerakan pemberdayaan

masyarakat adalah valid karena r hitung masing masing item variabel > (0.361) r

tabel.

Pertanyaan dikatakan reliabel jika jawaban responden terhadap pertanyaan

(kuesioner) adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Reliabilitas

menunjukkan pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya

untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.

Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang

dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar dan sesuai kenyataan, maka

berapa kalipun diambil tetap akan sama. Teknik yang dipakai untuk menguji


(48)

menguji coba instrumen kepada sekelompok responden. Pada kali lain instrumen

tersebut diberikan kepada kelompok semula untuk dikerjakan lagi. Kemudian kedua

hasil tersebut dikorelasikan (Arikunto, 2005).

3.5. Variabel dan Definisi Operasional

3.5.1 Strategi Promosi kesehatan (Variabel Bebas)

Strategi promosi kesehatan merupakan kelompok variabel bebas, dengan

definisi sebagai berikut: Sekumpulan cara, upaya atau mekanisme yang terdiri dari

Advoksi, Bina Suasana, dan Pemberdayaan Masyarakat untuk mendukung tindakan

individu, keluarga atau masyarakat dalam meningkatkan kualitas kesehatannnya.

Dalam penelitian ini, Strategi Promosi diukur dari 3 varibel, dengan definisi

operasional sebagai berikut:

3.5.1.1 Advokasi.

adalah upaya atau proses yang terencana untuk mendapatkan komitmen dan dukungan

dari pihak-pihak yang terkait, yang diukur dari ketersediaan sarana/prasarana, sumber

daya manusia (SDM), sosialisasi, dan kelengkapan data. Variabel indikator ini, adalah;

a. Sarana /prasarana, adalah kondisi dan kelengkapan peralatan atau fasilitas yang

mendukung promosi kesehatan yang dapat mempengaruhi perilaku masyarakat dalam

pelaksanaan PHBS

b.Sumber Daya manusia (SDM), adalah petugas promosi PHBS , yang meliputi

ketersediaan petugas, sikap, perbuatan , keahlian dan kemampuan yang dapat


(49)

c.Sosialisasi, adalah usaha petugas promosi PHBS memberikan informasi kepada

pemerintah sehingga hasilnya berpengaruh terhadap masyarakat dalam pelaksanaan

PHBS.

d.Kelengkapan data, adalah pendataan yang akurat yang dilakukan oleh petugas

promosi kesehatan sehingga berpengaruh terhadap tingkat PHBS pada masyarakat.

3.5.1.2. Bina Suasana

adalah suatu upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang mendorong

anggota masyarakat untuk mau melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang

dipromosikan; yang diukur dari pelaksanaan kegiatan pertemuan, perlombaan, dan

penyuluhan. Variabel indikator ini, adalah:

a.Pertemuan adalah : kegiatan tatap muka yang dilakukan oleh petugas promosi

kesehatan dengan masyarakat baik individu, kelompok maupun masyarakat luas

b.Perlombaan adalah : suatu kegiatan yang dilakukan petugas promosi kesehatan

PHBS sendiri atau bekerjasama dengan lintas sektoral maupun swasta dalam

memberikan penghargaan terhadap masyarakat yang melaksanakan PHBS

c.Penyuluhan : suatu kegiatan yang dilakukan petugas promosi kesehatan agar dalam

kehidupan sehari-harinya masyarakat mengetahui dan mau melaksanakan PHBS.

3.5.1.3. Pemberdayaan masyarakat

adalah upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kemandirian masyarakat untuk


(50)

posyandu, kader kesehatan dan pengorganisasian kelompok kesehatan. Variabel

indikator ini, adalah

a. Posyandu : Suatu wadah komunikasi alih tekhnologi dalam pelayanan kesehatan

masyarakat dan keluarga berencana, yaitu dari masyarakat, oleh masyarakat dan

untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan tekhnis dari petugas

kesehatan dan keluarga berencana , yang mempunyai nilai strategis untuk

pengembangan sumber daya manusia sejak dini .

b. Kader kesehatan : Wakil dari warga setempat untuk membantu masyarakat dalam

masalah kesehatan , agar diperoleh kesesuaian antara fasilitas pelayanan dan

kebutuhan masyarakat yang bersangkutan.

c. Pengorganisasian/kelompok kesehatan: Wadah yang dibentuk dari masyarakat,

oleh masyarakat dan untuk masyarakat dalam mencari solusi permasalahan kesehatan

yang dijumpai diwilayah setempat.

Setiap indikator dari variabel bebas akan disusun dalam bentuk pertanyaan,

sebagai alat pengumpulan data (kuesioner); dan setiap pertanyaan tersedia 5 kategori

pilihan jawaban, yaitu: sangat baik/sangat bermanfaat, baik/bermanfaat, kurang

baik/kurang bermanfaat, tidak baik/tidak bermanfaat, sangat tidak baik/sangat tidak

bermanfaat ; dengan definisi sebagai berikut:

1. sangat baik/sangat bermanfaat, adalah hasil penilaian responden yang merasakan

bahwa strategi promosi kesehatan (advokasi, bina suasana, pemberdayaan

masyarakat) telah memenuhi kebutuhan tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


(51)

2. baik/bermanfaat, adalah hasil penilaian responden yang merasakan bahwa strategi

promosi kesehatan (advokasi, bina suasana, pemberdayaan masyarakat) sebagian

besar memenuhi kebutuhan tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.

3. kurang baik/kurang bermanfaat, adalah hasil penilaian responden yang merasakan

bahwa strategi promosi kesehatan (advokasi, bina suasana, pemberdayaan

masyarakat) sebagian saja yang memenuhi kebutuhan tingkat Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat.

4. tidak baik/tidak bermanfaat adalah hasil penilaian responden yang merasakan

bahwa strategi promosi kesehatan (advokasi, bina suasana, pemberdayaan

masyarakat) sebagian besar tidak memenuhi kebutuhan tingkat Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat.

5. sangat tidak baik/sangat tidak bermanfaat adalah hasil penilaian responden yang

merasakan bahwa strategi promosi kesehatan (advokasi, bina suasana,

pemberdayaan masyarakat) hampir seluruhnya sampai seluruhnya tidak

memenuhi kebutuhan tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.

3.5.2 Tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (Variabel Terikat)

Tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada tatanan Rumah Tangga merupakan

kelompok variabel terikat atau dependen. Definisi PHBS sebagai suatu upaya

memberikan pengalaman belajar bagi perorangan, keluarga, kelompok dan

masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan


(52)

pendekatan Advokasi, Bina Suasana dan Pemberdayaan Masyarakat sehingga dapat

menerapkan cara-cara hidup sehat, dalam rangka menjaga, memelihara dan

meningkatkan kesehatan masyarakat.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Rumah Tangga, diukur dari 10 variabel dengan

definisi, sebagai berikut:

11.Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, yaitu: proses kelahiran balita

termuda dalam rumah tangga dibantu dokter, bidan dan paramedis lainnya.

12.Bayi diberi ASI ekslusif, yaitu anak termuda usia usia 0-6 bulan mendapat ASI

saja sejak lahir sampai usia 6 bulan.

13.Jaminan Pemeliharaan Kesehatan, adalah anggota rumah tangga mempunyai

pembiayaan praupaya kesehatan seperti askes, kartu sehat, dana sehat, Jamsostek

dan yang sejenisnya.

14.Ketersediaan air bersih, adalah rumah tangga yang memilikki akses air yang

layak untuk di konsumsi untuk kebutuhan sehari-hari yang berasal dari air dalam

kemasan, air leding, ari sumur terlindung dan penampungan air hujan; dan

sumber air pompa, sumur dan mata air terlindung berjarak minimal 10 meter dari

tempat penampungan kotoran atau limbah.

15.Ketersediaan jamban sehat, adalah rumah tangga yang memiliki atau

menggunakan jamban leher angsa dengan tangki septik atau lubang penampungan


(53)

16.Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni, adalah perbandingan ideal antara

jumlah anggota keluarga serumah dengan luas lantai 9m2/orang, yang ditempati

dan digunakan untuk keperluan sehari-hari

17.Lantai rumah bukan tanah, adalah rumah tangga yang mempunyai rumah dengan

bawah atau dasar terbuat dari semen, papan, ubin dan kayu.

18.Tidak merokok di dalam rumah, adalah anggota keluarga umur 10 tahun ke atas

tidak merokok di dalam rumah selama dan ketika berada bersama anggota

keluarga lainnya selama 1 bulan terakhir.

19.Melakukan aktifitas fisik setiap hari, adalah anggota keluarga umur 10 tahun ke

atas dalam 1 minggu terakhir melakukan kegiatan minimal 30 menit setiap hari.

20.Makan buah dan sayur setiap hari, adalah anggota rumah tangga umur 10 tahun

ke atas yang mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran atau

sebaliknya setiap hari dalam 1 minggu terakhir.

Setiap indikator dari variabel dependen akan disusun dalam bentuk pertanyaan

sebagai alat pengumpulan data (dalam daftar pertanyaan). Jawaban responden, terdiri

dari kategori YA dan TIDAK; dan jawaban ini diketegorikan sebagai jawaban awal.

Selanjutnya, pilihan jawaban awal ini, akan diakumulasikan oleh peneliti, menjadi 5

kategori jawaban, dan setiap responden akan berada dalam 1 kategori jawaban.

Adapun 5 kategori tersebut, adalah:

1. Tidak sehat, adalah keadaan tidak dimiliki atau terpenuhi 10 indikator dari


(54)

2. Sehat I, adalah keadaan yang dimiliki atau terpenuhi hanya 1 sampai 3 indikator

dari variabel PHBS

3. Sehat II, adalah keadaan yang dimiliki atau terpenuhi 4 sampai 6 indikator dari

variabel PHBS.

4. Sehat III, adalah keadaan yang dimilikki atau terpenuhi 7 sampai 9 indikator

dari variabel PHBS.

5. Sehat IV, adalah keadaan yang dimiliki atau terpenuhi 7 sampai 9 indikator dari

variabel PHBS ditambah dana sehat. Dana Sehat adalah dana yang dikumpulkan

secara rutin oleh masyarakat yang digunakan untuk mengatasi masalah-masalah

kesehatan di wilayah setempat.

3.6.Metode Pengukuran

Pengukuran variabel bebas mengggunakan Skala Likert, dengan ketentuan

sebagai berikut:

1. Promosi Kesehatan diukur melalui 3 variabel, yaitu: advokasi, bina suasana,

dan pemberdayaan masyarakat. Variabel Advokasi diukur melalui empat (4) ,

indikator; variabel bina suasana diukur melalui tiga (3) indikator, dan variabel

pemberdayaan masyarakat diukur melalui tiga (3) indikator.

2. Indikator pada variabel dikembangkan menjadi pertanyaan

3. Setiap pertanyaan tersedia 5 jawaban, dan hanya 1 jawaban yang harus dipilih

responden


(55)

a. Sangat baik/sangat bermanfaat, nilai 5

b. Baik/ bermanfaat,nilai 4

c. Kurang baik/ kurang bermanfaat, nilai 3

d. Tidak baik/ tidak bermanfaat, nilai 2

e. Sangat tidak baik/ sangat tidak bermanfaat, nilai 1.

Berdasarkan ketentuan di atas, maka pengukuran variabel bebas dapat dirinci

pada Tabel 3.5. dibawah ini.

Tabel 3.5. Pengukuran Variabel Independen

Variabel bebas Pert Nilai 1 pertanyaan Nilai 1 Variabel/1 Responden

A. Advokasi, ind:

1.Sarana/ prasarana 2.SDM

3.Sosialisasi 4.Kelengkapan data

4 4 4 3

5 = Sangat baik 4 = Baik, 3 = agak baik 2 = kurang baik 1 = sangat kurang baik

75 = Sangat baik 60 = Baik 45 = kurang baik 30 = tidak baik 15= sangat tidak baik

B. Bina Suasana, ind:

1.Pertemuan 2.Perlombaan 3.Penyuluhan 3 2 5

5 = Sangat baik 4 = Baik, 3 = agak baik 2 = kurang baik 1 = sangat kurang baik

50 = Sangat baik 40 = Baik 30 = kurang baik 20 = tidak baik 10 = sangat tidak baik

C. Pemberdayaan Masyarakat, ind: 1.Posyandu 2.Kader Kesehatan 3.Pengorganisasian Kesehatan 3 2 5

5 = Sangat baik 4 = Baik, 3 = agak baik 2 = kurang baik 1 = sangat kurang baik

50 = Sangat baik 40 = Baik 30 = kurang baik 20 = tidak baik 10 = sangat tidak baik

Promosi Kesehatan, Var:

1. Advokasi, ind: 2. Bina suasana 3. Pemberdayaan Masyarakat

35 5 = Sangat baik 4 = Baik, 3 = agak baik 2 = kurang baik 1 = sangat kurang baik

Nilai 3 variabel/1 Responden: 175 = Sangat baik

140 = Baik 105 = agak baik 70 = kurang baik 35 = sangat kurang baik Ket: Ind = Indikator; Pert = Pertanyaan; Var = Variabel


(56)

Variabel dependen diukur dengan menggunakan Skala Interval, dengan

ketentuan sebagai berikut:

1. PHBS diukur melalui 10 variabel, dan setiap variabel PHBS dikembangkan

menjadi 1 pertanyaan. Dengan demikian, PHBS akan dikembangkan menjadi 10

pertanyaan dalam kuesioner.

2. Setiap pertanyaan tersedia 2 jawaban, yaitu: Ya dan Tidak; dan responden

diminta memilih 1 jawaban dari setiap pertanyaan.

3. Jawaban yang dipilih responden atas 10 pertanyaan akan dijumlahkan,

berdasarkan kategori jawaban YA atau TIDAK.

4. Jumlah jawaban responden sesuai penjelasan no. 3; selanjutnya diakumulasikan,

dikategorikan, dan diberi skor; dengan ketentuan:

a. Tidak Sehat = 10 indikator PHBS tidak terpenuhi, Skor = 20

b. Sehat I = 1-3 indikator PHBS terpenuhi, skor = 40

c. Sehat II = 4-6 indikator PHBS terpenuhi, skor 60

d. Sehat III = 7-9 indikator terpenuhi, skor = 80

e. Sehat IV = 7-9 indikator PHBS terpenuhi ditambah dana sehat, skor = 100.

5. Penetapan skor untuk kategori jawaban yang diuraikan pada ketentuan no.4;

mengikuti kelaziman dalam penggunaan angka persentase cakupan indikator

PHBS, dan selanjutnya dalam penelitian ini angka persentase diterjemahkan


(57)

Tabel 3.6. Pengukuran Variabel Dependen

Variabel PHBS:

1. Pertolongan persalinan oleh tenaga

kesehatan

2. Bayi diberi ASI ekslusif

3. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

4. Ketersediaan air bersih

5. Ketersediaan jamban sehat

6. Kesesuaian luas lantai dengan jumlah

penghuni

7. Lantai rumah bukan tanah

8. Tidak merokok di dalam rumah

9. Melakukan aktifitas fisik setiap hari

10. Makan buah dan sayur setiap hari

Kategori Jlh Indikator Skor

Tidak Sehat 0 20

Sehat 1 1-3 40

Sehat II 4-6 60

Sehat III 7-9 80

Sehat IV 7-9+ Dana Sehat 100

3.7 Metode Analisa Data

Uji Statistik yang digunakan untuk menganalisis hubungan kausalitas variabel

dalam penelitian ini adalah Regresi Berganda, yaitu untuk menganalisis seberapa

besar pengaruh promosi kesehatan (advokasi, bina suasana, dan pemberdayaan

masyarakat) terhadap tingkat perilaku hidup bersih dan sehat pada tatanan rumah


(58)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kecamatan Patumbak merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Deli

Serdang, Propinsi Sumatera Utara, dengan luas wilayah 46,79 Km2 , terdiri dari 8

desa dengan 49 dusun, dan batas wilayah, sebelah: (1) Utara, dengan kota Medan dan

kecamatan Percut Sei Tuan, (2) Selatan, dengan kecamatan STM Hilir dan kecamatan

Biru-biru, (3) Timur, dengan kecamatan STM Hilir dan kecamatan Tanjung Morawa,

serta (4) Barat, dengan kecamatan Deli Tua dan Kota Medan (Dinkes Deli Serdang,

2008).

Penduduk Kecamatan Patumbak sebanyak 70.801 jiwa, terdiri laki-laki 35.902

jiwa dan perempuan 34.899 jiwa, dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 14.394

KK, dan anggota keluarga rata-rata sebesar 5 jiwa. Data spesifik kependudukan yang

tercatat di puskesmas, menunjukkan bahwa jumlah keluarga miskin sebanyak 12.680

KK, bayi sebanyak 1918 orang, balita sebanyak 7089 orang, Pasangan Usia Subur

(PUS) sebanyak 11.272 orang, ibu hamil (bumil) 11698 orang, ibu bersalin (bulin)

dan nipas yang ditolong oleh tenaga kesehatan 1698 orang, dan wanita usia subur

1154 orang (Puskesmas Patumbak, 2008).

Sebaran penduduk di Kecamatan Patumbak, relatif tidak merata pada 8 desa,

yaitu: (1) Marindal I = 4389 KK, (2) Marindal II = 2442 KK, (3) Patumbak = 2712


(59)

KK, (7) Lantasan Lama = 469 KK, dan (8) Lantasan Baru = 463 KK (Puskesmas

Patumbak, 2008).

Kecamatan Patumbak memiliki 1 puskesmas, dan diberi nama Puskesmas

Patumbak. Dengan demikian wilayah kerja Puskesmas Patumbak sama dengan

wilayah Kecamatan Patumbak (Puskesmas Patumbak, 2008).

Sarana kesehatan pendukung atau yang terkait dengan puskesmas Patumbak,

meliputi: (1)Puskesmas Pembantu 2 buah, (2)Posyandu Aktif 51 buah, (3) Posyandu

Usila 8 buah, (4)Polindes 5 buah, dan (5)Balai Pengobatan Swasta 25 buah

(Puskesmas Patumbak, 2008).

Jumlah tenaga di Puskesmas Patumbak sebanyak 64 orang, dengan jenis

tenaga relative bervariasi, diantaranya jumlah dokter umum 3 orang, dokter gigi 3

orang, dan jumlah tenaga terbanyak adalah bidan sebanyak 28 orang (Tabel 4.1).

Tabel 4.1 Tenaga di Puskesmas Patumbak No Jenis Tenaga Kesehatan Jumlah

1 Dokter Umum 3

2 Dokter Gigi 3

3 Sarjana Kesehatan Masyarakat 3

4 Bidan/ akademi bidan 28

5 Perawat/ akademi perawat 8

6 Sanitarian 1

7 Asisten Apoteker 3

8 Gizi 2

9 Analis Kesehatan 2

10 Pendidikan Kesehatan 2

11 Perawat Gigi 2

12 Lain-lain (non kesehatan) 5

Total 64


(60)

Berdasarkan penjelasan Kepala Puskesmas Patumbak (Mei, 2008) diketahui

jumlah staf puskesmas yang mengelola atau melaksanakan kegiatan PHBS sebanyak

30 orang , dengan jenis tenaga antara lain dokter umum termasuk kepala puskesmas,

sarjana kesehatan masyarakat, sanitarian dan bidan di desa .

Berdasarkan struktur organisasi, Puskesmas Patumbak dipimpin oleh Kepala

Puskesmas, yang membawahi 5 Unit organisasi pelayanan kesehatan, yaitu: (1) Seksi

kesejahteraan keluarga, tugas pokok bidang kesehatan ibu, kesejahteraan anak,

keluarga berencana , usia lanjut, dan gizi; (2) Seksi Pelayanan Kesehatan, tugas

pokok bidang pengobatan, farmasi, laboratorium, gigi dan mulut, jiwa, mata, SP2TP,

poliklinik umum, kesehatan olahraga, register kunjungan, dan PHB; (3) Seksi

Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular, tugas pokok bidang pencegahan

penyakit atau imunisasi, pengamatan penyakit, P2 ML, dan P2B2; (4) Seksi

Kesehatan Lingkungan, tugas pokok pengelolaan kesehatan lingkungan; dan (5) Seksi

Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, tugas pokok PKM, PSM, P.I., sarana dan metode,

UKS, dan Posyandu. Selanjutnya, Kepala Puskesmas juga membawahi 8 unit

pelayanan kesehatan lainnya, yaitu: 2 Puskesmas Pembantu, dan 6 bidan desa yang

membuka pelayanan pada 6 desa (Puskesmas Patumbak, 2008).

Kegiatan puskesmas dalam bidang Promosi Kesehatan sepanjang tahun 2007,

dengan jumlah standar promosi 60 kegiatan (100%), tingkat pencapaian sebanyak 44

kegiatan (66%); maka masalah kekurangan Promosi Kesehatan sebanyak 20 kegiatan

(44%). Khusus untuk kegiatan di Posyandu, dengan standar 612 kegiatan (100%),


(61)

biasanya juga dijadikan sarana kegiatan promosi kesehatan, terutama dalam bentuk

penyuluhan, seperti penyuluhan KIA, gizi, kesehatan lingkungan (3M), dan

pendataan bayi, balita, dan ibu. Adapun kegiatan promosi kesehatan dalam bentuk

pertunjukkan media keliling dan siaran keliling, atau jenis pemberdayaan masyarakat,

meskipun termasuk dalam daftar kegiatan, namun sepanjang tahun 2007 sampai Mei

2008 kegiatan ini tidak/belum pernah dilakukan Namun kegiatan strategi promosi

yang meliputi advokasi, bina suasana dan pemberdayaan masyarakat tidak dilakukan

dalam bentuk kegiatan yang khusus atau sepenuhnya untuk PHBS di posyandu,

melainkan hanya melengkapi kegiatan pelayanan kesehatan di posyandu, saat tenaga

puskesmas dan bidan desa berkunjung ke posyandu. Jenis kegiatan promosi yang

dilakukan hanya dalam bentuk penyuluhan, dan penyebaran kartu PHBS tetapi masih

hanya di satu desa, dengan jumlah kartu sebanyak 1600 kartu. (Puskesmas Patumbak,

2008).

4.2Karakteristik Responden

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (68 orang;

64%) berusia antara 26 sampai 43 tahun, dengan responden wanita (89 orang; 89%)

lebih banyak dari pria (Tabel 4.2).

Lebih besarnya responden wanita dibanding pria, disebabkan oleh: (1)

penelitian ini tidak membatasi responden berdasarkan jenis kelamin, dan (2) kegiatan

penelitian dilakukan pada waktu pagi hingga sore, sehingga lebih banyak wanita yang


(62)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (44 orang;

44%) berpendidikan SLTA, dan menyusul sebanyak 37 orang (37%) berpendidikan

SLTP (Tabel 4.2).

Tabel 4.2: Karakteristik Responden

Umur (dalam tahun) Frekuensi ( % )

26 – 34 35 – 43 44 – 52 53 – 61 62 – 71

34 34 16 10 6 34 34 16 10 6

Total 100 100

Tempat Tinggal Marindal I Marindal II Patumbak KP Sigara-gara Patumbak I Patumbak II Lantasan Lama Lantasan Baru 31 17 19 11 9 7 3 3 31 17 19 11 9 7 3 3

Total 100 100

Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan 11 89 11 89

Total 100 100

Tingkat pendidikan SD SLTP SLTA AKADEMI 14 37 44 5 14 37 44 5


(1)

Direktorat Promosi Kesehatan.Depkes RI, Jakarta, 2000, Buku Panduan Strategi Promosi Kesehatan di Indonesia.

Green L.W., Perencanaan Pendidikan Kesehatan: Sebuah Pendekatan Diagnostik, Edisi terjemahan , Proyek Pengembangan FKM, Dep P & K RI, Jakarta. Green, L, (1991) Health Promotion Planning and Education and Environtment

Approach, Institue of Health Promotion Research University of British Colombia

Hasibuan H., Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tatanan Rumah Tangga di Lokasi Proyek Kesehatan Keluarga Dan Gizi (Kkg) Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2004, Tesis S-2 Pascasarjana IKM USU Medan,2005

Liliweri A., Dasar – Dasar Komunikasi Kesehatan, Pustaka Pelajar, Kupang, 2007 Mc.Kenzie J.F., Pinger R.R., Kotecki J.E., Kesehatan Masyarakat Suatu Pengantar,

EGC, Jakarta, 2007

Ministry of Health Republic of Indonesia, Jakarta, 2007. Indonesia Health Profile 2005.

Muninjaya Gde., A.A., Manajemen Kesehatan, Edisi 2, EGC ,Jakarta, 2004

Notoadmodjo S., Ilmu Kesehatan Masyarakat : Prinsip-Prinsip Dasar , Rineka Cipta, Jakarta, 1997

Notoadmodjo S., Promosi Kesehatan ; Teori dan Aplikasi, Rineka Cipta, Jakarta, 2005

Notoadmodjo S., Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003 Notoatmodjo S., Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi, Rineka Cipta, 2005 Nasir,M., Metodologi Penelitian, Cetakan ke-6, PT.Ghalia, Indonesia, 2005

Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 2006, Buku Saku Promosi Kesehatan.

Puspromkes Departemen Kesehatan, Jakarta,2006, Rumah Tangga Sehat dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.


(2)

Sarifah, Dkk, Laporan Survei Kesehatan Daerah (Surkesda) Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007, Kerja sama Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dengan Fakultas Kesehatan Masyarakat USU, Lubuk Pakam,2007.

Sinaga, Dkk, (2005). Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat: Studi Kasus Kabupaten Bantul 2003, Jurnal JMPK Volume 08/No.02/Juni/2005, Yogyakarta,2005

Sarwono S., Sosiologi Kesehatan :Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya, Gajah Mada University Pers, Jakarta, 2004

Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung, 2004

Utama S, Prioritas Kebutuhan Staf Berdasarkan Karakteristik Individu Pengaruhnya Terhadap Kepuasan Kerja, Suatu Studi manajemen Kesehatan Masyarakat

pada 3 Suku Bangsa di Organisasi Puskesmas, Disertasi, Unair, Surabaya,1996.

Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.


(3)

(4)

Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.


(5)

(6)

Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pengetahuan dan Sarana Sanitasi Lingkungan Terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tatanan Rumah Tangga Di Kecamatan Teupah Barat Kabupaten Simeuleu

2 47 144

Hubungan Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga Dengan Perilaku Hidup Bersih Sehat Pada Keluarga Di Desa Simalingkar Kecamatan Pancurbatu

3 49 85

Pengaruh Persepsi Dan Dukungan Sosial Terhadap Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Pada Masyarakat Nelayan Desa Bagan Kuala Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai

7 74 85

Hubungan Pengetahuan dan perilaku hidup bersih dan sehat(PHBS) Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Marindal Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang

7 84 63

Hubungan Pengetahuan dan perilaku hidup bersih dan sehat(PHBS) Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Marindal Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang

0 0 11

Hubungan Pengetahuan dan perilaku hidup bersih dan sehat(PHBS) Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Marindal Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang

0 0 2

Hubungan Pengetahuan dan perilaku hidup bersih dan sehat(PHBS) Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Marindal Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang

0 0 5

Hubungan Pengetahuan dan perilaku hidup bersih dan sehat(PHBS) Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Marindal Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang

1 1 17

Hubungan Pengetahuan dan perilaku hidup bersih dan sehat(PHBS) Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Marindal Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang

0 0 1

KONTRIBUSI PROGRAM PAMSIMAS TERHADAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA TINGKAT RUMAH TANGGA DI KECAMATAN DORO KABUPATEN PEKALONGAN

0 1 73