BAB I PENDAHULUAN I. 1. Konteks Masalah Pemilihan Umum Kepala Daerah Sumatera Utara (Pemilukada Sumut) - Pemberitaan Kemenangan Pasangan Gatot Pujo Nugroho – Tengku Erry Nuradi (Ganteng) Dalam Hasil Hitung Cepat Pemilukada Sumatera Utara 2013 Pada Harian

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Konteks Masalah Pemilihan Umum Kepala Daerah Sumatera Utara (Pemilukada Sumut)

  2013 telah berakhir dengan keunggulan pasangan nomor urut lima, yakni Gatot Pujo Nugroho – Tengku Erry Nuradi (Ganteng). Seperti diketahui, pemilukada Sumatera Utara dilaksanakan pada 7 Maret 2012 di seluruh wilayah yang ada di Sumatera Utara yang terdiri dari 25 kabupaten dan 8 kota, 422 kecamatan, dan 5.800 desa/kelurahan, serta 26.444 tempat pemungutan suara (TPS). Dalam hasil hitung cepat yang dirilis oleh beberapa lembaga survei yang ada beberapa jam setelah pencoblosan, pasangan Gatot-T Erry tercatat unggul di atas angka 30 persen. Keunggulan pasangan ini terjadi di hampir seluruh kabupaten/kota yang ada di Sumatera Utara.

  Hasil hitung cepat yang dirilis oleh lembaga survei Indo Barometer, pasangan Gatot-T Erry (Ganteng) meraih suara 32,7 persen, disusul pasangan Effendi Simbolon-Jumiran Abdi (ESJA) 24,17 persen, Gus Irawan-Soekirman (GusMan) 21,8 persen, Amri Tambunan-RE Nainggolan (Amri-RE) 12,02 persen dan Chairuman Harahap-Fadly (Charly) 9,33 persen. Hasil yang hampir serupa juga terlihat dari hitung cepat oleh Pusat Kajian Kebijakan Pembangunan Strategis (Puskaptis), pasangan Ganteng meraih suara 33,57 persen, ESJA 25,69 persen, GusMan 20,35 persen, Amri-RE 12,04 persen dan Charly peroleh 8,35 persen. Demikian pula hasil hitung cepat yang dikeluarkan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) yang menempatkan pasangan Ganteng dengan raihan suara 32,05 persen, menyusul pasangan ESJA 26,87 persen, pasangan GusMan 19,48 persen, Amri-RE 12,46 persen, dan Charly 9,15 persen.

  Dalam hasil hitung cepat, tercatat pasangan Gatot-T Erry yang diusung Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Hanura, Patriot, dan PKNU ini juga unggul di Kabupaten Deli Serdang, Serdang Bedagai, Kota Tebing Tinggi, Asahan, Labuhan Batu Utara, Labuhan Batu, Labuhan Batu Selatan, Kota Binjai dan Kabupaten Langkat. Kabar ini langsung menjadi berita utama di beberapa media elektronik dan online beberapa jam pasca pencoblosan. Sementara di media cetak, termasuk surat kabar harian, kabar ini langsung menjadi headline (berita utama) pada keesokan harinya, yakni 8 Maret 2013.

  Hasil hitung cepat (quick count) pada pemilukada Sumatera Utara 2013 menghadirkan beragam komentar di masyarakat. Sebagian besar masyarakat menduga bahwa hasil hitung cepat akan sama dengan hasil akhir yang akan ditetapkan oleh KPU Provinsi Sumatera Utara. Hal ini dilandasi oleh hasil-hasil hitung cepat pada pemilu-pemilu sebelumnya, dimana hasil hitung cepat hampir selalu tepat dengan hasil hitung manual oleh KPU.

  Metode ini semakin mendapat perhatian masyarakat akhir-akhir ini. Quick

  

count adalah metode penghitungan hasil pemilihan umum secara cepat dimana

  datanya diambil langsung dari lapangan (TPS). Dalam metode quick count TPS yang yang diambil datanya untuk dijadikan sampel tidaklah seluruhnya, melainkan hanya beberapa TPS di suatu daerah dengan pertimbangan- pertimbangan tertentu dan matang.

  Pemilu merupakan pesta demokrasi bagi masyarakat. Di samping itu, pemilu juga merupakan bentuk aktivitas yang menyangkut banyak urusan dalam suatu tatanan pemerintahan yang demokratis. Di Sumatera Utara dimana terdiri dari beragam suku, pemilu menjadi arena tempat dimana demokrasi dijunjung tinggi. Sebab itu, hasil pemilu yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat menjadi hal yang ditunggu-tunggu. Atas dasar itu pula pada akhirnya semakin banyak lembaga survei bermunculan.

  Berita mengenai hasil hitung cepat selalu menarik perhatian masyarakat. Tak ayal, larisnya berita mengenai hitung cepat suatu pemilu membuat tren hitung cepat semakin meningkat. Hal ini tidak terlepas dari kinerja lembaga-lembaga survei yang semakin akurat dalam melakukan penghitungan. Bagi masyarakat awam, hadirnya lembaga survei ini sangat membantu dalam memberikan jawaban atas rasa penasaran atas hasil pemilu selama hasil akhir belum ditetapkan oleh pihak KPU.

  Di berbagai media, termasuk surat kabar harian yang ada di Sumatera Utara, kabar mengenai hasil hitung cepat pemilukada Sumatera Utara hadir sebagai headline di halaman paling depan dengan berbagai judul. Hadirnya berita- berita seputar hasil hitung cepat pemilukada Sumatera Utara dengan judul yang berbeda-beda itu membuat persepsi yang timbul di masyarakat turut berbeda pula.

  Tidak dapat dipungkiri bahwa hal ini tidak terlepas dari peran media massa dalam menyajikan setiap informasi tentang situasi dan kondisi yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Hal ini bersinggungan dengan keharusan media menampilkan fakta dari peristiwa yang terjadi. Penyajian berita mengenai keunggulan pasangan Gatot-T Erry dalam hasil hitung cepat pemilukada Sumatera Utara pada akhirnya juga mengandung pandangan dan/atau aktivitas tokoh-tokoh lainnya yang berkaitan dengan kabar tersebut.

  Di dalam media massa, pihak utama yang terkait dalam berita kemenangan pasangan Ganteng, yakni Gatot Pujo Nugroho dan Tengku Erry Nuradi, ditampilkan untuk saling menyajikan perspektif masing-masing untuk memberi pemaknaan pada peristiwa tersebut. Hal ini dilakukan untuk mendukung legitimasi kelompok yang ingin ditonjolkan dan menyembunyikan sosok kelompok yang menjadi lawannya. Dalam hal ini, media massa menjadi “senjata” perang bagi kelompok-kelompok tersebut.

  Oleh sebab itu, media bukanlah saluran yang bebas, tempat dimana seluruh domain sosial saling berinteraksi. Di sisi lain, media menjadi sebuah sarana kepentingan kelompok tertentu sehingga mereka dapat memberi pemaknaan terhadap suatu peristiwa atau keadaan dan dan menyebarkannya dengan maksud agar dapat mempengaruhi khalayak berdasarkan pandangan dan keinginan mereka. Media merupakan sarana bagi kelompok dominan untuk memantapkan posisi mereka serta untuk memarjinalkan kelompok yang lain yang tidak dominan. Media dipandang sebagai agen yang bertugas mengkonstruksi realitas sosial berdasarkan definisi dan pandangan kelompok dominan yang menjadi kliennya. Media juga dipandang sebagai instrumen ideologi, melalui mana suatu kelompok menyebarkan pengaruh dominasinya kepada kelompok lain.

  Adanya kekuatan ideologi yang dianut media tersebut membuat media memaknai dan memposisikan dirinya atas realitas yang ada. Oleh karenanya, berita yang tersaji di media massa, tidak selalu menggambarkan realitas apa adanya, melainkan mengandung suatu unsur sudut pandang dari makna dan maksud tertentu yang media coba ingin sajikan. Terkait hasil hitung cepat pemilukada Sumatera Utara 2013 yang menunjukkan kemenangan pasangan Gatot-T Erry, berita yang disajikan juga demikian. Pihak-pihak yang terkait, dalam hal ini Gatot Pujo Nugroho dan Tengku Erry Nuradi, ditampilkan sedemikian rupa sehingga publik diharapkan akan “mengamini” apa yang disajikan media yang bersangkutan.

  Dalam penelitian ini, peneliti menjadikan berita mengenai keunggulan pasangan Gatot Pujo Nugroho-Tengku Erry Nuradi (Ganteng) dalam hasil hitung cepat pemilukada Sumatera Utara yang dirilis oleh lembaga-lembaga survei yang terbit di surat kabar Harian Analisa edisi Jumat, 8 Maret 2013 atau sehari setelah hari pencoblosan. Pada edisi itu, tertampang jelas berita headline mengenai kemenangan pasangan Gatot-T Erry dalam hasil hitung cepat dengan judul “Hitungan Cepat, Gatot–T Erry Unggul dalam Satu Putaran”. Pemilihan Harian

  

Analisa sebagai sasaran penelitian ini dikarenakan surat kabar ini merupakan

  salah surat kabar terbesar di Sumatera Utara yang selalu konsisten memberitakan kabar seputar Sumatera Uatara secara komprehensif. Harian Analisa juga merupakan surat kabar yang tersebar luas di seluruh wilayah Sumatera Utara sehingga memungkinkan banyak khalayak yang membacanya. Di sisi lain, pertimbangan yang penulis ambil juga menyangkut faktor-faktor yang dapat memudahkan penulis untuk melakukan penelitian ini, yang pada dasarnya berkaitan dengan daya jangkau peneliti.

  Harian Analisa merupakan sebua

  Harian Analisa mempunyai format broadsheet dan merupakan salah satu surat kabar terbesar di Medan. Pada awalnya Analisa diterbitkan seminggu sekali sebelum menjadi surat kabar harian.

  Salah satu fitur Harian Analisa yang paling terkenal adala yang muncul di halaman lima setiap harinya (kecuali Minggu) sejak 23 Maret 1973.

  Saat ini, Harian Analisa dipimpin oleh Pemimpin Umum dan Pemimpin Perusahaan Sujito Sukirman. Redaksional dipimpin wartawan kawakan eks-LKBN yakni Pemimpin Redaksi H.Soffyan, didampingi Wakil Pemimpin Redaksi H.Ali Soekardi dan dibantu Sekretaris Redaksi H.War Djamil. Harian Analisa beralamat di Jl. Jend. A. Yani No. 35 - 49 Medan (surat kabar)).

  Penelitian ini berangkat dari realitas yang peneliti tangkap dimana saat ini metode quick count (hitung cepat) semakin mengalami peningkatan tren. Hal ini lalu peneliti coba kaitkan dengan cara menganalisis teks berita yang menyangkut hasil hitung cepat. Sementara itu, berita tentang pemilukada Sumatera Utara merupakan bagian penting dari dinamika perpolitikan di Indonesia, khususnya di Provinsi Sumatera Utara. Bagi peneliti sendiri, penelitian ini menjadi penting untuk diteliti sebab Sumatera Utara merupakan tempat dimana peneliti berada. Di samping itu, yang juga tak kalah penting, peneliti ingin mencoba membuka praktik kekuasaan yang terjadi lewat teks-teks berita yang dihadirkan.

  Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan metode analisis wacana kritis demi menggapai tujuan yang dikehendaki. Adapun penelitian ini nanti akan membongkar perihal tentang bagaimana wacana itu tidak hanya studi soal bahasa. Walaupun wacana memang menggunakan bahasa sebagai teks yang akan dianalisis, tetapi wacana juga terbentuk oleh adanya konteks di luar teks itu sendiri. Di sini, konteks sangat menentukan bagaimana teks akhirnya diproduksi.

  Menurut Fairclough dan Wodak, analisis wacana kritis melihat wacana – penggunaan bahasa dalam bentuk tuturan dan tulisan – sebagai bentuk dari praktik sosial. Memandang wacana sebagai bentuk praktik sosial akan menjelaskan bagaimana suatu kegiatan diskursus memiliki hubungan dialektis terhadap situasi, institusi, dan struktur sosial yang membentuknya (Eriyanto, 2001:7).

  Terdapat beberapa ciri khas dari analisis wacana kritis yang diungkapkan oleh Teun A. Van Dijk, Norman Fairclough, dan Wodak. Pertama, wacana dilihat sebagai bentuk tindakan. Lewat cara pandang ini, akan terlihat adanya asosiasi antara wacana dengan interaksi yang dihadirkannya. Dengan pemahaman ini, akan terlihat adanya implikasi tentang bagaimana wacana harus dipandang. Pertama, wacana akan dipandang sebagai sesuatu yang memiliki tujuan tertentu, apakah untuk mempengaruhi, membujuk, menyangkal, dan sebagainya. Kedua, wacana akan dipandang sebagai sesuatu yang dibentuk secara sadar dan dalam suatu kendali.

  Kedua, analisis wacana kritis mempertimbangkan konteks dari wacana, seperti latar, peristiwa dan kondisi (Eriyanto, 2001:8). Wacana di sini dilihat sebagai sesuatu yang diproduksi, dimengerti, dan dianalisis oleh suatu konteks tertentu. Menurut Guy Cook, pengertian wacana mengandung tiga unsur yang sangat penting, yakni teks, konteks, dan wacana. Teks merupakan seluruh perangkat bahasa yang meliputi kata-kata, ucapan, musik, gambar, efek, dan sebagainya. Konteks mencakup semua situasi yang berada di luar teks dimana teks tersebut diproduksi. Sedangkan wacana dipandang sebagai teks dan konteks yang berjalan bersama-sama dalam suatu proses komunikasi.

  Ketiga, wacana ditempatkan dalam konteks sosial tertentu. Ini berarti bahwa wacana tidak dapat dipisahkan dari konteks yang melatarbelakanginya. Salah satu bagian terpenting dari sebuah konteks sosial adalah aspek historis yang melekat di dalamnya. Misalnya, berita mengenai Barack Obama oleh media- media di Indonesia akan berbeda seandainya dia dulu tidak pernah tinggal dan sekolah di Indonesia.

  Keempat, analisis wacana kritis juga mempertimbangkan elemen kekuasaan dalam analisisnya (Eriyanto, 2001:9). Di sini, wacana dipandang bukan sebagai sesuatu yang netral dan bebas nilai, melainkan merupakan hasil dari bentuk pertarungan kekuasaan. Dari teropong ini, wacana akan diketahui sebagai alat untuk melakukan kontrol. Pihak yang memiliki kekuasaan atau dominan akan mencoba mengontrol pihak yang tidak dominan lewat wacana yang dibuat.

  Kelima, analisis wacana kritis juga mencakup ideologi sebagai sesuatu yang sentral. Hal ini didasari oleh pandangan bahwa teks, percakapan, dan sebagainya merupakan bentuk praktik ideologi tertentu. Pendapat terdahulu mengatakan bahwa ideologi merupakan perangkat yang dimiliki oleh suatu kelompok yang berkuasa atau dominan untuk digunakan sebagai penguat atau legitimator kekuasaan mereka.

  Pada penelitian ini berita mengenai keunggulan pasangan Gatot Pujo Nugroho-Tengku Erry Nuradi (Ganteng) dalam hasil hitung cepat pemilukada Sumatera Utara yang dimuat dalam Harian Analisa akan diteliti dengan metode analisis wacana kritis ini. Analisis wacana kritis bertitik tumpu pada paradigma kritis. Paradigma kritis memandang bahwa realitas kehidupan sosial bukanlah sesuatu yang netral, melainkan dipengaruhi oleh kekuatan politik, ekonomi, dan sosial tertentu. Dalam penelitian yang menggunakan paradigma kritis, sasaran diamati secara mendalam. Sebab itu, semakin dekat jarak peneliti dengan hal yang diteliti, maka hasilnya akan semakin baik. Dalam pandangan paradigma kritis, posisi media tidaklah netral, melainkan merupakan alat yang digunakan oleh kelompok yang dominan untuk menegaskan dominasinya.

  Analisis wacana yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis wacana model Norman Fairclough. Peneliti berpedoman pada model yang dikemukakan oleh Norman Fairclough karena dengan model ini akan ditemukan adanya hubungan antara teks yang sifatnya mikro dengan konteks masyarakat yang bersifat makro. Terdapat tiga unsur yang akan dilihat melalui analisis wacana model ini, yaitu: teks, discourse practice, dan sociocultural practice. Dalam model ini, teks akan dianalisis secara linguistik kritis melalui pilihan kata atau diksi, semantik, dan susunan kalimat yang dipakai. Selanjutnya di dalam konteks antarkata dan antarkalimat akan terdapat koherensi dan kohesivitas sehingga membuat suatu pengertian tertentu. Terdapat tiga elemen masalah yang akan dilihat melalui analisis teks. Pertama, ideasional yang merujuk pada representasi tertentu yang ingin ditampilkan dalam teks, yang biasanya membawa muatan ideologi tertentu. Kedua, relasi, merujuk pada bagaimana konstruksi hubungan di antara wartawan dengan pembaca, apakah teks disampaikan secara formal atau informal, terbuka atau tertutup. Dan ketiga, identitas, merujuk pada konstruksi tertentu dari identitas wartawan atau penulis dan pembaca, serta bagaimana kepribadian atau identitas ini hendak ditampilkan.

  Di samping itu, masih dalam tahap analisis teks, penelitian ini juga akan melihat teks lewat kajian intertekstual. Intertekstualitas adalah sebuah istilah dimana teks dan ungkapan dibentuk oleh teks yang datang sebelumnya, saling menanggapi dan salah satu bagian dari teks tersebut mengantisipasi lainnya. Setiap ungkapan dihubungkan dengan rantai komunikasi. Semua pernyataan didasarkan oleh pernyataan yang lain, baik secara eksplisit maupun implisit. Dalam hal ini, kata-kata yang pernah diungkapkan sebelumnya dievaluasi, diasimilasi, dan diekspresikan kembali dalam bentuk ungkapan yang lain. Setiap teks, diungkapkan berdasarkan atas dan mendasari teks yang lain.

  Sementara itu, discourse practice merupakan dimensi yang berhubungan dengan proses produksi dan konsumsi teks. Sebuah teks berita, khususnya yang dihasilkan oleh suatu media, pada dasarnya dihasilkan melewati suatu proses yang meliputi pola kerja, bagan kerja, serta rutinitas dalam struktur pengorganisasian media tersebut. Sebuah hasil liputan berupa teks oleh wartawan, akan diolah kembali oleh editor di ruangan redaksi. Adapun proses konsumsi teks juga dapat ditentukan oleh konteks sosial yang menyertainya.

  Sedangkan sociocultural practice adalah dimensi yang berhubungan dengan konteks di luar teks. Konteks di sini memasukkan banyak hal, yang mencakup konteks situasi, konteks dari praktik institusi dari media yang bersangkutan dalam hubungannya dengan masyarakat atau budaya atau politik tertentu. Sebagai contoh situasi politik media, budaya media, ekonomi media tertentu yang mempengaruhi pembuatan berita.

I. 2. Fokus Masalah

  Dari uraian dalam konteks masalah yang telah dipaparkan, fokus masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimana berita mengenai kemenangan pasangan Gatot Pujo Nugroho–Tengku Erry Nuradi (Ganteng) dalam hasil quick count (hitung cepat) pemilukada Sumatera Utara 2013 ditampilkan dalam pemberitaan di Harian Analisa?”

  Sebagai pembatasan masalah, penelitian ini hanya akan meneliti satu berita saja dari edisi Jumat, 8 Maret 2013 sebagai objek atau data penelitian. Adapun berita yang dimaksud merupakan berita headline pada edisi tersebut dengan judul “Hitungan Cepat, Gatot- T Erry Unggul dalam Satu Putaran”.

  I.3. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk mencapai tujuan berikut: 1. Untuk mengetahui bagaimana Harian Analisa mewacanakan pasangan

  Gatot Pujo Nugroho – Tengku Erry Nuradi (Ganteng) 2. Untuk mengetahui bagaimana Harian Analisa memproduksi dan mereproduksi wacana kemenangan pasangan Gatot Pujo Nugroho –

  Tengku Erry Nuradi (Ganteng) 3. Untuk mengetahui bagaimana ideologi Harian Analisa dalam memandang pasangan Gatot Pujo Nugroho – Tengku Erry Nuradi (Ganteng)

  I.4 Manfaat penelitian

  Adapun manfaat yang akan didapat dari penelitian ini adalah: 1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas khazanah pengetahuan dalam bidang Ilmu Komunikasi, terutama bagi mahasiswa

  Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.

  2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberi wawasan dan merangsang kepedulian peneliti dan mahasiswa lainnya tentang politik dalam negeri yang akan sangat menentukan bagi kehidupan di Indonesia.

Dokumen yang terkait

Peranan Panitia Pengawas Pemilu Kota Medan Pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013

5 75 166

Peran Juru Kampanye PKS Di Kecamatan Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan Dalam Proses Pemenangan Pasangan Gatot Pujo Nugroho dan Tengku Erry Nuradi Pada Pemilihan Kepala Daerah Tahun 2013

1 54 120

Perilaku Pemilih Pemula Pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Sumatera Utara Tahun 2013

1 64 93

Pemberitaan Kemenangan Pasangan Gatot Pujo Nugroho – Tengku Erry Nuradi (Ganteng) Dalam Hasil Hitung Cepat Pemilukada Sumatera Utara 2013 Pada Harian Analisa Dalam Perspektif Analisis Wacana Kritis

0 65 111

Perilaku Pemilih Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Sumatera Utara Tahun 2013 Di Kecamatan Medan Helvetia

0 54 79

BAB IV PEMBAHASAN A. Muhammadiyah dan Politik - Pengaruh Kebijakan Muhammadiyah Sumatera Utara Terhadap Pemilihan Kepala Daerah (Analisis Pemilihan Gubernur Dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Periode 2013 – 2018) - Repository UIN Sumatera Utara

0 1 14

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Kebijakan - Pengaruh Kebijakan Muhammadiyah Sumatera Utara Terhadap Pemilihan Kepala Daerah (Analisis Pemilihan Gubernur Dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Periode 2013 – 2018) - Repository UIN Sumatera Utara

1 4 9

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah - Distorsi Komunikasi Komunitas Film Sumatera Utara (Kofi Sumut) (Studi Deskriptif Kualitatif Gangguan Komunikasi Organisasi Pada Komunitas Film Sumatera Utara Selama Produksi Sampai Dengan Pemutaran Perdana Film “Omn

0 0 7

BAB I Pendahluan 1.1. Latar belakang - Perilaku Pemilih Pemula Pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Sumatera Utara Tahun 2013

0 0 33

BAB II KAJIAN PUSTAKA II.1 Kerangka Teoritis Setiap penelitian perlu untuk menjelaskan gambaran tentang landasan - Pemberitaan Kemenangan Pasangan Gatot Pujo Nugroho – Tengku Erry Nuradi (Ganteng) Dalam Hasil Hitung Cepat Pemilukada Sumatera Utara 2013 Pa

0 0 20