Peranan Panitia Pengawas Pemilu Kota Medan Pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013

(1)

PERANAN PANITIA PENGAWAS PEMILU KOTA MEDAN

PADA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN

WAKIL KEPALA DAERAH PROVINSI

SUMATERA UTARA

TAHUN 2013

TESIS

Oleh

MARLIZA

127024011/SP

PROGRAM STUDI MAGISTER STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PERANAN PANITIA PENGAWAS PEMILU KOTA MEDAN

PADA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN

WAKIL KEPALA DAERAH PROVINSI

SUMATERA UTARA

TAHUN 2013

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Magister Studi Pembangunan (MSP) Program Studi Magister Studi Pembangunan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poltik Universitas Sumatera Utara

OLEH

MARLIZA

127024011/SP

PROGRAM STUDI MAGISTER STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Judul Tesis : PERANAN PANITIA PENGAWAS PEMILU KOTAMEDAN PADA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2013

Nama Mahasiswa : Marliza Nomor Pokok : 127024011

Program Studi : Studi Pembangunan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Subhilhar, Ph.D)

Ketua Anggota

(Heri Kusmanto, MA, Ph.D)

Ketua Program Studi Dekan

(Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA) (Prof. Dr. Badaruddin. M.Si)


(4)

Telah diuji pada Tanggal : 01 Juli 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Subhilhar, Ph.D Anggota : Heri Kusmanto, MA, Ph.D

: Warjio, MA, Ph.D : Hatta Ridho, S.Sos, MSP : Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA


(5)

PERNYATAAN

PERANAN PANITIA PENGAWAS PEMILU KOTAMEDAN PADA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN

WAKIL KEPALA DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA

TAHUN 2013

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 01 Juli 2014 Penulis


(6)

PERANAN PANITIA PENGAWAS PEMILU KOTA MEDAN PADA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA

DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2013

ABSTRAK

Pengawas Pemilu merupakan bagian penting dalam penyelenggaraan Pemilu Kada, karena Pemilu Kada yang jujur, adil, dan demokratis sangat tergantung pada sejauh mana Pengawas Pemilu bekerja dengan baik dan menjamin Pemilu Kada berlangsung secara demokratis. Tesis ini berjudul ” PERANAN PANITIA PENGAWAS PEMILUKOTA MEDAN PADA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKILKEPALA DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2013”. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian dilakukan di Kota Madya Medan dengan unit analisis adalah Panita Pengawas Pemilu (Panwaslu) Kota Medan. Pemilihan lokasi dan unit analisis didasarkan atas pertimbangan Kota Medan merupakan kota terbesar di Provinsi Sumatera Utara dengan tingkat kompleksitas yang tinggi, jumlah penduduk yang banyak dan jumlah pemilih yang paling banyak di Provinsi Sumatera Utara, sehingga permasalahan pemilu juga sangat kompleks dan banyak, disamping itu juga disebabkan adanya konflik internal di antara komisioner Panwaslu Kota Medan pada waktu Pemilu Kada tersebut. Hasil Penelitian sebagai berikut : (1). Panitia Pengawas Pemilu Kota Medan telah menjalankan perannya sebagai pengawas Pemilu Kada sesuai dengan yang diamanatkan oleh undang-undang. Berdasarkan wewenang yang diberikan undang-undang Panwaslu Kota Medan sudah menjalankan perannya dengan cukup baik, namun hasil penelitian menunjukkan peran pengawasan yang dilakukan Panwaslu Kota Medan belum maksimal pada tahapan Pemutakhiran Data Pemilih Berdasarkan Data Kependudukan dan Penetapan Daftar Pemilih Sementara dan Daftar Pemilih Tetap, dan pada penanganan pelanggaran tindak pidana pemilu. (2). Dari hasil penelitian dapat diketahui yang menjadi hambatan bagi Panwaslu Kota Medan dalam menjalankan tugas pengawasan penyelenggaraan pemilu pada Pemilu Kada Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013 adalah adanya sifat ad hoc yang melekat pada Panwaslu Kabupaten/Kota; masalah sumber daya manusia; kurangnya fasilitas dan minimnya dana pada panwaslu kota Medan; konflik internal di dalam tubuh Panwaslu kota Medan; kurangnya sosialisasi yang bisa dilakukan Panwaslu Kota Medan; kurangnya partisipasi masyarakat dalam membantu pengawasan Pemilu Kada; lemahnya kerjasama antar lembaga; banyaknya peraturan dan perundang-undangan yang tidak jelas dan tidak tegas.


(7)

THE ROLE OF THE SUPERVISORY COMMITTEE OF ELECTIONS OF MEDAN IN THE ELECTIONS OF THE GOVERNOR AND VICE

GOVERNOR OF NORTH SUMATERA IN 2013

ABSTRACT

The supervisory of elections is an important part in the holding of the regional head elections, because the regional head election became honest, fair and democratic depends greatly on the extent to which the supervisory of elections work well and ensures the regional head elections take place in a democratic. The title of thesis was “THE ROLE OF THE SUPERVISORY COMITTEE OF ELECTIONS OF MEDAN IN THE ELECTIONS OF THE GOVERNOR AND VICE GOVERNOR OF NORTH SUMATERA IN 2013. This research was a descriptive study with a qualitative approach. The research was conducted in the City of Medan with analysis unit was The Supervisory Comittee of Elections of Medan. Choice of the location and the analysis unit based on the considerations that Medan is the biggest city in North Sumatera Province with the high level complexity, high populations and the number of voters at most in North Sumatera Province, so the elections problems are also big and very complex and beside that, also due to internal conflict among the commissioners of the Election Supervisory Committee of Medan at the time of the regional head elections.The result of research :(1)The Supervisory Committee of Elections of Medan has run its role as overseer of the regional head elections in accordance to the legislation. Based on the authority given by the legislation, The Supervisory Committee of Elections of Medan has been running the role pretty well, but the result of the research indicated the role of The Supervisory Committee of Elections of Medan played has not been fullest at the stage of updating the voters data and the voters list, and handling violations criminal acts of election (2). Based on the results of the research can be known that become barriers to The Supervisory Committee of Elections of Medan in carrying it’s supervisory task of organizing in The Elections of The Governor and Vice Governor of North Sumatera in 2013 is the existence of an ad hoc nature inherent in The Supervisory Committee of Elections of Medan; Human Resources problems; lack of facilities and lack of funds in The Supervisory Committee of Elections of Medan; internal conflict in The Supervisory Committee of Elections of Medan; the lack of socialization can be done by The Supervisory Committee of Elections of Medan; the lack of community participation in helping of the regional head election supervision; weak cooperation between institutions;too many laws and regulations that are not obvious and not firm.

Key note : The role play, The Supervisory Committee of Elections of Medan, The head regional elections


(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang atas berkat rahmat dan hidayahnya, penulis telah berhasil menyelesaikan penulisan tesis ini dengan baik dan tepat waktu.

Tesis yang berjudul “Peranan Panitia Pengawas Pemilu Kota Medan Pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013” ini membahas tentang bagaimana Panitia Pengawas Pemilu Kota Medan menjalankan peranannya pada Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi Sumatera Utara Pada Tahun 2013 dan hambatan-hambatan yang dihadapi dalam menjalankan peran pengawasan tersebut.

Dalam menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tesis ini penulis banyak mendapat bantuan dan dukungan. Dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTMH, MSc (CTM), SpA (K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA selaku Ketua Program Studi Magister Studi Pembangunan Universitas Sumatera Utara

4. Bapak Dr. R. Hamdani Harahap, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Magister Studi Pembangunan Universitas Sumatera Utara


(9)

6. Bapak Heri Kusmanto, MA, Ph.D selaku Dosen Pembimbing II 7. Bapak Warjio, MA, Ph.D selaku Dosen Pembanding

8. Bapak Hatta Ridho, S.Sos, MSP selaku Dosen Pembanding

9. Bapak dan Ibu seluruh Dosen dan Staf pengajar Program Studi Magister Studi Pembangunan Universitas Sumatera Utara

10.Para informan: Bapak Drs. Masa Padang ; Bapak Irfan Fadila Mawi, SH; Ibu Helen Napitupulu, SH; Bapak Marasina Famly; Bapak Haris Ricardo; Bapak Azhariyadi ; Ibu Dra. Evi Novida Ginting, MSP; Bapak Pandapotan Tamba, SH, MH; Bapak Salman Al Farisi, Lc, MA; Bapak Adi Haris Siregar, SE; Bapak Edward Simatupang.

11.Ibunda tercinta Hj. Zahara Lubis, kakak dan adik-adik tercinta : Riza Octariana Harahap, SH; Masyitoh Harahap, SH; Sulaiman Harahap, SH, MSP dan Aida Fitria Harahap, S.Sos, Msi.

12.Rekan-rekan Mahasiswa/i Program Magister Studi Pembangunan, FISIP USU Medan.

13.Sdri. Herlina Dewiana M. Lubis, SE yang juga telah banyak memberikan bantuan pada saat penelitian.

Akhirnya kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu, yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. Semoga segala bentuk kebaikan yang telah diberikan mendapat ganjaran yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amiin.

Medan, 01 Juli 2014 Penulis Marliza


(10)

RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS

Nama : Marliza

Tempat Tanggal lahir : Sibolga, 01 Maret 1965 Pekerjaan : Financial Consultant

Alamat : Blok SS No. 99 Tasbi, Medan

PENDIDIKAN

a. SD Sutomo Medan lulus Tahun 1977

b. SMP Tunas Kartika Medan lulus Tahun 1981 c. SMA N I Ambon lulus Tahun 1984

d. Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Banda Aceh lulus Tahun 1989

PENGALAMAN KERJA

- Account Officer Bank Bukopin Yogyakarta - Financial Consultant PT. Asuransi Allianz Life

Indonesia

- Senior Agency Manager PT. MNC Life

- Anggota Panwaslu Kecamatan Medan Selayang pada PILEG Tahun 2009, PILPRES Tahun 2009, PEMILU KADA KOTA MEDAN Tahun 2010.

Demikian Daftar Riwayat Hidup ini saya perbuat untuk dapat diketahui.

Medan, 01 Juli 2014


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Permasalahan ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Pengertian Pengawasan ... 9

2.2. Pengertian Pengawas Pemilu ... 11

2.3. Sejarah Pengawas Pemilu ... 12

2.4. Peranan Pengawas Pemilu ... 19

2.5. Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013 ... 22

2.6. Kerangka Berpikir ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

3.1. Jenis/Desain Penelitian ... 26

3.2. Lokasi Penelitian/ Unit Analisis ... 26

3.3. Informan ... 26


(12)

3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 28

3.6. Metode Analisis / Analisis Data ... 28

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 29

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 29

4.1.1. Gambaran Umum Kota Medan ... 29

4.1.2. Panitia Pengawas Pemilu Kota Medan ... 30

4.2. Peranan Panitia Pengawas Pemilu Kota Medan pada Pemilu Kada Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013 ... 31

4.2.1.Mengawasi Tahapan ... 35

4.2.1.1. Pemutakhiran data pemilih berdasarkan data kependudukan dan penetapan daftar pemilih sementara dan daftar pemilih tetap ... 35

4.2.1.2. Pencalonan, proses pencalonan dan penetapan calon gubernur ... 41

4.2.1.3. Pelaksanaan kampanye ... 42

4.2.1.3.1. Penertiban alat peraga kampanye 42

4.2.1.3.2. Pengawasan kampanye rapat umum.. 46

4.2.1.3.3. Pengawasan terhadap Minggu tenang 48

4.2.1.3.4.Pengawasan terhadap politik uang (money politic) ... 52

4.2.1.4. Pengadaan logistik pemilu dan pendistribusiannya ... 56

4.2.1.5. Pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan suara hasil pemilu dan mengendalikan pengawasan seluruh proses penghitungan suara ... 58

4.2.1.6. Pergerakan surat suara dari tingkat TPS sampai ke PPK ... 62

4.2.1.7 Proses rekapitulasi suara yang dilakukan oleh KPU kabupaten/kota dari seluruh kecamatan ... 63

4.2.2. Menerima Laporan Dugaan Pelanggaran terhadap Pelaksanaan Peraturan Perundang-undangan Mengenai Pemilu ... 64

4.2.3. Menyampaikan Temuan dan Laporan Kepada KPU Kabupaten/ Kota Untuk Ditindaklanjuti ... 66

4.2.4 Meneruskan Temuan dan Laporan yang Bukan Menjadi Kewenangannya kepada Instansi yang Berwenang ... 68


(13)

4.2.5 Mengawasi Pelaksanaan Sosialisasi Penyelenggaraan

Pemilu ... 69

4.3. Hambatan-hambatan dalam Pelaksanaan Pengawasan Pemilu pada Pemilu Kada Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013 ... 70

4.3.1. Sifat Ad hoc ... 70

4.3.2. Sumber Daya Manusia ... 76

4.3.3 Fasilitas dan Dana ... 83

4.3.4. Konflik Internal ... 88

4.3.5. Kerjasama Antar Lembaga ... 92

4.3.6. Sosialisasi ... 108

4.3.7. Partisipsi Masyarakat ... 110

4.3.8. Peraturan dan Perundang-undangan ... 112

4.4. Pembahasan ... 122

BAB V PENUTUP ... 131

5.1. Kesimpulan ... 131

5.2. Saran ... 132

DAFTAR PUSTAKA ... 133 .


(14)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman 2.1 Kerangka Pemikiran...25


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Susunan Organisasi Panwaslu Kota Medan ... 138 2. Susunan Organisasi Panwaslu Kecamatan ... 139 3.Daftar Nama Kecamatan dan Kelurahan di Kota Medan ... 140 4. Daftar Pertanyaan Wawancara dengan Informan Utama (Key Informan .... 145

5. Daftar Pertanyaan Wawancara dengan Informan Tambahan ... 146 6. Tahapan Program dan jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Umum

Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Tahun 2013 ... 147 7. Laporan Rekapitulasi Penanganan pelanggaran panwaslu

Kota Medan ... 152 8. Surat Izin Penelitian ... 161


(16)

PERANAN PANITIA PENGAWAS PEMILU KOTA MEDAN PADA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN

WAKIL KEPALA DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA

TAHUN 2013

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Magister Studi Pembangunan (MSP) Program Studi Magister Studi Pembangunan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poltik Universitas Sumatera Utara

Oleh Marliza 127024011

PROGRAM STUDI MAGISTER STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(17)

Judul Tesis : PERANAN PANITIA PENGAWAS PEMILU KOTAMEDAN PADA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2013

Nama Mahasiswa : Marliza Nomor Pokok : 127024011

Program Studi : Studi Pembangunan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Subhilhar, Ph.D)

Ketua Anggota

(Heri Kusmanto, MA, Ph.D)

Ketua Program Studi Dekan

(Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA) (Prof. Dr. Badaruddin. M.Si)


(18)

Telah diuji pada Tanggal : 01 Juli 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Subhilhar, Ph.D Anggota : Heri Kusmanto, MA, Ph.D

: Warjio, MA, Ph.D : Hatta Ridho, S.Sos, MSP : Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA


(19)

PERNYATAAN

PERANAN PANITIA PENGAWAS PEMILU KOTAMEDAN PADA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN

WAKIL KEPALA DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA

TAHUN 2013

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 01 Juli 2014 Penulis


(20)

PERANAN PANITIA PENGAWAS PEMILU KOTA MEDAN PADA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA

DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2013

ABSTRAK

Pengawas Pemilu merupakan bagian penting dalam penyelenggaraan Pemilu Kada, karena Pemilu Kada yang jujur, adil, dan demokratis sangat tergantung pada sejauh mana Pengawas Pemilu bekerja dengan baik dan menjamin Pemilu Kada berlangsung secara demokratis. Tesis ini berjudul ” PERANAN PANITIA PENGAWAS PEMILUKOTA MEDAN PADA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKILKEPALA DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2013”. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian dilakukan di Kota Madya Medan dengan unit analisis adalah Panita Pengawas Pemilu (Panwaslu) Kota Medan. Pemilihan lokasi dan unit analisis didasarkan atas pertimbangan Kota Medan merupakan kota terbesar di Provinsi Sumatera Utara dengan tingkat kompleksitas yang tinggi, jumlah penduduk yang banyak dan jumlah pemilih yang paling banyak di Provinsi Sumatera Utara, sehingga permasalahan pemilu juga sangat kompleks dan banyak, disamping itu juga disebabkan adanya konflik internal di antara komisioner Panwaslu Kota Medan pada waktu Pemilu Kada tersebut. Hasil Penelitian sebagai berikut : (1). Panitia Pengawas Pemilu Kota Medan telah menjalankan perannya sebagai pengawas Pemilu Kada sesuai dengan yang diamanatkan oleh undang-undang. Berdasarkan wewenang yang diberikan undang-undang Panwaslu Kota Medan sudah menjalankan perannya dengan cukup baik, namun hasil penelitian menunjukkan peran pengawasan yang dilakukan Panwaslu Kota Medan belum maksimal pada tahapan Pemutakhiran Data Pemilih Berdasarkan Data Kependudukan dan Penetapan Daftar Pemilih Sementara dan Daftar Pemilih Tetap, dan pada penanganan pelanggaran tindak pidana pemilu. (2). Dari hasil penelitian dapat diketahui yang menjadi hambatan bagi Panwaslu Kota Medan dalam menjalankan tugas pengawasan penyelenggaraan pemilu pada Pemilu Kada Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013 adalah adanya sifat ad hoc yang melekat pada Panwaslu Kabupaten/Kota; masalah sumber daya manusia; kurangnya fasilitas dan minimnya dana pada panwaslu kota Medan; konflik internal di dalam tubuh Panwaslu kota Medan; kurangnya sosialisasi yang bisa dilakukan Panwaslu Kota Medan; kurangnya partisipasi masyarakat dalam membantu pengawasan Pemilu Kada; lemahnya kerjasama antar lembaga; banyaknya peraturan dan perundang-undangan yang tidak jelas dan tidak tegas.


(21)

THE ROLE OF THE SUPERVISORY COMMITTEE OF ELECTIONS OF MEDAN IN THE ELECTIONS OF THE GOVERNOR AND VICE

GOVERNOR OF NORTH SUMATERA IN 2013

ABSTRACT

The supervisory of elections is an important part in the holding of the regional head elections, because the regional head election became honest, fair and democratic depends greatly on the extent to which the supervisory of elections work well and ensures the regional head elections take place in a democratic. The title of thesis was “THE ROLE OF THE SUPERVISORY COMITTEE OF ELECTIONS OF MEDAN IN THE ELECTIONS OF THE GOVERNOR AND VICE GOVERNOR OF NORTH SUMATERA IN 2013. This research was a descriptive study with a qualitative approach. The research was conducted in the City of Medan with analysis unit was The Supervisory Comittee of Elections of Medan. Choice of the location and the analysis unit based on the considerations that Medan is the biggest city in North Sumatera Province with the high level complexity, high populations and the number of voters at most in North Sumatera Province, so the elections problems are also big and very complex and beside that, also due to internal conflict among the commissioners of the Election Supervisory Committee of Medan at the time of the regional head elections.The result of research :(1)The Supervisory Committee of Elections of Medan has run its role as overseer of the regional head elections in accordance to the legislation. Based on the authority given by the legislation, The Supervisory Committee of Elections of Medan has been running the role pretty well, but the result of the research indicated the role of The Supervisory Committee of Elections of Medan played has not been fullest at the stage of updating the voters data and the voters list, and handling violations criminal acts of election (2). Based on the results of the research can be known that become barriers to The Supervisory Committee of Elections of Medan in carrying it’s supervisory task of organizing in The Elections of The Governor and Vice Governor of North Sumatera in 2013 is the existence of an ad hoc nature inherent in The Supervisory Committee of Elections of Medan; Human Resources problems; lack of facilities and lack of funds in The Supervisory Committee of Elections of Medan; internal conflict in The Supervisory Committee of Elections of Medan; the lack of socialization can be done by The Supervisory Committee of Elections of Medan; the lack of community participation in helping of the regional head election supervision; weak cooperation between institutions;too many laws and regulations that are not obvious and not firm.

Key note : The role play, The Supervisory Committee of Elections of Medan, The head regional elections


(22)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan rakyat didalam konstitusinya. Hal ini menunjukkan bahwa kedaulatan rakyat merupakan suatu keniscayaan dalam sistem bernegara di negara-negara dunia saat ini. Manifestasi dari kedaulatan rakyat dapat dilihat dari partisipasi rakyat dalam pemilihan umum dan keterlibatan dalam partai politik. Sebagai negara yang menganut sistem demokrasi Negara Indonesia menyatakan bahwa rakyat sebagai pemegang kekuasaan dan wewenang tertinggi dalam Negara.

Salah satu variabel ukuran negara demokrasi adalah pemilihan umum. Dalam perkembangan demokrasi di Indonesia sejak reformasi hingga saat ini telah berkembang pemikiran untuk mengimplementasikan asas kedaulatan rakyat dengan berbagai cara, tidak hanya terbatas pada partisipasi mereka dalam Pemilu untuk memilih anggota legislatif yang merupakan perwujudan wakil rakyat, melainkan juga melalui pemilihan lembaga eksekutif mulai dari lembaga eksekutif tertinggi yaitu presiden sampai kepala daerah.

Pemilihan umum secara langsung oleh rakyat merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan Negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan Undang Dasar 1945. Undang-Undang Dasar 1945 dalam Pasal 1 ayat (2) menyatakan bahwa “Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”.


(23)

Penyelenggaraan pemilihan umum secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dapat terwujud apabila dilaksanakan oleh penyelenggara pemilihan umum yang mempunyai integritas, profesionalisme dan akuntabilitas.

Menurut Miriam Budiardjo (2008) di kebanyakan negara demokrasi, pemilihan umum dianggap lambang, sekaligus tolok ukur, dari demokrasi itu. Hasil pemilihan umum yang diselenggarakan dalam suasana keterbukaan dengan kebebasan berpendapat dan berserikat, dianggap mencerminkan dengan agak akurat partisipasi serta aspirasi masyarakat.

Berdasarkan UU No. 15 Tahun 2011 bahwa penyelenggaraan pemilihan umum yang berkualitas diperlukan sebagai sarana untuk mewujudkan kedaulatan rakyat dalam pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Pilkada merupakan salah satu bentuk pelaksanaan demokrasi di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian khusus untuk Pilkada direvisi menjadi Undang-Undang Nomor 12 tahun 2008. Berdasarkan UU No.32 Tahun 2004 bahwa Kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Sedangkan tentang penyelenggara pemilu diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 tahun 2007 yang kemudian direvisi menjadi Undang-Undang Nomor 15 tahun 2011.

Keberhasilan penyelenggaraan Pilkada langsung di Indonesia, sangat tergantung pada kinerja penyelengara Pemilu dalam hal ini Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) selaku pelaksana dan Panitia Pengawas Pemilihan Umum


(24)

(Panwaslu) sebagai lembaga pengawasan yang mengawasi jalannya tahapan pelaksanaan Pilkada. UU No. 15 tahun 2011 menyebutkan Bahwa untuk meningkatkan kualitas penyelengaraan pemilihan umum yang dapat menjamin pelaksanaan hak politik masyarakat dibutuhkan penyelenggara pemilihan umum yang professional serta mempunyai integritas, kapabilitas, dan akuntabilitas.

Menurut Ramlan Surbakti, Didik Supriyanto, Topo Santoso (2008) standar internasional pemilu demokratis sebetulnya tidak mengharuskan adanya lembaga pengawas pemilu untuk menjamin pelaksanaan pemilu yang jujur dan adil (free and fair elections). Praktik pemilu di negara-negara yang sudah berpengalaman melaksanakan pemilu yang demokratis tidak membutuhkan lembaga pengawas pemilu. Namun perancang undang-undang pemilu pasca-Orde Baru tetap menghendaki lembaga itu eksis, karena posisinya dinilai strategis dalam upaya menegakkan asas pemilu yang luber dan jurdil.

Menurut Gregorius Sahdan dan Muhtar Haboddin (2009) dalam Evaluasi Kritis Penyelenggaraan Pilkada di Indonesia, bahwa Pilkada yang demokratis mengharuskan adanya lembaga pengawasan yang independen dan otonom. Lembaga ini dibentuk untuk memperkuat pilar demokrasi, meminimalkan terjadinya kecurangan dalam pilkada sebagai inti tesis dari pembentukan pemerintahan yang berkarakter. Dengan begitu Panwaslu Pilkada, tidak hanya bertanggungjawab terhadap pembentukan pemerintahan yang demokratis, tetapi juga ikut andil dalam membuat rakyat memilih kandidat kepala daerah yang mereka anggap mampu.


(25)

Menurut Ramlan Surbakti, Didik Suprayitno, Topo Santoso (2008) Pemantau, saksi dan pengawas pemilu punya peran penting dalam menjaga integritas proses dan hasil Pemilu. Peran itu menjadi keniscayaan, karena penyelenggara Pemilu tidak mungkin bisa ditangani sendiri oleh KPU dan jajarannya. Selain itu, dalam kompetisi politik yang ketat seperti Pemilu, selalu saja ada pihak-pihak yang ingin meraih kemenangan dengan menghalalkan segala cara. Potensi atau wujud pelanggaran peraturan atau penyalah gunaan kewenangan itu harus dihadapi secara sungguh-sungguh, bila tidak ingin proses dan hasil pemilu diragukan keabsahannya.

Tugas dan Kewenangan Pengawas Pemilu dalam UU No. 15/ 2011 diatur dalam Pasal 77 ayat (1) huruf (a) sampai (i), merupakan acuan Pengawas Pemilu dalam mengawasi pelaksanaan Pemilu Kada antara lain:

a. Mengawasi tahapan penyelenggaraan Pemilu di wilayah kabupaten/ kota. b. Menerima laporan dugaan pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan

perundang- undangan mengenai Pemilu.

c. Menyelesaikan temuan dan laporan sengketa penyelenggaraan Pemilu yang tidak mengandung unsur tindak pidana.

d. Menyampaikan temuan dan laporan kepada KPU Kabupaten/ Kota untuk ditindak lanjuti.

e. Meneruskan temuan dan laporan yang bukan menjadi kewenangannya kepada instansi yang berwenang.

f. Menyampaikan laporan kepada Bawaslu sebagai dasar untuk mengeluarkan rekomendasi Bawaslu yang berkaitan dengan adanya dugaan tindakan yang


(26)

mengakibatkan terganggunya tahapan penyelenggaraan Pemilu oleh penyelenggara Pemilu di tingkat kabupaten/ kota.

g. Mengawasi pelaksanaan tindak lanjut rekomendasi Bawaslu tentang pengenaan sanksi kepada anggota KPU Kabupaten/ Kota, sekretaris dan pegawai sekretariat KPU Kabupaten/ kota yang terbukti melakukan tindakan yang mengakibatkan terganggunya tahapan penyelenggaraan Pemilu yang sedang berlangsung.

h. Mengawasi pelaksanaan sosialisasi penyelenggaraan Pemilu.

i. Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diberikan oleh undang-undang. Menurut Topo Santoso (2007), Sejauh ini masih banyak yang meyakini, Pemilu bisa berjalan demokratis jika ada pengawasan yang dilakukan secara terbuka jujur dan adil. Untuk menciptakan pemilu yang bersih diperlukan pengawasan yang efektif. Dengan demikian, Panwaslu merupakan pilar inti dalam penyelenggaraan Pemilu Kada, karena Pemilu Kada yang jujur, adil, dan demokratis, sangat tergantung pada sejauh mana Panwaslu bekerja dengan baik dan menjamin Pemilu Kada berlangsung secara demokratis.

Dari 1.013 penyelenggaraan Pilkada langsung sejak 2005 tercatat tidak sedikit kerusuhan yang terjadi akibat ketidaksiapan pasangan kandidat menerima kekalahan Pilkada. Kerusuhan tersebut turut membawa kerugian bagi masyarakat lokal setempat dengan pembakaran aset pemda dan bahkan menyebabkan warga meninggal dunia. Selain itu juga biaya mahal yang dikeluarkan Pemerintah dan calon menjadikan praktik korupsi di kalangan kepala daerah dan wakil kepala daerah semakin menjamur. Berdasarkan catatan Kemendagri, sedikitnya 75 warga


(27)

tewas akibat konflik selama proses Pilkada di daerah. Selain itu, biaya tinggi pilkada juga menyebabkan 86 persen dari 310 kepala daerah bermasalah hukum terjerat kasus korupsi

Kerusuhan-kerusuhan dan konflik yang timbul pasca penyelenggaraan Pilkada di suatu daerah tidak terlepas dari adanya pelanggaran-pelanggaran, kecurangan-kecurangan dan sengketa selama masa pilkada, sehingga menimbulkan ketidak puasan terhadap hasil pilkada. Disamping itu masalah biaya pilkada yang tinggi juga tidak terlepas dari adanya praktek-praktek politik uang (money politic) yang ada selama masa Pilkada.

Berdasarkan hal tersebut maka peranan Panwaslu menjadi sangat penting dalam menunjang terselenggaranya Pemilu Kada yang jujur, adil, dan demokratis, untuk itu perlu dikaji bagaimana peranan pengawas Pemilu dalam Pemilu Kada.

Sudah banyak penelitian sebelumnya tentang pemilu dan peranan pengawas pemilu diantaranya Musfialdy yang mengkaji Peran Panitia Pengawas Pemilu Tingkat Kabupaten dalam Upaya Meminimalisasi Konflik Horizontal Antar Peserta Pemilihan Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah di Kabupaten Solok Selatan Tahun 2010 dan Jufri, SH mengkaji tentang Efektifitas Peran Panwaslu dalam Pilkada Provinsi di Kabupaten Pohuwato.

Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk meneliti peranan Pengawas Pemilu. Dalam hal ini yang menjadi objek penelitian adalah peran Panwaslu Kota Medan pada Pemilu Kada Provinsi Sumatera Utara tahun 2013. Pemilu Kada Provinsi Sumatera Utara tahun 2013 dipilih karena sudah berlangsung pada tanggal 07 Maret


(28)

2013 yang lalu, dengan demikian semua tahapan penyelenggaraan sudah selesai, sehingga dapat dievaluasi peran pengawasan yang dilakukan oleh Pengawas Pemilu pada Pemilu Kada tersebut, sedangkan peran Panwaslu Kota Medan dipilih sebagai objek penelitian didasarkan pada adanya Pergantian Antar Waktu (PAW) dua anggota Panwaslu Kota Medan sebagai hasil evaluasi Bawaslu Provinsi Sumatera Utara; adanya konflik internal Panwaslu Kota Medan disebabkan perbedaan pendapat pada penanganan dugaan pelanggaran tahapan Pemilu Kada yang berakhir dengan pencabutan mandat dan mosi tidak percaya kepada Ketua Panwaslu Kota Medan oleh anggota Panwaslu Kota Medan, selain itu tidak adanya kasus pelanggaran pidana pemilu terutama kasus politik uang yang berhasil ditangani oleh Panwaslu Kota Medan menjadi alasan bagi peneliti untuk menjadikan Panwaslu Kota Medan sebagai objek penelitian.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana diuraikan di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Pengawas Pemilu Kota Medan melaksanakan peran pengawasan pada Pemilu Kada Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013.

2. Apa yang menjadi hambatan-hambatan dalam pelaksanaan pengawasan Pemilu pada Pemilu Kada Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013.

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk:

1. Menganalisa peran Pengawas Pemilu Kota Medan pada Pemilu Kada Provinsi Sumatera Utara tahun 2013.


(29)

2. Menganalisa hambatan-hambatan dalam pelaksanaan pengawasan Pemilu pada Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013.

1.4. Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Secara teoritis, melalui penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis untuk menambah pengetahuan dalam bidang pemilihan umum khususnya dan ilmu politik pada umumnya.

b. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran bagi Pengawas Pemilu, KPU, Partai Politik dan lembaga-lembaga yang terlibat dalam penyelenggaraan Pemilu dalam rangka peningkatan kualitas pelaksanaan demokrasi di Sumatera Utara.


(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Pengawasan

Pengertian pengawasan menurut George R. Terry (1968) adalah kegiatan untuk membuat evaluasi dan koreksi terhadap suatu hasil yang dicapai, dengan maksud agar hasil tersebut sesuai dengan rencana (Control is to determine what is accomplished evaluate it, and apply corrective measure, if needed to result in keeping with the plan). Dengan demikian tindakan pengawasan itu tidak dilakukan terhadap suatu proses kegiatan yang sedang berjalan, akan tetapi justru pada akhir suatu kegiatan setelah kegiatan tersebut menghasilkan sesuatu.

Hendry Fanyol dalam Henry Fayol dan Harahap (2001) menyebutkan: “Control consist in veryfiying wether everything accur in comformity with the plan asopted, the instruction issued and principles established. It has for object to point out weaknesses and errors in to rectivy then and prevent recurrance” Adapun maksud dari pengertian pengawasan diatas adalah suatu kegiatan yang menilai apakah sesuatu telah berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan, instruksi yang diberikan dan prinsip-prinsip yang ditegakkan. Melalui pengawasan tersebut akan dapat ditemukan kelemahan-kelemahan dan kesalahan- kesalahan untuk diperbaiki dan mencegah terulang kembali. Sementara itu menurut Newman (1963): Pengawasan adalah suatu usaha untuk menjamin agar tugas yang diberikan dilaksanakan sesuai dengan rencana (“control is assurance that the perfomance conform to plan”).Karena itu, pengawasan merupakan suatu tindakan yang dilakukan selama proses suatu kegiatan sedang berjalan.


(31)

S.P. Siagian (2002) mengambarkan pengawasan sebagai berikut; “Proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar pekerjaan yang sedang dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan.” Pengawasan tidak dilaksanakan pada akhir suatu kegiatan, justru pengawasan dilaksanakan pada saat kegiatan sedang berjalan untuk menilai dan mewarnai hasil yang akan dicapai oleh kegiatan yang sedang dilaksanakan tersebut.

Berdasarkan definisi diatas maka dapat dilihat Siagian sependapat dengan Newman dimana pengawasan menitik beratkan pada tindakan pengawasan pada proses yang sedang berjalan atau dilaksanakan. Pengawasan merupakan kegiatan untuk menilai suatu pelaksanaan tugas secara de facto dengan tujuan hanyalah terbatas untuk melihat apakah kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai dengan tolak ukur yang telah ditentukan sebelumnya karena di dalam pengawasan itu tidak ada kegiatan yang bersifat korektif ataupun pengarahan.

Secara teoritis pengawasan berfungsi sebagai : Eksplanasi, menghimpun informasi yang dapat menjelaskan mengapa hasil-hasil kebijakan publik dan program yang direncanakan berbeda; Akuntansi, menghasilkan informasi yang bermanfaat untuk melakukan akuntansi atas perubahan sosial ekonomi yang terjadi setelah dilaksanakannya sejumlah kebijakan publik dari waktu ke waktu;

Pemeriksaan, membantu menentukan apakah sumber daya dan pelayanan yang dimaksudkan untuk kelompok sasaran maupun konsumen tertentu memang telah sampai kepada mereka dan Kepatuhan, bermanfaat untuk menentukan apakah tindakan dari para administrator program, staf dan pelaku lain sesuai dengan


(32)

standar dan prosedur yang dibuat oleh legislator, instansi pemerintah dan atau lembaga profesional.

2.2. Pengertian Pengawas Pemilu

Pengertian Pengawas Pemilu menurut undang-undang Pemilu adalah nama sebuah lembaga Pengawas Pemilu. Di tingkat nasional atau pusat disebut dengan Badan Pengawas Pemilu Republik Indonesia (Bawaslu RI), sedangkan di tingkat provinsi disebut Badan Pengawas Pemilu Provinsi (Bawaslu Provinsi), di tingkat kabupaten/kota disebut Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Kabupaten/Kota, di tingkat kecamatan disebut Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Kecamatan, di tingkat kelurahan disebut Pengawas Pemilu Lapangan (PPL).

Badan Pengawas Pemilu di tingkat pusat bersifat permanen dengan masa kerja 5 tahun, sedangkan Bawaslu Provinsi sebelumnya bernama Panwaslu Provinsi yang bersifat ad hoc, namun dengan adanya Undang-Undang No. 15 Tahun 2011 Panwaslu Provinsi berganti menjadi Bawaslu Provinsi yang bersifat permanen untuk masa kerja 5 tahun. Panwaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan dan Pengawas Pemilu Lapangan adalah lembaga ad hoc yang dibentuk sebelum tahapan pertama Pemilu (pendaftaran pemilih) dimulai dan dibubarkan setelah calon yang terpilih dalam Pemilu dilantik.

Menurut undang-undang Pemilu Pengawas Pemilu adalah lembaga yang dibentuk untuk mengawasi pelaksanaan tahapan Pemilu, menerima pengaduan, serta menangani kasus-kasus pelanggaran administrasi, pelanggaran pidana pemilu, dan sengketa Pemilu.


(33)

2.3. Sejarah Pengawas Pemilu

Bangsa Indonesia pertama kali menyelenggarakan pemilihan umum pada tahun 1955. Sejak saat itu sampai dengan pemilu terakhir di tahun 2009 sudah diadakan sepuluh kali pemilihan umum yaitu pada tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 1999, dan 2004 serta 2009. Namun kepedulian akan pentingnya pengawasan dalam pemilu baru dilaksanakan pada tahun 1980. Pemerintah sebagai pihak penyelenggara pemilu pada saat itu segera membentuk badan pengawas pemilu dari tingkat pusat sampai daerah. Lembaga yang diberi nama Panitia Pengawasan Pelaksana (Panwaslak) ini dipimpin langsung oleh Jaksa Agung dan birokrasi sipil serta militer bertindak sebagai pelaksana lapangannya. Panwaslak sebagai pengawas pemilu internal ini baru diperkenalkan menjelang pemilu Orde Baru ke-3 dalam UU No. 2 tahun 1980 tentang perbaikan kedua kalinya UU No. 15/1969 tentang Pemilu anggota DPR/MPR.

Menurut Arbi Sanit (1997) Regulasi pada masa Orde Lama maupun Orde Baru menganut falsafah kekuasaan tradisional, yakni terdapatnya niat pemerintah sebagai pola hubungan kekuasaan dalam proses pengawasan pemilu, dimana pemilu diawasi sendiri oleh pemerintah sebagai pelaksananya (prinsip pengawasan internal).

Ada beberapa model pengawasan yang pernah dilaksanakan di Indonesia. 1

1 Musfialdy, S.Sos, M. Si: Mekanisme Pengawasan Pemilu Di Indonesia- Pertama, Model Pengawasan Pemilu bagian Kejaksaan Agung Panitia Pengawas Pelaksanaan Pemilihan Umum (PANWASLAK) sebagai

28 Oktober 2013, 15:30:21


(34)

pengawas pemilu internal ini baru diperkenalkan menjelang pemilu Orde Baru ke-3 dalam UU No. 2 tahun 1980 tentang perbaikan kedua kalinya UU No. 15/1969 tentang Pemilu anggota DPR/MPR. Perubahan ini lahir sebagai kekurang-efektifan parlemen karena dihasilkan pemilu tanpa pengawasan, dan kesulitan pemerintah dalam menghadapi krisis minyak, telah memaksa pemerintah dalam memenuhi kebutuhan terciptanya dukungan masyarakat kepada mereka. Keberadaan PANWASLAK merupakan organ pengawasan yang dibentuk oleh Panitia Pemilu di Indonesia (PPI). Lembaga ini dipimpin langsung oleh Jaksa Agung dan birokrasi sipil serta militer bertindak sebagai pelaksana lapangannya PANWASLAK dibentuk ditiap Panitia Pemilu mulai dari pusat hingga kecamatan. Komposisi keanggotaannya diambil dari unsur pemerintah, Golkar, PPP, PDI, dan ABRI. Kedua, Model Pengawasan Bagian Masyarakat berawal dari lontaran isu yang dilemparkan oleh PPP, yang akan membentuk Lajnah (lembaga pengawas) pemilu hingga ke tingkat kecamatan, menjelang pemilu 1997, sejumlah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) di Badung nekad mendirikan Lembaga Independen Pemantau Pemilu (LIPP) yang akan mengawasi pelaksanaan pemilu sejak pendaftaran pemilih sampai pengumuman perhitungan suara. Pendirian lembaga pengawas yang dideklarasikan di Bandung itu ternyata mendapat sambutan cukup luas dari para aktifis LSM, aktifis mahasiswa dan LBH di 10 propinsi lainnya di Indonesia. Tak berselang lama, lahirlah KIPP (Komite Independen Pengawas Pemilu) yang dimotori oleh Goenawan Muhammad dan kawan-kawan. Landasan filosofis didirikannya KIPP ini adalah realitas bahwa pemilu telah banyak dikotori dengan


(35)

kecurangan dan manipulasi, hak rakyat diabaikan. Kelahirannya adalah investasi jangka panjang untuk menciptakan demokrasi baru yang lebih baik, sehingga KIPP diorientasikan untuk membangun kepercayaan rakyat bahwa mereka bisa bekerja untuk perbaikan. Selain atas kehadiran LIPP dan KIPP, sejumlah tokoh yang dipelopori oleh Luhut Sitompul, dan kawan kawan, membentuk Tim Obyektif Pemantau Pemilu (TOPP). Institusi ini bersifat independen guna mendukung peran, posisi, serta fungsi PANWASLAK sebagai lembaga resmi yang berwenang melakukan pengawasan. (Wahidah, 2004). Ketiga, Model Pengawasan Pemilu Bagian Makamah Agung (MA) Pemilu 1999 lalu memang terbilang istimewa, sebab untuk pertama kalinya tugas pengawasan pemilu diserahkan kepada lembaga yudikatif, yakni Makamah Agung dan badan-badan peradilan dibawah. Keempat, Model Pengawasan Pemilu Bentukan KPU, berdasarkan Pasal 120 UU Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum anggota DPR, DPD, dan DPRD, untuk melaksanakan pengawasan pemilu dibentuk Panitia Pengawas Pemilu. Panitia Pengawas Pemilu ini dibentuk oleh KPU, sedangkan Panitia Pengawas Pemilu Provinsi sampai Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan dibentuk oleh Panitia Pengawas Pemilu diatasnya. Demikian juga Panitia Pengawas Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, menurut pasal 76 UU Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, tugas dan wewenang pengawasan pemilu Presiden dan Wakil Presiden dilakukan oleh panitia Pengawas Pemilu seperti Panitia Pengawas Pemilu DPR, DPD dan DPRD. Mekanisme kerja Penitia Pengawas Pemilu ini pun lebih banyak dikoordinasikan kepada KPU/KPUD. (Wahidah 2004). Kelima, Model Pangawasan Pemilu


(36)

bersifat tetap. Menurut Undang-Undang No. 22 Tahun 2007 penyelenggaraan pengawasan Pemilu dilakukan oleh Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu). Bawaslu dibantu oleh Panitia Pengawas Pemilu Provinsi, Panwaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Pengawas Pemilu Lapangan, dan Pengawas Pemilu Luar Negeri. Badan Pengawas Pemilu merupakan lembaga yang bersifat tetap. Anggotanya diangkat sekali dalam 5 tahun atau bersifat tetap. Sedangkan Panwaslu di Provinsi, Panwaslu di Kabupaten/Kota, Panwaslu di Kecamatan, Pengawas Pemilu Lapangan, dan Pengawas Pemilu Luar Negeri bersifat ad hoc. Panwaslu di Provinsi, Panwaslu di Kabupaten/Kota, Panwaslu di Kecamatan, Pengawas Pemilu Lapangan, dan Pengawas Pemilu Luar Negeri dibentuk paling lambat 1 (satu) bulan sebelum tahapan pertama penyelenggaraan Pemilu dimulai dan berakhir paling lambat 2 (dua) bulan setelah seluruh tahapan penyelenggaraan Pemilu selesai. Bawaslu berkedudukan di ibu kota negara. Panwaslu di Provinsi berkedudukan di ibu kota provinsi. Panwaslu Kabupaten/Kota berkedudukan di ibu kota Kabupaten/kota. Panwaslu Kecamatan berkedudukan di ibu kota kecamatan. Pengawas Pemilu Lapangan berkedudukan di desa/kelurahan. Pengawas Pemilu Luar Negeri berkedudukan di kantor perwakilan Republik Indonesia.

Kronologis pembentukan pengawas pemilu sejak tahun 1955 sampai dengan tahun 20092

1. Pemilu Tahun 1955: Penyelenggaraan Pemilu tahun 1955 tak lepas dari pengawasan, dan pemantauan yang dilakukan oleh partai-partai politik,

:

2 www.bawaslu.go.id


(37)

organisasi dan perseorangan serta aparatur pemerintahan yang ada hubungannya dengan penegak hukum dalam periode ini, lembaga pengawas secara resmi belum diatur di dalam Undang-Undang.

2. Pemilu Tahun 1971: Pengawasan penyelenggaraan Pemilu 1971 dilakukan oleh partai politik peserta pemilihan umum dan masyarakat, karena belum terbentuk lembaga khusus.

3. Pemilu Tahun 1977: Pengawasan pada Pemilu ini dilakukan oleh organisasi peserta pemilihan umum dan oleh masyarakat.

4. Pemilu Tahun 1982: Pembentukan Panwaslak Pemilu pada Pemilu 1982 dilatari oleh protes-protes atas banyaknya pelanggaran dan manipulasi penghitungan suara yang dilakukan oleh para petugas pemilu pada Pemilu 1971. Karena pelanggaran dan kecurangan pemilu yang terjadi pada Pemilu 1977 jauh lebih masif. Protes-protes ini lantas direspons pemerintah dan DPR yang didominasi Golkar dan ABRI. Akhirnya muncullah gagasan memperbaiki undang-undang yang bertujuan meningkatkan ‘kualitas’ Pemilu 1982.

Demi memenuhi tuntutan PPP dan PDI, pemerintah setuju untuk menempatkan wakil peserta pemilu ke dalam kepanitiaan pemilu. Selain itu, pemerintah juga mengintroduksi adanya badan baru yang akan terlibat dalam urusan pemilu untuk mendampingi Lembaga Pemilihan Umum (LPU). Badan baru ini Panitia Pengawas Pelaksanaan Pemilihan Umum (Panwaslak Pemilu) yang bertugas mengawasi pelaksanaan pemilu.


(38)

Pada Pemilu tahun 1982, lembaga pengawas Pemilu secara resmi sudah diatur di dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1980. Pengawasan dalam periode ini telah dilakukan oleh suatu lembaga resmi yang di bentuk berdasarkan undang-undang, yaitu :

a. Panwaslakpus terdiri dari seorang Ketua dan 5 (lima) orang wakil ketua dan anggota-anggota diambil dari unsur pemerintah.

b. Panwaslak I, terdiri dari seorang Ketua dan 5 (lima) orang wakil ketua dan anggota-anggota.

c. Panwaslak II, terdiri dari seorang Ketua dan 5 (lima) orang wakil ketua dan anggota-anggota.

d. Panwaslakcam, terdiri dari seorang Ketua dan 5 (lima) orang wakil ketua dan anggota-anggota.

Adapun sasaran pengawasan terhadap Pemilu Tahun 1982 adalah sebagai berikut: pendaftaran pemilih dan jumlah penduduk; kampanye; pengawasan penghitungan suara; pengawasan terhadap penetapan hasil pemilu; pengawasan terhadap pembagian kursi.

5. Pemilu Tahun 1987: Pada Pemilu 1987 lembaga dan sasaran pengawasan sama dengan Pemilu tahun 1982.

6. Pemilu Tahun 1992: Organisasi pengawasan, keanggotaan, tugas, dan sasaran pengawasan sama dengan Pemilu 1987.

7. Pemilu Tahun 1997: Organisasi pengawasan, keanggotaan, tugas, dan sasaran pengawasan sama dengan Pemilu 1987 dan Pemilu 1992.


(39)

8. Pemilu Tahun 1999: Dengan struktur, fungsi, dan mekanisme kerja yang baru, pengawas pemilu tetap diaktifkan untuk Pemilu 1999. Namanya pun diubah dari Panitia Pengawas Pelaksana Pemilihan Umum (Panwaslak Pemilu) menjadi Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu) Pembentukan, Pengangkatan dan Pelantikan Keanggotaan Panwaslu sebagai berikut :

a. Panwaslu Pusat berkedudukan di ibukota negara yang beranggotakan 30 (tiga puluh) orang.

b. Panwaslu Tingkat I berkedudukan di ibukota provinsi yang beranggotakan 17 (tujuh belas) orang.

c. Panwaslu Tingkat II berkedudukan di ibukota kabupaten/kotamadya yang beranggotakan sekurang-kurangnya 17 (tujuh belas) orang.

d. Panwaslu Tingkat Kecamatan (Panwaslucam) berkedudukan di ibukota kecamatan beranggotakan sekurang-kurangnya 9 (sembilan) orang.

9. Pemilu Tahun 2004: Untuk melakukan pengawasan Pemilu 2004 dibentuk Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) tingkat Pusat 9 orang, Panitia Pengawas Pemilu Provinsi 7 orang, Panitia Pengawas Pemilu Kabupaten/Kota 5 orang, dan Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan 3 orang, yang berasal dari unsur Kepolisian Negara, Kejaksaaan, Perguruan Tinggi, Tokoh Masyarakat dan Pers. Panwaslu 2004 dibentuk dan ditetapkan dengan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor : 88 Tahun 2003.

10.Pemilu Tahun 2009: Pengawasan Pemilu 2009 dilakukan oleh Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dengan anggota berjumlah 5 orang. Di tingkat provinsi dibentuk Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Provinsi, di tingkat


(40)

Kabupaten/Kota dibentuk Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Kabupaten/Kota, di tingkat Kecamatan Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Kecamatan, dengan anggota disetiap tingkat sebanyak 3 (tiga) orang. Selain itu, tingkat Desa/Kelurahan dibentuk Pengawas Pemilu Lapang (PPL).

2.4. Peranan Pengawas Pemilu

Berdasarkan Perbawaslu No.13 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pengawasan Pemilihan Umum yang dimaksud dengan Pengawasan Pemilu adalah kegiatan mengamati, mengkaji, memeriksa, dan menilai proses penyelenggaraan Pemilu sesuai peraturan perundang-undangan. Di Indonesia Pengawas Pemilu dibentuk untuk mengawasi pelaksanaan tahapan pemilu, menerima pengaduan, serta menangani kasus-kasus pelanggaran administrasi dan pelanggaran pidana pemilu.

Dibentuknya pengawas pemilu dengan tujuan untuk menegakkan integritas penyelenggara, penyelenggaraan dan hasil pemilu melalui pengawasan berintegritas dan berkredibilitas; untuk mewujudkan Pemilu yang demokratis; memastikan terselenggaranya Pemilu Kada secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, adil, dan berkualitas, serta dilaksanakannya peraturan perundang-undangan mengenai Pemilu Kada secara menyeluruh; mengoptimalkan sosialisasi proses dan hasil pengawasan; meningkatkan partisipasi masyarakat dalam membantu pengawasan; melakukan kegiatan lain yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dan Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) pada semua tingkatan memiliki peran penting menjaga agar pemilu


(41)

terselenggara dengan demokratis secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam menjalankan peranannya yang cukup penting dalam mengawasi proses penyelenggaraan Pemilu Kada, Pengawas Pemilu dituntut kenetralannya dan ketidakberpihakannya dalam menjalankan mekanisme pengawasan pada seluruh tahapan proses Pemilu Kada.

Tugas Panwaslu Kabupaten/Kota dalam mengawasi penyelenggaraan Pemilu Kada diatur dalam Pasal 77 UU No. 15/2011, antara lain:

a. Mengawasi tahapan penyelenggaraan Pemilu di wilayah kabupaten/kota. b. Menerima laporan dugaan pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan

perundang-undangan mengenai Pemilu.

c. Menyelesaikan temuan dan laporan sengketa penyelenggaraan Pemilu yang tidak mengandung unsur tindak pidana.

d. Penyampaian temuan dan laporan kepada KPU Kabupaten/Kota untuk ditindaklanjuti.

e. Meneruskan temuan dan laporan yang bukan menjadi kewenangannya kepada instansi yang berwenang.

f. Menyampaikan laporan kepada Bawaslu sebagai dasar untuk mengeluarkan rekomendasi Bawaslu yang berkaitan dengan adanya dugaan tindakan yang mengakibatkan terganggunya tahapan penyelenggaraan Pemilu oleh penyelenggara Pemilu di tingkat kabupaten/kota.

g. Mengawasi pelaksanaan tindak lanjut rekomendasi Bawaslu tentang pengenaan sanksi kepada anggota KPU Kabupaten/ Kota, sekretaris dan


(42)

pegawai sekretariat KPU Kabupaten/ kota yang terbukti melakukan tindakan yang mengakibatkan terganggunya tahapan penyelenggaraan Pemilu yang sedang berlangsung.

h. Mengawasi pelaksanaan sosialisasi penyelenggaraan Pemilu

i. Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diberikan oleh undang-undang. Menurut Titik Triwulan Tutik (2005), selain adanya ketentuan normatif tentang tugas dan wewenang pengawas Pemilu, serta prosedur dan mekanisme penyelesaian masalah pelanggaran dan sengketa Pemilu, setidaknya ada 4 (empat) syarat yang harus dipenuhi agar lembaga pengawas mampu menjalankan tugas dan tanggung jawabnya : Pertama, Pengawas Pemilu harus merupakan badan independen dan non partisan yang memilik integritas dan dedikasi tinggi; Kedua,

jajaran pengawas harus memiliki kapasitas dan kapabilitas yang cukup; Ketiga,

pengawas mendapat dukungan dari penegak hukum dan masyarakat luas; dan

Keempat, memperoleh fasilitas yang memadai dalam memjalankan tugasnya. Menurut ketentuan undang-undang Pemilu penyimpangan atau pelanggaran dan sengketa Pemilu dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok yaitu : (1) pelanggaran administrasi, (2) pelanggaran aturan Pemilu yang mengandung unsur pidana atau bisa juga disebut tindak pidana, dan (3) sengketa Pemilu.

Dalam menangani ketiga jenis pelanggaran dan sengketa Pemilu tersebut, peran Pengawas Pemilu berbeda-beda: Pertama, terhadap pelanggaran administrasi peran Pengawas Pemilu hanya menerima laporannya, mengkaji, dan kemudian meneruskan ke KPU untuk ditindaklanjuti; Kedua, sengketa Pemilu,


(43)

Pengawas pemilu dapat menyelesaikan sengketa yang terjadi selama tahapan Pemilu dan dapat memberi putusan final dan mengikat; Ketiga, terhadap tindak pidana Pemilu, peran Pengawas Pemilu adalah mengkaji dan kemudian meneruskannya kepada penyidik Polri, Pengawas Pemilu tidak mempunyai kewenangan untuk menyelesaikannya.

2.5. Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013

Indonesia sudah sejak lama menganut sistem demokrasi, namun pada kenyataannya keterlibatan rakyat sebagai elemen penting dari demokrasi dalam berbagai proses politik tidak mendapat peran dan perhatian yang signifikan, padahal keterlibatan rakyat dalam menentukan dan memilih pemimpinnya merupakan salah satu indikator berjalannya proses demokratisasi. Era demokratisasi yang sesungguhnya dimulai sejak dimasukannya Pilkada sebagai bagian dari rezim Pemilu, yang selanjutnya dikenal dengan Pemilu Kada. Hal ini merupakan cara memaknai ketentuan Pasal 18 ayat (4) UUD 1945 yang berbunyi Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintahan daerah provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis dengan mekanisme pemilihan langsung.

Pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung telah menjadi bagian tidak terpisahkan dalam pembangunan demokrasi di Indonesia sejak diundangkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang di dalamnya mengatur tentang mekanisme pergantian kepemimpinan di daerah, yaitu Pemilihan Kepala Daerah secara langsung (pasal


(44)

24 ayat 5). Hal ini merupakan lompatan besar dalam perjalanan demokrasi di Indonesia, karena sebelumnya kepala daerah dipilih oleh rakyat melalui perwakilannya yang duduk di lembaga perwakilan/DPRD. Cara pemilihan seperti ini dirasakan kurang mewakili dan mencerminkan aspirasi rakyat disebabkan rakyat tidak mengetahui kapasitas dan kualitas calon pemimpin, dan melemahkan aspek akuntabilitas dan transparansi sebagai syarat terwujudnya good governance

(pemerintahan yang baik).

Penyelenggaraan pemilihan kepala daerah secara langsung mempunya aspek positif terhadap kehidupan demokrasi secara lokal/regional, antara lain dengan pemilihan secara langsung kepala daerah yang terpilih akan memiliki legitimasi yang kuat, sehingga akan meningkatkan kepercayaan terhadap pemerintah. Pemerintahan dengan legitimasi yang kuat akan menyebabkan tingkat partisipasi masyarakat dalam mendukung proses pembangunan lebih tinggi, sehingga pemerintahan yang baik (good governance) dapat tercipta.

Menurut Joko J. Prihatmoko (2005), Tujuan utama pilkada langsung adalah penguatan masyarakat dalam peningkatan kapasitas demokrasi di tingkat lokal dan peningkatan harga diri masyarakat yang sudah sekian lama dimarginal. Pilkada langsung dinilai sebagai perwujudan pengembalian “hak-hak dasar” masyarakat di daerah dengan memberikan kewenangan yang utuh dalam rekrutmen pimpinan daerah sehingga mendinamisir kehidupan demokrasi di tingkat lokal. Keberhasilan pilkada langsung untuk melahirkan kepemimpinan daerah yang demokratis, sesuai kehendak dan tuntutan rakyat sangat tergantung kritisisme dan rasionalitas rakyat sendiri. Pilkada langsung memang merupakan “jalan alternatif” yang harus dilalui bagi peningkatan kualitas demokrasi di daerah.


(45)

Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi Sumatera Utara diselenggarakan pada tanggal 07 Maret 2013, diikuti oleh 5 pasangan calon yaitu :

1. Pasangan nomor urut 1: Gus Irawan Pasaribu- Ir. Soekirman (Gusman) didukung 23 partai politik yaitu : Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Bintang Reformasi (PBR), Partai barisan nasional (Barnas), Partai Buruh, Partai Kedaulatan, Partai Merdeka, Partai Karya Perjuangan (PKP), Partai Demokrasi Kebangsaan (PDK), Partai Pelopor, Partai Indonesia Sejahtera (PIS), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Kasih Demokrasi Indonesia (PKDI), Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB), Partai Matahari Bangsa (PMB), Partai Penegak Demokrasi Indonesia (PPDI), Partai Pemuda Indonesia (PPI), Partai Perjuangan Indonesia Baru (PPIB), Partai Persatuan Nahdatul Ummah Indonesia (PPNUI), Partai Pengusaha dan Pekerja Indonesia (PPPI), Partai Nasional Benteng Kerakyatan Indonesia (PNBK), dan Partai Demokrasi Pembaruan (PDP).

2. Pasangan nomor urut 2 : Drs. Effendi MS Simbolon- H. Jumiran Abdi (ESJA) didukung oleh tiga partai politik yaitu :Partai PDI Perjuangan, PPRN dan Partai Damai Sejahtera (PDS).

3. Pasangan nomor urut 3 : Chairuman Harahap-Fadly Nurzal (Charly) didukung oleh lima partai politik yaitu : Partai Golkar, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Pengusaha dan Pekerja Indonesia, Partai Pemuda Indonesia dan Partai Buruh.


(46)

4. Pasangan nomor urut 4 : H. Amri Tambunan-RE Nainggolan didukung oleh Partai Demokrat.

5. Pasangan nomor urut 5 : H. Gatot Pujo Nugroho, ST- Ir. Tengku Erry Nuradi (Ganteng) didukung oleh lima partai politik yaitu : Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), Partai Bintang Reformasi (PBR), Partai Patriot dan Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU).

2.6. Kerangka Berpikir

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir

Pemilihan Umum Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Provinsi Sumatera Utara

Tahun 2013

Pemilih Penyelenggara Peserta

Panitia Pengawas Pemilu Kota Medan

KPU Kota Medan

Peranan Panitia Pengawas Pemilu Kota Medan


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis/Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode penelitian ini digunakan untuk mengetahui bagaimana peranan Pengawas Pemilu Kota Medan pada Pemilu Kada Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013.

3.2. Lokasi Penelitian/ Unit Analisis

Penelitian dilakukan di Kota Madya Medan dengan unit analisis adalah Panita Pengawas Pemilu (Panwaslu) Kota Medan. Pemilihan lokasi dan unit analisis didasarkan atas pertimbangan Kota Medan merupakan kota terbesar di Provinsi Sumatera Utara dengan tingkat kompleksitas yang tinggi, jumlah penduduk yang banyak dan jumlah pemilih yang paling banyak di Provinsi Sumatera Utara, sehingga permasalahan Pemilu juga sangat kompleks dan banyak, disamping itu juga disebabkan adanya konflik internal di antara komisioner Panwaslu Kota Medan pada waktu Pemilu Kada tersebut.

3.3. Informan

Informan penelitian sebagai sumber informasi menduduki posisi yang sangat penting. Dalam penelitian ini yang dijadikan informan utama adalah mantan Ketua dan anggota Panwaslu Kota Medan pada Pemilu Kada Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013 yaitu :


(48)

1. Drs. Masa Padang (mantan Ketua Panwaslu Kota Medan) 2. Irfan Fadila Mawi, SH (mantan anggota Panwaslu Kota Medan) 3. Helen N.M. Napitupulu, SH (mantan anggota Panwaslu Kota Medan)

Sedangkan sebagai informan tambahan diambil dari mantan anggota Panwaslu Kecamatan, mantan PPL, pihak penyelenggara Pemilu yang lain yaitu KPU Kota Medan, peserta pemilu dan penyidik dari kepolisian pada Sentra Gakkumdu pada saat Pemilu Kada Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013, yaitu : 1. Marasina Famly (mantan Ketua Panwaslu Kecamatan Medan Belawan) 2. Haris Ricardo (mantan Ketua Panwaslu Kecamatan Medan Kota)

3. Azhariyadi (mantan PPL Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan) 4. Dra. Evi Novida Ginting, MSP (mantan Ketua KPU Kota Medan)

5. Pandapotan Tamba, SH, MH (anggota KPU Kota Medan)

6. Salman Al Farisi, Lc, MA (Ketua Tim Kampanye Kota Medan untuk Pasangan Calon Ganteng)

7. Adi Haris Siregar, SE (Ketua Tim Kampanye Povinsi Sumatera Utara untuk Pasangan Calon Gusman)

8. Edward Simatupang ( Polisi penyidik pada Sentra Gakkumdu Polresta Medan) Sebagian informan tambahan didapat melalui teknik efek bola salju pada saat wawancara dengan para informan utama.

3.4. Pengumpulan data

Data yang dibutukan untuk penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer berupa informasi langsung atau asli dari tangan pertama


(49)

informan. Data sekunder merupakan data-data pendukung berupa dokumen, laporan-laporan, dan lain sebagainya.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam yang dipandu dengan pedoman wawancara. Wawancara ditujukan kepada informan penelitian yaitu mantan komisioner Panitia Pengawas Pemilu Kota Medan, mantan komisioner Panwaslu Kecamatan, mantan PPL, Komisioner KPU Kota Medan, Tim Kampanye Pasangan Calon Peserta Pemilu Kada dan Polisi Penyidik Pada Sentra Gakkumdu pada saat berlangsungnya penyelengaraan Pemilu Kada Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013.

Penelitian Dokumen: untuk melengkapi data penelitian ini akan diambil dokumen yang berhubungan dengan pelaksanaan pengawasan Pemilu Kada Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013.

3.6. Metode Analisis / Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif yang disajikan dalam bentuk uraian, dilihat hubungan satu dengan yang lain serta diinterpretasikan dengan paparan dalam bentuk narasi dan uraian. Analisis deskriptif dilakukan terhadap informasi yang diperoleh melalui hasil wawancara dan dokumentasi.


(50)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Lokasi / Unit Analisis Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum Kota Medan

3

- Batas utara : Kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka

Secara geografis, wilayah kota Medan berada antara 3”30’- 3”43’ LU dan 98”35’ – 98”44’ BT dengan luas wilayah 265,10 km2 dan batas-batas sebagai berikut :

- Batas Selatan : Kabupaten Deli Serdang - Batas Timur : Kabupaten Deli Serdang - Batas Barat : Kabupaten Deli Serdang

Kota Medan merupakan salah satu dari 33 kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara dan merupakan ibu kota Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan kondisi topografinya Kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada

ketinggian 2,5- 37,5 meter diatas permukaan laut dengan luas 30.028,8 hektar (300,288 km2). Kota Medan memiliki 21 Kecamatan dan 151 Kelurahan.

Pada Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013, jumlah pemilih Kota Medan yang terdaftar di DPT sebanyak 2.121.551 pemilih dengan jumlah TPS sebanyak 3.942.

3 Website Resmi Pemko Medan/Medan City-The Gate of Western Indonesia-http://pemkomedan.go.id/selayang_informasi.php diakses Senin, 07 April 2014, 20:30:05


(51)

4.1.2 Panitia Pengawas Pemilu Kota Medan

Panitia Pengawas Pemilu Kota Medan untuk Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Sumatera Utara Tahun 2013 dilantik pada tanggal 24 Oktober 2012. Panwaslu Kota Medan bersifat ad hoc untuk masa kerja sejak mulai dilantik sampai selesai semua tahapan Pemilu Kada Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013. Komisioner yang bertugas pada Panwaslu Kota Medan berjumlah tiga orang, sebagai Ketua yaitu :Drs. Masa Padang dan sebagai anggota yaitu : Helen Napitulu, SH dan Irfan Fadila Mawi, SH.

Panitia Pengawas Pemilu Kota Medan dibagi kedalam tiga divisi yaitu: Divisi Umum, Divisi Pengawasan dan Hubungan Masyarakat, Divisi Penanganan dan Tindak Lanjut Pelanggaran. Adapun tugas masing-masing divisi sebagai berikut :

1. Divisi Umum pada Panwaslu Kabupaten/Kota mempunyai tugas : a. Menyusun rencana kegiatan Panwaslu Kabupaten/Kota; dan

b. Menetapkan langkah-langkah strategis untuk memberdayakan sumber daya manusia dalam rangka mengawasi penyelanggaraan Pemilu Kada di Kabupaten/Kota.

2. Divisi Pengawasan dan Hubungan masyarakat mempunyai tugas;

a. Mempersiapkan rencana, langkah-langkah, dan strategi pengawasan Pemilu Kada; dan

b. Menjalin kemitraan dengan berbagai pihak untuk memperluas pengawasan partisipatif.


(52)

3. Divisi Penangan dan Tindak Lanjut Pelanggaran mempunyai tugas;

a. Mempersiapkan bahan hukum dan kajian atas adanya temuan dan/atau laporan pelanggaran Pemilu Kada;

b. Mempersiapkan langkah-langkah strategis dalam menindaklanjuti temuan dan/atau laporan pelanggaran Pemilu Kada; dan

c. Menyelesaikan sengketa Pemilu Kada.

Sesuai dengan Undang-Undang No.15 Tahun 2011 untuk mendukung kelancaran tugas dan wewenang Panwaslu Kabupaten/Kota dibentuk sekretariat Panwaslu Kabupaten/Kota yang dipimpin oleh kepala sekretariat. Kepala sekretariat Panwaslu Kabupaten/Kota adalah seorang pegawai Negeri Sipil.

4.2. Peranan Panitia Pengawas Pemilu Kota Medan pada Pemilu Kada Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013

Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Kota Medan dalam menjalankan peranannya berpedoman kepada UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, UU No. 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu dan Peraturan Badan Pengawas Pemilu (Perbawaslu) No. 13 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pengawasan Pemilihan Umum. Menurut undang-undang dan peraturan tersebut yang menjadi tugas dan wewenang Panwaslu Kabupaten/Kota adalah :

a. Mengawasi tahapan penyelenggaraan Pemilu di wilayah kabupaten/ kota yang meliputi :

1. Pemutakhiran data pemilih berdasarkan data kependudukan dan penetapan daftar pemilih sementara dan daftar pemilih tetap;


(53)

2. Pencalonan yang berkaitan dengan persyaratan dan tata cara pencalonan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota dan pencalonan bupati/walikota;

3. Proses penetapan calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota dan calon bupati/walikota;

4. Penetapan calon bupati/walikota; 5. Pelaksanaan kampanye;

6. Pengadaan logistik Pemilu dan pendistribusiannya;

7. Pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan suara hasil Pemilu; 8. Mengendalikan pengawasan seluruh proses penghitungan suara; 9. Pergerakan surat suara dari tingkat TPS sampai ke PPK;

10.Proses rekapitulasi suara yang dilakukan oleh KPU Kabupaten/Kota dari seluruh kecamatan;

11.Pelaksanaan penghitungan dan pemungutan suara ulang, Pemilu lanjutan, dan Pemilu susulan; dan

12.Proses penetapan hasil Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota dan pemilihan bupati/walikota;

b. Menerima laporan dugaan pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan mengenai Pemilu;

c. Menyelesaikan temuan dan laporan sengketa penyelenggaraan Pemilu yang tidak mengandung unsur tindak pidana;

d. Menyampaikan temuan dan laporan kepada KPU Kabupaten/ Kota untuk ditindaklanjuti;


(54)

e. Meneruskan temuan dan laporan yang bukan menjadi kewenangannya kepada instansi yang berwenang;

f. Menyampaikan laporan kepada Bawaslu sebagai dasar untuk mengeluarkan rekomendasi Bawaslu yang berkaitan dengan adanya dugaan tindakan yang mengakibatkan terganggunya tahapan penyelenggaraan Pemilu oleh Penyelenggara Pemilu di tingkat kabupaten/ kota;

g. Mengawasi pelaksanaan tindak lanjut rekomendasi Bawaslu tentang pengenaan sanksi kepada anggota KPU Kabupaten/ Kota, sekretaris dan pegawai sekretariat KPU Kabupaten/kota yang terbukti melakukan tindakan yang mengakibatkan terganggunya tahapan penyelenggaraan Pemilu yang sedang berlangsung;

h. mengawasi pelaksanaan sosialisasi penyelenggaraan Pemilu; dan

i. melaksanakan tugas dan wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan dan perundang-undangan.

Sesuai dengan Pasal 15 Perbawaslu No. 30 tahun 2009 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Panitia Pengawas Pemilihan Umum Provinsi, Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kecamatan dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, dalam menjalankan tugas dan wewenangnya Panwaslu Kota Medan dibagi dalam 3 Divisi yaitu : Divisi Umum, Divisi Pengawasan dan Hubungan Masyarakat, Divisi Penanganan dan Tindak Lanjut Pelanggaran.


(55)

Hal di atas sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bapak Masa Padang dalam wawancara :

”kita kerja itu punya devisi masing-masing; Devisi Pengawasan (Devisi Pengawasan dan Humas); Irfan, Devisi Penindakan (Devisi Penanganan dan Tindak Lanjut Pelanggaran); Helen Napitupulu dan Devisi Umum berkaitan dengan administrasi, membawahi seluruh SDM dan keuangan; Drs Masa padang.” (wawancara pada tanggal 20 Januari 2014)

Demikian juga yang dikatakan oleh Ibu Helen Napitupulu bahwa dalam melaksanakan tugas pengawasan komisioner Panwaslu Kota Medan dibagi dalam 3 devisi yaitu: Divisi Umum, Divisi Pengawasan dan Humas, Divisi Penanganan Pelanggaran.

Untuk memudahkan pelaksanaan pengawasan Panwaslu Kota Medan membagi wilayah kerja mereka menjadi 3 wilayah sesuai jumlah komisioner dan masing-masing komisioner mengawasi 7 Kecamatan. Hal ini dijelaskan oleh Bapak Masa Padang :

”sebelum diadakan pengawasan, setiap panwas membuat semacam job description (pembagian tugas), jadi kalau misalkan kami di Kota Medan ada 3 komisioner, 21 kecamatan dibagi 3, setiap anggota komisioner mendapat 7 kecamatan.” (wawancara pada tanggal 20 Januari 2014). Sesuai dengan pasal 9 Perbawaslu No 13 Tahun 2012 dalam menjalankan fungsi pengawasan Panwaslu Kota Medan menerapkan strategi pengawasan yaitu: a. Pencegahan terhadap potensi pelanggaran dengan melakukan tindakan,

langkah-langkah dan upaya optimal mencegah secara dini terhadap potensi pelanggaran dan/atau indikasi awal pelanggaran.

b. Penindakan terhadap dugaan pelanggaran dengan melakukan tindakan penanganan secara cepat dan tepat tehadap temuan dan / atau laporan dugaan pelanggaran Pemilu Kada.


(56)

Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Bapak Irfan Fadila Mawi: ”fungsi pengawasan itu ada dua hal, dilakukannya pengawasan itu bersifat pencegahan dan penindakan.” (wawancara pada tanggal 30 Januari 2014) Pernyataan Ibu Helen menguatkan hal tersebut di atas :

”sebenarnya tugas pengawas itu mengawasi semua tahapan, nah tahapannya apa saja?, mulai dari pemutakhiran data, kampanye, pencalonan, pendistribusian logistik sampai dengan pemungutan dan penghitungan suara. Sebenarnya strategi pengawasan sudah ada di masing-masing tahapan, strateginya pencegahan dan penindakan, pencegahannya; apa yang mau dilakukan misalnya untuk menghindarkan yang seperti itu tadi (pelanggaran-pelanggaran)?.” (wawancara pada tanggal 07 Pebruari 2014).

Dalam menjalankan perannya Panwaslu Kota Medan tidak terlepas dari peran Panwaslu Kecamatan dan peran Pengawas Pemilu Lapangan, karena dalam menjalankan tugas pengawasan tahapan penyelenggaraan pemilu, Panwaslu Kota Medan harus bekerjasama dan melibatkan Panwaslu Kecamatan dan Pengawas Pemilu Lapangan se-Kota Medan sesuai dengan Pasal 78 Undang-Undang No. 15 tahun 2011. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Bapak Haris Ricardo:

”jadi memang ujung tombak pengawas ini Panwascam (Panwaslu Kecamatan), dengan banyak, luas wilayah hampir tidak ada temuan yang ditemukan Panwaslu Kota, semuanya itu dari Panwascam.” (wawancara pada tanggal 25 Pebruari 2014)

4.2.1. Mengawasi Tahapan

4.2.1.1. Pemutakhiran data pemilih berdasarkan data kependudukan dan penetapan daftar pemilih sementara dan daftar pemilih tetap

Menurut para informan pada saat tahapan pemutakhiran data pemilih, Panwaslu Kota Medan tidak dapat melakukan pengawasan sesuai dengan tugas yang diberikan undang-undang yaitu Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang No. 15 Tahun 2011 tentang


(57)

Penyelenggara Pemilihan Umum dan Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum (Perbawaslu) No. 1 Tahun 2011 tentang Pengawasan Pemutakhiran Data Pemilih dan Penetapan Daftar Pemilih dalam Penyelenggaraan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Hal ini disebabkan oleh keterlambatan pembentukan Panwaslu Kota Medan, Panwaslu Kecamatan dan Pengawas Pemilu Lapangan (PPL) se-Kota Medan. Tahapan pemutakhiran data pemilih berdasarkan data kependudukan dilaksanakan mulai tanggal 14 September 2012 sampai dengan tanggal 06 Maret 2012, sedangkan Panwaslu Kota Medan baru dilantik pada tanggal 24 Oktober 2012 dan Panwaslu Kecamatan se-Kota Medan dilantik pada tanggal 08 Desember 2012, demikian juga PPL baru terbentuk sebulan sebelum pemungutan suara. Demikian dijelaskan oleh Bapak Masa Padang :

”DPS, Panwaslu (Panwascam) belum terbentuk, DPT, Panwaslu (Panwascam) sudah terbentuk.” (wawancara pada tanggal 20 Januari 2014) Hal serupa dikatakan juga oleh Bapak Irfan Fadila Mawi :

”pemutakhiran data biasanya DPS ke DPT itu bermasalah, mulai dari kecamatan DP4, pada waktu itu kendalanya begini, PPK sudah terbentuk Panwascam kita belum, pelaksanaan tahapan untuk di kecamatan sudah terbentuk, tapi Panwascam kita terbentuk di bulan dua belas, jadi bulan dua belaslah mereka bekerja, ada sebagian yang tidak terawasi karena Panwascam lama terbentuk, orang sudah kerja kita belum terbentuk, karena bulan 12 tahapan sudah masuk.” (wawancara pada tanggal 30 Januari 2014)

Sejalan dengan hal di atas Bapak Marasina Famly mengatakan :

“pada saat DP4 itu Panwas belum direkrut, di penetapan DPS juga belum ada, pada penetapan DPT Panwascam sudah terbentuk, walaupun dengan personil yang kurang, PPL hadir satu bulan sebelum pemilihan (pemungutan suara) dan satu bulan sesudah pemilihan (pemungutan suara).” (wawancara pada tanggal 04 Pebruari 2014).


(58)

Pada saat penetapan Daftar Pemilih Tetap (DPT) Panwaslu Kota Medan sudah terbentuk dan menjalankan fungsi pengawasan dengan bekerjasama dengan Panwascam se-Kota Medan, namun pelaksanaan pengawasan ini belum berjalan maksimal disebabkan pada saat tersebut Pengawas Pemilu Lapangan belum terbentuk. Pengawasan terhadap DPT hanya dapat dilakukan secara acak dengan mengambil beberapa sampel, jadi tidak secara keseluruhan DPT diperiksa. Cara mengambil sampel juga tidak ada petunjuk baku dari Panwaslu Kota Medan tetapi diserahkan kepada insiatif masing-masing Panwaslu Kecamatan. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Bapak Masa Padang :

”kalau fungsi pengawasan pada saat DPT, seluruh Panwas, anggota Panwas mulai dari tingkat kabupaten/kota sampai kecamatan diarahkan untuk mengawasi DPT yang telah ditetapkan oleh KPU. Cara kita seperti ini; DPT kita dapat dari KPU dibuat dasar acuan kita di lapangan, untuk lebih mengefisienkan pengawasan, kita membuat semacam prioritas, tidak semua kelurahan kita periksa, kita bekerja secara acak di beberapa tempat dari DPT itu misalnya Kecamatan Medan Tembung terdiri dari 7 kelurahan jadi kita ambil satu-dua kelurahan, dari satu kelurahan itu pun kita ambil beberapa tempat sesuai dengan DPT, di situlah muncul nanti bahwa masyarakat yang ada di DPT tidak ada, atau memang masyarakat yang di DPT itu sudah pindah, diambil sampel di beberapa kelurahan, tidak seluruh kelurahan, kalau seluruh kelurahan nanti anggota kita terbatas kan? yang melaksanakan Panwas Kecamatan.” (wawancara pada tanggal 20 januari 2014)

Demikian juga ditegaskan oleh Bapak Marasina Famly :

”justru semakin luar biasa perintah Panwas kota Medan untuk melakukan verifikasi DPT yang telah ada, di setiap kecamatan diambil sampel, satu kecamatan mengambil 3 TPS sampel di kelurahan acak yang ada di kecamatan masing-masing, kalau Belawan tidak di 3 kelurahan, di 6 kelurahan kita lakukan verifikasi DPT.” (wawancara pada tanggal 04 Pebruaru 2014)

Sejalan dengan hal di atas Bapak Pandapotan Tamba juga mengatakan sebagai berikut :


(59)

”mereka (Panwaslu Kota Medan) juga diberikan daftar sementara DPS dan juga DPT dari situ mereka bisa crosscheck, apakah tanggapan dari partai atau calon itu sudah masuk atau tidak, karena orang itu (partai atau calon) juga bersifat hirarki, juga berjenjang, jadi itu peranan mereka (Panwaslu Kota Medan) dalam pelaksaanaan pemutakhiran data.” (wawancara pada tanggal 10 Pebruari 2014)

Untuk memudahkan pengawasan terhadap DPT, Devisi Pengawasan dan Humas, Panwaslu Kota Medan menginstruksikan kepada seluruh staf dan pegawai Kantor Panwaslu Kota Medan dan seluruh Panwaslu Kecamatan untuk memeriksa apakah mereka dan keluarganya sudah termasuk dalam DPT dengan menggunakan DPT yang diberikan KPU sebagai dasar acuan. Hal ini dikemukakan oleh Bapak Irfan Fadila Mawi :

”di kantor saya instruksikan untuk devisi pengawasan melakukan pengawasan lebih dahulu kepada rekan sejawat dan keluarga, internal dulu, biar beres, bagaimana kita mau mengawasi orang lain, sementara RT (rumah tangga) kita belum beres, jadi itu yang saya bilang, saya minta kepada staf dan karyawan pada saat itu meminta pengawasan DPS ’supaya nama kalian, nama keluarga dan teman sejawat dan sebagainya masukkan, kalau tidak ada sampaikan, itu jadi temuan di kecamatan,’ ini namanya kami belum nyampe (ada)’ dari kecamatan, nanti sudah kita instruksikan dibawanya data, selesaikan di PPK, dimasukkan nama yang belum terdaftar, kemudian ada nama yang sudah terdaftar tapi sudah meninggal dunia mohon dicoret, itu yang kita sampaikan pada saat itu instruksinya, itu mengenai DPT.”(wawancara pada tanggal 30 januari 2014)

Hal tersebut juga dikemukakan oleh Bapak Haris Ricardo :

“pada saat pemutakhiran data pemilih sementara, kita belum terbentuk, penetapan daftar pemilih tetap ada tiga tahapan, ada DPS, ada DPSHP, baru DPT, kita terbentuk pada saat DPT sehingga kita tidak mempunyai data pembanding yang akurat untuk mengkoreksi DPT itu, waktu itu kita tidak menengok (memeriksa) masyarakat, kita tengok (periksa) keluarga kita saja, jadi sebagai samplingnya (sampel), Panwaslu Kota meminta kita cek warga kita dulu, masuk tidak ke DPT, itulah yang dilakukan Panwas itu, kita cek kita sendiri, keluarga, anak, istri, itulah yang sempat, untuk melihat yang lain tidak sempat, tapi dengan metode acak kita masih bisa juga mengkoreksi DPT.” (wawancara pada tanggal 25 Pebruari 2014)


(1)

10. Kecamatan Medan Kota :

• Kelurahan/Desa Pandau Hulu I

• Kelurahan/Desa Pasar Baru

• Kelurahan/Desa Pusat Pasar

• Kelurahan/Desa Mesjid

• Kelurahan/Desa Sei Rengas I

• Kelurahan/Desa Kota Matsum III

• Kelurahan/Desa Pasar Merah Barat

• Kelurahan/Desa Teladan Barat

• Kelurahan/Desa Teladan Timur

• Kelurahan/Desa Sudi Rejo I

• Kelurahan/Desa Sudi Rejo II

• Kelurahan/Desa Siti Rejo I 11. Kecamatan Medan Labuhan :

• Kelurahan/Desa Besar

• Kelurahan/Desa Martubung

• Kelurahan/Desa Sei Mati

• Kelurahan/Desa Pekan Labuhan

• Kelurahan/Desa Nelayan Indah

• Kelurahan/Desa Tangkahan 12. Kecamatan Medan Maimun :

• Kelurahan/Desa Aur

• Kelurahan/Desa Hamdan

• Kelurahan/Desa Jati

• Kelurahan/Desa Kampung Baru

• Kelurahan/Desa Sei Mati

• Kelurahan/Desa Suka Raja 13. Kecamatan Medan Marelan :

• Kelurahan/Desa Tanah Enam Ratus

• Kelurahan/Desa Paya Pasir

• Kelurahan/Desa Labuhan Deli

• Kelurahan/Desa Rengas Pulau


(2)

14. Kecamatan Medan Perjuangan :

• Kelurahan/Desa Pandau Hilir

• Kelurahan/Desa Pahlawan

• Kelurahan/Desa Sei Kera Hulu

• Kelurahan/Desa Sei Kerah Hilir I

• Kelurahan/Desa Sei Kerah Hilir II

• Kelurahan/Desa Sidorame Barat I

• Kelurahan/Desa Sidorame Barat II

• Kelurahan/Desa Sidorame Timur

• Kelurahan/Desa Tegal Rejo

15. Kecamatan Medan Petisah :

• Kelurahan/Desa Petisah Tengah

• Kelurahan/Desa Sekip

• Kelurahan/Desa Sei Putih Barat

• Kelurahan/Desa Sei Putih Tengah

• Kelurahan/Desa Sei Putih Timur I

• Kelurahan/Desa Sei Putih Timur II

• Kelurahan/Desa Sei Sikambing D 16. Kecamatan Medan Polonia :

• Kelurahan/Desa Anggrung

• Kelurahan/Desa Madras Hulu

• Kelurahan/Desa Polonia

• Kelurahan/Desa Sari Rejo

• Kelurahan/Desa Suka Damai 17. Kecamatan Medan Selayang :

• Kelurahan/Desa Beringin

• Kelurahan/Desa Padang Bulan Selayang I

• Kelurahan/Desa Padang Bulan Selayang II

• Kelurahan/Desa Sempakata

• Kelurahan/Desa Tanjung Sari


(3)

18. Kecamatan Medan Sunggal :

• Kelurahan/Desa Babura Sunggal

• Kelurahan/Desa Sei Sikambing B

• Kelurahan/Desa Simpang Tanjung

• Kelurahan/Desa Tanjung Rejo

• Kelurahan/Desa Lalang

• Kelurahan/Desa Sunggal 19. Kecamatan Medan Tembung :

• Kelurahan/Desa Indra Kasih

• Kelurahan/Desa Sidorejo

• Kelurahan/Desa Sidorejo Hilir

• Kelurahan/Desa Bandar Selamat

• Kelurahan/Desa Bantan

• Kelurahan/Desa Bantan Timur

• Kelurahan/Desa Tembung 20. Kecamatan Medan Timur :

• Kelurahan/Desa Gang Buntu

• Kelurahan/Desa Perintis

• Kelurahan/Desa Sidodadi

• Kelurahan/Desa Durian

• Kelurahan/Desa Gaharu

• Kelurahan/Desa Glugur Darat I

• Kelurahan/Desa Glugur Darat II

• Kelurahan/Desa Pulo Brayan Bengkel

• Kelurahan/Desa Pulo Brayan Bengkel Baru

• Kelurahan/Desa Pulo Brayan Darat I

• Kelurahan/Desa Pulo Brayan Darat II 21. Kecamatan Medan Tuntungan :

• Kelurahan/Desa Tanjung Selamat

• Kelurahan/Desa Simalingkar B

• Kelurahan/Desa Simpang Selayang

• Kelurahan/Desa Kemenangan Tani

• Kelurahan/Desa Lau Cih

• Kelurahan/Desa Namu Gajah

• Kelurahan/Desa Sidomulyo

• Kelurahan/Desa Ladang Bambu


(4)

Daftar Pertanyaan Wawancara dengan Informan Utama (Key Informan)

1 A. Apa yang sudah dilaksanakan Panwaslu Kota Medan dalam mengawasi tahapan penyelenggaraan Pemilu Kada Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013? - Pemutakhiran data pemilih, penetapan daftar pemilih sementara dan

penetapan daftar pemilih tetap - Pelaksanaan Kampanye

- Pengadaan logistik Pemilu dan Pendistribusiannya

- Pelaksanaan pemungutan Suara dan Penghitungan suara hasil pemilu - Proses penghitungan suara

- Pergerakan surat suara dari tingkat TPS sampai PPK

- Proses rekapitulasi suara yang dilakukan oleh KPU Kota Medan B. Masalah apa yang timbul pada tahapan penyelengaraan tersebut di atas?

C. Apa yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan pengawasan tahapan penyelenggaran tersebut di atas?

2 A. Apa yang sudah dilakukan Panwaslu Kota Medan dalam menerima laporan dugaan pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan mengenai pemilu?

B. Berapa banyak laporan dugaan pelanggaran yang masuk?

C. Masalah apa yang ditemukan dalam pelaksanaan tugas pengawasan tersebut? D. Apa yang menjadi hambatan dalam menjalankan tugas tersebut?

3A. Apa yang sudah dilakukan Panwaslu Kota Medan dalam menyelesaikan temuan dan laporan sengketa penyelenggaraan Pemilu yang tidak mengandung unsur tindak pidana?

B. Masalah apa yang ditemukan dalam tugas pengawasan tersebut? C. Apa yang menjadi hambatan dalam menjalankan tersebut?

4. Apa yang dilakukan Panwaslu Kota Medan dalam mengawasi pelaksanaan sosialisasi penyelenggaraan Pemilu?

5. Saran-saran apa yang dapat Bapak/Ibu berikan untuk pengawasan Pemilu Kada di masa yang akan datang?


(5)

Daftar Pertanyaan Wawancara dengan Informan Tambahan

1. Bagaimana menurut Bapak/ Ibu peranan Panwaslu Kota Medan dalam melaksanakakan tugas pengawasan pada tahapan penyelenggaraan Pemilu Kada Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013?

- Pemutakhiran data pemilih, penetapan daftar pemilih sementara dan penetapan daftar pemilih tetap

- Pelaksanaan Kampanye

- Pengadaan logistik Pemilu dan Pendistribusiannya

- Pelaksanaan pemungutan Suara dan Penghitungan suara hasil pemilu - Proses penghitungan suara

- Pergerakan surat suara dari tingkat TPS sampai PPK

- Proses rekapitulasi suara yang dilakukan oleh KPU Kota Medan.

2. Bagaimana kerjasama yang terjadi dengan Panwaslu Kota Medan dalam masa penyelenggaraan Pemilu Kada Provinsi Sumatera Utara?

3. Apa yang menjadi masalah dan hambatan dalam bekerjasama dengan Panwaslu Kota Medan?

4. Saran-saran apa yang dapat Bapak/Ibu berikan untuk pengawasan Pemilu Kada di masa yang kan datang?


(6)

SUSUNAN ORGANISASI PANWASLU KOTA MEDAN

SUSUNAN ORGANISASI PANWASLU KECAMATAN

Ketua : Drs. Masa Padang Anggota : Helen Napitupu, SH

Irfan Mulia Mawi, SH

Alat Kelengkapan Divisi Umum Drs. Masa Padang Divisi Pengawa san dan Humas Irfan Mulia Nawi, SH Divisi Penanga nan dan tindak lanjut pelangga ran Helen Napitupulu, SH

POKJA POKJA POKJA Kepala Sekretariat

Tenaga Profesional Bidang Umum Bidang Pengawas an dan Humas Bidang Penanganan dan tindak lanjut Pelanggaran Panwascam Pegawai/Staf Sekretariat Ketua/Anggota

Pengawas Pemilu Lapangan Alat Kelengkapan

Divisi

Umum Divisi

Pengawasan dan Humas Divisi Penanganan dan tindak lanjut pelanggaran Kepala Sekretariat Pegawai/Staf Sekretariat