BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Keluarga 2.1.1 Defenisi Peran Keluarga - Peran dan Sikap Keluarga Terhadap Anak Down Sindrom di Sekolah Luar Biasa-C Yayasan Pembinaan Anak Cacat Medan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Peran Keluarga

2.1.1 Defenisi Peran Keluarga

  Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.

  Peran individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok, peran merupakan serangkaian tingkahlaku yang diharapkan orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam system, dimana dapat dipengaruhi keadaan sosial ( Leny, 20 10).

  Ada berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga. yaitu:

  a. Peran Ayah Ayah berperan sebagai suami dari istri dan ayah bagi anak- anak, berperan sebagal pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dan kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.

  b. Peran Ibu Ibu berperan sebagal istri dan ibu dan anak- anaknya, ibu mempunyai peranan untuk menggurus rumah tangga. sebagai pengasuh dan pendidik anak- anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta berperan sebagal pencari nafkah tambahan dari keluarganya. c. Peran Anak Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya balk fisik, mental, sosial, dan spiritual ( Leny, 2010).

2.2. Sikap

  2.2.1. Defenisi Sikap

  Menurut Strickland. 2001 (yang dikutip dari Hanurawan Psikologi Sosial, 2010) sikap merupakan predisposisi atau kecendrungan untuk memberikan respon secara kognitif, emosi. dan penlaku yang diarahkan pada suatu objek, pribadi, dan situasi khusus dalam cara-cara tertentu (Hanurawan. 2010). Komponen Pokok Sikap (Notoatmodjo, 2003). Dalam bagian lain Aliport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyal 3 komponen pokok yaltu kepercayaan (keyakinan). ide dan konsep terhadap suatu objek, kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek, kecenderungan untuk bertindak.

  2.2.2. Tingkatan Sikap

  Menurut Notoatmodjo (2003), ada berbagai tingkatan sikap yang berpengaruh terhadap pengetahuan antara lain: a. Menerima

  Menerima artinya, seseorang (subyek) mau memperhatikan stimulus yang diberikan. Seperti orangtua mau memperhatikan tentang pentingnya mencuci tangan. b. Merespon Merespon yaitu kemampuan untuk memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikator dari sikap

  c. Menghargai Menghargai artinya kemampuan untuk mengajak orang lain mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah d. Bertanggung jawab menerima sendiri

  Bertanggung jawab dengan segala konsekuensinya. Ini merupakan sikap yang paling tinggi. Seseorang yang memiliki sikap tidak mendukung cenderung memiliki tingkatan hanya sebatas menerima dan merespon saja, sedangkan seseorang dikatakan telah memiliki sikap yang mendukung yaltu bukan hanya memiliki tingkatan menerima dan merespon tetapi sudah mencapal tingkatan menghargai atau bertanggung jawab. Sekord dan Backman dalam azwar (2003) mendefinisikan sikap sebegai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek dilingkungan sekitarnya. Sikap yang ditujukan seseorang merupakan bentuk respon batin dan stimulus yang berupa materi atau obyek di luar subyek yang menimbulkan pengetahuan berupa subyek yang selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap si subyek terhadap yang diketahuinya itu (Notoatmodjo, 1997). Pengetahuan dan faktor lain seperti berfikir, keyakinan dan emosi

2.3. Konsep Keluarga

  2.3.1. Defenisi Keluarga

  Menurut departemen kesehatan (1988). keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas beberapa kepala keluarga serta beberapa orang berkumpul dan tinggal disatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Sudirharto, 2007). Menurut UU No. 10 tahtri 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera. keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat terdiri dari suami-istri atau suami, istri dan anaknya. atau ayah dan anaknya ibu dan anaknya (Suprajitno. 2004). Keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seseorang laki-laki atau seseorang yang sudah sendiri dengan atau tanpa anak. balk anak sendiri atau adopsi. dan tinggal dalam sebuah rumah tangga (Suprajitno, 2004). Keluarga adalah kumpulan dua atau Iebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu yang mempunyai peran masing-masing.

  2.3.2. Bentuk-bentuk Keluarga

  Beberapa bentuk keluarga antara lain sebagai berikut:

  1. Keluarga Inti adalah keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari suami, istri. dan anak-anaknya. Baik karena kelahiran (natural) maupun adopsi.

  2. Keluarga asal merupakan satu unit keluarga tempat asaI seseorang dilahirkan darah)

  4. Keluarga Berantai keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan suatu keluarga inti.

  5. KeIuarga Janda atau Duda Keluarga yang terbentuk karna perceraian dan atau kematian pasangan yang dicintal.

  6. Keluarga Komposit Keluarga dari perkawinan poligami dan hidup bersama

  7. Keluarga Rehabilitasi Dua orang menjadi satu keluarga tanpa pernikahan. bisa memiliki anak atau tidak.

  Di Indonesia bentuk keluarga ini tidak lagi bertentangan dengan budaya timur.

  8. Keluarga Inses Suatu bentuk keluarga yang tidak lazim. misalnya anak perempuan menikah dengan ayah kandungnya. ibu menikah dengan anak kandung laki-lakinya. paman menikah dengan keponakannya. kakak menikah dengan adiknya dan sebagainya.

  9. Keluarga Tradisional dan Nontradisional Dibedakan berdasarkan ikatan perkawinan. Keluarga tradisional diikat oleh perkawinan. sedangkan keluarga nontradisional tidak diikat oleh perkawinan.

2.3.3. Struktur Keluarga

  Struktur keluarga dapat menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga dimasyarakat sekitarnya. Parad dan capian (1995), yaltu: a. Struktur peran keluarga Menggambarkan peran masing-masing anggota. keluarga dalam keluarga sendiri dan peranannya di lingkungan masyarakat atau peran formal dan nonformal.

  b. Nilai atau norma keluarga Menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini oleh keluarga. khususnya yang berhubungan dengan kesehatan.

  c. Pola Komunikasi keiuarga Menggambarkan bagaimana cara dan pola komunikasi ayah, ibu

  (orangtua. orangtua dengan anak, anak dengan anak dan anggota keluarga lain) pada keluarga besar dengan keluarga inti d. Struktur Kekuatan Keluarga

  Menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk mengubah perilaku keluarga yang mendukung kesehatan.

2.3.4. Fungsi Keluarga

  Secara umum fungsi keluarga menurut Friedman (1998) adalah sebagai berikut: a. Fungsi Adaptif

  Ini merupakan fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan oranglain. b. Fungsi Sosialisan dan Tempat Bersosialisasi Ini merupakan fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sebelum meninggalkan rumah berhubungan dengan oranglain di luar rumah

  c. Fungsi Reproduksi Ini merupakan fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.

  d. Fungsi Ekonomi Fungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu, menghasilkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga (Suprajitno, 2004).

2.4. Down Sindrom

2.4.1. Definisi Down Sindrom

  Down Syndrom (Down syndrome) adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan. Kelainan yang terjadi pada kromosom 21 , yang dapat dikenal dengan melihat manifestasi klinis yang cukup khas ( Judarwanto, 2010).

  Sindroma Down (Trisomi 21 , Mongolisme) adalah suatu kelainan kromosom yang menyebabkan keterbelakangan mental (retardasi mental) dan bercirikan kehadiran bahan genetik salinan tambahan kromosom pada keseluruhan trisomi 21 atau sebahagian, disebabkan translokasi kromosom (Wikipedia melayu). Anak dengan sindrom down adalah individu yang dapat dikenali dari fenotipnya dan mempunyai kecerdasan yang terbatas, yang terjadi akibat adanya kromosom 21 yang berlebihan (Fadhli, 2010).

  Sindrom Down berlaku pada kesemua populasi manusia, dan kesan seumpamanya telah di dapati pada spesies lain seperti shimpanse dan tikus. Baru- baru ini, penyelidik telah mencipta tikus dengan kebanyakan kromosom 21 manusia (tambahan kepada kromosom tikus biasa). Bahan kromosom tambahan datang dalam berbagai cara berbeda. Kariotip manusia biasa hadir sebagai 46,XX atau 46,XY, menunjukkan 46 kromosom dengan aturan XX bagi betina dan 46 kromosom dengan aturan XY bagi jantan. Down syndrome merupakan kelainan yang dapat dikenal dengan melihat manifestasi klinis yang cukup khas. Kelainan yang berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan fisik dan mental. Down syndrome ini pertama kali dikenal pada tahun 1 866 oleh Dr.John Longdon Down.

  Karena cirri-ciri yang tampak aneh seperti tinggi badan yang relatif pendek, kepala mengecil, hidung yang datar menyerupai orang mongolia maka sering juga dikenal dengan Mongoloid. Pada tahun 1970an para ahli dari Amerika dan Eropa merubah nama dari kelainan yang terjadi pada anak tersebut dengan merujuk pada penemu pertama syndrome ini dengan istilah Down Syndrome dan hingga kini penyakit ini dikenal dengan istilah yang sama ( Juwariah, 2009).

2.4.2. Etiologi

  terletak pada kromosom 21 dan 15, dengan kemungkinan-kemungkinan:

  A. Non Disjunction sewaktu osteogenesis ( Trisomi)

  B. Translokasi kromosom 21 dan 15

  C. Postzygotic non disjunction ( Mosaicism) Penderita sindrom down mempunyai 3 kromosom 21 dalam tubuhnya yang kemudian disebut dengan trisomi 21 . Tetapi pada tahun — tahun berikutnya, kelainan kromosom lain juga mulai tampak, sehingga disimpulkan bahwa selain trisomi 21 ada penyebab lain dari timbulnya penyakit sindrom down ini. Meskipun begitu penyebab tersering dari sindrom down ini adalah trisomi 21 yaitu sekitar 92-95%, sedangkan penyebab yang lain yaitu 4,86,3% adalah karena keturunan. Kebanyakan adalah translokasi Robertisonian yaitu adanya perlekatan antara kromosom 14, 21 dan 22. Penyebab yang telah diketahui adalah kerena adanya kelainan kromosom yang terletak pada kromosom yang ke 21 , yaitu trisomi.

  Faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya kelainan kromosom (Kejadian NonDisjunctional ) adalah:

  a. Genetik Karena menurut hasil penelitian epidemiologi mengatakan adanya peningkatan resiko berulang bila dalam keluarga terdapat anak dengan down sindrom.

  b. Radiasi Ada sebagian besar penelitian bahwa sekitar 30 % ibu yang melahirkan konsepsi.

  C. Infeksi Dan Kelainan Kehamilan.

  Autoimun dan Kelainan Endokrin Pada ibu terutama autoimun tiroid atau penyakit yang dikaitkan dengan tiroid.

  d. Umur Ibu Apabila umur ibu diatas 35 tahun diperkirakan terdapat perubahan hormonal yang dapat menyebabkan non ucleolus pada kromosom. Perubahan endokrin seperti meningkatnya sekresi androgen, menurunnya kadar hidroepiandrosteron. menurunnya konsentrasi estradiolsistemik, perubahan konsentrasi reseptor ucleolus danpeningkatan kadar LH dan FSH secara tiba-tiba sebelum dan selama menopause. Selain itu kelainan kehamilan juga berpengaruh.

  e. Umur Ayah Selain itu ada ucleous lain seperti gangguan intragametik, organisasi ucleolus. bahan kimia dan frekuensi koitus (Johny, 2012).

2.4.3. Ciri-ciri anak down sindrom

  Ciri-ciri anak Anak down syndrome pada umumnya mempunyai kekhasan yang bisa dilihat secara fisik selain dengan pemeriksaan jumlah kromosomnya.

  Tanda-tanda fisik ini bervariasi mulai dari yang tidak tampak sama sekali, tampak minimal sampai dengan terlihat dengan jelas. Ciri-ciri fisik anak down syndrome adalah sebagal berikut: bentuk kepala yang relatif kecil dengan bagian belakang yang tampak mendatar (peyang) hidung kecil dan datar (pesek); hal ini mengakibatkan mereka sulit bernapas. mulut yang kecil dengan lidah yang tebal menjulur keluar bentuk mata yang miring dan tidak punya lipatan di kelopak matanya letak telinga lebih rendah dengan ukuran telinga yang kecil; hal ini mengakibatkan mudab terserang infeksi telinga rambut lurus, halus dan jarang untuk kulit yang kering tangan dan jari-jari yang pendek dan pada ruas kedua jari kelingking miring atau bahkan tidak ada sama sekali, sedangkan pada orang normal memiliki tiga ruas tulang pada telapak tangan terdapat garis melintang yang disebut Simian Crease. Garis tersebut juga terdapat di kaki mereka yaitu di antara telunjuk dan ibu jari yang jaraknya cenderung lebih jauh dari pada kaki orang normal. Keadaan telunjuk dan ibu jari yang berjauhan itu disebut juga sandal foot simian crease / garis melintang pada telapak tangan otot yang lemah (hypotomus); mengakibatkan pertumbuhan terganggu (terlambat dalam proses berguling, merangkak, berjalan, berlari dan berbicara) pertumbuhan gigi geligi yang lambat dan tumbuh tak beraturan sehingga menyulitkan pertumbuhan gigi permanent (Ayu, 2008).

2.4.4. Perilaku anak down sindrom

  1. Menjulurkan Iidah Anak-anak dengan sindroma down seringkali memiliki kebiasaan menjulurkan lidah mereka. Hal ini disebabkan oleh kombinasi oleh Iidah yang berukuran Iebih besar daripada ukuran rata-rata dan mulut yang berukuran yang Iebih kecil daripada ukuran rata-rata. Selama masa bayi banyak bayi mengeluarkan lidah mereka sewaktu-waktu. HaI ini tidak perlu dihiraukan, namun sejak usia satu tahun keatas,perlulah untuk mulai mengajarkan anak anda untuk komentar mengenai hal ini, kalau tidak anda malah akan mendorong perilaku tersebut daripada menghambatnya.

  2. Mencucurkan air liur Anak-anak dengan sindroma down, karena tonusnya yang rendah. cendrung membiarkan mulutnya terbuka dan mencucurkan air liur selama masa kanak-kanak. Bila anak diingatkan untuk menelan, kebiasaan ini umumnya berhenti. Mungkin perlu juga menutup mulut sang anak dengan lembut seperti yang dijelaskan diatas. Dengan cara ini kebanyakan anak sudah berhenti mencucurkan air liur pada waktu mereka berusia sekitar empat tahun. Meskipun jarang pada kasus dimana cucuran air liur tetap ada setelah melewati usia dini, anda mungkin perlu mempertimbangkan operasi mengurangi produksi air liur. Operasi yang tepat meliputi pemotongan saraf yang menuju salah satu kelenjar air liur dan membuang kelenjar pada sisi lainnya atau mengubah jalannya saluran kedua kelenjar air liur sehingga saluran tersebut membuka kebagian belakanng mulut, dan air liur mengalir langsung menuruni kerongkongan. Operasi ini biasanya dilakukan oleh ahli bedah THT (telinga. hidung dan tenggorokan) dan umumnya berhasil.

  3. Hiperaktivitas Adalah normal bagi anak-anak pada tingkat perkembangan lima belas bulan sampai tiga tahun untuk mudah terbelokkan perhatiannya, menuruti kata hati, tidak gigih pada tugas-tugas, dan terus menerus tidak tenang dan banyak perhatian mereka kepada satu aktivitas untuk satu periode. Bila mereka semakin besar perilaku ini akan mereda. Cara anda dapat membantu anak adalah dengan menentukan target-target yang tepat baginya. seperti mengharapkan dapat tetap dimeja makan sewaktu makan sedikitnya lima menit, dan selanjutnya perlahan- lahan tingkatkan harapan-harapan anda. Bermurahhatilah melepaskan pujian anda bila target-target tersebut tercapai.

  4. Anak-anak yang Iari berkeliaran sewaktu diajak pergi ke luar rumah, anak-anak yang menghilang diam-diam merupakan hal yang sangat mencemaskan orangtua.

  5. Tantrum (mengambek).

  Tantrum ditemukan baik pada anak-anak balita normal maupun pada anak- anak dengan sindrom down dengan usia perkembangan yang sama. Tantrum biasanya muncul bila anak sedang frustrasi atau dihalangi (Selikowitz, 2001).

2.4.5. Perilaku yang dilakukan orang tua dengan anak down sindrom

  Sejauh ini di Indonesia masih kurang pengetahuan masyarakat tentang penyebab sindrom down dan bagaimana cara menangani anak — anak yang terkena sindrom down. Banyak keluarga yang memperlakukan anak - anak sindrom down dengan tidak wajar. dan ada juga keluarga yang menyembunyikan anak mereka yang terkena sindrom down. Seseorang dengan sindrom down mampu melakukan hal — hal yang dapat dilakukan oleh anak — anak pada umumnya asalkan mereka dilatih dengan diberikan terapi dan bisa di sekolahkan disekolah luar biasa (SLB). Sering juga kita lihat anak —anak dengan sindrom down di perlakukan kasar, karena perlakuan kasar inilah tak jarang anak sindrom

  Dampak negatif dari perlakuan inilah yang membuat anak dengan sindrom down akan kehilangan waktu untuk mengembangkan potensi dirinya (Johny, 2012). Menjadi ibu dari seorang anak yang mengalami down sindrom merupakan tantangan tersendiri bagi orang tua. Setiap orang tua mempunyai cara masing- masing untuk dapat mengoptimalkan perkembangan anaknya yang down sindrom. Tidak ada orang tua yang menginginkan anaknya mengalami penderitaan. Banyak orang tua yang melakukan segala upaya untuk meringankan penderitaan anak. Orang tua dengan anak-anak berkebutuhan khusus (down sindrom) banyak mengalami kelelahan karena harus berhadapan dengan banyak hal yang dilakukan anaknya, tetapi itu tidak membuat orang tua menyerah dan berhenti berusaha untuk terus menerus mencari cara dan tempat untuk kesembuhan anaknya (Jana, 2009).

  Meski anak-anak down sindrom memiliki keterbatasan karena perkembangan mereka yang lambat dibandingkan dengan anak normal lainnya, mereka tetap mampu berprestasi, sehingga mengangkat nama bangsa dan negara di dunina internasional. Oleh karena itu, anak-anak down sindrom memerlukan peran serta sikap keluarga. terutama perhatian orang tua. Semua anak dengan down sindrom harus dianggap sama dan sebaiknya hal yang paling penting mereka harus dibekali keterampilan (Susuwongi,2007).

  Banyak upaya yang dilakukan orang tua dengan anak down sindrom ini, yakni: a. Menjaga kesehatan Seperti semua anak, anak-anak dengan down sindrom ini memperoleh manfaat dan cara hidup yang sehat. Hal ini mencakup hidup dalam lingkungan keluarga yang penuh perhatian. makan dengan menu yang seimbang, udara segar yang cukup serta latihan jasmani. Anak-anak ini hendaknya jangan terlalu dilindungi. Mereka memperoleh manfaat dan kesempatan menjalankan kehidupan aktif dengan bermacam-macam pengalaman. Selain cara hidup yang sehat, anak perlu manjalani pemeriksaan teratur untuk mendeteksi masalah kesehatan secara dini, sebelum masalah tersebut menyebabkan kerusakan yang luas dan sulit diobati. Hal ini berarti orang tua harus memasukkan jadwal yang sistematis untuk anak dengan down sindrom. Hal ini mungkin membebani orang tua namun pemeriksaan ini penting untuk mencegah kesulitan-kesulitan yang jauh lebih besar yang mungkin dapat terjadi bila kelainan tersebut tidak terdeteksi secara dini.

  Pemeriksaan rutin tersebut seperti pemeriksaan bayi baru lahir, uji penglihatan, uji pendengaran, sinar-x leher, pemeriksaan fisik, pemeriksaan darah, pemeriksaan gigi, imunisasi dan lainnya(Selikowitz, 2001)

  b. Memodifikasi perilaku Modifikasi perilaku merupakan suatu bentuk pengajaran, yang diterapkan kepada anak dengan down sindrom pada situasi-situasi dimana penjelasan saja tidak berhasil. Salah satu cara untuk mendorong perilaku yang baik adalah mempertunjukkan perilaku tersebut kepada anak dengan harapan ia akan dan orang tua harus memanfaatkan hal ini. Cara lain untuk mendorong perilaku baik adalah menempatkan sang anak dalam suatu posisi yang akan memudahkan terjadinya perilaku tersebut. Seperti, latihan menggunakan pispot. Sebuah tekhnik lain yaitu memberikan instruksi pada anak dan bentuk instruksi tersebut haruslah pendek dan mudah dimengerti oleh anak (Selikowitz, 2001) c. Membawa anak ke pusat perkembangan

  Sebagai orang tua dari anak dengan anak down sindrom. orang tua mempunyai kebutuhan khusus yang lebih. Penting untuk mengetahui bagaimana dapat memperoleh berbagai pelayanan yang tersedia bagi anak. Berbagai pelayanan terus-menerus berubah, dan sulit untuk mengikuti perkembangannya, orang tua perlu membuka mata dan berbicara pada orang tua Iainnya. Orang tua biasanya mengatur suatu kunjungan kepusat perkembangan anak pada enam bulan pertama kehidupan anak. Pusat ini akan memberikan penilaian yang luas atas kemampuan dan kebutuhan anak.

  d. Mengajarkan anak Mencapai kemandirian yang maksimal merupakan salah satu tujuan utama pertumbuhan dan semua anak-anak. Anak-anak normal memperoleh banyak keterampilan tanpa perlu diajari. Mereka mengamati dan belajar dari apa yang mereka lihat. Pada waktu mereka menginjak remaja, mereka menuntut lebih banyak kemandirian dan hanya sedikit orang tua yang dapat atau mau menyangkal hal ini. Anak dengan down sindrom perlu diajarkan banyak keterampilan sehari- hari dan diberikan kesempatan seluas-Iuasnya untuk mempraktekkannya. Anak- kemandirian, dan banyak orang tua karena khawatir karena kerentanan anak mereka. tidak memberikan kesempatan padanya untuk mengembangkan keterampilan-keterampiian yang penting bagi kemandiriannya. Namun proses mencapai kemandirian bagi seorang anak down sindrom ini merupakan serangkaian langkah-Iangkah yang lambat yang harus ditempuhnya dalam sejumlah periode waktu. Sewaktu anak berkembang. orang tua tidak akan mampu melindungi dirinya dari semua resiko ini, namun hindari melakukan hal tersebut sampai batas dimana orang tua menghalangi kemampuan anak untuk hidup semandiri mungkin (Selikowitz, 2001).

  e. Membawa anak ke berbagai terapi.

  Pada anak down sindrom sering mengalami gangguan kesehatan seperti gangguan pada jantung, penglihatan. pendengaran, tidak normalnya kadar hormon Imunologi dan gangguan pencernaan. Anak down sindrom mempunyai otot yang lemah sehingga mengakibatkan keterlambatan mereka untuk berjalan. berbicara dan memahami sesuatu sehingga relative sulit untuk mandiri. Meski demikian, dengan usaha keras dari orang-orang terdekat terutama orang tua, tidak sedikit anak down sindrom dapat hidup relatif mandiri bahkan bisa bersekolah, berteman. dan menikmati hidup layaknya anak normal. Pola makan mereka sebaiknya dijaga dan diberikan banyak sayur-sayuran dan buah-buahan agar pencernaan mereka tidak terganggu. Dan rata-rata anak down sindrom sering terserang berbagai penyakit infeksi bahkan ada yang meninggal tak berapa lama berselang semenjak saat kelahirannya. Tetapi saat ini, sebagian besar masalah kesehatan anak-anak yang mampu hidup hingga usia dewasa. (Untuk itu orang tua berusaha mencari berbagai informasi untuk kesembuhan anaknya, dalam hal ini upaya berbagai jenis terapi ditujukan kepada anak down sindrom. Masing-masing anak down sindrom mempunyai kondisi yang berbeda, ada anak yang memerlukan suatu program terapi lebih lama dibandingkan anak yang lainnya. Hal ini bisa dikarenakan karena beberapa faktor misalnya sang anak telat dibawa ke tempat terapi. Orang tua baru tahu kondisi sang anak setelah sekian bulan berlalu tanpa ada informasi apapun, Kondisi kesehatan sang anak yang kurang baik, Keuangan keluarga. Sifat sang anak (anak down sindrom) yang sama sekali tidak mau dipegang oleh terapisnya, hal ini tentu akan menyulitkan sang terapis untuk membantunya (Selikowizt, 2001).

  Jenis-jenis terapi yang dibutuhkan anak down sindrom adalah seperti Terapi Fisik (Physio Theraphy), Biasanya terapi inilah yang diperlukan pertama kali bagi anak down sindrom dikarenakan mereka mempunyai otot tubuh yang lemas maka disinilah mereka dibantu agar bisa berjalan dengan cara yang benar. Terapi wicara yaitu. Suatu terapi yang di perlukan untuk anak down sindrom yang mengalami keterlambatan bicara dan pemahaman kosakata. Saat ini sudah banyak sekali jenis-jenis terapi selain di atas yang bisa dimanfaatkan untuk tumbuh kembang anak down sindrom. Terapi Okupasi, Terapi ini diberikan untuk melatih anak dalam hal kemandirian. kognitif/pemahaman. kemampuan sensorik dan motoriknya. Kemandirian diberikan kerena pada dasarnya anak down sindrom tergantung pada orang lain atau bahkan terlalu acuh sehingga beraktifitas tanpa mengembangkan kekuatan dan koordinasi dengan atau tanpa menggunakan alat. Terapi Remedial, Terapi ini diberikan bagi anak yang mengalami gangguan kemampuan akademis dan yang dijadikan acuan terapi ini adalah bahan-bahan pelajaran dan sekolah biasa. Terapi Sensori integrasi, Sensori integrasi adalah ketidakmampuan mengolah rangsangan isensori yang diterima. Terapi ini diberikan bagi anak down sindrom yang mengalami gangguan integrasi sensori misalnya pengendalian sikap tubuh, motorik kasar, motorik halus dll. Dengan terapi ini anak diajarkan melakukan aktivitas dengan terarah sehingga kemampuan otak akan meningkat. Terapi Tingkah Laku (Behaviour Theraphy), Mengajarkan anak down sindrom yang sudah berusia Iebih besar agar memahami tingkah laku yang sesuai dan yang tidak sesuai dengan norma-norma dan aturan yang berlaku dimasyarakat . Ada juga orang tua yang menggunakan terapi alternatif yang saat ini sudah sangat berkembang pesat seperti terapi akupuntur. Terapi ini dilakukan dengan cara menusuk titik persarafan pada bagian tubuh tertentu dengan jarum. Titik syaraf yang ditusuk disesuaikan dengan kondisi sang anak.Terapi musik, Anak dikenalkan nada., bunyi-bunyian. dll. Anak-anak sangat senang dengan musik maka kegiatan ini akan sangat menyenangkan bagi mereka dengan begitu stimulasi dan daya konsentrasi anak akan meningkat dan mengakibatkan fungsi tubuhnya yang lain juga membaik. Terapi lumba-lumba, Terapi ini biasanya dipakai bagi anak autis tapi hasil yang sangat mengembirakan bagi mereka bisa dicoba untuk anak down sindrom. Sel-sel saraf otak yang awalnya tegang akan menjadi relaks ketika mendengar suara lumba-lumba. Terapi craniosacral, Terapi terapi ini anak down sindrom diperbaiki metabolisme tubuhnya sehingga daya

tahan tubuh Iebih meningkat (ISDI, 2008). Dan tentu masih banyak lagi terapi- terapi alternatif lainnya, ada yang berupa vitamin, supplemen maupun dengan pemijatan pada bagian tubuh tertentu. Orang tua harus bijaksana memilih terapi alternatif ini. Karena pada kenyataannya down sindrom pada sang anak tidak akan bisa hilang. Yang bisa orang tua lakukan yaitu mempersempit jarak perbedaan perkembangan antara anak down sindrom dengan anak normal.

2.4.6. Patofisiologi

  Penyebab yang spesifik belum diketahui. tapi kehamilan oleh ibu yang berusia diatas 35 tahun beresiko tinggi memiliki anak syndrom down. Karena diperkirakan terdapat perubahan hormonal yang dapat menyebabkan “nond isjunction” pada kromosom yaitu terjadi translokasi kromosom 21 dan 15. Hal ini dapat mempengaruhi pada proses menuasia (Fadhli, 2010). Tubuh manusia memiliki milyaran sel yang memiliki pusat informasi genetik di kromosom.

  Normalnya manusia mempunyai 23 pasang kromosom sehingga total berjumlah 46 buah kromosom. Pada anak down syndrome kromosom nomor 21 berjumlah tiga dimana seharusnya berjumlah dua sehingga total menjadi 47 buah kromosom dan biasa disebut Trisomi 21. Jumlah kromosom yang berlebihan itulah yang mengakibatkan terjadinya kegoncangan pada system metabolisme sel yang akhimya memunculkan down syndrome. Down syndrome bukan penyakit menular dan bukan penyakit keturunan. Anggapan bahwa down syndrome hanya akan terjadi pada usia ibu yang pada saat hamil berusia diatas 35 saat ini telah pada ibu yang mengandung pada usia di bawah 35 thn. Juga anggapan bahwa down syndrome terjadi karena kekurangan gizi (golongan tidak berpunya) juga dipatahkan karena down syndrome tidak mengenal strata sosial, seorang ibu yang menjaga kehamilan dengan baik sekalipun sang bayi yang dikandungnya bisa terkena down syndrome. Kesalahan pengandaan kromosom nomor 21 tersebut bukan karena penyimpangan perilaku orang tua ataupun pengaruh pencemaran Iingkungan. Ketidakjelasan penyebab pasti itu membuat faktor penyebab down syndrome hingga saat ini belum terobati dan tak tercegah (Ayu.2008).

  Sampai saat ini diakui bahwa tidak ada faktor perilaku atau lingkungan yang dapat menjadi penyebab sindrom down. Beberapa mitos menyebabkan bahwa penyebab sindrom down disebahkan oleh faktor genetik (warisan), namun pada kenyataannya sindrom down tidak disebabkan oleh kesalahan dalam pembelahan set selama pengembangan sperma. sel telur atau embrio.Translokasi Sindrom Down adalah satu-satunya bentuk gangguan yang dapat ditularkan dari orangtua ke anak. Namun, hanya sekitar 4 persen anak-anak dengan sindrom down terjadi translokasi. Dan hanya sekitar setengah dari anak-anak ini mewarisi dan salah satu orangtua mereka. Ketika translokasi diwarisi, ibu atau ayah adalah pembawa seimbang dari translokasi, yang berarti ia memiliki beberapa materi genetik ulang, namun tidak ada bahan genetik tambahan. Ada beberapa orang tua yang memiliki risiko Iebih besar memiliki bayi dengan sindrom Down. Faktor- faktor tersebut yaitu usia ibu untuk melahirkan. Bagi seorang ibu yang memiliki umur yang sudah lanjut diketahui berpengaruh dengan angka kejadian sindrom