Peran Keluarga dalam Menumbuhkan Sikap Keberagamaan Anak Menurut Pendidikan Islam

PERAN KELUARGA DALAM MENUMBUHKAN SIKAP
KEBERAGAMAAN ANAK MENURUT PENDIDIKAN ISLAM
(Studi Kasus Terhadap Warga Masyarakat Kampung Limo RT.01
RW.01 Kota Depok)

Oleh:
Siti Nurkomariyah
Nim: (109011000190)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014M/ 1435H

ABSTRACT

Siti Nurkomariyah, “THE ROLE OF FAMILY IN CHILD CULTIVATE AN
ATTITUDE OF RELIGIOUS EDUCATION ACCORDING TO ISLAM
(Case Studies of Village Resident Limo RT.01/01 Limo-Depok)”. Skripsi
Department of Islamic Education. Faculty Tarbiyah and Teaching Science.

State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta.
Keyword : family’s role in fostering religious attitude child. child cultivate an
attitude of religious education according to Islam.
This study aims to determine the role of the family (parents) the child's foster
religious attitudes according to Islamic education. This study was conducted in
Kampung Limo RT.01 / 01 Village Limo, Limo District of Depok. This research
uses a descriptive analysis method. The study sample numbered 40 families who
have children aged 6-12 years and are Muslims. The research instrument used in
the form of non-test. of observations, interviews and questionnaires were
completed by parents of children aged 6-12 years. The technique of data analysis
using the percentage scale.
The results showed that the role of the family (parents) in growing
religious attitudes of children aged 6-12 years according to Islamic education is
good, it can be seen from the average of the percentage of answers to the
questionnaire the percentage amount as much as 76.75% which is supported by
observations and interviews with community leaders and local preachers. But it is
different from religiosity attitude everyday children aged 6-12 years and are in
Kampung Limo RT.01 / 01 Limo-Depok were only achieved quite good. It can be
seen from the average of the percentage of answers to the questionnaire as much
as 60.4% the percentage amount that is supported also by the results of

observations and interviews. The factors that constrain the growth of religious
attitudes of children aged 6-12 years in the environment RT.01 / 01 Limo-Depok,
among others: lack of parental discipline in Islamic education in children and the
influence of the environment and the media, it is known from observations and the
writer to interview community leaders and local clergy

ABSTRAK

Siti Nurkomariyah, “PERAN KELUARGA DALAM MENUMBUHKAN
SIKAP KEBERAGAMAAN ANAK MENURUT PENDIDIKAN ISLAM
(Studi Kasus Terhadap Warga Masyarakat Kampung Limo RT.01/01 LimoDepok). Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan. Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kata Kunci: Peran Keluarga dalam Menumbuhkan Sikap Keberagamaan Anak.
Sikap Keberagamaan Anak Menurut Pemdidikan Islam.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran keluarga (orang tua) dalam
menumbuhkan sikap keberagamaan anak menurut pendidikan Islam. Penelitian ini
dilaksanakan di Kampung Limo RT.01/01 Kelurahan Limo Kecamatan Limo
Kota Depok. Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif analysis. Sampel
penelitian berjumlah 40 keluarga yang memiliki anak usia 6-12 tahun dan
beragama Islam. Instrumen penelitian yang digunakan berupa non test. yakni

observasi, wawancara dan angket yang diisi oleh orang tua anak usia 6-12 tahun.
Adapun teknik analisa data menggunakan skala prosentase.
Hasil penelitian menunjukan bahwa peran keluarga (orang tua) dalam
menumbuhkan sikap keberagamaan anak usia 6-12 tahun menurut pendidikan
Islam sudah baik, ini dapat dilihat dari rata-rata prosentase jawaban angket dengan
jumlah prosentase sebanyak 76,75% yang didukung oleh hasil observasi dan
wawancara kepada tokoh masyarakat dan ustadz setempat. Namun hal ini berbeda
dengan sikap keberagamaan anak sehari-hari yang berusia 6-12 tahun dan berada
di Kampung Limo RT.01/01 Limo-Depok yang hanya mencapai cukup baik. Hal
ini dapat dilihat dari rata-rata prosentase jawaban angket dengan jumlah
prosentase sebanyak 60,4% yang didukung juga dengan hasil observasi dan
wawancara. Faktor-faktor yang menjadi penghambat tumbuhnya sikap
keberagamaan anak usia 6-12 tahun dilingkungan RT.01/01 Limo-Depok antara
lain: kurangnya kedisiplinan orang tua dalam pendidikan Islam pada anak dan
pengaruh dari lingkungan dan media, hal ini diketahui dari hasil observasi dan
wawancara penuli kepada tokoh masyarakat dan alim ulama setempat.

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, penulis mengucapkan syukur tak terhingga kepada

Allah SWT atas segala rahmat dan pertolongannya, sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan setelah melalui rintangan dan hambatan dalam masa perkuliahan
hingga akhir penulisan skripsi ini. Disadari bahwa skripsi ini masih mengandung
kekurangan namun berkat bantuan dan dorongan berbagai pihak baik moril
maupun materiilskripsi ini dapat diselesaikan. Dengan alasan demikian penulis
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Abdul Majid Khon, MA selaku Kepala Jurusan PAI dan sekaligus
dosen pembimbing skripsi yang senantiasa membimbing dan mengarahkan
penulis untuk mejadi lebih baik dalam penyelesaian skripsi ini dan ibu
Marhamah Saleh, Lc, MA selaku Sekertaris Jurusan PAI.
2. Seluruh Dosen dan Karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
terutama untuk jurusan PAI yang telah memberikan motivasi dan
kontribusi selama penulis menjadi mahasiswi di UIN Jakarta.
3. Pimpinan dan seluruh staff Perpustakaan Utama dan Perpustakaan
Fakultas (FITK) yang telah memberikan pelayanan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
4. Ayahanda dan Ibunda yang selalu memberikan semangat serta kasih
sayang tulus kepada penulis.
5. Suami dan Anakku tercinta yang selalu memberi dukungan moril dan
materiil serta menjadi penghibur dan penghilang duka pengobat lara.

6. Saudara-saudaraku, kakakku Napian, Diana, Dedi, Iman dan adikku
Muhammad Malik Aziz serta adik iparku Siti Fatimah yang tiada pernah
letih membantu dan memberi dukungan kepada penulis sehingga penulis
sampai pada tahap penyelesaian skripsi ini.

v

7. Sahabat-sahabat tercinta, kawan-kawan seperjuangan, Yabon, Irbon, Cley,
Mpok Idah, Nad-nad, Ichon dan seluruh kawan-kawan kelas E angkatan
2009 yang penuh kebersamaan, gotong royong dan selalu berbagi suka
duka bersama.
8. Kepada semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat penulis
sebutkan namanya satu persatu tanpa menguragi rasa hormat sekali lagi
penulis ucapkan terimakasaih yang sebesar-besarnya.

Jakarta, 10 April 2014

Siti Nurkomariyah

vi


DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ..................................... ..... i
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN REFERENSI ................................... iii
ABSTRAK ..................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ... ........................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Identifikasi Maslah ................................................................................. 8
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................................. 9
D. Tujuan Penelitian .................................................................................. 10
E. Manfaat Penelitian ................................................................................. 11

BAB II KAJIAN TEORI TENTANG PERAN KELUARGA
DALAM MENUMBUHKAN SIKAP KEBERAGAMAAN ANAK
A. Peran keluarga ........................................................................................ 12

B. Pendidikan Islam..................................................................................... 16
C. Sikap Keberagamaan............................................................................... 22
D. Anak Usia 6-12 tahun.............................................................................. 24
E. Peran keluarga dalam menumbuhkan sikap keberagamaan anak melalui
pendidikan Islam .................................................................................... 28
F. Penelitian yang Relevan ......................................................................... 32
G. Kerangka Berfikir ................................................................................... 33

vii

BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu penelitian ................................................................ 35
B. Metode Penelitian ................................................................................... 35
C. Populasi dan Sampel .............................................................................. 36
D. Teknik Pengumpulan data dan Instrumen Penelitian ............................. 37
E. Teknik Pengolahan Data ........................................................................ 40
F. Teknik Analisis Data............................................................................... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN PERAN KELUARGA DALAM
MENUMBUHKAN


SIKAP

KEBERAGAMAAN

ANAK

MENURUT PENDIDIKAN ISLAM
A. Tinjauan Umum Lokasi Penelitian ......................................................... 43
B. Deskripsi Data ........................................................................................ 45
C. Interpretasi Data ..................................................................................... 59

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................... 70
B. Saran ..................................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 73
LAMPIRAN-LAMPIRAN

viii


DAFTAR TABEL

No. Tabel

Nama Tabel

Halaman

1

Kisi-kisi Instrumen Penelitian Tentang Peran
Keluarga dalam Pendidikan Islam untuk
Menumbuhkan Sikap

37

2

Pengukuran Instrumen


40

3

Skala Prosentase

42

4

Pendidikan Penduduk Lingkungan RT.01

44

5

Pekerjaan Penduduk RT.01

44


6

Sarana dan Prasarana Penunjang Pendidikan Formal
dan Non Formal

45

7

Peran Orang Tua dalam Memberikan Pendidikan
Islam (Tauhid) pada anak

46

8

Peran Orang Tua dalam Mengajarkan Sholat Pada
Anak

47

9

Peran Orang Tua dalam Mengajarkan Doa pada
Anak

47

10

Peran Orang Tua dalam Mengajarkan Anak
Membaca Al-Qur’an di Rumah

48

11

Peran Orang Tua dalam Mengikut Sertakan Anak
dalam TPA

48

12

Peran Orang Tua dalam Berdiskusi dengan Anak
Tentang Halal dan Haram

49

13

Peran Orang Tua dalam Memberikan Reward Hadiah
bagi Anak yang Rajin Melaksanakan Ibadah dan
Hukuman bagi Anak yang Melakukan Kesalahan

50

14

Peran Orang Tua dalam Menegur Anak Jika Malas
Beribadah

51

ix

15

Peran Orang Tua dalam Memberi Contoh atau Suri
Tauladan dalam Melaksanakan Ibadah

51

16

Peran Orang Tua dalam Memberikan Nasehat yang
Baik kepada Anak

52

17

Orang Tua Membiasakan Anak Sholat Lima Waktu

53

18

Orang Tua Membiasakan Anak Sholat Tepat Waktu

53

19

Orang Tua Mengajak Anak Sholat Berjamaah

54

20

Orang Tua Membiasakan Anak Puasa Ramadhan

55

21

Orang Tua Membiasakan Anak Berdoa Sebelum dan
Sesudah Melakukan Sesuatu

55

22

Orang Tua Membiasakan Anak Membaca Al-Qur’an
Ba’da Maghrib

56

23

Orang Tua Membiasakan Anak untuk Menggunakan
Tangan Kanan dalam Melakukan Sesuatu yang Baik

57

24

Orang Tua Membiasakan Anak untuk Bertutur Kata
Santun

57

25

Orang Tua Membiasakan Anak untuk Bertingkah
Laku Sopan

58

26

Orang Tua Membiasakan Anak untuk Bersikap
Sabar

59

27

Nilai Jawaban Angket untuk Peran Keluarga dalam
Pendidikan Islam

60

28

Rata-Rata Skor Jawaban Angket Peran Keluarga
dalam Pendidikan Islam

62

29

Nilai Jawaban Angket untuk Sikap Keberagamaan
Anak Usia 6-12 tahun

64

30

Rata-Rata Skor Jawaban Angket Sikap
Keberagamaan Anak Usia 6-12 tahun

66

x

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Anak merupakan amanah dari Allah SWT. Jika ia dibesarkan dalam kebaikan
maka dia akan baik namun jika dibimbing dengan kebiasaan yang tidak baik maka ia
akan celaka dan binasa. Hal tersebut dikarenakan hatinya yang masih suci bagaikan
permata yang sangat mahal harganya. Menjaganya dengan upaya pendidikan dan
mengajarkannya ahklak yang baik bertujuan agar anak mempunyai kepribadian yang
sempurna dan pola taqwa yang berguna baik untuk dirinya maupun masyarakat, serta
senang dan gemar mengamalkan ajaran agama Islam.
Secara garis besar telah diketahui bahwasannnya dalam ajaran Islam ada dua
tatanan hubungan yang harus dipelihara oleh pemeluknya, yakni hubungan hamba
dengan Tuhannya dan hubungan antara sesama manusia. Sesuai dengan firman Allah
SWT surah Al-Imran [3] ayat 112:
...             
Artinya:
“Mereka diliputi kehinaan dimana saja mereka berada, kecuali jika
mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan
manusia...” (QS. Al-Imran [3]: 112)
Hubungan tersebut dilambangkan dengan tali (agama), dikarenakan hubungan
tersebut menunjukkan adanya suatu ikatan antara manusia dengan Tuhannya dan
1

2

antara manusia dengan sesamanya. Baik itu hubungan yang terjadi dalam masyarakat
maupun hubungan yang terjadi antara manusia dengan lingkungannya sendiri. Tujuan
dari kedua hubungan tersebut adalah agar tercapainya kebahagiaan dan keselamatan
hidup di dunia dan akhirat.
Manusia dibekali hati, akal dan nafsu. Dengan bekal pengetahuan dan ilmu
yang telah Allah berikan kepada manusia, manusia dipercaya menjadi khalifah di
bumi. Karenanya manusia adalah makhluk yang paling sempurna yang Allah ciptakan
di alam semesta ini. Manusia yang menyadari keberadaan akal akan mencari hakikat
diri sehingga dapat menumbuhkan keyakinan dan dorongan untuk mengabdikan diri
kepada yang telah menciptakannya. Manusia juga dibekali hati agar manusia bisa
memilah antara yang baik dan buruk. Namun selain itu manusia juga dibekali nafsu
yang dapat membuat manusia terjerumus kedalam kesenangan-kesenangan semu.
Dalam Al-Qur’an Surah An-Nahl [16] ayat 78 Allah SWT berfirman:

          
    
Artinya:
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun dan Dia memberi kamu pandangan, penglihatan, dan hati.”
(QS.AnNahl [16]:78)
Pada ayat di atas, Allah SWT menjelaskan bahwa sesungguhnya seorang
manusia yang dilahirkan ke muka bumi ini adalah dalam keadaan tidak mengetahui
apa-apa atau dalam keadaan kosong. Menurut Subhan, “Kendati manusia lahir dalam
kondisi yang serba tergantung (dependent) akibat keadaannya yang tak berdaya
secara fisik maupun psikis, namun bersamaan dengan kelahirannya manusia telah

3

membawa seperangkat potensi dasar (fitrah) yang siap dikembangkan".1 Oleh karena
itu orang tualah yang memegang faktor kunci yang bisa menjadikan anak tumbuh
dengan jiwa Islami atau sebaliknya.
Orang tua yang baik tentunya tidak hanya membesarkan anak hingga tumbuh
menjadi dewasa. Karena di samping membesarkan, orang tuapun berkewajiban
mendidik anak dengan sebaik-baiknya. karena di tangan orang tualah pembentukan
awal dari kepribadian dan jati diri seorang anak. sebagaimana sabda Rasulullah SAW.

ْ‫ َ ﻣ ﺎ ِ ﻣ ﻦ‬: ‫وَ َ ﺳ ﻠﱠ ﻢ‬

َ‫ﷲ ُ َ ﻋ ﻠ‬

‫ﻰ‬

( ‫ أَ وْ ﻨَ ﱢ ﺼ َ ﺮ ا ﻧِ أَ وْ َ ﻤ ﱢ ﺠ َ ﺴ ﺎ ﻧِ ) ر و ا ه ﻣ ﺴ ﻠ ﻢ‬، ِ‫ﱢ ﻮ َ د ا ﻧ‬
Artinya:

ُ‫ ﻓَ ﺄَ ﺑَ َ ﻮ ا ه‬، ‫َ ﻣ ﻮْ ﻟُ ﻮْ ٍ د اِ ﱠ ﻻ ﻮْ ﻟَ ُ ﺪ َ ﻋ ﻠَ ﻰ ا ْﻟ ﻔِ ْﻄ َ ﺮ ِة‬

“Anak itu dilahirkan hanya dalam keadaan suci, maka orang tuanyalah

yang berperan dan menjadikan ia Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (HR.Muslim)2
Dari hadits di atas dapat dikemukakan, antara lain:
Pertama, dijelaskan bahwa manusia lahir dalam keadaan suci bersih dan tidak
berdosa. “Manusia terlahir hanya memiliki kemampuan dasar yang bersifat jasmaniah
dan rohaniah. Akan tetapi kemampuan dasar tersebut tidak akan banyak artinya
apabila tidak dikembangkan dan di arahkan melalui proses pendidikan yang benar”.3
Dengan demikian jelaslah bahwa mendidik anak adalah merupakan kewajiban setiap
orang tua karena anak adalah amanat yang di berikan oleh Allah kepada siapa saja
yang dikehendaki-Nya. Dan sudah barang tentu

Karena hal ini maka Islam

menempatkan proses pendidikan sebagai kegiatan yang sangat mulia.

1

Mohammad Subhan, Pendidikan Islam dalam Perspektif Al-Qur’an, Tadris Jurnal
Pendidikan Islam. volume 5, Nomor 1, 2010, h. 81
2
Ma’mur Daud, Terjemah Hadits Shahih Muslim Jilid IV, (Jakarta: Widjaya, 1984), cet. 1, h.
243
3
Subhan, op. cit., h. 82

4

Kedua, Orang tua harus memberikan atau memenuhi kebutuhan rohani anak,
yakni dengan pendidikan agama, kasih sayang dan perhatian karenanya orang tua
tidak hanya cukup memberikan atau memenuhi kebutuhan jasmani anak berupa
sandang, pangan dan papan. Tetapi lebih dari itu, orang tua harus siap menjadi
pendidik dan pembimbing bagi anak-anaknya, agar terbentuk kepribadian anak yang
berlandaskan Iman dan Taqwa.
Menurut At-Tihami “barang siapa mendidik anak sejak kecilnya, maka ia
akan tenang dan senang di hari tuanya. Dan barang siapa mendidik anaknya, maka
sama halnya dia telah memotong hidung musuhnya”.4
Dalam masalah mendidik anak, kedua orang tua hendaknya selalu berpegang
kepada ketentuan Syari’at agama (Al-Qur’an dan Hadits). Mengajarkan tentang
pendidikan Iman dan Akhlaq dengan menumbuhkan sikap keberagamaan bagi anak.
Seperti yang telah dijelaskan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an Surah At-Tahrim/66
ayat 6 yang berbunyi:
...       

Artinya:

“hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari

api neraka...”(QS. At-Tahrim 66: 6)
Anak merupakan bagian dari masyarakat dan lingkungan yang mempunyai
tanggung jawab untuk melakukan sebuah perubahan pembangunan di masa depan,
karenanya peranan orang tua sangat berpengaruh sekali dalam mendidik anakanaknya, terutama sekali di dalam pendidikan Islam.

4

Muhammad At-Tihami Membina Mahligai Cinta yang Islami Terj. Dari Qurratul Uyun,
oleh A. Ma’ruf Asrori, (Jakarta: Bintang Terang, 2006), cet. 1, h. 160

5

Orang tua berkewajiban untuk memberikan pendidikan untuk anak baik secara
langsung maupun tidak langsung. Pendidikan yang di berikan orang tua diharapkan
dapat berbekas di hati anak sehingga menjadi bekal untuk kehidupan anak
selanjutnya.
Adapun dalam mengajar anak-anak, kedua orang tua harus saling bekerjasama
sehingga tercipta suasana hangat dalam hubungan antara anggota keluarga. Keluarga
merupakan pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah kecil orang karena
hubungan semenda dan sedarah. Keluarga dapat digolongkan menjadi dua, keluarga
inti dan keluarga yang di perluas. Keluarga inti terdiri dari (Ayah, Ibu dan Anak),
sedangkan keluarga yang di perluas terdiri dari (Ayah, Ibu, Anak, Kakek, Nenek,
Kakak, Adik, Ipar, Pembantu, dan semua orang yang berada dalam hubungan
kekeluargaan).
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama bagi anak, karena dalam
keluarga inilah ia pertama kali sesorang mendapat pendidikan dan bimbingan.
Keluarga juga adalah lembaga pendidikan utama, karena sebagian besar dari
kehidupannya berada dalam keluarga, dan materi pendidikan yang paling banyak di
terimanya adalah dalam keluarga. Dalam keluarga ada aturan dan norma yang tidak
tertulis namun ditaati oleh semua anggotanya melalui contoh, tauladan dan kasih
sayang yang di berikan oleh setiap anggota keluarga. Kewajiban utama dari keluarga
dalam pendidikan anak adalah meletakan dasar pendidikan Akhlaq dan pandangan
hidup beragama.
Sikap

seseorang

menentukan

masa

depannya,

pemupukan

sikap

keberagamaan sejak dini di anggap perlu karena akan memberikan pondasi atau dasar
dari pemikiran seorang anak ketika dia menghadapi permasalahan dewasa kelak.
Anak usia 6-12 tahun atau masa anak-anak memiliki perkembangan fisik dan
mental yang berjalan cukup cepat, pertumbuhan dan perkembangan ini sangat

6

didukung oleh keberadaan orang tua dalam memberikan pendidikan dan pengajaran
terhadap anak sehingga apa yang diharapkan orang tua dari seorang anak dapat
dicapai.
Menunaikan Zakiah, “Pada masa ini, anak-anak suka berkhayal, senang
kepada cerita, ingin tahu dan mulai aktif dalam hubungan sosial sehingga mulai
kurang terikat kepada keluarganya.”5
Alisuf mengatakan bahwa:
Anak-anak masa ini disebut masa usia tidak rapih karena mereka cenderung
tidak memperdulikan atau ceroboh dalam penampilan dan kehidupan, terbukti
dari kamarnya yang berantakan. Dan masa ini oleh orang tua disebut masa
menyulitkan karena anak-anak tidak mau lagi menuruti perintah, mereka lebih
banyak dipengaruhi/menuruti teman-temannya dari pada orang tua dan anggota
keluarga lainnya.6
Masa anak-anak adalah masa bermain, dimana yang ada di fikirannya hanya
bermain dan bersenang-senang dengan teman-temannya. Tentunya hal ini harus diimbangi dengan pendidikannya yang kelak akan berguna untuk dirinya, terlebih
pendidikan Islam dalam keluarga yang akan membentuk sikap keberagamaannya.
Menurut Ramayulis, “Sikap keberagamaan yaitu suatu keadaan yang ada
dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar
ketaatannya kepada agama. Jadi sikap keagamaan tersebut ada karena adanya
konsistensi antara kepercayaan terhadap agama sebagai unsur afektif dan perilaku
terhadap agama sebagai unsur konatif.”7 Yang berarti sikap agamis merupakan
integrasi secara kompleks antara pengetahuan agama, perasaan agama serta tindakan
keagamaan dalam diri seseorang.

5

Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental,( Jakarta: PT. Toko Gunung Agung, 1996 ), cet. 23,

6

Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2001), cet. III, h.

7

Ramayulis, Psikologi Agama, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), cet. 6, hal 81

h.101
154

7

Lingkungan RT.01/001 Limo, Kecamatan Limo, Kota Depok merupakan
wilayah yang berada di pinggiran Ibu Kota Jakarta. Kehidupan yang dijalani tentu
sedikit banyak sudah terpengaruh oleh kebudayaan luar, terlebih banyak penduduk
yang datang dari luar daerah (pendatang) dengan keragaman suku yang berbeda.
Kemajemukan tersebut sedikit banyak akan berpengaruh terhadap pembentukan sikap
anak-anak di wilayah ini. akibatnya orang tua harus dapat mengarahkan anaknya
untuk selalu konsisten terhadap sikap keberagamaannya.
Menurut pengamatan penulis, keberagamaan di lingkungan RT.01/001 Limo,
Kecamatan Limo, Kota Depok telihat begitu religius pada beberapa tahun lalu. Hal
ini dapat di lihat dari ramainya pengajian TPA, Pengajian Remaja, Majlis Taklim Ibuibu, Pengajian Bapak-bapak dan Sholat berjamaah di Musholah Nurul Iman.
Kenyataannya saat ini, nuansa religi itu nampaknya sudah terkikis dengan
kemajuan zaman yang begitu pesat. Hal ini dapat dilihat dari Pengajian TPA yang
muridnya semakin lama semakin sedikit, pengajian remaja bubar karena kekurangan
jama’ah, dan Jama’ah untuk mengikuti Sholat berjama’ah di Musholah terlihat sepi
hanya beberapa orang saja. Anak-anak lebih suka nonton tv dan main game online di
warnet. Banyak juga di jumpai kasus-kasus yang melibatkan anak-anak seperti
kekerasan terhadap teman dan pencurian, meskipun pada kenyataannya mereka
bersekolah di Madrasah Ibtidaiyah yang berbasis sekolah dengan pendidikan Islam
yang baik, namun hal ini belum dianggap cukup untuk membentuk sikap
keberagamaan anak yang sesuai dengan ajaran agama Islam.
Dewasa ini, banyak orang tua yang acuh tak acuh terhadap agamanya, banyak
juga yang tidak mengerti dengan ajaran agama yang di anutnya, adapula yang melihat
pendidikan ke-Islaman dengan sebelah mata karena menganggap pendidikan umum
lebih penting. Sehingga pendidikan Islam praktis tidak pernah di laksanakan dalam
rumah tangga di kehidupan sehari-hari. Hal ini tentunya berdampak dengan
pembentukan sikap dan kejiwaan anak.

8

Dengan tidak kenalnya anak akan jiwa agama Islam yang benar, maka akan
lemahlah hati nuraninya, karena tidak terbetuk dari nilai-nilai ke-Islaman yang benar
yang di terimanya sewaktu kecil. Jika hati nuraninya lemah, atau unsur pengontrol
dalam diri anak kosong dari nilai-nilai ke-Islaman, maka sudah barang tentu si anak
akan terperosok ke dalam kelakuan-kelakuan tidak baik dan memperturutkan nafsu
sesaatnya saja tanpa memikirkan akibat atas perbuatnnya.
Melihat dari apa yang telah penulis paparkan di atas, maka dapat di fahami
bahwa pembentukan sikap keberagamaan perlu mendapat perhatian yang lebih dan
serius dari para orang tua, yang tentunya merujuk kepada Al-Qur’an dan Hadits.
Berdasarkan hal tersebut telah mendorong penulis untuk membahasnya dalam
judul “PERAN KELUARGA DALAM PENDIDIKAN ISLAM UNTUK
MENUMBUHKAN SIKAP KEBERAGAMAAN ANAK USIA 6-12 TAHUN”
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian di atas, maka teridentifikasi masalahnya sebagai berikut:
1. Kurangnya Pendidikan Islam, baik pendidikan yang berkaitan dengan
pendidikan keIslaman, ibadah, hukum dan akhlaq di lingkungan keluarga
RT.01 RW.01 Limo-Depok
2. Faktor

yang

mempengaruhi

sikap

keberagamaan

anak

kurang

mendapatkan perhatian dari keluarga dilingkungan RT.01 RW. 01 LimoDepok.
3. Kurangnya respon positif keluarga terhadap proses perkembangan sikap
keberagamaan anak.

9

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Dalam skripsi ini penulis membatasi masalah pada peran keluarga dalam
pendidikan Islam untuk menumbuhkan sikap keberagamaan anak

usia 6-12

tahun. Dalam hal ini penulis berusaha mengkaji ulang serta meneliti mengenai
sikap keluarga dalam menumbuhkan mental keberagamaan pada anak usia 6-12
tahun.
Dengan alasan bahwa pembahasan mengenai ini terlalu luas, maka penulis
membatasi permasalahan mengenai peran keluarga dalam pendidikan Islam untuk
menumbuhkan sikap keberagamaan pada anak, sebagai berikut:
a. Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan orang lain
terhadap seseorang sesuai kedudukannya.
Penulis membatasi, yang dimaksud peran dalam skripsi ini adalah peran
sebagai bentuk perilaku yang diharapkan pada situasi sosial tertentu.
b. Keluarga sebagai faktor dasar terbentuknya sikap keberagamaan anak
yang dibawa sejak lahir memiliki peran penting. Keluarga ditinjau dari
bahasa adalah kerabat yang paling mendasar dalam masyarakat yang
terdiri dari ibu, bapak dengan anak-anaknya. Sedangkan menurut ahli,
yang disebut keluarga adalah orang-orang yang secara terus menerus
bersama atau sering tinggal bersama si anak, seperti kakek, nenek, ibu,
bapak, kakak, adik, pembantu dan lain-lain.
Karena keluarga begitu luas, maka penulis membatasi keluarga yang
dimaksud dalam skripsi ini adalah orang tua yang terdiri dari: ibu dan
bapak.

10

c. Peran keluarga dalam pendidikan Islam dibatasi sesuai dengan teori syekh
Jamaluddin Mahfudz tentang pendidikan Islam dalam rumah tangga yaitu
orang tua sebagai pendidik dalam rumah tangga.
d. Obyek penelitian ini adalah warga RT.01 RW. 01 Kelurahan Limo
Kecamatan Limo Kota Depok yang memiliki anak usia 6-12 tahun dan
beragama Islam

2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan
permasalahannya sebagai berikut:
a. Bagaimanakah peran keluarga (orang tua) dalam pendidikan Islam yang
diberikan kepada anak dapat menumbuhkan sikap keberagamaan anak
usia 6-12 tahun?
b. Apa sajakah yang menjadi penghambat dan penghalang tumbuhnya sikap
keberagamaan anak usia 6-12 tahun?

D. Tujuan Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini penulis mempunyai tujuan-tujuan yang
ingin dicapai diantaranya adalah:
1. Untuk mengetahui

peran keluarga dalam pendidikan Islam untuk

menumbuhkan sikap keberagamaan anak usia 6-12 tahun.
2. Untuk

mengetahui

faktor-faktor

keberagamaan anak usia 6-12 tahun.

penghambat

tumbuhnya

sikap

11

E. Manfaat Penelitian.
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:
1. Sebagai pedoman bagi orang tua tentang upaya menumbuhkan sikap
keberagamaan untuk anak dalam keluarga.
2. Meningkatkan kesadaran anak didik akan pentingnya pendidikan Islam
dalam keluarga untuk menumbuhkan sikap keberagamaan.
3. Menjadi bahan evaluasi orang tua atau pendidik dalam pembentukan sikap

keberagamaan anak agar menjadi muslim yang baik.

12

BAB II
KAJIAN TEORITIS
TENTANG PERAN KELUARGA DALAM MENUMBUHKAN
SIKAP KEBERAGAMAAN ANAK MENURUT PENDIDIKAN
ISLAM

A. Peran Keluarga
1. Pengertian Peran
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, peran adalah “pemain
sandiwara; sedangkan peranan adalah sesuatu yang menjadi bagian atau
pemimpin utama dalam terjadinya hal atau peristiwa.”1 Peran juga merupakan
seperangkat tingkah yang diharapkan dapat dimiliki oleh orang yang
berkedudukan dimasyarakat.2
Peran dapat dijelaskan melalui beberapa cara, yaitu: yang pertama,
menurut penjelasan historis, peran adalah karakter yang disandang atau
dibawakan seorang tokoh atau aktor dalam sebuah pentas dengan lakon
tertentu. Karena konsep peran berhubungan erat dengan drama atau teater
yang hidup subur pada zaman yunani kuno. Yang kedua menurut penjelasan
ilmu sosial, peran adalah suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika
menduduki suatu posisi dalam struktur sosial tertentu.

1

Team Pustaka Phoenix, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru, (Jakarta: Pustaka
Phoenix, 2007), h. 659
2
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1998), h. 667

12

13

Menururt Soekanto, peran adalah aspek dinamis dari kedudukan
(status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai
dengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peran.3
Dari penjelasan di atas maka dapat dikatakan bahwa peran adalah
seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang
sesuai kedudukannya dalam suatu sistem yang dipengaruhi oleh keadaan
sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil dan bentuk dari
perilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi sosial tertentu.
Peran merupakan kombinasi posisi dan pengaruh, peran juga
merupakan kekuasaan baik secara organisasi ataupun bukan. Peran memang
kekuasaan yang bekerja secara sadar dan hegemonis. Peran juga merupakan
simbois yang berkaitan dengan untung dan rugi, sebab seseorang yang
memegang peran dapat menimbulkan sebuah keuntungan dan juga kerugian.
2. Keluarga
Dalam Kamus Besar Bahasa Inonesia, keluarga adalah “suatu kerabat
yang paling mendasar dalam masyarakat yang terdiri dari ibu dan bapak
dengan anak-anaknya.”4
Keluarga adalah orang-orang yang secara terus menerus atau sering
tinggal bersama si anak. Seperti ayah, ibu, kakek, nenek dan lain-lain dengan
mempunyai tanggung jawab menjaga dan memelihara si anak, menyebabkan
ia lahir, dan berperan sangat penting bagi perkembangan anak.
Keluarga adalah lembaga sosial resmi yang terbentuk setelah adanya
suatu perkawinan. Menurut pasal 1 Undang-Undang Perkawinan Nomor 1
tahun 1974, Perkawinan adalah ikatan lahir dan bathin antara seorang pria
dengan seorang wanita sebagai suami-istri dengan tujuan membentuk
keluarga yang bahagia dan sejahtera berdasarkan KetuhananYang Maha Esa.

3

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2004), cet. 37 h. 243
4
Team Pustaka Phoenix, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru..., h. 437

14

Keluarga dalam dimensi hubungan sosial mencakup dua hal yakni
keluarga paedagogis dan keluarga psikologis, keluarga paedagodis adalah
suatu persekutuan hidup yang dijalin oleh rasa kasih sayang antara pasangan
yang terdiri dari 2 jenis manusia yang di kukuhkan dalam sebuah ikatan
pernikahan, dengan maksud untuk saling menyempurnakan diri. Sedangkan
keluarga psikologis merupakan sekumpulan orang yang hidup bersama dalam
tempat tinggal yang sama dan masing-masing anggota memiliki pertautan
bathin sehingga terjadi saling mempengaruhi, memperhatikan dan saling
menyerahkan diri. Keluarga adalah unsur fundamentalis masyarakat dan unit
dasar, yang dengannya kekuatan-kekuatan yang tertib dalam komunitas sosial
dirancang dalam masyarakat.
Dalam keluarga orang tua sebagai pendidik dan anak sebagai terdidik
yang mempunyai hubungan darah, maka pendidikannyapun bersifat kodrati.
Pendidikan dalam keluarga merupakan pengalaman pertama bagi masa
kanak-kanak. Dan pengalaman ini merupakan faktor yang sangat penting bagi
perkembangan berikutnya.

3. Fungsi Keluarga
Keluarga

adalah

kelompok

pertama

bagi

pembinaan

setiap

masyarakat. Ia adalah langkah pertama untuk membina seseorang, karena
itulah pendidikan moral yang berlandasakan keagamaan dalam Islam harus
dimulai sejak dini.
Keluarga merupakan kekuatan sosial yang terkecil yang terbentuk
dari ikatan kedua orang manusia, yakni antara seorang pria dan wanita serta
anak-anak yang mereka lahirkan.
Menurut Hery, “keluarga mempunyai tugas yang sangat fundamental
dalam upaya mempersiapkan anak bagi peranannya pada masa yang akan
datang. Dalam lingkungan keluarga ini sudah mulai ditanamkan dasar-dasar

15

perilaku, sikap hidup dan kebiasaan lainnya. Dengan demikian perlu
diciptakan lingkungan keluarga yang kondusif bagi perkembangan anak”.5
Fungsi keluarga yang utama ialah mendidik anak-anaknya, tanpa
pendidikan dan bimbingan anak tidak akan menjadi anggota masyarakat yang
dapat

menjalankan

kewajiban

dalam

kehidupan

bersama.

Karena

bagaimanapun anak berakar dalam diri orang tuanya sedangkan orang tua
merupakan faktor pendidik bagi anak dan memainkan peranan lingkungan
paling utama dalam pertumbuhan kepribadiannya.
Pendidikan dalam lingkungan keluarga menurut H.M Said dalam
buku A. Fatah Yasin memiliki beberapa fungsi, antara lain:
a. Berfungsi kuantifikasi; maksudnya dalam fungsi ini anak belajar
memperoleh bahasa, peranan-peranan dasar dan harapan-harapan, cara
bereaksi, struktur, dan hubungan-hubungan. Ini dipenuhi agar
terbentuk perilaku atau kepribadian dasar bagi sesama anggota
keluarga.
b. Berfungsi selektif, dalam fungsi ini orang tua selalu menyaring
pengalaman-pengalaman anak berkaitan dengan penyimpanganpenyimpangan budaya luar yang tidak sesuai dengan ideologi
keluarga.
c. Berfungsi paedagogis intergratif; menurut fungsi ini orang tua harus
mampu menstransfer dan mengintergrasikan nilai-nilai dominan yang
berlaku ditengah-tengah masyarakat dengan perilaku, teladan,
ideologi, serta adat istiadat orang tua terhadap anaknya.6
Sedangakan keluarga sebagai kesatuan hidup bersama menurut ST
Vebrianto dalam buku Alisuf Sabri mempunyai tujuh fungsi yang ada
hubungannya dengan kehidupan anak, yaitu:
a. Fungsi biologik, yaitu keluarga merupakan tempat lahirnya anak-anak
secara bilogis anak berasal dari orang tuanya.

5

Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1999), cet. 2, h. 211
A. Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, (Malang: UIN Malang Press,
2008), Cet.1, h. 209
6

16

b. Fungsi afeksi, yaitu keluarga merupakan tempat terjadinya hubungan
sosial yang penuh dengan kemesraan, penuh kasih sayang dan rasa
aman.
c. Fungsi

sosialisasi,

yaitu

fungsi

keluarga

dalam

membentuk

kepribadian anak.
d. Fungsi pendidikan, yaitu keluarga sejak dulu merupakan institusi
pendidikan.
e. Fungsi rekreasi, yaitu keluarga meripakan tempat atau medan rekreasi
bagi anggotanya untuk memperoleh ketenangan dan kebahagiaan.
f. Fungsi keagamaan, yaitu keluarga merupakan pusat pendidikan,
upacara, dan Aqidah agama bagi para anggotanya, faktor ini penting
bagi penanaman jiwa agama pada anak.
g. Fungsi perlindungan, yaitu keluarga berfungsi untuk memelihara,
merawat, dan melindungi anak.7
Adapun fungsi keluarga secara umum memberikan peran strategis
pada individu untuk mengembangkan diri sesuai dengan kapasitas para
anggota keluarganya tersebut.

B. Pengertian Pendidikan Islam
1. Pengertian Pendidikan Islam
Dalam bahasa Indonesia pendidikan berasal dari kata “didik” yang
mendapat awalan “pen” dan akhiran “an”. Kata tersebut sebagaimana
dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “perbuatan, (hal, cara
dan sebagainya) mendidik”.8
Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha untuk
membina kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam
masyarakat, kebudayaan dan negara.

7

M. Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1990), Cet. 1, h. 15-

16
8

WJS Poewadaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991),
Cet. 12, h.250

17

Sementara itu, dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
No.20 Tahun 2003 Bab I Fasal 1 dinyatakan bahwa pendidikan adalah:
“usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara”.9
Jadi, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana yang dilakukan oleh
orang dewasa terhadap orang yang belum dewasa dalam memajukan
perkembangan orang yang belum dewasa agar menjadi manusia yang berguna
untuk dirinya sendiri, orang lain, bangsa, negara dan agamanya.
Dalam buku Hasbullah dan Suwarno, beberapa ahli pendidikan
mendefinisikan pendidikan sebagai berikut:
a. John Dewey
Pendidikan

adalah

proses

pembentukan

kecakapan-kecakapan

fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama
manusia.
b. J.J Rousseau
Pendidikan adalah memberi perbekalan yang tidak ada pada masa
anak-anak, akan tetapi membutuhkannya pada waktu dewasa.10
c. Ki Hajar Dewantoro
Pendidikan adalah sebagai upaya memajukan perkembangan budi
pekerti (kekuatan bathin), fikiran (intelek) dan jasmani anak-anak.
Maksudnya ialah supaya kita dapat memajukan kesempurnaan hidup,
yaitu kehidupan dan penghidupan anak-anak, selaras dengan alam dan
masyarakat.11

9

Undang-Undang tentang SISDIKNAS dan Peraturan Pelaksanaannya 2000-2004
(Jakarta: CV. Taminta Utama,2004), h. 4
10
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006),
h. 2
11
Armai Arief, Pembaharuan Pendidikan Islam di Minangkabau, (Jakarta: Suara
Adi&UMJ Press, 2009) cet.1 , h. 33

18

Setelah melihat dari pendapat beberapa ahli di atas, maka dapat
diketahui bahwa pendidikan adalah sesuatu yang dilaksanakan guna
membentuk, memberi bekal dan memajukan perkembangan intelektual,
emosional, juga budi pekerti seorang anak yang nantinya dapat berguna
bagi kehidupan dewasanya kelak.
Dari keseluruhan penjelasan di atas maka pendidikan dalam
pandangan penulis adalah kegiatan yang secara sadar juga di sengaja dan
dilaksanakan penuh dengan tanggung jawab oleh orang dewasa kepada
orang

yang

belum

dewasa

untuk

membentuk

dan

memajukan

perkembangan intelektual, emosional, akhlaq yang baik sehingga orang
yang belum dewasa mampu mencapai kedewasaan yang dicita-citakan dan
dilakukan secara terus menerus.
Sedangkan kata Islam berasal dari bahasa Arab yang menurut
etimologi

mempunyai

beberapa

pengertian

yaitu:

Keselamatan,

Perdamaian, dan penyerahan diri kepada tuhan. Menurut Zuharini, “kata
Islam dalam pengertian yang lebih luas adalah agama yang identik dengan
ajaran yang di bawa oleh Nabi Muhammad SAW yang termaktub dalam
Al-Qur’an dan yang dalam pelaksanaannya di contohkan oleh Nabi
Muhammad seumur hidupnya”.12
Menurut

Muchlis pendidikan

Islam

adalah

“upaya

untuk

mentransfer nilai-nilai dan ajaran Islam dari orang tua/pendidik kepada
anak didik agar anak dapat mempunyai pengetahuan, pemahaman dan
pengalaman ajaran Islam yang benar”.13
Armai Arief mengatakan bahwa:
Pendidikan Islam adalah suatu proses penanaman nilai-nilai Islami
melalui pengajaran, bimbingan dan latihan yang dilakukan dengan sadar
dan penuh tanggung jawab dalam rangka pembentukan, pembinaan,
pendayagunaan, dan pengembangan zikir dan kreasi manusia, sehingga
terbentuk pribadi muslim sejati yang mampu mengembangkan
kehidupannya dengan penuh tanggung jawab dalam rangka beribadah
12

Zuharini, dkk., Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), h. 12
Mohammad Muchlis Solichin, Fitrah; Konsep dan Pengembangnnya dalam Pendidikan
Islam , Tadris Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 2, 2007, h. 237
13

19

kepada Allah SWT untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat.14
Dr. Miqdad Yaljan menerangkan bahwa pendidikan Islam diartikan
sebagai usaha menumbuhkan dan membentuk manusia muslim yang sempurna
dari segala aspek yang bermacam-macam: aspek kesehatan, akal, keyakinan,
kejiwaan, akhlaq, kemauan, daya cipta dalam semua tingkat pertumbuhan
yang disinari oleh cahaya yang di bawa oleh Islam dengan versi dan metodemetode pendidikan yang ada diantaranya.15
Dari penjeleasan di atas, dapat di tarik kesimpulan bahwa pendidikan
Islam adalah sebagai proses pendidikan untuk membentuk manusia muslim
yang utama. Untuk memahami pendidikan Islam sebenarnya, maka tidak
dapat dipisahkan dari pendidikan yang sudah dilakukan oleh Nabi Muhammad
SAW, yang kemudian diikuti oleh para sahabat dan generasi sesudahnya
dalam bentuk yang masih sebangun dengan yang dipraktikan oleh Nabi dan
tentunya sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan Sunnah.

2. Dasar-dasar Pendidikan Islam
Dasar pendidikan adalah seuatu yang melandasi seluruh aktifitas
pendidikan, maka di perlukan landasan yang kokoh dan komprehensif, serta
tidak mudah berubah. untuk menentukan dasar pendidikan, diperlukan jasa
filsafat pendidikan. Berdasarkan pertimbangan filosofis diperoleh nilai-nilai
yang memeiliki kebenaran yang meyakinkan. Selain pertimbangan filosofis
tersebut, juga tidak terlepas dari pertimbangan teologi seorang muslim.
Pandangan hidup (teologi) seorang muslim adalah Al-Qur’an dan
Sunnah, maka yang menjadi dasar pendidikan Islam adalah Al-Qur’an dan
Sunnah yang diyakini mengandung kebenaran mutlak bagi seorang muslim.
Karenanya menurut ajaran agama Islam bahwa pelaksanaan pendidikan Islam
merupakan perintah dari Allah SWT dan merupakan ibadah kepada-Nya.
Selanjutnya, Abuddin Nata berpendapat bahwa:
14
15

Armai Arief, Pembaharuan Pendidikan Islam di Minangkabau,... h. 36
Ibid., h. 17

20

”Dasar pendidikan Islam berdasarkan konsepsi Tauhid. Dengan dasar
ini maka orientasi pendidikan Islam diarahkan pada upaya mensucikan diri
dan penerangan jiwa, sehingga tiap diri manusia mampu meningkatakan
dirinya dari tingkat Iman ke tingkat Ikhlas yang melandasi seluruh bentuk
kerja kemanusiannya (Amal Sholeh).”16 Artinya seluruh kegiatan pendidikan
Islam harus dijiwai oleh norma-norma Ilahiyah dan sekaligus di motivasi
dengan ibadah.
Namun dalam buku yang berbeda Abuddin Nata mengatakan bahwa
“dasar pendidikan Islam selain Tauhid, juga berdasarkan kepada Humanisme.
Karena ajaran yang teosentris itu pada dasarnya untuk memenuhi kebutuhan
manusia dan memang sesuai dengan fitrah manusia. Dengan demikian dasar
pendidikan menurut Al-Qur’an adalah dasar yang merupakan perpaduan
antara teosentrisme dan humanisme”.17
Menurut Djumransjah, “landasan atau pondasi dari pendidikan Islam
adalah Al-Qur’an dan Sunnah yang dapat dikembangkan dengan Ijtihad para
ulama karena pendidikan menyangkut ruang lingkup muamalah”. 18 Pendapat
Djumaransjah ini sejalan dengan pendapat Said Ismail Ali bahwa, “dasar
pendidikan Islam terdiri dari : Al-Qur’an, Sunnah dan pemikiran hasil Ijtihad
intelektual muslim.”19
Al-Qur’an berisi firman Allah SWT, di dalamnya mencakup segala
masalah dalam kehidupan manusia baik mengenai peribadatan maupun yang
berhubungan dengan masalah kemasyarakatan dalam segala seginya, termasuk
pendidikan di dalamnya.
Sedangkan sunnah Rasulullah SAW yang dijadikan landasan dalam
pendidikan Islam adalah berupa perkataan, perbuatan atau pengakuan
Rasulullah SAW dalam bentuk isyarat.

16

Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Bandung: Angkasa, 2003), h. 58-59
Abuddin Nata, Pendidikan dalam Persepektif Al-Qur’an, (Jakarta: UIN Jakarta Press,
2005), Cet. 1, h.52
18
HM. Djumaransjah, dkk., Pendidikan Islam Menggali Tradisi Mengukuhkan
Eksistensi, (Malang: UIN-Malang Press, 2007), h. 46
19
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan; Suatu Analisa Psikologi dan
Pendidikan, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1989), h. 35
17

21

Selanjutnya, ijtihad merupakan sebuah usaha yang dilakukan para
ulama dalam rangka memenuhi kebutuhan umat Islam dengan tidak
menyimpang dari Al-Qur’an dan Hadits.
Dari penjabaran di atas dapat di simpulkan bahwa landasan atau dasardasar pendidikan Islam adalah Al-Qur’an, Sunnah dan Ijtihad yang menjadi
pedoman hidup manusia dalam segala segi kehidupan termasuk pendidikan.

3. Tujuan dan Fungsi pendidikan Islam
Pada dasarnya apapun yang kita lakukan itu harus memiliki tujuan,
begitu juga dengan pendidikan Islam. Menurut Natta, “Tujuan pendidikan
Islam adalah membimbing umat manusia agar menjadi hamba yang bertakwa
kepada Allah, yakni melaksanakan segala perintah-Nya dengan penuh
kesadaran dan ketulusan hati”.20
Menurut Al-Syaibaniy yang dikutip Omar Muhammad Al-Thoumy,
tujuan pendidikan Islam adalah mempersiapkan kehidupan di dunia dan
akhirat. Sementara tujuan akhir yang ingin dicapai adalah mengembangkan
fitrah peserta didik sehingga akan terbentuk pribadi yang utuh dan mendukung
bagi pelaksanaan fungsinya sebagai Khalifah fil Ardh.21
Menurut Imam Ghazali yang dikutip Djumaransjah, tujuan pendidikan
Islam sebenarnya yang hendak di capai ialah kesempurnaan dari manusia yang
puncaknya adalah agar manusia dapat mendekat kepada Allah SWT dan
kesempatan bagi manusia yang puncaknya adalah kebahagiaan yang bisa di
dapat dari dunia dan akhirat.22
Menurut Arifin, “Tujuan utama pendidikan Islam adalah membina dan
mendasari kehidupan anak didik dengan nilai-nilai agama dan sekaligus

20

Abuddin Nata, Pendidikan dalam Persepektif Al-Qur’an, (Jakarta: UIN Jakarta Press,
2005), Cet. 1, h. 166
21
Langgulung, op. cit., h. 67
22
HM. Djumaransjah, dkk., Pendidikan Islam Menggali Tradisi Mengukuhkan
Eksistensi, (Malang: UIN-Malang Press, 2007), h. 73

22

mengajarkan ilmu agama Islam, sehingga ia mampu mengamalkan Syari’at
Islam secara benar sesuai pengetahuan agama”.23
Menurut HM. Djumransjah dan Abdul malik, “tujuan pendidikan Islam
menjangkau seluruh lapangan hidup manusia yang selalu berorientasi kepada
penyerahan diri kepada Allah SWT”.24
Setelah memahami penjabaran di atas dapat penulis katakan bahwa
tujuan pendidikan Islam adalah mendidik seseorang untuk mencapai
kebahagiaan di dunia dan akhirat yang berorientasi kepada ibadah dan
penyerahan diri kepada Allah SWT.
Secara umum tugas pendidikan Islam dalam keluarga adalah
mengarahkan dan membimbing perkembangan dan pertumbuhan anak dari
satu tahap ke tahap selanjutnya samapai mencapai kemampuan optimal.
Sementara

fungsinya

adalah

meneyediakan

fasilitas

yang

dapat

memungkinkan tugas pendidikan berjalan lancar.25
Secara operasional pendidikan dapat dilihat dari 2 bentuk, yaitu: alat
untuk

memelihara,memperluas

dan

menghubungkan

tingkat-tingkat

kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan social serta ide-ide masyarakat dan
nasional. Kemudian alat untuk mengadakan perubahan, inovasi dan
perkembangan dengan melalui potensi yang dimiliki dan melatih manusia
produktif agar terus berkembang demi kemajuan jaman yang dinamis.26
C. Sikap Keberagamaan
1. Pengertian Sikap Keberagamaan
a. Sikap
Muhibbin mengemukakan bahwa “Sikap dalam pengertian sempit
adalah pandangan atau kecenderungan mental. Kecenderungan yang relatif
23

HM. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet. 3, h. 5
HM. Djumaransjah, dkk., Pendidikan Islam... h. 74
25
M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bina Aksara, 1987), h. 33
26
Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1990),

24

h. 19-20

23

menetap untuk beraksi dengan baik atau buruk terhadap orang atau barang
tertentu”.27
Menurut Tohirin, “Sikap adalah kecenderungan individu untuk
bertindak dengan cara tertentu”.28 Maksudnya kecenderungan disini adalah
kecenderungan terhadap suatu obyek, peristiwa dan sebagainya.
Jadi sikap adalah kecenderungan

yang biasanya menetap dalam diri

seseorang untuk bertindak atau bereaksi dengan cara-cara tertentu.
b. Agama
Agama adalah bentuk keyakinan yang berhubungan dengan
kehidupan batin manusia. Definisi agama yang dibuat para ahli biasanya
terpengaruh

oleh

faktor

subyektifitas

pribadi,

ada

orang

yang

mendefinisikannya dari segi pengalaman individual, segi sosial, segi
pendidikan dan sebagainya sehingga sulit di ukur secara tepat dan rinci.
Hal ini pula yang menjadikan para ahli sulit memberikan definisi tentang
agama.
Dilihat dari aspek subjektif (pribadi manusia) Agama dapat
mengandung pengertian akan tingkah laku manusia yang berdasarkan oleh
nilai-nilai keagamaan berupa getaran bathin yang mengatur dan
mengarahkan tingkah laku pada pola hubungan antara manusia dengan
Allah SWT, manusia dengan alam dan manusia dengan manusia.
Sedangkan menurut Harun Nasution agama adalah sebuah ikatan
yang mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan manusia yang harus
dipegang teguh dan dipatuhi. Ikatan yang berasal dari suatu kekuatan yang
lebih tinggi, yakni satu kekuatan ghaib yang